STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. U
Umur : 32 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : Lembur Sawah, Sukabumi
Masuk RS : 11 Desember 2013
Ruangan : Poli Bedah Umum
No. RM : A 2123xx
II. DATA SUBYEKTIF
Autoanamnesis : 23 Nopember 2013
Keluhan utama :
Benjolan di payudara kiri sejak 4 tahun lalu.
Riwayat penyakit sekarang :
Tumbuh benjolan sejak 4 tahun lalu, yg awalnya timbulnya sebesar telur puyuh tidak
nyeri, namun terasa tidak nyaman. semakin lama semakin membesar. 1 tahun terakhir
benjolan membesar dengan cepat, sekarang benjolan sebesar kepalan tangan orang
dewasa, terasa nyeri yg menjalar hingga ke belakang punggung, demam (+), keluar cairan
dari putting (-), keluar darah pada bagian bekas operasi, benjolan di tempat lain
disangkal. berat badan menurun, napsu makan baik, benjolan di tempat lain disangkal
BAK dan BAB lancar.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat darah tinggi disangkal
Riwayat Penyakit gula disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit tumor ataupun yang serupa seperti yang
dialami oleh pasien
Riwayat Pengobatan
Pada tanggal 5 desember 2013 pasien menjalani operasi pertama nya untuk memeriksa
apakah benjolan tersebut ganas atau jinak
III. DATA OBJEKTIF
KU : Tampak sakit berat
Kesadaran : Composmentis, GCS 15.
Tekanan darah : 120 / 90 mmHg
Nadi : 84x /menit, reguler, teraba kuat
Respirasi : 20x /menit, reguler
STATUS GENERALIS
Kepala : Normocepal bentuk simetris.
Mata : CA ( +/+ ), SI ( -/- ), edema palpebra ( - ), refleks cahaya ( +)
Telinga : deformitas ( - ), sekret ( - ), perdarahan aktif ( - )
Hidung : deformitas ( - ), sekret ( - ), nafas cuping hidung ( - )
Mulut : mukosa bibir kering, edema ( - )
Leher : JVP ↑ ( - ), pembesaran KGB ( - ), krepitasi ( - ), nyeri tekan ( - )
Thorak : Bentuk dinding thorak simetris, ketinggalan gerak (-).
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba di SIC 5, dari linea midclavicula kiri
Perkusi : Suara redup
Batas jantung :
Kiri atas : SIC II Linea parasternalis kiri
Kanan atas : SIC II Linea parasternalis kanan
Kiri bawah :SIC V 2cm caudo lateral dari linea midclavicula
Kanan bawah : SIC IV linea parasternalis kanan
Auskultasi : Irama jantung teratur, bising (-)
Paru-paru
Inspeksi : Permukaan datar, tidak ada ketinggalan gerak, simetris
Palpasi : Fraktur kosta (-), Vokal vremitus kanan = kiri (normal)
Perkusi : Sonor hampir disemua lapang paru
Auskultasi : Suara dasar : Vesikuler (+), Wheezing (-)
Abdomen
Inspeksi : Permukaan datar, darm contour (-), darm steifung (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Thympani
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Extremitas atas dan bawah : Edema ( - ), ekimosis ( - ), akral hangat, perfusi jaringan
baik, sianosis ( - ), CRT < 2 detik
Status Lokalis Mamae Sinistra
Inspeksi :
Mamae Sinistra : tumor (+), bernodul-nodul (+), tidak simetris, terfiksir ke dinding dada
(+), retraksi (-), discharge (+) berupa nanah, darah (+) ulkus (+), peau d’orange (-),
hiperemis (+), berbau (-)
Palpasi :
Tumor pada mamae sinsitra, ± 6cm x 8cm konsistensi keras (+), terfiksir, immobile
bernodul-nodul (+), batas tidak tegas (+), ulkus ± 1cmx1.5cm benjolan pada axilla ± 2
cm x 1 cm , teraba 1 benjolan pada axilla sinistra, bulat, lunak, mobile, tidak terfiksir 1
cm x 1cm.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
V. KESIMPULAN (Assesment)
Diagnosis :
Wanita, 32 tahun dengan Tumor mamae dextra curiga ganas ( T4 N1 MX)
VI. PENATALAKSANAAN
-Analgetik
-radikal mastectomy
KARSINOMA MAMMAE
A. ANATOMI
Payudara terletak dari costa 2 sampai costa 6, batas medial sternum sedang lateral
sampai linea axillaris anterior. Jaringan payudara meluas dari garis clavicula di garis
tengahnya sampai costa 8 ke linea axillaris posterior, yang dikenal sebagai daerah
disseksi mastektomi radikal. Sebagai tambahan axillary tail (Spencer tail) meluas dari
tepi atas dan luar supero lateral.
Kelenjar susu merupakan sekumpulan kelenjar kulit. Pada bagian lateral atasnya,
jaringan ini keluar dari bulatannya ke arah aksila, disebut penonjolan Spence atau ekor
payudara. Setiap payudara terdiri atas 12 sampai dengan 20 lobulus kelenjar yang
masing-masing mempunyai saluran ke papilla mammae, yang disebut duktus laktiferus.
Di antara kelenjar susu dan fascia pektoralis, juga di antara kulit dan kelenjar tersebut
mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara lobulus tersebut terdapat jaringan ikat yang
disebut ligamentum cooper yang memberi rangka untuk payudara.
Payudara diinervasi atau diperdarahi oleh cabang :
1. a.mammaria interna è mendarahi tepi medial
2. a.thorakalis lateralis (mammaria eksterna) è mendarahi bagian lateral
3. a.thorako-akromialis è mendarahi bagian dalam
4. a.thorako-dorsalis è mandarahi m.latissimus dorsi dan m.serratus magnus
Sistem pembuluh vena meliputi v.interkostalis dari spatium intercosta 2 sampai 6 untuk
memasuki v.vertebralis di posterior. Vena interkostalis juga bisa memasuki v.azygos
yang bermuara ke dalam v.cava superior. Vena aksilaris menerima darah dari bagian
superior dan lateral payudara. Aliran vena mengikuti sistem arteri.
Aliran limfe dari payudara dibagi menjadi 3, yaitu dari kulit payudara yang mengalir ke
lnn.supraclavicula, lnn.mammaria interna, dan lnn.pektoralis, dari papilla dan areola
mengalir ke plexus subareola, dan dari jaringan payudara yang mengalir ke plexus
pektoralis.
Aliran kelenjar limfe dari payudara kurang lebih 75 % ke aksila, sebagian lagi ke kelnjar
parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial, dan ada pula aliran ke kelenjar
interpektoralis. Pada aksila terdapat kira-kira 50 (berkisar dari 10 sampai 90) buah
kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena brachialis. Saluran limfe
dari seluruh payudara mengalir ke kelompok anterior aksila, kelompok sentral aksila,
kelenjar aksila bagian dalam, yang lewat sepanjang v.aksilaris dan yang berlanjut
langsung ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam di fosa supraklavikular.
Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan n.intercostalis.
Jaringan kelenjar payudara sendiri diurus oleh saraf simpatik. Ada beberapa saraf lagi
yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati rasa pasca bedah, yakni
n.intercostobrachialis dan n.kutaneus brachius medialis yang mengurus sensibilitas
daerah aksila dan bagian medial lengan atas. Pada diseksi aksila, saraf ini sedapat
mungkin disingkirkan sehingga tidak terjadi mati rasa di daerah tersebut.
B. DEFINISI
Karsinoma mammae merupakan pertumbuhan baru yang ganas terdiri dari sel-sel
epithelial yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan
metastasis, di payudara.
C. EPIDEMIOLOGI
Kanker payudara paling banyak diderita oleh wanita di negara barat, yaitu sekitar
32 % dari seluruh keganasan pada wanita, merupakan penyebab kematian nomor dua
pada wanita. Di Indonesia, kanker payudara merupakan kanker pada wanita terbanyak
setelah kanker mulut rahim. Insidensi kira-kira 18 per 100.000 penduduk wanita dan
kebanyak ditemukan sudah dalam stadium lanjut. Kanker payudara yang mempunyai
predisposisi keturunan ini biasanya diderita oleh penderita dengan usia muda, penderita
kanker payudara bilateral, penderita dengan riwayat keluarga tumor positif.
Karsinoma payudara jarang sebelum umur 25 tahun dan tidak biasa sebelum umur
30 tahun, tetapi insidensinya meningkat dengan cepat setelah umur 30 tahun dengan rat-
rata medium age 60 tahun. Penyakit ini terutama mengenai wanita, kanker payudara pada
pria hanya sekitar 1 % dari kanker mammae.
Eropa Utara, Amerika Utara merupakan area insiden tinggi, Eropa Selatan,
Amerika Selatan merupakan area insiden sedang, Asia, Afrika merupakan area insiden
rendah. Studi epidemiologi menunjukkan, perbedaan geografis insiden karsinoma
payudara tidak sepenuhnya berkaitan dengan suseptibilitas genetik, tetapi juga
dipengaruhi factor lingkungan, terutama lingkungan hidup masa kini atau life style.
D. ETIOLOGI
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor
resiko pada penderita diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :
1. Usia >30 tahun. Menurut analisis data dari 6263 kasus di RS Kanker Universitas
Zhongshan, rentang usia pasien adalah 17-90 tahun, usia median 47 tahun.
Dihitung dengan selang usia 5 tahunan, pasien terbanyak berusia 45-49 tahun
(25,2 %), disusul 40-44 tahun (15,8 %), dan 54-59 tahun (15,6 %).
2. Reproduksi. Usia menarke kecil, henti haid lanjut, dan siklus haid pendek
merupakan faktor resiko tinggi karsinoma mammae. Selain itu, yang seumur
hidup tidak menikah atau belum menikah, partus pertama berusia lebih dari 30
tahun dan setelah partus belum menyusui, berinsiden relatif tinggi.
3. Kelainan kelenjar mammae. Penderita kistadenoma mammae hiperplastik berat
berinsiden lebih tinggi. Jika satu payudara sudah terkena kanker, mammae
kontralateral resikonya meningkat. Pernah mengalami infeksi, trauma, atau
operasi tumor jinak payudara.
4. Penggunaan obat di masa lalu. Penggunaan jangka panjang hormon insidennya
lebih tinggi. Terdapat laporan penggunaan jangka panjang reserpin, metildopa,
analgesik trisiklik, dan lainnya, dapat menyebabkan kadar prolaktin meninggi,
beresiko karsinogenik bagi mammae.
5. Radiasi pengion. Kelenjar mammae relatif peka terhadap radiasi pengion, paparan
berlebihan menyebabkan peluang terjadinya kanker lebih tinggi.
6. Pernah menjalani operasi ginekologis, misalnya tumor ovarium.
7. Riwayat keluarga dan gen terkait dengan karsinoma mammae. Penelitian
menunjukkan pada wanita dengan saudara primer menderita karsinoma mammae,
probabilitas terkena karsinoma mammae lebih tinggi 2-3 kali dibanding wanita
tanpa riwayat keluarga. Penelitian dewasa ini menunjukkan gen utama yang
terkait dengan timbulnya karsinoma mammae adalah BRCA-1 dan BRCA-2.
8. Diet dan gizi. Berbagai studi kasus menunjukkan diet tinggi lemak dan kalori
berkaitan langsung dengan timbulnya karsinoma mammae. Terdapat data
menunjukkan, orang yang gemuk sesudah berusia 50 tahun berpeluang besar
menderita kanker payudara. Terdapat laporan, bahwa konsumsi alkohol dapat
meningkatkan kadar estrogen dalam tubuh, wanita yang setiap hari
mengkonsumsi alkohol 3 kali ke atas beresiko terkena karsinoma mammae
meningkat 50-70 %. Penelitian lain menunjukkan (diet tinggi selulosa, vitamin A,
dan protein kedelai dapat menurunkan insiden karsinoma mammae (Desen, 2008).
9. Virus. Faktor Bittner-Milk adalah suat virus (mammae virus) yang menyebabkan
terjadinya karsinoma payudara pada tikus, yang dapat ditularkan melalui air susu.
Virus juga didapat dalam genom tikus ini dipindahkan secara vertikal dan
mengakibatkan strain genetik tikus dengan insiden karsinoma payudara yang
tinggi. Namun, penelitian menunjukkan bahwa hal ini tidak terjadi pada manusia.
E. PATOFISIOLOGI
Kejadian karsinoma payudara dihubungkan dengan terjadinya hiperplasia sel
dengan perkembangan sel-sel atipik, kemudian terjadi karsinoma intraepitelial
(karsinoma in situ), setelah terjadinya karsinoma in situ akan terjadi multiplikasi sel-sel
dengan cepat. Selanjutnya sel-sel tersebut akan menginvasi stroma jaringan ikat di
sekitarnya pada payudara.
Membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 7 tahun pada karsinoma untuk tumbuh
dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat teraba
(diameter sekitar 1 cm). Pada ukuran itu sekitar ¼ kasus sudah disertai dengan kejadian
metastasis.
Untuk lokasi terjadinya kanker payudara, payudara kiri lebih sering daripada
payudara kanan, dengan perbandingan 60:40. Dengan presentasi kwadran lateral atas kiri
dan kanan 45:63 %, kwadran medial atas kiri dan kanan 15:14 %, kwadran lateral bawah
kiri dan kanan 25:17 %, kwadran medial bawah 15:6 %.
F. MANIFESTASI KLINIS
Pasien biasanya datang dengan keluhan benjolan atau massa di payudara, rasa
sakit, keluar cairan dari puting susu, timbulnya kelainan kulit (dimpling, kemerahan,
ulserasi, peau de’orange), pembesaran kelenjar getah bening, atau tanda metastasis jauh.
Setiap kelainan pada payudara harus dipikirkan ganas sebelum dibuktikan tidak .
Perubahan pada kulit yang biasa terjadi adalah :
1. Tanda lesung. Ketika tumor mengenai ligamen glandula mammae, ligamen tersebut
akan memendek hingga kulit setempat menjadi cekung, yang disebut dengan ’tanda
lesung’
2. Perubahan kulit jeruk (peau de’orange). Ketika vasa limfatik subkutis tersumbat sel
kanker, hambatan drainase limfe menyebabkan udem kulit, folikel rambut tenggelam ke
bawah tampak sebagai ’tanda kulit jeruk’
3. Nodul satelit kulit. Ketika sel kanker di dalam vasa limfatik subkutis masing-
masing membentuk nodul metastasis, di sekitar lesi primer dapat muncul banyak nodul
tersebar, secara klinis disebut ’tanda satelit’
4. Invasi, ulserasi kulit. Ketika tumor menginvasi kulit, tampak perubahan berwrna
merah atau merah gelap. Bila tumor bertambah besar, lokasi itu dapat menjadi iskemik,
ulserasi membentuk bunga terbalik, ini disebut ’tanda kembang kol’
5. Perubahan inflamatorik. Secara klinis disebut ’karsinoma mammae inflamatorik’,
tampil sebagai keseluruhan kulit mammae berwarna merah bengkak, mirip peradangan,
dapat disebut ’tanda peradangan’. Tipe ini sering ditemukan pada kanker payudara waktu
hamil atau laktasi.
Perubahan papilla mammae pada karsinoma mammae adalah :
1. Retraksi, distorsi papilla mammae. Umumnya akibat tumor menginvasi jaringan
subpapilar
2. Sekret papilar (umumnya sanguineus). Sering karena karsinoma papilar dalam
duktus besar atau tumor mengenai duktus besar
3. Perubahan eksematoid. Merupakan manifestasi spesifik dari kanker eksematoid
(Paget disease). Klinis tampak areola, papilla mammae tererosi, berkrusta, sekret,
deskuamasi, sangat mirip eksim.
Pembesaran kelenjar limfe regional. Pembesaran kelenjar limfe aksilar ipsilateral dapat
soliter maupun multipel, pada awalnya mobile, kemudian dapat saling berkoalesensi atau
adhesi dengan jaringan sekitarnya. Dengan perkembangan penyakit, kelenjar limfe
supraklavikular juga dapat menyusul membesar. Yang perlu diperhatikan adalah ada
sebagian sangat kecil pasien kanker payudara hanya tampil dengan limfadenopati aksilar
tapi tak teraba massa mammae, ini disebut sebagai karsinoma mammae tipe tersembunyi .
Adanya gejala metastasis jauh :
1. Otak : nyeri kepala, mual, muntah, epilepsi, ataksia, paresis, paralisis
2. Paru : efusi, sesak nafas
3. Hati : kadang tanpa gejala, massa, ikterus obstruktif
4. Tulang : nyeri, patah tulang .
G. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis karsinoma payudara didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
Anamnesis harus mencakup status menstruasi, perkawinan, partus, laktasi,
riwayat kelainan mammae sebelumnya, riwayat keluarga kanker, fungsi kelenjar tiroid,
penyakit ginekologik, dan lainnya yang termasuk sebagai faktor resiko dari penyakit ini.
Dalam riwayat penyakit sekarang terutama harus diperhatikan waktu timbulnya massa,
kecepatan pertumbuhan, dan hubungan dengan menstruasi, serta lainnya (Desen, 2008).
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh (sesuai dengan
pemeriksaan rutin) dan pemeriksaan kelenjar mammae. Teknik pemeriksaan fisik adalah
sebagai berikut :
1. Posisi duduk
Lakukan inspeksi pada pasien dengan posisi tangan jatuh bebas ke samping dan
pemeriksa berdiri di depan dalam posisi lebih kurang sama tinggi. Perhatikan keadaan
payudara kanan dan kiri, simetris/tidak, adakah kelainan papila, letak dan bentuknya,
retraksi puting susu, kelainan kulit berupa peau de’orange, dimpling, ulserasi, atau tanda-
tanda radang. Lakukan juga dalam keadaan kedua lengan diangkat ke atas untuk melihat
apakah ada bayangan tumor di bawah kulit yang ikut bergerak atau adakah bagian yang
tertinggal, dimpling, dan lainnya.
2. Posisi berbaring
Sebaiknya dengan punggung diganjal dengan bantal, lakukan palpasi mulai dari kranial
setinggi costa 2 sampai distal setinggi costa 6, serta daerah subareolar dan papila atau
dilakukan secara sentrifugal, terakhir dilakukan penekanan daerah papila untuk melihat
apakah ada cairan yang keluar.
Tetapkan tanda tumornya, yaitu lokasi tumor berdasarkan kuadrannya, ukuran,
konsistensi, batas tegas/tidak, dan mobilitas terhadap kulit, otot pektoralis, atau dinding
dada.
3. Pemeriksaan kelenjar getah bening regional di daerah :
- aksila, yang ditentukan kelompok kelenjar :
~ mamaria eksterna di anterior, di bawah tepi otot pektoralis
~ subskapularis di posterior aksila
~ sentral di pusat aksila
~ apikal di ujung atas fasia aksilaris
- supra dan infraklavikular, serta KGB leher utama
4. Organ lain yang diperiksa untuk melihat adanya metastasis, yaitu hepar, lien,
tulang belakang, dan paru.
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk membantu diagnosis karsinoma
payudara yaitu USG payudara, mammografi, MRI mammae, pemeriksaan laboratorium,
aspirasi jarum halus, dan pemeriksaan biopsi. Untuk menentukan adanya metastasis dapat
dilakukan pemeriksaan foto thoraks, bone survey, USG abdomen/hepar.
Pemeriksaan USG hanya dapat membedakan lesi/tumor yang solid atau kistik, tetapi
dapat mengetahui pasokan darah serta kandisi jaringan sekitarnya. Pada mammografi,
keganasan dapat memberikan tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda primer berupa
fibrosis reaktif, comet sign (Stellata), adanya perbedaan yang nyata antara ukuran klinis
dan radiologis, adanya mikrokalsifikasi, adanya spikulae, dan distorsi pada struktur
arsitektur payudara. Tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit, bertambahnya
vaskularisasi, perubahan posisi papila dan areola, adanya bridge of tumor, keadaan
daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur, infiltrasi dalam jaringan lunak di
belakang mammae, dan adanya metastasis ke kelenjar (gambaran ini tidak khas).
Pemeriksaan gabungan USG dan mammografi memberikan ketepatan diagnosis yang
lebih tinggi .
Karena tumor mammae mengandung densitas mikrovaskular (MVD = microvascular
density) abnormal, MRI mammae dengan kontras memiliki sensitivitas dan spesifisitas
tinggi dalam diagnosis karsinoma mammae stadium dini. Tapi pemeriksaan ini cukup
mahal, sulit digunakan meluas, hanya menjadi suatu pilihan dalam diagnosis banding
terhadap mikrotumor .
Dewasa ini belum ada petanda tumor spesifik untuk kanker payudara. CEA memiliki
nilai positif bervariasi dari 20 hingga 70 %, antibodi monoklonal CA 15-3 angka
positifnya sekitar 33-60 %, semuanya dapat untuk referensi diagnosis dan tindak lanjut
klinis .
Pemeriksaan sitologik dengan metode aspirasi jarum halus caranya sederhana, aman, dan
akurasinya mencapai lebih dari 90 %. Data menunjukkan pungsi aspirasi jarum halus
tidak mempengaruhi hasil terapi. Pemeriksaan histologik dengan pungsi jarum mandrin
memiliki cara yang juga sederhana dan aman seperti diagnosis sitologi aspirasi jarum
halus, juga ketepatan diagnosis histologik biopsi eksisi, serta dapat dibuat pemeriksaan
imunohistologik yang sesuai. Pemeriksaan ini luas dipakai di klinis, khususnya sesuai
bagi pasien yang diberi kemoterapi adjuvan .
Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologis yang dilakukan
dengan :
1. Biopsi eksisi, dengan mengangkat seluruh jaringan tumor beserta sedikit jaringan
sehat di sekitarnya, dilakukan bila ukuran atau diameter tumor < 2 cm
2. Biopsi insisi, dengan mengangkat sebagian jaringan tumor dan sedikit jaringan
sehat, dilakukan untuk tumor-tumor yang inoperabel atau lebih besar dari 2 cm
(Anonim, 2009).
Diagnosis bandingnya terdiri dari :
(1) Fibroadenoma mammae (FAM), merupakan tumor jinak payudara yang biasa
terdapat pada usia muda (15-30 tahun), dengan konsistensi padat kenyal, batas tegas,
tidak nyeri dan mobile.
(2) Kelainan fibrokistik, merupakan tumor yang tidak berbatas tegas, konsistensi padat
kenyal atau kistik, terdapat nyeri terutama menjelang haid, ukuran membesar, biasanya
bilateral/multipel.
(3) Kistosarkoma filoides menyerupai FAM yang besar, berbentuk bulat lonjong,
berbatas tegas, mobile, dengan ukuran dapat mencapai 20-30 cm.
(4) Galaktokel, merupakan massa tumor kistik yang timbul akibat tersumbatnya
saluran/duktus laktiferus, terdapat pada ibu yang baru/sedang menyusui.
(5) Mastitis, yaitu infeksi pada payudara dengan tanda radang lengkap, bahkan dapat
berkembang menjadi abses, biasanya terdapat pada ibu yang menyusui.
(6) Lipoma, merupakan tumor pada jaringan lemak dengan batas tegas, lunak, tidak
nyeri tekan, dan dapat digerakkan.
(7) Nekrosis lemak, berbatas tegas, keras, kadang disertai dengan penarikan kulit.
H. KLASIFIKASI DAN STADIUM
Klasifikasi karsinoma payudara menurut WHO tahun 1968, dibagi menjadi :
1. Ductal karsinoma (95 %)
a. Non infiltrating ductal cell carcinoma
b. Infiltrating ductal cell carcinoma, terdiri dari :
- medullary carcinoma
- scrirrhus carcinoma
- comedo carcinoma
- gelatinoum carcinoma/mucoid carcinoma
- papillary carcinoma
- paget disease
- epidermoid carcinoma
2. Lobular carcinoma (5 %)
Dewasa ini menggunakan cara penggolongan TNM menurut Perhimpunan Anti Kanker
Internasional (edisi tahun 2002).
Klasifikasi cTNM klinis
T : kanker primer
TX : tumor primer tidak dapat dinilai (misal telah direseksi)
T0 : tidak ada bukti lesi primer
Tis : karsinoma in situ. Mencakup karsinoma duktal atau karsinoma lobular, penyakit
paget papilla mammae tanpa nodul (penyakit Paget dengan nodul diklasifilasikan
menurut ukuran nodul)
T1 : diameter tumor terbesar ≤ 2 cm
Tmic : infiltrasi mikro ≤ 0,1 cm
T1a : diameter terbesar > 0,1 cm, tapi ≤ 0,5 cm
T1b : diameter terbesar > 0,5 cm, tapi ≤ 1 cm
T1c : diameter terbesar > 1 cm, tapi ≤ 2 cm
T2 : diameter tumor terbesar > 2 cm, tapi ≤ 5 sm
T3 : diemeter tumor terbesar > 5 cm
T4 : berapapun ukuran tumor, menyebar langsung ke dinding thoraks atau kulit
(dinding thoraks termasuk tulang iga, m.intercostales dan m.serratus anterior, tak
termasuk m.pektoralis)
T4a : menyebar ke dinding thoraks
T4b : udem kulit mammae ( termasuk peau de’orange) atau ulserasi, atau nodul satelit
di mammae ipsilateral
T4c : terdapat 4a dan 4b sekaligus
T4d : karsinoma mammae inflamatorik
Catatan :
(1) Lesi mikroinvasif multipel, diklasifikasikan berdasarkan massa terbesar,
tidak atas dasar tiral massa lesi multipel tersebut.
(2) Terhadap karsinoma mammae inflamatorik (T4d), jika biopsi kulit negatif
dan tak ada tumor primer yang dapat diukur, klasifikasi patologi adalah pTx.
N : kelenjar limfe regional
NX : kelenjar limfe regional tidak dapat dinilai (misal sudah diangkat sebelumnya)
N0 : tak ada metastasis kelenjar limfe regional
N1 : di fosa ipsilateral terdapat metastasis kelenjar limfe mobile
N2 : kelenjar limfe metastatik fosa aksilar ipsilateral saling konfluen dan terfiksasi
dengan jaringan lain; atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe
mamaria interna namun tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar
N2a : kelenjar limfe aksilar ipsilateral saling konfluen dan terfiksasi dengan jaringan
lain
N2b : bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria interna
namun tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar
N3 : metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis
menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria interna dan metastasis kelenjar
limfe aksilar, atau metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral
N3a : metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral
N3b : bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria interna dan
metastasis kelenjar limfe aksilar
N3c : metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral
M : metastasis jauh
MX : metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 : tidak ada metastasis jauh
M1 : ada metastasis jauh
Klasifikasi patologik pTNM
pT – tumor primer
Sama dengan klasifikasi T, pada tepi irisan seputar spesimen harus terlihat tumur
secara makroskopik, adanya lesi ganas hanya tampak secara mikroskopik pada tepi irisan
tidak mempengaruhi klasifikasi.
Catata : jika tumor mengandung dua unsur yaitu karsinoma in situ dan karsinoma
invasif, ukuran tumor untuk klasifikasi didasarkan atas ukuran karsinoma invasif.
N – kelenjar limfe regional
pNx : kelenjar limfe regional tak dapat dinilai (misal sudah diangkat sebelumnya)
pN0 : secara histologis tak ada metastasis kelenjar limfe, tapi tidak dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk kelompok sel tumor terisolasi (ITC).
Catatan : ITC adalah satu sel atau sekumpulan sel berdiameter ≤ 0,2 mm. ITC biasanya
ditemukan dengan pemeriksaan imunohistologis atau molekuler, tapi dapat diverifikasi
dengan pewarnaan HE.
pN0 ( i-) : histologis tak ada metastasis kelenjar limfe, imunohistologis ITC negatif
pN0 ( i+) : histologis tidak ada metastasis kelenjar limfe, imunohistologis ITC
positif
pN0 (mol-) : histologis tak ada metastasis kelenjar limfe, pemeriksaan malekular ITC
negatif (RT-PCR)
pN0 (mol+) : histologis tak ada metastasis kelenjar limfe, pemeriksaan molekuler ITC
positif (RT-PCR)
pN1mi : mikrometastasis (diameter terbesar > 0,2 mm, tapi ≤ 2mm)
pN1 : di aksila ipsilateral terdapat 1-3 kelenjar limfe metastatik, atau dari
diseksi kelenjar limfe sentinel secara mikroskopik ditemukan metastasis kelenjar limfe
mamaria interna ipsilateral, tapi tanpa bukti klinis
pN1a : di aksila ipsilateral terdapat 1-3 kelenjar limfe metastatik, dan minimal
satu kelenjar limfe metastatik berdiameter maksimal > 2 mm
pN1b : dari diseksi kelenjar limfe sentinel secara mikroskopik ditemukan
metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral, tapi tanpa bukti klinis
pN1c : pN1a disertai pN1b
pN2 : di aksila ipsilateral terdapat 4-9 kelenjar limfe metastatik, atau bukti
klinis menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral tapi tanpa
metastasis kelenjar limfe aksilar
pN2a : di aksila ipsilateral terdapat 4-9 kelenjar limfe metastatik, dan minimal
satu kelenjar limfe metastatik berdiameter maksimal > 2 mm
pN2b : bukti klinis menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria interna
ipsilateral tapi tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar
pN3 : di aksila ipsilateral terdapat 10 atau lebih kelenjar limfe metastatik; atau
metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral; atau bukti klinis menunjukkan
metastasis kelenjar limfe mamaria interna disertai metastasis kelenjar limfe aksilar
ipsilateral; atau secara klinis negatif, dari diseksi kelenjar limfe sentinel secara
mikroskopis ditemukan metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral, tapi tanpa
bukti klinis, namun terdapat lebih dari 3 kelenjar limfe aksilar metastatik; atau metastasis
kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral
pN3a : di aksila ipsilateral terdapat 10 atau lebih kelenjar limfe metastatik, dan
minimal satu kelenjar limfe metastatik berdiameter maksimal > 2 mm; atau metastasis
kelenjar limfe infraklavikular
pN3b : bukti klinis menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria interna
disertai metastasis kelenjar limfe aksilar ipsilateral; atau secara klinis negatif, dari diseksi
kelenjar limfe sentinel secara mikroskopis ditemukan metastasis kelenjar limfe mamaria
interna ipsilateral, tapi tanpa bukti klinis, namun terdapat lebih dari 3 kelenjar limfe
aksilar metastatik
pN3c : metastasis kelenjar limfe supraklavikular
M – metastasis jauh
Klasifikasi pM dan cM sama.
Stadium klinis kanker payudara
Stadium T N M
0 Tis N0 M0
I T1 N0 M0
IIAT0
T1
T2
N1
N1
N0
M0
M0
M0
IIBT2
T3
N1
N0
M0
M0
IIIAT0
T1
T2
T3
N2
N2
N2
N1,N2
M0
M0
M0
M0
IIIBT4
Setiap T
Setiap N
N3
M0
M0
IV Setiap T Setiap N M1
I. PENATALAKSANAAN
Bila staging sudah dikerjakan, rencana tindakan didasarkan atas :
- stadium TNM
- umur pasien
- status menopause
- keadaan umum pasien
Tujuan terapi adalah :
- kuratif è menyembuhkan penderita
- paliatif è meringankan penderitaan penderita dan perbaiki kualitas hidup
- terminal è supaya penderita meninggal dengan tenang dan damai
Menurut Peraboi 2003, modalitas terapi pada karsinoma mammae meliputi :
- Operasi è untuk terapi : BCT, simple mastektomi, radikal mastektomi/modifikasi
- Radiasi è primer, adjuvan, paliatif
- Kemoterapi è kombinasi CMF, CAF, Taxa-Doxorubicin, Capecetabin
- Hormonal è Ablative (bilateral ovarektomi), Aditive (tamoxifen), Optional
(GnRH)
Pasien yang pada awal terapi termasuk stadium 0, I, II, dan sebagian stadium III disebut
kanker payudara operabel. Pola operasi yang sering dipakai adalah :
(1) Mastektomi radikal, lingkup reseksinya mencakup kulit berjarak minimal 3 cm dari
tumor, seluruh kelenjar mammae, m.pektoralis mayor, m.pektoralis minor, jaringan
limfatik dan lemak subskapular, aksilar secara kontinyu enblok direseksi.
(2) Mastektomi radikal modifikasi, lingkup reseksinya sama dengan teknik radikal, tapi
mempertahankan m.pektoralis mayor dan minor (model Auchincloss) atau
mempertahankan m.pektoralis mayor, mereseksi m.pektoralis minor (model Patey). Pola
operasi ini memiliki kelebihan antara lain memacu pemulihan fungsi pasca operasi, tapi
sulit membersihkan kelenjar limfe aksilar superior.
(3) Mastektomi total, hanya membuang seluruh kelenjar mammae tanpa membersihkan
kelenjar limfe. Model operasi ini terutama untuk karsinoma in situ atau pasien lanjut usia.
(4) Mastektomi segmental plus diseksi kelenjar limfe aksilar, secara umum disebut
dengan operasi konservasi mammae (BCT). Biasanya dibuat dua insisi terpisah di
mammae dan aksila. Mastektomi segmental bertujuan mereseksi sebagian jaringan
kelenjar mammae normal di tepi tumor, di bawah mikroskop tak ada invasi tumor di
tempat irisan. Lingkup diseksi kelenjar limfe aksilar biasanya juga mencakup jaringan
aksila dan kelenjar limfe aksilar kelompok tengah.
(5) Mastektomi segmental plus biopsi kelenjar limfe sentinel, metodenya sama dengan
di atas. Kelenjar limfe sentinel adalah terminal pertama metastasis limfogen dari
karsinoma mammae, saat operasi dilakukan insisi kecil di aksila dan secara tepat
mengangkat kelenjar limfe sentinel, dibiopsi, bila patologik negatif maka operasi
dihentikan, bila positif maka dilakukan diseksi kelenjar limfe aksilar.
Mastektomi radikal, mastektomi madifikasi, dan mastektomi total dilakukan untuk terapi,
sedangkan mastektomi segmental plus diseksi kelenjar limfe alsila maupun plus biopsi
kelenjar limfe sentinel termasuk operasi biopsi (Desen, 2008).
Radioterapi terutama mempunyai 3 tujuan, yaitu radioterapi murni kuratif, radioterapi
adjuvan, dan radioterapi paliatif. Radioterapi murni kuratif terhadap kanker payudara
hasilnya kurang ideal, survival 5 tahun 10-37 %. Terutama digunakan untuk pasien
dengan kontraindikasi atau menolak operasi. Radioterapi adjuvan menjadi bagian integral
penting dari terapi kombinasi. Menurut pengaturan waktu radioterapi pra operasi dan
pasca operasi. Radioterapi pra-operasi terutama untuk pasien stadium lanjut lokalisasi,
dapat membuat sebagian kanker mammae nonoperabel menjadi yang operabel.
Radioterapi pasca operasi adalah radioterapi seluruh mammae (bila perlu ditambah
radioterapi kelenjar limfe regional) pasca operasi konservasi mammae dan radioterapi
adjuvan pasca mastektomi (Desen, 2008).
Dewasa ini indikasi radioterapi pasca mastektomi adalah : diameter tumor primer ≥ 5 cm,
fasia pektoral terinvasi, jumlah kelenjar limfe aksilar metastatik lebih dari 4 buah dan tepi
irisan positif .
Radioterapi paliatif terutama untuk terapi paliatif kasus stadium lanjut dengan rekurensi,
metastasis. Dalam hal meredakan nyeri efeknya sangat baik. Selain itu kadang kala
digunakan radiasi terhadap ovarium bilateral untuk menghambat fungsi ovarium (Desen,
2008).
Kemoterapi dibagi menjadi kemoterapi pra-operasi, kemoterapi adjuvan pasca operasi,
kemoterapi terhadap kanker payudara stadium lanjut atau rekuran dan metastatik.
Kemoterapi pra-operasi, terutama kemoterapi sistemik, bila perlu dapat dilakukan
kemoterapi intraarterial, mungkin dapat membuat sebagian kanker mammae lanjut lokal
nonoperabel menjadi operabel. Kemoterapi adjuvan pasca operasi, diindikasikan untuk
operasi yang relatif luas, terhadap semua pasien karsinoma invasif dengan diameter
terbesar tumor ≥ 1 cm. Hanya terhadap pasien lanjut usia dengan ER, PR positif dapat
dipertimbangkan hanya diberikan terapi hormonal. Kemoterapi terhadap kanker payudara
stadium lanjut atau rekuren dan metastatik sebagian kecil masih memakai regimen CMF,
semakin banyak yang memakai kemoterapi kombinasi berbasis golongan antrasiklin .
Dewasa ini dilakukan pemeriksaan reseptor estrogen (ER) dan progesteron (PR) dari
tumor untuk menentukan efek terapi hormonal. Pasien dengan hasil pemeriksaan positif
tergolong kanker mamae tipe bergantung hormon, hasil terapi hormonal baik, pasien
dengan hasil tes negatif tergolong kanker mamae tipe tak bergantung hormon, efek terapi
hormonal agak kurang. Terapi hormonal terutama mencakup bedah dan hormon. Terapi
hormonal bedah terutama adalah ooforektomi (disebut juga kastrasi) terhadap wanita
pramenopause, sedangkan adrenalektomi dan hipofisektomi sudah ditinggalkan. Yang
sekarang digunakan adalah : (1) obat antiestrogen, seperti tamoksifen, (2) inhibitor
aromatase, seperti aminoglutetimid tetapi saat ini obat ini sudah tidak dipakai karena efek
sampingnya yang berbahaya, yang sekarang digunakan adalah golongan steroid
anastrozol, letrozol, dan golongan steroid eksemestan, (3) obat sejenis LH-RH (luteining
hormon-realising hormon), seperti goserelin, (4) obat sejenis profesteron, seperti
medroksiprogesteron asetat (MPA) dan megesterol asetat (MA).
Yang terbaru adalah terapi biologis, menggunakan herseptin dengan overekspresi
terhadap gen cerbB-2 (HER-2). Herseptin adalah antibodi monoklonal hasil teknologi
transgenik yang berefek antiprotein HER-2 secara langsung dan menghasilkan efek
sitotoksik yang dimediasi sel dan bergantung antibodi, sehingga berefek antitumor .
J. PROGNOSIS
Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis. Tapi yang paling jelas dan
berpengaruh terbesar atas prognosis adalah kondisi kelenjar limfe dan stadium. Dari hasil
analisis atas data 6263 kasus karsinoma mammae yang operabel di RS Kanker
Universitas Zhongshan, survival 5 tahun pasca operasi pada kasus kelenjar limfe negatif
dan positif adalah masing-masing 80 % dan 59 %, survival 5 tahun untuk stadium )-I, II
dan III adalah masing-masing 92 %, 73 %, dan 47 %. Sedangkan pada yang inoperabel,
survival 5 tahun kebanyakan dilaporkan dalam batas 20 %. Oleh karena itu dalam kondisi
dewasa ini, untuk meningkatkan angka kesembuhan kanker payudara kuncinya adalah
penemuan dini, diaognosis dini, terapi dini dan tepat .
MAMMOGRAFI
Mammografi adalah salah satu cara yang dipilih untuk mendeteksi karsinoma
mammae, baik pada penderita yang klinis dicurigai karsinoma mammae ataupun pasien
dengan tumor kecil non-palpable (occult lession).
Indikasi mammografi adalah:
1. klinik curiga kanker payudara dan mengesampingkan karsinoma mammae
kontralateral.
2. follow up post mastektomi è deteksi second primary di payudara lain.
3. post tindakan breast conserving deteksi dari suatu rekurensi/second primary.
Skrining mamografi adalah pemeriksaan X-Ray pada payudara seorang wanita yang tidak
ada keluhan/gejala kanker payudara, target skrining adalah untuk mendeteksi adanya
kanker payudara dimana massa masih kecil untuk bisa diraba oleh pasien sendiri maupun
oleh klinisi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa deteksi adanya kanker payudara
yang masih dalam stadium awal, misal pada ductal karsinoma in situ maka keberhasilan
terapi mencapai 100 %. The National Cancer Institute di Amerika merekomendasikan
bahwa wanita-wanita mulai menerima skrining mamografi pada usia 40 tahun setiap 1-2
tahun sekali dan usia > 50 tahun setiap setahun sekali. Pemeriksaan skrining mammografi
dianjurkan pada wanita < 40 tahun kelompok resiko tinggi (riwayat keluarga positif atau
terdapat gen mutasi BRCA positif). Dilaksanakan dengan menggunakan sinar x dua
proyeksi untuk setiap payudara, yaitu :
1. CC (Cranio Caudal view)
2. MLO (Medio Lateral Oblique view)
untuk diagnostik ditambah dengan LM (Latero Medial view), ML (Medio Lateral view)
atau tangentsial view (Marijata, 2006).
Kanker payudara mungkin tidak terdiagnosis (non visualized) pada skrining
mammografi apabila kanker berukuran sangat kecil, letak di area yang tidak mudah
dijangkau image mammografi (di aksila atau di daerah bawah lengan) atau kanker
tertutup oleh bayangan lain.
Mammografi aman dan dapat mendeteksi kanker 1-2 tahun sebelum seorang
dokter dapat meraba adanya benjolan. Walaupun mammografi masih sebagai pegangan
standar dalam skrining dan diagnosis kanker payudara tetapi masih belum dapat
membedakan penyakit jinak dari keganansan payudara dan kurang akurat bagi pasien-
pasien dengan payudara yang padat. The American Medical Assosiation (AMA), The
American College of Radiology (ACR) dan American Cancer Society (ACS)
merekomendasikan pemeriksaan skeining mammografi pada wanita diatas 40 tahun dan
menganjurkan CBE (Clinical Breast Examination) dan BSE (Breast Self Examination)
untuk usaha dini deteksi kanker payudara.
Mammografi dari wanita < 45 Tahun sering sukar untuk diinterpretasi sebab
terjadi densitas jaringan kelenjar payudara, tetapi pada wanita postmenopause
kebanyakan lebih mudah interpretasinya, sebab terjadi regresi jaringan kelenjar. Karena
itu mammografi dapat digunakan sebagai suatu metode deteksi dari suatu populasi
program skrining untuk wanita menopausal (Anonim, 2002).
Gambaran mammographs yang abnormal terdiri dari, tumor dengan batas tidak
tegas dan meluas (spikulae), mikrokalsifikasi (karsinoma intraduktal), dan penebalan
kulit/papila. Gambaran mammografi yang tak tampak kelainan, bukan garansi tidak ada
karsinoma mammae. Apabila ada suatu (bahkan kecil) kecurigaan klinik karsinoma
mammae harus selalu diikuti dengan pemeriksaan histopatologik.
Goal dari mammografi adalah mendeteksi kelainan-kelainan kecil pada payudara
dimana tidak teraba melalui pemeriksaan fisik (Sabiston, 1995).
Interpretasi untuk mammografi terdiri dari :
0 Inadequat è tindakan diulang
1 Tidak tampak kelainan
2 Lesi benigna/jinak è konservatif/observasi 1 tahun, tindakan diulang fisik
diagnostik dan USG
3 Kemungkinan lesi jinak è konservatif/observasi 6 bulan, tindakan diulang fisik
diagnostid dan USG
Recommended