PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 3-1
Pada Bab ini, penjelasan mengenai grand scenario akan dimulai dengan deskripsi
skenario perubahan dan strategi dalam mengupayakan perubahan tersebut dalam
bentuk strategi perubahan sosial.
3.1 Skenario Perubahan
Skenario ini bertujuan untuk mengintegrasikan sejumlah langkah dalam
meningkatkan kepedulian publik terhadap pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatn
ruang sebagai bagian dari pendidikan publik jangka panjang melalui media massa dan
pembinaan masyarakat langsung yang dirancang untuk kurun waktu 5 tahun.
Skenario tersebut mencakup strategi dan kiat-kiat untuk mengkomunikasikan
kebijakan umum penataan ruang kepada publik melalui iklan layanan masyarakat di
media elektronik dan media lainnya.
Sesuai dengan maksud dari kegiatan ini yaitu menumbuhkan kepedulian
(awareness dan concern) masyarakat agar ikut berperan dalam penyelenggaraan
penataan ruang, khususnya dalam pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang,
maka skenario yang disusun berangkat dari asumsi kondisi pesimis, dimana norma-
norma penataan ruang tidak dipatuhi oleh masyarakat/dilanggar. Oleh karena itu,
skenario perubahan ini akan dimulai dengan melakukan eksplorasi terhadap kasus-
kasus pelanggaran penataan ruang aktual di Indonesia. Sesuai dengan lingkup
pekerjaan ini, maka kasus penataan ruang yang diulas adalah pemanfaatan dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
Bab 3 DESKRIPSI GRAND SCENARIO
GERAKAN PENINGKATAN KEPEDULIAN PUBLIK DALAM
PENATAAN RUANG
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 3-2
Kasus pemanfaatan ruang yang dijadikan contoh adalah kasus ketidaksesuaian
antara rencana tata ruang dengan implementasinya dalam hal pemanfaatan lahan.
Persoalan ini dimunculkan karena penyimpangan terhadap pemanfaatan fungsi lahan
merupakan persoalan umum yang sering terjadi di Indonesia dalam berbagai skala
spasial. Sehingga diharapkan skenario terburuk (worst scenario) yang mungkin terjadi
apabila persoalan tersebut tidak segera diatasi dapat mewakili persoalan pemanfaatan
ruang secara umum.
Kasus pengendalian pemanfaatan ruang yang dijadikan contoh adalah terkait
lemahnya supremasi hukum yang merupakan salah satu instrumen penting dalam
pengendalian pemanfaatan ruang, khususnya dalam kegiatan pengawasan.
a. Kasus Pemanfaatan Ruang (Alih Fungsi Pemanfaatan Lahan) 1. Kasus Kawasan Perguruan Tinggi (KPT) Jatinangor
Berdasarkan hirarki kota Struktur Tata Ruang Jawa Barat, kawasan Jatinangor
diklasifikasikan sebagai kota menengah dengan hirarki IIA, yaitu dengan fungsi
perumahan, pusat perdagangan dan jasa, koleksi dan distribusi dengan skala pelayanan
interregional, pendidikan dan pariwiasata. Hal ini sudah dimulai dengan kebijakan
relokasi empat perguruan tinggi dari Bandung. Dalam sistem perkotaan Bandung Raya,
kawasan ini ditetapkan sebagai kota dengan hierarki IA, yaitu kota yang dikembangkan
sebagai pusat pertumbuhan (counter magnet) di sekitar Bandung. Pada awalnya,
kawasan ini ingin mengadopsi konsep kawasan perguruan tinggi di luar negeri, seperti
Edinburgh, Tsukuba, dan Stanford. Kawasan-kawasan tersebut memliki supporting
system yang baik, dimana fungsi kegiatan sosial ekonomi diwarnai oleh berbagai
kegiatan dan usaha yang berkaitan dengan perguruan tinggi. Akan tetapi, pada
kenyataaannya, perubahan pada berbagai aspek menimbulkan beban berat yang
diemban tersebut telah berakibat pada menurunnya kualitas fungsi KPT Jatinangor
sebagai kawasan pendidikan tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan supporting system yang
tidak mampu lagi mewadahi arus aktivitas pendidikan tinggi yang terjadi.
Kawasan yang asalnya perkebunan karet ini sekarang telah menjadi kawasan
padat dengan mayoritas penduduknya adalah mahasiswa pendatang. Dengan harga
tanah yang tinggi, penduduk asli lebih memilih untuk menjual tanahnya dan pindah ke
Bandung, Sumedang, atau daerah lain. Sementara itu, needs akan suatu kawasan kost
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 3-3
bagi mahasiswa tidak terwadahi dalam RTRW kawasan tertentu KPT Jatinangor ini,
sehingga tempat kos menjamur dan menjadi bisnis yang menggiurkan. Tercatat ada
7625 kamar kos di kawasan ini sekarang, yang tentunya akan semakin bertambah.
Tata ruang di kawasan ini menjadi kacau dan tidak terkendali. Daya dukung
lingkungan tampaknya sudah tidak dapat memenuhi aktivitas yang terjadi, misalnya
kurangnya sumber air bersih, minimnya prasarana jalan, dan sebagainya. Pemerintah
Kabupaten Sumedang kemudian memberlakukan pajak terhadap kamar kos sebagai
bentuk pengendalian terhadap tata ruang yang semakin kacau di kawasan ini, selain
untuk memperkaya Pendapatan Asli Daerah (PAD) tentunya. Namun para pemilik modal
yang berasal dari luar KWT, terus saja membangun tempat kos baru di lahan-lahan
yang ada tanpa peduli rencana penataan kawasan pemukiman mahasiswa yang telah
dibuat oleh pemerintah Kabupaten Sumedang bekerja sama dengan Pusat Studi Urban
Desain ITB.
2. Kasus rusaknya kawasan konservasi air Bogor, Puncak, dan Cianjur (Bopunjur)
Kawasan Bopunjur memiliki curah hujan yang tinggi, yaitu rata-rata 3500 mm per
tahun. Bopunjur juga merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) dari beberapa sungai
yang melewati Jakarta, Tangerang, Bekasi, Depok, dan bermuara ke teluk Jakarta.
Sungai-sungai ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari penduduk
sekitar, juga untuk irigasi. Karena banyaknya manfaat dari kawasan Bopunjur ini, maka
peraturan perundangan yang mengatur mengenai kawasan ini telah ada sejak 39 tahun
lalu. Mulai dari Peraturan Pemerintah No.3 Tahun 1963 hingga yang terbaru, yaitu
Keputusan Presiden No. 114 Tahun 1999. Dalam peraturan-peraturan tersebut, fungsi
utama kawasan Bopunjur adalah konservasi air tanah, udara, flora, dan fauna. Akan
tetapi, luas kawasan ini yang awalnya mencapai 130.000 ha, semakin berkurang.
Selama 10 tahun terakhir, kawasan ini telah mengalami konversi besar-besaran (sekitar
22 %) menjadi permukiman, hotel, villa, dan restoran. Jika pelanggaran-pelanggaran
tersebut terus dibiarkan terjadi, fungsi kawasan Bopunjur menjadi hilang. Masyarakat di
hilir seperti Jakarta, Tangerang dan Depok, akan sulit mendapatkan sumber air bersih,
banjir, kemacetan lalu lintas, kekeringan, dll. Kebutuhan irigasi pun tidak akan terpenuhi
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 3-4
yang akan berdampak pada pengurangan produktifitas lahan pertanian dan pada
akhirnya mengancam stok pangan nasional.
b. Kasus Pengendalian Pemanfaatan Ruang (Lemahnya Supremasi Hukum Penataan Ruang)
Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Penatagunaan Tanah
Lokasi Mal Taman Anggrek (Jakarta) berada di kawasan hijau, sedangkan lokasi
kawasan bisnis Kemang (Jakarta) seharusnya merupakan kawasan perumahan
(menurut RTRW). Sementara itu, lokasi perumahan mewah Pantai Indah Kapuk
(Jakarta) yang dekat dengan bandara menyebabkan banjir di sekitar jalan tol menuju
bandara. Ketiga kasus tersebut merupakan contoh dari akibat ketidakpastian hukum tata
ruang di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan peraturan perundangan yang
mengaturnya secara lebih tegas. Saat ini, pemerintah sedang membuat Rancangan
Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Penatagunaan Tanah. Bila ada bangunan yang
tidak sesuai dengan tata ruang, maka akan dibongkar, bahkan akan dicabut hak atas
tanahnya. Di satu sisi, pemberlakuan RPP ini dikhawatirkan akan menakuti para investor
asing. Akan tetapi, di sisi lain, berbagai bentuk pelanggaran tata ruang memang
memerlukan peraturan yang lebih tegas. Jika tidak, dikhawatirkan berbagai dampak
negatif akan terjadi, seperti banjir yang sering melanda Jakarta akhir-akhir ini.
Beberapa cuplikan kasus aktual tentang pemanfaatan dan pengendalian
pemanfaatan ruang di atas menunjukkan kepedulian masyarakat dalam penataan ruang
sangat penting agar skenario terburuk (worst scenario) seperti banjir, kesulitan air
bersih, kemacetan lalu lintas, terbentuknya slum area, turunnya produksi pangan, dan
sebagainya tidak terjadi. Namun, meningkatnya kepedulian masyarakat akan penataan
ruang bukan sesuatu yang muncul secara tiba-tiba, melainkan sebuah proses jangka
panjang yang membutuhkan tahapan-tahapan sistematis dalam pencapaiannya. Oleh
karena itu strategi yang harus dilakukan dalam mengatasi kondisi tersebut agar worst
scenario tidak terjadi adalah strategi yang berupaya untuk mengubah attitude
masyarakat Indonesia yang disebut strategi perubahan sosial.
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 3-5
Pada hakikatnya, gerakan peningkatan kepedulian publik terhadap penataan
ruang melalui strategi perubahan sosial merupakan sebuah proses untuk mengubah
knowledge, opinion, dan attituded masyarakat terhadap pemanfaatan dan pengendalian
pemanfaatan ruang. Lebih jelas mengenai strategi perubahan sosial akan diuraikan
pada sub bab 3.2 berikut.
3.2 Strategi Perubahan Sosial
Perubahan sosial dengan tujuan akhir diadopsinya norma pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang oleh masyarakat binaan, dapat dilakukan melalui
beberapa cara:
3.2.1 Jenis Strategi Perubahan Sosial 1) Persuasive Strategy. Dalam strategi ini media massa mengambil peranan besar, karena pada umumnya
komunikasi persuasi dapat berfungsi melalui pembentukan opini publik, publikasi dan
iklan.
2) Normative-reeducative. Norma adalah aturan yang berlaku di masyarakat. Peranan penting norma telah
dijelaskan sebelumnya sebagai fungsi kohesi dan motivasi sosial. Dengan strategi ini,
norma diajarkan kembali kepada kelompok masyarakat untuk menanamkan dan
mengganti agar paradigma berpikir lama diganti dengan yang baru. Strategi ini
berlangsung lebih lama dan panjang karena menggunakan model komunikasi pribadi
dan kelompok.
3) Power Strategy. Strategi ini menggunakan pendekatan otoritatif yang membongkar semua sistem dan
nilai yang ada secara koersif (memaksa) dan represif (menekan). ‘Sweeping’ IMB
terhadap villa di Puncak adalah contoh yang gamblang.
Sebagai catatan, pendekatan otoritatif tidak kami gunakan dalam skenario ini
karena wewenang penindakan merupakan wewenang pemerintah daerah, sehingga
tidak termasuk dalam kerangka perubahan sosial yang kami rencanakan. Dalam
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 3-6
pendekatan persuasif, perubahan sosial didorong dengan pembentukan opini publik
melalui teknik kehumasan atau kejurnalistikan. Sementara pendekatan pembelajaran
normatif dilakukan melalui komunikasi personal dan komunikasi kelompok melalui
pembinaan masyarakat.
3.2.2 Tahap Perubahan Seperti telah disampaikan pada bab sebelumnya, terdapat beberapa tahap untuk
mencapai sebuah perubahan sosial. Namun secara teoritis, perubahan sosial tidak
mungkin dicapai dengan target. Karena individu amat unik sehingga jangka waktu
terjadinya perubahan pada konteks individu, dan berarti juga pada level sosial, tidak
dapat dibatasi oleh waktu. Yang mungkin dilakukan adalah menetapkan kapan
dimulainya sebuah kegiatan pada tiap tahap dan kapan pengukuran dilakukan. Namun
kegiatan itu tidak mungkin dihentikan pada jangka waktu tertentu. Sebab norma sosial
harus tetap diteguhkan (reinforced) karena individu cenderung menyimpang dan
generasi terus berganti sehingga norma itu harus terus diajarkan (internalized).
Sehingga setiap tahap perubahan tidak akan pernah selesai dikerjakan.
Dalam konteks kegiatan gerakan peningkatan kepedulian publik dalam
pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang, tahapan tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Tahap Pengenalan Indikasi pencapaian tahap ini terdiri dari beberapa variabel, yaitu:
(1) Mengetahui adanya informasi mengenai tata ruang
(2) Mengetahui manfaat informasi tersebut
Hasil kegiatan awal ini akan dievaluasi sebagai bagian dari kritik terhadap model,
teknik dan bentuk komunikasi, serta interval waktu pada setiap tahap (milstone) kegiatan
yang termaktub dalam grand skenario gerakan ini.
2) Tahap Menaruh Minat Pencapaian tahap ini ditunjukkan dengan beberapa indikasi, yaitu:
(1) Ingatan terhadap ILM di radio dan televisi
(2) Pernah membaca di surat kabar, majalah, dan media cetak lainnya.
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 3-7
(3) Pernah mengikuti kegiatan penyuluhan mengenai tata ruang.
Kegiatan membangun minat dan tahapan selanjutnya, dimulai pada interval tahun
ke-2. Namun setiap intensitas kegiatan pada masing-masing tahap, dilakukan dengan
mempertimbangkan rekomendasi-rekomendasi dari kegiatan tahap sebelumnya.
3) Tahap Penilaian Tahap penilaian ini tampak dari:
(1) Adanya upaya untuk menilai informasi tentang tata ruang
(2) Menghubungkan dengan situasi saat ini dan yang akan datang
(3) Mencari kegunaan informasi tentang tata ruang
Dari tahapan di atas publik diharapkan melakukan penilaian terhadap informasi
tata ruang untuk dihubungkan dengan situasi dirinya, baik saat ini maupun yang akan
datang dan menentukan untuk mencobanya atau tidak.
4) Tahap Percobaan Pada tahap ini perubahan nampak dari:
(1) Upaya untuk mencoba mengaplikasikan informasi secara individu
(2) Upaya mengaplikasikan informasi dalam skala kelompok
5) Tahap Konfirmasi Tahap ini terlihat dengan:
(1) Upaya untuk mencari lebih banyak informasi tentang tata ruang
(2) Upaya menyebarkan informasi tadi ke dalam kelompoknya
6) Tahap Penerimaan Tahapan ini terdiri dari beberapa langkah, yaitu:
(1) Ada kebutuhan untuk melakukan pemanfaatan dan pengendalian tata ruang
(2) Ada keyakinan untuk melakukan pemanfaatan dan pengendalian tata ruang
(3) Ada tindakan nyata untuk melaksanakan norma baru
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 3-8
3.2.3 Kelompok Sasaran 1) Klasifikasi Masyarakat Sasaran
Pihak yang akan menjadi sasaran untuk didorong kepeduliannya dalam proses
penyelenggaraan penataan ruang adalah tipologi masyarakat berdasarkan kesamaan
karakteristik potensi permasalahan dalam konteks pemanfaatan dan pengendalian
pemanfaatan ruang. Oleh karena itu, kelompok sasaran dibedakan menjadi 2 (dua)
tipologi, yaitu:
a. Kelompok masyarakat perkotaan b. Kelompok masyarakat perdesaan
Tipologi tersebut bersifat umum dan mampu merepresentasikan keragaman
karakteristik masyarakat dari aspek lainnya, seperti kelompok usia, profesi, dan
sebagainya.
2) Pencapaian Kondisi Kepedulian Setiap kelompok masyarakat yang menjadi sasaran gerakan peningkatan
kepedulian ini diharapkan mencapai sebuah kondisi ideal kepedulian. Apabila merujuk
kepada norma penataan ruang, yaitu pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan
ruang, kondisi ideal kepedulian tentu saja sesuai dengan tujuan rasionalitas yang ingin
dicapai oleh setiap norma tersebut.
a. Kelompok Masyarakat Perkotaan Di antara berbagai norma penataan ruang yang telah disajikan pada Subbab 2.4.1
dan 2.4.2 ada beberapa norma yang menyentuh permasalahan masyarakat perkotaan.
Setiap norma tersebut menghendaki adanya suatu kondisi ideal kepedulian kelompok
masyarakat perkotaan. Berikut norma yang menyentuh masyarakat perkotaan berikut
kondisi pencapaian yang diharapkan.
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 3-9
TTAABBEELL 33..11 BBEEBBEERRAAPPAA GGAAMMBBAARRAANN KKOONNDDIISSII KKEEPPEEDDUULLIIAANN MMAASSYYAARRAAKKAATT PPEERRKKOOTTAAAANN
DDAALLAAMM PPEEMMAANNFFAAAATTAANN RRUUAANNGG
Isu Kondisi Kepedulian yang Diharapkan Kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri (Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999) Hak guna usaha, hak guna bangunan, guna hak pakai atas tanah (Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996) Pedoman pembangunan perumahan dan permukiman dengan lingkungan hunian yang berimbang (Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, dan Menteri Perumahan Rakyat No.648-384/1992, No.739/KPTS/1992, No.09/KPTS/1992) Peremajaaan pemukiman kumuh yang berada di atas tanah negara (Inpres RI No.5 Tahun 1990) Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah daan air permukaan (Peraturan Daerah Propinsi DKI Jakarta No.1 Tahun 2004) Sumber daya air (Undang-undang No.7 tahun 2002) Tata pengaturan air (Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 1982)
Munculnya kesadaran masyarakat tentang prasyarat lingkungan sesuai dengan rencana tata ruang pada suatu kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri Masyarakat perkotaan mulai memiliki kesadaran penuh dalam melaksanakan tertib administrasi pertanahan, sehingga dalam pemanfaatannya tidak akan mengalami kendala yang tidak diharapkan, baik kendala secara hukum maupun kendala lingkungan. Kesadaran ini dimulai dengan adanya tindakan kongkrit masyarakat untuk melakukan kegiatan administratif terkait hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai atas tanah di wilayah perkotaan. Masyarakat perkotaan memahami akan program pemerintah dalam pembangunan perumahan dan permukiman dengan lingkungan hunian yang berimbang. Pemahaman ini akan memunculkan kesadaran untuk mematuhinya sesuai norma yang berlaku. Munculnya pemahaman dan kesadaran masyarakat perkotaan akan pentingnya melakukan aktivitas peremajaan permukiman kumuh di atas negara, khususnya bagi masyarakat kota yang tinggal di permukiman kumuh. Masyarakat memiliki pemahaman akan pemilikan, penguasaan, pengelolaan, penggunaan, pengusahaan, dan pengawasan atas air beserta sumbernya. Munculnya pemahaman akan ketidakseimbangan antara ketersediaan air dengan kebutuhan akan air, sehingga pada akhirnya akan menumbuhkan kesadaran untuk memakai air dengan hemat dan melestarikan sumber-sumber air. Masyarakat perkotaan mempunyai kesadaran untuk memanfaatkan sumber air sesuai kebutuhan dengan mentaati tata aturan pemakaiannya (prinsip keseimbangan dalam pemanfaatan).
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 3-10
TTAABBEELL 33..22 BBEEBBEERRAAPPAA GGAAMMBBAARRAANN KKOONNDDIISSII KKEEPPEEDDUULLIIAANN MMAASSYYAARRAAKKAATT PPEERRKKOOTTAAAANN
DDAALLAAMM PPEENNGGEENNDDAALLIIAANN PPEEMMAANNFFAAAATTAANN RRUUAANNGG
Isu Kondisi Kepedulian yang Diharapkan Hak guna usaha, hak guna bangunan, dan hak pakai atas tanah (Peraturan Pemerintah No.40 Tahun 1996) Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Keppres No.77 Tahun 1994) Perhitungan dan pelaporan serta informasi indeks standar pencemar udara (Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No.107 Tahun 1997) Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air (Peraturan pemerintah No.82 Tahun 2001)
Masyarakat perkotaan mulai memiliki kesadaran penuh dalam melaksanakan tertib administrasi pertanahan, sehingga dalam pemanfaatannya tidak akan mengalami kendala yang tidak diharapkan, baik kendala secara hukum maupun kendala lingkungan. Kesadaran ini dimulai dengan adanya tindakan kongkrit masyarakat untuk melakukan kegiatan administratif terkait hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai atas tanah di wilayah perkotaan. Masyarakat memiliki pemahaman mengenai adanya suatu badan yang berfungsi untuk melakukan pengendalian terhadap dampak lingkungan, sehingga dapat menggunakan badan tersebut sesuai dengan fungsinya itu. Masyarakat memiliki pengetahuan mengenai indeks standar pencemar udara, sehingga dapat turut menjaga agar tidak mencemari udara melebihi indeks standar tersebut, dan diharapkan untuk melakukan upaya-upaya untuk mengurangi kandungan pencemar di udara. Masyarakat paham dan sadar akan pentingnya menjaga kelestarian air, sehingga pada akhirnya diharapkan muncul upaya-upaya dari masyarakat untuk turut menjaga kelestarian air.
b. Kelompok Masyarakat Perdesaan Norma pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang yang
menyentuh masyarakat perdesaan ditunjukkan pada Tabel 3.3 dan 3.4 berikut.
TTAABBEELL 33..33 BBEEBBEERRAAPPAA GGAAMMBBAARRAANN KKOONNDDIISSII KKEEPPEEDDUULLIIAANN MMAASSYYAARRAAKKAATT PPEERRDDEESSAAAANN
DDAALLAAMM PPEEMMAANNFFAAAATTAANN RRUUAANNGG Isu Kondisi Kepedulian yang Diharapkan
Hak guna usaha, hak guna bangunan, guna hak pakai atas tanah (Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996)
Masyarakat perdesaan mulai memiliki kesadaran penuh dalam melaksanakan tertib administrasi pertanahan, sehingga dalam pemanfaatannya tidak akan mengalami kendala yang tidak diharapkan, baik kendala secara hukum maupun kendala lingkungan.
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 3-11
Isu Kondisi Kepedulian yang Diharapkan Pengelolaan kawasan lindung (Keppres No.32 Tahun 1990) Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah daan air permukaan (Peraturan Daerah Propinsi DKI Jakarta No.1 Tahun 2004) Sumber daya air (Undang-undang No.7 tahun 2002) Tata pengaturan air (Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 1982)
Kesadaran ini dimulai dengan adanya tindakan kongkrit masyarakat untuk melakukan kegiatan administratif terkait hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai atas tanah di wilayah perkotaan. Masyarakat perdesaan memilki pemahaman mengenai kawasan lindung, sehingga pada akhirnya akan muncul kesadaran untuk melestarikan kawasan lindung. Masyarakat memiliki pemahaman akan pemilikan, penguasaan, pengelolaan, penggunaan, pengusahaan, dan pengawasan atas air beserta sumbernya. Munculnya pemahaman akan ketidakseimbangan antara ketersediaan air dengan kebutuhan akan air, sehingga pada akhirnya akan menumbuhkan kesadaran untuk memakai air dengan hemat dan melestarikan sumber-sumber air. Masyarakat perdesaan mempunyai kesadaran untuk memanfaatkan sumber air sesuai kebutuhan dengan mentaati tata aturan pemakaiannya (prinsip keseimbangan dalam pemanfaatan).
TTAABBEELL 33..44 BBEEBBEERRAAPPAA GGAAMMBBAARRAANN KKOONNDDIISSII KKEEPPEEDDUULLIIAANN MMAASSYYAARRAAKKAATT PPEERRDDEESSAAAANN
DDAALLAAMM PPEENNGGEENNDDAALLIIAANN PPEEMMAANNFFAAAATTAANN RRUUAANNGG
Isu Kondisi Kepedulian yang Diharapkan Pendaftaran tanah (Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997) Hak guna usaha, hak guna bangunan, guna hak pakai atas tanah (Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996)
Masyarakat memiliki pemahaman mengenai pendaftaran tanah, beserta tata cara dan fungsinya, sehingga akan tercipta jaminan kepastian hukum bagi tanah mereka. Masyarakat perdesaan mulai memiliki kesadaran penuh dalam melaksanakan tertib administrasi pertanahan, sehingga dalam pemanfaatannya tidak akan mengalami kendala yang tidak diharapkan, baik kendala secara hukum maupun kendala lingkungan. Kesadaran ini dimulai dengan adanya tindakan kongkrit masyarakat untuk melakukan kegiatan administratif terkait hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai atas tanah di wilayah perkotaan.
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 3-12
Isu Kondisi Kepedulian yang Diharapkan
Penertiban dan pendayagunaan tanah terlantar (Peraturan Pemerintah No.36 Tahun 1998) Panduan penyusunan AMDAL kegiatan pembangunan di daerah lahan basah (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2000) Pengendalian kerusakan dan atau pencemaran lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan atau lahan (Peraturan Pemerintah No.4 Tahun 2001)
Munculnya kesadaran masyarakat perdesaan untuk mengelola tanah terlantar sesuai isi peraturan ini, sehingga berdaya guna dan berhasil guna serta bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Masyarakat memiliki pemahaman mengenai penyusunan AMDAL di daerah lahan basah, terutama masyarakat yang akan melakukan kegiatan pembangunan. Masyarakat perdesaan memiliki pemahaman mengenai cara-cara untuk mengendalikan kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan/atau lahan, sehingga pada akhirnya diharapkan akan muncul action dari masyarakat.
3.2.4 Metode dan Media Perubahan 1) Metode
Didasari pemahaman bahwa “kepedulian” adalah pola perilaku yang dihasilkan
dalam proses yang panjang, maka “Gerakan peningkatan kepedulian publik dalam
penataan ruang” harus dilandasi pada tujuan dan sasaran jangka panjang untuk
melakukan peningkatan bahkan pada perubahan perilaku publik khususnya dalam hal
kepedulian sosial (social awareness). Seluruh kegiatan yang dilakukan harus
berorientasi pada kegiatan yang dapat memicu perubahan sikap/perilaku dan bukan
sebatas penyampaian informasi.
Kegiatan “mengkomunikasikan kebijakan penataan ruang” akan lebih merupakan
penjembatan antara kebijakan pimpinan DitJen dalam hal penataan ruang kepada
masyarakat luas melalui pembentukan opini publik. Melalui kegiatan koordinasi secara
berkala masukan-masukan dari pimpinan DitJen kegiatan pembentukan opini publik
tidak terlepas dari kebijakan yang berkembang di lingkungan DitJen Penataan Ruang.
Istilah opini publik sendiri digunakan untuk munjuka pendapat yang dikumpulkan
dari sejumlah individu atas satu topik tertentu. Jumlah individu tersebut tidak harus
mencapai 100 juta orang atau seribu. Yang jelas, pendapat itu harus sama isinya. Jika
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 3-13
dari seluruh pendapat yang ada atas satu tema, jumlah pendapat yang sama lebih
banyak jumlahnya, maka itulah pendapat publik. Artinya, opini publik adalah pendapat
terbesar dari sejumlah individu yang tidak terorganisasi namun menaruh minat yang
sama terhadap satu hal yang kontroversial dan dikemukakan secara spontan. Selain
pooling, surat pembaca juga bisa menjadi tolok ukur volume dari masing-masing
pendapat yang ada.
Leo Bogart mengatakan, Opini Publik tidak terbentuk dari akumulasi pendapat
yang sama, melainkan muncul dari tengah-tengah polemik, perbedaan pendapat yang
menajam, setelah masing-masing mengemukakan pandangan, alasan dan pengetahuan
terhadap satu topik tertentu.
Dari definisinya, nampak, Opini Publik berperan untuk menangkap aspirasi
rakyat karena perdebatan yanng muncul akan memberi gambaran keragaman sikap
anggota masyarakat. Di sisi lain, Opini Publik juga berperan dalam memperoleh
dukungan, karena setelah perdebatan, akan terakumulasi jumlah pendapat yang lebih
besar dari pendapat lain dan menjadi dasar legitimasi pada keputusan yang sepaham
dengan pendapat tersebut.
Opini Publik tidak akan pernah terbentuk di dalam masyarakat yang tertutup
karena tidak pernah ada perbedaan pendapat yang terbuka. Namun di dalam
masyarakat demokratis, Opini Publk dapat ditumbuhkan dengan sejumlah cara. Seperti
telah disebutkan, Opini Publik tersalur melalui saluran komunikasi massa, karena media
ini sanggup dengan cepat mengakumulasi pendapat-pendapat yang ada. Sehingga
membentuk opini publik pun dapat dilakukan melalui saluran ini dengan cara
menumbuhkan polemik. Misalnya melalui artikel atau surat pembaca berisi pendapat
yang kontroversial, atau melalui peristiwa semu (pseudo events) kontroversial yang
direkayasa untuk menarik perhatian pers sehingga muncul berita yang diharapkan
memunculkan perdebatan. Opini publik juga dapat ditumbuhkan melalui artikel atau
surat pembaca berisi pendapat terhadap issu yang sudah kontroversial atau
merekayasa peristiwa semu yang berkaitan dengan peristiwa yang sudah kontroversial
dan mendapat sorotan pers itu.
Jadi, menumbuhkan opini publik dapat dilakukan melalui penyampaian pendapat
yang kontroversial dan memunculkan polemik, lalu diakhiri dengan tindakan yang
mendorong munculnya pendapat yang sama atas issue kontroversial itu. Pekerjaan ini
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 3-14
disebut juga public relations, yang diterjemahkan secara serampangan dalam bahasa
indonesia, hubungan masyarakat. Untuk mampu menumbuhkan opini publik, seorang
petugas humas harus memiliki pemahaman tentang teknik menulis artikel, berpikir
kreatif argumentatif, manajemen redaksi, penulisan berita, press release, event
organizing, image branding, dan opinion pooling.
Karena membentuk opini publik tergantung pada ketertarikan media pers, maka
materi kegiatan harus pula memperhatikan mekanisme kerja redaksi. Salah satunya
adalah kriteria yang menentukan peristiwa apa yang dapat masuk ke dalam halaman
koran atau jam tayang siaran berita. Salah satu kriteria adalah Names Makes News.
Orang penting selalu mungkin mendapat perhatian pers. Namun jika apa yang
diucapkan atau dilakukannya tidak penting (important), bukan hal baru yang berkaitan
dengan peristiwa terakhir (actual), tidak luar biasa (odd), tidak menyentuh kepentingan
khalayak pembaca atau pemirsa (proximity), atau tidak merupakan keputusan akhir
pemegang kekuasaan (government action), dan tidak akan berdampak luas (great impact), maka seperti kata Shakespeare, What is in the name? Pada nama pula
biasanya redaksi menentukan mana artikel yang dapat dimuat atau hanya akan mampir
di surat pembaca. Selanjutnya baru pada muatan artikel tersebut.
Beberapa contoh kontroversi yang aktual dapat menjadi kendaraan untuk
mengarahkan perhatian publik pada persoalan penataan ruang. Salah satunya,
reklamasi PIK Jakarta Utara yang tertulis di atas. Selain itu, rencana revitalisasi
kawasan lindung dan eks Afdeling Punclut seluas 200 Ha di Kota Bandung dan Konversi
tata guna lahan hutan lindung seluas 700 Ha menjadi jalan raya Dago Lembang yang
melintasi Kota dan Kabupaten Bandung.
Kontroversi yang telah atas rencana revitalisasi lahan di daerah Punclut, adalah
entry point yang dapat dimanfaatkan oleh jajaran Departemen Pemukiman dan
Prasarana Wilayah untuk membentuk opini publik. Suara Departemen, melalui press
release atau tindakan dari Dirjen bahkan Menteri, de facto maupun de jure, meski di era
otonomi adalah suara tertinggi yang menarik perhatian pers. Kunjungan Depkimpraswil
ke Kota Bandung untuk melihat rencana proyek jalan Dago Lembang pertengahan Juli
2004 lalu, juga merupakan salah satu contoh kegiatan yang seharusnya dapat
digunakan sebagai entry point pembentuka opini publik. Karena kontroversi atas
rencana itu bahkan telah mendorong sejumlah aksi jalanan di Kota Bandung. Dengan
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 3-15
suara, baik pendapat atau keputusan, juga kegiatan yang dilakukan Depkimpraswil
sebagai instansi vertikal tertinggi, pers akan menempatkannya pada halaman utama
koran lokal.
Untuk meraih perhatian pers dan mendapat tempat di halaman utama koran
nasional, maka isu yang diangkat harus pula berskala besar. Depkimpraswil bisa saja
ikut mengamati kasus Buyat vs Newmont. Karena Newmont juga beroperasi di Mataram
NTB. Sementara untuk memperoleh tempat yang lapang di media televisi, kontroversi
biasanya harus dibumbui sedikit sensasi, karena tayangan informasi di media televisi,
adalah program yang paling tidak menarik sehingga redaksi cenderung mencari sensasi
agar mendapat perhatian pemirsa. Sentuhan ini dapat disuguhkan kepada mereka
dengan temuan-temuan hukum atas kasus tersebut atau drama konflik antar-instansi
vertikal, namun tentu dalam cara terakhir tadi, ada resiko politik yang harus
dipertimbangkan. Tapi begitulah kerja masing-masing media massa untuk mencari
perhatian pembaca atau pemirsa. Ini terjadi karena kerasnya persaingan antarmedia.
Selain memanfaatkan kontroversi yang ada, tentunya cara lain adalah
memunculkan kontroversi sendiri. Misalnya, pada bulan Agustus tema yang diusung
adalah kemarau panjang akibat kurangnya cadangan air. Secara teoritis, ini karena
lemahnya pengendalian tata guna lahan hutan konservasi menjadi hutan produksi.
Kasus mengeringnya Sungai Mahakam tahun lalu dapat menjadi entry point. Kemudian
pada Bulan September, pada masa putaran kedua Pilpres, kontroversi adalah hal yang
paling tidak diinginkan pihak keamanan, karenanya, opini publik bisa juga dibentuk
dengan sebuah kegiatan launching sebuah kelembagaan baru seperti Badan Koordinasi
Penataan Ruang Nasional, atau seminar tentang UU nomor 24 tahun 1992.
Pada Bulan Oktober menjelang musim hujan, maka kontroversi yang akan
menarik perhatian publik adalah banjir. Betulkah Banjir yang menyengsarakan warga
jakarta karena Villa di Cianjur dan Bogor? Pertanyaan itu jelas segera mengundang
kontroversi.
Bulan November adalah bulan penuh hikmah bagi umat muslim, tetapi
kontroversi masih boleh berlangsung, dengan tujuan amar ma'ruf nahi munkar. Bisa saja
kita lemparkan issue kompleks pesantren yang tidak sehat karena fasilitas umum dan
sosial yang tidak memadai untuk sekian banyak santri. Atau mesjid yang tidak
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 3-16
menyediakan sarana air wudlu yang bebas najis, dst. Bisa saja bekerja sama dengan
MUI atau Sub Dinas Kesehatan Lingkungan pada Dinas Kesehatan Kota atau
Kabupaten.
Pada bulan Desember, isu kemacetan lalu lintas antarkota atau antarwilayah
bisa digunakan karena publik baru saja menikmati kemacetan pada arus mudik lebaran.
Atau juga issue rencana Penataan Bandung metropolitan untuk mengatasi kemacetan
lalin di Kota Bandung, seperti yang dijanjikan dalam kunjungan tim Kimpraswil di depan
Gubernur Jawa Barat dan Walikota Bandung Juli 2004 lalu.
Demikian halnya dengan kegiatan “pembinaan masyarakat”, yang lebih ditujukan
untuk menangkap masukan nyata dari sisi masyarakat terhadap kebutuhan materi
publikasi. Kegiatan ini juga dapat digunakan sebagai sarana pengujian kegiatan
publikasi, dimana masyarakat sebagai penerima manfaat publikasi akan menjadi target
ukur keefektifan publikasi yang dilakukan.
Sementara kegiatan pembuatan dan penayangan iklan layanan masyarakat lebih
ditujukan sebagai sarana mencari bentuk, jenis dan model publikasi yang tepat melalui
media elektronik. Hasil evaluasi terhadap kegiatan ini akan menjadi umpan balik untuk
menentukan model yang tepat untuk direplikasikan dalam kuantitas yang besar dan
waktu yang lebih panjang.
Tema usulan iklan layanan masyarakat untuk setiap periodenya tersebut dapat
diilustrasikan dalam tabel berikut:
TTAABBEELL 33..55 UUSSUULLAANN TTEEMMAA KKOONNTTRROOVVEERRSSIIAALL DDAALLAAMM PPEENNAATTAAAANN RRUUAANNGG
Waktu penayangan (bulan)
Agustus September Oktober November Desember
Tem
a
seminar tentang UU No. 24 tahun 1992
kegiatan launching sebuah kelembagaan baru
permasalahan banjir
pesantren atau masjid yang tidak sehat. tidak tersedianya sarana air wudhu yang memadai, dsb.
kemacetan antar wilayah maupun kota
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 3-17
2) Media
Dalam kegiatan yang didahulukan untuk meningkatkan kepedulian publik
terhadap suatu program atau kebijakan secara persuasif dan partisipatif, maka
Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) adalah pilihan terbaik. KIE adalah kegiatan
komunikasi yang dilakukan kepada masyarakat dalam bentuk aktifitas
informasi/penerangan yang mempunyai wawasan pendidikan (edukasi) dan bertujuan
untuk mengubah kehidupan masyarakat menjadi lebih baik melalui proses perubahan
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap manfaat gerakan program (dalam
hal ini kepedulian masyarakat terhadap penatan ruang.). Komunikasi ditujukan untuk
memperoleh dukungan ataupun partisipasi aktif masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan.
a. Dasar Pemilihan Media
Media massa yang digunakan dalam Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik
dalam Penataan Ruang (GPKPDPR) terdiri atas media cetak (majalah dan surat kabar)
dan media siar (radio dan televisi). Untuk lebih memfokuskan pemanfaatan media
secara efektif dan efisien, maka pemilihan media untuk mendukung kegiatan
operasional harus didasarkan pada:
(1) Kebutuhan luasnya jangkauan dan kecepatan penetrasi
Agar pesan yang ingin disampaikan dapat menjangkau masarakat lebih luas dan lebih
cepat dalam penetrasinya, maka pemilihan media siar elektronik (TV dan Radio) dengan
skala nasional seperti TVRI dan RRI menjadi pilihan media yang efektif.
(2) Kebutuhan pemeliharaan memori
Media luar ruang seperti bilboard dan majalah memiliki efektifitas lebih tinggi untuk
mendukung tujuan agar pesan dapat diingat oleh publik dalam waktu lama. Hal ini
karena kedua media tersebut memiliki “life span” yang lebih panjang.
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 3-18
(3) Kebutuhan jangkauan publik secara selektif
Media surat khabar adalah media yang lebih tepat untuk menyampaikan pesan kepada
publik sesuai dengan segmen atau kelompok sasaran tertentu.
(4) Kebutuhan jangkauan publik lokal
Apabila segmen publik yang ingin dijadikan sasaran publikasi adalah bersifat lokal,
maka penggunaan media siar lokal seperti radio lokal dan mdia luar ruang seperti
billboard/papan reklame akan lebih efektif.
(5) Kebutuhan frekuensi tinggi
Penggunaan radio dengan intensitas tinggi akan lebih efektf untuk mendukung
kebutuhan penyampaian informasi dengan frekuensi tinggi.
Strategi operasional di atas, sesuai dengan yang ditawarkan Blake and
Haroldson melalui konsep Dimensi Saluran Komunikasi.
(1) Channel Credibility. Pilihlah saluran dengan karakter yang sesuai dan dipercaya oleh penerima pesan.
Media cetak adalah saluran yang cocok untuk berkomunikasi secara persuasif dan
informatif kepada kalangan menengah atas perkotaan dan elite pedesaan. Sementara
televisi dan radio lebih cocok untuk menarik perhatian kalangan menengah ke bawah.
(2) Channel Feedback. Pilihlah saluran komunikasi yang dapat memberikan umpan balik dengan segera jika
komunikasi intensif seperti teknik instruktif atau persuasif akan dilakukan, karena
komunikasi tatap muka lebih mempermudah umpan balik dibanding media massa.
(3) Channel Involvement. Pilihlah saluran yang memungkinkan peserta komunikasi berperan serta intensif untuk
memperoleh efek komunikasi yang lebih kuat. Dalam hal ini tatap muka dalam kelompok
kecil adalah medium yang cocok dibanding media massa.
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 3-19
(4) Channel Availability. Pilihlah saluran yang tersedia disebagian besar tempat untuk meraih sebanyak mungkin
peserta komunikasi. Tentunya ini adalah keunggulan media massa seperti radio.
(5) Channel Permanency. Pilihlah saluran yang paling mungkin menyimpan pesan sebanyak dan selama mungkin,
seperti yang sanggup dilakukan media cetak. Sementara televisi dan radio amat sulit
mengemban tugas itu.
(6) Channel Multiplicative Power. Pilihlah saluran yang paling mungkin menyebarkan pesan sebanyak mungkin dalam
waktu sesingkat mungkin. Ini adalah keunggulan radio.
(Blake and Haroldson, A Taxonomy of Concepts in Communication, 1979)
Dalam upaya pembentukan opini publik, penggunaan media diarahkan kepada
penggunaan:
1. Media Nasional, yang memiliki dampak nasional dan mempunyai nilai exposure
yang tinggi dan dipadukan dengan penggunaan
2. Media Regional dan Lokal, sebagai pendukung media nasional dan mempunyai
daya lingkup yang sesuai dengan kondisi lokal.
Penggunaan bentuk media tertentu untuk mempublikasikan program biasanya
tergantung pada tujuan program itu sendiri. Kenyataannya, hampir tidak ada satu pun
media yang dapat efektif untuk semua program. Televisi, misalnya, kurang cocok untuk
menampilkan rincian spesifikasi teknis program. Untuk publikasi seperti ini, media cetak
lebih tepat.
Pengukuran efektivitas suatu media sebenarnya dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Semua jenis media dapat diperbandingkan berdasarkan faktor tertentu. Yang perlu
diingat adalah pembanding tersebut bersifat umum dan berdasarkan angka rata-rata
dari setiap media. Untuk melakukan suatu analisis media, banyak istilah dan pengertian
yang harus kita pahami terlebih dahulu, yaitu:
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 3-20
1. Rating
Istilah ini biasa dipergunakan untuk mengukur efektivitas penggunaan pesawat TV atau
radio sebagai media penyampai pesan. Rating adalah suatu ukuran yang menunjukkan
bagian dari sejumlah individu atau rumah tangga yang melihat atau mendengar suatu
program pada suatu waktu tertentu, yang biasanya dinyatakan dalam persentase.
2. HUT (Home Using TV)
HUT merupakan persentase dari jumlah rumah yang menghidupkan pesawat TV pada
suatu kurun waktu tertentu. TV biasanya menunjukkan angka yang lebih tinggi pada
malam hari, sedangkan radio pada pagi dan siang hari.
3. PUT (People Using TV)
Dari orang yang ada di rumah, masih bisa dirinci siapa yang sedang menyaksikan siaran
tv. Dengan membandingkan berapa orang yang menyaksikan dengan jumlah orang
yang ada, maka dapat diketahui persentase PUT.
4. Share
Share merupakan persentase sederhana dari HUT.
5. Gross Rating Points (GRPs)
GRP adalah besaran yang menunjukkan jumlah kasar publik sasaran yang dapat
dicapai. GRP adalah hasil perkalian rating sebuah program dengan kekerapan
penayangan iklan. Seperti rating, satuan GRP adalah persen.
6. Impresi
Impresi merupakan sumlah perkalian dari jumlah rumah tangga yang menyaksikan
suatu program dan banyaknya tayangan suatu iklan yang disisipkan dalam program
tersebut. Jadi, apabila suatu program tv disaksikan 20.000 rumah tangga, disisipi iklan
sabun 2 kali, maka impresi iklan tersebut adalah 40.000.
7. Jangkauan
Gambaran yang paling jelas untuk konsep penghitungan jangkauan ini adalah melalui
ilustrasi dengan diagram Venn. Misalnya dari 100 penduduk:
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 3-21
35 orang membaca majalah x
25 orang membaca majalah y
40 orang membaca majalah z
13 orang membaca majalah x dan y
5 orang membaca majalah x dan z
10 orang membaca majalah y dan z
2 orang membaca majalah x, y, dan z
maka jangkauan masing-masing majalah dapat digambarkan sbb:
GGAAMMBBAARR 33..11 JJAANNGGKKAAUUAANN MMAAJJAALLAAHH
X Y
19 11 4
2
27 26
Z
Dari gambar tersebut dapat dilihat dengan jelas bahwa jangkauan masing-masing
majalah x,y, dan z adalah 35%, 25%, dan 40%. Sedangkan kombinasinya mempunyai
daya jangkau 47% (x dan y), 70% (x dan z), 55% (y dan z), serta 74% (x, y, dan z).
83
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 3-22
8. Frekuensi
Pengertian frekuensi di sini adalah rata-rata berapa kali seseorang menyaksikan suatu
iklan yang sama. Dari diagram Venn di atas tampak bahwa ketiga majalah mempunyai
publik sasaran kasar sebesar (35+25+40)% = 100%, sedangkan jangkauannya hanya
sebesar 74%. Dengan demikian frekuensi rata-ratanya adalah 100 dibagi 74, atau sama
dengan 1,35 kali. Artinya sebuah iklan yang dimuat pada ketiga majalah tersebut rata-
rata dilihat 1,35 kali oleh seorang pembaca.
9. Cost Per Thounsand (CPM)
CPM kependekan dari Cost Per Mille. Dalam bahasa Latin, mille berarti ribu. Konsep ini
adalah penghitungan biaya penyampaian iklan per seribu individu atau rumah tangga
yang dijangkauannya. Penghitungan ini biasanya dipergunakan untuk menentukan
media mana yang paling murah. Misalnya , biaya pemasangan iklan program satu
halaman berwarna dalam sebuah majalah berita mingguan adalah Rp 4.000.000
sedangkan pembaca efektifnya hanya 52.739 orang, maka CPM-nya adalah Rp
4.000.000 : 52.739 = Rp 75.845,20
10. Cost Per Rating Point
Selain CPM, pengukuran lain yang berhubungan dengan biaya adalah Cost/GRP.
Fungsi utama konsep ini adalah untuk memperkirakan biaya total untuk suatu rencana
penayangan iklan di tv atau radio di dalam suatu pasar.
Komunikasi bermedia, juga harus memperhitungkan noise. Secara alamiah,
setiap media memiliki noise yang sudah pasti mereka miliki. Radio misalnya, dikenal
sebagai medium yang selintas karena khalayak mendengar radio biasanya sambil
melakukan kegiatan lain. Sementara televisi memiliki kemampuan lebih untuk menyedot
perhatian pemirsa, namun perhatian itu mengendur begitu iklan ditayangkan karena
kultur pembuat iklan yang kurang kreatif sehingga pemirsa terbiasa untuk tidak melihat
iklan yang membosankan. Berbeda dengan media elektronik, media cetak lebih sulit
menarik perhatian karena minat untuk membaca harus dimiliki dulu oleh pembaca.
Karena media cetak harus dibeli terlebih dahulu, barulah setelah itu materi pesan punya
kemungkinan terbaca. Pemilihan media yang tepat belum menjamin adanya ketertarikan
khalayak, tetapi juga cara penyampaian dan isi pesan.
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 3-23
Itu disebut dengan struktur pesan. Cara penyampaian dan isi pesan menjadi
elemen berikutnya yang menentukan apakah komunikasi akan berjalan efektif atau
tidak. Santoso Sastropoetro menulis, komunikasi akan berjalan efektif jika tercipta
suasana komunikasi yang menguntungkan, menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan ditangkap, temanya menggugah perhatian dan minat karena memberi gambaran akan adanya manfaat bagi penerima pesan. Dalam ilmu periklanan ini
dikenal dengan model AIDDA (attention, interest, desire, decition, action). Minat dapat
ditumbuhkan dengan membangun kontras antara hal yang tidak seharusnya dengan
yang seharusnya atau dengan memperlihatkan adanya manfaat langsung dan
sebaliknya kerugian langsung. Namun sekali lagi, menurut Sastropoetro, bahasa juga
berpengaruh pada keberhasilan komunikasi karena harus sesuai dengan frame of
reference (for) dan frame of experience (foe) penerima pesan (Sastropoetro, dalam
Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi, Remaja Karya, 1989).
b. Jenis Media
a) Iklan Layanan Masyarakat
(1) Pembuatan dan Penayangan Iklan Layanan Masyarakat
Pembuatan materi Iklan Layanan Masyarakat diserahkan kepada profesional pembuat
iklan. Mereka disebut dengan Production House (PH) yang melakukan proses kreatif
pembuatan iklan. Sejumlah PH dapat pula berperan sebagai agen yang membantu
pemilihan media untuk penayangan (media planning) pemasangan iklan di media
tertentu (media buying) dan menentukan jam tayangnya (media placement). Paket
pekerjaan ini tentunya mempengaruhi budget kegiatan.
(2) Produksi Materi Demo atau Pilot Iklan layanan Masyarakat
Merupakan kegiatan penerjemahan detil dan teknis produksi dari materi iklan layanan
masyarakat yang telah disusun ke dalam bentuk film iklan (untuk TV) dan materi siaran
(untuk radio). Kegiatan ini sepenuhnya dilakukan oleh production house dalam bentuk
kegiatan studio dan meliputi:
• kegiatan pendetilan scenario ke dalam alur cerita,
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 3-24
• pembentukan narasi, feature dan bentuk tampilan
• penentuan dan pembentukan media untuk versi yang terpilih (kartun animasi atau
film hidup) untuk TV dan jenis script untuk media radio
• penuangan ke dalam master film (shooting dan rekaman) dalam bentuk klip film iklan
(untuk media TV)
• penuangan script ke dalam rekaman dan jingle untuk media radio
• pengeditan dan penyiapan film dan rekaman dalam alternatif durasi tampilan 1
menit, 30 detik dan 15 detik serta dalam bentuk jingle.
• penyiapan teknis penayangan
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.2.
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 3-25
CLIENT ACCOUNT EXECUTIVE
MEDIA CREATIVE
PLANNER
DATA / RISET
BUYING
COPYWRITER
ART DIRECTOR
VISUALISER
PRODUCER
PRODUCER
PROD. HOUSE
AUDIO RECORD.
VIDEO EDITING
BUYING(Delivery)
MONITORING
CREATIVE
MEDIA
PRODUSER
CREATIVE
ACCOUNT EXECUTIVE
ACCOUNT EXECUTIVECLIENT
ACCOUNT EXECUTIVECLIENT
prap
rod
uk
si Data Collecting
proposal
pro
du
ksi
Pa
sc
ap
rod
uk
si
Preview
BUYING(Booking)
MEDIA
E x t e r n a l
I n t e r n a l
PROD. HOUSE
AUDIO RECORD.
VIDEO EDITING
mekanisme kerja
GGAAMMBBAARR 33..22 MMEEKKAANNIISSMMEE KKEERRJJAA PPRROODDUUCCTTIIOONN HHOOUUSSEE
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 3-26
Dalam proses produksi iklan layanan masyarakat, dilakukan kegiatan penyepakatan
dengan tim penyusunan grand scenario dan pimpinan DitJen dan tim teknis pemberi
kerja terhadap draft film yang akan dipublikasikan. Selama proses produksi, tim
penyusunan grand scenario melakukan supervisi untuk menjamin iklan yang diproduksi
tidak keluar dari kerangka acuan yang telah dibuat.
Keluaran dari kegiatan ini adalah film dan rekaman siap tayang dalam 3 bentuk alternatif
durasi tampilan. Setelah disepakati, film dan rekaman ini akan menjadi materi utama
dalam kegiatan penayangan iklan di Televisi maupun radio.
(3) Penayangan Iklan Layanan Masyarakat
Penayangan iklan layanan masyarakat merupakan kegiatan fisik penampilan iklan yang
telah dibuat baik dalam bentuk film maupun rekaman ke dalam media TV dan Radio.
Dalam menayangkan iklan tersebut konsultan akan bekerjasama dengan perusahaan
Televisi dan radio nasional atau swasta yang memiliki lingkup jangkauan nasional.
Pemilihan Media TV dan Radio
Pemilihan media TV dan radio akan dilakukan bersama dengan pemberi kerja dan
disepakati oleh pimpinan DitJen penataan ruang. Pemilihan ini didasari oleh
pertimbangan ketersediaan waktu dan acara yang baik dan tepat yang dimiliki oleh
masing – masing media TV maupun radio, yang sesuai dengan karakteristik materi yang
akan diiklankan dan kebutuhan persyaratan waktu tayang sesuai dengan kelompok
sasarannya.
Teknis Penayangan
Penayangan melalui media TV akan dilakukan minimal dalam 40 higga 60 spot
pada waktu yang sesuai dengan karakteristik kelompok sasaran yang telah ditetapkan.
Sebagai contoh: Penggunaan waktu utama (prime time) di pagi dan malam hari dalam
jeda acara pemberitaan (mis: Tajuk Pagi - TV7 atau Liputan 6 pagi – SCTV) akan
menjadi pertimbangan utama untuk kelompok sasaran strata sosial menengah atas
dengan tingkat edukasi menengah hingga tinggi.
Berdasarkan pertimbangan antara keterbatasan waktu dan kuantitas/frekuensi
penayangan yang hanya 40 hingga 60 spot dengan efektifitas penyampaian informasi,
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 3-27
maka diusulkan untuk media TV dilakukan penayangan 2 spot sehari dengan durasi
selama 30 detik dalam masa penayangan 30 hari.
Sedangkan untuk media radio, akan dilakukan penayangan dalam bentuk script
dan dummy minimal 80 kali, yang akan didistribusikan dalam 4 kali tayangan sehari
dengan durasi 30 detik selama 30 hari.
Pendekatan Demo dalam Penayangan Iklan
Dalam kerangka keseluruhan kegiatan penayangan iklan akan berfungsi sebagai
demo/pilot. Dengan pendekatan dan pemposisian sebagai demo ini, maka kegiatan
penayangan akan digunakan sebagai sarana untuk menguji dan mencari pola dan
bentuk publikasi dengan media elektronik yang tepat, termasuk di dalamnya adalah
ketepatan materi, teknis maupun pemilihan media yang efektif untuk publikasi. Dalam
menunjang fungsi demo, maka peranan kegiatan evaluasi menjadi sangat penting untuk
mengukur sejauh mana tingkat pencapaian dan keberhasilan dari iklan tersebut dalam
meningkatkan kepedulian publik.
Sebagai fungsi demo, kegiatan penayangan ini akan dilakukan dalam
kuantitas/frekuensi penayangan dalam jumlah kecil atau skala kecil (secara total waktu
penayangan). Pendekatan yang berorientasi pada kualitas akan lebih diutamakan
dibandingan dengan orientasi pada kuantitas. Hal ini dengan pertimbangan meminimasi
resiko dampak negatif yang mungkin timbul dari kegagalan penyampaian informasi –
yang mungkin disebabkan dari aspek teknis penayangan maupun kandungan materi.
Hasil evaluasi terhadap tayangan yang dilakukan akan dijadikan masukan/umpan
balik bagi penyusunan model publikasi dalam betuk iklan layanan masyarakat dengan
media elektronik. Model yang meliputi materi iklan dan teknis penayangannya yang telah
disempurnakan akan dijadikan sebagai model baku untuk direplikasi dalam kuantitas
dan frekuensi yang lebih besar dan dengan jangka waktu penayangan yang lebih
panjang.
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 3-28
GGAAMMBBAARR 33..33
PPEENNDDEEKKAATTAANN DDEEMMOO UUNNTTUUKK MMEENNDDAAPPAATTKKAANN MMOODDEELL IIKKLLAANN TTEERRUUJJII
Beberapa Contoh Ide Dasar Iklan Layanan Masyarakat
Sejumlah ide tentang tema Iklan Layanan Masyarakat (ILM) untuk masyarakat
perkotaan dapat dengan mudah diinventarisasi. Dengan Jargon "Untung Padahal
Buntung" ILM ini mengetengahkan tema perilaku masyarakat yang suka nyogok petugas
perijinan untuk memperoleh layanan lebih cepat dan mudah dari orang lain. Akibatnya,
pengendalian dan pengawasan menjadi lemah. Akan digambarkan betapa seseorang
yang pada awalnya merasakan betapa nyaman rumah mewahnya, yang kemudian
terkurung oleh mal besar atau kondominium raksasa sehingga tidak lagi nyaman
berkegiatan di halaman bahkan keluar rumahpun sulit.
Sementara itu, untuk masyarakat kebanyakan yang sering menjadi korban banjir,
Jargon "Banjir Kok Nggak Pake Hujan" adalah upaya membangun perhatian terhadap
sebab-sebab banjir. Dengan materi ini, masyarakat kota yang saat ini cenderung
egosentris, diajak membuka pandangan lebih lebar, lebih panjang dan lebih jauh dari
halaman rumahnya. Akan digambarkan bagaimana di tengah aktifitas warga yang
memanfaatkan teriknya matahari untuk menjemur pakaian tiba-tiba Banjir datang tanpa
permisi. Kemudian muncul "tokoh yang dapat menjadi panutan" memberi wawasan
tentang sebab banjir di tengah teriknya matahari itu.
Untuk konsumsi warga kota pendengar radio, ILM akan menggunakan lagu Bimbo
berjudul "Rumah Kita" sebagai theme song yang melatari himbauan agar warga peduli
dengan BCR yang merupakan unit terkecil penataan ruang. Materi auditif lebih mungkin
Model Iklan Layanan
Masyarakat
Model Iklan Teruji dan
Baku
Penayangan Iklan
di Media Elektronik
Repli kasi
Model
Evaluasi
Demo/Pilot
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 3-29
langsung menyentuh kebutuhan lokal. Jadi point yang disampaikan dapat beragam
sekali.
b) Pembinaan Kelompok Masyarakat
Pembinaan masyarakat merupakan bagian dari beberapa metode yang digunakan
untuk meningkatkan kepedulian publik melalui peningkatan kemampuan pemahaman
dan kapasitas masyarakat. Kegiatan ini lebih dikhususkan untuk melakukan pembinaan
kemampuan masyarakat dalam memahami permasalahan pemanfaatan dan
pengendalian pemanfaatan ruang dan memahami bentuk dan tingkatan peranan yang
dapat dilakukan.
Dalam kerangka kegiatan keseluruhan, kegiatan pembinaan ini memiliki dua
fungsi, yaitu:
a) Sebagai sarana untuk memberikan penguatan terhadap kelompok masyarakat
(PokMasy) yang telah eksis, dalam memahami dan meningkatkan kemampuan serta
kemauan mengambil peran dalam pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan
ruang. Dalam menunjang fungsi ini, maka pendekatan sosialisasi, publikasi dan
internalisasi pemahaman akan menjadi pendekatan utama yang akan dilakukan
dalam kegiatan ini. Secara prinsip, kegiatan ini akan menggunakan sarana yang
telah terbentuk (PokMasy) dan kelembagaannya untuk melakukan kegiatan.
b) Sebagai sarana untuk mendapatkan masukan dari masyarakat untuk proses
penyusunan grand scenario maupun untuk mendapatkan umpan balik terhadap
keefektifan publikasi yang dilakukan dengan bentuk iklan layanan masyarakat
melalui media elektronik. Dalam fungsi ini, masyarakat dan PokMasy nya
didudukkan sebagai sasaran penerima manfaat (beneficieries) publikasi yang akan
menjadi target ukur keberhasilan suatu gerakan peningkatan kepedulian publik
melalui metode publikasi.
Materi pembinaan kelompok masyarakat ini akan mengacu pada modul yang telah
dipersiapkan (terlampir).
(1) Survei dan Eksplorasi Isu dan Permasalahan Penataan Ruang
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 3-30
Merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menangkap isu dan permasalahan
nyata dan terkini di masyarakat dalam konteks pemanfataan dan pengendalian
pemanfaatan ruang. Hasil dari kegiatan ini akan menjadi masukan dan pertimbangan
dalam menetapkan isu dan permasalahan yang akan diangkat menjadi materi yang
dibutuhkan untuk dipublikasikan. Isu dan permasalahan tersebut akan digunakan pula
sebagai pertimbangan dalam memetakan kelemahan pemahaman masyarakat tentang
pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan serta untuk mengukur tingkat pemahaman
eksisting masyarakat terhadap peran dan kontribusi yang dapat dilakukan.
Metode yang digunakan untuk melakukan eksplorasi isu dan permasalahan adalah
survey kepada kelompok masyarakat dan dengan melakukan dialog secara berkala.
Dalam proses kegiatan pembinaan masyarakat, keluaran dari kegiatan ini akan menjadi
masukan dan dasar bagi penyusunan materi untuk kegiatan sosialisasi pemahaman
kepada PokMasy.
(2) Sosialisasi dan Pemahaman Penataan Ruang bagi PokMasy.
Merupakan kegiatan sosialisasi langsung kepada masyarakat tentang pemahaman
pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang. Kegiatan ini dilakukan melalui
media pendampingan langsung kepada 6 Kelompok Masyarakat (PokMasy) Peduli
Penataan Ruang JaBoDeTaBekPunJur yang telah terbentuk. Selain pemahaman
terhadap substansi, materi pembinaan juga akan menekankan peningkatan kemampuan
dan kemauan masyarakat dalam bereperanserta aktif dalam memafaatkan ruang secara
benar dan ikut mengendalikan pemanfaatannya.
Peningkatan kemampuan akan diberikan pula kepada aspek-aspek pendukung
yang seharusnya dikembangkan, seperti aspek penguatan kelembagaan atau organisasi
masyarakat dalam mendukung peran aktifnya.
Dalam melakukan peningkatan pemahaman, tim akan melakukan kegiatan
sosialisasi melalui metode Komunikasi Informasi Edukasi (KIE). Penggunaan sosialisasi
secara langsung dalam bentuk dialog dan diskusi langsung dengan
masyarakat/PokMasy dengan penggunaan sarana publikasi cetak (leaflet dan materi
paparan) akan menjadi pendekatan utama.
PT STUDIO CILAKI 45 BANDUNG
LAPORAN PENDAHULUAN Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang 3-31
Kegiatan Dialog akan dilakukan sebanyak 3 kali untuk masing-masing PokMasy.
Tim pembinaan masyarakat akan dibagi ke dalam 2 sub tim dimana masing-masing sub
tim akan melakukan dialog dan pembinaan kepada 3 Kelompok Masyarakat. Kegiatan
dialog dan pembinaan akan dilakukan oleh tim 1 kali dalam satu minggu. Dengan
pendekatan ini, maka setiap PokMasy akan mendapatkan kesempatan Dialog dan
pembinaan setiap 3 minggu sekali dalam kurun waktu 3 bulan.
Penyusunan materi untuk sosialisasi dan pemahaman ini didasari oleh eksplorasi
isu dan permasalahan dalam melakukan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan
ruang di lingkungan masyarakat
Kegiatan pembinaan di masyarakat juga akan digunakan sebagai input dan
sampel dalam mengukur kinerja jenis media publikasi. Dalam fungsi ini, maka PokMasy
yang dibina akan menjadi bagian dari sampel target ukur yang dilakukan oleh kegiatan
pengukuran kinerja publikasi.
Sistematika strategi perubahan sosial secara lebih jelas diilustrasikan oleh Gambar
3.4 berikut.