Proceedings SNEB 2014: Hal. 1
PENGARUH RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA
DAN RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN KECAMATAN
PANGANDARAN TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN CIAMIS
(Studi Kasus Pada Kabupaten Ciamis Tahun 2011-2013)
Minda Indrani
1), Anreis Fazlur Rohman
2) 1) Akuntansi, STIE Ekuitas
Jl. PHH Mustopa No. 31 Bandung
email: [email protected] 2) Akuntansi, STIE Ekuitas
Jl. PHH Mustopa No. 31 Bandung
email: [email protected]
Abstrak - Jumlah kunjungan wisatawan ke Pangandaran mengalami penurunan, yakni sekitar 10 %
dibandingkan dengan libur lebaran tahun 2012.Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris
pengaruh Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga (RTRO) dan Retribusi Tempat Pelelangan Ikan (RTPI) kecamatan Pangandaran terhadap peningkatan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Ciamis.
Sampel dalam penelitan ini yaitu Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga Kecamatan Pangandaran, Retribusi
Tempat Pelelangan Ikan kecamatan Pangandarandan PAD pada Pemerintah Kabupaten Ciamis tahun
anggaran 2011 sampai 2013. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupala poran
realisasi APBD. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda untuk mengidentifikasi
variable bebas lebih dari satu yang mempengaruhi variable terikat.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa RTRO dan RTPI mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
PAD dengan nilaisignifikansi sebesar 0,000. Terdapat hubungan yang kuat antar RTRO dan RTPI dalam
meningkatkan penerimaan PAD yaitu sebesar 0,698. RTRO dan RTPI dalam meningkatkan penerimaan
Pendapatan Asli Daerah pada Pemerintah Kabupaten Ciamis
adalah sebesar 48,7%.
Kata Kunci: Retribusi, Pendapatan Asli Daerah.
I. PENDAHULUAN
Pariwisata merupakan sektor yang potensial
untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber
pendapatan daerah.Usaha memperbesar pendapatan
asli daerah, maka program pengembangan dan
pendayagunaan sumber daya dan potensi pariwisata
daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan
bagi pembangunan ekonomi.Secara luas pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai
multidimensi dari rangkaian suatu proses
pembangunan. Pembangunan sektor pariwisata
menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan
politik (Spillane dalam Qadarrachman,
2010:2).Pariwisata adalah salah satu jenis industri
baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan
ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan
kerja, standar hidup serta menstimulasi sektor-
sektor produktivitas lainnya. Selanjutnya sebagai
sektor yang kompleks, ia juga meliputi industri-
industri klasik yang sebenarnya seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata.
Hal tersebut sejalan dengan yang tercantum
dalam Undang-Undang (UU) Nomor 10 tahun 2009
Tentang Kepariwisataan yang menyatakan bahwa
Penyelenggaraan Kepariwisataan ditujukan untuk
meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat, memperluas dan memeratakan kesempatan
berusaha dan lapangan kerja, mendorong
pembangunan daerah, memperkenalkan dan
mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata di
Indonesia serta memupuk rasa cinta tanah air dan
mempererat persahabatan antar bangsa.
Perkembangan pariwisata juga mendorong dan
mempercepat pertumbuhan ekonomi. Kegiatan pariwisata menciptakan permintaan, baik konsumsi
maupun investasi yang pada gilirannya akan
menimbulkan kegiatan produksi barang dan jasa.
Selama berwisata, wisatawan akan melakukan
belanjaannya, sehingga secara langsung
menimbulkan permintaan (Tourism Final Demand)
pasar barang dan jasa. Selanjutnya Final Demand
wisatawan secara tidak langsung menimbulkan
permintaan akan barang modal dan bahan baku
(Investment DerivedDemand) untuk berproduksi
memenuhi permintaan wisatawan akan barang dan
jasa tersebut. Dalam usaha memenuhi permintaan wisatawan diperlukan investasi di bidang
transportasi dan komunikasi, perhotelan dan
akomodasi lain, industri kerajinan dan industri
produk konsumen, industri jasa, rumah makan
restoran dan lain-lain.
Menurut UU Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan, penangkapan ikan adalah Kegiatan
Proceedings SNEB 2014: Hal. 2
untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak
dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara
apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan
kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan,
mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau
mengawetkannya. Sementara itu hasil tangkapan
adalah semua ikan yang tertangkap oleh suatu alat
penangkap ikan. Menurut Peraturan Daerah
Kabupaten Ciamis Nomor 12 Tahun 2011 tentang Retribusi Tempat Pelelangan Ikan, pelelangan ikan
adalah proses jual beli ikan dihadapan umum
dengan cara penawaran bebas dan meningkat.
Sedangkan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) adalah
tempat yang secara khusus disediakan Pemerintah
Daerah untuk melakukan pelelangan ikan termasuk
jasa pelelangan serta fasilitas lainnya yang
disediakan di TPI. Pemerintah berdasarkan
kewenagan yang ada berkewajiban mengatur,
mengurus dan mengawasi pelelangan ikan dengan
tujuan: (a) Meningkatkan pendapatan, taraf hidup dan kesejahteraan nelayan; (b) Mendapatkan
kapasitas pasar dan harga ikan yang layak bagi
nelayan maupun konsumen; (c) Memberdayakan
lembaga perekonomian nelayan; dan (d)
Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
Kota Pangandaran adalah penyumbang PAD
terbesar bagi kabupaten Ciamis.Banyaknya obyek
wisata yang ada di Kota Pangandaran
meningkatkan penerimaan PAD Kabupaten Ciamis.
Dari banyaknya wisatawan yang berkunjung ke
kota Pangandaran berimplikasi terhadap penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah untuk
Kabupaten Ciamis. Selain itu, hasil dari SDA yang
dimiliki kota Pangandaran khususnya akan
kekayaan hasil tangkapan ikan pun menjadi
penyumbang PAD bagi Kabupaten Pangandaran.
Wisatawan adalah raja bagi sebuah objek
wisata, demi mendatangkan ribuan wisatawan ke
Pangandaran tentu harus membuat Pangandaran
sesuai dengan keinginan wisatawan. Namun masih
banyak permasalahan yang harus dibenahi ,
diantaranya: (1) Bersih dari sampah. Pangandaran
memang selama ini masih terkendala dengan masalah kebersihan khususnya berhubungan
dengan sampah plastik yang begitu mudah
ditemukan apalagi pada saat musim ramai seperti
lebaran dan tahun baru, (2) masalah akses jalan
yang belum bagus dan rusak, bahkan disebagian
titik hampir sulit dilewati oleh mobil-mobil rendah
seperti sedan, (3) pedagang pinggir pantai yang
kurang tertata, (4) kurang banyaknya event yang
diadakan, (5) penertiban atas warung remang-
remang yang belum berjalan dengan baik, (6)
wisata yang tertib (parkir di tempat yang telah disediakan, membuang sampah pada tempatnya,
penggunaan fasilitas wisata dengan tertib, berenang
ditempat yang telah disediakan, penataan perahu
supaya tidak membahayakan perenang). Hal itu
diungkapkan Ketua Komite Destination
Management Organitation (DMO), Kabupaten
Pangandaran, H. Supratman, saat rapat koordinasi
dengan Dinas Pariwisata, Perindagkop dan UMKM
(Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) Pangandaran
serta perwakilan TNI dan POLRI, dalam persiapan
menyambut liburan Idul Fitri tahun 2013
(http://www.mypangandaran.com/berita/detail/glob
al/476/jumlah-wisman-diprediksi-turun.html,
dikutip tanggal 28 September 2013).
Dikatakan Kepala Dinas Pariwisata,
Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM
Kabupaten Pangandaran, Suheryana, jumlah kunjungan wisatawan ke Pangandaran mengalami
penurunan, yakni sekitar 10 persen. “Jika
dibandingkan dengan libur lebaran tahun kemarin,
tahun ini memang ada penurunan sekitar 10
persen”. Pada libur lebaran saat ini tercatat sekitar
90 ribu pengunjung, atau menurun 10 ribu dari
tahun sebelumnya yang mencapai 100 ribu
pengunjung. “Jadi secara total memang mengalami
penurunan dari tahun kemarin. Kami menduga
banyak hal yang menyebabkan itu”.Penurunan
tersebut banyak penyebabnya.Seperti dari kondisi jalan menuju Kabupaten Pangandaran yang masih
jelek atau atau dalam tahap perbaikan
(www.pikiran-rakyat.com/node/246123, dikutip
tanggal 28 September 2013).
Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Ciamis
mencatat produksi tangkapan ikan laut yang
dilakukan nelayan di wilayah Ciamis selatan,
sepanjang tahun 2011 mencapai 441,77 ton, atau
perputaran uang yang dihasilkan mencapai angka
Rp. 7,415 milyar. Menurut Sutriaman, Plh Kepala
DKP Kab. Ciamis, tangkapan ikan nelayan belum optimal.Apalagi akhir-akhir ini, cuaca ektrim
membuat nelayan tidak mungkin untuk
melaut.Angka tersebut sebetulnya masih belum
optimal.Tangkapan ikan kali ini juga dipengaruhi
cuaca buruk dan gelombang pasang, sehinnga
kurang maksimal. Padahal berdasarkan data
tangkapan ikan tahun 2006 cukup lebih baik,
bahkan catatan tahun 2009 hasil tangkapannya jauh
lebih baik
(http://www.harapanrakyat.com/2012/02/potensi-
hasil-tangkapan-ikan-di-pangandaran-masih-tinggi/,
dikutip dikutip tanggal 28 September 2013). Tangkapan ikan untuk tahun 2012 mengalami
kemerosotan. Banyak diantara nelayan yang enggan
melaut lantaran cuaca sering tidak
bersahabat.Padahal mereka berharap dengan adanya
bantuan kapal, hasil tangkapan ikan bisa lebih
meningkat seperti tahun-tahun sebelumnya.Potensi
hasil tangkapan ikan nelayan Pangandaran, bisa
mencapai Rp 200 juta perhari. Namun, belum
semua potensi itu bisa dimaksimalkan oleh nelayan
akibat keterbatasan alat tangkap modern.
Menurut Cohen dalam Rizkiyah (2013:2) dampak pariwisata terhadap kondisi sosialekonomi
masyarakat lokal dikelompokan menjadi
delapankelompok besar, yaitu (1) dampak terhadap
penerimaan devisa, (2) dampakterhadap pendapatan
masyarakat, (3) dampak terhadap kesempatan kerja,
(4)dampak terhadap harga-harga, (5) dampak
terhadap distribusi masyarakat ataukeuntungan, (6)
dampak terhadap kepemilikan dan kontrol, (7)
Proceedings SNEB 2014: Hal. 3
dampak terhadappembangunan pada umumnya dan
(8) dampak terhadap pendapatan
pemerintah.Majunya industri pariwisata suatu
daerah sangat bergantung kepada jumlah wisatawan
yang datang, karena itu harus ditunjang dengan
peningkatan pemanfaatan Daerah Tujuan Wisata
(DTW) sehingga industri pariwisata akan
berkembang dengan baik. Negara Indonesia yang
memiliki pemandangan alam yang indah sangat
mendukung bagi berkembangnya sektor industri
pariwisata di Indonesia.Sebagai negara kepulauan,
potensi Indonesia untuk mengembangkan industri
pariwisata sangatlah besar.
Tabel 1. Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Ciamis Tahun Anggaran 2008-2012 (Dalam Jutaan Rupiah).
Tahun
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah
Yang Dipisahkan
Lain-Lain Pad
Yang Sah
2008 5,943 23,096 1,124 16,254 2009 6,918 25,611 1,500 12,531 2010 7,226 34,776 1,842 8,455
2011 11,180 34,476 1,900 7,724 2012 622,706 21,096 102,000 58,483
Sumber: DPPKAD Kabupaten Ciamis
Berdasarkan uraian permasalahan dari latar
belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Retribusi Tempat Rekreasi Dan Olahraga Dan
Retribusi Tempat Pelelangan Ikan Kecamatan
Pangandaran Terhadap Peningkatan
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Ciamis (Studi Kasus pada
Kabupaten Ciamis Tahun 2011-2013)”.
Permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah : 1) Bagaimana gambaran
Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga, Retribusi
Tempat Pelelangan Ikan, dan Pendapatan Asli
daerah pada kabupaten Ciamis?Bagaimana pengaruh Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
kecamatan Pangandaran terhadap peningkatan
penerimaan PAD kabupaten Ciamis secara parsial?
3) Bagaimana pengaruh Retribusi Tempat
Pelelangan Ikan kecamatan Pangandaran terhadap
peningkatan penerimaan PAD kabupaten
Ciamissecara parsial? 4) Bagaimana pengaruh
Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga dan
Retribusi Tempat Pelelangan Ikan kecamatan
Pangandaran terhadap peningkatan penerimaan
PAD kabupaten Ciamis secara simultan?
Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk
memberikan bukti empiris pada:1)Retribusi Tempat
Rekreasi dan Olahraga kecamatan Pangandaran
terhadap peningkatan penerimaan PAD kabupaten
Ciamis. 2) Retribusi Tempat Pelelangan Ikan
kecamatan Pangandaran terhadap peningkatan
penerimaan PAD kabupaten Ciamis.3) Retribusi
Tempat Rekreasi dan Olahraga dan Retribusi
Tempat Pelelangan Ikan kecamatan Pangandaran
terhadap peningkatan penerimaan PAD kabupaten
Ciamis.
Pada penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut : 1) Hasil penelitian ini
dapat menjadi pengalaman untuk menambah
pengetahua serta wawasan penulis mengenai
penerimaan PAD dari sektor pariwisata khususnya di bidang pariwisata dan dari hasil tangkapan ikan
laut, serta mendapat pemahaman antara teori yang
telah diperoleh selama masa perkuliahan dengan
praktek sebenarnya di lapangan. 2) Memberikan
masukan bagi Pemerintah Pusat maupun Daerah
dalam hal penyusunan kebijakan di masa yang akan
datang. 3) Bagi penelitian selanjutnya sebagai
sumber referensi dan informasi untuk
memungkinkan penelitian selanjutnya tentang topik
ini.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendapatan Asli Daerah
Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang Dana
Perimbangan, Pendapatan Asli Daerah merupakan
Pendapatan Daerah yang bersumber dari hasil pajak
daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain
Pendapatan Asli Daerah yang sah, yang bertujuan
untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan
otonomi daerah sebagai perwujudan asas
desentralisasi.
2.2 Retribusi Daerah
Menurut UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah dalam Mardiasmo
(2011:14), Retribusi Daerah adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan.
Proceedings SNEB 2014: Hal. 4
Gambar 1. Skema Paradigma Penelitian
Sumber : Diolah Peneliti
2.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis 1 : Perkembangan Retribusi Tempat
Rekreasi dan Olahraga, Retribusi
Tempat Pelelangan Ikan, dan
Pendapatan Asli Daerah kabupaten
Ciamis tergambarkan dengan baik.
Hipotesis 2 : Retribusi Tempat Rekreasi dan
Olahraga kecamatan Pangandaran
berpengaruh terhadap peningkatan
penerimaan Pendapatan Asli Daerah kabupaten Ciamis.
Hipotesis 3 : Retribusi Tempat Pelelangan Ikan
kecamatan Pangandaran berpengaruh
terhadap Pendapatan Asli Daerah
kabupaten Ciamis.
Hipotesis 4 : Retribusi Tempat Rekreasi dan
Olahraga dan Retribusi Tempat
Pelelangan Ikan kecamatan
Pangandaran berpengaruh terhadap
Pendapatan Asli Daerah kabupaten
Ciamis.
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
yaitu dengan mengumpulkan data-data yang terkait
dengan penelitian ini yaitu realisasi retribusi tempat
rekreasi dan olahraga, realisasi retribusi tempat
pelelangan ikan, dan realisasi pendapatan asli
daerah kabupaten ciamis. Serta metode verifikatif
digunakan untuk menguji lebih dalam tentang
pengaruh retribusi tempat rekreasi dan olahraga
terhadap pendapatan asli daerah dan pengaruh
retribusi tempat pelelangan ikan terhadap pendapatan asli daerah, serta menguji teoridengan
pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau
ditolak.
Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang didapat dari Dinas
Kebudayaan Pariwisata kabupaten Ciamis, Dinas
Kelautan dan Perikanan kabupaten Ciamis, dan
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah kabupaten Ciamis. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh Retribusi Tempat
Rekreasi dan Olahraga kecamatan Pangandaran, Retribusi Tempat Pelelangan Ikan kecamatan
Pangandaran dan PAD Pemerintah Kabupaten
Ciamis.
Penentuan sampel dilakukan secara purposive
sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013:122).Yang
menjadi bahan pertimbangan disini yaitu karena
penerapan UU No. 28 Tahun 2009 baru bisa
direalisasikan pada tahun 2011.
3.1 Analisis Data
Penelitian ini menggunakan bantuan
programsoftware SPSS versi 20 dan Microsoft
Excell dalam melakukan analisis datanya.
3.2 Uji Asumsi Klasik
Menurut Suharyadi dan Purwanto (2009:230) Uji asumsi klasik diperlukan agar nilai koefisien
regresi yang dihasilkan baik atau tidak bias.Uji
asumsi klasik yang akan digunakan dalam
penelitian ini meliputi :
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas digunakan sebagai
pertimbangan pemilihan alat uji statistik yang
tepat.Uji normalitas dilakukan dengan uji
Kolmogorov-Smirnov, Normal Probability
Plot atau grafik histogram(Sugiyono,
2013:239). b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas
(independen).Dalam model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel bebas.Uji multikolinearitas dilakukan
dengan melihat nilai tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF) dari hasil analisis
dengan menggunakan SPSS. Jika hasil dari
pengujian menunjukkan bahwa tidak ada nilai
toleransi yang kurang dari 10% ataupun hasil perhitungan VIF kurang dari 10 dari setiap
variabel independen maka, didalam model
regresi tidak terdapat gejala adanya
multikolinearitas antar variabel independen
(Priyatno, 2012:152).
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
varian dari residual pada suatu pengamatan
yang lain. Model regresi yang baik adalah
yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas (Priyatno, 2012:158).Uji
Heteroskedastisitas yang dilakukan yakni
menggunakan Uji Glejser dan Melihat pola
titik-titik Scatterplot.
d. Uji Autokorelasi
Retribusi Tempat
Pelelangan Ikan
Pendapatan
Asli Daerah
Retribusi Tempat
Rekreasi dan
Olahraga
Proceedings SNEB 2014: Hal. 5
Y= a + b1X1 +b2X2
Autokorelasi adalah keadaan dimana pada
model regresi ada korelasi antara residual
pada periode t dengan residual pada periode
sebelumnya (t-1) (Priyatno, 2012:172).Model
regresi yang baik adalah regresi yang bebas
dari autokorelasi. Uji autokorelasi dideteksi
dengan menggunakan uji Durbin-Watson
dengan ketentuan sebagai berikut:Angka D-W
dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif, Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti
tidak ada autokorelasi, Angka D-W diatas +2
berarti ada autokorelasi negatif.
3.3 Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan oleh
peneliti bila peneliti bermaksud meramalkan
bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel
dependen (kriterium) bila dua atau lebih variabel
independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi
(dinaik turunkan nilainya). Jadi analisis regresi berganda akan dilakukan bila jumlah variabel
independennya minimal 2 (Sugiyono, 2013:277).
Jika sebuah variabel terikat dihubungkan
dengan dua variabel bebas maka, pesamaan regresi
bergandanya adalah:
(Sugiyono, 2013:277)
Keterangan:
Y = Variabel terikat (nilai duga Y).
X1, X2 =Variabel bebas.
a, b1, b2 =Koefisien regresi berganda.
a = Nilai Y, apabila X1 =X2 = 0. b1 = Besarnya kenaikan/penurunan
Y dalam satuan, jika X1 naik/turun
satu satuan dan X1 konstan.
b2 = Besarnya kenaikan/penurunan
Y dalam satuan, jika X2 naik/turun
satu satuan dan X2 konstan.
+ atau - = Tanda yang menunjukkan arah
hubungan antara Y dan X1 atau X2.
Nilai koefisien a, b1, b2 dapat ditentukan
dengan cara metode kuadrat terkecil (Least
Square):
𝐚 = ∑𝐘𝐢 ∑𝐗𝐢
𝟐 − ∑𝐗𝐢 ∑𝐗𝐢𝐘𝐢
𝒏∑𝐗𝐢𝟐 − (∑𝐗𝐢)
𝟐
𝐛 = 𝐧∑𝐗𝐢𝐘𝐢 − ∑𝐗𝐢 ∑𝐘𝐢
𝐧∑𝐗𝐢𝟐 − (∑𝐗𝐢)
𝟐
(Sugiyono, 2013:272)
Cara lain untuk memperoleh nilai koefisien
regresi a, b1 dan b2 yang dilakukan secara manual
dapat digunakan metode OrdinaryLeast Square
(OLS). Nilai koefisien regresi a, b1 dan b2 dapat
dicari dengan persamaan berikut ini.
∑Y = na + b1∑X1 + b2∑X2 . . . . . . . . . . . .. . . . . . . (a)
∑X1Y = a∑X1 + b1∑X12 + b2∑X1∑X2 . . . . . . . . . . (b)
∑X2Y = a∑X1 + b1∑X1∑X2 + b2∑X22 . . . . . . . . . . (c)
Sumber : Sugiyono, 2013:279
3.4 Koefisien Korelasi Berganda
Koefisien korelasi yang digunakan adalah korelasi sederhana Pearson Product Moment (r)
dan korelasi ganda.Hal ini dikarenakan untuk dapat
menghitung korelasi ganda diawali terlebih dahulu
dengan menghitung korelasi sederhana Pearson
Product Moment (r) (Sugiyono, 2013:248). Untuk dapat memberi interpretasi terhadap
kuatnya hubungan dalam korelasi, maka dapat
mempergunakan pedoman seperti berikut ini:
Tabel 2. Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0.199 Sangat Rendah
0.20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2013:250)
Proceedings SNEB 2014: Hal. 6
3.5 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi adalah kemampuan
variabel X (variabel independen) untuk
mempengaruhi variabel Y (variabel dependen).
Semakin besar koefisien determinasi menunjukkan
semakin baik kemampuan X menerangkan Y. Besarnya koefisien determinasi adalah kuadrat dari
koefisien korelasi dan dapat dirumuskan sebagai
berikut:
(Sugiyono, 2013:252)
Keterangan:
Kd = Koefisien determinasi
Ryx1x22 = Koefisien korelasi dikuadratkan
3.6 Pengujian Hipotesis
1. Pengujian Signifikansi Parsial (Uji – t)
Menurut Priyatno (2012:139), uji stastistik t
pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara
individual dalam menerangkan variabel dependen.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan
significance level 0,05 (α = 5%). Adapun kriteria
pengujian yang digunakan, sebagai berikut :
a. Jika –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel maka H0 diterima.
b. Jika –thitung < –ttabel atau thitung > ttabel maka H0
ditolak.
Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan
dengan kriteria sebagai berikut :
a. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis
ditolak (koefisien regresi tidak signifikan). Ini
berarti bahwa secara parsial variabel
independen tersebut tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen.
b. Jika nilai signifikan ≤0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan). Ini
berarti secara parsial variabel independen
tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen.
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji – F)
Uji signifikansi simultan (Uji – F) digunakan
untuk menguji signifikansi Retribusi Tempat
Rekreasi dan Olahraga ke kecamatan Pangandaran
dan Retribusi Tempat Pelelangan Ikan kecamatan
Pangandaran terhadap PAD kabupaten Ciamis secara simultan.Adapun kriteria pengujian yang
digunakan, sebagai berikut :
a. Jika –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel maka H0 diterima.
b. Jika –thitung < –ttabel atau thitung > ttabel maka H0
ditolak.
Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan
dengan kriteria sebagai berikut :
a. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis
ditolak (koefisien regresi tidak signifikan). Ini
berarti bahwa secara parsial variabel
independen tersebut tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen.
Jika nilai signifikan ≤0,05 maka hipotesis
diterima (koefisien regresi signifikan). Ini berarti
secara parsial variabel independen tersebut
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen.
IV. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuji,
maka terdapat beberapa hal yang dapat dijelaskan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Hasil analisis deskripsi baik retribusi tempat
rekreasi dan olahraga, retribusi tempat
pelelangan ikan, dan pendapatan asli daerah
kabupaten Ciamis tidak selalu terjadi
kenaikan akan tetapi terjadi pula penurunan
tiap tahunnya.
2. Hasil uji hipotesis baik secara parsial maupun
simultanretribusi tempat rekreasi dan olahraga
serta retribusi tempat pelelangan ikan
berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah.
Uji Normalitas One sample Kolmogorov-
Smirnov menunjukkan tingkat signifikansinya
adalah 0,628. Nilai signifikansi tersebut lebih dari
0,05 (0,628> 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa
nilai residual tersebut telah normal dan sudah
memenuhi asumsi normalitas.
Uji Multikolinearitas menunjukan bahwa nilai
Tolerance dari variabel RTRO dan RTPI sebesar
0,869 atau lebih dari 0,10 dan nilai VIF RTRO dan
RTPI sebesar 1,151 atau kurang dari 10. Maka
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah-masalah multikolinearitas pada model regresi.
Hasil Uji Glejser menunjukan bahwa nilai
signifikansi variabel RTRO dan RTPI lebih dari
0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada
model regresi linier.
Hasil Uji Autokorelasi yang didapat yaitu nilai
Durbin-Watson sebesar 1,888. Hasil tersebut
menunjukan DU < DW < 4 – DU (1,5770< 1,888 <
2,423), maka dapat disimpulkan bahwa dalam
model regresi linear berganda tidak terdapat autokorelasi.
Hasil Uji t menunjukan bahwa nilaithitung untuk
RTRO sebesar 2,937 > dari ttabel 2,042. Hasil 2,042
didapat dengan cara melihat ttabel dengan rumus n-k
(33-3) = 30 dengan probabilitas 0,05 : 2 = 0,025.
Dapatdilihat pula dari tingkat signfikansi dimana
0.006 < 0.05, maka Ha diterima.Artinya Retribusi
Tempat Rekreasi dan Olahraga (RTRO)
berpengaruh secara signifikan terhadap PAD.Selain
itu hasil Uji t menunjukanbahwa nilai thitung untuk
RTPI sebesar 3,093 > dari ttabel 2,042.Dapatdilihat
Kd = Ryx1x22 x 100%
Proceedings SNEB 2014: Hal. 7
pula dari tingkat signfikansi dimana 0.004 < 0.05,
maka Ha diterima.Artinya Retribusi Tempat
Pelelangan Ikan (RTPI) berpengaruh secara
signifikan terhadap PAD.
Berdasarkan hasil uji regresi berganda, dapat
diperoleh persamaan linier sebagai berikut:
PAD = 3473439485,047 + 7,337X1 + 40,423X2
Untuk persamaan regresi linier berganda, dapat
dilihat nilai konstanta sebesar Rp.
3.473.439.485,047 artinya apabila RTRO dan RTPI
dianggap konstan (bernilai nol), maka PAD akan
bernilai Rp. 3.473.439.485,047. Apabila RTRO
mengalami peningkatan Rp. 1,00, maka PAD akan
meningkat sebesar Rp. 7,337 dan apabila RTPI
mengalami peningkatan Rp. 1,00, maka PAD akan
meningkat sebesar Rp. 40,423.
Berdasarkan hasil Uji koefisien korelasi, dapat
dilihat bahwa hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,698, jika dibandingkan dengan
tabel interpretasi koefisien korelasi, nilai tersebut
berada pada interval 0,600 – 0,799 yang memiliki
tingkat hubungan kuat. Dengan kata lain variabel
RTRO dan RTPI memiliki tingkat hubungan yang
kuat dengan variabel PAD.
Selain itu nilai koefisien determinasi (R²)
sebesar 0,487, yang berarti variabel PAD
dipengaruhi secara simultan oleh RTRO dan RTPI
sebesar 48,7%. Nilai tersebut bisa terjadi karena
fakor-faktor lain diluar variabel yang penulis teliti dianggap ceteris paribus.
Selanjutnya dilakukan Uji Fatau pengujian
secara simultan antara variabel X1 dan X2 terhadap
Y pada tingkat signifikan 5%. Jumlah N=33 dan
jumlah variabel bebas atau independen (K) adalah
2, sehingga dapat diketahui DK penyebut = N-K-1
(33-2-1) = 30. Maka hasil Uji F menunjukan bahwa
nilai Fhitung adalah sebesar 14,257 sedangkan nilai
Ftabel sebesar3,316 dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa Fhitung 14,257 > Ftabel 3,316.
Selain itu juga dapat dilihat dari perbandingan
probabilitas dengan tingkat signifikansi dimana probabilitas sebesar 0.000 nilainya lebih kecil dari
nilai signifikansi sebesar 0.05 (0.000 < 0.05)
artinya Ha diterima,sehingga dapat disimpulkan
bahwaRetribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
(RTRO) dan Retribusi Tempat Pelelangan Ikan
(RTPI) secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan
pengujian hipotesis mengenai pengaruh Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga (RTRO) dan
Retribusi Tempat Pelelangan Ikan (RTPI) terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Pemerintah
Kabupaten Ciamis tahun 2011 sampai dengan
2013, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
kecamatan Pangandaran berpengaruh
signifikan dalam meningkatkan penerimaan
Pendapatan Asli Daerah pada Pemerintah
Kabupaten Ciamis. Hal ini dapat dilihat dari
nilai thitung untuk RTRO sebesar 3,853 > dari ttabel 2,042. Selain itu, dapat dilihat dari tingkat
signfikansi dimana 0.001 < 0.05, yang artinya
Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
(RTRO) berpengaruh secara signifikan
terhadap PAD.
2. Retribusi Tempat Pelelangan Ikan kecamatan
Pangandaran berpengaruh signifikan dalam
meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli
Daerah pada Pemerintah Kabupaten Ciamis.
Hal ini dapat dilihat dari nilai thitung untuk
RTPI sebesar 3,955 > dari ttabel 2,042. Selain
itu, dapat dilihat dari tingkat signfikansi dimana 0.000 < 0.05, yang artinya Retribusi
Tempat Rekreasi dan Olahraga (RTRO)
berpengaruh secara signifikan terhadap PAD.
3. Hasil pengujian yang dilakukan secara
simultan (bersamaan), dimana variabel
independen yang terdiri dari Retibusi Tempat
Rekreaasi dan Olahraga dan Retribusi Tempat
Pelelangan Ikan kecamatan Pangandaran
secara simultan (bersamaan) berpengaruh
signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah
kabupaten Ciamis. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai (R) 0.698 yang jika
dilihat dari tabel pedoman penilaian koefisien
korelasi berada pada interval 0,600 0,799 yang menunjukan bahwa terdapat hubungan
yang kuat antara Retribusi Tempat Rekreasi
dan Olahraga dan Retribusi Tempat
Pelelangan Ikan dalam meningkatkan
penerimaan Pendapatan Asli Daerah
kabupaten Ciamis. Sedangkan koefisien
determinasi atau nilai Kd sebesar 48,7%.
Hasil perhitungan koefisien determinasi
menunjukkan bahwa Retribusi Tempat
Rekreasi dan Olahraga dan Retribusi Tempat Pelelangan Ikan dalam meningkatkan
penerimaan Pendapatan Asli Daerah pada
Pemerintah Kabupaten Ciamis adalah sebesar
48,7% dan sisanya sebesar 51,3% dipengaruhi
variabel lain yang tidak penulis teliti.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
keberadaan Retribusi Tempat Rekreasi dan
Olahraga dan Retribusi Tempat Pelelangan Ikan
kecamatan Pangandaran mempunyai peran yang
cukup besar atas peningkatan penerimaan
Pendapatan Asli Daerah kabupaten Ciamis.
REFERENSI
Akudugu, A.A. (2012), accountability in local
government revenue management: who
does what?, International Journal of
Proceedings SNEB 2014: Hal. 8
Information and Knowledge Management,
Vol. 2, No. 8, hlm 22-32.
Duwi Priyatno (2012), Mandiri Belajar Analisis
Data dengan SPSS, Penerbit Mediakom.
Ferry Pleanggra dan Edi Yusuf A.G. (2012), Analisis Pengaruh Jumlah Obyek Wisata,
Jumlah Wisatawan dan Pendapatan
Perkapita terhadap Pendapatan Retribusi
Obyek Pariwisata 35 Kabupaten/Kota di
Jawa Tengah, Diponegoro Journal of
Economics, Vol. 1, No. 1, hlm 1-8.
Mardiasmo (2011), PerpajakanEdisi Revisi 2011,
Penerbit CV Andi Offset.
Marihot P. Siahaan (2010), Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, Penerbit PT Raja
Grafindo Persada.
Masyuri, Z. (2008), Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis danAplikatif, Penerbit
Refika Aditama.
Moh.Nazir (2011), Metode Penelitian, cetakan ke-
7, Penerbi Ghalia Indonesia.
Nasrul Qadarrachman (2010), Analisis Penerimaan
Daerah Dari Sektor Pariwisata Di Kota
Semarang Dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya, Universitas
Diponegoro.
Rizkiyah, N. (2013),Kajian Pengembangan Objek
Wisata Pantai Depok Terhadap Pendapatan Asli Daerah, Jurnal Ilmiah
Pendidikan Ekonomi IKIP Veteran
Semarang, Vol. 1, No. 1, hlm 76-86.
Sugiyono (2013), Metode Penelitian Bisnis
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D), cetakan ke-17, Penerbit Alfabeta.
Sugiyono (2013), Metode Penelitian Pendidikan
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D), cetakan ke-13, Penerbit Alfabeta.
Suharyadi dan Purwanto (2009), Statistika Untuk
Ekonomi dan Keuangan Modern, ed.2,
Penerbit Salemba Empat.
Warsito, K., Abdul, R. dan Sri, H. (2008),
Akuntansi Sektor Publik: Pendekatan
Penganggaran Daerah dan Akuntansi
Keuangan Daerah. Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang.
Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 12 Tahun 2011 tentang Retribusi Pelelangan
Ikan.
Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 17
Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat
Daerah Kabupaten Ciamis
Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 2
Tahun 2012 tentang Retribusi Tempat
Rekreasi dan Olahraga.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun
2007 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak dan Retribusi Daerah.
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Dana Perimbangan.
http://www.harapanrakyat.com/2012/02/potensi-
hasil-tangkapan-ikan-di-pangandaran-masih-tinggi/, diunduhtanggal 28
September 2013.
http://www.harapanrakyat.com/2012/02/potensi-
hasil-tangkapan-ikan-di pangandaran-
masih-tinggi/ diunduhtanggal 28
September 2013.
http://www.mypangandaran.com/berita/detail/globa
l/476/jumlah-wisman-diprediksi-
turun.html, diundug tanggal 28 September
2013.
www.pikiran-rakyat.com/node/246123, diunduh
tanggal 28 September 2013.