Presentasi KasusHIPERBILIRUBINEMIA NEONATAL
Pembimbing : dr. Firman, Sp A
Penyusun : Segara Manurung
Identitas pasienNama lengkap : By. N Jenis kelamin : Laki-Laki
Tempat/tanggallahir : Bogor, Suku Bangsa : Sunda
Usia : 6 hari Agama : Islam
Pekerjaan : Belum bekerja Pendidikan :
Alamat:ciujung RT 001/003 Masuk RS tanggal 14 April
2016
Identitas orang tua pasien
Nama Orang Tua
Ibu Ayah
Nama Ny. S Tn. S
Umur 38 tahun 43 tahun
Pendidikan SMA S1
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Pegawai Swasta
Riwayat perjalanan penyakit Bayi laki laki lahir sectio caesaria atas indikasi
kepala floating dan oligo hidramnion, dari ibu G2P1A0 hamil 39-40 minggu. Bayi lahir ditolong dokter, saat lahir os langsung menangis, APGAR Score 7/9, dilakukan pembersihan jalan napas.
Riwayat KPSW (-), ketuban jernih, bau (-), kental (-), mekonium (-), anus (+).
Sejak ± umur 5 hari penderita mulai tampak kuning, malas minum (-), demam (-), lemah (-), muntah (-), BAB cair (-), kejang (-).
Riwayat sosial ekonomi Os adalah anak kedua Ayah Os berusia 28 tahun, pendidikan terakhir
SMA yang bekerja sebagai pegawai swasta Ibu Os berusia 26 tahun dengan pendidikan
terakhir SMA, dan bekerja sebagai ibu rumah tangga
Ekonomi keluarga ditanggung oleh orang tua Os.
Kesan: sosial ekonomi kurang
Riwayat kehamilanGPA : G2P1A0Periksa hamil : bidanKebiasaan ibu sebelum/selama kehamilanMinum Alkohol : disangkalMerokok : disangkalMakan obat-obatan tertentu : disangkalPenyakit atau komplikasi kehamilan ini : disangkal
Riwayat persalinanTempat kelahiran
Rumah Sakit
Penolong persalinan
Dokter spesialis obstetri dan ginekologi
Cara persalinan
Sectio caesaria atas indikasi head floating dan oligohidramnion
Masa Gestasi
38-39 minggu
Keadaan Berat badan lahir: 3100g
Panjang badan lahir: 50cm
Langsung menangis
Tiada kelainan bawaan
Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit Ya Tidak HubunganAlergi − V −
Tuberkulosis
− V −
Kejang Demam
− V −
Diare - V -
Riwayat imunisasiVAKSIN IMUNISASI (dalam bulan)
0 1 2 4 6 9 2 thn
Hep B + belum belum
BCG belum
DPT belum belum belum belum
Polio belum belum belum belum belum
Campak belum belum
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan umum Keadaan umum : baik Kesadaran : compos mentis Berat badan : 3400 gram Panjang badan : 50 cm Lingkar Kepala : 34 cm Lingkar Dada : 33 cm Lingkar perut : 30 cm
Aktivitas : aktif Refleks isap : kuat Tangis : kuat Anemis : tidak ada Sianosis : tidak ada Ikterus : (+) Kramer III Dispneu : tidak ada HR : 142 x/menit Pernafasan : 44 x/menit Temperature : 36,20C
Pemeriksaan fisik Lingkar kepala : 34 cm Mata : mata tidak cekung, konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik, refleks cahaya +/+ normal, pupil bulat, isokor.
Hidung : nafas cuping hidung tidak ada. Trauma lahir : caput suksedandum (-), hematom
sefal (-) Leher : tidak ada kelainan
Thorax (paru)Depan Belakang
Inspeksi Kiri Statis dan dinamis simetris, retraksi intercostals tidak ada
Statis dan dinamis simetris, retraksi intercostals tidak ada
Kanan Statis dan dinamis simetris, retraksi intercostals tidak ada
Statis dan dinamis simetris, retraksi intercostals tidak ada
Palpasi Kiri Statis dan dinamis simetris, retraksi intercostals tidak ada, nyeri tekan tidak ada
Statis dan dinamis simetris, retraksi intercostals tidak ada, nyeri tekan tidak ada
Kanan Statis dan dinamis simetris, retraksi intercostals tidak ada, nyeri tekan tidak ada
Statis dan dinamis simetris, retraksi intercostals tidak ada, nyeri tekan tidak ada
Perkusi Kiri Sonor dalam batas normal Sonor dalam batas normalKanan Sonor dalam batas normal Sonor dalam batas normal
Auskultasi Kiri Suara napas vesikulerWheezing tidak adaRonkhi tidak ada
Suara napas vesikulerWheezing tidak adaRonkhi tidak ada
Kanan Suara napas vesikulerWheezing tidak adaRonkhi tidak ada
Suara napas vesikulerWheezing tidak adaRonkhi tidak ada
Pemeriksaan fisikJantungInspeksi : Pulsasi iktus cordis tampakPalpasi : Teraba iktus cordis pada sela iga V linea midclavicula
kiriPerkusi : Batas kanan : sela iga V linea sternalis kanan. Batas kiri : sela iga V, 1cm sebelah medial linea midklavikula kiri. Batas atas : sela iga II linea parasternal kiri.Auskultasi : Katup Aorta : BJ 2 > BJ 1 murni reguller, mur-mur tidak ada, gallop
tidak Katup Pulmonal: BJ 2 > BJ 1 murni reguller, mur-mur tidak ada, gallop
tidak Katup Trikuspidal: BJ 1 > BJ 2 murni reguller, mur-mur tidak ada, gallop
tidak Katup Mitral : BJ 1 > BJ 2 murni reguller, mur-mur tidak ada, gallop
tidak
Abdomen :
Inspeksi : Mendatar, retraksi epigastrium (-)Auskultasi : Bising usus (+) normoperistaltikPalpasi Dinding Perut : supel, nyeri tekan epigastrium (-) Turgor Kulit : Kembali cepat Hati : Tidak teraba membesar Limpa : Tidak teraba membesar Ginjal : Tidak teraba Lain-lain : undulasi (-),ascites (-)Perkusi : Timpani
Pemeriksaan fisik Kulit : Tidak tampak ada kelainan. Anogenital : Tidak tampak kelainan EkstremitasInspeksi`: Deformitas (-), pembengkakkan (-), sianosis (-)Palpasi : akral hangat (+/+) , CRT<2”Movement : Pergerakan keempat ekstremitas baik
Refleks primitif Oral : positif Moro : positif Tonic neck : positif Withdrawal : positif Plantar grasp : positif Palmar grasp : positif
Pemeriksaan PenunjangLaboratorium (14/04/16 ) Kimia Klinik Bilirubin direk : 0,19 mg/dl Bilirubin indirek : 12,31 mg/dl
Ringkasan Bayi N/6 hari/laki-laki, lahir kamar operasi Rumah
Sakit FMC, dari ibu G2P1A0 hamil 39-40 minggu. Bayi lahir ditolong dokter, saat lahir os langsung menangis, APGAR Score 7/9, dilakukan pembersihan jalan napas.
Riwayat KPSW (-), ketuban jernih, bau (-), kental (-), mekonium (-), anus (+). Riwayat penyakit terdahulu (ibu) disangkal, riwayat sosial ekonomi kurang. HPHT , periksa hamil di bidan. Riwayat konsumsi alkohol (-), merokok (-), obat-obatan (-)
Sejak ± umur 5 hari penderita mulai tampak kuning, malas minum (-), demam (-), lemah (-), muntah (-), BAB cair (-), kejang (-).
Follow up ( 14 April 2016 ) S : -
O : a. Ku : Compos mentisb. Bb : 3400kgc. Lk : 34cmd. Nadi : 150kali/menit, I/O cukupe. RR ; 50kali/menitf. Suhu : 37,0o Cg. Aktivitas : baikh. Refleks hisap (+)i. Tangis : kuatj. Ikterik : (+) kramer III A : hiperbilirubinemia neonatus(keluhan belum teratasi) P : Fototerapi 2 x 24 jam + ASI dan PASI 8 x 60 cc
Follow up ( 15 April 2016 ) S : -
O : a. Ku : Compos mentisb. Bb : 3400kgc. Lk : 34cmd. Nadi : 148kali/menit, I/O cukupe. RR ; 47kali/menitf. Suhu : 37,0o Cg. Aktivitas : baikh. Refleks hisap (+)i. Tangis : kuatj. Ikterik : (+) kramer II A : hiperbilirubinemia neonatus(keluhan belum teratasi) P : Fototerapi 2 x 24 jam + ASI dan PASI 8 x 60 cc
Follow up ( 16 April 2016 ) S : -
O : a. Ku : Compos mentisb. Bb : 3400kgc. Lk : 34cmd. Nadi : 146kali/menit, I/O cukupe. RR ; 49kali/menitf. Suhu : 36,8o Cg. Aktivitas : baikh. Refleks hisap (+)i. Tangis : kuatj. Ikterik : (+) kramer II A : hiperbilirubinemia neonatus(perbaikan) P : Fototerapi 2 x 24 jam + ASI dan PASI 8 x 60 cc P : kembali cek bilirubin total dan pemeriksaan darah rutin
hiperbilirubinemia
umur < 24 jam umur > 24 jam periksa Coombs test ulang periksa bil total dan direk ( setelah 12 - 24 jam ) positif negatif bil.direk meningkat bil.direk normal inkompatibilitas golongan darah infeksi intra uterin periksa hematokrit ( ABO, Rh, minor group) sepsis neonatal hepatitis obstruksi biliaris normal/menurun meningkat periksa morfologi RBC polisitemia abnormal normal sferositosis ekstravasasi darah
inkomp.ABO sirk.entrohepatik def. G6PD kel. metab/endokrin
Definisi Ikterus Istilah “ikterus” berasal dari bahasa Yunani
icteros atau istilah “jaundice” berasal dari bahasa Perancis jaune yang berarti “kuning”
gambaran klinis berupa warna kuning pada kulit, sklera atau membran mukosa karena deposisi produk akhir katabolisme heme yaitu bilirubin
HIPERBILIRUBINEMIA Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan
dimana kadar bilirubin total sewaktu >12 mg/dL dan >15 mg/dL pada bayi aterm
ikterus yang terjadi pada hari pertama kehidupan; peningkatan kadar bilirubin >5 mg%/24 jam
peningkatan kadar bilirubin direk >1,5-2 mg% ikterus berlangsung > 2 minggu.
Etiologi Diekskresi melalui plasenta ibu sekarang
harus diekskresi bayi sendiri Eritrosit dan hemolisisnya lebih banyak Lama hidup eritrosit pada neonatus lebih
singkat Jumlah albumin untuk mengikat bilirubin
kurang Fungsi hepar yang belum sempurna Sirkulus enterohepatik meningkat
Ikterus munculHari 1: Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau
isoimunisasi Rhesus Infeksi intrauterin TORCH
Ikterus munculHari 2-5: Prematuritas Infeksi Ikterus fisiologis RDS Sepsis Perdarahan Ekstravaskular
Ikterus munculHari 5-10: Sepsis Breast milk jaundice Galaktosemia Hipotiroidisme Obat-obatan (sulfonamid, furosemid, thiazide,
cephalosporine dll)
Ikterus munculHari >10: Sepsis Neonatal hepatitis Atresia biliaris Peningkatan sirkulasi enterohepatik (stenosis
pilorik, obstruksi usus)
Derajat Ikterus menurut kramer
Daerah hiperbilirubinemia Penjelasan
Kadar bilirubin (mg/dL)
Prematur Aterm
IIIIIIIV V
Kepala dan leherDada sampai pusatPusat bagian bawah sampai lututLutut sampai pergelangan kaki dan bahu sampai pergelangan tanganKaki dan tangan termasuk telapak kaki dan telapak tangan
4 – 85 – 127 – 159 – 18
> 10
4 – 85 – 128 – 16
11 – 18
> 15
Tatalaksana Tujuan penatalaksanaan ikterus pada
neonatus adalah untuk mengendalikan agar kadar bilirubin serum tidak mencapai nilai yang dapat menimbulkan kern ikterus, serta mengobati penyebab langsung ikterus.
Terapi sinar (fototerapi)
Bilirubin indirek tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan
mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin. Ketika bilirubin mengabsorbsi sinar, terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi (80%)
Indikasi terapi sinar: Bayi kurang bulan atau bayi berat lahir rendah dengan
kadar bilirubin >10 mg/dL. Bayi cukup bulan dengan kadar bilirubin >15 mg/dL.
Alat untuk terapi sinar: Lampu dapat berupa:
Tabung fluoresens penghasil sinar blue-green spectrum (panjang gelombang 430-490 nm) dengan kekuatan 30 uW/cm2
Lampu halogen Sistem fibreoptic Lampu gallium nitrid
Pelindung mata Pelindung lampu Kotak penghangat atau incubator Kain atau tirai putih Pengukur suhu tubuh dan ruangan
Bayi Bila berat bayi 2000 gram atau lebih, letakkan
bayi dalam keadaan telanjang di box bayi. Bayi yang lebih kecil diletakkan dalam inkubator.
Tutup mata bayi dengan penutup, pastikan penutup mata tidak menutup lubang hidung. Jangan gunakan plester untuk memfiksasi penutup.
Pemberian fototerapi Letakkan bayi di bawah lampu terapi sinar
dengan jarak 45-50 cm. Letakkan bayi sedekat mungkin dengan lampu Ubah posisi bayi setiap 3 jam. Pastikan bayi terpenuhi kebutuhan cairannya. Pantau suhu tubuh bayi dan suhu udara ruangan
Periksa kadar bilirubin serum tiap 6-12 jam pada bayi dengan kadar bilirubin yang cepat meningkat, bayi kurang bulan, atau bayi sakit. Selanjutnya lakukan pemeriksaan ulang setelah 12-24 jam terapi sinar dihentikan.
Hentikan terapi sinar bila kadar bilirubin turun di bawah batas untuk dilakukan terapi sinar
Komplikasi fototerapi
Komplikasi Mekanisme yang mungkin terjadi
Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin
Diare Bilirubin indirek menghambat laktase
Hemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi eritrosit
Dehidrasi IWL ↑ (30-100%) karena menyerap energi foton
Ruam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast kulit dengan
pelepasan histamin
Preventif Hiperbilirubinemia dapat dicegah dan
dihentikan laju peningkatannya dengan: Pengawasan antenatal yang baik Menghindari obat yang dapat meningkatkan hiperbilirubinemia pada
bayi pada masa kehamilan dan kelahiran, mislnya sulfafurazol, novobiotin, oksitosin, dan lain-lain.
Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus Iluminasi yang baik pada bangsal bayi baru lahir Pemberian makanan yang dini Pencegahan infeksi Pemberian ASI eksklusif Bila memungkinkan, skrining golongan darah ibu dan ayah sebelum
lahir. Bila ada riwayat bayi kuning dalam keluarga, periksa kadar G6PD
PrognosisHiperbilirubinemia baru akan berpengaruh buruk apabila bilirubin indirek telah melalui sawar darah otakPada masa neonatus gejala mungkin sangat ringan dan hanya memperlihatkan gangguan minum, latergi dan hipotonia Selanjutnya bayi mungkin kejang, spastik dan ditemukan epistotonusPada stadium lanjut mungkin didapatkan adanya atetosis disertai gangguan pendengaran dan retardasi mental di hari kemudian
Prognosis Dengan memperhatikan hal di atas, maka sebaiknya pada semua penderita hiperbilirubinemia dilakukan pemeriksaan berkala, baik dalam hal pertumbuhan fisis dan motorik, ataupun perkembangan mental serta ketajaman pendengarannya.