Transcript
Page 1: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN

REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI RUANG PUBLIK

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai

Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh : AHMAD FARIS ANSORI

I0205027

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVESITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012

Page 2: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO

SEBAGAI RUANG PUBLIK

Disusun Oleh : AHMAD FARIS ANSORI

I 0205027

Menyetujui, Surakarta, 1 Agustus 2012

Mengesahkan,

Pembimbing I

Ir. Suparno, MT NIP. 1955 0516 198601 1 001

Pembimbing II

Ir. Hari Yuliarso, MT NIP. 1959 0725 199802 1 001

Ketua Jurusan Arsitektur

Fakultas Teknik

Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT NIP. 1962 0610 199103 1 001

Ketua Program Studi Arsitektur

Fakultas Teknik

Kahar Sunoko, MT NIP. 1969 0320 199503 1 003

Page 3: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum wa rohmatullohi wa barokatuh....

Om Swastiastu....Om Shanti Shanti Shanti, Om.....

Namo Buddhaya...

Shalom Aleichem b’Shem Ha Mashiach....

Puji syukur kepada Allah swt. atas waktu untuk kita semua, kesempatan untuk

bernafas, kesempatan mengingat keluarga dan mengingat-Nya. Sehingga semua proses

dalam penyelesaian Konsep Perencanaan dan Perancangan Tugas Akhir ini pun berjalan

dengan baik.

Sebuah proses menuju akhir memang tidak mudah, tetapi juga tidak sulit,

relative. Maka berkat bantuan dari berbagai pihak, penyusunan pun selesai pada

waktunya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret.

2. Kahar Sunoko, ST, MT selaku Ketua Prodi Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret.

3. Ir. Suparno, MT, selaku Dosen Pembimbing I Tugas Akhir.

4. Ir. Hari Yuliarso, MT , selaku Dosen Pembimbing II Tugas Akhir.

5. Ir. FX. Soewandi, selaku Pembimbing Akademik.

6. Teman-teman Jurusan Arsitektur UNS, teman-teman kantin, teman-teman KFA,

terima kasih atas prosesnya.

Surakarta, 31 Juli 2012

Page 4: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Terima kasih untuk semuanya......

Untuk keluarga, untuk kawan, untuk dosen.....

Terima kasih prosesnya.....

Page 5: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR iii

UCAPAN TERIMA KASIH iv

DAFTAR ISI v

BAB I PENDAHULUAN 1

I.1. LATAR BELAKANG 2

I.1.1. Umum – Perkembangan paradigma dan konsekuensi

pemanfaatan alun-alun kota sebagai ruang publik. 2

I.1.2. Khusus – Panggung pertunjukan seni sebagai wadah

apresiasi. 4

I.2. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN 5

I.3. TUJUAN DAN SASARAN 6

I.4. LINGKUP DAN BATASAN 6

I.5. METODOLOGI 7

I.5.1. Metode Penelusuran Masalah 7

I.5.2. Metode Pencarian Data dan Informasi 7

I.5.3. Metode Perumusan Konsep Desain 7

I.5.4. Metode Desain 8

I.6. SISTEMATIKA PENULISAN 8

BAB II TINJAUAN 9

II.1. REVITALISASI 9

II.2. AWAL PERADABAN NUSANTARA 11

II.3. PERMUKIMAN KOTA JAWA 14

Page 6: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

II.3.1. Jagad dan Kota 14

II.3.2. Halun-Halun 28

II.3.3. Marga dan Ratan 38

II.3.4. Pasar atau Peken 43

II.3.5. Mesjid dan Pusat Kekuasaan 44

II.3.6. Pawisman atau Pamohan 46

II.3.7. Dari Kuta Negara ke Kota Modern 49

II.4. ALUN-ALUN SECARA FUNGSIONAL MASA

PRAKOLONIAL 54

II.5. RUANG PUBLIK 62

II.5.1. Peranan Ruang Publik 62

II.5.2. Permasalahan Ruang Publik Kota 65

II.5.3. Ruang Publik sebagai Elemen Perancangan Kota 70

II.5.4. Paradigma Baru Perancangan Kota di Indonesia 73

II.5.5. Tipologi Ruang Publik 76

II.5.6. Kriteria Desain Tak Terukur (unmeasureable design criterias) 83

II.6. PANGGUNG PERTUNJUKAN 84

II.6.1. Jenis-jenis Panggung 85

II.6.2. Pengetahuan Tata Pentas 93

II.6.3. Macam-macam Panggung 95

II.6.3.1. Panggung Prosenium atau Panggung Pigura 95

II.6.3.2. Panggung Portable 97

II.6.3.3. Panggung Arena 97

II.6.3.4. Panggung Terbuka 99

Page 7: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

II.6.3.5. Panggung Kereta 100

II.6.3.6. Pokok-pokok Persyaratan Set Panggung/Pentas 100

II.7. KONDISI KABUPATEN PONOROGO 102

II.7.1. Potensi Kawasan Alun-alun Ponorogo 108

II.7.2. Masalah Kawasan Alun-alun Ponorogo 109

II.8. PRESEDEN 110

II.8.1. Alun-alun Wonosobo 110

II.8.2. Alun-alun Jogjakarta 111

II.9. KESIMPULAN 112

BAB III REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO

SEBAGAI RUANG PUBLIK 113

BAB IV ANALISA REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN

PONOROGO 119

IV.1. ANALISA KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO 122

IV.2. ANALISA KARAKTERISTIK BANGUNAN 125

IV.3. ANALISA PERUANGAN 126

IV.3.1. Analisa Kebutuhan Ruang Panggung Utama 126

IV.3.2. Analisa Kebutuhan Ruang Pasar 127

IV.3.3. Analisa Pengelompokan Ruang Panggung Utama 128

IV.3.4. Analisa Pengelompokan Ruang Pasar 130

IV.3.5. Analisa Persyaratan Ruang 130

IV.3.6. Analisa Besaran Ruang 132

IV.3.7. Analisa Pengolahan Tapak 133

IV.3.7.1. Analisa Klimatologis 133

Page 8: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

IV.3.7.2. Analisa View 135

IV.3.7.3. Analisa Pencapaian 137

IV.3.7.4. Analisa Kebisingan 138

IV.3.7.5. Analisa Zoning 139

IV.3.7.6. Analisa Pencahayaan 140

IV.3.7.7. Analisa Penghawaan 140

BAB V KONSEP REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO

SEBAGAI RUANG PUBLIK 141

V.1. Konsep Bangunan Revitalisasi Kawasan Alun-alun Ponorogo 141

V.2. Konsep Peruangan 143

V.2.1. Konsep Pesyaratan Ruang 143

V.2.2. Konsep Besaran Ruang 144

V.3. Konsep Site Terpilih 145

V.4. Konsep Dalam Bangunan 146

V.5. Konsep Struktur Bangunan 146

V.6. Konsep Utilitas Bangunan 148

DAFTAR PUSTAKA xii

LAMPIRAN xiii

Page 9: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kondisi alun-alun Ponorogo pada saat menjelang Syawal 3

Gambar 1.2 Panggung Pertunjukan di Alun-alun Ponorogo 5

Gambar 2.1 Struktur Pusat Negara Demak 17

Gambar 2.2 Kompleks Masjid Demak 1602-1606 20

Gambar 2.3 Kompleks Masjid Demak 1602-1606 20

Gambar 2.4 Mesjid Mantingan di Jepara, dibangun sekitar 1599.

Terdapat di kompleks makam Ratu Kalinyamat 21

Gambar 2.5 Candi Tinggi di Muara Takus (Jambi) yang dibangun

kira-kira abad ke-12 merupakan puncak hasil seni

bangunan batu bata di Indonesia 22

Gambar2.6 Denah kompleks makam Kota Gede 23

Gambar 2.7 Kompleks makam-masjid Kota Gede 25

Gambar 2.8 Pusat kota Yogyakarta 31

Gambar 2.9 Denah Kompleks Keraton Yogyakarta 31

Gambar 2.10 Keraton Yogyakarta 32

Gambar 2.11 Pusat Kota Surakarta 33

Gambar 2.12 Keraton Surakarta 34

Gambar 2.13 Tatanan Keraton Surakarta berdasarkan Kosmologi 54

Gambar 2.14 Rekonstruksi Kraton Majapahit oleh Maclaine Port

berdasakan Kitab Negarakertagama (1924) 56

Gambar 2.15 Keadaan Kraton Surakarta sekarang dengan

Alun-alun Lor dan Alun-alun Kidul 58

Page 10: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

Gambar 2.16 Sketsa Topografi Kraton Yogyakarta dan

lingkungannya ketika serangan Inggris (1812) 59

Gambar 2.17 Pagar kayu yang membatasi Alun-alun Kraton

Yogyakarta, yang merupakan bukti bahwa Alun-alun

dulunya masih merupakan bagian dari Kraton 60

Gambar 2.18 Denah panggung teater kecil 85

Gambar 2.19 Berbagai macam model panggung 86

Gambar 2.20 Panggung proscenium 87

Gambar 2.21 Panggung thrust 89

Gambar 2.22 Bagian-bagian panggung I 90

Gambar 2.23 Bagian panggung II 91

Gambar 2.24 Denah Panggung Proscenium 96

Gambar 2.25 Panggung Portable 97

Gambar 2.26 Denah Panggung Tapal Kuda 98

Gambar 2.27 Denah Panggung Arena bentuk U 98

Gambar 2.28 Denah Panggung Arena bujur sangkar 99

Gambar 2.29 Denah Panggung Arena bentuk lingkaran 99

Gambar 2.30 Denah Panggung Terbuka 100

Gambar 2.31 Peta Wilayah Kabupaten Ponorogo 103

Gambar 2.32 Jumlah Penduduk Kabupaten Ponorogo 104

Gambar 2.33 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Ponorogo 107

Gambar 2.34 Kepadatan Penduduk Kabupaten Ponorogo 108

Gambar 2.35 Situasi Alun-alun Wonosobo 110

Gambar 2.36 Situasi Alun-alun Kidul Yogyakarta 111

Page 11: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

Gambar 2.37 Kawasan Alun-alun Kabupaten Ponorogo 112

Gambar 3.1 Alun-alun Ponorogo sebelum Panggung Pertunjukan 116

Gambar 3.2 Alun-alun Ponorogo sesudah Panggung Pertunjukan 117

Gambar 4.1 Kondisi panggung pertunjukan di alun-alun Ponorogo

pada saat menjelang Syawal 119

Gambar 4.2 Kondisi panggung pertunjukan pada waktu

Grebeg Suro 2011 120

Gambar 4.3 Alun-alun Ponorogo pada saat menjelang Syawal 121

Gambar 4.4 Kondisi sirkulasi lalu lintas Alun-alun Ponorogo

sekarang 122

Gambar 4.5 Pasar Alun-alun Ponorogo 123

Gambar 5.1 Candi Tinggi di Muara Takus (Jambi) yang di bangun

kira-kira abad ke-12 merupakan salah satu puncak hasil

seni bangunan batu bata di Indonesia 141

Gambar 5.2 Kompleks Menara Kudus beserta Makan-Masjid 142

Page 12: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAKSI

REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO

SEBAGAI RUANG PUBLIK

Setiap kota memiliki keragaman bentuk sosial,budaya,dan ekonomi. Ponorogo

yang merupakan salah satu kota yang masih menganut kota jawa kuno, dimana di

dalamnya sebuah pusat kota terdapat sebuah Alun-alun. Kondisi Alun-alun pun

sekarang bergeser pemaknaannya dari awal penciptaanya. Kegiatan perekonomian pun

seperti merajai kondisi Alun-alun sekarang.

Perevitalisasian yang bersifat penggabungan antara pemaknaan Alun-alun pada

masa Keraton dengan kebutuhan ruang publik masyarakat modern sekarang.

Modernisasi bukanlah suatu alternatif terhadap tradisi, tapi keduanya berkaitan secara

dialektis. Tentang tata letak pusat kota Jawa, pengaruh agama Hindu Budha dalam

mendesain sebuah pusat kota.

REVITALIZATION OF ALUN-ALUN PONOROGO AREA AS A PUBLIC

SPACE

Every town has a variety of forms of social, cultural, and economic. Ponorogo

which is one city that still adhered to the ancient Javanese city, from where there is a

center of a town square. Square condition was now shifted from the initial meaning of

thought. Economic activity was dominated conditions such as the square now.

Revitalization which is a merger between the meaning of the square in the

Palace with the needs of the public sphere of modern society today. Modernization is

not an alternative to the tradition, but the two are dialectically related. About the layout

of the center of Java, the influence of Hinduism Buddhism in designing a city center.

Kata Kunci : Revitalisasi, Alun-alun, Ruang Publik, Ponorogo

Page 13: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1 |BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

Pengenalan tentang kebudayaan nusantara sangat penting sekali, seiring

dengan memudarnya kebudayaan itu sendiri, seolah-olah ditelan oleh modernisasi.

Pengenalan kebudayaan pun harus mempunyai solusi untuk mengembalikannya,

pengenalan yang bersifat plural dan dapat di akses oleh masyarakat secara luas

dan mudah. Sebuah modernisasi bukanlah sebuah aral yang menghambat

perkembangan seni, lalu bagaimana kita dapat berjalan seiring dengan

modernisasi dan kemajuan teknologi. Sebuah wadah yang mengapresiasi

kebutuhan akan ruang berseni yang dapat di akses oleh masyarakat luas.

Hampir setiap kota memiliki ciri khas sendiri-sendiri,kita setuju dengan

hal itu. Sama hal-nya dengan kota Ponorogo –kota asal mula kesenian reog-

mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku masyarakat yang sangat khas. Setiap

malam bulan purnama pada setiap bulannya, selalu di adakan sebuah pagelaran

seni pertunjukan di alun-alun kota. Bisa berupa seni tari reog, wayang kulit, tari

kontemporer. Adanya panggung pertunjukan mempunyai peran penting dalam

menyajian sebuah karya seni pertunjukan. Kota ponorogo pun juga memiliki

sebuah panggung pertunjukan yang sangat strategis yang dapat diakses oleh

semua warga masyarakatnya, dipusat kota, alun-alun kota ponorogo.

Tetapi panggung tersebut mempunyai nilai fungsional yang kurang

maksimal. Tidak adanya zona servis yang dapat menunjang semua kegiatan seni

pertunjukan. Dengan redesain panggung tersebut diharapkan dapat

Page 14: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2 |BAB I

memaksimalkan potensi seni pertunjukan di wilayah ponorogo dan pada akhirnya

dapat memberikan kontribusi dalam memperbaiki sosial ekonomi masyarakat

ponorogo.

I.1 LATAR BELAKANG

I.1.1 Umum – Perkembangan paradigma dan konsekuensi

pemanfaatan alun-alun kota sebagai ruang publik.

Alun-alun merupakan salah satu bentuk ruang terbuka kota yang

keberadaannya menyandang filosofi dan tampil dengan ciri-ciri khas. Ciri-

ciri sebidang alun-alun yang sudah hilang barangkali sangat sulit

dikembalikan, atau setidak-tidaknya memerlukan waktu cukup lama.

Metamorfosa alun-alun nyaris tak bisa dicegah, walaupun fungsi sebagai

ruang terbuka masih tampil kuat bahkan kadang-kadang berlebihan.

Banyak anggota masyarakat yang kebablasan memaknai ruang terbuka

umum dengan paham berhak melakukan apa saja.

Nasib alun-alun yang tidak menentu sesudah jaman pasca kolonial ini

barangkali disebabkan belum adanya suatu konsensus budaya yang dapat

diterima oleh semua golongan. Etika keselarasan yang dipakai sebagai

sumber konsep untuk mewujudkan alun-alun kota, berakar dalam suatu

struktur sosial budaya dan pandangan dunia yang amat berbeda dengan

apa yang kita sebut sebagai modernisasi sekarang. Modernisasi bukanlah

suatu alternatif terhadap tradisi, tapi keduanya berkaitan secara dialektis.

Sikap kreatif yang dijunjung tinggi pada jaman modern ini misalnya,

berarti: bergairah untuk memikirkan, mencari, menemukan, menciptakan

Page 15: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3 |BAB I

sesuatu yang baru. Padahal tradisi masa lalu selalu bertitik tolak pada

keadaan selaras yang sudah ada, yang perlu dipertahankan, sesuatu yang

baru pasti mengacaukan harmoni dan harus ditolak. Terhadap keadaan

yang harmonis dan baik, yang baru mesti merupakan ancaman. Karena itu

pemikiran tradisional masa lalu yang berdasarkan keselarasan ditantang

untuk menunjukkan bagaimana dalam kerangkanya kreativitas dapat

diminati sebagai sesuatu yang positif. Konsensus misalnya, andaikata

terbentuk sifatnya mungkin hanya sementara saja. Adalah tidak mungkin

untuk mempertahankan nilai-nilai masa lalu dari arsitektur tradisional

sebagai dasar konsensus yang berlaku sekarang. Meskipun nilai-nilai dasar

dalam arsitektur tradisional tetap dipertahankan, perlu dipikirkan

pengembangan yang memadai untuk menghadapi tantangan – tantangan

dewasa ini.

Banyak alun-alun yang

tidak lagi bisa disebut alun-alun

dalam makna tradisional. Alun-

alun sekarang adalah ruang

terbuka umum, namun tidak

seharusnya kehilangan makna

filosifis yang terkandung di

dalamnya agar alun-alun masih

menunjukkan ikatan budaya

dengan masyarakat dalam

bentuk yang sesuai dengan

Gambar 1.1

Kondisi alun-alun Ponorogo pada saat menjelang Syawal

Sumber: dokumen pribadi, 4 Agustus 2011

Page 16: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4 |BAB I

perkembangan jaman. Alun-alun, sejak dahulu kala sampai sekarang, bagi

sebagian anggota masyarakat adalah tempat mencari nafkah. PKL sudah

ada sejak dahulu, perbedaannya dahulu lebih sebagai pedagang keliling

sedangkan sekarang lebih banyak membangun tenda semi permanen.

Wajah berubah, elemen dan tatanannya berganti, namun peran alun-

alun sebagai ruang terbuka umum tak bisa dihilangkan dari sebuah hunian,

bahkan seharusnya diperkuat peran dan fungsinya. Selain berfungsi

sebagai taman untuk menghirup udara segar, rekreasi bersama keluarga,

olah raga ringan, tempat upacara, juga bisa menjadi wahana pendidikan.

Filosofi alun-alun yang sudah cukup tua, dan gagasan pengadaannya,

memiliki nilai kesejarahan dan pendidikan. Nilai-nilai ini seharusnya juga

bisa menjadi aset kekayaan daerah yang bisa dijual sebagai objek

pariwisata. Masalahnya adalah bagaimana cara pengemasan dan kiat

penjualan sebagai objek peninggalan budaya. Alun-alun sedikit banyak

bisa “bercerita” tentang sejarah suatu kota di masa feodal, baik itu alun-

alun dalam skala Keraton maupun dalam skala Kabupaten. Menjadi objek

maka alun-alun tidak boleh kehilangan makna filosofi yang terkandung

sebagai warisan kekayaan budaya nasional.

I.1.2 Khusus – Panggung pertunjukan seni sebagai wadah apresiasi.

Panggung pertunjukan mempunyai peran penting dalam

pengembangan apresiasi seni, juga sebagai media pengenalan kepada

masyarakat. Seharusnya panggung tersebut memberikan kontribusi kepada

masyarakat sekitarnya. Pengenalan kepada generasi muda agar bisa tetap

Page 17: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5 |BAB I

menjaga kebudayaan nusantara.

Panggung pertunjukan yang ada

di alun-alun Ponorogo sekarang

ini tidak mempunyai zona servis

sendiri. Hal ini menyangkut

kenyamanan bangunan tersebut

ketika di gunakan usernya.

Ketika bangunan panggung

pertunjukan ini dapat

dimaksimalkan secara fungsional

diharapkan perekonomian

masyarakat sekitar juga meningkat

karena adanya wisatawan dalam kota maupun luar kota.

I.2 PERMASALAHAN DAN PERSOALAN

Permasalahannya, bagaimanakah merevitalisasi kawasan di alun-alun

Ponorogo yang lebih baik secara fungsional dan dapat memberikan kontribusi

dalam pengembangan potensi masyarakat dibidang ekonomi, sosial, dan

budaya. Persoalan dipaparkan sebagai berikut.

- Bagaimanakah desain yang dapat menjadi solusi untuk meningkatkan

fungsi bangunan.

- Bagaimana tatanan baru yang tetap dapat menjadi wadah kegiatan sosial,

budaya, dan ekonomi.

Gambar 1.2

Panggung pertunjukan di alun-alun Ponorogo

Sumber: dokumen pribadi, 17 Nopember 2011

Page 18: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6 |BAB I

- Bagaimanakah desain yang sebisa mungkin dapat mengembalikan fungsi

alun-alun.

I.3 TUJUAN DAN SASARAN

Tujuannya, revitalisasi kawasan Alun-alun di Ponorogo, sehingga dapat

memberikan input baru kepada masyarakat tentang kebudayaan nusantara.

Sasaran dipaparkan sebagai berikut.

- Tata massa bangunan.

- Bentuk panggung pertunjukan.

- Sistem struktur dan konstruksi bangunan.

- Material bangunan.

- Tata kawasan dan landscaping.

- Sistem sirkulasi bangunan dan kawasan.

- Sistem utilitas penunjang fungsi

I.4 LINGKUP DAN BATASAN

Lingkup pembahasan adalah cakupan disiplin ilmu arsitektur antara lain

tema spesifik mengenai ruang publik, aspek redesain panggung pertunjukan

sebagai produk fisik, aspek lingkungan alun-alun, serta lokasi (site) spesifik

area alun-alun Ponorogo. Batasannya dapat dijelaskan sebagai berikut.

- Pembahasan tema ruang publik untuk masyarakat Ponorogo

- Aspek mengenai lingkungan alun-alun dibatasi pada isu-isu yang

bersangkutan, keluar dari ketentuan-ketentuan formal mengenai

pengelolaan alun-alun kota.

Page 19: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7 |BAB I

- Aspek lokasi berkaitan dengan fisik panggung pertunjukan dan esksisting

sebagai objek perencanaan.

I.5 METODOLOGI

I.5.1 Metode Penelusuran Masalah

- Observasi, menyusun adanya permasalahan-permasalahan yang timbul

di sekitar panggung pertunjukan dan alun-alun Ponorogo.

- Studi literatur, menemukan keterkaitan antara fenomena yang terjadi

dengan acuan ilmu.

I.5.2 Metode Pencarian Data dan Informasi

- Survey lanjutan, melanjutkan pengamatan pada lokasi dan aspek-aspek

yang berhubungan dan dibutuhkan dalam pertimbangan kebijakan

desain nantinya.

- Studi literatur, mengumpulkan referensi ilmu untuk mengolah

informasi dan data yang diperoleh.

I.5.3 Metode Perumusan Konsep Desain

Perumusan konsep perancanaan dan perancangan (desain) yaitu

melalui metoda induktif (berdasar data empirik) dan metode deduktif

(berdasar referensi yang membantu mengarahkan pembahasan). Cara yang

digunakan yaitu analisis deskriptif, yaitu analisis dengan cara

membandingkan/membahas data dan informasi dengan referensi yang

ditentukan.

Page 20: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8 |BAB I

I.5.4 Metode Desain

- Mentransformasikan konsep yang diskriptif (verbal) ke dalam bentuk

gambar (visual).

- Sketsa ide.

- Studi tiga dimensi.

- Realisasi gambar ide menjadi suatu wujud rancangan (desain).

I.6 SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I Sebagai Pendahuluan untuk memberikan gambaran

tentang keseluruhan substansi penulisan ini.

BAB II Pemahaman Referensi, di sini sebagai acuan ilmu atau

pengetahuan umum yang dipilih dan dibutuhkan berkaitan

dengan pembahasan. Disertai tinjauan Ponorogo dengan

segala potensi yang ada di dalamnya.

BAB III Merupakan Gagasan, sebuah lingkungan alun-alun yang

akan direncanakan.

BAB IV Analisa merupakan penyelesaian persoalan desain untuk

menghasilkan konsep desain.

BAB V Merupakan output, memaparkan desain dan hasil rumusan

dari proses desain sebagai Konsep.

Page 21: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9 |BAB II

BAB II

TINJAUAN TEORI

II.1. REVITALISASI

Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau

bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami

kemunduran/degradasi. Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses

revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan

aspek sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan

potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat)

(Danisworo, 2002). Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi

pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan

peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada. Untuk

melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat.Dalam kamus

besar Bahasa Indonesia, Revitalisasi berarti proses, cara, dan perbuatan

menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya.

Sebenarnya revitalisasi berarti menjadikan sesuatu atau perbuatan menjadi vital.

Sedangkan kata vital mempunyai arti sangat penting atau perlu sekali (untuk

kehidupan dan sebagainya). Pengertian melalui bahasa lainnya revitalisasi bisa

berarti proses, cara, dan atau perbuatan untuk menghidupkan atau menggiatkan

kembali berbagai program kegiatan apapun. Atau lebih jelas revitalisasi itu adalah

membangkitkan kembali vitalitas. Jadi, pengertian revitalisasi ini secara umum

Page 22: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10 |BAB II

adalah usaha-usaha untuk menjadikan sesuatu itu menjadi penting dan perlu

sekali.

Revitalisasi termasuk di dalamnya adalah konservasi-preservasi1

merupakan bagian dari upaya perancangan kota untuk mempertahankan warisan

fisik budaya masa lampau yang memiliki nilai sejarah dan estetika-arsitektural.

Atau tepatnya merupakan upaya pelestarian lingkungan binaan agar tetap pada

kondisi aslinya yang ada dan mencegah terjadinya proses kerusakan.Tergantung

dari kondisi lingkungan binaan yang akan dilestarikan, maka upaya ini biasanya

disertai pula dengan upaya restorasi, rehabilitasi dan/atau rekonstruksi.Jadi,

revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian

kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami

kemunduran/degradasi. Selain itu, revitalisasi adalah kegiatan memodifikasi suatu

lingkungan atau benda cagar-budaya untuk pemakaian baru. Revitalisasi fisik

diyakini dapat meningkatkan kondisi fisik (termasuk juga ruang-ruang publik)

kota, namun tidak untuk jangka panjang. Untuk itu, tetap diperlukan perbaikan

dan peningkatan aktivitas ekonomi (economic revitalization) yang merujuk

kepada aspek sosial-budaya serta aspek lingkungan (environmental objectives).

Hal ini mutlak diperlukan karena melalui pemanfaatan yang produktif, diharapkan

akan terbentuklah sebuah mekanisme perawatan dan kontrol yang langgeng

terhadap keberadaan fasilitas dan infrastruktur kota.

Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi

sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek

sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi 1 pengawetan; pemeliharaan; penjagaan; perlindungan (sumber:http://www.artikata.com/arti-345973-preservasi.html)

Page 23: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11 |BAB II

lingkungan. Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada

penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan

ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada. Untuk melaksanakan

revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat. Keterlibatan yang dimaksud

bukan sekedar ikut serta untuk mendukung aspek formalitas yang memerlukan

adanya partisipasi masyarakat, selain itu masyarakat yang terlibat tidak hanya

masyarakat di lingkungan tersebut saja, tapi masyarakat luas. Ada beberapa aspek

lain yang penting dan sangat berperan dalam revitalisasi, yaitu penggunaan peran

teknologi informasi, khususnya dalam mengelola keterlibatan banyak pihak untuk

menunjang kegiatan revitalisasi. Selain itu revitalisasi juga dapat ditinjau dari

aspek keunikan lokasi dan tempat bersejarah. atau revitalisasi dalam rangka untuk

mengubah citra suatu kawasan.

Dengan dukungan mekanisme kontrol/pengendalian rencana revitalisasi

harus mampu mengangkat isu-isu strategis kawasan, baik dalam bentuk

kegiatan/aktifitas sosial-ekonomi maupun karakter fisik kota. Rancang kota

merupakan perangkat pengarah dan pengendalian untuk mewujudkan lingkungan

binaan yang akomodatif terhadap tuntutan kebutuhan dan fungsi baru.

II.2. AWAL PERADABAN NUSANTARA2

Permukiman kota di nusantara tidak serta merta muncul begitu saja, proses

yang cukup panjang, mulai dari peradaban Hindu-Budha hingga sekarang. Negara

sebagai suatu bentuk kekuasaan politis ekonomis di Indonesia baru dikenal,

setidak-tidaknya, sejak abad ke-4. Bukti dari pengaruh ini diperoleh dari Prasasti

2 Seni Bangunan dan Seni Bina Kota di Indonesia (A. Bagoes P. Wiryomartono)

Page 24: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12 |BAB II

Kutai3 pada pertengahan abad ke-20. Meskipun pada Prasasti Kutai tersebut tidak

disebut adanya sebuah negara, dapat diduga bahwa kerajaan Kutai dibawah

Mulawarman telah mengembangkan sebuah negara. Dengan negara ini organisasi

sosial politik dan ekonomi permukiman dikelola oleh suatu sistem kekuasaan atas

beberapa desa. Lingga4 menandai suatu keyakinan bahwa kekuatan kosmik

dihadirkan diatas bumi untuk menciptakan kesatuan aturan bumi dan kosmik raya

atas masyarakat manusia.

Pada dasarnya simbolisme lingga sebagai penghubung bumi dan langit ini

tidak lebih dari monumentalitas kekuasaan. Kekuatan spiritual yang dipakai dalam

pengukuhan lingga tidak bisa dilihat terpisah dari upaya untuk mempersatukan

apa yang telah dicapai secara sekuler. Dengan ritualisasi, lingga akan tidak dilihat

orang sebagai sekadar batu tegak, tetapi suatu benda yang telah diisi oleh makna

mistis. Mitologi akan mendukung kehadiran dan monumentalitas lingga tersebut

agar penghormatan atasnya terpelihara. Mitologi berkaitan erat dengan fungsi

suatu sejarah. Dari peristiwa-peristiwa yang terjadi terbukti bahwa sejarah tidak

luput dari pemaknaan perubahan kekuasaan baik polotik, sosial, maupun ekonomi.

3 Batu monumen lingga merupakan unsur penting dalam peradaban Hindu. Lingga didirikan untuk menandai tempat permukiman di mana kekuasaan dikukuhkan secara ritual menurut kepercayaan Hindu. Secara simbolik, lingga adalah representasi kekuatan Isvara. Daerah lingga biasanya didirikan/ditanami suatu prasasti yang memberikan keterangan waktu dan jumlah harta yang dipersembahkan oleh sang penguasa kepada para biarawan. Persembahan ini membuktikan kepada khalayak ramai bahwa kemampuan materi suatu wangsa telah sah dan mendapatkan restu serta dukungan spiritual. Dengan demikian wangsa yang bersangkutan memiliki legitimasi untuk memerintah daerah-daerah yang berada dibawah pengaruhnya. Lingga memiliki kesamaan dengan menhir.

4Lingga adalah sebuah arca atau patung, yang merupakan sebuah objek pemujaan atau sembahyang umat Hindu. Kata lingga ini biasanya singkatan dari Siwalingga dan merupakan sebuah objek tegak, tinggi yang melambangkan falus (penis) atau kemaluan Batara Siwa. Objek ini merupakan lambang kesuburan.

Page 25: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13 |BAB II

Dalam kepercayaaan Hindu yang berkembang di Jawa dan Bali, lingga

berhubungan erat dengan Dewa Siwa. Dewa yang dipercaya sebagai penguasa

dunia dalam segala bentuk manifestasinya. Siwa menguasai nasib dan jalan

kehidupan manusia di atas bumi ini. Dengan keyakinan demikian, lingga bukan

hanya lambang dari awal adanya kehidupan bertempat tinggal, tetapi juga awal

dari penyerahan diri dari ketidakpastian kepada sumber kekuatan kosmik raya.

Pendirian lingga membutuhkan pengorbanan dan upacara. Semua ini mungkin

dibuat untuk memberikan makna adanya keinginan mempertautkan kekuasaan

dengan bumi dan lingkungan dengan cara membuka alam. Kebutuhan manusia

akan adanya tengaran pada lanskap atau lingkungan fisiknya tampaknya berakar

dari hakikat eksistensialnya. Ada semacam ketakutan pada manusia yang

berkelompok mendiami suatu kawasan tanpa memiliki suatu tengaran tempatnya.

Tengaran menandakan bahwa suatu daerah dapat dikatakan sebagai tempat

tinggalnya. Tinggal di suatu daerah membutuhkan suatu sistem tanda, entah

berupa tugu atau pelataran. Mungkin lingga tidak lebih dan kurang dari satu

sistem tanda manusia intik memberikan tanda teritorial yang sudah dikuasai untuk

tempat tinggal. Pendirian tugu monumen yang lazim dalam peradaban Hindu di

Indonesia tak tampak lagi setelah peradaban Islam mulai mengembangkan

pengaruhnya di Indonesia. Sebenarnya pendirian monumen semacam lingga ini

tidaklah hilang begitu saja. Beberapa kasus memperlihatkan lingga sebagai bentuk

yang monumental yang terwujud dalam bentuk candi. Selama ini, hanya candi-

candi yang memberikan indikasi bahwa pembangunannya didukung oleh

masyarakat yang berbudaya kota. Sekalipun demikian, tidaklah selalu berarti

Page 26: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14 |BAB II

bahwa kompleks candi menjadi petunjuk bahwa masyarakat pendirinya sudah

bermukim, terkonsentrasi menetap, dalam pengertian urban.

Ketika dalam lingkungan candi memiliki suatu masyarakat yang

terkonsentrasi menetap –bermukim- dan mempunyai sistem sosial politik

ekonomi, tidak menutup kemungkinan adanya sebuah pusat pemerintahan. Dalam

hal ini, sebuah keraton memiliki perannya. Keraton sebagai pusat kekuasaan

selayaknya merupakan pusat di mana perkembangan permukiman urban bermula.

Keraton sebagai pusat kekuasaan sudah pasti memiliki tempat yang memberikan

tengaran orientasi dan membentuk wilayah yang terorganisir pencapaiaannya.

Untuk mendukung dua kondisi ini, pusat perlu didukung oleh lapangan terbuka

dan pasar.

II.3. PERMUKIMAN KOTA JAWA5

II.3.1. Jagad dan Kota

Konsep jagad Jawa erat kaitannya dengan konsep kekuasaan yang pada

prakteknya konstan dan mengalir di alam maupun di masyarakat manusia. Dalam

konsep ini, jagad merupakan kesatuan dan keteraturan hidup yang tidak

didasarkan pada perbedaan yang tajam atas kategori organik dan anorganik.

Jagad terjadi dan mengambil ruang serta waktu tertentu yang bisa

berulang. Pusat sebuah jagad atau rat (istilah Jawa asli) merupakan konsep yang

berdasarkan peristiwa di mana kekuatan-kekuatan kosmik dipercaya hadir dalam

dunia nyata. Peristiwa ini hanya terjadi melalui satu figur kepemimpinan yang

mampu merangkum spiritual dan sekuler sekaligus. Konsep kepemimpinan yang

5 Seni Bangunan dan Seni Bina Kota di Indonesia (A. Bagoes P. Wiryomartono)

Page 27: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15 |BAB II

dikembangkan kebudayaan Jawa dalam permukiman urbannya tidak memisahkan

kekuasaan sekuler dari spiritual, justru menghendaki integrasi6 keseluruhan

kekuatan sosial yang ada dalamsatu figur. Karena konsep pusat urban Jawa tidak

pada pembendaan atau objektifikasi, bisa dipahami bila struktur fisiknya tidak

otoriter dan teratur geometris seperti halnya kota Alberti dan Scamozi7.

Sumber keberadaan jagad adalah satu dan karena itu kekuasaan pun

memiliki sifat homogen, sehingga kemanunggalan menjadi sentral dalam

pemikiran Jawa tentang jagadnya. Karena konsep kemanunggalan inilah

hubungan antara sesama manusia dan lingkungan alam maupun binaannya

cenderung mencari konsensus, bukan konflik yang dialektik8.

Jika jagad terjadi di lingkungan binaan, struktur apakah yang memberi

batas padanya? Bagaimana sebenarnya orang Jawa mendefinisikan jagad itu jika

tidak dikenal batas-batas yang jelas? Batas dimaksud berkaitan dengan struktur-

struktur yang membangun pengertian tentang apa dan bagaimana jagad itu. Dalam

Serat Centhini9 V pupuh 4 dapat dibaca perumpamaan jagad yaitu sebagai kelir-

nya pementasan wayang. Kelir dalam pengertian ini erat kaitannya dengan

6Integrasi berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Integrasi social dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian fungsi. Hal ini terkait dengan asimilasi dan akulturasi.

7Leon Battista Alberti (14 Februari 1404 – 20 April 1472), Arsitek Vincenzo Scamozzi (2 September 1548 – 7 Agustus 1616), Arsitek

8Dialektik merupakan seni berpikir secara teratur, logis, dan teliti yang diawali dengan tesis, antithesis, dan sintesis.

9Serat Centhini (dalam aksara Jawa: ), atau juga disebut Suluk Tambanglaras atau Suluk Tambangraras-Amongraga, merupakan salah satu karya sastra terbesar dalam kesusastraan Jawa Baru. Serat Centhini menghimpun segala macam ilmu pengetahuan dan kebudayaan Jawa, agar tak punah dan tetap lestari sepanjang waktu. Serat Centhini disampaikan dalam bentuk tembang, dan penulisannya dikelompokkan menurut jenis lagunya.

Page 28: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16 |BAB II

pementasan itu sendiri, ada adegan, peran, tempat, dan waktu. Kelir sendiri hanya

dimengerti bila ada lampu (blencong) yang memberi bayangan pada wayang-

wayang yang berperan. Jika sang dalang itu tak ubahnya sebagai yang empunya

dan menguasai hidup ini, jagad dalam pengertian Jawa itu sebenarnya bukan

dalam kekuasaan manusia. Kejadian-kejadian ketika jagad memperlihatkan diri

sebagai fenomena bermukim oleh orang Jawa hanya dipandang sebagai mampir

untuk minum. Dalam Serat Centhini sendiri dibedakan pengertian jagad dan

dunya. Dunya dikaitkan dengan pengertian yang fana dan menawarkan

kenikmatan sensual, yang tidak memiliki kedalaman dan makna kehidupan masa

depan. Sementara jagad bicara mengenai wisma masa depan manusia yang

memberikan pengetahuan sejati dan kebersatuan antara Sang Pencipta dan yang

diciptakan. Bermukim di atas bumi ini menurut konsepsi Jawa tidak lebih dari

kesementaraan untuk membekali diri dengan air kehidupan yang bisa membawa

langkah seseorang menuju kemanunggalan dengan Penciptanya.

Dengan konsep bermukim sekadar 'mampir minum' ini, orang Jawa

banyak melihat hidup dalam pengertian suatu kerangka maju atau mundur dalam

masalah materialistik. Struktur-struktur fisik permukiman oleh orang Jawa tidak

dilihat sebagai bangunan permanen, tetapi sebagai pondok sementara. Jika konsep

kesementaraan ini yang dianut, bermukim secara Jawa tidak banyak meluangkan

waktu untuk mengembangkan seni bangunannya.

Page 29: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17 |BAB II

Bagaimanakah karya rancang-bangun dan struktur fisik dari sebuah

negara atau kuta itu sebenarnya? Kota tua Jawa yang hingga kini masih

dapatdilihat strukturnya adalah Demak, Kudus, dan Kota Gede. Bagian

kotaDemak yang masih banyak meninggalkan petunjuk gagasan kota

negara,nampak pada

daerah yang kini

disebut Kauman,

Pecinan, dan Siti

Hinggil.(Gambar 2-1).

Meskipun

dalem Sultan Demak,

Raden Patah (1500-

1518), sudah tidak

nampak, namun

lokasinya masih dapat

diketahui. Dalem ini pasti terletak di daerah yang dikenal sebagai Siti Hinggil,

sebelah selatan alun-alun. Struktur pusat negara Demak .merupakan indikasi

penting konsep pusat kota di Jawa setelah Majapahit pudar kekuasaannya di Jawa

Timur. Demak berkembang bukan dari surplus pertanian, tetapi dari turnbuhnya

jasa perdagangan di pantai utara Jawa sebelum Portugis menguasai Selat Malaka

tahun 1513-1516. Dengan jasa perdagangan inilah, kompleks mesjid Demak yang

menandai masuknya Islam dalam sistem kekuasaan Jawa itu didirikan.

Struktur pusat Demak kemungkinan merujuk pada ibukota Majapahit

dengan skala lebih kecil. Di dalam struktur ini halun-halun menjadi struktur ruang

Gambar 2-1Struktur pusat negara Demak (Sumber : buku Seni Bangunan dan Seni Bina Kota di Indonesia)

Page 30: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18 |BAB II

pengikat bagi Dalem/keraton maupun mesjid yang bersangkutan. Elemen-elemen

yang menarik warisan rancang bangun peradaban Hindu nampak pada kompleks

Mesjid Demak. Sekalipun orang masih berharap untuk mendapat data arkeologi

pada daerah Siti Hinggil (siti: permukaan tanah/bumi, hinggil: tinggi atau

ketinggian), namun bisa dilihat bahwa keraton sebagai tempat tinggal tidak

dibangun dalam struktur sepermanen dinding-dinding mesjid. Atau, kuta atau

tembok keliling keraton telah diratakan dengan tanah untuk perumahan penduduk

setelah kekuasaan sultan pudar dan bergeser ke Pajang dan Kota Gede sejak 1518

Kudus merupakan salah satu kota penting yang melanjutkan sinkretisme10

antara peradaban Hindu dan Islam ke dalam bangunan kompleks mesjid dan

makam. Sunan Kudus dalam sejarah dikenal sebagai salah satu Wali Sanga yang

sangat berpengaruh pada kerajaan-kerajaan Jepara, Demak, dan Pajang sekitar

awal abad ke-16. Sebagaimana Mesjid Demak, Mesjid Kudus merupakan bagian

yang dibangun tidak berdiri sendiri. Mesjid Kudus merupakan pendukung

kompleks makam Sunan Kudus. Kompleks Kudus ini meliputi wilayah lebih dari

5000 meter persegi. Seperti halnya kompleks Mesjid Demak, di makam-mesjid

Sunan Kudus orang akan menjumpai perpaduan elemen-elemen pura Hindu dan

kegiatan Islam. Bagian utama Mesjid Kudus lebih kecil dari Mesjid Demak.

Mesjid di Kudus ini nampak istimewa karena memiliki struktur bentar dan

paduraksa yang menerus menembus ruang utama mesjid. Struktur gerbang-

gerbang ini sekaligus memberi arah Kiblat yang kuat. Jika hal ini dibuat secara

10Sinkretisme adalah upaya untuk penyesuaian atau pencampuran kebudayaan pertentangan perbedaan kepercayaan, sementara sering dalam praktik berbagai aliran berpikir. Istilah ini bisa mengacu kepada upaya untuk bergabung dan melakukan sebuah analogi atas beberapa ciri-ciri tradisi, terutama dalam teologi dan mitologi agama, dan dengan demikian menegaskan sebuah kesatuan pendekatan yang melandasi memungkinkan untuk berlaku inklusif pada agama lain.

Page 31: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19 |BAB II

sengaja, struktur utama mesjid (mungkin aslinya) tidak perlu berdinding. Sumbu

Kiblat yang dibentuk oleh gerbang-gerbang memberikan konotasi sinkretisme

Hindu Islam pada tingkat tata ruang. Sementara penggunaan menara kul-kul dan

bedug memberi konotasi sinkretisme pada tingkat rancang bangun

representatifnya.

Struktur ruang makam-mesjid Kudus tidak memiliki hierarki11 yang

sederhana. Kompleks ini dibangun dengan dinding keliling bata merah, seperti

juga di Demak. Rancangan profil dinding ini mirip dengan dinding kompleks

candi-candi di Jawa Timur, Candi Penataran dan Candi Tikus. Setiap pintu masuk

yang melalui dinding-dinding tersebut hampir selalu ditandai oleh bangunan

bentar atau paduraksa. Tata ruang yang berlapis-Iapis dan membentuk segi empat

oleh dinding batu bata menunjukkan prosesi yang jelas memperlihatkan

terhormatnya derajat wilayah makam. Di Kudus, terdapat tidak kurang dari tujuh

lapis gerbang dan halaman berdinding. Di Demak, dapat dijumpai pula tatanan

ruang berlapis-Iapis, namun tidak serumit makam Sunan Kudus. Yang menarik di

Demak adalah kejelasan struktur ruang yang dibentuk oleh tembok keliling segi

empat dengan empat gerbang penjuru angin (Gambar 2-2). Struktur yang jelas ini

menyebabkan mesjid nampak lebih menonjol monumentalitasnya.

11Hierarki adalah urutan atau aturan dari tingkatan abstraksi menjadi struktur pohon (www.id.shroong.com/social-sciences/education/2069530-pengertian hierarki)

Page 32: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20 |BAB II

Sarean dikompleks mesjid

ini nampak sebagai struktur

pendukung yang memiliki jalur

prosesi sendiri. Yang membuat

tata ruang berlapis-lapis adalah

sarean utama yang dibangun

dengan struktur cungkup. Struktur

ini diyakini memberi perlindungan

bagi makam sebagai mana atap

melindungi tempat tidur. Orang

Jawa melihat kuburan sebagai

tempat yang disucikan dari

kegiatan harian.

Berziarah ke makam setara

dengan menghadap pada yang bersangkutan dengan penuh hormat dan dengan

menyucikan badan dari kotoran. Untuk mengawasi tertibnya ritual ini didirikanlah

paseban, di mana petugas jaga makam melaksanakan tugasnya. Pada umumnya,

paseban sudah dapat dilihat sejak masuk kompleks makam. Untuk melengkapi

ritual ziarah, pemandian dibangun. Di beberapa makam dikenakan tradisi

menggunakan pakaian tradisional Jawa tanpa alas kaki. Ritual semacam ini

merupakan bagian dari prosesi ziarah. Ritual ini pula yang menjadi dasar tata

ruang kompleks makam.

Gambar 2-2Kompleks Mesjid Demak 1602-1606 (Sumber: Ismudiyanto, 1987:53

Page 33: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21 |BAB II

Lapisan ruang-ruang

yang perlu dilalui dari

prosesi ziarah ini dibuat

sedemikian rupa sehingga

memiliki kemiripan dengan

prosesi menuju tempat

tinggal raja yang

bersangkutan. Secara tata

ruang sarean dan dalem

alias kalenggahan sultan

selintas tidak berbeda. Dasar

dari struktur ruang yang

dikembangkan pada makam-makam Sunan Kudus, Ratu Kalinyamat, hingga

Panembahan Senapati menunjukkan gejala yang sama yaitu sinkretisme antara

konsep candi Hindu, penghormatan leluhur asli Jawa dengan fasilitas dan ritual

Islam. Elemen-elemen pribumi nampak pada rancang bangun makam berumpak

yang mengingatkan pada punden berundak. Elemen-elemen Hindu diungkapkan

pada gubahan atap mesjid maupun struktur ruang berdinding dengan paduraksa

dan bentar. Semua terpadu untuk memberi tempat dimana kesucian badan

disyaratkan dalam mengikuti proses ritual di dalamnya.

Gambar 2-4Mesjid Mantingan di Jepara, dibangun sekitar 1599. Terdapat di kompleks makam Ratu

Kalinyamat. (Sumber: Album Peninggalan Purbakala, 1991: 79)

Page 34: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22 |BAB II

Teknik konstruksi

dinding terakota dan

rancang bangun kompleks

makam-mesjid Demak ini

dapat ditelusuri asal

usulnya dari bangunan-

bangunan peradaban

Majapahit, Candi Brahu,

Candi Tinggi (lihat

Gambar2-5), dan sisa-sisa Keraton Trowulan. Konstruksi batu bata yang saling

terkait tanpa bahan lain (tanpa semen pc, misalnya), selain hasil reaksi antara

gesekan bata-bata, merupakan kekhasan warisan Majapahit. Warisan seperti ini

masih dipraktekkan pada bangunan-bangunan tradisional Bali: puri, pura, dan

patirtan. Di dalam tradisi bangunan di Kota Gede, hubungan antar batu bata

tersebut dilekat oleh putih telur.

Gubahan bentuk dinding pada kompleks makam-mesjid Demak berupa

segi empat yang membentuk suatu enclosure12. Konsep segi empat ini mungkin

diturunkan dari konsep puri. Dengan konsep Sanskerta ini, wilayah terbina atau

terbangun telah menjadi suatu kategori dalem. Artinya, tempat yang dikelilingi

tembok batu bata itu sudah menjadi milik seseorang dalam mengungkapkan pusat

kekuasaan.

Dari tatanan fisik bangunannya, kompleks mesjid dan makam nampak

tidak dalam kaitan prosesi langsung, namun saling mendukung. Makam 12Enclosure merupakan struktur yang terdiri dari suatu daerah yang telah ditutup untuk beberapa tujuan tertentu.

Gambar 2-5Candi Tinggi di Muara Takus (Jambi) yang dibangun kira-kira abad ke-12 merupakan salah satu puncak

hasil seni bangunan batu bata di Indonesia.

Page 35: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23 |BAB II

ditempatkan sebagai bagian dalam dengan mesjid sebagai latar depannya. Dengan

begitu, nampak keluhuran kepercayaan asli memberi prioritas pada mesjid untuk

langsung menghadap ke alun-alun.

Kompleks makam dan mesjid ini mungkin bukan bermula di Demak dan

Kudus, kemudian mencapai kesempurnaan di Kota Gede (lihat Gambar2-6).

Setelah Kota Gede, makam-mesjid tidak lagi dibangun di pusat kota kerajaan.

Meskipun di Mesjid Agung Yogyakarta masih terdapat makam, namun bukanlah

tempat pemakaman keluarga Keraton Yogyakarta, karena Sultan Agung

membangun makam keluarga Kerajaan Mataram di Imogiri.

Kota Gede sebagai pusat peradaban Islam Jawa dibina oleh Ki Gede

Pamanahan sekitar tahun 1577 atas piagam Raja Pajang. Diceritakan oleh de

Graaf (1954/1987:52-54) bahwa hutan Mentaok mula-mula dibuka dan

dibangunlah kuta atau tembok bata keliling. Di dalam wilayah bertembok keliling

Page 36: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24 |BAB II

ini ditanami pohon buah-buahan. Ki Gede Pamanahan mendirikan mesjid sekitar

tahun 1587. Kemudian dilengkapi dengan serambi oleh Panembahan Senapati,

putra Ki Gede Pamanahan. Senapati membina apa yang sudah dirintis ayahnya ini

dengan membangun dinding luar, kitha bata putih, antara 1592-1593.

Apa yang dikenal sebagai kitha banon petak ini dibangun setelah Senapati

bertemu dengan Sunan Kalijaga. Sunan yang berpengaruh besar ini menganjurkan

Senapati untuk membangun dalem-nya, dengan itu ia bisa berkuasa sebagai Raja

Mataram. Namun, tembok berbata putih masih belum sempurna bila tidak

dilindungi oleh pagar keliling yang lebih luas. Senapati memerintahkan rakyatnya

untuk membakar bata merah setiap musim kemarau dan mulai membangun kitha

jaba. Dengan pembangunan ini maka terbinalah apa yang disebut kitha jaba dan

kitha dalem. Dilaporkan oleh de Haan yang pemah mengunjungi Kota Gede tahun

1623 (de Graaf, 1987:116) bahwa jarak antara Jaba dan Dalem adalah

sepenembakan peluru (tidak lebih dari 2000 meter).

Situs Kota Gede memberikan informasi bahwa kitha dalem atau beteng

jera yang dibangun Senapati dengan banon putih masih nampak sisa-

sisanya.Beteng Jero ini melingkari kompleks keraton-singosaren (sekarang

namadesa) yang melingkupi kompleks makam-mesjid yang dibangun Ki Gede

Pamanahan menjadi bagian yang tak terpisahkan. Sementara itu, sepanjang beteng

atau kuta ini terdapat parit-parit. Dikabarkan bahwa Senapati biasa menggunakan

perahu kecil atau kanu untuk menuju keratonnya dari bagian selatan. Beteng jaba

kota Mataram Islam ini dibangun meliputi kawasan 5 km memanjang dari

Grojogan ke Ngipik, serta lebih dari 5 km dari Ngipik ke Wioro dan dengan jarak

yang hampir sama dari Wioro ke Warung Bokodan kembali ke Grojogan. Luas

Page 37: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25 |BAB II

areal yang ada di bawah perlindungan beteng jaba atau kuta jaba meliputi wilayah

seluas 25 hingga 30 km persegi.Luas ini belum apa-apa dibandingkan dengan

Trowulan yang meliputi kawasan lebih dari 10 x 10 km persegi. Benteng luar

dibedakan dengan benteng dalam karena konstruksi dan bahan bangunannya. Pada

dinding kota bagian luar, Senapati tidak membangun dengan batu putih dengan

tebal lebih dari 30 cm dan tinggi lebih dari 2 meter, melainkan dengan dinding

batu bata setebal 60-70 cm dengan tinggi 2 hingga 3 meter. (lihat Gambar 2-6 dan

Gambar2-7).

Gambar 2-7 Kompleks makam-masjid Kota Gede (Sumber : buku Seni Bangunan dan Seni Bina Kota di Indonesia)

Page 38: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26 |BAB II

Dari apa yang dapat dilihat di Kota Gede ini dapat dibicarakan beberapa

aspek:

· Inti Kota Gede dimengerti sebagai tempat kompleks Sarean

(kuburan) Panembahan Senapati itu berada, setelah Raja Mataram

Islam ini meninggal. Keraton Kota Gede sendiri tidak nampak

seperti pemakaman keluarga raja-raja. Kawasan di mana kuta yang

dibangun oleh Senapati masih dikenal sebagai permukiman

dalem/keraton. Mungkin struktur fisik keraton secara perlahan-

lahan hancur. Beberapa bagian pentingnya sejak 1618 dibawa

pindah ke Pleret, Kartasura kemudian ke Surakarta danYogyakarta.

Bisa diduga, bahwa di kompleks ini keraton Mataram Islam

pertama itu berdiri. Mesjid, makam, dan keraton merupakan

struktur-struktur utama dari apa yang disebut pusat Jagad-nya

Mataram Islam.Struktur fisik ini dikelilingi oleh dinding keliling

atau pager bhumi sehingga disebut kuta bukan pradesa.

· Pendirian benteng yang mengelilingi pusat kekuasaan· Mataram,

yang disebut pager bhumi itu, mengingatkan orang pada tradisi

karya rancang bangun Hindu. Dinding kelilingnya memberi nuansa

pengaruh karya rancang-bangun Hindu pada tata ruang Kota Gede.

Pengaruh ini dapat dilihat lebih jelas pada bentuk gapura serta

dinding yang dibangun dengan batu bata. Tempat pusat alias nabha

dalam pengertian negara-nya Kuta Gede ini jelas tidak menganut

aturan tata ruang sumbu yang menerus. Kompleks makam-mesjid

dapat dicapai dari arah timur, di mana alun-alun semula berada.

Page 39: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27 |BAB II

Tempat di mana permukiman dan pasar berada masih merujuk ke

kawasan sekitar nama alun-alun ini. Sekarang, lokasi daerah yang

namanya alun-alun Kota Gede itu terisi oleh permukiman yang

padat.

· Di sekitar tempat pusat atau alun-alun inilah permukiman

berkembang tanpa mengikuti jalur-jalur yang aksial geometris atau

berupa sumbu-sumbu yang terencana. Jalur pencapaian yang ada

pada prinsipnya bebas dan dibentuk oleh dinding pagar halaman.

Regol atau pintu masuk ke masing-masing rumah dicapai melalui

jalur sirkulasi yang meliuk-liuk ini.

· Permukiman Kota Gede terdiri dari beberapa kelompok yang tidak

didasarkan oleh pola geometris sistematis, tetapi merupakan

compound yang terdiri dari beberapa keluarga. Setiap satu

compound dibangun dengan pembatas dinding keliling dari batu

bata terbuka atau diplester, dan terdiri atas 6 hingga 10 rumah. Di

kawasan yang disebut Jagalan, Purbayan, dan Basen dapat dilihat

struktur permukiman yang tunggal tidak berupa compound, seperti

di Singosaren dan Mutihan. Umumnya rumah tinggal dilengkapi

oleh pendapa yang dibangun di depan sebagai tempat tamu atau

kerja. Permukiman di Kota Gede ini dalam beberapa hal memiliki

persamaan dengan permukiman Bali Aga di Bug-bug.

Page 40: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28 |BAB II

II.3.2. Halun-Halun13

Dalam kenyataan fisiknya, yang disebut kuta atau negara itu selalu ada

halun-halunnya, yang kemudian disebut alun-alun. Mengapa bentuk dari ruang

terbuka ini segi empat atau hampir bujur sangkar? Di Yogyakarta dapat

ditemukan bentuk denah alun-alun yang jajaran genjang. Zoetmulder(1935)

menyebut adanya Mancapat yang sering dianut oleh orang Jawa sebagai pusat

orientasi spasial. Arah empat ini dipegang oleh orang Jawa dalam hubungannya

dengan empat unsur pembentuk keberadaan bhuwana: air, bumi, udara, dan api.

Dasar pembentuk kehidupan ini kemudian diturunkan sebagai dasar kategorisasi

untuk hal-hal lain, misalnya tata ruang pada kawasan alun-alun.

Hingga kini masih belum diketahui dengan pasti asal-usul alun-alun ini.

Jawa dikenal sebagai suatu budaya yang mengembangkan pemikiran tempat

bermukim lebih pada memberi atau mengenali sifat-sifatnya. Kata halun-halun

mungkin diasosiasikan dengan suatu tempat yang memiliki sifat telaga dengan

riak yang tenang. Sifat ini diperlukan oleh konsep kekuasaan Jawa sebagai

integrator segala keragaman peran, aspirasi, dan tradisi. Dengan kemampuan

integrasi dan toleransi yang tinggi, kemungkinan besar konsep halun-halun ini

merepresentasikan orang Jawa. Dapat diperkirakan bahwa lapangan terbuka ini

sudah ada sebelum masa Borobudur dan Prambanan dibangun, meskipun pada

relief-relief candi tersebut tak dilukiskan secara gamblang.

Hinduisme dan Buddhisme memberikan kontribusi perkembangan alun-

alun itu, sebab upacara-upacara kenegaraan Hindu pada khususnya membutuhkan

ruang terbuka untuk prosesi-prosesi ritual: penobatan Ratu, perkawinan agung,

13 Seni Bangunan dan Seni Bina Kota di Indonesia (A. Bagoes P. Wiryomartono)

Page 41: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29 |BAB II

dan penyambutan-penyambutan tamu mancanegara. Catatan-catatan Portugis dan

Belanda sekitar abad ke-17 banyak merekam adu macan di alun-alun. Jadi alun-

alun bukan sekedar tempat upacara tetapi juga tempat hiburan negara. Apakah

lapangan ini gagasan asli? Jika lapangan itu tidak pernah dikenal dalam tata urban

Jawa Hindu dan Buddha, tak akan ada konsep alun-alun itu.

Kata halun-halun sendiri berasal dari Bahasa Jawa Kuno (Kawi) bukan

Sanskerta. Jadi, bisa diduga bahwa lapangan terbuka itu orisinal Jawa.

Yang menarik untuk diketahui adalah kenyataan bahwa di Tanah Sunda

(Jawa Barat) dikenal alun-alun dengan konsep yang sarna dengan di Jawa Tengah

dan Jawa Timur. Mungkin terdapat campur tangan Belanda dalam memberikan

status administrasi kabupaten, karesidenan, kawedanan, pada daerah-daerah

tertentu yang berada dalam pengawasan administrasi Pemerintah Kolonial.

Dugaan ini semakin kuat oleh adanya bangunan penjara yang selalu ditempatkan

di utara berhadapan dengan Kabupaten yang berada di selatan.

Dalam kitab Negarakertagama tertulis dengan jelas bahwa keberadaan

alun-alun sudah dimulai sejak abad ke-14 peradaban Majapahit. Namun alun-alun

yang dimaksud hendaknya tidak dikacaukan dengan Lapangan Bubat. Lapangan

ini lebih dekat dengan pengertian suatu waterfront Majapahit terhadap Kali

Brantas.

Negarakertagama menyebut adanya bhawana (yang bisa diduga gudang-

gudang) dan mapanta (diduga hunian pedagang). Indikasi yang diberikan dari

inskripsi mengenai negara pada zaman Majapahit tidak cukup untuk membuat

rekonstruksi fisik, tanpa bantuan data-data galian arkeologi. Hingga saat ini

kemajuan di bidang arkeologi belum memadai dan masih terus berlangsung.

Page 42: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30 |BAB II

Meskipun demikian, Stutterheim (1948) dengan cermat telah membuat suatu

dugaan rekonstruksi dari kota Majapahit di Trowulan. Hasil rekonstruksi ini

memperlihatkan bahwa struktur kota Majapahit memiliki bentuk yang tersusun

oleh beberapa jalan dengan arah-arah sesuai dengan mata angin. Dapat ditafsirkan

bahwa struktur simpul kota Majapahit serupa dengan Perempatan Agung-nya

Hindu Bali. Dan sumbu-sumbu mata angin-lah yang mengorganisir tata ruang dan

bangunan secara keseluruhan.

Sekalipun jalan-jalan nampak tidak direncanakan dengan pegangan pada

satu sumbu aksial yang dominan, tetapi orang akan melihat posisi sentral dari

istana dan alun-alun. Dari hasil rekonstruksi yang dibuat Stutterheim, istana

Majapahit merupakan suatu struktur yang tidak sederhana dalam hierarki ruang-

ruangnya. Struktur di dalamnya dibentuk oleh bangunan-bangunan yang dibatasi

oleh dinding penyengker yang pasagi. Struktur ini menunjukkan bahwa karya

rancang-bangun Hindu berpengaruh besar terhadap tata ruang Jawa Majapahit, di

mana ruang hidup atau tempat peribadatan dibentuk oleh struktur yang memberi

kepastian orientasi. Struktur bangunan yang didirikan di dalam tembok pasagi

yang mengelilinginya dalam Bahasa Jawa Kuno disebut bangsal atau binangsal.

Jika alun-alun itu memiliki dasar keberadaan sebagai tempat ritual-ritual

dan kegiatan sosial kenegaraan, ia akan dianggap sebagai bagian dari pusat

kekuasaan bersama keraton dan candi utama. Pasar tidak akan berada di sekitar

alun-alun sebab berhubungan dengan kehidupan sekuler dan sehari-hari. Fakta ini

tidak dilihat pada kasus Kota Gede, di sini pasar (Sargede) berada di atas lahan

alun-alun tempo dulu. Bisa jadi pada zaman Majapahit pun, kegiatan sekuler dan

Page 43: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31 |BAB II

spiritual terjadi di tempat yang sama: alun-alun. Di Jawa dikenal apa yang disebut

hari pasar, yang memungkinkan tumpang tindihnya kegiatan sekuler dan spiritual.

Dalam denah kota

Majapahit hasil rekonstruksi

Stutterheim (1948) dan tulisan

Madaine Pont (1924) didapat

keterangan bahwa alun-alun

Majapahit bersama keratonnya

terletak sentral. Di tengah alun-

alun terdapat bangunan atau

monumen, mungkin tempat Sang

Ratu dan para menterinya duduk

untuk menghadiri upacara-

upacara. Di sekitar alun-alun ini

dibangun candi Buddha. Yang

menarik adalah fakta bahwa pura-

pura Hindu-nya dibangun di

pinggiran luar kuta-negara di

Trowulan.

Pada pusat-pusat kota

Yogyakarta (lihat Gambar 2-8)

dan Surakarta (lihat Gambar2-10)

terdapat dua alun-alun, utara dan

selatan. Alun-alun

Gambar 2-8Pusat kota Yogyakarta (Sumber : buku Seni Bangunan dan Seni Bina Kota di

Indonesia)

Gambar 2-9Denah Kompleks Keraton Yogyakarta (Sumber : buku Seni Bangunan dan Seni Bina Kota di

Indonesia)

Page 44: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32 |BAB II

Gambar 2-10Keraton Yogyakarta (Sumber : buku Seni Bangunan dan Seni Bina Kota di

Indonesia)

utaramerupakan tempat resmi yang berhubungan dengan raja. Sementara alun-

alunselatan untuk putra mahkota sebagai persiapan untuk melakukanupacara-

upacara kenegaraan.

Situasi di alun-alun biasanya mudah diamatidari panggung

Sanggabhuwana. Menara pandang ini tidak nampak di Keraton Yogyakarta, tetapi

dominan di Keraton Kasunanan Surakarta. Pada situs Trowulan menara pandang

ini dapat ditemukan sisa-sisanya. Dengan menara pandang yang tingginya lebih

dari 12 meter ini, Sang Raja dapat mengamati lebih saksama situasi di alun-alun

maupun pasar.

Hingga saat ini, yang

disebut alun-alun di Jawa masih

dianggap lapangan formal yang

erat kaitannya dengan upacara

kenegaraan. Lapangan Monas

atau hampir semua alun-alun di

Jawa tidak menampung kegiatan

komersial. Bisa dikatakan ada

kesan bahwa alun-alun

mempunyai makna spiritual.

Betulkah konsep ini berakar dari

peradaban Jawa Hindu-Buddha?

Atau ini semua rekaan Sang

Penguasa Kolonial untuk

memperkuat kedudukan para

Page 45: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33 |BAB II

bupati yang diawasinya supaya tidak dekat dengan rakyatnya?

Perubahan konsep alun-alun dapat ditemukan pada kasus kota Bandung.

Semula alun-alun Bandung merupakan pendukung perkembangan kota kembang

dipimpin oleh Bupati Wiranata Kusumah (1846-1874) di bawah instruksi

Gubernur Jendral van Hoevell, penerus Daendels. Alun-alun Bandung ini

dibangun beserta mesjid dan kabupatennya atas permintaan Pemerintah Hindia-

Belanda. Dengan demikian, alun-alun Bandung bukan dibangun atas dasar

aspirasi pribumi. Pemerintah Hindia-Belanda bermaksud untuk mempermudah

kontrol pada kekuasaan lokal jika pusat pemerintahannya berada di sepanjang

Grote Postweg.

Belanda sejak VOC abad ke-17 sudah sangat berpengalaman

memanfaatkan konsep maupun kekuasaan lokal. Perubahan konsep alun-alun

sebagai tempat upacara negara menjadi taman umum kota berlangsung di

Bandung sejak 1967. Sekarang alun-alun ini telah menjadi taman kota, bukan

sebagai kekosongan yang hanya digunakan untuk upacara-upacara kenegaraan.

Perubahan makna alun-

alun sebagai tempat terjadinya

dunia dalam konteks ritual

spiritual menjadi taman atau

ruang terbuka umum kota,

adalah konsep urban yang dapat

berkembang dalam kehidupan

bermukim modern. Kebutuhan

masyarakat kota akan upacara Gambar 2-11Pusat kota Surakarta

(Sumber : Bonnef, 1986: 296)

Page 46: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34 |BAB II

atau ritual-ritual kenegaraan akan didesak oleh kebutuhan pragmatis ekonomis

urban modern. Yang menarik untuk diketahui adalah kenyataan bahwa persepsi

masyarakat terhadap alun-alun seperti maknanya semula tetap terpelihara dengan

adanya kegiatan ritual yang berpusat di mesjid, meskipun hanya sekali-sekali.

Misalnya pada hari Idul Fitri atau Idul Adha.

Sultan Agung merupakan salah seorang raja Jawa yang sangat cerdik

dalam memelihara makna yang dimiliki alun-alun ini. Sekatenan atau upacara

Grebeg merupakan suatu tradisi upacara yang akan mampu membina makna

urban Jawa dari keberadaan alun-alun. Dengan adanya upacara ini, konsep negara

yang terjadi melalui pesta kenegaraan selalu diaktualisasikan. Tradisi-tradisi yang

dimiliki Jawa dari Hindu dan

Islam dapat berpadu dalam satu

upacara sekaligus. Upacara ini

fenomenal bagi budaya

bermukim urban, sebab kaitan

antara fungsi-fungsi dalam

ketatanegaraan Jawa

menampakkan diri sebagai suatu

konsep dunia yang khas, yang

maknanya bukan sekadar festival,

tetapi ada hal-hal yang sakral.

Semua ini menampakkan diri

dalam bentuk puisi kekuasaan Gambar 2-12Keraton Surakarta (Sumber : Bonnef, 1986: 292)

Page 47: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35 |BAB II

yang penuh simbol. Orang modern yang tidak terbuka untuk belajar, mungkin

akan menganggap peristiwa atau peringatan Sekatenan sekadar pasar malam.

Jika pengertian sentra dari negara itu terjadi di alun-alun lalu bagaimana

kaitan lapangan ini dengan permukimannya? Tatanan permukiman yang ada di

Yogyakarta maupun hasil rekonstruksi Trowulan oleh Stutterheim sendiri tidak

langsung berkaitan dengan pola memusat. Ada indikasi yang dapat ditelusuri

konsep dasarnya, bahwa permukiman negara cenderung pada pola linier yang

menyebar dari alun-alun menurut empat arah utama. Posisi alun-alun sendiri

cenderung sebagai pusat orientasi mata angin.

Meskipun memiliki pusat yang berbentuk ruang terbuka, pengendalian

atau pengawasan penduduk yang besar dalam wilayah negara tidak

mengandalkan perencanaan struktur fisik yang geometris dengan bentuk dasar

tertentu. Dari struktur yang dapat ditangkap dari Kota Gede, Trowulan, maupun

Majapahit, orang cenderung mengatakan, bahwa struktur sosial masyarakat Jawa,

sekalipun hierarkis, tidak memperlihatkan sifat otoriter tegas. Struktur yang

egaliter14 nampak lebih dominan pada kota-kota Jawa ini. Hubungan konsep pusat

dan rakyat nampak lebih cenderung melalui kegiatan ritual upacara-upacara masal

di alun-alun negara. Di sini, ratu dianggap sebagai pusat kekuasaan sekaligus

pusat kegiatan ritual. Posisi ini mendukung struktur fisik permukiman urban lebih

terkonsentrasi pada ruang kegiatan upacara di depan keraton. Hingga saat ini,

belum cukup data yang memuaskan untuk memberikan rekonstruksi kota Jawa

masa Mataram Sanjaya-Syailendra hingga Majapahit.

14Egaliter berarti bersifat sama; sederajat

Page 48: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36 |BAB II

Apakah dengan data yang bisa dilihat di Karang Asem, Bali, dan di

Keraton Yogyakarta dan Surakarta, bisa ditelusuri konsep fisik negara? Ada

petunjuk umum bahwa pengertian ruang yang morfologis tidak dikenal di Jawa.

Hal ini ditunjukkan bukan saja pada fakta saat ini, tetapi data-data catatan Cina

abad ke-7 hingga ke-10 pun tak memberi titik terang. Ruang luar sebagai titik

tolak perencanaan dan perancangan fisik tidak sentral, tetapi ruang urban sebagai

pusat kegiatan ritual punya nilai tersendiri. Di sini, dapat diduga bahwa apa yang

disebut negara itu bisa jadi tak lebih dan tak kurang sebagai 'event' yang merujuk

pada kepentingan upacara.

Makna kekuasaan ritual dan sekuler diulangi dalam kalender beberapa

peristiwa. Konsep kekuasaan yang manunggal ini terus-menerus dibina sebagai

bagian dari tradisi urban dari zaman Mataram Hindu-Buddha hingga sekarang.

Jika dugaan ini benar, persepsi orang Jawa pada khususnya dan Indonesia secara

umum tentang kota bukan merujuk pada fisik. Rujukan mereka pada 'kejadian'

berkumpul dalam memperingati suatu peristiwa yang mempertautkan

kepentingan-kepentingan: sosiokultural, ekonomi, dan spiritual.

Jika persepsi kota merujuk pada bangun atau struktur fisik, sudah tentu ini

semua bertalian dengan organisasi sosial bermukimnya. Tetapi kenyataan

menunjukkan bahwa secara fisik, struktur permukiman urban Jawa hingga kini

cenderung linier. Pencapaian menjadi hal penting dalam tata letak. Ruang luar

yang morfologis tidak nampak dominan dalam tata letak permukiman.

Yang menarik untuk ditelaah lebih jauh adalah fakta bahwa linieritas ini

menjadi bagian dari kegiatan sosial ekonomi di luar bangunan, sementara kegiatan

ritual lekat dengan pusat-pusat kekuasaan. Konsep alun-alun sendiri bisa dilihat

Page 49: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37 |BAB II

sebagai upaya memadukan dua kepentingan ritual yang berpusat pada keraton

atau kabupaten dan mesjid. Sementara itu, yang disebut jalan bukan semata-mata

tempat orang berjalan, tetapi lebih bermakna sebagai pusat interaksi sosial-

ekonomi di luar rumah.

Apakah dua beringin kembar yang ditanam di tengah-tengah alun-alun itu

berkaitan dengan konsep dasar halun-halun? Di Yogyakarta maupun dikota-kota

kabupaten atau kadipaten di zaman Kolonial Belanda, alun-alun selalu lekat

dengan adanya dua beringin kurung pad a sumbu yang ditarik dari kabupaten atau

kadipatennya.

Di Kota Gede, masyarakat setempat secara turun temurun masih

mengingat adanya dua beringin itu di alun-alunnya. Tengaran utama dari

kompleks keraton sekarang adalah tempat di mana Watu Cilang dari Raden

Rangga disemayamkan. Sekitar tempat yang dikeramatkan ini ditanam empat

beringin yang mengitarinya. Beringin sebagai tengaran kitha di Kerajaan Mataram

Kota Gede ditanam oleh Ki Gede Pamanahan atas restu Sunan Kalijaga di muka

kompleks makam-mesjid. Beringin tua itu kemudian diberi nama oleh Sunan

Kalijaga. Sejak kapan sebenarnya beringin mulai digunakan sebagai tengaran

pusat kota? Apakah dengan demikian alun-alun di zaman Majapahit pun punya

beringin kurung pula? Dalam peradaban Hindu-Buddha, beringin dianggap sangat

tepat untuk tempat mendapat inspirasi. Di dalam kitab Negarakertagama, adanya

beringin kurung ini disebut, tetapi posisinya tidak terlalu jelas. Pohon beringin

dalam tradisi Hindu-Buddha dipercaya sebagai tempat yang memberikan

kesempatan untuk mencapai pengetahuan hidup sejati. Dalam kepercayaan Jawa,

Page 50: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38 |BAB II

pohon ini sering dianggap angker dan memiliki potensi sebagai tempat kekuatan

yang tak terlihat.

II.3.3. Marga dan Ratan15

Apa yang disebut marga sebenarnya telah menjadi identik dengan jalan.

Tetapi apa yang dimaksud dalam konsep asalnya, marga berkaitan dengan

penyebab adanya jagad sehari-hari. Ini untuk membedakan dengan halun-halun.

Marga mengindikasikan adanya lantaran atau laku sehingga sesuatu

terjadi. Dunia sehari-hari orang Jawa terjadi oleh adanya marga, yang

mengantarkan dunia umum menampakkan dirinya. Dalam perkembangan

berikutnya, marga sebagai jalan tenggelam oleh konsep lain ratan yang merujuk

pada dunia publik.

Rat adalah Bahasa Jawa Kuno untuk konsep 'dunia umum'. Nama Raja

Amangku Rat sebenarnya tidak lain dari pengukuhan sang penguasa atas dunia,

bahwa ialah yang memangku kehidupan di dalamnya. Konsep Rat ini diduga

tenggelam setelah pengaruh Hindu-Buddha dengan bahasa Sansekertanya menjadi

bahasa resmi keraton sejak pemerintahan Dinasti Sanjaya dan Syailendra.

Raja-raja Jawa setelah Sultan Agung Hanyakrakusuma kemudian

menggunakan kata Rat kembali, mungkin untuk mengembalikan kepercayaan

masyarakat akan konsep kuno mereka akan dunia.

Apa yang disebut Rat kemudian Ratan itu bukanlah jalan atau permukaan

yang rata, tetapi suatu konsep yang mampu merangkum dunia publik, negara,

15 Seni Bangunan dan Seni Bina Kota di Indonesia (A. Bagoes P. Wiryomartono)

Page 51: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39 |BAB II

rakyat, dan semua kejadian di atas bumi pada suatu kaum atau kejadian-kejadian

yang erat kaitannya dengan kesadaran.

Rat adalah kata antonim dari tanrat yang artinya tak sadarkan diri. Jadi

konsep dunia yang asli dalam kehidupan masyarakat Jawa Kuno itu tidak abstrak

seperti apa yang diungkapkan oleh pengertian bhuwana. Jalan di luar pawisman di

mana kehidupan bermasyarakat terjadi itulah ratan.

Sementara, marga memberi indikasi penyebab atau lantaran terjadinya rat

itu. Jadi, marga adalah sarana untuk memungkinkan adanya atau eksistensinya

dunia sehari-hari. Jika persepsi masyarakat Jawa terhadap jalan umum itu adalah

tempat dunia di luar rumahnya, sarana ini sebenarnya bukan sebagai tempat lalu-

lalang dengan kecepatan tinggi. Di dalam modernitas kehidupan urban abad ke-20

ini, apa yang disebut jalan identik dengan jalur sirkulasi kendaraan bermotor.

Yang menarik pada jaringan jalan pada Kuta Trowulan Majapahit adalah

terlukisnya jaringan jalan utama yang membentuk dua avenue yang saling

berpotongan (Stutterheim:1948).

Jika hasil rekonstruksi kota Majapahit karya Stutterheim benar, maka apa

yang disebut marga pada kuta-negara Majapahit itu tidak lebih dan tidak kurang

sebagai ruang terbuka kota yang memberikan pedoman pembangunan. Pada

marga-marga kecil ruang umum kota itu diciptakan, sementara pada marga

utama lebih memberikan konotasi orientasi dan mobilitas transportasi untuk bala

tentara.

Dasar lain dari pembangunan marga utama tidak bisa dilepaskan dari

kemungkinan adanya prosesi ritual atau upacara yang memerlukan ruang gerak

linier untuk parade di muka Wanguntur atau balairung di muka keraton. Seberapa

Page 52: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40 |BAB II

seringkah upacara kenegaraan yang identik dengan 'grand festival' itu terjadi di

Majapahit?

Apakah jalan merupakan unsur utama pembentuk struktur kota-kota Jawa?

Yang pasti diketahui adalah, bahwa ruang umum terbuka tidak menjadi bagian

pembentuk struktur dan citra kota. Alun-alun sendiri merupakan ruang terbuka

yang lepas. Ia tidak dibentuk secara meruang oleh struktur atau bangunan

sekitarnya sehingga membentuk suatu enclosure yang terencana. Tetapi, dinding-

dinding penyengker yang terlihat di Kota Gede membentuk lorong-lorong untuk

sirkulasi pejalan kaki yang dikenal sebagai padamarga. Bahkan pada bangunan-

bangunan yang menghadap ratan terlihat struktur lorong yang memiliki skala

manusia.

Sekalipun belum terungkap secara terperinci bahwa marga tidak menjadi

struktur pertama pembentuk tata ruang kuta adhiraja Majapahit di Trowulan,

namun ada karakter khas yang perlu diperhatikan. Karakter ini adalah Catuspatha

yang pada tradisi tata ruang tradisional Bali disebut Caturmuka atau Prapatan

Agung atau simpang empat. Pada posisi ini bangunan-bangunan negara yang

penting berada. Di Trowulan Majapahit pada simpang empat ini berdiri Kuta

adhinarphati (di mana keraton berada), Brahmasthana (pohon beringin yang

besar), Peken Agung atau pasar besar, dan Lebuh atau lapangan terbuka yang

dibiarkan tak ditempati oleh bangunan dan bukan alun-alun. Simpang empat ini

menjadi pedoman orientasi arah-arah yang akan diambil ke dalam atau ke luar

kuta. Sementara pohon-pohon beringin ditanam berjejeran sebagai elemen ruang

terbuka umum yang memberikan indikasi kawasan kuta.

Page 53: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41 |BAB II

Jika jaringan marga itu tidak berperan penting dalam memberi bentuk

struktur kota Jawa di Majapahit atau Kota Gede, pasti ada unsur fisik lain yang

membimbing orang pada pengertian strukturnya. Yang pasti bisa diketahui adalah,

bila marga menjadi pembentuk struktur dasar fisik urbannya, maka akan nampak

pola geometris yang tegas, sekalipun tidak harus aksial. Di Kota Gede hal ini

tidak dijumpai. Marga yang terbangun lebih mudah dimengerti sebagai akibat

bukan sebab dari pembangunan yang bertahap bermula di sekitar sentra utama dan

sentra-sentra selanjutnya. Sentra utama Kota Gede adalah tempat tinggal

Panembahan Senapati, sementara sentra-sentra lainnya tempat tinggal para

pangeran atau orang penting dari kerajaan Senapati.

Di kota Yogyakarta orang akan menyaksikan adanya sumbu dari Keraton

menembus alun-alun terus melalui Jalan Malioboro ke Tugu dan Gunung Merapi.

Apakah ini suatu tata ruang Jawa? Orang patut mencurigai pedoman tata ruang

dan bangunan kota menurut sumbu ini pada campur tangan arsitek Barat (Belanda

atau Portugis)16. Dalam Bahasa Jawa konsep garis aksial itu sesuatu yang asing.

Pembuatan tata ruang dengan bentuk perspektifis ini membutuhkan penggunaan

teropong dan alat ukur berpresisi tinggi.

Dari struktur fisiknya, nampak jelas bahwa permukiman yang berkembang

di luar kawasan sumbu Tugu-Keraton itu berupa 'kampung' yang tidak

berpedoman pada pola marga tetapi pada teritorialitas penyebaran pusat-utama ke

pusat-pusat anak buahnya. Marga terbangun, tidak dibangun mendahului

16Keraton Yogya (dibangun 1755) banyak menampakkan pengaruh campuran Hindu Majapahit dengan Barok Italia dan Gothik Spanyol. Terlihat dari Taman Sari (1758) yang dirancang orang Portugis. Sejak Senapati hingga Sultan Agung, juru taman keraton adalah orang Eropa atau Cina (De Graaf, 1987:88-89). Oleh karena itu, bisa jadi Keraton Yogyakarta bukan sepenuhnya rancangan arsitek Jawa, namun di bawah nasihat ahli Belanda atau Eropa.

Page 54: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42 |BAB II

permukiman, merupakan penghubung antarsentra yang ada: Pakualaman,

Gondomanan, Suryodiningratan, Prawirotaman, Tirtodipuran, Mangkuyudan,

Sosrowijayan, Jogokarsan, Suryatmajan, Pringgokusuman, Bausasran,

Purwanggan, dan seterusnya. Nama-nama daerah ini dikenal dan diidentifikasikan

pada para pangeran yang dipercaya oleh Sang Ratu untuk mendiaminya.

Permukiman rakyat yang menjadi pengikut atau kawula dari pangeran itu

mengikuti prinsip tata ruang yang disebut di Yogya magersari. Artinya

permukiman mengelilingi ghrya Sang Pangeran tertentu itu dalam rangka

membangun pagar yang indah. Sari sendiri berarti inti. Jadi, apa yang dimaksud

dengan tata ruang magersari adalah membangun tempat bermukim mengelilingi

sebuah pusat kekuasaan yang mewakili kekuasaan keraton di tanah itu. Beberapa

kawasan tidak memiliki pola ini, misalnya: Tukangan, Godean, Mergangsan,

Jagalan, dan seterusnya. Kelompok permukiman yang berkembang di sini ada

yang berkaitan dengan profesi tertentu ada pula yang sekedar nama, artinya tidak

mengikuti tata ruang magersari.

Dengan dasar tata ruang yang membentuk 'compound' permukiman yang

berinti pada tempat tinggal Sang Penguasa ini, maka tidak mengherankan bila

jalan-jalan tradisonal itu tidak perlu lurus-lurus, bukan hanya karena moda

transportasi yang dipakai berkecepatan di bawah 30 km per jam,tetapi juga titik

tolak pembangunannya yang bukan didasarkan atas perencanaan dan desain

arsitektural. Dalam tata kehidupan negara, marga pun memiliki fungsi yang

penting dalam menghidupkan aktivitas ekonomi. Aktivitas semacam ini bisa

diduga tempatnya tak akan jauh dari tepian jalan.

Page 55: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43 |BAB II

II.3.4. Pasar atau Peken17

Pasar secara harfiah berarti berkumpul untuk tukar menukar barang atau

jual beli sekali dalam 5 hari Jawa. Pasar diduga dari kata Sanskerta

Pancawara.Pasar dalam konsep urban Jawa adalah kejadian yang berulang secara

ritmik dimana transaksi sendiri tidak sentral. Yang sentral dalam kegiatan pasaran

adalah interaksi sosial dan ekonomi dalam satu peristiwa. Berkumpul dalam arti

saling ketemu muka dan berjual beli pada hari pasaran menjadi semacam

panggilan sosial periodik. Kata lain dari pasar adalah peken yang kata kerjanya

mapeken artinya berkumpul.

Peken adalah tempat berkumpul yang tidak berkaitan dengan upacara.

Berbeda dengan berkumpul karena ada 'gawe' atau upacara atau 'slametan',

kegiatan pasar atau peken tidak dititipi oleh ritual dan simbol-simbol. Ini menjadi

petunjuk, bahwa hari pasar bukanlah peristiwa dimana manifestasi kekuasaan itu

mengalami proses transformasi. Pada pertemuan ritual atau 'slametan', orang Jawa

percaya adanya transformasi kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi stabilitas

Jagad Jawa. Jika pasar dipandang sebagai kejadian periodik yang tidak

bersangkut-paut dengan konsep kekuasaan secara langsung,letak pasar secara

urban Jawa tidak akan di alun-alun. Pasar akanmenjadi kejadian di luar alun-alun

dan masuk ke dalam kegiatan margayang menyebabkan kehidupan dunya bisa

berlangsung.

Pasar atau peken di kehidupan urban Majapahit terletak di simpang empat

yang menjadi titik orientasi sebelum masuk ke kuta-negara. Dari titik inilah dapat

diketahui daerah-daerah yang ada dalam kawasan urbannya. Peken Agung

17 Seni Bangunan dan Seni Bina Kota di Indonesia (A. Bagoes P. Wiryomartono)

Page 56: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44 |BAB II

memiliki arti tersendiri bagi Majapahit, karena di tempat inilah pertempuran besar

terjadi. Mungkin inilah tempat pertempuran antara Pajajaran dan Majapahit akibat

kesalahan fatal Maha Patih Gajahmada di alun-alun Bubat. Peken Agung disebut

dalam sejarah Majapahit bukan sekadar pasar tetapi tempat yang mengingatkan

pada kepahitan sejarah.

II.3.5. Mesjid dan Pusat Kekuasaan18

Mesjid kota Jawa hampir selalu berada di kawasan alun-alun sebelah

barat. Pusat kekuasaan ditempatkan hampir selalu di bagian selatan dan

menghadap ke alun-alun. Sumbu bangunan mesjid dan pusat pemerintahan

diusahakan bertemu di bagian tengah alun-alun. Arah atau orientasi sembahyang

ke Kiblat tidak selalu menjadi sumbu bangunan mesjid. Keunikan tata bangunan

ini memberikan arah penafsiran yang berbeda-beda. Di antara penafsiran itu

adalah struktur fisik yang membentuk konsep kuta-negara itu memiliki kepatuhan

pada satu sistem orientasi yang berpangkal pada bentuk pasagi alun-alun.

Apakah orientasi ini perlu taat pada Mancapat? Jawaban pertanyaan untuk

ini masih perlu kajian lebih jauh disertai dukungan data baru. Kesatuan struktur

dari bangunan pusat kekuasaan dan mesjid bisa dianggap sebagai representasi

terpangkunya jagad oleh dua struktur kelembagaan yang mengatur kehidupan

manusia. Kegiatan sembahyang sendiri dapat ditafsirkan sebagai bagian dari

elemen jagad yang dapat menyesuaikan diri. Jadi, bangunan akan menjadi wadah

terjadinya jagad yang dianggap perlu struktur yang mantap dan bersatu.

18 Seni Bangunan dan Seni Bina Kota di Indonesia (A. Bagoes P. Wiryomartono)

Page 57: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45 |BAB II

Sebaliknya, manusia sebagai pengisi struktur yang mantap itu dipandang dapat

selalu luwes mengikuti tatanan wadahnya.

Selain mesjid dan keraton, di dalam kuta-negara Majapahit dikenal banyak

bangunan yang berkaitan dengan ketatanegaraan dan kehidupan urban. Bangunan

kamentrian merupakan tempat kerja para menteri negara. Letaknya tidak terpusat,

tetapi tersebar di dalam kawasan sekitar pusat kota di luar keraton. Bangunan

institusi pemerintah lainnya adalah: Kadhyaksal/Kadharmmadhyaksa (kejaksaan),

Gosti (tempat berunding), Kusalasala (rumah sakit), Nyasa (balai serba guna),

Nrttasala (sanggar tari), Witana (balai untuk pesta-pesta kenegaraan di dalam

maupun di luar keraton), dan seterusnya. Sementara bangunan peribadatan

chaitya19 atau Pura ditempatkan tersebar. Di sekitar alun-alun Bubat nampak

candi Buddha, yang mengundang pertanyaan: mengapa bukan candi chiva?

Diketahui pula bahwa pemakaman Islam Torloyo yang bertarikh 1281 ada di situs

Trowulan. Tidak mengherankan bahwa berbagai keyakinan hidup berdampingan

secara damai di Majapahit. Buddha dan Hindu sudah memulai hidup

berdampingan ini sejak dari tanah asalnya: India.

Biasanya bangunan-bangunan peribadatan atau chaitya dan biara dan juga

pertapaan merupakan mandala atau tanah yang dibebaskan dari pajak dan diberi

otonomi untuk mengatur administrasi sendiri. Tanah demikian sering disebut

tanah perdikan. Mandala semacam ini tetap di bawah perlindungan aparat

keamanan Keraton. Di alun-alun Bubat, berdirinya candi Buddha itu mungkin

berkaitan dengan keyakinan yang dipeluk Sang Ratu yang membangun kuta-

19 Chaitya adalah sebuah kuil Buddha atau Jain termasuk stupa. Dalam teks-teks modern pada arsitektur India, istilah chaitya-Griha sering digunakan untuk menunjukkan ruang pertemuan atau doa yang rumah stupa

Page 58: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46 |BAB II

negara di Trowulan pertama kalinya. Bisa jadi Raden Wijaya adalah pemeluk

ajaran Buddha, sementara Hayam Wuruk pemeluk ajaran Hindu chiva/Siwa.

Karakteristik untuk mesjid negara di Jawa, mungkin juga di Indonesia,

adalah kaitannya dengan makam orang-orang yang dianggap penting seperti para

raja dan wali. Kudus, Demak, dan Kota Gede membuktikan hal ini. Sejarah

Hindu-Buddha tidak bisa diabaikan dalarn mengaitkan antara makam dan candi,

meskipun tidak semua candi dipakai untuk mengabadikan abu jenazah. Candi

yang digunakan untuk mengabadikan Raja Singasari, Kertanegara, tidak

digunakan untuk peribadatan. Mesjid dan makam menjadi satu sistem tata ruang

yang secara mencolok ditemukan pada tempat tempat di mana 8 wali dikuburkan.

Mesjid Kota Gede yang dibangun oleh Ki Gede Pamanahan, ayah Panembahan

Senapati, dipertautkan dalam satu sistem tata ruang sarean Raja Mataram Islam

pertama itu. Mungkin makam Nabi Muhammad SAW dijadikan contoh

keterkaitannya dengan mesjid yang berdiri di situ.

II.3.6. Pawisman atau Pamohan20

Permukiman dalam konsep urban Jawa merupakan suatu perluasan dari

Dalem Keratan hingga kawasan Negara Agung. Ada beberapa terminologi yang

digunakan untuk menyebut tempat tinggal. Konsep dalem berarti suatu teritori

tempat suatu dunia keluarga bermula. Secara fisik apa yang disebut hunian atau

tempat tinggal seseorang Jawa dalam terminologi dalem itu adalah di dalam pagar

di mana rumah didirikan. Kata omah sendiri dekat dengan pengertian humah

dalam bahasa Jawa Kuno yang berarti lantai yang bisa ditinggali. Ini berarti

20 Seni Bangunan dan Seni Bina Kota di Indonesia (A. Bagoes P. Wiryomartono)

Page 59: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47 |BAB II

bahwa di dalam budaya Jawa, konsep rumah itu tidak merujuk semata-mata pada

fisik bangunannya, tetapi di dalam wilayah di mana seseorang dan keluarganya

tinggal. Ketidakpermanenan rumah mungkin erat kaitannya dengan pemikiran

'tempat tinggal' sebagai kampung halaman, bukan bangunan. Keterikatan sosial

yang memberikannya rasa aman dan teritorialitas halaman yang diakui oleh

masyarakat sebagai dalem-nya, merupakan struktur utama konsep hunian itu.

Dalam budaya Jawa, tempat tinggal juga merujuk pada kalenggahan dan

ngasta alias bekerja. Duduk atau lenggah itu sendiri menunjukkan suatu posisi

memberi indikasi menetap. Duduk sendiri dalam budaya Jawa merupakan suatu

aktivitas yang memberikan informasi mengenai posisinya dalam tata ruang

negara. Jarak dan peran (ngasta) ini akan memberikan petunjuk kaitannya dengan

pusat kekuasaan. Perlu dicatat di sini bahwa jarak tempat tinggal seseorang

terhadap keraton tidak bisa dijadikan petunjuk kedudukan orang itu tanpa tahu

ngasta apa yang dilakukannya.

Kata ngasta sendiri berarti secara harfiah/kasar menangani. Kehidupan

dunia Jawa tidak lepas dari asta atau 'tangan-tangan' yang terlibat di dalamnya

sehingga berputar dan berkembang. Sangat menarik kaitan konsep asta ini untuk

ditelaah lebih lanjut kaitannya dengan pemikiran Heidegger (1927) yang

disebutnya: Zuhandenheit. Dunia di mana manusia hidup menurut pemikiran

Heidegger berdiri di atas suatu struktur yang dipahami dan karena itu semua yang

ada termasuk manusia, benda, alam, dan seterusnya berada pada kondisi 'teraih

oleh tangan', sebagai kata kiasan kerja yang dilakukan orang karena memahami

dunianya. Dari pemahaman inilah seseorang mampu menciptakan tempat tinggal

yang membuatnya kerasan/betah.

Page 60: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48 |BAB II

Dalam perwujudan fisiknya, yang disebut hunian atau pawisman dalam

budaya Jawa memiliki hierarki status yang dikaitkan dengan hubungan kepala

keluarga yang bersangkutan dengan pusat kekuasaan. Hunian bermula dari: omah,

grhya, graha, puri hingga keraton. Di keraton pun ada berbagai kategori menurut

orang-orang yang tinggal di situ. Masyarakat biasa tinggal di sekitar pusat-pusat

kekuasaan, dari rumah patih, bhupati, mentri, pangeran, hingga Sang Ratu. Di

desa-desa dalam kawasan Negara Agung di luar Jaba sebuah kuta, tidak dikenal

nama-nama yang berkonotasi 'privilege' pada rumah-rumahnya. Mereka hanya

mengenal tempat tinggal seseorang sebagai omah.

Secara epistemologi21, rekonstruksi kota Jawa lama dapat dibuat. Makam-

mesjid merupakan salah satu struktur penting bagi rekonstruksi ini, sebab fasilitas

mesjid merupakan salah satu pusat kegiatan sosial spiritual masyarakat hingga

kini. Kompleks makam-mesjid ini merupakan struktur yang terus menerus

dipelihara masyarakatnya. Sementara keraton dan pasar serta alun-alun bisa saja

berubah atau dipindahkan atau lenyap.

Pengalaman kota Surabaya (Multhaupt & Santoso, 1987:128) memberikan

keterangan, bahwa sekalipun kota Surabaya telah berubah secara fisik, namun

beberapa daerah tetap menggunakan konsep aslinya: Kepraban (tempat para

pembesar keraton), Kepatihan (wilayah tempat tinggal patih kerajaan), Ngabla

(lumbung keraton), Kranggan (wilayah para pande keris), Pandean (wilayah para

pande besi), Pengampon (tempat produksi keramik terakota), Pencindilan (tempat

21 Epistemologi, (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, karakter dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan

Page 61: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49 |BAB II

penghasil kain tenun), Pegirian (tempat para pekerja kasar), Ngaglili (tempat

membudidayakan kain katun), Ketabang (tempat membudidayakan bahan

bangunan bambu), Jagalan (tempat pemotongan hewan), Keputran (tempat

pendidikan dan tinggal putra-putri pangeran keluarga kerajaan), dan sebagainya.

II.3.7. Dari Kuta-Negara ke Kota Modern22

Dalam perkembangan tradisi politik Jawa, pergeseran kekuasaan dari

daerah pesisir, Demak ke Yogyakarta, merupakan awal dari pemantapan konsep

Negarigung. Konsep ini memantapkan kawasan atau daerah Yogyakarta sebagai

pusat dunia. Daerah-daerah lain di luar, disebut Mancanegari dan Pesisir, dan

akhirnya Tanah Sabrang. Apa yang disebut Negarigung itu tak lain dan tak bukan

adalah tempat keraton berada dan daerah sekitarnya yang berlapis-Iapis dari Jeron

Mbeteng hingga daerah para buphati yang berbatasan dengan Mancanegari.

Konfigurasi yang berlapis-Iapis dari konsep kekuasaan Jawa sekitar abad

ke-17, ketika Sultan Agung berkuasa, memperlihatkan spektrum halus-kasar dari

pusat (keraton) ke luar. Sedangkan dalam organisasi teritorialnya, desa-desa di

kawasan Negarigung terstruktur dalam prinsip Mancapat. Prinsip ini dibangun

oleh ikatan lima desa yang saling bekerjasama dalam gotong royong untuk

mengerjakan daerah pertanian sawah dan bantuan bila terjadi malapetaka

(Koentjaraningrat, 1984:431-432).

Konsep Mancapat ini membentuk mata rantai yang sangat efektif untuk

kerjasama sosial dan ekonomi dalam produksi pertanian. Hal ini tidak terjadi di

daerah pesisir karena kebutuhan kerjasama semacam ini tidaklah dominan.

22 Seni Bangunan dan Seni Bina Kota di Indonesia (A. Bagoes P. Wiryomartono)

Page 62: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50 |BAB II

Sementara di kawasan Mancanegara kebutuhan struktur Mancapat bisa jadi ada,

namun tidak dikaitkan dengan struktur kekuasaan seperti yang ada pada

Negarigung.

Struktur Mancapat yang dimantapkan di Negarigung oleh Sultan Agung

Hanyakrakusuma (1613-1645) diangkat ke dalam pemahaman kosmologis23 yang

dikenal dalam Primbon Jawa. Jadi Primbon merupakan interpretasi kosmologik

untuk memberi nilai elemen-elemen yang membentuk Mancapat: desa, arah,

warna, dan kala.

Primbon ini memantapkan prinsip Mancapat dengan simbolisasi kosmik,

sehingga desa-desa yang terlibat mempunyai tempat yang berharga dalam

gambaran dunia keseluruhan.

Puser atau pusat setiap struktur Mancapat tidaklah berarti pusat kekuasaan

terhadap empat desa sekitarnya dalam konstelasi mata angin. Puser dalam hal ini

diartikan kedudukan suatu desa terhadap empat desa yang mengitarinya.

Hubungan antara desa-desa itu terhadap sub-sub pusat Negarigung dinyatakan

dengan setoran pajak berkala.

Sementara kabupaten sebagai subpusat akan mengirim upeti ke pusat

Negarigung secara berkala pula. Sebagai imbalannya, Negarigung menjamin

keamanan teritorial dari kemungkinan infiltrasi mancanegara. Perlindungan ini

diperhalus oleh suatu konsep spiritual mengenai makna pusat kekuasaan sebagai

kiblat dari praktek ritual.

23Kosmologi berarti [n] (1) ilmu (cabang astronomi yg menyelidiki asal-usul, struktur, dan hubungan ruang waktu dr alam semesta; (2) ilmu tt asal-usul kejadian bumi, hubungannya dng sistem matahari, serta hubungan sistem matahari dng jagat raya; (3) ilmu (cabang dr metafisika) yg menyelidiki alam semesta sbg sistem yg beraturankos.mo.lo.gis[a] bersifat atau berhubungan dng kosmologi (http://kamusbahasaindonesia.org/kosmologi/)

Page 63: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51 |BAB II

Kesultanan Yogyakarta memakai nama Hamengkubhuwana, sementara di

Kasunanan Surakarta dipakai Pakubhuwana. Kedua nama Ratu Jawa tersebut

secara jelas memberikan pengukuhan pada kaitan konsep dunia dengan pusat

kekuasaan. Yang menarik untuk diperhatikan adalah indikasi bahwa Sang Ratu

memiliki peran yang 'mendefinisikan' dunia baik dalam pengertian memangku

maupun memaku. Ada kecenderungan untuk membuat dunia Jawa itu 'terpegang'

dan tidak bergerak di luar pengendalian. Ini berarti bahwa di mana negara itu

berpusat, di situlah 'pegangan' orientasi maupun kehidupan itu bersumber. Jika

dugaan ini benar, maka struktur fisik kuta-negara itu memiliki representasi

penampung yang mampu untuk berorientasi. Struktur inilah yang bisa dilihat

orang pada alun-alun. Negara sebagai Jagad hanya mungkin menunjukkan dirinya

pada event/ereignis di alun-alun. Konsep Manunggaling Gusti Ian Kawula secara

fenomena hanya akan bermakna di lapangan terbuka alun-alun.

Terintegrasinya konsep kekuasaan dalam praktek ritual ini kemudian

menjadi bagian dari karakter khas kesejarahan kota-kota di Jawa. Kejadian-

kejadian penting dalam pembangunan kota tidak luput dari ritualisasi yang dibuat

oleh pemegang tampuk kekuasaan. Pembangunan jembatan, pendirian gedung

penting, perayaan peristiwa penting, dan peringatan kejadian menjadi bagian dari

pembentuk citra kota Jawa itu. Semua praktek ritual itu memperkuat gagasan kota

sebagai negara. Kota dalam pemikiran Jawa nampaknya bukan suatu sistem

permukiman yang terpisah dari kehidupan bernegara. Kegiatan ekonomi atau

perdagangan seperti yang hidup di pesisir Jawa, tidaklah dalam kerangka

pengertian kuta-negara dalam Negarigung.

Page 64: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52 |BAB II

Konsep kuta-negara secara perlahan-lahan berkembang dalam masa

pemerintahan Hindia-Belanda. Dan, tampaknya masih merupakan konsep yang

terus berkembang dalam Indonesia modern saat ini. Sekalipun kekuatan pasar

ekonomi terus bertambah kuat, namun kejadian-kejadian penting di dalamnya

tidak luput dari ritualisasi kenegaraan. Ritualisasi ini melibatkan peranan para

petinggi birokrasi untuk meresmikan setiap awal pembangunan, penggunaan, atau

produksi.

Kaitan ritualisasi pembangunan fasilitas kota dengan upacara resmi

mungkin merupakan ciri tersendiri dalam kehidupan kota di Indonesia. Apa

ritualisasi yang khas dari Indonesia ini dalam kaitannya dengan identitas kota

Indonesia? Tidak tertutup kemungkinan beberapa realitas dan persepsi urban masa

kini berhubungan dengan konsep urban masa lalu. Kota, di mana pun, kebanyakan

tidak direncanakan sebagai suatu karya rancang-bangun yang selesai. Sekalipun

direncanakan sejak awal berdirinya, namun kenyataan menunjukkan bahwa

permasalahan pengendalian kualitas hidup dan peradabannya ditantang untuk

selalu berubah. Semua ini merupakan karakteristik suatu kota sebagai tempat

bermukim urban. Bermukim selalu merupakan proses belajar untuk menciptakan

'dunia yang membuat kerasan'. Permasalahan dasar kota tidak bisa mengabaikan

aktualisasi kehidupan bermukim sesuai dengan zamannya.

Perubahan masyarakat dalam proses modernisasi akan berhadapan dengan

masalah identitas kultural. Pencarian pada karakter fisik kota yang tak

mengaitkannya dengan konsep mengenai dunia-nya akan sia-sia, sebab kota

dalam budaya Jawa mungkin juga Indonesia berintikan pada 'kejadian' yang

Page 65: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53 |BAB II

mengintegrasikan seluruh warga ke dalam suatu upacara yang mengambil tempat

dan waktu di alun-alun, mesjid, dan istana.

Di dalam kehidupan urban modern dewasa ini, ritual dan upacara tetap

berperan dalam kota-kota modern Indonesia. Tak banyak kota-kota dunia yang

memiliki tradisimemperingati peristiwa-peristiwa nasional seperti Indonesia

Perencanaan dan perancangan kota perlu melihat sejarah. Apa yang

disebut di Yogyakarta sebagai tata ruang Magersari itu tak lain dan tak bukan dari

penciptaan suatu komunitas yang terintegrasi secara sosial, di mana beberapa

lapisan sosial dari pegawai rendahan hingga pangeran bertempat tinggal di satu

komunitas. Pelajaran ini bukan untuk romantisasi, tetapi usaha demikian sudah

pernah terjadi. Apa yang disebut subsidi silang dan simbiose mutualistik itu bukan

sekadar konsep-konsep di atas kertas. Komunitas berciri Pancasila ini merupakan

suatu potensi yang perlu dikembangkan di Indonesia, jika pembinaan karya

rancang-bangun kota berakar dari budaya luhur masyarakatnya. Sebab, karya

rancang-bangun kota yang sehat hanya mungkin dibangun dan dipelihara oleh

masyarakat yang sehat pula. Sehat secara kultur tidak mungkin menjadi lebih baik

tanpa terjadinya hidup berkomunitas di suatu lokasi bermukim.

Kehidupan bermukim modern Indonesia ditantang untuk lebih

memperhatikan peradaban masyarakatnya daripada memikirkan wajah bangunan,

sebab jika wajah-wajah itu. Tidak mencerminkan budaya masyarakatnya, maka

akan menjadi bahan cemoohan dan tak akan dicatat dalam sejarah peradaban

masyarakat di mana ia berada.

Page 66: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54 |BAB II

II.4. ALUN-ALUN SECARA FUNGSIONAL MASA PRAKOLONIAL

Apakah sebenarnya alun-alun

itu? Apa fungsi sebenarnya di masa

lampau? Mengapa alun-alun itu

selalu terdapat di hampir setiap kota

di P. Jawa? Pertanyaan-pertanyaan

seperti ini selalu muncul dan perlu

diketahui sebelum kita bisa

menentukan sikap lebih lanjut

tentang nasib alun-alun tersebut

untuk masa mendatang.

Di dalam buku “Encyclopedie van Nederlandsch Indie” (Paulus, 1917:31),

terdapat penjelasan tentang alun-alun’ sebagai berikut :

“ Di hampir setiap tempat kediaman Bupati, seorang kepala distrik di Jawa, orang

selalu menjumpai adanya sebuah lapangan rumput yang luas, yang dikelilngi oleh

pohon beringin di tengahnya. Lapangan inilah yang dinamakan ‘alun-alun’. Di

kota-kota bekas kerajaan kuno (seperti Surakarta dan Yogyakarta), mempunyai

dua buah ’alun-alun’, sebuah terletak di Utara Kraton dan sebuah lagi terletak

disebelah Selatan Kraton.

Di permukaan alun-alun tersebut tidak boleh ada rumput tumbuh dan

diatasnya ditutup dengan pasir halus. Di bagian Selatan dari alun-alun tersebut

terdapat pintu masuk yang menuju ketempat kediaman Raja atau Bupati, dimana

disana berdiri sebuah pendopo. Pegawai negeri atau orang-orang lain yang ingin

bertemu dengan raja atau Bupati menunggu waktunya disana untuk dipanggil, jika

Gambar 2-13 Tatanan Kraton Surakarta Berdasarkan Kosmologi

Page 67: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55 |BAB II

Raja merestui untuk menerima kedatangan mereka.Oleh sebab itu pendopo

tersebut kadang-kadang dinamakan juga Paseban (asal kata seba).

Pada masa lampau di alun-alun tiap hari Sabtu atau Senin (Seton atau

Senenan) diadakan permainan Sodoran (pertandingan diatas kuda dengan

menggunakan tombak yang ujungnya tumpul), atau pertandingan macan secara

beramai-ramai yang dinamakan ‘rampog macan’. Pada waktu pertunjukan ini raja

duduk di Siti Inggil, tempat yang paling tinggi dimuka pintu Kraton. Pada tempat-

tempat Bupati terdapat panggung untuk melihat tontonan tersebut.

Di Jawa Barat juga terdapat alun-alun kecil di depan rumah kepala desa,

tapi alun-alun tersebut tidak dikelilingi oleh pohon beringin. Mesjid seringkali

terdapat disebelah Barat dari alun-alun.

Kehadiran alun-alun sudah ada sejak jaman prakolonial. Meskipun dari

dulu sampai sekarang bentuk fisik alun-alunnya sendiri tidak banyak mengalami

perubahan, tapi konsep yang mendasari bentuk fisiknya sejak jaman prakolonial

sampai sekarang telah mengalami banyak perubahan. Konsep inilah yang

sebetulnya menentukan fungsi dan kehadiran laun-alun dalam suatu kota di Jawa.

Uraian dibawah ini mencoba untuk menlusuri konsep yang mendasari

kehadiran alun-alun di masa lampau, sebagai pertimbangan untuk menghidukan

kembali alun-alun yang sekarang masih banyak terdapat pada kota-kota di Jawa,

tapi keadannya seperti ‘hidup segan matipun enggan’. Perlu dipikirkan disini

bahwa persoalan dan kegagalan yang terjadi dalam proses pembangunan

seringkali bersumber dari keinginan membentuk suatu masyarakat baru tanpa

mengenal lebih dulu nilai-nilai tradisional masa lalu.

Page 68: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56 |BAB II

Dimasa lalu sejak jaman Mojopahit sampai Mataram (abad 13 s/d 18),

alun-alun selalu menjadi bagian dari suatu komplek Kraton. Kraton dalam

masyarakat tradisional masa lalu merupakan pusat pemerintahan dan sekaligus

merupakan pusat kebudayaan. Sebagai pusat pemerintahan dimana raja tinggal,

maka Kraton dianggap sebagai miniatur dari makrokosmos24. Komplek Kraton

biasanya diberi pagar yang terpisah dari daerah lainnya pada suatu ibukota

kerajaan, Batas pagar ini tidak selalu ditafsirkan melalui sistem pertahanan, tapi

dapat ditentukan juga dari aspek kepercayaan/keagamaan. Untuk itu kita harus

mengerti dulu hubungan antara kepercayaan/keagamaan dengan kota/komplek

Kraton.

Manusia yang religius

seperti halnya mayarakat agraris

yang religius di Jawa ini biasanya

membagi ruang menjadi dua jenis,

ruang yang homogen atau sakral

(disucikan) disatu pihak dan ruang

yang inhomogen atau yang tidak

teratur (bisa disebut profan) dilain

pihak. Di alam sakral segalanya

teratur, baik tingkah laku manusia

24Kepercayaan tentang kesejajaran antara makrokosmos dan mikrokosmos (antara jagat raya dan dunia manusia) yang dijumpai dalam hubungan kosmologis dari negara dan kedudukan raja di Asia Tenggara, khususnya di Jawa, yang banyak dijumpai pada ujud :gelar-gelar raja, pengaturan negara, penyuunan tata ruang ibukota, denah-denah Kraton, candi-candi dsb.nya telah banyak dibahas para ahli misalnya dalam buku: Conceptions of State and Kingship in Southeast Asia oleh Robert Heine Geldern, Kraton and Cosmos In Traditional Java oleh Timothy Earl Behren dan sebagainya.

Gambar 2-14 Rekonstruksi Kraton Majapahit Oleh Maclaine Pont berdasarkan Kitab

Negarakretagama (Tahun 1924)

Page 69: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57 |BAB II

maupun struktur bangunannya. Sedang di ruang yang inhomogen semuanya tidak

teratur, karena tidak/belum disucikan (Eliade, 1959:20-65). Wilayah Kraton selalu

dianggap sebagai wilayah yang homogen (Sakral), yang teratur atau harus diatur.

Manifestasi dari keinginan inilah yang melahirkan konsepsi ruang dari

susunan sebuah Kraton. Seperti dijelaskan di depan bahwa Kraton dianggap

sebagai miniatur dari makrokosmos. Manifestasinya adalah sebagai berikut:

tempat tinggal raja yang biasa disebut sebagai ‘dalem ageng’ diibaratkan sebagai

puncak Mahameru (atau gunung Semeru di Jawa). Disinlah kekuasaan dan

wibawa raja dirasakan sangat besar. Di daerah lingkaran di luarnya disebut

‘negara agung’ (negara besar), batas luarnya adalah pelataran dalam. Disini

kekuasan raja masih terasa besar. Di luar ‘negara agung’ dinamakan kawasan

‘mancanegara’ (luar daerah). Ini sudah diluar, tapi belum keluar dari batas teras

Kraton. Di tempat inilah biasanya raja menerima tamu. Diluarnya lagi disebut

Pasisir. Batas luarnya sudah mencapai Siti Inggil, bangunan di batas alun-alun

dengan Kraton.

Di Pesisir raja makin jarang muncul, hanya beberapa kali dalam setahun

misalnya bila ada perayaan tertentu. Daerah paling luar disebut ‘sabrang’ (daerah

seberang). Didaerah inilah bangsal pertemuan untuk para Bupati ditempatkan.

Jadi jelaslah disini meskipun tempatnya paling luar tapi ‘alun-alun’ masih

terletak di dalam komplek tembok/pagar Kraton25.Di dalamKraton Majapahit

25Disini jelas adanya perbedaan yang mencolok antara konsep alun-alun dengan Agora di Yunani. Alun-alun pada awalnya dirancang sebagai ‘ruang sakral’. Sedangkan Agora merupakan ruang luar yang bersifat ‘profan’ sebagai pencerminan faham demokrasi yang dianut oleh negara Yunani waktu itu.

Page 70: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58 |BAB II

seperti dilukiskan oleh Prapanca dalam Negarakretagama26, di sebelah Utara dari

komplek Kraton terdapat dua alun-alun.

Masing-masing dinamakan Bubat (terkenal sebagai tempat pertarungan

sengit antara utusan kerajaan pajajaran dengan pasukan Gajah Mada), yang

luasnya kira-kira 1 km2, dengan lebar kurang lebih 900.00 M dan alun-alun Utara

yang disebut sebagai Waguntur. Meskipun keterangan Prapanca dalam

Negarakretagama kurang begitu jelas, tapi masih bisa ditangkap betapa

pentingnya peran alun-alun sebagai bagian dari pusat kota. Fungsi kedua alun-

alun ini agak berbeda. Lapangan Bubat lebih bersifat profan . Pesta rakyat yang

diadakan setiap tahun sekali pada bulan caitra (Maret/April) diselenggarakan di

lapangan Bubat. Pada 3-4 hari

terakhir pertunjukan dan permainan

diselenggarakan dengan kehadiran

dari raja. Fungsi lapangan

Waguntur lebih sakral. Lapangan

ini terletak di dalam pura raja

Majapahit, yang digunakan untuk

lapangan upacara penobatan atau

resepsi kenegaraan. Di lapangan

Waguntur ini terdapat Siti Inggil,

serta komplek pemujaan (kuil

26Negarakretagama ditemukan di P. Lombok pada th. 1902. Sejak itu banyak sejarawan dan ahli-ahli lainnya berusaha untuk merekonstruksi ibukota Majapahit berdasarkan uraian yang dibuat Prapanca. Usaha rekonstruksi ini dilakukan oleh Prof. H. Kern (1905 & 1914), Poerbacaroko (1924), Stutterheim (De Kraton van Majapahit, 1941), Th.G. Pigeaud (1960-1963), dan juga Prof. Slamet Mulyono (1965). Bahkan pada th. 1970 oleh sarjana Perancis Denys Lombard.

Page 71: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59 |BAB II

Siwa) yang terletak di sebelah Timur dari lapangan Waguntur. Ini lebih mirip

dengan alun-alun Lor Kraton Yogyakarta atau Surakarta, hanya komplek

pemujaan pada alun-alun Lor diganti dengan mesjid yang letaknya di sebelah

Barat dari alun-alun.

Model yang masih bisa

kita lihat sebagai prototype alun-

alun kota di Jawa pada jaman

yang lebih muda adalah alun-alun

Yogyakarta dan Surakarta bekas

perpecahan kerajaan Mataram

dimasa lampau. Baik di

Yogyakarta maupun di Surakarta terdapat dua buah alun-alun yaitu alun-alun Lor

dan Kidul27.

Di masa lalu alun-alun Lor berfungsi menyediakan persyaratan bagi

berlangsungnya kekuasaan raja. Alun-alun Kidul berfungsi untuk menyiapkan

suatu kondisi yang menunjang kelancaran hubungan kraton dengan universum.

Alun-alun Kidul dapat juga melambangkan kesatuan kekuasaan sakral antara raja

dan para bangsawan yang tinggal disekitar alun-alun.

Alun-alun Lor Yogyakarta pada masa lalu berbentuk ruang luar segi empat

berukuran 300x265 meter. Di tengahnya terdapat dua buah pohon beringin dan di

sekelilingnya terdapat 64 pohon beringin yang ditanam dengan jarak sedemikian

rupa sehingga harmoni dengan bangunan disekitarnya.

27Di Surakarta alun-alun Lor dan Kidul mempunyai dimensi yang hampir sama luasnya yaitu kurang lebih 300x400 meter. Di Yogyakarta alun-alun Lor mempunyai dimensi yang lebih kecil yaitu 300x265 meter.

Gambar 2-16 Sketsa Topografi Kraton Yogyakarta dan lingkungannya ketika serangan Inggris (1812)

Page 72: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60 |BAB II

Permukaan alun-alun ini ditutupi oleh pasir halus. Dua buah pohon

beringin ditengah alun-alun tersebut dikelilingi oleh pagar segi empat. Orang

Jawa menyebutnya sebagai ‘Waringin Kurung’. Nama Waringin berasal dari dua

suku kata “wri” dan “ngin”. “Wri” berasal dari kata “wruh” yang berarti

mengetahui, melihat. “Ngin” berarti memikir, tindakan penjagaan masa depan

(Pigeaud, 1940:180). Kedua kata tersebut melambangkan kematangan manusia

yang arief bijaksana, karena orang

Jawa berangapan bahwa kegiatan

bijaksana berasal dari kosmos.

Pohon beringin dengan

demikian melambangkan kesatuan

dan harmoni antara manusia

dengan universum. Kesatuan ini

tidak timbul dengan sendirinya.

Pohon beringin melambangkan langit dan permukaan tanah yang persegi empat

didalam pagar kayu mengartikan tugas manusia untuk mengatur kehidupan di

bumi dan di alam, supaya harmoni dengan hukum universum (Pigeaud,

1940:180).

Alun-alun jaman Mataram juga digunakan oleh warga (rakyat biasa) untuk

bertemu langsung dengan raja, guna meminta pertimbangan atau sesuatu kasus

perselisihan. Orang harus memakai pakaian dan penutup kepala putih dan harus

duduk menunggu diantara kedua pohon beringin sampai diperbolehkan

menghadap raja. Perbuatan seperti ini disebut “pepe”. Di sebelah Barat alun-alun

terdapat mesjid. Di halaman mesjid tersebut terdapat dua buah bangsal terbuka

Gambar 2-17 Pagar kayu yang membatasi alun-alun Kraton Yogyakarta, yang merupakan bukti bahwa alun-

alun dulunya masih merupakan bagian dari Kraton (1772)

Page 73: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61 |BAB II

untuk dua buah perlengkapan gamelan. Yang satu disebut “Kyai Sekati” dan yang

lain disebut “Nyai Sekati”. Keduanya dimainkan bergantian dimainkan hanya

pada 3 upacara keagamaan, yaitu: Garebeg Maulud, Garebeg Sawal dan Garebeg

Besar.

Di seberang mesjid terdapat bangunan yang disebut ‘Pamonggangan”

tempat untuk menyimpan gamelan yang lain. Dahulu pada jaman Mataram, setiap

hari Sabtu sore (di luar Kasultanan diadakan pada hari Senin sehingga sering

disebut Seton atau Senenan) diadakan pertunjukan ‘Sodoran’28 di alun alun.

Gamelan tersebut dimainkan sewaktu ada pertunjukan itu. Di sebelah bangunan

“Pamonggangan” tersebut terdapat sebuah kadang harimau dan binatang buas

lainnya. Pada hari Sabtu sore selain pertunjukan Sodoran kadang-kadang juga

diadakan pertunjukan perkelahian antara banteng dan harimau, yang selalu

diakhiri dengan kemenangan banteng. Lambang kekuasaan raja adalah banteng

(dalam bahasa Jawa disebut Maesa), sedangkan lambang kekacauan adalah

harimau (dalam bahasa Jawa disebut Simo).

Pada jaman penjajahan banteng sering dilambangkan dengan orang Jawa

dan harimau sebagai orang Belanda. Dalam pertunjukan ini banteng menang, dan

orang Belanda ikut bertepuk tangan, karena mereka tidak mengerti. Ada juga

dipertunjukkan membunuh harimau (simbol kekacauan), secara beramai-ramai,

yang dinamakan ‘rampog macan”. Jadi alun-alun yang pada mulanya merupakan

pelataran sakral yang melambangkan harmoni antara langit yang dilambangkan

28Sodoran adalah pertujukan adu ketangkasan diatas kuda dengan menggunakan tombak yang ujungnya tumpul. Tentang pertujukan Sodoran bisa ibaca pada buku karangan Rob Nieuwenhuis, yang berjudul ‘Oost Indische Spiegel’, yang dterjemahkan oleh Dick Hartoko, dengan judul “Bianglala Sastra Belanda’, Djambatan, 1985, hal.5-7. Pertujukan Sodoran ini diceritakn oleh R. van Goens utusan V.O.C. pada jaman Mataram.

Page 74: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62 |BAB II

sebagai pohon beringin dan bumi yang dilambangkan sebagai pasir halus, dimasa

ini telah bertambah artinya.

Kesimpulanya alun-alun pada jaman prakolonial bisa berfungsi sebagai

(Santoso, 1984) :

1. Lambang berdirinya sistim kekuasaan raja terhadap rakyatnya.

2. Tempat semua upacara keagamaan yang penting (adanya hubungan

penting antara Kraton-Mesjid dan Alun-Alun).

3. Tempat pertunjukan kekuasaan militeris yang bersifat profan.

II.5. RUANG PUBLIK

II.5.1. Peranan Ruang Publik

Peranan ruang publik sebagai salah satu elemen kota dapat memberikan

karakter tersendiri. Dan pada umumnya memiliki fungsi interaksi sosial bagi

masyarakat, kegiatan ekonomi rakyat dan tempat apresiasi budaya. Secara

langsung nilai komersial yang ditawarkan tidak begitu menjanjikan bagi investor

yang berminat berkiprah menanamkan modalnya, karena masyarakat yang

menggunakan ruang publik untuk usaha atau kegiatan sosial yang lain tidak

memungkinkan ditarik pajak terlalu tinggi karena daya beli yang relatif rendah,

sehingga tidak dapat diandalkan untuk pengembalian modal bagi investor secara

langsung.

Perlu dipikirkan keterkaitan antara fasilitas pelayanan umum yang

memiliki nilai kormersial dengan ruang-ruang publik secara sinergis. Dalam pasal

28 UU RI Nomer 26 tahun 2007 perlunya rencana penyediaan dan pemanfaatan

ruang terbuka hijau dan non-hijau, penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan

Page 75: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63 |BAB II

sarana jaringan pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal dan ruang

evakuasi bencana yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi wilayah kota

sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat penumbuhan wilayah.

Secara rinci dipertegas dengan pasal 29 yang merupakan kelanjutan pasal

28 bahwa proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30% dari

luas wilayah kota, dan proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota

paling sedikit 20%. Karena pentingnya fungsi ruang publik dalam perencanaan

kota perlu diuraikan sebagai berikut (Darmawan, 2001):

a. Sebagai pusat interaksi, komunikasi masyarakat, baik formal maupun

informal seperti upacara bendera, Sholat led pada Hari Idul Fitri, dan

peringatan-peringatan yang lain; serta informal seperti pertemuan-

pertemuan individual, kelompok masyarakat dalam acara santai dan

rekreatif seperti konser musik yang diselenggarakan berbagai televisi

swasta atau demo mahasiswa yang menjadi pemandangan sehari-hari

akhir-akhir ini dengan tujuan untuk menyampaikan aspirasi, ide-ide

atau protes terhadap keputusan-keputusan pihak penguasa, instansi

atau lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta yang lain.

b. Sebagai ruang terbuka yang menampung koridor-koridor, jalan yang

menuju ke arah ruang publik tersebut dan ruang pengikat dilihat dari

struktur kota, sekaligus sebagai pembagi ruang-ruang fungsi bangunan

di sekitarnya serta ruang untuk transit bagi masyarakat yang akan

pindah ke arah tujuan lain.

Page 76: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64 |BAB II

c. Sebagai tempat pedagang kaki lima yang menjajakan makanan dan

minuman, pakaian, souvenir, dan jasa intertainment seperti tukang

sulap, tarian kera dan ular, dan sebagainya.

d. Sebagai paru-paru kota yang dapat menyegarkan kawasan tersebut,

sekaligus sebagai ruang evakuasi untuk menyelamatkan masyarakat

apabila terjadi bencana gempa atau yang lain.

Sebaliknya, timbul dilema karena banyak investor yang mengincar ruang-

ruang publik kota sebagai tempat bisnis. Secara langsung investor beranggapan

bahwa pemanfaatan ruang-ruang publik kota tersebut secara langsung tidak

banyak memberikan kontribusi yang berarti, sehingga banyak yang bersikeras

untuk mengubah fungsl ekonomi yung lebih menguntungkan, contohnya:

departement store dibangun di kawasan alun-alun kola.

Di masa mendatang pada setiap program yang akan merubah fungsi ruang

publik dengan fungsi lain harus melalui proses yang melibatkan pendapat atau

aspirasi masyarakat kota dan mempertimbangkan Undang-Undang baru Penataan

Ruang.

Ruang publik yang menarik akan selalu dikunjungi oleh masyarakat luas

dengan berbagai tingkat kehidupan sosial-ekonomi-etnik, tingkat pendidikan,

perbedaan umur dan motivasi atau tingkat kepentingan yang berlainan. Kriteria

ruang publik secara esensial ada. tiga macam sbb :

a. Dapat memberikan makna atau arti bagi masyarakat setempat secara

individual maupun kelompok (meaningful).

Page 77: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65 |BAB II

b. Tanggap terhadap semua keinginan pengguna dan dapat

mengakomodir kegiatan yang ada pada ruang publik tersebut

(responsive).

c. Dapat menerima kehadiran berbagai lapisan masyarakat dengan

bebas tanpa ada diskriminasi (democratic).

Siapa pun tanpa membedakan anak, dewasa, atau orang tua, kaya atau

miskin, berpendidikan tinggi atau rendah, atasan atau bawahan, dapat

memanfaatkan ruang publik kota untuk segala macam kegiatan baik individual

alau berkelompok.

Kebebasan bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan itulah kadang-

kadang perlu pengendalian aktivitas-aktivitas yang terjadi, perlu pengaturan

fungsi ruang, sirkulasi lalu lintas dan parkir kendaraan bermotor, perlu

penempatan pedagang kaki lima dan sebagainya sehingga pengertian demokratik

tidak diartikan sebagai kebebasan yang menyimpang dari harapan kita. Secara

langsung dari segi finansial, fungsi ruang publik tidaklah memberi kontribusi

besar kepada investor, akan tetapi ruang publik merupakan salah satu pendukung

kegiatan dalam perancangan kota yang harus dipertimbangkan, secara tidak

langsung sangat mendorong perkembangan kawasan tersebut.Selanjutnya

diperlukan penataan yang baik agar dapat tercapai keseimbangan di kawasan

tersebut.

II.5.2. Permasalahan Ruang Publik Kota

Sampai saat ini Pemerintah Kota, investor, pengembang (developer), dan

masyarakat luas masih belum banyak menyentuh perancangan ruang publik Kota.

Page 78: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66 |BAB II

Secara langsung ruang-ruang publik belum dapat memberikan keuntungan secara

finansial.

KadangPemerintah Kota lebih merencanakan dan merevisi kembali

Rencana Umum Tata Ruang Kota secara periodik, sehingga perencanaan yang

lebih detail belum banyak terealisir berdasarkan hirarkinya. Padahal banyak sekali

permasalahan ruang publik kota antara lain peruhahan-perubahan fungsi taman

kota menjadi fungsi bangunan yang tidak terkendali, trotoor dipakai untuk

pedagang kaki lima (PKL) sehingga menganggu hak-hak bagi pejalan kaki,

masalah penataan parkir yang tidak pernah dipikirkan kelayakannya terutama di

pusat-pusat fasilitas pelayanan umum, sehingga mengakibatkan macetnya

transporatasi kota.

Perencanaan ruang-ruang publik akan muncul pada produk Tata Ruang

Kota yang lebih detail, misalnya pada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

(RTBL) atau Rencana Teknik Ruang Kota (RTRK) yang merupakan bagian dari

Rencana yang lebih makro seperti RDTRK dan RUTRK.

Perencanaan ruang publik biasanya tidak akan didesain selama

perencanaan yang lebih makro belum ada. Hal inilah yang perlu dipahami oleh

Pengelola Kota dan masyarakat pada umumnya.

Beberapa terobosan dilakukan oleh instansi-instansi yang berkompeten

untuk mendesain ruang publik dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

(RTBL) meskipun belum ada Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)nya,

dapat mengacu pada hirarki yang lebih makro seperti Rencana Umum Tata Ruang

Kota (RUTRK) yang ada. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pedoman

teknis dalam mengendalikan pembangunan yang sangat cepat.

Page 79: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67 |BAB II

Perencanaan ruang publik yang terkait dengan (RTBL) atau (RTRK) tidak

mengacu pada Kriteria Desain Tak Terukur (Non measureble design criterias)

yang melibatkan peran dari masyarakat pengguna secara sungguh-sungguh,

sehingga ruang-ruang publik yang didesain, banyak yang tidak sesuai dengan

kenyamanan masyarakat pengguna.

Dalam perencanaan ruang publik sering tidak dipikirkan ke depan tentang

perawatan dan pengelolaannya. Desain ruang-ruang publik yang dirancang dengan

penekanan estetika dan bentuk yang rumit akan menyulitkan dalam perawatan.

Bagaimana sistem pengelolaannya perlu dipikirkan, karena selama ini

semua ruang publik dibebankan Pemerintah Kota. Metode pengelolaan inilah

yang perlu dikembangkan menjadi metode kemitraan bersama masyarakat untuk

berpartisipasi aktif dalam pengelolaannya.

Masih banyak ruang-ruang kota yang tidak berfungsi (unusage) baik ruang

kecil maupun ruang-ruang yang luas belum dimanfaatkan secara optimal serta

belum disentuh untuk pengembangan ruang publik Kota. Sosialisasi pentingnya

peranan ruang publik dalam meningkatkan kualitas ruang kota pada masyarakat

perlu ditingkatkan, di samping memotivasi mereka untuk senantiasa peduli

terhadap lingkungan ruang kota.

Pembangunan ruang-ruang publik di Indonesia masih belum banyak yang

memikirkan tentang aksesibilitas bagi orang cacat atau orang yang memiliki

kemampuan yang berbeda (diffable). Hal ini sangat dirasakan sekali bagi mereka,

sehingga ruang geraknya sangat terbatas dan selalu membutuhkan bantuan orang

lain, ini tidak sesuai dengan keinginan hati nurani mereka yang ingin mandiri

seperti layaknya orang normal.

Page 80: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68 |BAB II

Pemahaman tentang Perancangan Kota (Urban Design) oleh beberapa

kalangan mahasiswa, praktisi maupunmasyarakat masih rancu. Dalam praktek di

lapangan berbagaiaspek regional, kawasan maupun detail, fisik, sosial,

ekonomi,budaya dan lingkungan menjadi lahan pertimbangan.

Goslingdan Maitland (1984) dalam Hidle B (1999) mengatakan

bahwaperancangan kota merupakan jembatan antara perencanaankota dan

arsitektur (Urban design as bridging the gab between planning and architecture).

Perencanaan kota Iebihmenitikberatkan pada bentuk tata guna lahan (landuse

pattern) dan masalah sosial ekonomi, sedangkan arsitektur lebih padaperancangan

bangunan (Conway.H dan Roenish,R. 1994).

Dari perbedaan itu muncul Perancangan Kota sebagai ilmuyang berperan

merancang ruang-ruang publik (the design of public spaces).

...It is concerned with the physical form of the public

realm over a limited physical area of the city and that it there

foreliesbetween the two well established design scales of

architecture, whIch is concerned the physical form of the private

realm of the individual building and town and regional planning,

which is concerned with the organization of public realm in its

wider context.... (Frey, H: 1999)

Page 81: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69 |BAB II

Perancangan Kota (Urban Design) menitikberatkan pengguna (user),

fasilitas pelayanan umum di lapangan, bentuk-bentuk aktivitas, infrastruktur, dll.

Karakteristik Perancangan Kota (Urban Design) sulit dibedakan dengan

perencanaan kota secara luas, sehingga beberapa konsep yang dikemukakan oleh

Yokio Nishimura (1999) bahwa ada elemen-elemen urban design yang dapat

membedakan dengan jelas dengan desain yang lain:

Bagaimana menentukan langkah awal untuk mengevaluasi kedudukan dan

sejarah ruang-ruang kota tersebut? Pendekatan yang terbaik dalam urban design

adalah mempertimbangkan aspek sosial yang berkaitan dengan ruang-ruang kota

yang ada.

Urban design didasarkan pada persepsi dari ruang-ruang kota (urban

spaces) sebagai objek yang dapat direkayasa atau dimodifikasi sehingga perlu

strategi yang dapat menciptakan bentuk yang melebihi keadaan semula, seperti

usaha revitalisasi elemen peninggalan yang ada di kota dengan memperhitungkan

perubahan fisik penting dan pengaruh terhadap kegiatan penghuninya.

Urban design merupakan bagian dari kota, sehingga fungsi dari

perancangan tersebut harus berkaitan dengan fungsi-fungsi bagian kota yang lain,

architecture planning

Urb

an d

esig

n

Pera

ncan

gan

kota

Bagan 2-1. Kedudukan Ilmu Perancangan Kota (Urban Design)

Page 82: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70 |BAB II

dan secara menyeluruh merupakan bagian dari jaringan yang ada. Urban design

dapat merefleksikan strategi kebijakan secara integral sehingga tidak terjadi

ketimpangan program dalam pembangunan. Urban design tidak hanya merupakan

konsep estetika, tetapi suatu proses pengambilan keputusan termasuk aspek

sosiologi kota dengan mengacu pada strategi global.Hasil dari urban design

menitikberatkan pada masalah yang penting atau mendesak bagi kehidupan

manusia dan kegiatan kotanya.

Urban design adalah suatu bentuk perancangan yang berkelanjutan dan

tidak akan pernah selesai (never endingmovement), persoalan baru selalu ada

setiap saat seiring dengan tuntutan kebutuhan manusia yang selalu berkembang

dengan teknologi yang semakin modern.

Urban design terdiri dari desain perangkat keras (hard ware) dan desain

lunak (soft space). Perangkat keres merupakandesain fisik, sedangkan perangkat

lunak merupakan alat kantrolefektif. Perubahan struktur ruang kota secara internal

dapatdicapai dengan pendekatan terhadap perilaku dari individu-individupenghuni

kota tersebut. Keterkaitan antara perangkatkeras dan lunak merupakan satu

konsep yang harusdiperhitungkan dalam perancangan kota (urban design).

II.5.3. Ruang Publik sebagai Elemen Perancangan Kota

Berbicara masalah elemen dalam Urban Design, terdapat banyak pendapat

yang berlainan. Ada yang berpikir bahwa masalah utama dalam urban design

adalah faktor keindahan. Sehingga elemen yang perlu dipikirkan antara lain:

pepohonan, perabot jalan, paving, trotoar, penerangan, tanda-tanda asesoris kota

dan sebagainya. Lingkup urban design seperti yang telah diketahui, merupakan

Page 83: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71 |BAB II

bagian dari proses perencanaan kota yang berkaitan dengan masalah kualitas fisik

lingkungan. Dalam praktek tidak dapat sepenuhnya memasukkan semua elemen

atau komponen kota ke dalam objek perancangan yang sudah terbentuk

sebelumnya, karena akan mengalami berbagai kesulitan.

Ruang-ruang yang berada di antara bangunan disebut ruang publik dalam

urban design. Bagaimana cara mendesain ruang tersebut? Ada beberapa contoh

antara lain pada Urban Design Plan di San Francisco tahun 1970 yang berusaha

menghubungkan 4 kelompok ruang-ruang:

(1) Bentuk dan kesan secara internal (internal pattern and image).

(2) Bentuk dan kesan secara ekstemal (external form and Image).

(3) Parkir dan sirkulasi (circulation and parking). lebih berkaitan dengan

melihat jalan dan karakteristiknya, baik dari aspek kualitas perawatan,

luasan, susunan, kemonotonan, kejelasan dari rute, orientasi ke tujuan,

aman, kemudahan sirkulasi, persyaratan parkir dan lokasinya.

(4) Kualitas lingkungan (quality ofenvironment) (Shirvani. 1985; Darmawan,

2003).

Dalam menilai Kualitas Lingkungan delapan faktor yang harus

diperhatikan yakni:

(1) Kecocokan dalam penggunaan lahan.

(2) Keberadaan elemen-elemen alami.

(3) Arah keruang terbuka.

(4) Pandangan yang menarik dari tampak potongan membujur jalan.

(5) Kualitas dari sudut-sudut pemandangan.

Page 84: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72 |BAB II

(6) Kualitas perawatan.

(7) Kebisingan

(8) Klimatoiogi

Dulu para desainer lebih memperhatikan aspek internal pattern image dan

external form and image (Gifford.R, 1987; Heimsath.C, 1980), karena kedua

aspek ini lebih berorientasi pada aspek fisik dalam urban design. Terutama

elemen fisik yang lebih spesifik seperti plaza, mall, area tempat duduk, pohon-

pohon, lampu-lampu hias atau elemen lain yang spesifik bagi lingkungan

masyarakat setempat. Beberapa analisa terhadap elemen urban design

menghasilkan beberapa variasi bentuk, kebijakan, perancangan, pedoman

perancangan, program lain di kota-kota yang berlainan.

Dari beberapa pengalaman dalam praktek, untuk menentukan elemen-

elemen dalam urban design yang saling terkait satu dengan yang lain. Hamid

Shirvani (1985), menentukan elemen urban design dalam delapan kategori

sebagai berikut:

(1) Tata guna lahan.

(2) Bentuk bangunan dan massa bangunan (Krier.R, 1979).

(3) Sirkulasi dan ruang parkir (Childs.M. 1999).

(4) Ruang terbuka.

(5) Jalan pedestrian (Robeinstein.H, 1992).

(6) Kegiatan pendukung.

(7) Tanda-tanda(Broadbent.G, 1980).

(8) Konsevasi (Cohan.N, 1999;Lynch, 1981).

Page 85: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73 |BAB II

II.5.4. Paradigma Baru Perancangan Kotadi Indonesia

Perancangan kota pada dasamya merupakan kegiatan untuk mengatur

ruang kota agar aktivitas kehidupan manusia dan lingkungan alam di sekitarnya

berkembang secara harmonis dan bersifat lestari. Dua hal pokok yang menjadi

azas pemanfaatan ruang di Indonesia yakni pertama, adanya tiga unsur penting

dalam penataan ruang kota yaitu manusia beserta aktivitasnya, lingkungan alam

sebagai tempat, dan pemanfaatan ruang oleh manusia di lingkungan alam tersebut.

Ketiga unsur ini rnerupakan satu kesatuan yang saling berkaitan dan berada dalam

keseimbangan, sehingga aktivitas manusia dalam rangka pemenuhan kebutuhan

hidupnya harus memperhatikan kemampuan daya dukung lingkungannya yang

berorientasi pada kehidupan yang berkelanjutan. Kedua, proses pemanfaatan

ruang harus bersifat terbuka, efektif, partisipatif agar terwujud ruang yang aman,

nyaman, produktif dan berkelanjutan.

Secara geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia berada pada

kawasan rawan bencana. Sehingga diperlukan penataan ruang yang berbasis

mitigasi bencana sebagai upaya meningkatkan keselamatan dan kenyamanan

kehidupan dan penghidupan. Hal tersebut di atas diatur oleh Undang-Undang

Republik lndonesia Nomer 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang memiliki

pcrlindungan hukum dan mampu memenuhi kepentingan semua pihak, terpadu,

berdaya guna, dan serasi.

Sejalan dengan perkembangan sosial politik di Indonesia, rnasyarakat

menuntut adanya pergeseran pola pikir yang menyangkut penyelenggaraan

pemerintahan daerah yang kemudian dituangkan dalam Undang-Undang

No.32/2004 tentang Otonomi Daerah. Bergesernya peran pelaku pembangunan

Page 86: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74 |BAB II

dari pemerintah ke masyarakat dan dunia usaha merupakan paradigma baru dalam

proses perancangan kota. Perancangan kota yang lebih dikenal dengan istilah

Perencanaan Tata Ruang merupakan suatu bentuk kesepakatan publik dan

mengikat sebagai suatu kontrak sosial, atau suatu bentuk keputusan kolektif yang

dihasilkan dari proses politik dan kemudian menjadi kebijakan publik yang harus

ditaati oleh seluruh pelaku pembangunan (Ibrahim, 2000). Paradigma baru

Perancangan Kota, harus mempertimbangkan aspek globalisasi, desentralisasi,

demokratisasi dan sistem pemerintahan.

· Globalisasi

Aspek ini menekankan perancangan yang berorientasi pada

integritas dengan kota-kota lain di sekitarnya, yang dapat dijadikan

mitra dalam pengembangan, dengan harapan saling mengisi dan

menguntungkan. Dan dalam setiap elemen kota yang dikembangkan,

harus dipikirkan bagaimana bisa diberdayakan menjadi pemasukan

manusia aktivitas

Fasilitas

Area

kota

Bagan 2-2. Hubungan Struktur Unsur Kota

Page 87: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75 |BAB II

bagi pemerintah kota, sehingga perencana harus berorientasi pada City

Marketing.

· Desentralisasi

Sistem sentralisasi sudah bergeser ke desentralisasi, sehingga

Pemerintah pusat sudah tidak lagi menjadi penentu dalam perancangan

kota, akan tetapi lebih berperan sebagai mitra dalam memberi saran

pemecahan masalah bagi penyelesaian konflik penataan wilayah atau

kota antardaerah melalui fasilitas, penyiapan bantuan teknis, norma

dan standar, serta pedoman. Pemerintah pusat tidak lagi terlibat secara

fisik, kecuali pada tingkat yang lebih makro dan strategis nasional.

Dengan demikian pemerintah kota dapat meningkatkan kapasitas

manajemen secara optimal, dengan perancangan yang lebih berbasis

pada pertumbuhan lokal. Di pihak lain harus senantiasa

memprioritaskan peningkatan pelayanan pada masyarakat dengan

sebaik-baiknya.

· Demokratisasi

Bahwa perancangan kota harus bersifat partisipatif artinya disusun,

dilaksanakan, dan dimonitor oleh Stakeholders kota secara bersama-

sama berdasarkan sosial budaya lokal, sehingga dapat dilaksanakan

sesuai dengan kemampuan masyarakat dan kondisi daerah

perencanaan. Singkatnya, bahwa pemberdayaan masyarakat harus

lebih diutamakan sehingga hasilnya secara optimal dapat dirasakan dan

dinikmati oleh mereka. Sebagai kontrol terhadap perancangan kota,

diperlukan terbentuknya forum/Asosiasi kota.

Page 88: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76 |BAB II

· Sistem pemerintahan yang bersih

Pemerintahan diharapkan dapat berperan sebagai fasilitator dan

dapat memberikan citra yang bersih atau GoodGorvernance. Oleh

karena itu segala kcbijakan dan pelayanan umum harus bersifat

transparan. Peran Lembaga Legislatif dan petaruh (stakeholder) harus

dapat mengontrol pernbangunan kota itu sendiri.

II.5.5. Tipologi Ruang Publik

Dari perkembangan sejarah, ruang publik kota memberi pandangan yang

lebih luas tentang bentuk variasi dan karaktemya. Pengertian ruang publik secara

singkat merupakan suatu ruang yang berfungsi untuk kegiatan-kegiatan

masyarakat yang berkaitan dengan sosial, ekonomi, dan budaya.

Sikap dan perilaku manusia yang dipengaruhi oleh perkembangan

teknologi juga berpengaruh terhadap tipologi ruang kota yang direncanakan.

Asesori ruang publik yang harus disediakan semakin berkembang, baik dari segi

kualitas desain, bahan dan perawatannya, Misalnya: papan-papan informasi dan

reklame, tempat sampah, telpon boks, lampu-Iampu, dsb. Tipologi ruang publik

ini memiliki banyak variasi yang kadang-kadang memiliki perbedaan yang tipis

sehingga seolah-olah memberi pengertian yang tumpang tindih (overlapping).

Menurut Stephen Carr (1992) ruang publik dibagi menjadi beberapa tipe

dan karakter sebagai berikut:

1. Taman Umum (Public Parks)

Berupa lapangan / taman pusat kota dengan skala pelayanan yang

beragam sesuai dengan fungsinya. Tipe ini ada tiga macam yaitu :

Page 89: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77 |BAB II

· Taman Nasional (National Parks)

Skala pelayanan taman ini adalah tingkat nasional, lokasinya

berada di pusat kota. Bentuknya berupa zona ruang terbuka yang

memiliki peran sangat penting dengan luasan melebihi taman-

taman kota yang lain, dengan kegiatan yang dilaksanakan berskala

nasional. Di samping sebagai Landmark Kota Jakarta juga dapat

sebagai Landmark nasional, terutama tugu monumen yang

didukung dengan elemen asesori kota yang lain seperti air

mancur,jalan pedestrian yang diatur dengan pola-pola menarik, di

samping taman dan penghijauan di sekitar kawasan tersebut

(Simonds.J.O, 1961).

· Taman Pusat Kota (Downtown Parks)

Taman ini berada di kawasan pusat kota. berbentuk lapangan hijau

yang dikelilingi pohon-pohon peneduh atau berupa hutan kota

dengan pola tradisional atau dapat pula dengan desain

pengembangan baru. Areal hijau kota yang digunakan untuk

kegiatan-kegiatan santai dan berlokasi di kawasan perkantoran,

perdagangan, atau perumahan kota. Contohnya lapangan hijau di

lingkungan perumahan atau perdagangan/perkantoran.

· Taman Lingkungan (Neighborhood Parks)

Ruang terbuka yang dikembangkan di lingkungan perumahan

untuk kegiatan umum seperti taman bermain anak-anak, olahraga,

dan bersantai bagi masyarakat disekitarnya. Contohnya taman di

kompleks perumahan.

Page 90: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78 |BAB II

· Taman Kecil (Mini Parks)

Taman kecil yang dikelilingi oleh bangunan-bangunan, termasuk

air mancur yang digunakan untuk mendukung suasana taman

tersebut. Contonhnya taman-taman di sudut-sudut

lingkungan/setback bangunan.

2. Lapangan dan Plasa (Squares and Plazas)

Merupakan bagian dari pengembangan kota plaza atau lapangan yang

dikembangkan sebagai bagian dari perkantoran atau bangunan komersial.

Dapat dibedakan menjadi Pusat Kota (Central Square) dan Plasa pengikat

(Corporate Plaza).

· Lapangan Pusat Kota (Central Square)

Ruang publik ini sebagai bahan pengembangan sejarah berlokasi di

pusat kota dan sering digunakan untuk kegiatan-kegiatan formal

seperti upacara-upacara peringatan hari nasional, sebagai

rendevous point koridor-koridor jalan di kawasan tersebut. Di

samping untuk kegiatan-kegiatan masyarakat baik sosial, ekonomi,

maupun apresiasi budaya.

· Plaza Pengikat (Corporate Plaza)

Plaza ini merupakan pengikat dari bangunan-bangunan komersial

atau perkantoran, berlokasi di pusat kota dan pengelolaannya

dilakukan oleh pemilik kantor atau pemimpin kantor tersebut

secara mandiri.

Page 91: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79 |BAB II

3. Peringatan (Memorial)

Ruang publik yang digunakan untuk memperingati memori atau

kejadian penting bagi umat manusia atau masyarakat ditingkat lokal

atau nasional.

4. Pasar (Markets)

Ruang terbuka atau ruas jalan yang dipergunakan untuk transaksi,

biasanya bersifat temporer atau hari tertentu.

5. Jalan (Streets)

Ruang terbuka sebagai prasarana transportasi. Menurut Stepen Carr

(1992) dan Rubeinstein, H (1992) tipe ini dibedakan menjadi

Pedestrian Sisi Jalan (Pedestrian Sidewalk), Mall pedestrian

(Pedestrian Mall), Mall transit (Transit Mall), Jalur Lambat (Traffic

Restricted Streets) dan Gang Kecil Kota (Town Trail).

· Pedestrian Sisi Jalan (Pedestrian Sidewalk).

Bagian ruang publik kota yang banyak dilalui orang yang sedang

berjalan kaki menyusuri jalan yang satu yang berhubungan dengan

jalan lain. Letaknya berada di kiri dan kanan jalan.

· Mall pedestrian (Pedestrian Mall).

Suatu jalan yang ditutup bagi kendaraan bermotor, dan

diperuntukkan khusus bagi pejalan kaki fasilitas tersebut biasanya

dilengkapi dengan asesoris kota seperti pagar, tanaman, dan

berlokasi di jalan utama pusat kota.

Page 92: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80 |BAB II

· Mall transit (Transit Mall).

Pengembangan pencapaian transit untuk kendaraan umum pada

penggal jalan tertentu yang telah dikembangkan sebagai pedestrian

area.

· Jalur Lambat (Traffic Restricted Streets).

Jalan yang digunakan sebagai ruang terbuka dan diolah dengan

desain pedestrian agar lalu lintas kendaraan terpaksa berjalan

lamban, disamping dihiasi dengan tanaman sepanjang jalan tersebut

atau jalur jalan sepanjang jalan utama yang khusus untuk pejalan

kaki dan kendaraan bukan bermotor.

· Gang Kecil Kota (Town Trail).

Gang-gang kecil ini merupakan bagian jaringan jalan yang

menghubungkan ke berbagai elemen kota satu dengan yang lain

yang sangat kompak. Ruang publik ini direncanakan dan dikemas

untuk mengenal lingkungan lebih dekat lagi.

6. Tempat Bermain (Playground)

Ruang publik yang berfungsi sebagai arena anak-anak yang dilengkapi

dengan sarana pemainan, biasanya berlokasi di lingkungan perumahan.

Tipe ini terdiri dari Tempat bermain (Playground) atau Halaman

Sekolah (Schoolyard). (Darmawan. 2005; Simonds.J.O, 1961)

· Tempat bermain (Playground)

Ruang publik ini berlokasi di lingkungan perumahan, dilengkapi

peralatan tradisional seperti papan luncur, ayunan, dan fasilitas

Page 93: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81 |BAB II

tempat duduk, disamping dilengkapi dengan alat permainan untuk

kegiatan petualangan.

· Halaman Sekolah (Schoolyard)

Ruang publik halaman sekolah yang dilengkapi dengan fasilitas

untuk pendidikan lingkungan atau ruang untuk melakukan

komunikasi.

7. Ruang Komunitas (Community open space)

Ruang kosong di lingkungan perumahan yang didesain dan

dikembangkan serta dikelola sendiri oleh masyarakat setempat. Ruang

komunitas ini berupa taman masyarakat (Community Garden). Ruang

ini dilengkapi dengan fasilitas penataan taman termasuk gardu

pemandangan, areal bermain, tempat-tempat duduk. Dan fasilitas

estetis lain. Ruang ini biasanya dikembangkan di tanah milik pribadi

atau tanah tak bertuan yang tidak pernah dirawat (Cullen, 1986).

8. Jalan Hijau dan Jalan Taman (Greenways and Parkways)

Merupakan jalan pedestrian yang menghubungkan antara tempaat

rekreasi dan ruang terbuka, yang dipenuhi dengan taman dan

penghijauan.

9. Atrium/Pasar di dalam Ruang (Atrium/Indoor Market Place)

Tipe ini dibedakan menjadi dua yaitu atrium dan pasar/pusat

perbelanjaan di pusat kota (Market Place/Downtownshopping center)

(Darmawan, 2005).

· Atrium

Page 94: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82 |BAB II

Ruang dalam suatu bangunan yang berfungsi sebagai atrium,

berperan sebagai pengikat ruang-ruang di sekitarnya yang sering

digunakan untuk kegiatan komersial dan merupakan pedestrian

area. Pengelolanya ditangani oleh pemilik gedung atau

pengembang/investor.

· Pasar/pusat perbelanjaan di pusat kota (market place/downtown

shopping center)

Biasanya memanfaatkan bangunan tua yang kemudian

direhabilitasi ruang luar atau ruang dalamnya sebagai ruang

komersial. Kadang-kadang dipakai untuk festival pasar dan

dikelola sendiri oleh pemilik gedung tersebut.

10. Ruang di Lingkungan Rumah (Found/Neigborhood Spaces)

Ruang publik ini merupakan ruang terbuka yang mudah dicapai dari

rumah, seperti sisa kapling di sudut jalan atau tanah kosong yang

belum dimanfaatkan dapat dipakai sebagai tempat bermain bagi anak-

anak atau tempat komunikasi bagi orang dewasa atau orang tua.

11. Waterfront

Ruang ini berupa pelabuhan, pantai, bantaran sungai, bantaran danau

atau dermaga. Ruang terbuka ini berada di sepanjang rute aliran air di

dalam kota yang dikembangkan sebagai taman untuk waterfront

(Torre.L.A, 1989).

Page 95: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83 |BAB II

II.5.6. Kriteria Desain Tak Terukur(unmeasureable design criterias)

Kriteria desain tak terukur merupakan kriteria yang lebih menekankan

pada aspek kualitatif di lapangan. Kriteria ini sering dipakai dalam penelitian

kualitatif, untuk mengukur suatu kualitas lingkungan kota. Menurut Shirvani.H

(1985:57), ada 6 kriteria desain tak terukur antara lain:

1. Pencapaian (access)

Access memberikan kemudahan, kenyamanan, dan keamanan bagi para

pengguna untuk mencapai tujuan dengan sarana dan prasana

transporatasi yang mendukung kemudahan aksesibilitas yang

direncanakan dan dirancang sesuai dengan kebutuhan pengguna

sehingga dapat memberikan kenyamanan dan kemudahan dalam

menjalankan aktivitasnya. Fasilitas untuk aksesibilitas ini hendaknya

dalam perencanaan dan perancangannya memperhatikan tatanan, letak,

sirkulasi, dan dimensi (Lynch. 1976).

2. Kecocokan (compatible)

Kecocokan adalah aspek-aspek yang berkaitan dengan lokasi,

kepadatan, skala dan bentuk masa bangunan.

3. Pemandangan (view)

Pemandangan berkaitan dengan aspek kejelasan yang terkait dengan

orientasi manusia terhadap bangunan. View dapat berupa landmark,

Nilai visual ini dapat diperoleh dari skala dan pola serta warna, tekstur,

tinggi dan besaran.

4. Identitas (identity)

Page 96: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84 |BAB II

ldentitas adalah nilai yang dibuat atau dimunculkan oleh objek

(bangunan/manusia) sehingga dapat ditangkap dan dikenali oleh indera

manusia. Identity dikenal juga dengan citra (Darmawan, 2003).

5. Rasa (sense)

Rasa kesan atau suasana yang ditimbulkan. Sense ini biasanya

merupakan simbol karakter dan berhubungan dengan aspek ragam

gaya yang disampaikan oleh individu/ kelompok bangunan atau

kawasan (Lyncn.K, 1976; Steele.F,1981).

6. Kenyamanan (livability)

Kenyamanan adalah kenyamanan untuk tinggal ataurasa kenyamanan

untuk tinggal atau beraktivitas di suatu kawasan/obyek (Darmawan,

2003).

Dari kriteria desain tak terukur di atas dapat diartikan bahwa persepsi

setiap individu atau kelompok masyarakat akan menuntut kebutuhan fasilitas kota

yang berlainan pula, tergantung hirarki sosial ekonomi masyarakat pengguna kota.

Menurut Frey. H (1999) kriteria yang dapat mendorong kesinambungan

bentuk dan struktur kota diperbandingkan antara kebutuhan dasar manusia

menurut hierarki Maslow dan tuntutan kebutuhan fasilitas umum kota.

II.6. PANGGUNG PERTUNJUKAN

Dalam sejarah perkembangannya, seni teater memiliki berbagai macam jenis

panggung yang dijadikan tempat pementasan. Perbedaan jenis panggung ini

dipengaruhi oleh tempat dan zaman dimana teater itu berada serta gaya

pementasan yang dilakukan. Bentuk panggung yang berbeda memiliki prinsip

Page 97: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85 |BAB II

artistik yang berbeda.Misalnya, dalam panggung yang penontonnya melingkar,

membutuhkan tata letak perabot yang dapat enak dilihat dari setiap sisi. Berbeda

dengan panggung yang penontonnya hanya satu arah dari depan. Untuk

memperoleh hasil terbaik, penata panggung diharuskan memahami karakter jenis

panggung yang akan digunakan serta bagian-bagian panggung tersebut.

II.6.1. Jenis-jenis Panggung

Panggung adalah tempat berlangsungnya sebuah pertunjukan dimana

interaksi antara kerja penulis lakon, sutradara, dan aktor ditampilkan di hadapan

penonton.Di atas panggung inilah semua laku lakon disajikan dengan maksud

agar penonton menangkap maksud cerita yang ditampilkan.Untuk menyampaikan

maksud tersebut pekerja teater mengolah dan menata panggung sedemikian rupa

untuk mencapai maksud yang dinginkan.Seperti telah disebutkan di atas bahwa

banyak sekali jenis panggung tetapi dewasa ini hanya tiga jenis panggung yang

sering digunakan. Ketiganya adalah panggung proscenium, panggung thrust, dan

panggung arena. Dengan memahami bentuk dari masingmasing panggung inilah,

penata panggung dapat merancangkan karyanya berdasar lakon yang akan

disajikan dengan baik.

· Arena

Panggung arena adalah panggung yang

penontonnya melingkar atau duduk mengelilingi

panggung (Gambar 2-18). Penonton sangat dekat

sekali dengan pemain. Agar semua pemain dapat

Gambar 2-18 Denah panggung teater arena

Page 98: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86 |BAB II

terlihat dari setiap sisi maka penggunaan set dekor berupa bangunan tertutup

vertikal tidak diperbolehkan karena dapat menghalangi pandangan penonton.

Karena bentuknya yang dikelilingi oleh penonton, maka penata panggung dituntut

kreativitasnya untuk mewujudkan set dekor. Segala perabot yang digunakan

dalam panggung arena harus benar-benar dipertimbangkan dan dicermati secara

hati-hati baik bentuk, ukuran, dan penempatannya.Semua ditata agar enak

dipandang dari berbagai sisi.

Panggung

arena biasanya

dibuat secara

terbuka (tanpa

atap) dan

tertutup.Inti dari

pangung arena

baik terbuka atau

tertutup adalah

mendekatkan penonton dengan pemain.Kedekatan jarak ini membawa

konsekuensi artistik tersendiri baik bagi pemain dan (terutama) tata panggung.

Karena jaraknya yang dekat, detil perabot yang diletakkan di atas panggung harus

benar-benar sempurna sebab jika tidak maka cacat sedikit saja akan nampak.

Misalnya, di atas panggung diletakkan kursi dan meja berukir. Jika bentuk ukiran

yang ditampilkan tidak nampak sempurna – berbeda satu dengan yang lain – maka

penonton akan dengan mudah melihatnya. Hal ini mempengaruhi nilai artistik

pementasan.

Gambar 2-19 Berbagai macam model panggung teater arena

Page 99: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87 |BAB II

Lepas dari kesulitan yang dihadapi, panggun arena sering menjadi pilihan

utama bagi teater tradisional.Kedekatan jarak antara pemain dan penonton

dimanfaatkan untuk melakukan komunikasi langsung di tengah-tengah

pementasan yang menjadi ciri khas teater tersebut.Aspek kedekatan inilah yang

dieksplorasi untuk menimbulkan daya tarik penonton.Kemungkinan

berkomunikasi secara langsung atau bahkan bermain di tengah-tengah penonton

ini menjadi tantangan kreatif bagi teater modern.Banyak usaha yang dilakukan

untuk mendekatkan pertunjukan dengan penonton, salah satunya adalah

penggunaan panggung arena.Beberapa pengembangan desain dari teater arena

melingkar dilakukan sehingga bentuk teater arena menjadi bermacam-macam.

Masing-masing bentuk memiliki keunikannya tersendiri tetapi semuanya

memiliki tujuan yang sama yaitu mendekatkan pemain dengan penonton.

· Proscenium

Panggung

proscenium bisa juga

disebut sebagai

panggung bingkai

karena penonton

menyaksikan aksi

aktor dalam lakon

melalui sebuah

bingkai atau lengkung proscenium (proscenium arch).Bingkai yang dipasangi

layar atau gorden inilah yang memisahkan wilayah akting pemain dengan

penonton yang menyaksikan pertunjukan dari satu arah (Gambar 2-20).Dengan

Gambar 2-20 Panggung proscenium

Page 100: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88 |BAB II

pemisahan ini maka pergantian tata panggung dapat dilakukan tanpa

sepengetahuan penonton.Panggung proscenium sudah lama digunakan dalam

dunia teater. Jarak yang sengaja diciptakan untuk memisahkan pemain dan

penonton ini dapat digunakan untuk menyajikan cerita seperti apa adanya. Aktor

dapat bermain dengan leluasa seolah-olah tidak ada penonton yang hadir

melihatnya. Pemisahan ini dapat membantu efek artistik yang dinginkan terutama

dalam gaya realisme yang menghendaki lakon seolah-olah benar-benar terjadi

dalam kehidupan nyata.

Tata panggung pun sangat diuntungkan dengan adanya jarak dan

pandangan satu arah dari penonton.Perspektif dapat ditampilkan dengan

memanfaatkan kedalaman panggung (luas panggung ke belakang). Gambar

dekorasi dan perabot tidak begitu menuntut kejelasan detil sampai hal-hal terkecil.

Bentangan jarak dapat menciptkan bayangan arstisitk tersendiri yang mampu

menghadirkan kesan.Kesan inilah yang diolah penata panggung untuk

mewujudkan kreasinya di atas panggung proscenium.Seperti sebuah lukisan,

bingkai proscenium menjadi batas tepinya.Penonton disuguhi gambaran melalui

bingkai tersebut.Hampir semua sekolah teater memiliki jenis panggung

proscenium.Pembelajaran tata panggung untuk menciptakan ilusi (tipuan)

imajinatif sangat dimungkinkan dalam panggung proscenium.

Jarak antara penonton dan panggung adalah jarak yang dapat dimanfaatkan

untuk menciptakan gambaran kreatif pemangungan.Semua yang ada di atas

panggung dapat disajikan secara sempurna seolah-olah gambar nyata.Tata cahaya

yang memproduksi sinar dapat dihadirkan dengan tanpa terlihat oleh penonton

dimana posisi lampu berada. Intinya semua yang di atas panggung dapat

Page 101: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89 |BAB II

diciptakan untuk mengelabui pandangan penonton dan mengarahkan mereka pada

pemikiran bahwa apa yang terjadi di atas pentas adalah kenyataan. Pesona inilah

yang membuat penggunaan panggung proscenium bertahan sampai sekarang.

· Thrust

Panggung thrust

seperti panggung proscenium

tetapi dua per tiga bagian

depannya menjorok ke arah

penonton. Pada bagian depan

yang menjorok ini penonton

dapat duduk di sisi kanan dan

kiri panggung (Gambar 2-21).

Panggung thrust nampak

seperti gabungan antara panggung arena dan proscenium.

Untuk penataan panggung, bagian depan diperlakukan seolah panggung

Arena sehingga tidak ada bangunan tertutup vertikal yang dipasang. Sedangkan

panggung belakang diperlakukan seolah panggung proscenium yang dapat

menampilan kedalaman objek atau pemandangan secara perspektif. Panggung

thrust telah digunakan sejak Abad Pertengahan (Medieval) dalam bentuk

panggung berjalan (wagon stage) pada suatu karnaval. Bentuk ini kemudian

diadopsi oleh sutradara teater modern yang menghendaki lakon ditampilkan

melalui akting para pemain secara lebih artifisial (dibuat-buat agar lebih menarik)

kepada penonton. Bagian panggung yang dekat dengan penonton memungkinkan

Gambar 2-21 Panggung thrust

Page 102: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90 |BAB II

gaya akting teater presentasional yang mempersembahkan permainan kepada

penonton secara langsung, sementara bagian belakang atau panggung atas dapat

digunakan untuk penataan panggung yang memberikan gambaran lokasi kejadian.

· Bagian-bagian Panggung

Panggung teater

modern memiliki bagian-

bagian atau ruangruang yang

secara mendasar dibagi

menjadi tiga, yaitu bagian

panggung, auditorium

(tempat penonton), dan ruang

depan. Bagian yang paling

kompleks dan memiliki

fungsi artistik pendukung

pertunjukan adalah bagian

panggung.Masing-masing memiliki fungsinya sendiri.Seorang penata panggung

harus mengenal bagian-bagian panggung secara mendetil.Gambar 2-22 dan 2-23

menerangkan bagian-bagian panggung.

A. Border. Pembatas yang terbuat dari kain. Dapat dinaikkan dan diturunkan.

Fungsinya untuk memberikan batasan area permaianan yang digunakan.

B. Backdrop. Layar paling belakang. Kain yang dapat digulung atau diturun-

naikkan dan membentuk latar belakang panggung.

C. Batten. Disebut juga kakuan. Perlengkapan panggung yang dapat

Gambar 2-22 Bagian-bagian Panggung 1

Page 103: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91 |BAB II

digunakan untuk meletakkan atau menggantung benda dan dapat

dipindahkan secara fleksibel.

D. Penutup/flies. Bagian atas rumah panggung yang dapat digunakan untuk

menggantung set dekor serta menangani peralatan tata cahaya.

E. Rumah panggung (stage house). Seluruh ruang panggung yang meliputi

latar dan area untuk tampil

F. Catwalk (jalan sempit). Permukaan, papan atau jembatan yang dibuat di

atas panggung yang dapat menghubungkan sisi satu ke sisi lain sehingga

memudahkan pekerja dalam memasang dan menata peralatan.

G. Tirai besi. Satu tirai khsusus yang dibuat dari logam untuk memisahkan

bagian panggung dan kursi penonton. Digunakan bila terjadi kebakaran di

atas panggung. Tirai ini diturunkan

sehingga api tidak menjalar keluar

dan penonton bisa segera

dievakuasi.

H. Latar panggung atas. Bagian latar

paling belakang yang biasanya

digunakan untuk memperluas area

pementasan dengan meletakkan

gambar perspektif.

I. Sayap (side wing). Bagian kanan

dan kiri panggung yang

tersembunyi dari penonton,

biasanya digunakan para aktor menunggu giliran sesaat sebelum tampil.

Gambar 2-23 Bagian panggung 2

Page 104: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92 |BAB II

J. Layar panggung. Tirai kain yang memisahkan panggung dan ruang

penonton. Digunakan (dibuka) untuk menandai dimulainya pertunjukan.

Ditutup untuk mengakhiri pertunjukan.

Digunakan juga dalam waktu jeda penataan set dekor antara babak satu dengan

lainnya.

K. Trap jungkit. Area permainan atau panggung yang biasanya bisa dibuka

dan ditutup untuk keluar-masuk pemain dari bawah panggung.

L. Tangga. Digunakan untuk naik ke bagian atas panggung secara cepat.

Tangga lain, biasanya diletakkan di belakang atau samping panggung

sebelah luar.

M. Apron. Daerah yang terletak di depan layar atau persis di depan bingkai

proscenium.

N. Bawah panggung. Digunakan untuk menyimpan peralatan set. Terkadang

di bagian bawah ini juga terdapat kamar ganti pemain.

O. Panggung. Tempat pertunjukan dilangsungkan.

P. Orchestra Pit. Tempat para musisi orkestra bermain. Dalam beberapa

panggung proscenium, orchestra pit tidak disediakan.

Q. FOH (Front Of House) Bar. Baris lampu yang dipasang di atas penonton.

Digunakan untuk lampu spot.

R. Langit-langit akustik. Terbuat dari bahan yang dapat memproyeksikan

suara dan tidak menghasilkan gema.

S. Ruang pengendali. Ruang untuk mengendalikan cahaya dan suara (sound

system).

T. Bar. Tempat menjual makan dan minum untuk penonton selama

Page 105: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93 |BAB II

menunggu pertunjukan dimulai.

U. Foyer. Ruang tunggu penonton sebelum pertunjukan dimulai atau saat

istirahat.

V. Tangga. Digunakan untuk naik dan turun dari ruang lantai satu ke ruang

lantai lain.

W. Auditorium (house). Ruang tempat duduk penonton di panggung

proscenium. Istilah auditorium sering juga digunakan sebagai pengganti

panggung proscenium itu sendiri.

X. Ruang ganti pemain. Ruang ini bisa juga terletak di bagian bawah

belakang panggung.

II.6.2. Pengetahuan Tata Pentas

Tata pentas bisa disebut juga dengan scenery atau pemandangan latar

belakang (Background) tempat memainkan lakon. Tata pentas dalam pengertian

luas adalah suasana seputar gerak laku di atas pentas dan semua elemen-elemen

visual atau yang terlihat oleh mata yang mengitari pemeran dalam pementasan.

Tata pentas dalam pengertian teknik terbatas yaitu benda yang membentuk suatu

latar belakang fisik dan memberi batas lingkungan gerak laku. Dengan mengacu

pada definisi di atas dapat ditarik suatu pengertian bahwa tata pentas adalah

semua latar belakang dan benda-benda yang ada dipanggung guna menunjang

seorang pemeran memainkan lakon.

Sebelum memahami lebih jauh tentang tata pentas, kita perlu mengetahui

apa yang dimaksud pentas itu sendiri. Pentas menurut Pramana Padmodarmaya

Page 106: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94 |BAB II

ialah tempat pertunjukan dengan pertunjukan kesenian yang menggunakan

manusia (pemeran) sebagai media utama. Dalam hal ini misalnya pertunjukan tari,

teater tradisional (ketoprak, ludruk, lenong, longser, randai makyong, mendu,

mamanda, arja dan lain sebagainya), sandiwara atau drama nontradisi baik

sandiwara baru maupun teater kontemporer. Webster mendefinisikan pentas

sebagai suatu tempat yang tinggi dimana lakon-lakon drama dipentaskan atau

suatu tempat dimana para aktor bermain. Sedang W.J.S. Purwadarminta dalam

kamus umum bahasa Indonesia menerangkan pentas sebagai lantai yang agak

ketinggian dirumah (untuk tempat tidur) ataupun di dapur (untuk memasak).

Dengan demikian kalau disimpulkan pentas adalah suatu tempat dimana para

penari atau pemeran menampilkan seni pertunjukan dihadapan penonton.

Selain istilah pentas kita mengenal istilah panggung. Panggung menurut

Purwadarminta ialah lantai yang bertiang atau rumah yang tinggi atau lantai yang

berbeda ketinggiannya untuk bermain sandiwara, balkon atau podium. Dalam seni

pertunjukan panggung dikenal dengan istilah Stage melingkupi pengertian seluruh

panggung. Jika panggung merupakan tempat yang tinggi agar karya seni yang

diperagakan diatasnya dapat terlihat oleh penonton, maka pentas juga merupakan

suatu ketinggian yang dapat membentuk dekorasi, ruang tamu, kamar belajar,

rumah adat dan sebagainya. Jadi beda panggung dengan pentas ialah pentas dapat

berada diatas panggung atau dapat pula di arena atau lapangan.

Dari pengertian di atas dapat dijelaskan, pentas merupakan bagian dari

panggung yaitu suatu tempat yang ditinggikan yang berisi dekorasi dan penonton

dapat jelas melihat. Dalam istilah sehari-hari sering disebut dengan panggung

pementasan, dan apabila suatu seni pertunjukan dipergelarkan tanpa

Page 107: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95 |BAB II

menggunakan panggung maka disebut arena pementasan. Sehingga pementasan

dapat diadakan diarena atau lapangan.

Kini yang dianggap pentas bagi seni pertunjukan kontemporer tidak saja

berupa panggung yang biasa terdapat pada sebuah gedung akan tetapi keseluruhan

dari pada gedung itulah pentas, yakni panggung dan tempat orang menonton.

Sebab pada penampilan seni pertunjukan tokoh dapat saja turun berkomunikasi

dengan penontonnya atau ia dapat muncul dari arah penonton. Seperti istilah

Shakespeare bahwa seluruh dunia ini adalah pentas ( all the word’s stage).

Dengan begitu bisa saja setiap lingkungan masyarakat memiliki sebuah pentas

yang memadai dan sesuai untuk mementaskan sebuah seni pertunjukan.

II.6.3. Macam-macam Panggung

Secara fisik bentuk panggung dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu

panggung tertutup, panggung terbuka dan panggung kereta. panggung tertutup

terdiri dari panggung prosenium, panggung portable dan juga dapat berupa arena.

Sedangkan panggung terbuka atau lebih dikenal dengan sebutan open air stage

dan bentuknya juga bermacam-macam.

II.6.3.1. Panggung Prosenium atau Panggung Pigura

Panggung prosenium merupakan panggung konvensional yang memiliki

ruang prosenium atau suatu bingkai gambar melalui mana penonton menyaksikan

pertunjukan. Hubungan antara panggung dan auditorium dipisahkan atau dibatasi

oleh dinding atau lubang prosenium. Sedangkan sisi atau tepi lubang prosenium

Page 108: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96 |BAB II

bisa berupa garis lengkung atau garis lurus yang dapat disebut dengan pelengkung

prosenium (Proscenium Arch).

Panggung prosenium dibuat untuk membatasi daerah pemeranan dengan

penonton. Arah dari panggung

ini hanya satu jurusan yaitu

kearah penonton saja, agar

pandangan penonton lebih

terpusat kearah pertunjukan.

Para pemeran diatas panggung

juga agar lebih jelas dan

memusatkan perhatian

penonton. Dalam kesadaran

itulah maka keadaan pentas prosenium harus dapat memenuhi fungsi melayani

pertunjukan dengan sebaik-baiknya.

Dengan kesadaran bahwa penonton yang datang hanya bermaksud untuk

menonton pertunjukan, oleh karena itu harus dihindarikan sejauh mungkin apa

yang nampak dalam pentas prosenium yang sifatnya bukan pertunjukan. Maka

dipasanglah layar-layar (curtain) dan sebeng-sebeng (Side wing). Maksudnya agar

segala persiapan pertunjukan dibelakang pentas yang sifatnya bukan pertunjukan

tidak dilihat oleh penonton. Pentas prosenium tidak seakrab pentas arena, karena

memang ada kesengajaan atau kesadaran membuat pertunjukan dengan ukuran-

ukuran tertentu. Ukuran-ukuran atau nilai-nilai tertentu dari pertunjukan itu

kemudian menjadi konvensi. Maka dari itu pertunjukan yang melakukan konvensi

demikian disebut dengan pertunjukan konvensional.

Gambar 2-24 Denah Panggung Proscenium

Page 109: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97 |BAB II

II.6.3.2. Panggung Portable

Panggung portable

yaitu panggung tanpa layar

muka dan dapat dibuat di

dalam maupun di luar

gedung dengan

mempergunakan panggung (podium, platform) yang dipasang dengan kokoh di

atas kuda-kuda. Sebagai tempat penonton biasanya mempergunakan kursi lipat.

Adegan-adegan dapat diakhiri dengan mematikan lampu (black out) sebagai

pengganti layar depan. Dengan kata lain bahwa panggung portable yaitu

panggung yang dibuat secara tidak permanen.

II.6.3.3. Panggung Arena

Panggung arena merupakan bentuk panggung yang paling sederhana

dibandingkan dengan bentuk-bentuk pangung yang lainnya. Panggung ini dapat

dibuat di dalam maupun di luar gedung asal dapat dipergunakan secara memadai.

Kursi-kursi penonton diatur sedemikian rupa sehingga tempat panggung berada di

tengah dan antara deretan kursi ada lorong untuk masuk dan keluar pemain atau

penari menurut kebutuhan pertunjukan tersebut. Papan penyangga (peninggi)

ditempatkan di belakang masing-masing deret kursi, sehingga kursi deretan

belakang dapat melihat dengan baik tanpa terhalang penonton dimukanya.

Sebagai penganti layar pada akhir pertunjukan atau pergantian babak dapat

digunakan dengan cara mematikan lampu (black out). Perlengkapan tata lampu

dapat dibuatkan tiang-tiang tersendiri dan penempatannya harus tidak

mengganggu pandangan penonton.

Gambar 2-25 Panggung Portable

Page 110: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98 |BAB II

Berbagai ragam bentuk Panggung Arena adalah sebagai berikut :

1. Panggung Arena Tapal Kuda adalah panggung dimana separuh bagian

pentas atau panggung masuk kebagian penonton sehingga membentuk

lingkaran tapal kuda.

2. Panggung Arena ¾, berarti ¾ dari panggung masuk kearah penonton

atau dengan kata lain penonton dapat menyaksikan pementasan dari

tiga sisi atau arah penjuru panggung. Panggung arena ¾ biasanya

berupa pentas arena bentuk U.

3. Panggung Arena Penuh yaitu dimana penonton dapat menyaksikan

pertunjukan dari segala sudut atau arah dan arena permainan berada di

tengah-tengah penonton. Panggung arena penuh biasanya panggung

arena bujur sangkar atau panggung arena bentuk lingkaran.

Gambar 2-26 Denah Panggung Tapal Kuda

Gambar 2-27 Denah Panggung Arena bentuk U

Page 111: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99 |BAB II

II.6.3.4. Panggung Terbuka

Panggung terbuka sebetulnya lahir dan dibuat di daerah atau tempat

terbuka. Berbagai variasi dapat digunakan untuk memproduksi pertunjukan di

tempat terbuka. Pentas dapat dibuat di beranda rumah, teras sebuah gedung

dengan penonton berada di halaman, atau dapat diadakan disebuah tempat yang

landai dimana penonton berada di bagian bawah tempat tersebut. Panggung

terbuka permanen (open air stage) yang cukup popular di Indonesia antara lain

adalah panggung terbuka di Candi Prambanan.

Gambar 2-28 Denah Panggung Arena bujur sangkar

Gambar 2-29 Denah Panggung Arena bentuk lingkaran

Page 112: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100 |BAB II

II.6.3.5. Panggung Kereta

Panggung kereta disebut juga dengan panggung keliling dan digunakan

untuk mempertunjukkan karya-karya teater dari satu tempat ke tempat lain dengan

menggunakan panggung yang dibuat di atas kereta. Perkembangan sekarang

panggung tidak dibuat di atas kereta tetapi dibuat diatas mobil trailer yang

diperlengkapi menurut kebutuhan dan perlengkapan tata cahaya yang sesuai

dengan kebutuhan pentas. Jadi kelompok kesenian dapat mementaskan karyanya

dari satu tempat ke tempat lain tanpa harus memikirkan gedung pertunjukan tetapi

hanya mencari tanah yang agak lapang untuk memarkir kereta dan penonton bebas

untuk menonton.

II.6.4. Pokok-pokok Persyaratan Set Panggung/Pentas

Set panggung atau pentas (scenery) yaitu penampilan visual lingkungan

sekitar gerak laku pemeran dalam sebuah lakon. Untuk itu dalam merancang

pentas harus memperhatikan aspek-aspek tempat gerak-laku, memperkuat gerak-

laku dan mendandani atau memperindah gerak-laku. Oleh sebab itu, tugas seorang

perancang pentas hendaklah merencanakan set-nya sedemikian rupa sehingga :

a. Dapat memberi ruang kepada gerak-laku.

b. Dapat memberi pernyataan suasana lakon.

Gambar 2-30 Denah Panggung Terbuka

Page 113: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101 |BAB II

c. Dapat memberi pandangan yang menarik.

d. Dapat dilihat dan dimengerti oleh penonton.

e. Merupakan rancangan yang sederhana

f. Dapat bermanfaat terus menerus bagi pemeran atau pelaku.

g. Dapat secara efisien dibuat, disusun dan dibawa.

h. Dapat membuat rancangan yang menunjukkan bahwa setiap elemen yang

terdapat didalam penampilan visual pentasnya memiliki hubungan satu

sama lain.

Oleh karena itu, secara singkat seorang perancang pentas yang membuat

set harus memiliki tujuan yaitu: lokatif, ekspresif, atraktif, jelas, sederhana,

bermanfaat, praktis dan organis.

· Lokatif yaitu penataan pentas itu harus dapat memberi tempat kepada

gerak laku pemeran atau pelaku pertunjukan.

· Ekspresif yaitu penataan pentas harus dapat memperkuat gerak-laku

dengan memberi penjelasan, menggambarkan keadaan sekitar dan

menciptakan suasana bagi gerak-laku tersebut.

· Atraktif yaitu penataan pentas itu harus dapat memberi pandangan yang

menarik bagi penonton.

· Jelas yaitu penataan pentas itu harus merupakan rancangan yang dapat

dilihat dan dimengerti oleh penonton dari suatu jarak tertentu.

· Sederhana yaitu penataan pentas itu harus sederhana. Sederhana tidak

berarti bahwa pentas hanya terdiri dari satu meja dan dua kursi, tetapi

penataannya tidak ruwet dan penonton dapat melihat dan menarik

maknanya tanpa memeras pikiran dan perasaan.

Page 114: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102 |BAB II

· Bermanfaat yaitu penataan pentas harus dirancang sedemikian rupa

sehingga dapat bermanfaat bagi para pemeran dengan efektif dan seefisien

mungkin.

· Praktis yaitu penataan pentas itu harus dapat secara efisien dibuat, disusun

dan dibawa serta dapat memenuhi kebutuhan teknis pembuatan tata pentas

atau scenery.

Organis yaitu penataan pentas itu harus dapat menunjukkan setiap elemen

yang terdapat didalam penampilan visual penataannya dan memiliki hubungan

satu sama lainnya

Alun-alun merupakan suatu tempat yang kompleks. Pusat kota yang segala

aktivitas masyarakat dapat ditampung didalamnya. Mulai dari sekedar jalan-jalan

ke alun-alun hingga tamu pemerintahan pun juga dapat mengakses alun-alun

dengan mudah. Dengan demikian, alun-alun menjadi sebuah “welcome space”

bagi mereka yang belum pernah mengunjungi sebuah kota. Sebuah tempat yang

strategis untuk menunjukkan potensi wisata daerah itu sendiri.

Kota Ponorogo yang memiliki kesenian tari reog, sebuah potensi besar

dalam bidang pariwisata apabila dikelola dengan baik. Potensi besar untuk

mendapatkan pendapatan daerah dan ketika pariwisata dapat berkembang dengan

dinamis maka pendapatan masyarakat sekitar pun akan cenderung naik.

II.7. KONDISI KABUPATEN PONOROGO

Kota Ponorogo sebagai ibukota Kabupaten Ponorogo yang terletak di bagian

Barat Daya Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur mempunyai keuntungan lokasi

yang strategis, yaitu terletak di sebagai pusat kegiatan regional Madiun - Pacitan –

Page 115: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103 |BAB II

Gambar 2-31 Peta wilayah Kabupaten Ponorogo

Trenggalek - Wonogiri (Jawa Tengah) dan Magetan. Dengan demikian kota

Ponorogo mempunyai peranan yang sangat penting baik sebagai pusat koleksi

maupun sebagai pusat distribusi bagi wilayah hinterlandnya. Secara umum dapat

dikatakan bahwa kecenderungan perkembangan Kota Ponorogo berlangsung

dengan ekspansive (horisontal) dengan pola campuran antara pola pertumbuhan

rural (tumbuhnya kampung-kampung yang yang bersifat (enclave) dan pola

pertumbuhan urban yang dicirikan dengan perkembangan permukiman antara pola

linier dan menyebar (dispersed).

Secara geografis Kota Ponorogo terletak pada 111°17’-111°52’ Bujur Timur

dan 7°49’-8°20’ Lintang Selatan dengan wilayah seluas 5.119,905 Ha. Kota

Ponorogo termasuk ke dalam iklim tropis dan mempunyai curah hujan tertinggi

pada bulan Januari-April yaitu sebesar 227-370 mm/det, dan tingkat curah hujan

terkecil terjadi pada bulan Oktober-Desember yaitu 51-70 mm/det. Suhu rata-rata

di kota Ponorogo berkisar antara 28-34° C.

Kota Ponorogo

berada pada ketinggian

antara 100-199 meter diatas

permukaan air laut dengan

kondisi lahan yang hampir

90% landai atau datar.

Dengan kemiringan rata-

rata dibawah 10% maka

dapat dikatakan bahwa Kota

Ponorogo tidak mempunyai

Page 116: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104 |BAB II

kendala untuk berkembang secara ekspansive terutama bila ditinjau dari segi

topografi. Di Kota Ponorogo terdapat beberapa sungai utama yang mengalir dan

memperngaruhi sistem tata air dan secara tidak langsung mempengaruhi pola

perkembangan kota tersebut yaitu Sungai Cokromenggalan, Sungai Mangkungan,

Sungai Bibis, Sungai Gendol, Sungai Keyang, Sungai Genting, Sungai Sungkur

dan Sungai Sekayu.

Kota Ponorogo telah mempunyai fasilitas perdagangan yang lengkap,

fasilitas tersebut berupa pasar dan pertokoan yang terkonsentrasi di pusat kota.

Khususnya Pasar Kota Ponorogo seperti Pasar Legi di Desa Banyudono, Pasar

Pon di Desa Mangunsuman dan pasar yang ada di Desa Tonotan. Selain

menyediakan kebutuhan pokok sehari-hari, keberadaan pasar tersebut juga penting

dalam rangka menunjang

kegiatan sistem koleksi –

distribusi terhadap barang-

barang kebutuhan penduduk

dan beberapa komoditi

pertanian yang dihasilkan

oleh Kota Ponorogo dan wilayah

sekitarnya. Sedangkan fasilitas perdagangan yang berupa pertokoan terutama

banyak terkonsentrasi di Desa Mangkujayan, Tamanarum, Tambakbayan, dan

Bangunsari. Hanya saja untuk memenuhi kebutuhan akan barang-barang

kebutuhan yang sifatnya tersier seperti peralatan elektronik, otomotif dan

sebagainya, penduduk selain pergi ke Kota Ponorogo sendiri juga pergi ke kota

besar lainnya seperti Madiun bahkan Surabaya.

Page 117: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105 |BAB II

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk

Kabupaten Ponorogo sementara adalah 854.878 orang, yang terdiri atas 427.365

laki-laki dan 427.513 perempuan. Dari hasil SP2010 tersebut masih tampak

bahwa penyebaran penduduk Kabupaten Ponorogo masih bertumpu di Kecamatan

Ponorogo yakni sebesar 8,70 persen, kemudian diikuti oleh Kecamatan Babadan

sebesar 7,32 persen, dan kecamatan lainnya lainnya di bawah 7 persen. Pudak,

Ngebel dan Sooko adalah 3 kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit

yang masing-masing berjumlah 8.899 orang, 19.102 orang, dan 21.885 orang.

Sedangkan Kecamatan Ponorogo, Babadan dan Ngrayun merupakan 3 kecamatan

yang paling banyak penduduknya, yakni masing-masing sebanyak 74.354 orang,

62.567 orang dan 55.510 orang. Dengan luas wilayah Kabupaten Ponorogo sekitar

1.371,78 kilo meter persegi yang didiami oleh 854.878 orang maka rata-rata

tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Ponorogo adalah sebanyak 623 orang per

kilo meter persegi. Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya

adalah Kecamatan Ponorogo yakni sebanyak 3.333 orang per kilo meter persegi

sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Pudak yakni sebanyak 182

orang per kilo meter persegi.

Page 118: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106 |BAB II

Penduduk Ponorogo terus bertambah dari waktu ke waktu. Dalam empat

dasa warsa terakhir menunjukkan adanya tren peningkatan jumlah penduduk.

Pada tahun 1980 jumlah penduduk tercatat sebanyak 783.356 jiwa, meningkat

menjadi 837.055 jiwa pada tahun 1990 dan 841.497 jiwa pada tahun 2000.

Sementara itu hasil SP2010 mencatat jumlah penduduk Ponorogo mencapai

854.878 jiwa.

Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Ponorogo per tahun selama

sepuluh tahun terakhir yakni dari tahun 2000-2010 sebesar 0,16 persen. Laju

pertumbuhan penduduk Kecamatan Pudak adalah yang tertinggi dibandingkan

kecamatan lain di Kabupaten Ponorogo yakni sebesar 0,95 persen, sedangkan

yang terendah di Kecamatan Kauman yakni sebesar -0,46 persen. Kecamatan

Tabel 2-1 Jumlah Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin

(Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo 2010)

Page 119: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107 |BAB II

Sawoo walaupun menempati urutan keempat dari jumlah penduduk di Kabupaten

Ponorogo namun dari sisi laju pertumbuhan penduduk adalah cukup rendah yakni

hanya sebesar -0,33 persen. Kecamatan Ponorogo walaupun jumlah penduduknya

yang paling banyak tetapi laju pertumbuhannya masih di bawah Kecamatan

Pudak (0,95 persen) dan Kecamatan Babadan (0,76 persen) yakni sebesar 0,52

persen.

Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Ponorogo tidak merata. Tingkat

kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Ponorogo. Daerah kecamatan

penyangga wilayah kota, meliputi kecamatan Babadan, Siman, Jetis, Jenangan

dan Mlarak merupakan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk relatif

lebih tinggi dibandingkan kecamatan lainnya. Kecamatan di wilayah timur dan

selatan umumnya memiliki tingkat kepadatan penduduk rendah dikarenakan luas

Gambar 2-33 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Ponorogo

(Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo 2010)

Page 120: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108 |BAB II

hutan negara yang mendominasi wilayah tersebut. Wilayah dengan kepadatan

penduduk rendah meliputi Kecamatan Ngrayun, Sampung, Sawoo, Sooko, Pudak,

Pulung dan Ngebel.

II.7.1. Potensi Kawasan Alun-alun Ponorogo

Perkembangan seni tidak lepas dari perkembangan kebudayaan

masyarakat yang ada di Ponorogo, perkembangan kebudayaan tidak lepas dari

perilaku masyarakat sebagai pembentuk sebuah kebudayaan. Dengan adanya

kesenian tari reog, perkembangan seni akan meningkat seiring dengan fasilitas

penunjang kesenian tersebut yang dikelola secara maksimal. Pengoptimalan

Gambar 2-34 Kepadatan Penduduk Kabupaten Ponorogo

(Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo 2010)

Page 121: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109 |BAB II

panggung pertunjukan yang di alun-alun Ponorogo menjadi alternatif sebagai

pengenalan kesenian kepada masyarakat Ponorogo.

Kawasan Alun-alun merupakan sebuah pusat kebudayaan dalam suatu

daerah. Dengan warisan kebudayaan berupa tari reog Ponorogo bisa membuat

peluang meraih pendapatan daerah yang lebih besar melalui sektor pariwisata.

Bukan hanya pendapatan daerah saja yang bertambah, pendapatan masyarakat

yang disekitar kawasan Alun-alun pun juga ikut meningkat. Menjajakan souvenir

ataupun oleh-oleh khas Kabupaten Ponorogo.

Hal ini terkait dengan kebutuhan proses jual-beli yang berada di kawasan

alun-alun. Menjadi sebuah ruang publik yang plural, siapapun dapat mengakses

alun-alun secara bebas. Sebagai ruang publik masyarakat Ponorogo alun-alun bisa

digunakan sebagai media untuk memberi pengetahuan secara tidak langsung

tentang kebudayaan, sosial masyarakat Ponorogo, dan berbagai potensi wisata di

Kabupaten Ponorogo selain kawasan Alun-alun.

II.7.2. Masalah Kawasan Alun-alun Ponorogo

Potensi yang ada di Kabupaten Ponorogo tidak diimbangi dengan

memfasilitasi sebuah ruang yang mempunyai daya tarik tersendiri. Sebuah

Panggung Pertunjukan Utama yang berada di dalam Alun-alun pun tidak

diperhatikan keberadaannya, rusak. Pedagang Kaki Lima pun semakin semrawut

karena tidak adanya penganturan yang jelas. Sebuah sistem di atas kertas pun

tidak mampu menahan laju pertumbuhan Pedagang Kaki Lima. Kegiatan ekonomi

memang penting bagi masyarakat tetapi Alun-alun yang menjadi pusat

kebudayaan kota seakan memudar maknanya dengan penataan kegiatan ekonomi

yang buruk.

Page 122: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110 |BAB II

II.8. PRESEDEN

Dalam preseden ini perancang mengambil pola kawasan alun-alun Wonosobo

dan alun-alun kidul Yogyakarta.

II.8.1. Alun-alun Wonosobo

Pedestrian yang di olah sangat baik oleh pemerintah kota Wonosobo

untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakatnya. Sirkulasi pejalan kaki pun

sangat diperhatikan. Tidak adanya penjual kaki lima yang berjualan di atas

trotoar. Terdapat empat pendopo di setiap pojok-pojok alun-alun –sebagai shelter

bagi pejalan kaki- sebuah perencanaan arsitektural yang memperhatikan perilaku

manusia. Penggunaan material pedestrian yang pas dengan sejarah alun-alun yang

Gambar 2-35 Situasi Alun-alun Wonosobo

(Sumber: www.Hestywork.blogspot.com)

Page 123: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111 |BAB II

sejak dulu ada dan sekarang sudah mengalami pergeseran fungsi. Didukung

dengan pola lantai yang dinamis, seperti itulah alun-alun selalu dinamis tidak

statis.

II.8.2. Alun-alun Yogyakarta

Nilai spiritual

yang terus dijaga

menjadikan Alun-alun

Kidul Yogyakarta

seakan-akan tetap

hidup di jaman

sekarang ini.

Disamping Kraton

Jogjakarta yang

menjaga nilai spiritual

tersebut masyarakat

sekitar juga sangat

berperan penting

dalam menghidupkan

nilai sebuah alun-alun.

Alun-alun Ponorogo pun juga memerlukan masyarakat sekitar untuk

merevitalisasi lingkungan alun-alun Ponorogo, dan untuk menarik mayarakat agar

ikut serta dalam revitalisasi tersebut diperlukan sebuah bentuk arsitektural yang

dapat menarik masyarakat.

Gambar 2-36 Situasi Alun-alun Kidul Yogyakarta

(Sumber: dokumen pribadi)

Page 124: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112 |BAB II

Gambar 2-37 Kawasan Alun-alun Kabupaten Ponorogo

II.9. KESIMPULAN

Masyarakat perkotaan membutuhkan

ruang gerak yang dapat mendukung aktivitas

mereka. Kebutuhan akan ruang gerak ini diikuti

dengan kebutuhan interaksi antar-manusia

sebagai makhluk sosial. Kebutuhan ini

mendorong munculnya ruang-ruang publik yang

dapat menampung berbagai jenis kegiatan

tersebut.

Masyarakat Ponorogo pun tidak lepas

akan kebutuhan ruang publik kota. Dengan

memanfaatkan alun-alun sebagai ruang publik

menurut kehidupan dan kebutuhan masyarakat

Ponorogo sekarang ini. Sekaligus untuk media

pengenalan sektor pariwisata Ponorogo.

Merevitalisasi alun-alun Ponorogo dengan

meredesain ulang panggung utama serta

lingkungan alun-alun Ponorogo merupakan

salah satu upaya agar tujuan tersebut diatas dapat terwujud. Meredesain dengan

memperhatikan sejarah alun-alun tersebut mulai dari jaman kerajaan, jaman

kolonial hingga sekarang ini. Begitu juga elemen-elemen yang membentuk alun-

alun itu sendiri. Dengan begitu nilai spiritual alun-alun Ponorogo tidak hilang

begitu saja ketika harus ada bangunan berwajah baru diatasnya. Sebuah

sinkronisasi antara yang lama yang mistis dengan yang baru yang fungsionalis.

Page 125: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113 | BAB III

BAB III

REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO

SEBAGAI RUANG PUBLIK

Kota, permukiman, masyarakat, sebuah sistem keterkaitan satu sama lain. Secara

umum perancangan kota di Jawa tidak lepas dari hadirnya sebuah alun-alun yang

menjadi pusat kota. Pusat yang menjadi acuan perkembangan permukiman yang bersifat

konsentris29. Begitu pula dengan kota Ponorogo yang memiliki alun-alun, tetapi alun-

alun tersebut sudah mengalami pergeseran bentuk dan fungsi seiring dengan

perkembangan masyarakat modern. Apakah perkembangan alun-alun sekarang masih

mengacu pada konsep penentuan alun-alun pada awal mula kerajaan jawa?. Sekarang

ini kondisi alun-alun Ponorogo menjadi sebuah tempat yang banyak mengakomodasi

kegiatan yang bersifat konsumerisme30. Para pedagang kaki lima pun menggelar

lapaknya secara random tidak ada keteraturan. Alangkah indahnya para pedagang itu

disediakan tempat yang lebih mewadahi kegiatan mereka yang sekaligus meningkatkan

pendapatan mereka. Di barat Alun-alun Ponorogo selain terdapat masjid jami’ juga

terdapat pasar. Bangunan ini dapat di redesain sehingga dapat mengakomodasi kegiatan

perekonomian yang bersifat continue tanpa harus membuat lapak yang permanen.

Kegiatan masyarakat yang bersifat rekreasi pun dapat dijumpai di Alun-alun

Ponorogo. Kebanyakan masyarakat menikmati suasana sore hari sambil bercanda ria

29 mempunyai pusat yang sama. 30 Konsumerisme adalah paham atau ideologi yang menjadikan seseorang atau kelompok melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan.

Page 126: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114 | BAB III

dengan keluarga, bahkan bersama kawan. Sebuah potensi untuk menempatkan sebuah

bangunan yang bisa mengedukasikan masyarakat tentang sejarah kota Ponorogo,

tentang potensi wisata kota Ponorogo sehingga dengan penempatan bangunan yang

strategis dapat memacu pendapatan daerah melalui sektor pariwisata. Meskipun setiap

tahun di adakan acara seperti syawalan ataupun suroan menjadi salah satu

penyelenggaraan yang bersifat rekreatif tetapi kota Ponorogo membutuhkan sebuah

bentuk kegiatan rekreatif yang bersifat continue tanpa harus menghilangkan konsep

alun-alun yang flexible.

Pemaknaan alun-alun Ponorogo seakan-akan hilang ketika pohon beringin yang

berada di tengah-tengah alun-alun ditumbangkan. Sebuah klasifikasi simbolik manusia

jawa “keblat papat kalimo pancer”. Sebuah pancer telah ditumbangkan, sangat

disayangkan. Apakah pancer selalu di simbolkan dengan pohon beringin dan selalu

ditengah?.

Ketika kita memahami arti alun-alun sebenarnya -menurut tinjauan teori- perlu

adanya revitalisasi kawasan alun-alun Ponorogo. Revitalisasi, pemvitalan kembali

lingkungan alun-alun. Sebuah pengaturan ulang secara sistematis dan programatis akan

kebutuhan ruang. Kebutuhan ruang makro yang menyangkut fungsi bangunan dengan

masyarakat sekitarnya. Kebutuhan ruang mikro, pengolahan desain bangunan dengan

fungsi bangunan itu sendiri.

Sebagai sebuah kegiatan yang sangat kompleks, revitalisasi terjadi melalui

beberapa tahapan dan membutuhkan kurun waktu tertentu serta meliputi hal-hal sebagai

berikut:

Page 127: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115 | BAB III

1. Intervensi fisik Intervensi fisik mengawali kegiatan fisik revitalisasi dan

dilakukan secara bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas dan kondisi

fisik bangunan, tata hijau, sistem penghubung, sistem tanda/reklame dan ruang terbuka

kawasan (urban realm). Mengingat citra kawasan sangat erat kaitannya dengan kondisi

visual kawasan, khususnya dalam menarik kegiatan dan pengunjung, intervensi fisik ini

perlu dilakukan. Isu lingkungan (environmental sustainability) pun menjadi penting,

sehingga intervensi fisik pun sudah semestinya memperhatikan konteks lingkungan.

Perencanaan fisik tetap harus dilandasi pemikiran jangka panjang.

2. Rehabilitasi ekonomi Revitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan

artefak urban harus mendukung proses rehabilitasi kegiatan ekonomi. Perbaikan fisik

kawasan yang bersifat jangka pendek, diharapkan bisa mengakomodasi kegiatan

ekonomi informal dan formal (local economic development), sehingga mampu

memberikan nilai tambah bagi kawasan kota (P. Hall/U. Pfeiffer, 2001). Dalam konteks

revitalisasi perlu dikembangkan fungsi campuran yang bisa mendorong terjadinya

aktivitas ekonomi dan sosial (vitalitas baru).

3. Revitalisasi sosial/institusional Keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan akan

terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang menarik (interesting), jadi bukan

sekedar membuat beautiful place. Maksudnya, kegiatan tersebut harus berdampak

positif serta dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat/warga

(public realms). Sudah menjadi sebuah tuntutan yang logis, bahwa kegiatan

perancangan dan pembangunan kota untuk menciptakan lingkungan sosial yang berjati

diri (place making) dan hal ini pun selanjutnya perlu didukung oleh suatu

pengembangan institusi yang baik.

Page 128: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116 | BAB III

Gambar III-1 Alun-alun Ponorogo sebelum Panggung Pertunjukan

(Sumber : Ahmad M. Nizar Alfian H.)

Page 129: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117 | BAB III

Gambar III-2 Alun-alun Ponorogo sesudah Panggung Pertunjukan

(Sumber : Google Earth)

Page 130: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118 | BAB III

Revitalisasi kawasan Alun-alun Ponorogo dengan memperbaiki fasilitas yang ada tanpa mehilangkan pemaknaan dari alun-alun itu sendiri.

Alun-alun

· Perbaikan pedestrian · Penertiban PKL · Penataan taman

disekitar Alun-alun

Penambahan site untuk redesain panggung pertunjukan sekaligus media edukasi untuk masyarakat Ponorogo tentang kesenian. Dan tetap memperhatikan bentuk kota Jawa yang bersifat linier konsentris

Area yang mendukung Panggung Utama Alun-alun.

· Ruang publik masyarakat dan para seniman.

· Tempat sarana edukasi untuk masyarakat

· Panggung pertunjukan indoor beserta bangunan penunjangnya

Area untuk penertiban PKL yang ada di Alun-alun.

· Redesain pasar · Penambahan kios-

kios souvenir · Tempat parkir

mobil

Komplek masjid jami’ Ponorogo

Page 131: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119 |BAB IV

BAB IV

ANALISA REVITALISASI KAWASAN

ALUN-ALUN PONOROGO

Perencanaan dan perancangan revitalisasi alun-alun Ponorogo yang salah

satunya meredesain panggung pertunjukan di alun-alun Ponorogo ditujukan untuk

menyelesaikan permasalahan funsional panggung pertunjukan yang sekarang ini tidak

bisa mengakomodir semua kegiatan pertunjukan di panggung pertunjukan di alun-alun

tersebut. Persoalan yang ada berdasarkan urutan prioritas yaitu sebagai berikut :

1. Pemaknaan alun-alun -dulu pada masa-masa kerajaan- dan pemaknaan

masyarakat Ponorogo sekarang ini.

2. Alun-alun sebagai ruang publik masyarakat Ponorogo.

3. Alun-alun sebagai ruang terbuka hijau dalam kawasan kota Ponorogo.

Gambar 4.1

Kondisi panggung pertunjukan di alun-alun Ponorogo pada saat menjelang Syawal

Sumber: dokumen pribadi, 4 Agustus 2011

Page 132: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120 |BAB IV

Pemaknaan dari alun-alun tidak lepas dari jiwa spiritual masyarakat yang

mempunyai alun-alun tersebut. Jiwa alun-alun sebuah kota terdapat dalam penghargaan

masyarakat terhadapat tempat tersebut. Dalam hal jiwa spiritual tidak hanya bersifat

religius tetapi juga bisa bersifat sosial, budaya, ekonomi, bahkan politik. Selain itu alun-

alun juga mempunyai peran penting dalam perkembangan permukiman kota, menjadi

sebuah centre. Dengan perkembangan masyarakat Ponorogo sekarang pemaknaan alun-

alun pun bergeser secara perlahan-lahan. Kegiatan yang terjadi di alun-alun lebih sering

untuk kegiatan ekonomi. Tidak memungkiri bahwa kegiatan ekonomi tersebut juga

terjadi interaksi antar warga masyarakat Ponorogo.

Gambar 4.2 Kondisi panggung pertunjukan pada waktu Grebeg

Suro 2011 Sumber: dokumen Irfan Nurraharja

Page 133: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121 |BAB IV

Alun-alun sebagai ruang publik pun menjadi sebuah solusi yang aplikatif untuk

fungsi alun-alun sekarang tanpa harus mengurangi makna yang terkandung dalam alun-

alun itu sendiri. Alun-alun dapat digunakan sebagai ruang publik yang fleksibel, sesuai

dengan acara yang akan terjadi di dalamnya.

Penambahan fungsi panggung pertunjukan utama di alun-alun mempunyai

konsekuensi apabila panggung tersebut tidak bisa diterima oleh kalangan masyarakat.

Penambahan bangunan pun didesain berada di basement sehingga tanpa mengurangi

pandangan masyarakat soal alun-alun yang selalu lapang. Penambahan bentuk

arsitektural pada masa Hindu-Budha memberikan makna lebih pada bangunan

panggung pertunjukan yang sudah ada dan memberikan edukasi kepada masyarakat

bahwa alun-alun sudah terbentuk sudah beratus-ratus tahun yang lalu. Penambahan

basementpun tidak serta merta menghabiskan ruang terbuka hijau (RTH) yang berapa di

kawasan kota Ponorogo. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor:05/PRT/M/2008 tentang Pedoman dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di

Kawasan Perkotaan menyebutkan bahwa ruang tebuka hijau 20-30% dari luas kota.

Gambar 4.3 Alun-alun Ponorogo pada saat menjelang Syawal

Sumber: dokumen pribadi, 4 Agustus 2011

Page 134: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122 |BAB IV

Sehingga penambahan fungsi bangunan seiring dengan penambahan fisik bangunan

sangat memperhatikan ruang terbuka hijau (RTH) untuk perkotaaan. Diharapkan dengan

adanya ruang terbuka hijau yang lebih banyak dapat menjadikan alun-alun sebagai

alternatif ruang publik untuk masyarakat Ponorogo.

IV.1. ANALISA KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO

Penganalisaan secara makro di kawasan alun-alun Ponorogo dimulai dari

sirkulasi lalu lintas yang melalui alun-

alun. Jalur lalu lintas yang mengelilingi

alun-alun sekarang ini di buat 2 jalur.

Jalur ini juga di gunakan angkutan umum

dari kota Trenggalek, Tulungagung,

Pacitan, dan sekitarnya. Konsekuensinya

adalah ketika ada sebuah acara di alun-

alun –syawalan atau suroan- selalu

menjadi macet. Lain halnya alun-alun Lor

ataupun alun-alun Kidul Jogjakarta dan

alun-alun Wonosobo yang

meemberlakukan satu jalur. Dengan ini dapat mengurangi masalah lalu lintas sekitar

alun-alun. Juga pengenalan potensi wisata di Ponorogo bagi wisatawan agar secara tidak

langsung akan mengelilingi alun-alun.

Sebuah alun-alun tidak lepas dari kegiatan perekonomian karena hampir

disetiapnya pasti ada sebuah pasar ataupun pedagang kaki lima. Pasar yang sekarang

Gambar 4-7 Kondisi sirkulasi lalu lintas

Alun-alun Ponorogo sekarang

Page 135: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123 |BAB IV

masih tercampur antara pedagang yang menjual kebutuhan pokok sehari-hari dengan

pedagang yang menjajakan souvenir khas kota Ponorogo. Pengkategorian dengan

barang yang dijual akan memudahkan konsumen untuk memenuhi kebutuhannya.

Sebuah pengayoman pemerintah daerah ketika memelihara alun-alunnya sebagai

ruang publik masyarakatnya. Alun-alun Ponorogo juga menjadi tempat usefull, ketika

pagi hari banyak siswa-siswi yang melakukan olah raga dan sore hari banyak keluarga

yang mengajak anak-anaknya sekedar bermain di alun-alun. Alun-alun banyak sekali

menampung kegiatan masyarakat, menjadi ruang publik yang komplek.

Gambar 4-8 Pasar Alun-alun Ponorogo

(Sumber : dokumen pribadi)

Page 136: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124 |BAB IV

Panggung utama pertunjukan yang berada didalam alun-alun memerlukan

penambahan fungsi karena tidak adanya ruang servis untuk pengguna panggung utama.

Kemudian penambahan dilakukan di luar lahan alun-alun tetapi masih dalam kawasan

alun-alun.

Tidak hanya penambahan zona servis saja tetapi penambahan fungsi yang

memasukkan konsep ruang publik. Ruang publik disini disediakan fasilitas tertentu agar

masyarakat mengetahui sejarah kota, potensi wisata, dan seluruh hal-hal yang

menyangkut kota Ponorogo.

Penambahan site

Page 137: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125 |BAB IV

IV.2. ANALISA KARAKTERISTIK BANGUNAN

Dalam merancang karakteristik bangunan ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan, yaitu :

- Menanggapi keadaan tapak pada bangunan

- Memaksimalkan penghematan energi meskipun bangunan ini berprospek

menggunakan energi listrik yang cukup banyak.

- Memanfaatkan kondisi iklim dan dan sumber energi alami

- Memperhatikan pengguna bangunan

- Memperhatikan ekosistem lingkungan

Dengan menerapkannya maka nantinya akan memunculkan desain bangunan

revitalisasi alun-alun yang merespon keadaan tapak dan iklim setempat. Dengan

demikian akan muncul desain bangunan revitalisasi yang berkesinambungan

dengan masyarakat Ponorogo.

Dasar pertimbangan :

- Kondisi existing site.

- Kesesuaian dengan fungsi, karakter kegiatan, tuntutan ruang, dan tampilan

bangunan.

monumental dan berbentuk irasional sesuai dengan paham ekspresionis pada

bab sebelumnya.

Page 138: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126 |BAB IV

IV.3. ANALISA PERUANGAN

Analisa peruangan merupakan analisa perencanaan dan perancangan bangunan

dengan cara mengelompokkan pelaku, kebutuhan ruang tiap pelaku, persyaratan tiap

ruang, serta besaran ruang yang dibutuhkan tiap pelaku. Gubahan masa dan bentuk

bangunan merupakan target utama dalam perancangan revitalisasi Alun-alun

Ponorogo. Oleh karenanya analisa peruangan yang akan dilakukan harus

mengikuti bentuk dari bangunan itu sendiri. Sehingga beberapa analisa

ruangan merupakan sebuah ide awal yang diselaraskan dengan bentuk

bangunan dan besaran ruangan yang diperoleh merupakan besaran minimal.

Analisa peruangan yang hendak diselaraskan dengan bentuk bangunan adalah

kebutuhan ruang, pengelompokan ruang, persyaratan ruang, serta besaran ruang.

IV.3.1. Analisa Kebutuhan Ruang Panggung Utama

Kebutuhan ruang diperoleh dari analisa pelaku dan macam kegiatan yang

dilakukannya dalam bangunan panggung utama. Pengguna dibedakan menjadi tiga

yaitu pengelola, penampil, dan pengunjung. Pengunjung adalah orang yang ingin

menonton penampilan dari seniman penyaji, berinteraksi dengan sesama

pengunjung ataupun pengelola, atau sekedar menikmati suasana ruang publik.

Penampil adalah seniman yang menampilkan karyanya di masyarakat umum.

Sedangkan pengelola yaitu orang yang akan mengelola hasil redesain panggung

utama ini. Pengelola terdiri dari satu pimpinan utama dan empat bagian, yaitu

bagian administrasi, bagian bendahara,bagian perlengkapan, dan bagian perawatan.

Setiap bagian mempunyai beberapa staff untuk melayani pengguna maupun

penampil.

Page 139: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127 |BAB IV

Berikut adalah tabel diagramatik pelaku kegiatan, macam kegiatan, dan

peruangan yang dibutuhkan.

Tabel Kebutuhan Ruang Panggung Utama

Pelaku Macam Kegiatan Ruang

Pengunjung Parkir Area parkir Bersosialisasi Semua area Makan/minum Food Court Istirahat R. Istirahat Ibadah Mushola Metabolisme Lavatory

Pimpinan Utama Parkir Area parkir Memimpin Semua Staff R. Pimpinan Makan/Minum Food Court Istirahat R Istirahat Ibadah Mushola Metabolisme Lavatory

Kepala bagian Parkir Parkir Area Memimpin Tiap Bagian R. Kabag Makan/minum Food Court Istirahat R. Istirahat Ibadah Mushola Metabolisme Lavatory

Staff Parkir Area parkir Melayani pengunjung Semua area Makan/minum Food Court Istirahat R. Istirahat Ibadah Mushola Metabolisme Lavatory

IV.3.2. Analisa Kebutuhan Ruang Pasar

Kebutuhan ruang untuk pasar yang berada di sekitar alun-alun. Pengguna

dibedakan menjadi tiga yaitu pengelola, penjual, dan pembeli. Pengelola adalah

pegawai dari pemerintah daerah yang bersangkutan. Penjual yang memiliki barang

untuk dijajakan, sedangkan pembeli yaitu orang yang memenuhi kebutuhannya dengan

nilai tukar barang.

Page 140: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128 |BAB IV

Berikut adalah tabel diagramatik pelaku kegiatan, macam kegiatan, dan

peruangan yang dibutuhkan.

Tabel Kebutuhan Ruang Panggung Utama

Pelaku Macam Kegiatan Ruang

Pembeli Parkir Area parkir Proses pembelian Semua area Bersosialisasi Semua area Makan/minum Kantin Istirahat R. Istirahat Ibadah Mushola Metabolisme Lavatory

Pengelola Parkir Area parkir Memimpin Semua Staff R. Pengelola Makan/Minum Kantin Istirahat R Istirahat Ibadah Mushola Metabolisme Lavatory

Penjual Parkir Parkir Area Proses penjualan Los/kios Makan/minum Kantin Istirahat R. Istirahat Ibadah Mushola Metabolisme Lavatory

IV.3.3. Analisa Pengelompokan Ruang Panggung Utama

Setelah memperoleh macam ruangan yang dibutuhkan, maka langkah selanjutnya

adalah menganalisa setiap ruangan untuk kemudian dikelompokkan dan direncanakan

perletakan ruangan di dalam bangunan. Pengelompokan ruang didasarkan pada

fungsinya dan rencana perletakan ruangan diperoleh dari analisa pencapaian menuju

ruangan. Berikut adalah tabel diagramatiknya.

Page 141: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129 |BAB IV

Tabel Analisa Pengelompokan Ruang Panggung Utama

Kelompok Ruang Macam Ruang Pencapaian Rencana

Perletakan Hiburan Panggung

Utama Dapat diletakkan pada lantai dasar

Lt. 1

Panggung Pertunjukan indoor

Dapat diletakkan pada lantai dasar

Lt. 1

Pendopo Dapat diletakkan pada lantai dasar

Lt. 1

Ruang Penginapan

Home stay Butuh ketenangan Lt. 1+

Ruang Pameran

Indoor Dekat dengan lobi utama

Lt. 1

Semi Outdorr Dekat dengan ruang pameran indoor

Lt. 1

Outdoor Dapat dilihat dari segala arah

Lt. 1 outdoor

Pengelola R. Pimpinan Pada area yang lebih privat

Lt. 1+

R. Sekretaris Dekat dengan R. Pimp. Lt. 1+ R. Kabag Dekat dengan R. Pimp. Lt. 1+ R. Kasubag Dekat dengan R. Kabag Lt. 1 R. Staff Dekat dengan ruang

pengelola lainnya, dekat dengan ruang yang di tangani

Lt. 1

Parkir Pengelola Dekat dengan ruangan pengelola

Lt. 1

Penunjang Lavatory Dekat dengan setiap ruangan

Setiap lantai

Mushola Lebih maksimal jika ada pada setiap lantai

Setiap lantai

Area Santai Dekat dengan setiap ruangan

Setiap lantai

Coffe Shop Mudah di akses dari setiap ruang

Lt. 1,3

Area Parkir Dekat dengan area luar Lt. 1 Basement

Page 142: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130 |BAB IV

IV.3.4. Analisa Pengelompokan Ruang Pasar

Tabel analisa pengelompokan Ruang Pasar

Kelompok Ruang

Macam Ruang Pencapaian Rencana Perletakan

Ruang Jual-Beli

Los /Kios Mudah diakses Lt. 1+ Parkir Dekat dengan Pintu

Utama Lt. 1

Pengelola R. Pimpinan Pada area yang lebih privat

Lt. 1+

R. Sekretaris Dekat dengan R. Pimp. Lt. 1+ R. Kabag Dekat dengan R. Pimp. Lt. 1+ R. Kasubag Dekat dengan R. Kabag Lt. 1 R. Staff Dekat dengan ruang

pengelola lainnya, dekat dengan ruang yang di tangani

Lt. 1

Parkir Pengelola Dekat dengan ruangan pengelola

Lt. 1

Penunjang Lavatory Dekat dengan setiap ruangan

Setiap lantai

Mushola Lebih maksimal jika ada pada setiap lantai

Setiap lantai

Area Santai Dekat dengan setiap ruangan

Setiap lantai

Coffe Shop Mudah di akses dari setiap ruang

Lt. 1,3

Area Parkir Dekat dengan area luar Lt. 1 Basement

IV.3.5. Analisa Persyaratan Ruang

Setelah memperoleh pengelompokan dan rencana perletakan ruangan, maka

langkah selanjutnya adalah menganalisa persyaratan ruangan, untuk menentukan

konsep dasar interior ruangan dan hubungan antar ruangan. Untuk memperoleh

Page 143: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131 |BAB IV

interior ruangan yang memberi kesan otaku, maka persyaratan ruang didasarkan pada

konteks mengekspresikan otaku ke dalam ruangan.

Tabel Analisa Persyaratan Ruang

Macam Ruang Persyaratan Ruang

Ruang pengelola

- Memerlukan penerangan yang baik - Memerlukan penghawaan yang baik - Dekat dengan zona servis - Lay out ruangan yang nyaman

Home stay - Dekat dengan toilet dan penjualan makanan - Terdapat ruang tunggu/santai/komunal di luar

ruangan - Memerlukan layout ruangan yang nyaman pada

tempat memilih film - Memerlukan penerangan yang baik - Memerlukan penghawaan yang baik

Panggung Pertunjukan indoor

- Memerlukan layout ruangan yang nyaman - Memerlukan penerangan yang baik - Memerlukan penghawaan yang baik - Privat - Dekat dengan home stay - Dekat dengan zona penunjang - Dekat dengan bangunan Pengelola

Pendopo - Dekat dengan home stay - Dekat dengan bangunan pengelola - Ruang publik

Los/Kios pasar - Memerlukan ruangan yang nyaman - Memerlukan penerangan yang baik - Memerlukan penghawaan yang baik

Area Komunal - Memerlukan area yang luas - Memerlukan penerangan yang baik - Memerlukan penghawaan yang baik - Dekat dengan toilet dan penjualan makanan - Dapat dipergunakan sebagai tempat memajang

hasil karya seniman Kantin - Memerlukan penerangan yang baik

- Memerlukan penghawaan yang baik - Dekat dengan toilet - Interior dibentuk seperti guild bar atau yang

lainnya

Page 144: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132 |BAB IV

IV.3.6. Analisa Besaran Ruang

Setelah memperoleh hasil analisa persyaratan ruang, maka langkah selanjutnya

adalah menganalisa besaran ruang. Besaran ruang diperoleh dari asumsi rencana

layout ruangan, yang diperoleh dari penyusunan furnitur dan flow minimal yang

dibutuhkan. Dengan demikian besaran ruang yang diperoleh adalah besaran ruang

minimum sehingga besaran ruang tersebut harus dipenuhi dan tidak menutup

kemungkinan bahwa besaran ruang akan melebihi berasan ruang minimum. Hal

tersebut disebabkan oleh bentuk ruang publiksehingga akan ada beberapa spot yang

memerlukan perlebaran, tidak dapat dipakai sebagai ruangan, serta beberapa hal teknis

lainnya.

Kebutuhan Ruang

Analisa Besaran Ruang Luas Minimal

Panggung pentunjukan indoor

sesuai dengan Time-Saver Standards for Interior Desain andSpace Planning = 400 m2

±400 m2

Pendopo joglo Pendopo limasan

12x12 = 144 m2

20x12 = 420 m2

total luas = 144+420 = 564 m2

±564 m2 Home stay 25x4x3=300m2 ±300 m2

Los/kios pasar 50x5x3=750m2 ±750 m2

R. Pimpinan 1 meja + 3 kursi = 4 m2 1 set sofa + meja= 6m2 1 lemari = 0,4 m2 1 rak = 0,4 m2 flow 60% = 0,6 x 10,8 = 6,48 m2 total luas = 10,8 + 6,48 = 17,28 m2

±18 m2 R. Sekretaris 1 meja + 3 kursi = 4 m2

1 lemari = 0,4 m2 1 rak = 0,4 m2 flow 60% = 0,6 x 4,8 = 2,88 m2 total luas = 4,8 + 2,88 = 7,68 m2

±8 m2 R. Kabag (4 orang)

1 meja + 3 kursi = 4 m2 1 lemari = 0,4 m2 1 rak = 0,4 m2 flow 60% = 0,6 x 4,8 = 2,88 m2 total luas = 4,8 + 2,88 = 7,68 m2

±8 m2

Page 145: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133 |BAB IV

4x 8 m2 = 32 m2 ±32 m2 R. Kasubag (14 orang)

1 meja + 3 kursi = 4 m2 1 lemari = 0,4 m2 1 rak = 0,4 m2 flow 60% = 0,6 x 4,8 = 2,88 m2 total luas = 4,8 + 2,88 = 7,68 m2

14 x 8 m2 = 112 m2

8 m2

±112 m2 R. Staff (34 orang)

1 meja + 3 kursi = 4 m2 flow 60% = 0,6 x 4= 2,4 m2 total luas = 4 + 2,4 = 6,4 m2

34 x 6,5 m2 = 221 m2

6,5 m2

±221 m2 lavatory menyesuaikan ±100 m2 mushola menyesuaikan ±100 m2 food court menyesuaikan ±300 m2 Luas Total Minimum ±2913 m2

IV.3.7. Analisa Pengolahan Tapak

IV.3.7.1. Analisa Klimatologis

1) Dasar pertimbangan :

- arah datang sinar matahari

- arah angin

- pemecahan masalah akibat iklim terhadap bangunan

2) Kondisi site

Page 146: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134 |BAB IV

a) Analisa

Masalah yang berhubungan dengan iklim mempunyai beberapa

altematif pemecahan masalah dengan pertimbangan sebagai berikut

:

· Bukaan

Biasanya berhubungan dengan dimana seharusnya diletakkan

bukaan untuk menangkap sinar matahari kedalam bangunan

ataupun bukaan bagi angin sebagai penghawaan alami.

· Barrier

Barrier atau penghalang dapat berupa sebagai vegetasi ataupun

bangunan dan pagar yang didesain sebaik mungkin sebagai

penghalang sinar matahari ataupun angin yang merugikan

bangunan dan kegiatan di dalamnya.

· Material

Material lebih difungsikan sebagai pemecahan masalah

bangunan dengan sinar matahari, dimana ia berperan sebagai

filter sinar dan mengurangi kesilauan (glare) dalam bangunan.

b) Hasil analisa

· Sinar matahari

- Timur

Karena merupakan sinar yang dibutuhkan, maka pada sisi

timur bangunan perlu diberikan bukaan untuk menangkap

sinar matahari untuk mendukung kegiatan di dalamnya.

- Barat

Sinar dihindari dengan shading pada bangunan yang dapat

berupa pepohonan atau bentuk-bentuk penutup dinding yang

sedemikian rupa. sedikit bukaan pada bangunan dan juga

penggunaan material yang tidak menyerap sinar matahari dan

mengurangi efek silau.

Page 147: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135 |BAB IV

· Bentuk Bangunan

- Bentuk bangunan dibuat memanjang dan tipis untuk

memaksimalkan area bangunan yang menghadap ke arah

selatan dan utara, sehingga dapat metode cross ventilation

(penghawaan alami) dapat berjalan maksimal dan mengurangi

kedalaman ruang sehingga ruang yang berada di tengah

banguan juga dapat terkena sinar matahari.

· Orientasi Bangunan

- Orientasi bangunan terhadap sinar matahari yang paling

cocok dan menguntungkan adalah memanjang dari arah

barat ke timur, bukaan dimaksimalkan pada bagian fasade

utara dan selatan bangunan sehingga cahaya tetap dapat

dimanfaatkan tanpa menimbulkan dampak silau dan panas

yang berlebihan.

- Yang pada umumnya mengalir dari arah barat laut

sedangkan bagian lain tetap memanjang ke arah timur dan

barat. Aliran udara masih bisa ditangkap dengan desain

yang baik namun sinar matahari merupakan hal yang tidak

bisa dikondisikan.

-

IV.3.7.2. Analisa View

1) Dasar pertimbangan :

- Orientasi dimaksudkan sebagai pengarah atau penunjuk terhadap

kegiatan yang ada pada bangunan

- View meupakan point of interest yang akan didesain pada sebuah

bangunan

- View bisa didapatkan dari arah dalam maupun luar bangunan

Page 148: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136 |BAB IV

- Letak site dan sirkulasi memegang peranan dalam penentuan view

bangunan

2) Kondisi eksisting :

3) Analisa :

- View from site menghadap utara konsentris dengan Alun-alun.

- View to site terbesar berasal dari jalan Alun-alun Selatan dari arah

utara

4) Hasil analisa :

- Orientasi utama bangunan diarahkan ke jalan Alun-alun Selatan

sebagai jalan utama untuk menarik pengunjung.

Dari dalam site diberi beberapa view seperti taman dan sebagainya, selain itu

sebagai plasa tempat berkumpul seperti pada fungsinya yaitu sebagai perluasan

kawasan Alun-alun sekaligus sarana sosialisasi dan ruang publik .

View in view in terbesar berada

pada bagian timur sebelah utara

View out View out langsung ke Alun-

alun

Page 149: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137 |BAB IV

IV.3.7.3. Analisa Pencapaian

1) Dasar pertimbangan :

- penentuan ME (main entrance) dan SE (second entrance)

- sirkulasi yang mudah, aman dan nyaman

- kondisi, arus kendaraan dan potensi jalan

2) Analisa

- Dari kondisi eksisting tersebut, dengan pertimbangan jumlah arus

transportasi yang melalui Jalan Alun-alun Selatan maka letak ME

akan lebih efektif diletakkan di depan. Sedangkan jalur SE

diletakkan disamping (bagian barat) demi kenyamanan sirkulasi

pengelola.

3) Hasil analisa

- ME diletakkan pada Jalan Alun-alun Selatan karena lebih potensial

dan lebih mudah dicapai.

- SE diletakkan di jalan sebelah barat ME karena cukup nyaman untuk

sirkulasi

Page 150: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138 |BAB IV

IV.3.7.4. Analisa Kebisingan

1) Dasar Pertimbangan :

- Penentuan zona publik dan servis

- Penempatan area outdoor dan area indoor

2) Kondisi eksisting :

3) Analisa

- Pemberian vegetasi ditekankan pada usaha untuk mereduksi

kebisingan dari perempatan, sehingga tidak mengganggu aktivitas

di dalam bangunan.

- Pemberian vegetasi selain sebagai barrier kebisingan juga untuk

elemen estetika.

- Peletakan ruangan yang menjauhi pusat kebisingan terbesar

4) Hasil analisa

- Bangunan yang bersifat privat diposisikan lebih barat untuk menjauhi

kebisingan.

- Bagian utara merupakan zona publik dan zona servis.

Noise Noise terbesar berada pada sebelah utara. Akan lebih

efektif jika digunakan sebagai area outdoor, bukan

ruangan/indoor.

Page 151: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139 |BAB IV

IV.3.7.5. Analisa Zoning

1) Dasar pertimbangan :

- Hasil dari analisa makro (pengolahan tapak) yang disesuaikan

dengan konsep bangunan yang ingin diterapkan.

2) Kondisi Eksisting :

3) Analisa

- ME di posisikan sebagai pintu utama masuknya area.

- Zona publik diletakkan di bagian depan site, yaitu di dekat ME.

- Zona servis yaitu zona untuk pengelola diletakkan di dekat SE.

4) Hasil analisa

- Zona publik diletakkan di bagian timur sebagai area untuk outdoor ,

taman, dan plasa.

- Zona privat berada di tengah sebagai area untuk massa utama.

- Zona servis berada di bagian barat atau utara sebagai area

pengelola.

Semi Area semi publik merupakan

area transisi. Dapat dipergunakan sebagai area outdoor atau area indoor

dengan tingkat sirkulasi tinggi

Publik Sesuai dengan analisa

sebelumnya, maka area publik lebih sesuai jika diletakkan

pada bagian timur site, dekat dengan Main Entrance

Privat Sesuai dengan analisa sebelumnya, maka

area privat akan lebih sesuai jika diletakkan pada bagian tengah site.

Page 152: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140 |BAB IV

IV.3.7.6. Analisa Pencahayaan

- Setelah mendapatkan hasil analisa dari pencahayaan yang masuk ke

dalam site, maka analisa pencahayaan di dalam bangunan diperlukan

sebagai rencana pengaplikasian sistem pencahayaan yang diperlukan

di setiap ruangan. Beberapa poin yang perlu diperhatikan adalah

sebagai berikut:

o Dinding transparan.

- Penggunaan dinding agar terkesan simple, ringan. Pemilihan

bahan ini ditujukan pada bangunan yang bersifat publik. Agar

masyarakat bisa ikut merasakan sebuah bentuk ruang.

o Skylight

- Pemberian kesan lapang secara vertikal, sekaligus untuk

memasukkan cahaya matahari. Pengaplikasiannya juga

digunakan untuk menunjukkan sirkulasi dalam ruang.

o Jendela dan roster

- Digunakan pada bangunan-bangunan yang bersifat privat.

Pengunaan rosterpun untuk menambah sisi artistik dalam ruang.

IV.3.7.7. Analisa Penghawaan

- Sama seperti analisa pencahayaan, hasil analisa dari penghawaan yang

masuk ke dalam site akan dianalisadan dipergunakan sebagai rencana

pengaplikasian sistem penghawaan yang diperlukan di setiap ruangan.

Penataan komposisi massa bangunan mempengaruhi sirkulasi udara di

dalam site.

Page 153: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141 |BAB V

BAB V

KONSEP REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN

PONOROGO SEBAGAI RUANG PUBLIK

V.1. Konsep Bangunan Revitalisasi Kawasan Alun-alun Ponorogo

Terjadinya sebuah Alun-alun tidak lepas dari perkembangan sosial, ekonomi,dan

budaya masyarakatnya. Begitu pula dengan bentuk bangunan yang ada

disekitarnya. Tetapi ketika masyarakat berkembang secara future berpikir kearah

modernisasi, apakah serta merta bentuk arsitektur bangunannya juga

mengikutinya?. Bentuk yang mengakulturasi sejarah perkembangan bentuk

bangunan diharapkan dapat memberikan pemahaman untuk masyarakat agar lebih

merespon sebuah perjalanan kebudayaan sebuah kota.

Penentuan bentuk bangunan mengacu pada proses seni bangunan dan seni bina

kota pada masyarakat Jawa

pada umunya. Mempelajari

tentang bentuk-bentuk pada

masa Jawa kuno, bentuk-

bentuk arsitektural

bangunan masyarakat

Ponorogo sekarang ini, dan

bentuk-bentuk prediksi

tentang masa depan.

Gambar 5-1Candi Tinggi di Muara Takus (Jambi) yang dibangun kira-kira abad ke-12 merupakan salah satu puncak

hasil seni bangunan batu bata di Indonesia.

Page 154: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142 |BAB V

Pengaplikasian bahan-bahan bangunan yang bisa memunculkan kesan usang, serta

bahan-bahan pabrikasi.

Pengambilan bentuk-bentuk candi Hindu-Buddha menjadi salah satu alternatif

dalam pengembangan panggung utama yang berada di Alun-alun Ponorogo. Seperti

halnya menara Kudus yang dapat mengakulturasi 3 macam kebudayaan, Cina,

Hindu-Buddha, dan Islam. Sebuah kota di Jawa tidak lepas dari rentetan sejarah

yang panjang.

Panggung Pertunjukan Utama didesain dengan urutan perjalanan kebudayaan

yang ada di Jawa dari 100 tahun yang lalu hingga 100 tahun kedepan. Semua

dirangkai agar menjadi sebuah urutan yang dinamis.

Gambar 5-2 Komplek Menara Kudus beserta Makam-Masjid

(Sumber : Kesit Himawan Setiadji)

Page 155: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143 |BAB V

Kegiatan masyarakat di Alun-alun sekarang sudah berbeda dengan kegiatan

masyarakat 100 tahun lalu. Pengelolaan pedestrian dan taman di sekitar Alun-alun

perlu pengolahan kembali agar kegiatan publik masyarakat bisa optimal.

V.2. Konsep Peruangan

V.2.1. Konsep Pesyaratan Ruang

Macam Ruang Persyaratan Ruang Ruang pengelola

- Memerlukan penerangan yang baik - Memerlukan penghawaan yang baik - Dekat dengan zona servis - Lay out ruangan yang nyaman

Home stay - Dekat dengan toilet dan penjualan makanan - Terdapat ruang tunggu/santai/komunal di luar ruangan - Memerlukan layout ruangan yang nyaman pada tempat

memilih film - Memerlukan penerangan yang baik - Memerlukan penghawaan yang baik

Panggung Pertunjukan indoor

- Memerlukan layout ruangan yang nyaman - Memerlukan penerangan yang baik - Memerlukan penghawaan yang baik - Privat - Dekat dengan home stay - Dekat dengan zona penunjang - Dekat dengan bangunan Pengelola

Pendopo - Dekat dengan home stay - Dekat dengan bangunan pengelola - Ruang publik

Los/Kios pasar - Memerlukan ruangan yang nyaman - Memerlukan penerangan yang baik - Memerlukan penghawaan yang baik

Area Komunal - Memerlukan area yang luas - Memerlukan penerangan yang baik - Memerlukan penghawaan yang baik - Dekat dengan toilet dan penjualan makanan - Dapat dipergunakan sebagai tempat memajang hasil karya

seniman Kantin - Memerlukan penerangan yang baik

- Memerlukan penghawaan yang baik - Dekat dengan toilet - Interior dibentuk seperti guild bar atau yang lainnya

Tabel 5-1 Tabel Persyaratan Ruang

Page 156: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144 |BAB V

V.2.2. Konsep Besaran Ruang

Kebutuhan Ruang Analisa Besaran Ruang Luas

Minimal Panggung pentunjukan indoor

sesuai dengan Time-Saver Standards for Interior Desain andSpace Planning = 400 m2

±400 m2

Pendopo joglo Pendopo limasan

12x12 = 144 m2

20x12 = 420 m2

total luas = 144+420 = 564 m2

±564 m2 Home stay 25x4x3=300m2 ±300 m2

Los/kios pasar 50x5x3=750m2 ±750 m2

R. Pimpinan 1 meja + 3 kursi = 4 m2 1 set sofa + meja= 6m2 1 lemari = 0,4 m2 1 rak = 0,4 m2 flow 60% = 0,6 x 10,8 = 6,48 m2 total luas = 10,8 + 6,48 = 17,28 m2

±18 m2 R. Sekretaris 1 meja + 3 kursi = 4 m2

1 lemari = 0,4 m2 1 rak = 0,4 m2 flow 60% = 0,6 x 4,8 = 2,88 m2 total luas = 4,8 + 2,88 = 7,68 m2

±8 m2 R. Kabag (4 orang)

1 meja + 3 kursi = 4 m2 1 lemari = 0,4 m2 1 rak = 0,4 m2 flow 60% = 0,6 x 4,8 = 2,88 m2 total luas = 4,8 + 2,88 = 7,68 m2

4x 8 m2 = 32 m2

±8 m2

±32 m2 R. Kasubag (14 orang)

1 meja + 3 kursi = 4 m2 1 lemari = 0,4 m2 1 rak = 0,4 m2 flow 60% = 0,6 x 4,8 = 2,88 m2 total luas = 4,8 + 2,88 = 7,68 m2

14 x 8 m2 = 112 m2

8 m2

±112 m2 R. Staff (34 orang)

1 meja + 3 kursi = 4 m2 flow 60% = 0,6 x 4= 2,4 m2 total luas = 4 + 2,4 = 6,4 m2

34 x 6,5 m2 = 221 m2

6,5 m2

±221 m2 lavatory menyesuaikan ±100 m2 mushola menyesuaikan ±100 m2 food court menyesuaikan ±300 m2 Luas Total Minimum ±2913 m2

Tabel 5-2 Tabel Besaran Ruang

Page 157: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145 |BAB V

V.3. Konsep Site Terpilih

Pemilihan site yang berada di

sebelah selatan Alun-alun. Agar

tujuan revitalisasi Alun-alun sesuai

dengan pola kota Jawa pada

umumnya, yaitu linier konsentris.

Redesain pasar yang berada di sebelah

barat juga termasuk salah satu

rangkaian revitalisasi Alun-alun Ponorogo. Tidak lepas dari kedua site tersebut,

lingkungan Alun-alunpun juga mejadi perhatian yaitu masalah pedestrian dan

pedagang kaki lima.

Semi Area semi publik merupakan

area transisi. Dapat dipergunakan sebagai area outdoor atau area indoor

dengan tingkat sirkulasi tinggi

Publik Sesuai dengan analisa

sebelumnya, maka area publik lebih sesuai jika diletakkan

pada bagian timur site, dekat dengan Main Entrance

Privat Sesuai dengan analisa sebelumnya, maka

area privat akan lebih sesuai jika diletakkan pada bagian tengah site.

Page 158: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146 |BAB V

V.4. Konsep Dalam Bangunan

Setelah mendapatkan hasil analisa dari pencahayaan yang masuk ke

dalam site, maka analisa pencahayaan di dalam bangunan diperlukan sebagai

rencana pengaplikasian sistem pencahayaan yang diperlukan di setiap ruangan.

Beberapa poin yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

a. Skylight

Skylight dipergunakan sebagai penghantar cahaya maupun pengarah

sirkulasi. Skylight dipergunakan pada bagian transisi antar ruangan dan di

sekitar panggung pertunjukan indoor.

b. Dinding Transparan

Digunakan di massa bangunan yang bersifat publik, agar memberi kesan lapang

sekaligus fleksible.

c. Jendela dan roster

Digunakan pada bangunan-bangunan yang bersifat privat. Pengunaan rosterpun

untuk menambah sisi artistik dalam ruang.

V.5. Konsep Struktur Bangunan

a. Sub Struktur

Pondasi yang dipilih adalah pondasi tiang pancang dengan pertimbangan

sebagai berikut :

- Jenis tanah pada area tapak yang cukup keras

- Karakter bangunan revitalisasi kawasan Alun-alun Ponorogo

mempunyai beban yang dinamis.

Page 159: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147 |BAB V

b. Super Struktur

Sistem struktur yang dipilih adalah struktur core, struktur rangka, struktur

kantilever, struktur gantung, dengan pertimbangan sbb :

- Struktur core dipergunakan untuk struktur utama di bagian tengah

bangunan. Core juga dipergunakan untuk menyangga struktur gantung.

- Bangunan pengelola bukan merupakan bangunan yang tinggi sehingga

hanya memerlukan struktur yang bentuk dan sistemnya sederhana dan

ringan namun cukup kuat, yaitu struktur rangka.

- Struktur rangka memungkinkan bukaan-bukaan yang cukup banyak

sehingga bisa mendukung prinsip penghematan energi bangunan dengan

pencahayaan dan penghawaan alami.

- Struktur kantilever digunakan untuk menyangga balkon, dan ruangan lain

yang berada di bagian atas bangunan.

- Struktur gantung juga dipergunakan untuk menyangga ruangan yang

berada di bagian atas bangunan.

c. Upper Struktur

Sistem struktur atap bangunan pameran yang dipilih adalah sistem plat

beton (dak), folded plate, cangkang, dan rangka baja, dengan pertimbangan:

- Sistem plat beton dipergunkan untuk membentuk rooftop.

- Folded plate dipergunakan untuk membentuk atap pada bagian bangunan

yang tidak diperuntukkan untuk rooftop.

- Sistem cangkang dari baja dan kaca dipergunkan untuk bagian ruangan

komunal, dan areayang membutuhkan pencahayaan yang lebih

Page 160: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148 |BAB V

- Rangka Baja dipergunakan untuk ruangan yang membutuhkan bentang

yang lebar tanpa adanya kolom di tengah ruangan.

V.6. Konsep Utilitas Bangunan

Sistem utilitas bangunan yang difungsikan untuk mendukung kelangsungan

bangunan dapat dijabarkan sebagai berikut :

- Sistem Jaringan Listrik

- Sistem Telematika (Komunikasi)

- Sistem Jaringan Air (Bersih Dan Kotor)

- Sistem Pemadam Kebakaran

- Sistem Penangkal Petir

Berikut akan dibahas satu persatu

a. Sistem Jaringan Listrik

Kebutuhan listrik pada bangunan disuplai dari PLN dan untuk

keadaan tertentu ketika suplai PLN terhenti digunakan tenaga cadangan dari

Genset (Generator set). Listrik dari PLN dan genset dihubungkan dengan

sebuah automatic transfer dengan sistem ATS yaitu suatu alat transfer yang

secara otomatis akan menjalankan genset apabila aliran listrik dari PLN

padam.

Page 161: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149 |BAB V

Keterangan

M = meteran

MDP = Main Distribution Panel

SDP = Sub Distribution Panel

UPS = Uninteruptable Power Supply

S = Sekering

b. Sistem Telematika (komunikasi)

- Komunikasi user dengan lingkungan luar

Komunikasi ini bisa terjadi antara pengelola dengan pihak luar atau

pengunjung dengan pihak luar. Untuk pengelola yang melakukan

komunikasi (biasanya formal) dengan pihak luar, diinstalasikan sistem

telepon PABX dan WAN (Wide Area Network). Sedangkan untuk

pengunjung disediakan box telepon umum/wartel (meskipun saat ini

penggunaan telepon seluler sudah marak).

PLN Trafo

Genset

M Autoswitch HDP

UPS

SDP Distribusi K

Skema 5.1. Skema Sistem Jaringan Listrik Sumber : dokumen pribadi

Page 162: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

150 |BAB V

- Komunikasi sesama user di dalam bangunan

Komunikasi user dalam bangunan meliputi komunikasi pengelola

dengan pengunjung, atau komunikasi antar pengelola. Komunikasi antar

pengelola dapat dilayani memakai sistem telepon dengan operator

(PABX) dan LAN. Sementara itu, untuk komunikasi pengelola dengan

pengunjung dapat dipergunakan intercom atau speaker yang

diinstalasikan pada ruang-ruang terutama yang diakses publik. Sistem ini

misalnya, berguna untuk pemberitahuan informasi kepada pengunjung.

c. Sistem Jaringan Air Bersih

Penggunaan sumur sebagai sumber air utama dipertimbangkan

berdasar pada nilai ekonomis dan mampu menyediakan air dalam jumlah

banyak dengan debet air yang relatif konstan.

Penggunaan kembali air kotor yang berasal dari sebelumnya di olah

terlebih dahulu pada bagian water treatment. Pertama air kotor disaring

terlebih dahulu dengan lapisan ijuk dan koral, setelah itu air tersebut

diaduk dan diendapkan dengan larutan bubuk biji kelor. Menurut

penelitian, biji daun kelor dapat menjernihkan dan mengikat zat racun dalam

air kotor (www.BPPT.co.id). Langkah ini dapat menghemat penggunaan air

sumur sehingga menjaga muka air tanah.

Ada dua cara pendistribusian air, yaitu Up Feed Distribusion dan

Down Feed Distribution. Pemakaian sistem Down Feed Distribution lebih

baik karena air tanah tidak terus menerus dipompa ke atas (seperti Up Feed

Distribution ), tetapi ditampung dalam tangki-tangki air yang diletakkan di

Page 163: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

151 |BAB V

atas beberapa menara kemudian didistribusikan. Keuntungan menggunakan

sistem ini adalah mampu memperhitungkan jangkauan distribusi dengan

membagi area pelayanan terhadap luasan tapak.

Keterangan

M = meteran

GT = Ground Tank

UT = Upper Tank

WT = Water Treatment

P = Pompa

d. Sistem Jaringan Air Bersih

Sistem jaringan air kotor dibagi menjadi dua bagian, yaitu jaringan air

kotor padat (tinja & lavatory) dan j aringan air kotor cair (air hujan, roof garden,

wastafel, tempat wudlu, dan dapur). Air kotor padat disalurkan ke Septictank

kemudian ke peresapan, sedangkan air kotor cair dikumpulkan di Water

treatment untuk di olah kembali sehingga bisa digunakan untuk perawatan

Sumur

M

UT Distribusi P

PAM

GT

Air Kotor

Air Hujan

WT UT Distribusi P GT

Skema 5.2. Skema Sistem jaringan Air Bersih Sumber : dokumen pribadi

Page 164: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

152 |BAB V

roof garden.

e. Sistem Penanggulangan Bahaya Kebakaran

Peristiwa kebakaran merupakan bahaya yang sering terjadi pada

bangunan, terutama bangunan pameran, konvensi dan hotel dimana ada

beribu orang berkumpul untuk menyaksikan pameran, rapat, dsb. Untuk

mengantisipasi dan mengatasinya, perlu disediakan sistem pencegahan

bahaya kebakaran dalam bangunan. Beberapa sistem pemadaman dan bahan

yang dipergunakan dijelaskan pada tabel berikut .

Kelas

Kebakaran

Sistem

pemadaman

Bahan Pemadaman

Air Foam

(busa)

CO2 CTF-BT Powder

Dry Kelas A

kayu, karet,

Pendinginan,

penguraian, Baik Boleh Boleh Boleh Boleh

Bak Kontrol

Air Kotor

Air Hujan WT

P GT

Dapur Penangkap Lemak

Riol Kota

Kotoran Padat

Septic Tank Resapan

Kotoran Cair

Skema 5.3. Skema Sistem Air Kotor Sumber : dokumen pribadi

Page 165: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

153 |BAB V

Kelas B

bensin, cat, Isolasi Bahaya Baik Baik Boleh Boleh

Kelas C

listrik dan

atau mesin

Isolasi Bahaya Bahaya Baik Boleh Baik

Kelas D

logam

Isolasi,

pendinginan

Bahaya Bahaya Boleh Bahaya Baik

Tabel 5.3. Tabel Sistem Pemadaman dan Bahan yang Dipergunakan

Keterangan

BCF = Bromide, Chlorine, Fluorine adalah jenis gas Halon

Bahan pemadam api CO2 = Carbon dioxida

Sistem pemadaman meliputi :

Penguraian = pemisahan / menjauhkan benda-benda yang mudah terbakar

Pendinginan = penyemprotan air pada benda-benda yang terbakar

Isolasi = dengan cara menyemprotkan CO2

Blasting effect system = pemberian tekanan yang tinggi sekaligus menyerap

O2 dengan menggunakan bahan peledak

Cara kerja yang dipilih untuk diterapkan pada bangunan revitalisasi

kawasan Alun-alun Ponorogo adalah sistem semi otomatis untuk ruang-

ruang pengelola, mengingat pentingnya dokumen-dokumen yang terdapat

Tingkat bahaya Prosentase CO2 Volume C02 Berat CO2 / m3

Berbahaya 40% 40% x volume ruang 0,8 kg Cukup berbahaya 30% 30% x volume ruang 0,6 kg

Sumber : Utilitas Bangunan, In Hartono Poerbo, M.Arch, dalam Febri Fahmi Hakim, 2005: 153

Page 166: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

154 |BAB V

pada ruang-ruang tersebut. Hal ini akan merugikan apabila sistem

pemadaman otomatis dengan splinker air langsung dipakai tanpa melihat

dulu seberapa besar kebakaran yang terjadi. Untuk itu pula tetap

disediakan tabung-tabung gas C02 dengan tujuan ketika digabung

dengan sistem semi otomatis, manusia bisa mengambil keputusan apakah

kebakaran yang terjadi masih bisa dikendalikan dengan tabung COZ atau

tidak.

f. Sistem Penangkal Petir

Dasar pertimbangan :

- Penangkal petir mempunyai kemampuan tinggi untuk melindungi

bangunan dari sambaran petir.

- Sistem penangkal petir tidak menimbulkan efek elekrifikasi/ flash over

pada saat penangkal tersebut mengalirkan arus ke grounding sistem.

- Pemasangan penangkal petir tidak mengganggu fasad bangunan.

Sistem penangkal petir pada terdiri dari:

- Sistem franklin, Prinsip kerja melindungi isi dari kerucut, dimana jari

Manual (Tabung

CO2)

Alat Deteksi

Api Asap

Panel Alarm

Alat Pemadam

Aktif

Manusia/ Operator

Sistem Start

Pemadam Kebakaran

Skema 5.4. Skema Sistem Penanggulangan Bahaya Kebakaran. Sumber : Hakim, Febri Fahmi, 2005 : 154

Page 167: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

155 |BAB V

jari dan alasnya sama dengan tinggi kerucut. Sistem ini untuk bangunan

dengan luasan atap yang relatif luas dirasa kurang efektif dan efisien.

- Sistem faraday, Sistem ini menggunakan jaringan tiang-tiang kecil

yang dipasang di atas atap. Tinggi tiang tidak lebih dari 60cm.

Sistem ini lebih efektif dibanding sistem franklin.

- Sistem Thomas, Sistem ini menggunakan alat berbentuk payung

setinggi 50 cm yang dipasang di atas atap dan diisolasi agar tidak

mengalirkan listrik kedalam bangunan.

g. Sistem Jaringan Sampah

Pengolahan sampah pada bangunan revitalisasi kawasan Alun-alun

Ponorogo ini akan menggunakan sistem sampah yang membagi sampah

menjadi beberapa bagian sesuai dengan jenisnya. Langkah ini diambil

untuk ikut mendukung gerakan peduli lingkungan untuk mengatasi

permasalahan pengolahan sampah. Jadi sampah akan dibagi menjadi 3 jenis,

yaitu:

- Sampah anorganik, Contoh : logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol,

dll. yang tidak dapat mengalami pembususkan secara alami.

- Sampah organik, Contoh : Sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran,

rempah-rempah atau dedaunan, dll. yang dapat mengalami pembusukan

secara alami.

- Sampah berbahaya, contoh : Baterei, botol racun nyamuk, jarum suntik

bekas, dll.

Sampah-sampah tersebut kemudian dialihkan ke tempat pembuangan

Page 168: REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN PONOROGO SEBAGAI …/Konsep... · KONSEP PERENCAAN DAN PERANCANGAN ... pengaruh agama Hindu Budha dalam ... mempunyai kebudayaan, kebiasaan, perilaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

156 |BAB V

sementara sesuai jenisnya dan selanjutnya diambil oleh petugas untuk

dialihkan ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sehingga akan ikut

mempermudah proses penyeleksian untuk kemudian akan di olah kembali oleh

pihak yang bersangkutan dalam pengolahan sampah.

Sampah Organik Bak Penampung (Pengkomposan) TPA

Sampah Anorganik Bak Penampung

Sampah Anorganik TPA

Sampah Berbahaya Bak Penampung

Sampah Berbahaya TPA

Skema 5.5. Skema Sistem Pengelolaan Sampah. Sumber : www.walhi.or.id