1
RESPONS KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) TERHADAP
PENYIRAMAN DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFOR
BERBAGAI TINGKAT DOSIS
Oleh
AGUS RIANTO
12110006
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN DHARMA WACANA
METRO
2016
2
ABSTRAK
RESPONS KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) TERHADAP
PENYIRAMAN DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFOR
BERBAGAI TINGKAT DOSIS
Oleh
AGUS RIANTO
Kedelai (Glicyne max (L.) Merril) merupakan komoditas pangan utama ketiga
setelah padi dan jagung. Permintaan kebutuhan kedelai untuk konsumsi, makanan
ternak (pakan) dan bahan baku industri dari tahun ke tahun terus meningkat.
Dengan demikian perlu adanya penelitian untuk meningkatkan hasil kedelai
dengan penyiraman yang tepat dan pemberian pupuk fosfor berbagai tingkat dosis.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari: (1) Pengaruh penyiraman terhadap
pertumbuhan dan hasil kedelai, (2) Pengaruh pemberian pupuk fosfor (P)
berbagai tingkat dosis terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai dan (3)
Interaksi dari kedua faktor perlakuan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
kedelai.
Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan (STIPER) Dharma Wacana Metro,
Desa Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro dengan ketinggian
tempat 60 m dpl dan jenis tanah Podzolik Merah Kuning pada bulan Mei sampai
Agustus 2016. Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Teracak Lengkap
(RKTL) dengan dua faktor perlakuan dengan 3 ulangan. Faktor pertama frekuensi
penyiraman (A) yang terdiri atas tiga taraf yaitu: penyiraman 2 hari sekali (a1),
penyiraman 3 hari sekali (a2), dan penyiraman 4 hari sekali (a3). Faktor kedua
adalah dosis pupuk SP-36 (P) yang terdiri dari tiga taraf yaitu: 50 kg/ha pupuk SP-
36 (p1), 100 kg/ha pupuk SP-36 (p2) dan 150 kg/ha pupuk SP-36 (p3). Sehingga
terdapat 9 kombinasi perlakuan yaitu: a1p1, a1p2, a1p3, a2p1, a2p2, a2p3, a3p1, a3p2,
dan a3p3 masing-masing diulang 3 kali sehingga diperoleh 27 plot penelitian.
Data hasil pengamatan diuji homogenitas dengan uji Bartlet dan ketakatditifan
data di uji dengan uji Tuckey yang dilanjutkan dengan uji sidik ragam dengan
membandingkan nilai F hitung dengan F tabel, menggunakan uji Beda Nyata
Terkecil (BNT) pada taraf 5%.
3
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penyiraman tidak berpengaruh nyata
terhadap peubah tinggi tanaman, nisbah pupus akar umur 21 HST, nisbah pupus
akar umur 28 HST, jumlah cabang, persentase polong isi, jumlah polong total, dan
bobot 100 biji kecuali pada peubah LTR dan hasil biji per tanaman. Penyiraman 2
hari sekali sebanyak 1 liter menghasilkan peningkatan LTR dan hasil biji per
tanaman sebesar 69,35% dan 68,92% dan 11,15% dan 7,24% dibandingkan
dengan penyiraman 3 dan 4 hari sekali, secara berurutan. (2) pemberian pupuk
fosfor berbagai tingkat dosis berpengaruh tidak nyata terhadap semua peubah
yang diamati pada pertumbuhan dan hasil kedelai. (3) tidak terdapat interaksi
antara penyiraman dan pemberian pupuk fosfor berbagai tingkat dosis terhadap
pertumbuhan dan hasil kedelai.
Agus Rianto
4
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Skripsi :
Nama Mahasiwa :Agus Rianto
Nomor Pokok Mahasiswa :12110006
Jurusan :Agroteknologi
Program studi :Agroteknologi
Menyetujui:
Komisi Pembimbing
Mengetahui
Ketua Jurusan,
Ir. Syafiuddin, MP.
NIP. 19630309198903003
Pembimbing I,
Prof.Dr.Ir. Soni Isnaini, MP. NIP. 196506201989031002
Pembimbing II,
Ir. Syafiuddin, MP. NIP. 19630309198903003
RESPONS KEDELAI (Glycine max(L.) Merill)
TERHADAP PENYIRAMAN DAN PEMBERIAN
PUPUK FOSFOR BERBAGAI TINGKAT DOSIS
5
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji :
Ketua : Prof. Dr. Ir. Soni Isnaini, M.P. (................................)
Penguji utama : Ir. Yatmin, M.T.A. (.................................)
Anggota : Ir. Syafiuddin, M.P. (.................................)
2. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Metro
Kota Metro,
Ir.Rakhmiati, M.T.A.
NIP.196304081989032001
Tanggal lulus ujian skripsi: 18 November 2016
6
RIWAYAT HIDUP
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2006 di SD N 1 Sumber-
Agung Kecamatan Suoh Kabupaten Lampung Barat, selanjutnya meneruskan
pendidikan SLTP di SMP Bhakti Mulya Tuguratu Kecamatan Suoh Kabupaten
Lampung Barat yang lulus pada tahun 2009. Pendidikan SLTA penulis tempuh di
SMA Bhakti Mulya Tuguratu Kecamatan Suoh Kabupaten Lampung Barat dan
selesai pada tahun 2012.
Penulis pernah mengikuti kegiatan kepramukaan, pada tahun 2011/2012 menjadi
Ketua Pelaksana Kemah Songsong tahun baru 2012 se Kecamatan Suoh Lampung
Barat.
Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu
Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro, Jurusan Agroteknologi, Program
Study Agroteknologi.
Penulis dilahirkan di Dusun Karang Sari, Desa Sumber-
Agung 1 Kecamatan Suoh Kabupaten Lampung Barat pada
tanggal 07 Agustus 1993. Penulis merupakan anak ke lima
dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Paimun dan Ibu
Nyamiem.
7
PERSEMBAHAN
Penulis mempersembahkan skripsi ini kepada:
1. Ayahku Paimun dan Ibuku Nyamiem yang telah mendidik dan memberikan
do’anya, dukungan serta motivasinya tiada henti demi keberhasilan ku.
2. Saudaraku tercinta Mas Suparno, Ayuk Poniem, Mas Muzaki, Ayuk Siti
Qomariah, Mas Ikhwanuddin, Mas Sutarno, Ayuk Syarofah dan Adikku
tersayang Diah Kusuma Wati, Dwi Aryo P, Nazil Laturohmah, Ikhsan Hidayat,
dan Adira Prasaja, yang selalu memberi do’a dan semangat untuk
menyelesaikan studiku.
3. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen dan Staf Tata Usaha Sekolah Tinggi Ilmu
Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro, yang telah memberikan ilmu, dan
arahanya.
4. Keluarga besar kos Bapak Mariadi yang telah memberikan kenyamanan serta
perhatiannya selama saya bertempat tinggal di Metro.
5. Siti Romsiah yang telah memberi semangat, motivasi dan dukungannya.
6. Sahabatku Dedek, Cahya Adi, Ketut, Deni, Yoyon, Rahmat, M Kurniawan,
Syarif, Nico, Kristian, Fx Galuh, Rudi, Hamid, Erna, Lia, Fenti, Eka, Aisy,
Rizal, Anggoro, Fudiansyah, Rizki dan seluruh rekan seperjuangan angkatan
2012 yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang memberi semangat
dan motivasi demi keberhasilan ku.
7. Almamater Sekolah Tinggi Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro.
8
MOTTO
Banyak bekerja dan berdo’a, sedikit
bicara.
9
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wa rahmattullahiwa barokatuh.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Respons Kedelai (Glycine max (L.) Merril)
terhadap Penyiraman dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sedalam–dalamnya
kepada:
1. Ir. Rakhmiati, M.T.A. sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
(STIPER) Dharma Wacana Metroyang telah memberikan kemudahan,
arahan dan motivasi.
2. Prof. Dr. Ir. Soni Isnini, M.P. selaku dosen pembimbing I atas segala
bimbingan, arahan dan nasehat serta dukungannya.
3. Ir. Syafiuddin, M.P.selaku dosen pembimbing II sekaligus ketua jurusan
Agroteknologi atas bimbingan, arahan dan nasehat serta dukungannya
selama ini.
4. Ir. Yatmin, M.T.A. selaku dosen pembimbing akademik sekaligus dosen
penguji atas bimbingan, arahan dan nasehat serta dukungannya selama ini.
10
5. Bapak dan Ibu dosen (STIPER) Dharma Wacana Metro yang selalu
mendukung dan memberikan ilmunya.
6. Kedua orang tuaku yang telah memberikan doa dan semangat sehingga
skripsi ini terselesaikan.
7. Civitas akademika Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian(STIPER) Dharma
Wacana Metro.
8. Rekan- rekan yang ikut serta memberikan saran, bantuan dan masukannya.
Penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dalam penulisan dan
penyusunan Skripsi ini sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk
menyempurnakan Skripsi selanjutnya.Akhir kata Penulis berharap semoga Skripsi
ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya pada penulis.
Wassalamu’alaikum wa rahmattullahi wa barokatuh.
Metro, November 2016
Penulis
AGUS RIANTO
11
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv
XX
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah ............................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian ............................................................... 4
1.3 Dasar Pengajuan Hipotesis ................................................ 5
1.4 Hipotesis Penelitian ........................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Tanaman Kedelai ................................................... 8
2.2 Morfologi Tanaman Kedelai ............................................. 9
2.2.1 Akar dan Bintil ........................................................ 9
2.2.2 Batang ...................................................................... 9
2.2.3 Daun ......................................................................... 10
2.2.4 Bunga ........................................................................ 10
2.2.5 Polong ....................................................................... 11
2.2.6 Biji ............................................................................ 12
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai ..................................... 12
2.4 Penyiraman ........................................................................ 13
2.4.1 Peranan air bagi tanaman ........................................ 14
2.5 Pupuk ................................................................................. 17
2.5.1 Peran pupuk Fosfor................................................... 18
12
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 21
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ................................................. 21
3.3 Metode Penelitian .............................................................. 21
3.4 Pelaksanaan Penelitian ...................................................... 22
3.4.1 Persiapan Media Tanam ........................................... 22
3.4.2 Pembuatan Naungan ................................................. 23
3.4.3 Penanaman ................................................................ 23
3.4.4 Pemeliharaan ............................................................ 23
3.5 Pemupukan ....................................................................... 26
3.6 Pemanenan ......................................................................... 26
3.7 Pengamatan........................................................................ ̀ 27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil percobaan ................................................................. 30
4.1.1 Tinggi Tanaman........................................................ 30
4.1.2 Laju Tumbuh Relatif (LTR) ..................................... 32
4.1.3 Nisbah Pupus Akar (NPA) (umur 21 HST) .............. 33
4.1.4 Nisbah Pupus Akar (NPA) (umur 28 HST) .............. 33
4.1.5 Jumlah Cabang ......................................................... 34
4.1.6 Persentase Polong Isi ................................................ 35
4.1.7 Jumlah Polong Total ................................................. 35
4.1.8 Bobot 100 Biji .......................................................... 36
4.1.9 Hasil Biji per Tanaman ............................................. 37
4.2 Pembahasan ....................................................................... 38
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ........................................................................ 41
5.2 Saran .................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 42-44
LAMPIRAN ........................................................................................... 45-74
13
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tinggi Tanam Kedelai Umur 6 MST akibat Pengaruh Penyiraman dan Pemberian Dosis Pupuk Fospor Berbagai Tingkat Dosis.. ............................................................................. 30
2. Laju Tumbuh Relatif (LTR) Kedelai akibat Pengaruh Penyiraman dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis .................................................................................................. 32
3. Nisbah Pupus Akar Kedelai Umur 21 HST akibat Pengaruh Penyiraman dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis ............................................................................... 33
4. Nisbah Pupus Akar Kedelai Umur 28 HST akibat Pengaruh Penyiraman dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis ............................................................................... 34
5. Jumlah Cabang Kedelai akibat Pengaruh Penyiraman dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis ............................ 34
6. Persentase Polong Isi Kedelai akibat Pengaruh Penyiraman dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis .................................................................................................. 35
7. Jumlah Polong Total Kedelai akibat Pengaruh Penyiraman dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis .................................................................................................. 36
8. Bobot 100 Biji Kedelai akibat Pengaruh Penyiraman dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis ........................... 36
9. Hasil Biji per Tanaman Kedelai akibat Pengaruh Penyiraman dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis .................................................................................................. 37
14
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tinggi tanaman kedelai umur 2, 4, dan 6 MST ................................... 31
15
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel Halaman
1. Deskripsi Kedelai ................................................................................. 45
2. Rumus Perhitungan Pembagian Pupuk Dalam Satuan Polibag ........... 46
3. Hasil Analisis Tanah ............................................................................ 47
4. Jadwal Kegiatan Penelitian .................................................................. 48
5. Jadwal Kegiatan Penyiraman ............................................................... 50
6. Tinggi Tanaman Kedelai Umur 2 MST akibat Pengaruh Penyiraman
dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis ........................ 51
7. Tinggi Tanaman Kedelai Umur 4 MST akibat Pengaruh Penyiraman
dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis ........................ 51
8. Tinggi Tanaman Kedelai Umur 6 MST akibat Pengaruh Penyiraman
dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis ........................ 52
9. AnalisisRagam Tinggi Tanaman Kedelai Umur 6MST akibat
Pengaruh Penyiraman dan Pemberian Pupuk Fosfor
BerbagaiTingkat Dosis ......................................................................... 52
10. Laju Tumbuh Relatif (LTR) Kedelai akibat Pengaruh Penyiraman
dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis ........................ 53
11. Analisis Ragam Laju Tumbuh Relatif (LTR) Kedelai akibat
Pengaruh Penyiraman dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai
Tingkat Dosis ....................................................................................... 53
12. Laju Tumbuh Relatif (LTR) Kedelai akibat Pengaruh Penyiraman
dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis
(Transformasi ............................................................................... 54
16
13. Analisis Ragam Laju Tumbuh Relatif (LTR) Kedelai
(Transformasi akibat Pengaruh Penyiraman dan
Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis ............................... 54
14. Nisbah Pupus Akar (NPA) Kedelai Umur 21 HST akibat
Pengaruh Penyiraman dan Pemberian Pupuk Fosfor
Berbagai Tingkat Dosis ........................................................................ 55
15. Analisis Ragam Nisbah Pupus Akar (NPA) Kedelai Umur 21
HST akibat Pengaruh Penyiraman dan Pemberian Pupuk
Fosfor Berbagai Tingkat Dosis ............................................................ 55
16. Nisbah Pupus Akar (NPA) Kedelai Umur 28 HST akibat
Pengaruh Penyiraman dan Pemberian Pupuk Fosfor
Berbagai Tingkat Dosis ........................................................................ 56
17. Analisis Ragam Nisbah Pupus Akar (NPA) Kedelai Umur 28
HST akibat Pengaruh Penyiraman dan Pemberian Pupuk
Fosfor Berbagai Tingkat Dosis ............................................................ 56
18. Jumlah Cabang Tanaman Kedelai akibat Pengaruh Penyiraman
dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis ........................ 57
19. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Kedelai akibat
Pengaruh Penyiraman dan Pemberian Pupuk Fosfor
Berbagai Tingkat Dosis ........................................................................ 57
20. Persentase Polong Isi Kedelai akibat Pengaruh Penyiraman
dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis ........................ 58
21. Analisis Ragam Persentase Polong Isi Kedelai akibat Pengaruh
Penyiraman dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis .... 58
22. Jumlah Polong Total Kedelai akibat Pengaruh Penyiraman dan
Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis ............................... 59
23. Analisis Ragam Jumlah Polong Total Kedelai akibat Pengaruh
Penyiraman dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis .... 59
24. Bobot 100 Biji Kedelai akibat Pengaruh Penyiraman dan
Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis ............................... 60
25. Analisis Ragam Bobot 100 Biji Kedelai akibat Pengaruh
Penyiraman dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai
Tingkat Dosis ....................................................................................... 60
17
26. Hasil Biji per Tanaman Kedelai akibat Pengaruh Penyiraman
dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis ........................ 61
27. Analisis Ragam Hasil Biji per Tanaman Kedelai akibat
Pengaruh Penyiraman dan Pemberian Pupuk Fosfor
Berbagai Tingkat Dosis ........................................................................ 61
Gambar
2. Tata Letak Percobaan ........................................................................... 62
3. Susunan Tanaman dalam Petak Percobaan .......................................... 63
4. Pengengukuran Tanah .......................................................................... 64
5. Penimbangan Sampel Tanah .............................................................. .. 64
6. Oven Sampel Tanah ............................................................................. 64
7. Pengisian Polibag ................................................................................. 65
8. Pembuatan Naungan ............................................................................ 65
9. Penanaman ........................................................................................... 66
10. Tanaman Kedelai pada Umur 9 Hst ..................................................... 66
11. Persiapan Penyiraman .......................................................................... 67
12. Aplikaasi Penyiraman Sesuai Perlakuan .............................................. 67
13. Aplikaasi Penyiraman Sesuai dengan Perlakuan ................................. 68
14. Penimbangan Pupuk Urea, KCl dan SP-36 .......................................... 69
15. Aplikasi Pupuk Urea, KCl dan SP-36 7 HST ...................................... 70
16. Aplikasi pupuk Urea, KCl dan SP-36 21 HST .................................... 70
17. Penyiangan Gulma ............................................................................... 70
18. Pengukuran Tinggi Tanaman ............................................................... 71
19. Pengambilan Sampel LTR dan NPA ................................................... 71
20. Penjemuran Tanaman Sampel .............................................................. 72
21. Oven Tanaman Sampel ........................................................................ 72
22. Penimbangan Tanaman Sampel ........................................................... 72
18
23. Pemasangan Ajir .................................................................................. 72
24. Pengendalian Hama ............................................................................. 73
25. PemanenanKedelai ............................................................................... 73
26. Penghitungan Jumlah Cabang, Persentasi Polong Isi dan Polong
Total ..................................................................................................... 73
27. Penjemuran Kedelai ............................................................................. 74
28. Penimbangan Sampel 100 Biji dan Hasil per Tanaman ....................... 74
1
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Kedelai (Glicyne max (L.) Merril.) merupakan komoditas pangan utama ketiga
setelah padi dan jagung. Permintaan kebutuhan kedelai untuk konsumsi, makanan
ternak (pakan) dan bahan baku industri dari tahun ke tahun terus meningkat
(Septiatin, 2012). Kandungan gizi kedelai terdiri atas protein 34,90 gram, lemak
10,10 gram, kalsium 227,00 mg, fosfor 585,00 mg, besi 8,00 mg, vitamin A
110,00 SI, vitamin B 1,077 mg, air 7,50 gram dan kalori 331,00 kal (AAK, 2000).
Produktivitas kedelai di Indonesia yang dicapai saat ini 1,30 ton/ha atau masih
sekitar 50% dari potensi hasil varietas kedelai unggul yang dianjurkan (2,00 –
3,50 ton/ha), disamping itu masih rendahnya tingkat produktivitas kedelai di
setiap pertanaman (0,50 – 1,50 ton/ha) disebabkan oleh adanya perbedaan
beberapa faktor yang mencakup waktu tanam, tingkat pemeliharaan tanaman,
ketersediaan air irigasi dan kesuburan tanah (Adisarwanto, 2014).
Menurut Badan Pusat Statistik Lampung produksi kedelai tahun 2014 sebesar
955,00 ribu ton biji kering, meningkat sebanyak 175,01 ribu ton (22,44 persen)
dibandingkan tahun 2013. Peningkatan produksi tersebut terjadi di Pulau Jawa
sebesar 100,20 ribu ton dan di luar Pulau Jawa sebesar 74,80 ribu ton.
2
Peningkatan produksi kedelai terjadi karena peningkatan luas panen seluas 64,89
ribu hektar (11,78 persen) dan peningkatan produktivitas sebesar 1,35
kwintal/hektar (9,53 persen).
Produksi kedelai mengalami peningkatan, namun peningkatan produksi tersebut
dalam budidaya masih mengalami kendala seperti kekeringan, banjir, hujan terlalu
besar pada saat panen, serangan hama, dan persaingan dengan rerumputan
(gulma). Pandangan petani yang masih menganggap kedelai sebagai tanaman
sampingan juga mengakibatkan rendahnya tingkat teknologi budidaya untuk
tanaman kedelai. Bila pemeliharaan kurang intensif, akibatnya hasil panen akan
menurun (Suprapto, 1999).
Peningkatan produksi pangan, termasuk kedelai terus ditingkatkan walaupun
belum berjalan dengan sempurna. Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi
kedelai adalah penyiraman yang tepat dan pemupukan yang seimbang terutama
pemberian pupuk fosfor (P).
Air merupakan komponen utama tubuh tanaman, bahkan hampir 90% sel-sel
tanaman terdiri atas air. Air dalam tanah berfungsi sebagai pelarut dan pembawa
ion-ion hara dari rhizhosfer ke dalam akar dan kemudian ke daun (Sinaga, 2007).
(Daryono dkk, 2003) menyebutkan bahwa kebutuhan air akan bertambah sesuai
dengan umur tanaman. Kebutuhan air tertinggi pada saat berbunga dan pengisian
polong. Menurut Adisarwanto (2014), pada umumnya kebutuhan air tanaman
kedelai berkisar 350 – 550 mm selama masa pertumbuhannya, dan curah hujan
dalam hitungan per tahunnya sekitar 1.500 – 2.500 mm/tahun.
3
Respons tumbuhan terhadap kekurangan air dapat dilihat pada aktifitas
metabolisme, morfologi, tingkat pertumbuhan atau produktivitasnya.
Pertumbuhan sel merupakan fungsi tanaman yang paling sensitif terhadap
kekurangan air. Kekurangan air akan mempengaruhi turgor sel sehingga akan
mengurangi perkembangan sel, sintesis protein, dan sintetis dinding sel.
Kekurangan air akan mengakibatkan proses fotosintesis dan respirasi pada
tanaman akan terhambat. Kekurangan air ini akan menyebabkan dehidrasi pada
daerah sel turgor dan daerah sel-sel lainnya. Kekurangan air pada daerah sel
turgor akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, stomata mengkerut
atau menutup, sehingga proses fotosintesis dan pembentukan mesofil akan ikut
terhambat yang akan menyebabkan kehilangan ruas interseluler dan terganggunya
metabolisme yang dapat mempengaruhi proses fotosintesis dan respirasi (Gardner
dkk. 1991 dalam Rahmat, 2013).
Selain kebutuhan air yang harus terpenuhi bagi tanaman kedelai, perlu juga
diimbangi dengan pemupukan terutama pupuk P untuk meningkatkan hasil panen
(AAK, 2000). Pemupukan merupakan salah satu teknik budidaya yang mutlak
dilakukan untuk mendapatkan hasil yang berlipat ganda atau hasil yang optimal
dan memperbaiki mutu hasil (Wahab dkk, 2005). Pupuk merupakan kunci dari
kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur
yang habis terserap oleh tanaman. Memupuk berarti menambah unsur hara ke
dalam tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun) (Lingga dan Marsono,
2000).
4
Tanaman memerlukan unsur hara untuk kelangsungan hidup. Hara diambil dari
dalam tanah dalam bentuk yang sudah tersedia, sehingga hara tersebut dapat
diambil dari tanaman. Namun, jika unsur hara tidak tersedia pertumbuhan
tanaman akan merana dan hasil kurang memuaskan. Salah satu usaha untuk,
mengatasi permasalahan adalah dengan memberikan tambahan unsur hara yang
diperlukan paling tidak dalam jumlah dengan yang dibutuhkan (Suprapto, 1999).
Unsur hara P sangat dibutuhkan tanaman yang mempunyai fungsi untuk
merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda. Selain
itu, fosfat berfungsi sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein
tertentu, membantu asimilasi dan pernapasan, serta mempercepat pembungaan,
pemasakan biji, dan buah (Lingga dan Marsono, 2000).
Dari uraian di atas, begitu pentingnya kebutuhan air dan pemupukan maka perlu
dilaksanakan penelitian tentang Respons Kedelai Terhadap Penyiraman dan
Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari:
1. Pengaruh penyiraman terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai.
2. Pengaruh pemberian pupuk fosfor (P) berbagai tingkat dosis terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai.
3. Interaksi dari kedua perlakuan tersebut terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman kedelai.
5
1.3 Dasar Pengajuan Hipotesis
Air merupakan faktor penting untuk pertumbuhan tanaman. Air berfungsi sebagai
penyusunan tubuh tanaman, pelarut dan medium reaksi biokimia, medium
transportasi senyawa, pemberian turgor bagi sel, bahan baku fotosintesis dan
penjaga suhu tanaman supaya konstan (Gradner ar al., 1991 dalam Rahmat, 2013).
Tanaman kedelai termasuk tanaman yang tidak tahan terhadap kekeringan. Air
yang memadai sangat diperlukan tanaman mulai fase awal pertumbuhan sampai
fase produksi. Bila tanah dalam kondisi jenuh air (kelebihan air) maka akibatnya
benih yang ditanam akan membusuk (tidak tumbuh), sedangkan dalam kondisi
stress air (kekurangan air) akan mengakibatkan pertumbuhan vegetatif terhambat
dan mengakibatkan pertumbuhan tanaman kedelai kerdil (Rukmana, 1996).
Pengairan merupakan salah satu faktor penting dalam pengelolaan air, dalam
rangka peningkatan produksi tanaman kedelai. Pengairan pada tanaman kedelai
dapat dilakukan 3-4 kali selama periode pertumbuhan dan diberikan sampai
daerah perakaran tanaman (Suprapto, 1999). Penelitian Sarawa dkk (2012),
membuktikan bahwa penyiraman dengan interval 2 hari memberikan
pertumbuhan tanaman kedelai yang lebih baik dibandingkan dengan penyiraman
menggunakan interval 4, 6, dan 8 hari.
Selain pemberian air, pemupukan perlu dilakukan supaya produktivitas tanaman
kedelai optimal. Pupuk sebagai bahan yang diberikan pada tanah agar dapat
menambah atau mengganti unsur hara yang hilang. Dengan demikian pemupukan
bertujuan untuk memelihara kesuburan tanah, dimana secara langsung maupun
6
tidak langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yang tumbuh pada
tanah tersebut (Wargito, 1997).
Fosfor (P) merupakan unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah besar
(unsur hara makro). Jumlah P dalam tanaman lebih kecil dibandingkan dengan N
dan K, tetapi P dianggap sebagai kunci kehidupan (key of life). Tanaman
menyerap fospor dalam bentuk ion ortofosfat primer (H2PO-4) dan ion ortofosfat
sekunder (HPO=
4). Fosfor yang diserap tanaman dalam bentuk ion anorganik
cepat berubah menjadi senyawa P organik. Fosfor bersifat mobail atau mudah
bergerak antar jaring tanaman. Kadar optimum P dalam tanaman pada saat
pertumbuhan vegetatif adalah 0,3% - 0,5% dari berat kering tanaman.
Menurut Suprapto (1999), kedelai memerlukan P dalam jumlah relatif banyak.
Hasil penelitian Pardiyo (2005), Pemupukan dengan pupuk P dengan dosis 100
kg/ha SP-36 mampu meningkatkan tinggi tanaman sebesar 4,07% dan 8,58%,
jumlah cabang produktif sebesar 3,12% dan 7,20%, berat kering berangkasan
sebesar 3,75% dan 10,10%, jumlah polong isi sebesar 8,93% dan 15,71%, berat
hasil per petak sebesar 16,04% dan 31,69% dan hasil perhektar sebesar 16,04%
dan 31,69% dibandingkan dengan pemupukan SP-36 dosis 50 kg/ha dan tanpa
pupuk P, Lebih lanjut Supadma (2014) membuktikan bahwa pemberian pupuk P
berpengaruh berbeda nyata terhadap berat biji kering oven, berat biji kadar air
12%, dan estimasi berat biji kadar air 12% per hektar, namun memberikan pupuk
P pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman maksimum, jumlah
nodul umur 6 minggu, berat berangkasan segar saat panen, dan berat biji kedelai
saat panen.
7
1.4 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan adalah:
1) Penyiraman air dengan waktu yang berbeda memberikan pengaruh berbeda
terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai.
2) Dosis Fosfor (P) yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
pertumbuhan dan hasil kedelai.
3) Terdapat interaksi antara pemberian air dan dosis pupuk Fosfor (P) terhadap
pertumbuhan dan hasil kedelai.
8
ll. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Tanaman Kedelai
Menurut Adisarwanto (2008), berdasarkan taksonomi tanaman kedelai dapat
diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi Spermathophyta, Subdivisi Angiospermae,
Klas Dicotyledoneae, Subklas Archihlamydae, Ordo Rosales, Subordo
Leguminoseae, Famili Leguminosae, Subfamili Papiolionaceae, fabaceae, Genus
Glycine, Spesies Glycine max (L.) Merril.
Di Indonesia pada zaman Rhumphius (abad ke 17), saat itu kedelai dibudidayakan
sebagai tanaman makanan dan pupuk hijau. Sampai saat ini di Indonesia kedelai
banyak ditanam di dataran rendah yang tidak mengandung air, misalnya di Pesisir
Utara Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Gorontalo (Sulawaesi Utara),
Sulawesi Utara, Lampung, dan Sumatera Selatan serta Bali. Menurut para ahli
tanaman kedelai yang sudah disebarluaskan di Indonesia bukanlah tanaman asli,
melainkan tanaman yang berasal dari daerah Manshukuo di China, kemudian
menyebar ke daerah Mansyuria dan Jepang (Asia Timur). Demikian pula kedelai
yang ditanam di benua lain seperti Amerika dan Afrika pun berasal dari Asia
(AAK, 2000).
9
Tanaman kedelai mempunyai banyak varietas unggul seperti: Pangrango, Kawi,
Leuser, Sinabung, Bromo, Argomulyo, Anjasmoro, Maheru, Gumitir, Argopuro,
Grobogan, Meratus, Metani dan masih banyak lagi jenis varietasnya
(Adisarwanto, 2014).
2.2 Morfologi Tanaman Kedelai
2.2.1 Akar dan bintil akar
Perakaran tanaman kedelai terdiri atas akar tunggang yang terbentuk dari bakal
akar, empat baris akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang dan sejumlah
cabang yang tumbuh dari akar sekunder, akar adventif tumbuh dari bagian bawah
hipokotil (Suprapto, 1999). Sistem perakaran tanaman kedelai adalah adanya
interaksi simbiosis antara bakteri nodul akar (Rhizobium japonikum) dengan akar
tanaman kedelai yang menyebabkan terbentuknya bintil akar. Bintil akar ini
sangat berperan dalam proses fiksasi N2 yang sangat dibutuhkan oleh tanaman
kedelai untuk melanjutkan pertumbuhannya khususnya dalam penyediaan unsur
hara nitrogen (Adisarwanto, 2014).
2.2.2 Batang
Tanaman kedelai dikenal dua tipe pertumbuhan batang, yaitu determinit dan
interdeminit. Ciri determinit apabila pada akhir fase generatif pada pucuk batang
tanaman ditumbuhi polong, sedangkan tipe interdeminit pada pucuk batang
tanaman masih terdapat daun yang tumbuh. Jumlah buku pada batang akan
bertambah sesuai pertambahan umur tanaman, tetapi pada kondisi normal jumlah
buku berkisar 15 – 20 buku dengan jarak antar buku berkisar 2 – 9 cm. Batang
10
kedelai ada yang becabang dan ada pula yang tidak bercabang, bergantung dari
karakteristik varietas, akan tetapi umumnya cabang tanaman kedelai berjumlah
antar 1 – 5 cabang (Adisarwanto, 2014).
2.2.3 Daun
Daun kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri atas tiga helai anak daun dan
umumnya berwarna hijau muda atau hijau kuning – kekuningan. Bentuk daun ada
yang oval, juga ada yang segi tiga. Warna dan bentuk daun, bergantung pada
varietas masing – masing. Pada saat tanaman kedelai itu sudah tua, maka daun-
daunnya mulai rontok (AAK, 2000).
Di Indonesia, kedelai berdaun sempit lebih banyak ditanam petani dibanding
tanaman kedelai berdaun lebar, padahal dari aspek penyinaran matahari, tanaman
kedelai berdaun lebar menyerap sinar matahari lebih banyak dari pada yang
berdaun sempit. Namun, keunggulan tanaman kedelai berdaun sempit adalah sinar
matahari akan mudah menerobos di antara kanopi daun, sehingga memacu
pembentukan bunga (Adisarwanto, 2014).
2.2.4 Bunga
Bunga pada tanaman kedelai umumnya muncul atau tumbuh pada ketiak daun,
yakni setelah buku kedua, tetapi terkadang bunga dapat pula terbentuk pada
cabang tanaman yang mempunyai daun. Hal ini karena sifat morfologi cabang
tanaman kedelai serupa atau sama dengan morfologi batang utama. Pada kondisi
lingkungan tumbuh dan populasi tanaman optimal, bunga akan terbentuk mulai
dari tangkai daun yang paling bawah. Satu kelompok bunga, pada ketiak daunnya
11
akan berisi 1 – 7 bunga, bergantung dari karakter dari varietas kedelai yang
ditanam. Bunga kedelai termasuk sempurna karena pada setiap bunga memiliki
alat reproduksi jantan dan betina. Penyerbukan bunga terjadi pada saat bunga
masih tertutup sehingga kemungkinan penyerbukan silang sangat kecil, yaitu
hanya 0,1% warna bunga kedelai ada yang ungu dan putih. Potensi jumlah bunga
yang terbentuk bervariasi, bergantung dari varietas kedelai, tetepi umumnya
berkisar antara 40 – 200 bunga pertanaman. Masa pertumbuhan tanaman kedelai
sering mengalami kerontokan bunga. Hal ini masih dikatagorikan wajar bila
kerontokan yang terjadi pada kisaran 20 – 40% (Adisarwanto, 2014).
2.2.5 Polong
Polong kedelai pertama kali muncul sekitar 10 – 14 hari setelah bunga pertama
terbentuk. Warna polong yang baru tumbuh berwarna hijau dan selanjutnya akan
berubah-ubah menjadi kuning atau kecoklatan pada saat panen. Pembentukan dan
pembesaran polong akan meningkat sejalan dengan bertambahnya umur dan
jumlah bunga yang terbentuk. Jumlah polong yang terbentuk beragam, yakni 2 –
10 polong pada setiap kelompok bunga diketiak daunnya. Sementara itu, jumlah
polong yang dapat dipanen berkisar 20 – 200 polong atau tanaman bergantung
pada varietas kedelai yang ditanam dan dukungan kondisi lingkungan tumbuh.
Warna polong masak dan ukuran biji antara posisi polong paling bawah dengan
paling atas akan sama selama periode pengisian dan pemasakan polong optimal,
yaitu antara 50 – 75 hari. Periode waktu tersebut diangggap optimal untuk proses
pengisian biji dalam polong yang terletak di sekitar pucuk tanaman (Adisarwanto,
2014).
12
2.2.6 Biji
Bentuk biji kedelai tidak sama tergantung varietas, ada yang berbentuk bulat, agak
gepeng, atau bulat telur. Namun, sebagian besar biji kedelai berbentuk bulat telur.
Ukuran dan warna biji kedelai juga tidak sama. Sebagian besar berwarna kuning
dan sedikit berwarna hitam dengan ukuran biji kedelai yang dapat digolongkan
dalam tiga kelompok, yaitu berbiji kecil (<10 g/100 biji), berbiji sedang (10 – 12
g/ 100 biji) dan berbiji besar (13 – 18 g/biji) (Adisarwanto,2014).
2.3 Syarat Tumbuh
Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan
subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila cocok
bagi tanaman jagung. Tanaman kedelai dapat tumbuh dan berproduksi dengan
baik di dataran rendah sampai ketinggian 900 meter di atas permukaan laut.
Meskipun demikian telah banyak dari varietas kedelai dalam negeri ataupun
introduksi yang dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi (pegunungan) ±
1.200 meter di atas permukaan laut (Rukmana, 1996). Pertumbuhan tanaman
kedelai pada musim kemarau dengan suhu udara berkisar 20 – 30 0C dianggap
lebih optimal dengan kualitas biji yang lebih baik dengan panjang penyinaran
umumnya berkisar 11 – 12 jam/hari dan kelembapan udara yang optimal berkisar
75-90% (Adisarwanto, 2014).
Iklim yang paling cocok untuk tumbuh dan berproduksi kedelai dengan baik
adalah daerah-daerah yang mempunyai suhu antara 25 – 27 0C, kelembaban udara
13
(RH) rata-rata 65%, dan curah hujan antara 100 – 200 mm/bulan (Rukmana,
1996). Tanaman kedelai biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih
dari 500 m dpl, bergantung varietasnya. Varietas berbiji kecil sangat cocok
ditanam pada lahan dengan ketinggian 0,5 – 300 m dpl, sedangkan varietas
kedelai berbiji besar cocok ditanam pada lahan dengan ketinggian 300 – 500 m
dpl (Septiatin, 2012).
2.4 Penyiraman
Air diperlukan tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan biologis, antara lain untuk
memenuhi transpirasi dalam proses asimilasi untuk pembentukan karbohidrat,
serta untuk pengangkut hasil – hasil fotosintesis ke seluruh jaringan tumbuhan.
Air merupakan bagian penyusun tubuh tumbuhan. Air tanah berfungsi sebagai
pelarut unsur hara dan membawa unsur hara kepermukaan akar tumbuhan, di
dalam jaringan tumbuhan air juga yang berperan mengangkut unsur hara yang
diserap akar ke seluruh tubuh tumbuhan (Hakim dkk., 1986).
Tumbuhan dapat mengambil sejumlah air yang banyak dan teratur melalui
pergerakan kapiler air tanah ke perakaran dan pertumbuhan akar ke arah tanah
yang lembab. Pergerakan kapiler mengabsorpsi air dari suatu titik ke dalam
tanah. Air di sekitar akan tertarik ke daerah absorpsi sedangkan perpanjangan akar
sangat cepat dan terjadi kontak terhadap partikel tanah sehingga dapat memenuhi
kebutuhan air bagi tumbuhan yang tumbuh pada keadaan air optimum (Hakim
dkk., 1986).
14
Ketersediaan air tanah bagi pertumbuhan tanaman ditentukan oleh faktor iklim,
tanaman, dan akar tanah, diantara sifat sifat tanah yang berpengaruh adalah daya
hisap metrik dan osmotik kedaan tanah dan pelapisan tanah (Hakim dkk., 1986).
Keadaan alamiah yang memenuhi persyaratan untuk pertumbuhan optimal jarang
kita jumpai di lapangan, maka di dalam bertanam kedelai pengaturan air sangat
perlu perhatian (Suprapto, 1999).
Pengairan yang tepat akan memberikan produksi tanaman meningkatkan. Setyati
(1991) menyebutkan bahwa jumlah air yang diberikan sebaiknya teratur sehingga
kelebihan air tidak terlalu besar. Pada umumnya tanaman membutuhkan air yang
banyak pada fase vegetatif. Hal ini ditegaskan Adisarwanto (2014) bahwa stadia
tumbuh kedelai yang memerlukan curah air yang banyak atau kelembaban tanah
yang cukup tinggi adalah pada stadia awal vegetatif (perkecambahan), stadia
berbunga, serta stadia pembentukan atau pengisian polong. Namun, perlu
diperhatikan bahwa curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan polong busuk
akibat kelembaban udara yang sangat rendah dan membuat kualitas biji kedelai
yang dihasilkan menurun.
Air tersedia (air yang diserap tanaman) adalah air yang tertahan tanah pada
kondisi kapasitas lapang hingga koefisien layu. Namun, mendekati koefisien layu
tingkat ketersediannya semakin rendah, oleh karena itu untuk menjamin
tercukupinya kebutuhan tanaman, suplai air harus diberikan apabila 50 – 58% air
tesedia ini telah habis terpakai (Utomo dan Islami, 1991).
2.4.1 Peranan air bagi tanaman
15
Air merupakan komponen penting bagi berlangsungnya berbagai proses fisiologi
seperti serapan hara, fotosintesis dan reaksi biokimia sehingga penurunan absorbsi
air mengakibatkan hambatan pertumbuhan dan penurunan hasil. Menurut
Gardner dkk (1989 dalam Parwati 2007), air yang merupakan penyusun utama
jaringan tanaman berperan sebagai pelarut dan medium bagi reaksi metabolisme
sel, medium untuk transpor zat terlarut, medium yang memberikan turgor pada sel
tanaman, bahan baku untuk fotosintesis, proses hidrolisis dan reaksi kimia lain,
serta evaporasi air untuk mendinginkan permukaan tanaman. Mengingat peran
pentingnya air maka tanaman memerlukan sumber air yang tetap untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Air seringkali membatasi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman budidaya. Respons tumbuhan terhadap kekurangan air
dapat dilihat dari aktivitas metabolisme, morfologi, pertumbuhan dan
produktivitas.
Proses fotosintesis membutuhkan air sebagai bahan baku dalam pembentukan
fotosintat, khususnya karbohidrat, dimana CO2 + H2O dengan bantuan cahaya
akan membentuk C6H12O6. Air terutama dibutuhkan pada fase cahaya sebagai
sumber elektron untuk membentuk energi kimia dalam bentuk NADPH2 dan ATP.
Energi kimia tersebut akan digunakan untuk mereduksi CO dalam fase gelap
untuk menghasilkan C6H12O6 + O2. Jika tanaman mengalami cekaman air, maka
laju fotosintesis terus menurun karena tidak mampu membentuk NADPH2 dan
ATP yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi dalam mereduksi CO
(Sarawa, 2012).
16
Dampak kekurangan air akan mempengaruhi turgor sel sehingga akan mengurangi
pengembangan sel, sintesis protein, dan sintesis dinding sel. Pengaruh kekurangan
air selama tingkat vegetatif adalah perkembangan daun yang ukurannya lebih
kecil dapat mengurangi penyerapan cahaya. Kekurangan air juga mengurangi
sintesis klorofil dan mengurangi aktivitas beberapa enzim (misalnya nitrat
reduktase). Kekurangan air justru meningkatkan aktivitas enzim-enzim hidrolisis,
seperti amilase (Gardner dkk,1989 dalam Parwati 2007).
Gardner dkk. (1989 dalam Parwati 2007) menjelaskan, fungsi air bagi tanaman
yaitu:(1) sebagai senyawa utama pembentuk protoplasma, (2) sebagai senyawa
pelarut bagi masuknya mineral-mineral dari larutan tanah ke tanaman dan sebagai
pelarut mineral nutrisi yang akan diangkut dari satu bagian sel ke bagian sel lain,
(3) sebagai media terjadinya reaksi-reaksi metabolik, (4) sebagai reaktan pada
sejumlah reaksi metabolisme seperti siklus asam trikarboksilat, (5) sebagai
penghasil hidrogen pada proses fotosintesis, (6) menjaga turgiditas sel dan
berperan sebagai tenaga mekanik dalam pembesaran sel, (7) mengatur mekanisme
gerakan tanaman seperti membuka dan menutupnya stomata, membuka dan
menutupnya bunga serta melipatnya daun-daun tanaman tertentu, (8) berperan
dalam perpanjangan sel, dan (9) sebagai bahan metabolisme dan produk akhir
respirasi serta (10) digunakan dalam proses respirasi.
Kedelai termasuk tanaman yang tidak tahan terhadap kekeringan. Oleh karena itu,
air sangat diperlukan sejak awal pertumbuhan sampai pada masa polong berisi.
Jika pada fase pertumbuhan vegetatif kedelai mengalami kekeringan,
pertumbuhan kedelai menjadi kerdil. Demikian pula kekeringan pada saat kedelai
17
berbunga atau polong mulai berisi akan mengakibatkan gagal panen, karena
kekeringan, tanaman menjadi layu, pertumbuhan terhambat dan apabila tidak
segera memperoleh air, tanaman akan menjadi mati (AAK, 2000).
Hasil penelitian Suhartono dkk. (2008) membuktikan bahwa interval penyiraman
tanaman kedelai 1 liter per hari, 1 liter per 2 hari, dan 1 liter per 3 hari.
menunjukkan perlakuan interval penyiraman memberikan pengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman dengan perlakuan 1 liter per 2 hari menghasilkan
tanaman yang tertinggi. Lebih lanjut Noor dan Arintadisastra (2012) melaporkan
bahwa pemberian air pada tanaman kedelai mampu meningkatkan produksi
kedelai sebanyak 1 – 2 ton/ha.
2.5 Pupuk
Menurut Sutedjo (2008), pupuk dalam arti luas termasuk semua bahan yang
ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur yang esensial bagi
pertumbuhan tanaman. Berdasarkan jumlah yang diperlukan tanaman, unsur hara
menjadi dua golongan, yakni: unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara
makro diperlukan tanaman dan terdapat dalam jumlah lebih besar dibandingkan
dengan unsur hara mikro. Walaupun kadar unsur hara berbeda, namun setiap jenis
tanaman umumnya memiliki urutan berdasarnya kadar – kadarnya, yakni: C, H,
O, N, P, K, S, Ca, Mg, Si, Na, Fe, Mn, Cu, Zn, Mo, dan B. Nitrogen bersama-
sama P dan K merupakan unsur hara esensial primer, dan merupakan unsur yang
paling sering mejadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman (Munawar, 2011).
Pupuk sudah lama dikenal oleh para petani baik macam maupun penggunaannya
terutama padi sawah, akan tetapi masih jarang petani kita menggunakan pupuk
18
dalam usaha bertanam dalam kacang-kacangan. Pada umumnya mereka bertanam
kedelai hanya dengan menyebar atau menugalkan benih setelah panen padi, tanpa
dibarengi dengan pengairan, penyiangan, pemupukan dan pemakain insektisida
(Suprapto, 1999).
Kedelai menunjukkan respons terhadap pemupukan, terutama pada tanah yang
miskin akan hara tanaman. Banyak pustaka yang mengatakan bahwa kedelai
menghendaki persyaratan tingkat keasamaan yang netral untuk pertumbuhannya
(Suprapto, 1999).
2.5.1 Peranan pupuk fosfor
Unsur fosfor dilambangkan dengan P, sangat berguna bagi tanaman. Fosfor
diambil tanaman dalam bentuk H2PO4- dan HPO4
-. Fungsi P dalam tanaman yaitu
dapat mempercepat pertumbuhan akar, mempercepat serta memperkuat
pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa. Pada umumnya
mempercepat pembungaan dan pemasakan buah atau biji, dapat meningkatkan
produksi biji – bijian, selain itu P sebagai penyusun lemak dan protein di dalam
tanaman (Sutedjo, 2008).
Fungsi yang paling esensial adalah keterlibatan dalam penyimpanan dan transfer
energi di dalam tanaman. Fosfor merupakan bagin esensial proses fotosintesis dan
metabolisme karbohidrat sebagai fungsi regulator pembagian hasil fotosintesis
antara sumber dan organ reproduksi, pembentukan inti sel, pembelahan dan
perbanyakan sel, pembentukan lemak dan albumin, organisasi sel, dan pengalihan
sifat – sifat keturunan (Munawar, 2011).
19
Fosfat diserap tanaman dengan bentuk ion ortofosfat primer (H2PO-4) dan ion
ortofosfat sekunder (HPO=
4). Kemungkinan P diserap dalam bentuk senyawa
fosfat organik yang larut air, misalnya asam nukleat dan fitin. Fosfat diserap
tanaman dalam bentuk ion anorganik cepat berubah menjadi senyawa organik.
Fosfor mudah bergerak antar jaringan tanaman. Kadar optimal P dalam tanaman
pada saat pertumbuhan vegetatif adalah 0,3% - 0,5% (Rosmarkam dan Yuwono,
2002).
Unsur P dijumpai dalam jumlah yang banyak pada biji, walaupun P juga terdapat
pada semua bagian yang muda dari tanaman. Seperti juga N, P merupakan
penyusun setiap sel hidup. Fosfor adalah penyusun fosfolid, nukleoprotein, dan
fitin yang selanjutnya akan banyak menjadi tersimpan di dalam biji. Fosfor
sangat berperan aktif dalam mentransfer energi di dalam sel, baik sel tanaman
maupun hewan. Fosfor juga berfungsi untuk mengubah karbohidrat, misalnya
dalam perubahan tepung menjadi gula. Selain itu P juga dapat meningkatkan
efisiensi kloroplas (Hakim dkk., 1986).
Gejala kekurangan P pada tanaman yang tampak adalah warna daun seluruhnya
berubah kelewat tua dan sering tampak mengkilap kemerahan. Tepi daun,
cabang, dan batang terdapat warna merah ungu yang lambat laun berubah menjadi
kuning. Kalau tanaman berubah-ubah, buahnya kecil, tampak jelek, dan lekas
matang. Pada tanah seperti ini perlu diberi pupuk yang mengandung unsur P
(Lingga dan Marsono, 2000).
20
Pupuk yang sering digunakan untuk menambah unsur hara P adalah pupuk SP-36.
SP-36 merupakan pupuk fosfat yang berasal dari batuan fosfat yang ditambang.
Kandungan unsur haranya dalam bentuk P2O5 SP-36 adalah 36% yang lebih
rendah dari TSP yaitu 46%. (Hakim dkk., 1986).
Penelitian Harini (2002) membuktikan bahwa pemberian pupuk P meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Pemberian pupuk P meningkatkan bobot
kering akar, bobot kering bagian atas tanaman, jumlah polong total, bobot biji
tanaman dan serapan P biji. Bobot biji tanaman terbaik diperoleh dari perlakuan
150 kg SP-36/ha.
21
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
Dharma Wacana Metro, Kelurahan Rejomulyo, kecamatan Metro Selatan, Kota
Metro dengan jenis tanah Podzolik Merah Kuning. Penelitian dilakukan pada
bulan Mei sampai bulan Agustus 2016.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat – alat yang digunakan adalah: cangkul, golok, sabit, gunting, ember, polybag,
skop, gelas ukur, bambu, kayu, paku, meteran, mistar, palu, plastik transparan,
alat ukur, tali rafia, kantong, timbangan elektrik tipe Nagita LSC – 3000, kamera
digital, alat semprot (hand sprayer) dan alat tulis yang diperlukan.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: benih kedelai varietas
Anjasmoro, air, pupuk kandang kambing, pupuk urea, pupuk SP-36, KCl dan
pestisida.
3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Teracak
Lengkap (RKTL) dengan rancangan perlakuan berpola faktorial dengan tiga
22
ulangan. Faktor pertama interval penyiraman (A) yang terdiri atas tiga taraf yaitu:
penyiraman 2 hari sekali (a1), penyiraman 3 hari sekali (a2), dan penyiraman 4
hari sekali (a3). Faktor kedua adalah dosis pupuk SP-36 (P) yang terdiri atas tiga
taraf yaitu: 50 kg/ha pupuk SP-36 (p1), 100 kg/ha pupuk SP-36 (p2), dan 150
kg/ha (p3). Sehingga terdapat 9 kombinasi perlakuan yaitu: a1p1, a1p2, a1p3, a2p1,
a2p2, a2p3, a3p1, a3p2, dan a3p3 masing-masing diulang 3 kali sehingga diperoleh 27
plot penelitian.
Data hasil pengamatan diuji homogenitas dengan uji Bartlet dan ketakatditifan
data dengan uji Tuckey yang dilanjutkan dengan uji sidik ragam dengan
membandingkan nilai F hitung dengan F tabel, menggunakan uji Beda Nyata
Terkecil (BNT) pada taraf 5%.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Persiapan media tanam
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan menyiapkan media tanam berupa tanah
yang sudah dihacurkan yang sudah dikering anginkan. Tanah diambil dari lahan
percobaan kemudian ditambahkan pupuk kandang kambing yang sudah kering
sebanyak 10 ton/ha atau setara dengan 50 gram per polybag, selanjutnya pengisian
polybag yang berukuran 25 cm x 40 cm dilakukan sebelum tanam dan pengisian
seberat 10 kg tanah pada setiap polybag. Setelah itu dilakukan penyusunan
polybag pada lahan yang sudah dibersihkan sesuai dengan tata letak percobaan
dengan jarak antar polybag 20 x 15 cm. Penyiapan media tanam ini dilakukan
satu minggu sebelum tanam. Jumlah plot percobaan sebanyak 27 dan masing –
23
masing plot percobaan terdiri dari 5 polybag, sehingga penelitian ini terdapat 135
polybag .
3.4.2 Pembuatan naungan
Pembuatan naungan ini bertujuan agar tanaman tidak terkena air hujan, sehingga
tidak berpengaruh pada perlakuan penyiraman yang diberikan pada penelitian ini.
Pemasangan naungan terbuat dari plastik transparan yang diberi penyangga
bambu berbentuk segi tiga dengan ketinggian bagian tengah 1,5 m, bagian
samping kanan dan samping kiri 1 m, panjang 10 m, lebar 6 m, dilakukan sebelum
proses penanaman agar tidak mengganggu atau merusak tanaman yang telah
ditanam pada polybag.
3.4.3 Penanaman
Benih kedelai ditanam pada polybag yang telah terisi tanah. Penanaman
dilakukan dengan cara membenamkan benih ke dalam polybag yang telah terisi
tanah dengan kedalaman 3 cm. Benih ditanam sebanyak 2 butir dalam satu
polybag.
3.4.4 Pemeliharaan
3.4.4.1 Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada benih yang tidak tumbuh dalam satu polybag.
Penyulaman dilakukan 1 MST, hal ini bertujuan untuk menyeragamkan
pertumbuhan tanaman kedelai.
24
3.4.4.2 Penyiraman
Penyiraman dilakukan sesuai dengan perlakuan yaitu dengan penyiraman 2 hari
sekali, penyiraman 3 hari sekali, penyiraman 4 hari sekali dengan dosis 1 liter
yang sebelumnya dimulai dengan menentukan volume penyiraman untuk interval
waktu yang ditentukan. Penentuan volume penyiraman dilakukan dengan
pengukuran kapasitas lapang. Menurut Hendriyani dan Setiari (2009), penentuan
kapasitas lapang digunakan untuk penentuan volume penyiraman air ke media
tanam yaitu dengan cara media tanam dalam polybag di masukkan ke dalam bak
yang terisi air penuh sampai media jenuh. Kemudian ditiriskan selama 3 hari.
Berat basah dan berat kering media ditimbang. Berat kering ditimbang setelah
media tanam (tanah) di oven pada suhu 105 0C sampai diperoleh berat konstan.
Kapasitas lapang dihitung dengan rumus:
Keterangan:
W : Kapasitas Lapang
Tb : Berat Basah
Tk : Berat kering
Penghitungan kapasitas lapang didapatkan dengan cara sebagai berikut
No Sampel Tanah Berat basah Berat kering
1. (1 kg) 1248 g 612,4 g
2. (1 kg) 1235 g 590,0 g
3. (1 kg) 1166 g 620,0 g
Rata-rata 1216,33 g 607,46 g
25
, % = 100 ml/1 kg
W = 1000 ml/10 kg
Penyiraman dalam penelitian ini dilakukan dengan cara disiramkan perlahan-
lahan dengan menggunakan botol mineral yang sebelumnya air diukur volumenya
1 liter.
3.4.4.3 Penyiangan
Penyiangan yaitu kegiatan untuk membersihkan tanaman pokok dari gulma yang
tumbuh tanpa dikehendaki di sekitar tanaman kedelai. Penyiangan dilakukan pada
saat tanaman umur 14 hst, penyiangan selanjutnya dilakukan pada waktu gulma
45 hst dengan cara mencabut.
3.4.4.4 Pemasangan ajir
Dalam penelitian ini dilakukan kegiatan pemasangan ajir dengan tujuan untuk
menyangga tanaman kedelai yang tumbuh tinggi agar tanaman tidak mudah
roboh. Pemasangan ajir ini dilakukan pada tanaman berumur 35 hst.
26
3.4.4.5 Pengendalian hama dan penyakit
Dalam penelitian ini dilakukan pengendalian hama secara mekanis yaitu dengan
cara membuang bagian tanaman yang terserang hama agar tidak menular ke
tanaman lainnya saat tanaman umur 17 HST, pengendalian selanjutnya dilakukan
pada saat umur 35 HST dengan menggunakan pestisida dan pengendalian
penyakit dilakukan penyemprotan menggunakan pestisida.
3.5 Pemupukan
Pemupukan menggunakaan pupuk kandang 10 ton/ha setara dengan 50
gram/polybag dengan cara mengaduk dengan tanah saat persiapan tanam dan
pemberian urea dengan dosis 200 kg/ha setara 1 gram/polybag dan KCl 200 kg/ha
setara 1 gram/polybag sebagai pupuk dasar diberikan pada saat tanaman berumur
7 hari. Sedangkan pupuk P diberikan secara bertahap, yaitu ½ bagian pada 7 hari
setelah tanam dan ½ bagian pada umur 21 hari setelah tanam. Pemberian pupuk P
(SP-36) sesuai perlakuan: yaitu pupuk SP-36 sebanyak 50 kg/ha setara 0,25
g/polybag (p1), dosis pupuk SP-36 sebanyak 100 kg/ha setara 0,50 g/polybag (p2)
dan dosis pupuk SP-36 sebanyak 150 kg/ha setara 0,75 g/polybag (p3).
Pemupukan dilakukan dengan cara ditaburkan dipinggir tanaman dengan jarak 5
cm.
3.7 Pemanenan
Pemanenan kedelai dilakukan pada saat tanaman berumur 84 hst dan keadaan
polong berwarna kecoklatan yang nampak pada tanaman kedelai. Pemanenan
dilakukan di pagi hari agar keadaan polong tidak pecah – pecah dengan cara
27
memotong pangkal pada batang tanaman, selanjutnya dilakukan pengeringan
berangkasan di bawah terik matahari dengan cara dihamparkan di atas lantai
jemuran dan diberi alas kantong. Penjemuran dilakukan selama 3 – 5 hari,
kemudian dilakukan pengupasan polong dengan cara memukul berangkasan yang
dimasukkan kantong plastik dengan kayu dan dilanjutkan dengan pembersihan
biji dari daun, sisa – sisa polong dan kotoran lainnya.
3.8 Pengamatan
Peubah – peubah yang diamati adalah sebagai berikut:
1. Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran dimulai dari permukaan tanah sampai ujung batang primer pada 4
tanaman sampel dilakukan dengan interval 2 minggu sekali sampai umur 6
minggu, rata- rata tinggi tanaman dinyatakan dalam satuan cm.
2. Laju Tumbuh Relatif (LTR) (gram/hari)
Kemampuan tanaman menghasilkan bahan kering hasil asimilasi tiap satuan
luas lahan tiap satuan waktu mulai dari periode 21 hari setelah tanam sampai
28 hari setelah tanam.
Keterangan:
W1 = bobot kering tanaman periode 21 hst.
W2 = bobot kering tanaman periode 28 hst.
t1 = waktu pengamatan pada 21 hst.
t2 = waktu pengamatan pada 28 hst.
28
3. Nisbah Pupus Akar (NPA) umur 21 HST dan 28 HST
Nisbah pupus akar diukur dari pangkal batang sampai ujung akar ditentukan
dengan membandingkan berat kering pupus dengan berat kering akar dalam
bentuk persen (%).
4. Jumlah Cabang Produktif (buah)
Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah cabang yang
menghasilkan polong bernas. Dan pengaamatan ini dilakukan pada saat panen.
5. Persentase Polong Isi (%)
Pengamatan persentase polong isi dilakukan dengan cara menghitung pada
setiap rumpun pada tanaman sampel di setiap petak perlakuan, dilakukan pada
saat panen dan dinyatakan dalam satuan buah.
6. Jumlah Polong Total (Polong)
Dilakukan dengan cara menghitung jumlah polong total (jumlah polong isi dan
tidak isi) pada tanaman sampel, dilakukan pada saat panen dan rata-rata jumlah
polong ini dinyatakan dalam satuan luas.
7. Bobot 100 Biji (gram)
Pengamatan dilakukan setelah pengeringan dengan cara menimbang 100 biji
kedelai setelah biji kedelai dijemur sampai beratnya konstan. Rata-rata bobot
dinyatakan dalam satuan gram.
29
8. Hasil Biji per Tanaman (gram)
Pengamatan dilakukan setelah panen dengan mengambil seluruh tanaman
dalam satu plot percobaan dan ditimbang setelah dikeringkan kemudian
hasilnya dikonversikan dalam satuan gram/polybag.
30
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
4.1.1 Tinggi Tanaman
Data pengamatan dan hasil analisis ragam tinggi tanaman kedelai umur 2, 4 dan 6
minggu setelah tanam disajikan pada (Tabel 6, 7 dan 8, Lampiraan). Hasil
analisis ragam menunjukkan bahwa penyiraman dan pemberian pupuk fosfor
berbagai tingkat dosis tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman kedelai, begitu
pula interaksi diantara kedua faktor perlakuan tersebut (Tabel 9, Lampiran).
Tabel . Tinggi Tanaman Kedelai Umur 6 MST akibat Pengaruh Penyiraman dan
Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis
Penyiraman
1 L/hari (A)
Dosis Pupuk SP-36 (P) (kg/ha)
50 100 150
2
-------------------------cm-----------------------
99,08 111,25 108,50
3 92,17 102,50 99,17
4 96,42 101,00 89,42
Tabel 1 menunjukkan bahwa penyiraman 2 hari sekali menghasilkan tinggi
tanaman relatif lebih tinggi yang dipupuk 100 kg SP-36/ha.
31
Gambar 1. Tinggi Tanam Kedelai Umur 2, 4 dan 6 MST
Keterangan:
a1p1 = Penyiraman 2 hari sekali dan dosis pupuk SP-36 50 kg/ha
a1p2 = Penyiraman 2 hari sekali dan dosis pupuk SP-36 100 kg/ha
a1p3 = Penyiraman 2 hari sekali dan dosis pupuk SP-36 150 kg/ha
a2p1 = Penyiraman 3 hari sekali dan dosis pupuk SP-36 50 kg/ha
a2p2 = Penyiraman 3 hari sekali dan dosis pupuk SP-36 100 kg/ha
a2p3 = Penyiraman 3 hari sekali dan dosis pupuk SP-36 150 kg/ha
a3p1 = Penyiraman 4 hari sekali dan dosis pupuk SP-36 50 kg/ha
a3p2 = Penyiraman 4 hari sekali dan dosis pupuk SP-36 100 kg/ha
a3p3 = Penyiraman 4 hari sekali dan dosis pupuk SP-36 150 kg/ha
0
20
40
60
80
100
120
2MST 4 MST 6 MST
a1p1
a1p2
a1p3
a2p1
a2p2
a2p3
a3p1
a3p2
a3p3
Umur Tanaman Kedelai
Tin
gg
i T
anam
an (
cm)
32
Gambar 1 memperlihatkan pertumbuhan tinggi tanaman kedelai dari umur 2, 4
dan 6 mst. Pada awal pengamatan 2 mst perlakuan yang berbeda menunjukkan
tinggi tanaman meningkat sejajar, dan pada pengamatan 4 mst pertumbuhan tinggi
tanaman mengalami kenaikan yang relatif sama, begitu juga pengamatan 6 mst
menunjukkan kenaikan pada tinggi tanaman yang relatif sama.
4.1.2 Laju Tumbuh Relatif (LTR)
Data pengamatan dan hasil analisis ragam laju tumbuh relatif (LTR) kedelai
disajikan pada (Tabel 10 dan 11, Lampiran). Hasil analisis ragam bahwa
penyiraman menunjukkan perbedaan yang nyata tehadap LTR sedangkan
pemberian pupuk fosfor berbagai tingkat dosis tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata dan tidak terjadi interaksi diantara kedua faktor perlakuan tersebut
(Tabel 11, Lampiran).
Tabel 2. Laju Tumbuh Relatif (LTR) Kedelai akibat Pengaruh Penyiraman dan
Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis
Penyiraman
1 L/hari (A)
Dosis pupuk SP-36 (P) (kg/ha) Rerata 50 100 150
---------------gram/hari--------------
2 hari 0,2965 0,2834 0,4178 0,3326 B
3 hari 0,2754 0,1803 0,1336 0,1964 A
4 hari 0,1686 0,2548 0,1675 0,1969 A
Rerata 0,2468 a 0,2395 a 0,2396 a
BNT A= 0,1135 BNT:P=0,1135
Keterangan: Angka-angka yang menujukkan huruf yang sama (huruf besar arah
kolom, huruf kecil arah baris) tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%
Hasil uji BNT menunjukkan bahwa perlakuan penyiraman memberikan perbedaan
yang nyata terhadap LTR tanaman kedelai. Pada penyiraman 2 hari sekali
33
meningkat 69,35% dibandigkan penyiraman 3 hari sekali dan penyiraman 2 hari
sekali meningkat 68,92% dibanding dengan penyiraman 4 hari sekali (Tabel 2).
4.1.3 Nisbah Pupus Akar (NPA) (umur 21 HST)
Data pengamatan dan hasil analisis ragam nisbah pupus akar kedelai pada umur
21 hst disajikan pada (Tabel 14 dan 15, Lampiran). Hasil analisis ragam
menunjukkan bahwa penyiraman dan pemberian pupuk fosfor berbagai tingkat
dosis tidak berbeda nyata terhadap nisbah pupus akar kedelai umur 21 hst serta
tidak terjadi interaksi diantara kedua faktor perlakuan tersebut (Tabel 15,
Lampiran).
Tabel 3. Nisbah Pupus Akar Kedelai Umur 21 HST akibat Pengaruh Penyiraman
dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis
Penyiraman
1 L/hari (A)
Dosis Pupuk SP-36 (P) (kg/ha)
50 100 150
2 4,78 4,36 5,58
3 6,51 3,95 5,69
4 5,32 4,06 4,58
Tabel 3 menunjukkan bahwa penyiraman 3 hari sekali menghasilkan nisbah pupus
akar kedelai umur 21 hst relatif lebih tinggi yang dipupuk 50 kg SP-36/ha.
4.1.4 Nisbah Pupus Akar (NPA) (umur 28 HST)
Data pengamatan dan hasil analisis ragam nisbah pupus akar kedelai pada umur
28 hst disajikan pada (Tabel 16 dan 17, Lampiran). Hasil analisis ragam
menunjukkan bahwa penyiraman dan pemberian pupuk fosfor berbagai tingkat
dosis tidak berbeda nyata terhadap nisbah pupus akar kedelai umur 28 hst serta
34
tidak terjadi interaksi diantara kedua faktor perlakuan tersebut (Tabel 17,
Lampiran).
Tabel 4. Nisbah Pupus Akar Kedelai Umur 28 HST akibat Pengaruh Penyiraman
dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis
Penyiraman
1 L/hari (A)
Dosis Pupuk SP-36 (P) (kg/ha)
50 100 150
2 3,34 2,94 3,09
3 3,17 2,68 2,18
4 2,40 2,89 2,61
Tabel 4 menunjukkan bahwa penyiraman 2 hari sekali menghasilkan nisbah pupus
akar kedelai umur 21 hst relatif lebih tinggi yang dipupuk 50 kg SP-36/ha.
4.1.5 Jumlah Cabang
Data pengamatan dan hasil analisis ragam jumlah cabang tanaman kedelai
disajikan pada (Tabel 18 dan 19, Lampiran). Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa penyiraman dan pemberian pupuk fosfor berbagai tingkat dosis tidak
berbeda nyata terhadap jumlah cabang kedelai serta tidak terjadi interaksi diantara
kedua faktor perlakuan tersebut (Tabel 19, Lampiran).
Tabel 5. Jumlah Cabang Kedelai akibat Pengaruh Penyiraman dan Pemberian
Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis
Penyiraman
1 L/hari (A)
Dosis Pupuk SP-36 (P) (kg/ha)
50 100 150
--------------------- buah ----------------------
2 4,58 5,08 5,25
3 5,08 4,67 5,75
4 4,83 4,75 4,83
35
Tabel 5 menunjukkan bahwa penyiraman 2 hari sekali menghasilkan jumlah
cabang tanaman kedelai relatif lebih tinggi yang dipupuk 50 kg SP-36/ha dan
100 kg SP-36 /ha.
4.1.6 Persentase Polong Isi
Data pengamatan dan hasil analisis ragam persentase polong isi kedelai disajikan
pada (Tabel 20 dan 21, Lampiran). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
penyiraman dan pemberian pupuk fosfor berbagai tingkat dosis tidak berbeda
nyata terhadap persentase polong isi kedelai serta tidak terjadi interaksi diantara
kedua faktor perlakuan tersebut (Tabel 21, Lampiran).
Tabel 6. Persentase Polong Isi Kedelai akibat Pengaruh Penyiraman dan
Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis
Tabel 6 menunjukkan bahwa penyiraman 2 hari sekali menghasilkan persentase
polong isi kedelai relatif lebih banyak yang dipupuk 100 kg SP-36/ha.
4.1.7 Jumlah Polong Total
Data pengamatan dan hasil analisis ragam jumlah polong total kedelai disajikan
pada (Tabel 22 dan 23, Lampiran). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
penyiraman dan pemberian pupuk fosfor berbagai tingkat dosis tidak berbeda
Penyiraman
1 L/hari (A)
Dosis Pupuk SP-36 (P) (kg/ha)
50 100 150
------------------------- % --------------------------
2 98,2918 99,3184 97,2360
3 95,9231 98,6614 96,9397
4 97,3781 95,8789 93,0860
36
nyata terhadap jumlah polong total kedelai serta tidak terjadi interaksi diantara
kedua faktor perlakuan tersebut (Tabel 23, Lampiran).
Tabel 7. Jumlah Polong Total Kedelai akibat Pengaruh Penyiraman dan
Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis
Tabel 7 menunjukkan bahwa penyiraman 2 hari sekali menghasilkan jumlah
polong total kedelai relatif lebih tinggi yang dipupuk 150 kg SP-36/ha.
4.1.8 Bobot 100 Biji
Data pengamatan dan hasil analisis ragam bobot 100 biji kedelai disajikan pada
(Tabel 24 dan 25, Lampiran). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
penyiraman dan pemberian pupuk fosfor berbagai tingkat dosis tidak berbeda
nyata terhadap bobot 100 biji kedelai serta tidak terjadi interaksi diantara kedua
faktor perlakuan tersebut (Tabel 25, Lampiran).
Tabel 8. Bobot 100 Biji Kedelai akibat Pengaruh Penyiraman dan Pemberian
Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis
Tabel 8 menunjukkan bahwa penyiraman 2 hari sekali menghasilkan bobot 100
biji kedelai relatif lebih tinggi yang dipupuk 100 kg SP-36/ha.
Penyiraman
1 L/hari (A)
Dosis Pupuk SP-36 (P) (kg/ha)
50 100 150
---------------------Buah --------------------
2 78,50 84,08 76,50
3 49,83 61,58 87,67
4 70,25 53,33 60,08
Penyiraman
1 L/hari (A)
Dosis Pupuk SP-36 (P) (kg/ha)
50 100 150
--------------------- gram --------------------
2 7,94 8,32 7,84
3 7,99 7,75 7,04
4 7,90 8,15 7,77
37
4.1.9 Hasil Biji per Tanaman
Data pengamatan dan hasil analisis ragam hasil biji per tanaman kedelai disajikan
pada (Tabel 26 dan 27, Lampiran). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
penyiraman memberikan perbedaan yang nyata terhadap hasil biji per tanaman
kedelai, sedangkan pemberian pupuk fosfor berbagai tingkat dosis tidak berbeda
nyata serta tidak terjadi interaksi diantara kedua faktor perlakuan tersebut (Tabel
27, Lampiran).
Tabel 9. Hasil Biji per Tanaman Kedelai akibat Pengaruh Penyiraman dan
Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis
Penyiraman
1 L/hari (A)
Dosis Pupuk SP-36 (P) (kg/ha) Rerata
50 100 150
--------------------gram ------------------
2 18,34 18,59 17,49 18,14 B
3 15,42 16,83 16,70 16,32 A
4 17,81 16,36 16,49 16,89 A
Rerata 17,19 a 17,26 a 16,89 a
BNT A= 1,28 BNT P = 1,28
Keterangan: Angka-angka yang menujukkan angka yang sama (huruf besar arah
kolom, huruf kecil arah baris) tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%
Hasil uji BNT menunjukkan bahwa perlakuan penyiraman memberikan perbedaan
yang nyata terhadap hasil biji per tanaman kedelai. Pada penyiraman 2 hari sekali
meningkat 11,15% dibanding penyiraman 3 hari sekali dan penyiraman 2 hari
sekali meningkat 7,42% dibanding dengan penyiraman 4 hari sekali (Tabel 9).
38
4.2 Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyiraman berbagai interval memberikan
pengaruh yang tidak nyata terhadap beberapa peubah yang diamati yaitu tinggi
tanam, nisbah pupus akar umur 21 hst, nisbah pupus akar umur 28 hst, jumlah
cabang, persentase polong isi, jumlah polong total, dan bobot 100 biji. Bahwa
pemberian air sebanyak 1 liter dengan interval penyiraman 2, 3 dan 4 hari sekali
menghasilkan ketersediaan air yang homogen, sehingga pertumbuhan dan
perkembangan kedelai relatif sama.
Namun penelitian ini menunjukkan bahwa penyiraman berbagai interval
memberikan pengaruh yang nyata terhadap peubah yang di amati yaitu laju
tumbuh relatif dan hasil biji per tanaman. Hasil penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa penyiraman 2 hari sekali meningkatkan laju tumbuh relatif
sebesar 69,35% dan 68,92% dibandingkan penyiraman 3 dan 4 hari sekali.
Penyiraman 2 hari dan 3 hari sekali memberikan perbedaan pada hasil biji per
tanaman kedelai sebanyak 11,15%, sedangkan penyiraman 2 hari dan 4 hari sekali
memberikan perbedaan pada hasil biji per tanaman kedelai sebanyak 7,42%. Hal
ini karena pada umumnya kebutuhan air tanaman kedelai sekitar 350-450 mm
selama pertumbuhan kedelai. Kedelai merupakan tanaman yang toleran terhadap
cekaman, kedelai masih dapat berproduksi bila cekaman tidak melebihi batas
maksimal 50% kapasitas lapang (Flatian, 2012). Selain itu semakin lama interval
pemberian air, maka tingkat ketersediaan air di dalam tanah semakin berkurang.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mattola dan Arma, (2012), penyiraman
dengan interval 2 hari memberikan pertumbuhan tanaman kedelai yang lebih baik
39
dibandingkan dengan penyiraman dengan interval 4, 6, dan 8 hari. Hasil-hasil
penelitian lain menghasilkan bahwa efisiensi pemakaian air berkaitan dengan luas
daun dan indeks luas daun (Ritchie, 1983), kecepatan pertumbuhan akar, panjang
akar, volume akar (Taylor, 1983), elastisitas dinding sel, nisbah tajuk akar, jumlah
stomata, tipe pertumbuhan dan hasil panen kedelai (Quisenberry dan Roark,
1976).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk fosfor berbagai tingkat
dosis berpengaruh tidak nyata terhadap semua peubah yang diamati. Hal ini
diduga meskipun dilakukan peningkatan pemberian pupuk fosfor, namun tidak
semua mampu diserap oleh tanaman, disebabkan P yang tersedia pada tanah
penelitian sudah cukup banyak yaitu 8,68 ppm. Berdasarkan perhitungan dalam 1
ha jika ditambahkan pupuk SP-36 sebanyak 100 kg/ha menjadi 48,22 kg SP-
36/ha yang tersedia dalam tanah. Unsur hara P merupakan komponen penting
dalam pertumbuhan tanaman, unsur hara banyak tersedia dalam tanah, sehingga
tanaman kedelai dapat memanfaatkannya untuk kebutuhan metabolismenya.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi yang nyata
antara penyiraman dan pemberian pupuk fosfor berbagai tingkat dosis terhadap
semua peubah yang diamati. Penyiraman 2, 3 dan 4 hari sekali sebanyak 1 liter
mampu menyediakan air yang cukup tersedia bagi tanaman kedelai, dengan
interval penyiraman tersebut mampu melarutkan pupuk P sehingga kelarutan
pupuk P juga sama. Hal ini memperlihatkan bahwa pupuk P pada berbagai
interval penyiraman sama tingkat kelarutannya. Di pihak lain pertumbuhan akar
yang diakibatkan oleh pemupukan P juga sama. Sehingga serapan oleh akar
40
melaui difusi juga akan sama di uptake oleh kedelai terutama pada saat
pertumbuhan.
41
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Penyiraman tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman, nisbah
pupus akar umur 21 HST, nisbah pupus akar umur 28 HST, jumlah cabang,
persentase polong isi, jumlah polong total, dan bobot 100 biji kecuali pada
peubah LTR dan hasil biji per tanaman. Penyiraman 2 hari sekali sebanyak 1
liter menghasilkan peningkatan LTR dan hasil biji per tanaman sebesar
69,35% dan 68,92% dan 11,15% dan 7,24% dibandingkan dengan
penyiraman 3 dan 4 hari sekali, secara berurutan.
2. Pemberian pupuk fosfor berbagai tingkat dosis tidak berpengaruh nyata
terhadap semua peubah yang diamati pada pertumbuhan dan hasil kedelai.
3. Tidak terdapat interaksi antara penyiraman dan pemberian pupuk fosfor
berbagai tingkat dosis terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian serupa dengan berbagai interval penyiraman yang lebih
jarang dan pemberian pupuk fosfor berbagai tingkat dosis yang bervariasi. Agar
diperoleh informasi tentang teknik budidaya kedelai lebih lengkap.
42
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 2000. Kedelai. Kanisius. Yogyakarta. Hal. 11-23.
Adisarwanto. 2008. Budidaya Kedelai Tropika. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal.
7-14.
Adisarwanto. 2014. Budidaya Kedelai Tropika. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal.
5-25.
Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi TanamanPangan ISSN 2088-6993 Nomor
Publikasi: 05110.1508.182 halaman.publikasi/1103. Diakses pada tanggal
9Januari 2016.
Gardner, F.P., Pearce R.B, dan Mitchell, R. L. 1989.Fisiologi Tanaman Budidaya.
Diterjemahkan oleh Susilo, H dan Subiyanto., 1991. Penerbit
Universitas Indonesia (UI Press). Jakarta.
Daryono, D.K. Suanda, dan I G. A. M. Sri Agung. 2003. Evaluasi Zona
Agroklimat Oldeman Daerah Bali Berdasarkan Pemutahiran Data Curah
Hujan Hingga Tahun 2000. Jurnal Agritop, Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian.
3(2). :93-97.
Flatian, A. N. 2012. Bundidaya Kedelai. IPB. Bogor. http/nico03.soil.
wordpress.co.id diakses 07 September 2016
Hakim, Nurhajati., M. Yusuf Nyakpa, A.M. Lubis, Sutopo Ghani
Nugroho,M.Amin Diha, Go Ban hong, dan Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu
Tanah.Universitas Lampung press. Lampung. Hal. 65.
Harini Y. Bartham Rr. 2002. Respon Tanaman Kedelai (Glycine max.(L.)Merill)
Terhadap Pemupukan Fosfor dan Kompos Jerami pada Tanaman
Ultisol.Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia.4(2):78-83.
Hendriyani, I, S. dan Setiaria, N. (2009). Kandungan Klorofil dan Pertumbuhan
Kacang Panjang (Vigna sinensis) pada Tingkat Penyediaan Air yang
Berbeda. Artikel Penelitian. FPMIPA. Universitas Diponegoro.
Lingga, P. dan Marsono. 2000. Petunjuk Penggunan Pupuk. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Mattola,M. dan M. J. Arma, 2012. Pertumbuhan Tanaman Kedelai(Glycine max
(L.) Merril) Pada Berbagai Interval Penyiraman Dan Takaran Pupuk
Kandang. Jurnal Agroteknos. 4 (2): 78-86.
43
Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Institut Pertanian
Bogor Press. Bogor.
Noor, I dan Arintadisastra Sumitro. 2012. Revolusi Pertanian dan Kearifan Lokal.
Bandung.
Pardiyo. 2005. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Tingkat Dosis Pupuk Fospat
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Glycine max(L.)
Merril).(Skripsi). Sekolah Tinggi Pertanian Dharma Wacana Metro
Lampung.
Parwati, D. 2007. Pengaruh Frekuensi Penyiraman dan Lama Penyimpanan
terhadap Pertumbuhan Bibit Jarak Pagar (Jatropha curcas (L.))
(http://balittas.litbang.deptan.go.id/ind/viewer.Diakses 20 Januari 2016).
Rahmat, A. 2013. Pengaruh Irigasi dan Mulsa Kulit Singkong Terhadap Air
Tanah Serta Pertumbuhan Tanaman Nanas.(Skripsi).Universitas Lampung.
Quienberry, JE, andRoark. 1976. Inflansi dari indeterminit pertumbuhan pada
irigasi air menggunakan efisiensi di daerah pegunungan. Crop Sci. 16: 762-
765. Diakses pada tanggal 29 September 2016. http://www.google.com.
Ricthie JT. 1983. Pengunaan Air Yang Efisien Dalam Produksi Tanaman. Diskusi
Tentang Hubungan Antara Produksi Biomassa dan Evapotranspirasi.
Dalam; Taylor, H.H., W.R. Jordan, T.S. Sinclair.( Edisi). Batasan Efisiensi
Air Dalam Produksi Tanaman. Amer. Soc. Dari agronomi. Inc Wisconsin.
hal. 29-44.
Rosmarkam, A dan Yuwono, N.W.2002.Ilmu Kesuburan Tanah.
Kanisius.Yogyakarta.
Rukmana, R. 1996. Kedelai Budidaya dan Pasca Panen.Konisius. Yogyakarta.
Sarawa, Nurmas Andi, dan Dasril Aj Muh. 2012. Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Kedelai(Glycine max (L.)Merril) Yang Diberi Pupuk Guano Dan
Mulsa Alang-Alang. Kendari. Jurnal Agroteknos.2(2) :97-105.
Septiatin, A. 2012. Meningkatkan Produksi Kedelai di Lahan Kering, Sawah, dan
Pasang Surut.CV. Yrama Widya. Bandung.
Setyati. 1991. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sinaga, B. M. 2007. Kepekaan Tanah Kedelai (Glycine max (L.)Merril) Terhadap
Kadar Air pada Beberapa Jenis Tanah. (Skripsi). Universitas Sumatera
Utara (USU). Medan.
44
Suhartono. R. A, Zm Zaed Sidqi, Khoiruddin. Ach. 2008. Pengaruh Interval
Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Glycine
max(L.)Merril). Pada Berbagai Jenis Tanah. Universitas Trunojoyo
Madura(Unijoyo).
Supadma, A.A Nyoman, Pudja I Nyoman dan Mega I Made. 2014. Peningkatan
Hasil Kedelai Melalui Pemberian Organik Cair dan Dosis Pupuk Fosfat.
Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Bali.
Suprapto, HS. 1999. Bertanam Kedelai, PT. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal. 35-41
Sutedjo, MM. 2008.Pupuk dan Cara Pemupukan.Jakarta:Rinekacipta: Jakarta.
Taylor, HM. 1983. Gambaran Sistem Pengelolaan Untuk Efisiensi. Di Taylor
HM. Jordan WR, adan Sinclair TS. (eds). Batasan efisiensi air dalam
produksi tanaman. Amer. Soc. Dari agronomi. Inc Wisconsin. Hal. 87-113.
http://www.google.com.
Utomo dan Islami. 1991. Budidaya Pertanian Olah Tanah Konservasi. Makalah
Jumpa Paket Teknlogi Pertanian. Bandar Lampung.
Wahab, Arman dan Dahlan.2005. Efek Emaskulasi dan Pemberian Berbagai
Pupuk Popro Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Baby Corn. Sekolah
Tinggi Penyuluhan Pertanian Gowa. http://www. stppgowa.ac.id/
informasi/download-centre/category/8-hayati-2006-vol-2-no-1. Diakses 09
Januari 2016.
Wargito. 1997. Pengaruh Pupuk Organik dan Urea Terhadap Pertumbuhan dan
Produsi Kedelai(Glycine max(L.)Merill) (Skripsi).Sekolah Tinggi Pertanian
Dharma Wacana Metro Lampung.
45
Tabel 1. Deskripsi Tanamanan Kedelai Varietas Anjasmoro
Nama varietas Anjasmoro
Potensi hasil (ton/ha) 2,03-2,25 ton/ha
Warna hipokotil Ungu
Warna epikotil Ungu
Warna bunga Ungu
Warna daun Hijau
Warna bulu Putih
Warna kulit biji Kuning
Warna hilum Kuning Kecokelatan
Bentuk daun Oval
Tipe pertumbuhan Determinate
Umur berbunga (hari) 37,7-39,4 hari
Umur polong masak (hari) 82,5- 92,5 hari
Tinggi tanamanan(cm) 64-68 cm
Berat 100 biji (g) 14,8- 15,3 gram
Sifat- sifat lain Polong tidak mudah pecah
Sumber:http//iswanto.1980.blogspot.in/2015/11/varietas-anjasmoro.-
deskripsi.html. Diakses 09 januari 2016.
46
Tabel 2. Rumus Perhitungan Pupuk dalam Satuan Polybag Berdasarkan Volume
Tanah.
Berat tanah dalam 1 ha?
= 2x 109dm
3
= 2x 106
kg
1). Pupuk kandang10 ton/ ha
=
= 0,5kg = 50gram/polybag
2). Pupuk urea 200kg/ha
Berat tanah = 2. 106 kg/ha = 10 kg/polybag, urea 200 kg/ha
=
= 0,0001 kg = 1 gram/polybag
3). Pupuk KCl 200kg/ha
Berat tanah = 2. 106 kg/ha = 10 kg/polybag, KCl 200 kg/ha
=
= 0,0001 kg = 1 gram/polybag
4). Pupuk SP-36 50 kg/ha (p1)
Berat tanah = 2. 106 kg/ha = 10 kg/polybag,SP-36 50 kg/ha
=
= 0,00025 kg = 0,25 gram/polybag
5). Pupuk SP-36 100 kg/ha (p2)
Berat tanah = 2. 106 kg/ha = 10 kg/polybag, SP-36 100 kg/ha
=
= 0,00050 kg = 0,50 gram/polybag
6. ). Pupuk SP-36 150 kg/ha (p3)
Berat tanah = 2. 106 kg/ha = 10 kg/polybag, SP-36 150 kg/ha
=
= 0,00075 kg = 0,75 gram/polybag.
47
Tabel 3. Data Analisi Tanah
48
NO. kegiatan Mei 2016
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
1 Pengukuran Sampel Tanah
2 Pengisian Polibag
3 Pembuatan Naungan
4 Penanaman
5 Aplikasi Penyiraman
6 Aplikasi Pupuk Dasar dan Perlakuan
NO. Kegiatan Mei 2016- Juni 2016
24 25 26 27 28 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
7 Pengendalian Gulma ke 1
8 Pengamatan Tinggi Tanam 1
9 Pengukuran LTR ke 1
10 Pengukuran NPA ke 1
11 Aplikasi Pupuk SP-36 ke 2
12 Pengukuran tinggi tanam ke 2
13 Pengukuran LTR ke2
14 Pengukuran NPA ke 2
NO. Kegiatan Juni 2016- Juli 2016
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 1 2 3
16 Pemberian Ajir
17 Pengukuran Tinggi Tanam ke 3
18 Pengendalian Hama
49
NO. Kegiatan Juli 2016
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
19 Pengendalian Gulma ke 2
NO. Kegiatan Juli 2016 Agustus 2016
24 25 26 27 28 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
20 Panen
21 Penghitungan Jumlah Cabang
22 Perhitugan Polon Isi
23 Perhitungan Polong Total
24 Penjemuran
25 Penimbangan 100 Biji
26 Penimbangan Hasil Biji per
Tanaman
50
Tabel 5. Jadwal Kegiatan Penyiraman
Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at sabtu 1a1- a3 2 --- 3a1a2- 4---
5a1-a3 6 -a2- 7a1 - - 8 --- 9a1a2a3 10 - -- 11a1--
12 -a2- 13a1- a3 14 --- 15a1a2- 16 -- - 17a1-a3 18 -a2-
19a1-- 20 --- 21a1a2a3 22 - - - 23 a1 -- 24 - a2- 25a1- a3
26 --- 27 a1a2- 28 --- 29a1-a3 30 -a2-
keterangan :
a1= penyiraman 2 hari sekali
a2= penyiraman 3 hari sekali
a3= penyiraman 4 hari sekali
Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat sabtu
1 2 3 4 - 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14
15 16 tnm 17 --- 18 a1-- 19-a2- 20 a1-a3 21 ---
22a1a2- 23--- 24a1 -a3 25-a2- 26 a1- - 27 - - - 28 a1a2a3
29 --- 30 a1-- 31-a2
Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at sabtu
1 a1-- 2 ---
3 a1 a2a3 4 --- 5 a1-- 6- a2- 7 a1- a3 8 --- 9 a1 a2-
10 --- 11 a1-a3 12 - a2- 13 a1-- 14--- 15a1 a2a3 16 ---
17 a1-- 18--- 19 a1 a2a3 20--- 21 a1-- 22 - a2- 23 a1-a3
24 --- 25 a1-- 26 -a2- 27 -- a3 28 29 30
31 1 2 Panen 3 4 5 6
Mei
I
Juni
I
Juli
I
51
Tabel 6. Tinggi Tanaman Kedelai Umur 2 MST akibat Pengaruh Penyiraman dan
Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-rata I II III
..…..…………..…cm…..……………………………………………
a1p1 15,00 14,50 15,75 45,25 15,08
a1p2 16,75 15,75 16,00 48,50 16,17
a1p3 14,50 15,25 15,00 44,75 14,92
a2p1 15,25 14,50 15,00 44,75 14,92
a2p2 16,00 15,50 15,50 47,00 15,67
a2p3 14,75 15,50 15,25 45,50 15,17
a3p1 13,50 14,25 15,50 43,25 14,42
a3p2 14,50 15,00 15,50 45,00 15,00
a3p3 15,25 14,25 14,75 44,25 14,75
Jumlah 135,50 134,50 138,25 408,25
Rata-rata 15,06 14,94 15,36 15,12
Tabel 7. Tinggi Tanaman Kedelai Umur 4 MST akibat Pengaruh Penyiraman dan
Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-rata I II III
………….………..cm..………………………………………
a1p1 54,50 52,00 47,75 154,25 51,42
a1p2 48,00 43,00 48,25 139,25 46,42
a1p3 59,75 47,75 48,00 155,50 51,83
a2p1 50,50 42,75 48,00 141,25 47,08
a2p2 52,25 45,25 62,00 159,50 53,17
a2p3 44,50 50,00 49,25 143,75 47,92
a3p1 41,00 44,00 50,00 135,00 45,00
a3p2 42,00 51,75 45,75 139,50 46,50
a3p3 45,50 41,25 40,75 127,50 42,50
Jumlah 438,00 417,75 439,75 1.295,50
Rata-rata 48,67 46,42 48,86 47,98
Keterangan :
a1 : Penyiraman 2 hari sekali
a2 : Penyiraman 3 hari sekali
a3 : Penyiraman 4 hari sekali
p1 : Dosis pupuk fosfor 50 kg/ha
p2 : Dosis pupuk fosfor 100 kg/ha
p3 : Dosis pupuk fosfor 150 kg/ha
52
Tabel 8. Tinggi Tanaman Kedelai Umur 6 MST akibat Pengaruh Penyiraman dan
Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-rata I II III
…………………...cm..…………………………………………
a1p1 114,00 88,25 95,00 297,25 99,08
a1p2 116,00 114,50 103,25 333,75 111,25
a1p3 136,00 93,50 96,00 325,50 108,50
a2p1 99,00 86,00 91,50 276,50 92,17
a2p2 100,50 97,75 109,25 307,50 102,50
a2p3 96,25 104,50 96,75 297,50 99,17
a3p1 94,50 93,00 101,75 289,25 96,42
a3p2 88,75 114,25 100,00 303,00 101,00
a3p3 92,75 78,50 97,00 268,25 89,42
Jumlah 937,75 870,25 890,50 2698,50
Rata-rata 104,19 96,69 98,94 99,94
Keterangan :
a1 : Penyiraman 2 hari sekali
a2 : Penyiraman 3 hari sekali
a3 : Penyiraman 4 hari sekali
p1 : Dosis pupuk fosfor 50 kg/ha
p2 : Dosis pupuk fosfor 100 kg/ha
p3 : Dosis pupuk fosfor 150 kg/ha
Tabel 9. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Kedelai Umur 6 MST akibat Pengaruh
Penyiraman dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis
Sumber Keragaman Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5%
Kelompok 2 266,600708 133,3004 1,0240 tn
3,63
Perlakuan 8 1181,322876 147,6654 1,1343 tn
2,59
Penyiraman (A) 2 565,989563 282,9948 2,1739 tn
3,63
Dosis fosfor (P) 2 378,072906 189,0365 1,4521 tn
3,63
A P 4 237,260406 59,3151 0,4556 tn
3,01
Acak 16 2082,857666 130,1786
Non-aditif 1 46,406154 46,4062 0,3418 tn
4,54
Sisa 15 2036,451512 135,7634
Total 26 3530,7813 KK= 11,4159%
Keterangan:
* = berbeda nyata 5% tn
= tidak berbeda nyata
KK = koefisien keragaman
uji homogenitas : -hitung = 8,5 < -Tabel = 15,5 (Data homogen)
53
Tabel 10. Laju Tumbuh Relatif (LTR) Kedelai akibat Pengaruh Penyiraman dan
Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-rata I II III
…………..…gram/hari………………………………………….
a1p1 0,3180 0,2171 0,3543 0,8894 0,2965
a1p2 0,3070 0,0871 0,4564 0,8505 0,2834
a1p3 0,4042 0,4507 0,3986 1,2535 0,4178
a2p1 0,1790 0,4843 0,1629 0,8262 0,2754
a2p2 0,2095 0,1257 0,2057 0,5409 0,1803
a2p3 0,1222 0,1500 0,1286 0,4008 0,1336
a3p1 0,1264 0,1414 0,2379 0,5057 0,1686
a3p2 0,3994 0,2429 0,1221 0,7644 0,2548
a3p3 0,2424 0,1743 0,0857 0,5024 0,1675
Jumlah 2,3081 2,0735 2,1522 6,5338
Rata-rata 0,2565 0,2304 0,2391 0,2420
Keterangan :
a1 : Penyiraman 2 hari sekali
a2 : Penyiraman 3 hari sekali
a3 : Penyiraman 4 hari sekali
p1 : Dosis pupuk fosfor 50 kg/ha
p2 : Dosis pupuk fosfor 100 kg/ha
p3 : Dosis pupuk fosfor 150 kg/ha
Tabel11. Analisis Ragam Laju Tumbuh Relatif (LTR) Kedelai akibat Pengaruh
Penyiraman dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis
Sumber Keragaman Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Table
5%
Kelompok 2 0,0003157 0,0016 0,1223 tn
3,63
Perlakuan 8 0,190139 0,0238 1,8423 tn
2,59
Penyiraman (A) 2 0,110760 0,0554 4,2928 * 3,63
Dosis fosfor (P) 2 0,000316 0,0002 0,0122 tn
3,63
A P 4 0,079064 0,0198 1,5322 tn
3,01
Acak 16 0,206410 0,0129
Non-aditif 1 0,000587 0,0006 0,0428 tn
4,54
Sisa 15 0,205823 0,0137
Total 26 0,399706 KK= 46,9127%
Keterangan:
* = berbeda nyata 5% tn
= tidak berbeda nyata
KK = koefisien keragaman
uji homogenitas : -hitung= 13.4 < -Tabel = 15,5 (Data homogen)
54
Tabel 12. Laju Tumbuh Relatif (LTR) Kedelai akibat Pengaruh Penyiraman dan
Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis (Transformasi )
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-rata I II III
………..……..gram/hari………………………………………
a1p1 0,5640 0,4460 0,5950 1,6050 0,5350
a1p2 0,5540 0,2950 0,6750 1,5240 0,5080
a1p3 0,6360 0,6720 0,6320 1,9400 0,6467
a2p1 0,4230 0,6960 0,4040 1,5230 0,5077
a2p2 0,4580 0,3550 0,4540 1,2670 0,4223
a2p3 0,3490 0,3870 0,3590 1,0950 0,3650
a3p1 0,3610 0,3750 0,4880 1,2240 0,4080
a3p2 0,6320 0,4930 0,3490 1,4740 0,4913
a3p3 0,4920 0,4170 0,2930 1,2020 0,4007
Jumlah 4,4690 4,1360 4,2490 12,8540
Rata-rata 0,4966 0,4596 0,4721 0,4761
Keterangan :
a1 : Penyiraman 2 hari sekali
a2 : Penyiraman 3 hari sekali
a3 : Penyiraman 4 hari sekali
p1 : Dosis pupuk fosfor 50 kg/ha
p2 : Dosis pupuk fosfor 100 kg/ha
p3 : Dosis pupuk fosfor 150 kg/ha
Tabel 13. Analisis Ragam Laju Tumbuh Relatif (LTR) Kedelai (Transformasi
akibat Pengaruh Penyiraman dan Pemberian Pupuk Fosfor
Berbagai Tingkat Dosis
Sumber Keragaman Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5%
Kelompok 2 0,005742 0,002871 0,2181 tn
3,63
Perlakuan 8 0,183585 0,022948 1,7435 tn
2,59
Penyiraman (A) 2 0,106058 0,053029 4,0290 * 3,63
Dosis fosfor (P) 2 0,001128 0,000564 0,0429 tn
3,63
A P 4 0,076400 0,019100 1,4512 tn
3,01
Acak 16 0,210589 0,013162
Total 26 0,399917
Keterangan:
* = berbeda nyata 5% tn
= tidak berbeda nyata
KK = koefisien keragaman
uji homogenitas : -hitung = 13,4< -Tabel = 15,5 (Data homogen)
55
Tabel 14. Nisbah Pupus Akar (NPA) Kedelai Umur 21 HST akibat Pengaruh
Penyiraman dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-rata I II III
a1p1 5,66 6,18 2,49 14,33 4,78
a1p2 6,20 2,29 4,59 13,08 4,36
a1p3 5,17 5,65 5,91 16,73 5,58
a2p1 9,54 3,00 7,00 19,54 6,51
a2p2 2,84 1,00 8,00 11,84 3,95
a2p3 6,80 4,12 6,15 17,07 5,69
a3p1 5,21 2,79 7,96 15,96 5,32
a3p2 2,43 3,52 6,23 12,18 4,06
a3p3 4,77 1,51 7,46 13,74 4,58
Jumlah 48,62 30,06 55,79 134,47
Rata-rata 5,40 3,34 6,20 4,98
Keterangan :
a1 : Penyiraman 2 hari sekali
a2 : Penyiraman 3 hari sekali
a3 : Penyiraman 4 hari sekali
p1 : Dosis pupuk fosfor 50 kg/ha
p2 : Dosis pupuk fosfor 100 kg/ha
p3 : Dosis pupuk fosfor 150 kg/ha
Tabel15. Analisis Ragam Nisbah Pupus Akar (NPA) Kedelai Umur 21 HST
akibat Pengaruh Penyiraman dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai
Tingkat Dosis
Sumber Keragaman Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5%
Kelompok 2 39,182026 19,5910 4,6380 * 3,63
Perlakuan 8 1,840204 2,2300 0,5279 tn
2,59
Penyiraman (A) 2 2,475864 1,2379 0,2931 tn
3,63
Dosis fosfor (P) 2 10,233026 5,1165 1,2113 tn
3,63
A P 4 4,771314 1,1928 0,2824 tn
3,01
Acak 16 67,583923 4,2240
Non-aditif 1 0,018068 0,0181 0,0040 tn
4,54
Sisa 15 67,565855 4,5044
Total 26 124,6062 KK= 41,2667%
Keterangan:
* = berbeda nyata 5% tn
= tidak berbeda nyata
KK = koefisien keragaman
uji homogenitas : -hitung= 67 < -Tabel = 15,5 (Data homogen)
56
Tabel 16. Nisbah Pupus Akar (NPA) Kedelai Umur 28 HST akibat Pengaruh
Penyiraman dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-rata I II III
a1p1 3,91 2,81 3,29 10,01 3,34
a1p2 3,77 1,49 3,57 8,83 2,94
a1p3 3,79 2,81 2,66 9,26 3,09
a2p1 2,78 3,49 3,23 9,50 3,17
a2p2 3,81 1,32 2,91 8,04 2,68
a2p3 2,65 2,31 1,58 6,54 2,18
a3p1 2,87 1,28 3,04 7,18 2,40
a3p2 4,57 1,98 2,11 8,67 2,89
a3p3 4,47 1,62 1,74 7,83 2,61
Jumlah 32,63 19,11 24,13 75,87
Rata-rata 3,63 2,12 2,68 2,81
Keterangan:
a1: Penyiraman 2 hari sekali
a2: Penyiraman 3 hari sekali
a3: Penyiraman 4 hari sekali
p1: Dosis pupuk fosfor 50 kg/ha
p2: Dosis pupuk fosfor 100 kg/ha
p3: Dosis pupuk fosfor 150 kg/ha
Tabel 17. Analisis Ragam Nisbah Pupus Akar (NPA) Kedelai Umur 28 HST
akibat Pengaruh Penyiraman dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai
Tingkat Dosis
Sumber Keragaman Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5%
Kelompok 2 10,362974 5,1815 8,6697 * 3,63
Perlakuan 8 3,388290 0,4235 0,7087 tn
2,59
Penyiraman (A) 2 1,328049 0,6640 1,1111 tn
3,63
Dosis fosfor (P) 2 0,533479 0,2667 0,4463 tn
3,63
A P 4 1,526762 0,3817 0,6386 tn
3,01
Acak 16 9,562441 0,5977
Non-aditif 1 0,213060 0,2131 0,3418 tn
4,54
Sisa 15 9,349381 0,6233
Total 26 23,3137 KK= 27,5154%
Keterangan:
* = berbeda nyata 5% tn
= tidak berbeda nyata
KK = koefisien keragaman
uji homogenitas : -hitung= 6,0 < -Tabel = 15,5 (Data homogen)
57
Tabel 18. Jumlah Cabang Tanaman Kedelai akibat Pengaruh Penyiraman dan
Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-rata I II III
………….…… buah…..………………………………………
a1p1 4,75 4,50 4,50 13,75 4,58
a1p2 6,75 4,25 4,25 15,25 5,08
a1p3 5,25 5,25 5,25 15,75 5,25
a2p1 4,75 5,25 5,25 15,25 5,08
a2p2 4,00 5,00 5,00 14,00 4,67
a2p3 6,25 5,50 5,50 17,25 5,75
a3p1 4,50 5,00 5,00 14,50 4,83
a3p2 5,25 4,50 4,50 14,25 4,75
a3p3 5,00 4,75 4,75 14,50 4,83
Jumlah 46,50 44,00 44,00 134,50
Rata-rata 5,17 4,89 4,89 4,98
Keterangan:
a1: Penyiraman 2 hari sekali
a2: Penyiraman 3 hari sekali
a3: Penyiraman 4 hari sekali
p1: Dosis pupuk fosfor 50 kg/ha
p2: Dosis pupuk fosfor 100 kg/ha
p3: Dosis pupuk fosfor 150 kg/ha
Tabel 19. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Kedelai akibat Pengaruh
Penyiraman dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis
Sumber Keragaman Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5%
Kelompok 2 0,462945 0,2315 0,6689 tn
3,63
Perlakuan 8 3,115723 0,3895 1,1254 tn
2,59
Penyiraman (A) 2 0,587945 0,2940 0,8495 tn
3,63
Dosis fosfor (P) 2 1,185167 0,5926 1,7123 tn
3,63
A P 4 1,342611 0,3357 0,9699 tn
3,01
Acak 16 5,537055 0,3461
Non-aditif 1 0,473423 0,4734 0,4024 tn
4,54
Sisa 15 5,063632 0,3376
Total 26 9,1157 KK= 11,8092%
Keterangan:
* = berbeda nyata 5% tn
= tidak berbeda nyata
KK = koefisien keragaman
uji homogenitas : -hitung= 10,5 < -Tabel = 15,5 (Data homogen)
58
Tabel 20. Persentase Polong Isi Kedelai akibat Pengaruh Penyiraman dan
Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-rata I II III
………….………%…..………..…………………………………
a1p1 98,3827 98,1818 98,3108 294,8753 98,2918
a1p2 98,9446 99,3031 99,7076 297,9553 99,3184
a1p3 97,6898 96,7890 97,2292 291,7080 97,2360
a2p1 98,2456 90,0000 99,5238 287,7694 95,9231
a2p2 100,0000 98,1395 97,8448 295,9843 98,6614
a2p3 93,0894 98,7500 98,9796 290,8190 96,9397
a3p1 96,8254 97,2773 98,0315 292,1342 97,3781
a3p2 92,4731 97,7169 97,4468 287,6368 95,8789
a3p3 97,1875 96,3563 85,7143 279,2581 93,0860
Jumlah 872,8381 872,5139 872,7884 2.618,1404
Rata-rata 96,9820 96,9460 96,9765
96,9682
Keterangan:
a1: Penyiraman 2 hari sekali
a2: Penyiraman 3 hari sekali
a3: Penyiraman 4 hari sekali
p1: Dosis pupuk fosfor 50 kg/ha
p2: Dosis pupuk fosfor 100 kg/ha
p3: Dosis pupuk fosfor 150 kg/ha
Tabel 21. Analisis Ragam Persentase Polong Isi Kedelai akibat Pengaruh
Penyiraman dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis
Sumber Keragaman Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5%
Kelompok 2 0,012153 0,0061 0,0005 tn
3,63
Perlakuan 8 83,192711 10,3991 0,9286 tn
2,59
Penyiraman (A) 2 36,734375 18,3672 1,6401tn
3,63
Dosis fosfor (P) 2 22,456596 11,2283 1,0026 tn
3,63
A P 4 24,001740 6,0004 0,5358tn
3,01
Acak 16 179,185760 11,1991
Non-aditif 1 2,502931 2,5029 0,2125 tn
4,54
Sisa 15 176,682829 11,7789
Total 26 262,3906 KK= 3,4511%
Keterangan:
* = berbeda nyata 5% tn
= tidak berbeda nyata
KK = koefisien keragaman
uji homogenitas : -hitung= 26,1 < -Tabel = 15,5 (Data tidak homogen)
59
Tabel 22. Jumlah Polong Total Kedelai akibat Pengaruh Penyiraman dan
Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-rata I II III
………………buah.………………………………………
a1p1 92,75 68,75 74,00 235,50 78,50
a1p2 94,75 72,00 85,50 252,25 84,08
a1p3 75,75 54,50 99,25 229,50 76,50
a2p1 57,00 40,00 52,50 149,50 49,83
a2p2 73,00 53,75 58,00 184,75 61,58
a2p3 61,50 52,50 49,00 263,00 87,67
a3p1 78,75 68,50 63,50 210,75 70,25
a3p2 46,50 54,75 58,75 160,00 53,33
a3p3 80,00 61,75 38,50 180,25 60,08
Jumlah 660,00 626,500 579,000 1865,50
Rata-rata 73,33 69,611 64,333
69,09
Keterangan:
a1: Penyiraman 2 hari sekali
a2: Penyiraman 3 hari sekali
a3: Penyiraman 4 hari sekali
p1: Dosis pupuk fosfor 50 kg/ha
p2: Dosis pupuk fosfor 100 kg/ha
p3: Dosis pupuk fosfor 150 kg/ha
Tabel 23. Analisis Ragam Jumlah Polong Total Kedelai akibat Pengaruh
Penyiraman dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis
Sumber Keragaman Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5%
Kelompok 2 368,125740 184,0634 0,3265 tn
3,63
Perlakuan 8 4413,765625 551,7207 0,9785 tn
2,59
Penyiraman (A) 2 1636,223999 018,1120 1,4510 tn
3,63
Dosis fosfor (P) 2 432,168396 216,0842 0,3832 tn
3,63
A P 4 2345,373291 586,3433 1,0399 tn
3,01
Acak 16 9021,248047 563,8280
Non-aditif 1 10,850577 10,8506 0,0181 tn
4,54
Sisa 15 9010,379470 600,6932
Total 26 13803,1404 KK= 34,3670%
Keterangan:
* = berbeda nyata 5% tn
= tidak berbeda nyata
KK = koefisien keragaman
uji homogenitas : -hitung= 24,8 > -Tabel = 15,5 (Data tidak homogen)
60
Tabel 24. Bobot 100 Biji Kedelai akibat Pengaruh Penyiraman dan Pemberian
Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-rata I II III
………………… gram……..……………………………………
a1p1 8,30 7,19 8,32 23,81 7,94
a1p2 9,22 7,60 8,15 24,97 8,32
a1p3 8,56 7,63 7,34 23,53 7,84
a2p1 8,24 7,61 8,11 23,96 7,99
a2p2 8,02 7,85 7,38 23,25 7,75
a2p3 7,12 7,06 6,94 21,12 7,04
a3p1 7,94 8,55 7,22 23,71 7,90
a3p2 7,70 8,35 8,39 24,44 8,15
a3p3 7,73 7,95 7,62 23,30 7,77
Jumlah 72,83 69,79 69,47 212,09
Rata-rata 8,09 7,75 7,72 7,86
Keterangan:
a1: Penyiraman 2 hari sekali
a2: Penyiraman 3 hari sekali
a3: Penyiraman 4 hari sekali
p1: Dosis pupuk fosfor 50 kg/ha
p2: Dosis pupuk fosfor 100 kg/ha
p3: Dosis pupuk fosfor 150 kg/ha
Tabel 25. Analisis Ragam Bobot 100 Biji Kedelai akibat Pengaruh Penyiraman
dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis
Sumber Keragaman Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5%
Kelompok 2 0,764160 0,3821 1,5504 tn
3,63
Perlakuan 8 3,041667 0,3802 1,5428 tn
2,59
Penyiraman (A) 2 0,974447 0,4872 1,9770 tn
3,63
Dosis fosfor (P) 2 1,334581 0,6673 2,7077 tn
3,63
A P 4 0,732639 0,1832 0,7432 tn
3,01
Acak 16 3,943074 0,2464
Non-aditif 1 0,076501 0,0765 0,2968 tn
4,54
Sisa 15 3,866573 0,2578
Total 26 7,7489 KK= 6,3198%
Keterangan:
* = berbeda nyata 5% tn
= tidak berbeda nyata
KK = koefisien keragaman
uji homogenitas : -hitung= 7,5 < -Tabel = 15,5 (Data homogen)
61
Tabel 26. Hasil Biji per Tanaman Kedelai akibat Pengaruh Penyiraman dan
Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-rata I II III
……………………gram…..………………………………………
.
a1p1 16,61 22,84 15,57 55,02 18,34
a1p2 16,68 23,65 15,43 55,76 18,59
a1p3 15,41 20,95 16,1 52,46 17,49
a2p1 13,68 19,18 13,41 46,27 15,42
a2p2 14,68 22,18 13,64 50,50 16,83
a2p3 13,71 23,56 12,83 50,10 16,70
a3p1 15,15 23,54 14,73 53,42 17,81
a3p2 12,81 22,45 13,81 49,07 16,36
a3p3 15,55 22,92 11,01 49,48 16,49
Jumlah 134,28 201,27 126,53 462,08
Rata-rata 14,92 22,36 14,06 17,11
Keterangan:
a1: Penyiraman 2 hari sekali
a2: Penyiraman 3 hari sekali
a3: Penyiraman 4 hari sekali
p1: Dosis pupuk fosfor 50 kg/ha
p2: Dosis pupuk fosfor 100 kg/ha
p3: Dosis pupuk fosfor 150 kg/ha
Tabel 27. Analisis Ragam Hasil Biji per Tanaman Kedelai akibat Pengaruh
Penyiraman dan Pemberian Pupuk Fosfor Berbagai Tingkat Dosis
Sumber Keragaman Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5%
Kelompok 2 375,323944 187,6620 113,2694* 3,63
Perlakuan 8 25,072428 3,1341 1,8917tn
2,59
Penyiraman (A) 2 15,590441 7,7952 4,7051 * 3,63
Dosis fosfor (P) 2 0,678114 0,3391 0,2046 tn
3,63
A P 4 8,803873 2,2010 1,3285tn
3,01
Acak 16 26,508413 1,6568
Non-aditif 1 0,201640 0,2016 0,1150 tn
4,54
Sisa 15 26,306773 1,7538
Total 26 426,9048 KK= 7,5210%
Keterangan:
* = berbeda nyata 5% tn
= tidak berbeda nyata
KK = koefisien keragaman
uji homogenitas : -hitung= 5,0 < -Tabel = 15,5 (Data homogen)
62
(I) (II) (III)
Gambar 1. Tata Letak Petak Percobaan
Keterangan:
a1: Penyiraman 2 hari sekali p1: Dosis pupuk SP-36 50kg/ha
a2: Penyiraman 3 hari sekali p2: Dosis pupuk SP-36 100kg/ha
a3: Penyiraman 4 hari sekali p3: Dosis pupuk SP-36 150kg/ha
25c
m
a3p1
a1p2
a3p2
a2p1
a3p3
a2p3
a3p2
a1p1
a2p3
a3p1
a2p2
a1p3
a2p1
a3p3
a1p2
a1p1
a2p2
a1p3 a2p2
a3p1
a1p1
a3p2
a2p1
a1p2
a2p3
a1p3
a3p3
50
cm
50 cm
105 cm
70
cm
U
25 cm
63
70 cm
105 cm
Gambar 2. Susunan tanaman dalam petak percobaan
Keterangan :
XX : Tanamanan kedelai
: Polybag
: Tanamanan sampel
Ukuran polybag : 25 x 40 cm
Jarak antar barisan polybag : 20 cm
Jarak dalam barisan polybag : 15 cm
Jumlah tanamanan per petak : 2x5 polybag = 10 tanamanan
xx
xx
xx
xx
xx
xx
x
xx
x
XX XX
XX XX
XX 20cm
15 cm
64
Gambar 3. Pengukuran Tanah Gambar 4. Penimbangan Sampel Tanah
Gambar 5. Oven Tanah Sampel
65
Gambar 6. Pengisian Polibag
Gambar 7. Pembuatan Naungan
66
Gambar 8. Penanaman
Gambar 9. Tanaman Kedelai Pada Umur 9 Hst
67
Gambar 10. Persiapan Penyiraman
Gambar 11. Aplikasi Penyiraman Sesuai Perlakuan.
68
Gambar 12. Aplikasi Penyiraman Sesuai dengan Perlakuan
69
Gambar 13. Penimbangan Pupuk Urea, KCl dan SP-36
70
Gambar 14. Aplikasi Pupuk Urea, KCl, dan SP-36 7 HST
Gambar 15. Aplikasi SP-36 kedua 21 HST Gambar 16.Pengendalian Gulma
71
Gambar 17. Pengukuran Tinggi Tanaman
Gambar 18. Pengambilan Sampel LTR dan NPA
72
Gambar 19. Penjemuran Tanaman Sampel Gambar 20. Oven Tanaman Sampel
gambar 21. penimbangan Tanaman Sampel Gambar 22. Pemasangan Ajir
73
Gambar 23. Pengendalian Hama Gambar 24. Pemanenan Kedelai
Gambar 25. Penghitungan Jumlah Cabang, Persentase Polong Isi dan Jumlah
Polong Total.
74
Gambar 26. Penjemuran Kedelai
Gambar 27. Penimbangan Sampel 100 Biji dan Hasil Biji per Tanaman.