OPEN ACCES
Vol. 13 No. 1: 91-96 Mei 2020
Peer-Reviewed
AGRIKAN
Jurnal AgribisnisPerikanan(E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072)
URL: https:https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/
DOI: 10.29239/j.agrikan.13.1.91-96
Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Destinasi Wisata di Pantai Natsepa Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah
(Community Participation in the Development of Tourism Destinations
in Natsepa Beach Salahutu District, Central Mollucas Regency)
Lucas P. Molle 1
1Dosen Fakultas Kesehatan Universitas Kristen Indonesia Maluku, Ambon, Indonesia,
Email : [email protected] 2Mahasiswa Teknologi Hasil Perikanan Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Ternate, Indonesia,
Email : [email protected] Info Artikel:
Diterima: 26 Juni 2020
Disetujui: 5 Agustus 2020
Dipublikasi: 6 Agustus 2020
Artikel Penelitian
Keyword:
Pengembangan Pariwisata,
Partisipasi Masyarakat,
Kekuatan Publik.
Korespondensi:
Lucas P. Molle
Univ. Kristen Indonesia
Maluku Ambon, Indonesia
Email: [email protected]
Copyright© Mei 2020
AGRIKAN
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan bentuk dan tingkatan partisipasi pada tahap
perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi program pengembangan pariwisata, dengan
menguraikan proses terbentuknya partisipasi serta proses peralihan bentuk partisipasi dari tingkat individu
(pengusaha pariwisata) menjadi komunitas (Kelompok Sadar Wisata), dari tingkat individu menjadi organisasi
(Badan Usaha Milik Desa), serta dari tingkat komunitas menjadi organisasi pariwisata maupun proses
pengorganisasian individu, kelompok dan organisasi untuk mencapai tahap kekuatan publik (citizen power)
dalam setiap tahap pembangunan (perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi) pada destinasi
wisata Pantai Natsepa Suli, Kabupaten Maluku Tengah. Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian
kualitatif, untuk menguraikan partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasi dan
evaluasi program pengembangan pariwisata. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan
teknik wawancara mendalam (indepth interview), observasi dan studi dokumen. Selain itu, Peneliti
menyelenggarakan Focus Group Disscussion (FGD) untuk mendiskusikan hal-hal terkait permasalahan
pengembangan objek wisata maupun terkait dengan faktor-faktor pendukung dan penghambat partisipasi.
Dengan demikian, diharapkan dengan adanya partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pariwisata,
dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menyampaikan gagasan dan harapan terkait dengan
pengembangan pariwisata sehingga program pengembangan pariwisata yang dilaksanakan mampu menjawab
kebutuhan masyarakat lokal, serta diharapkan hasil penelitian ini dapat diterima dipublikasikan pada jurnal
Nasional.
Abstract. This study aims to describe the forms and levels of participation at the planning, implementation,
enjoying the results and evaluation of tourism development programs, by describing the process of forming
participation and the process of transitioning participation forms from individual level (tourism entrepreneurs)
to communities (Tourism Aware Groups), from the level individuals become organizations (Village-Owned
Enterprises), as well as from the community level into tourism organizations and the process of organizing
individuals, groups and organizations to reach the stage of public power (citizen power) in each stage of
development (planning, implementation, enjoying the results and evaluation) at the destination tour of
Natsepa Suli Beach, Central Mollucas Regency. This research will use qualitative research methods, to describe
community participation in planning, implementing, enjoying the results and evaluating tourism development
programs. Data collection techniques in this study used in-depth interviews (in-depth interviews), observation
and document study. In addition, the Researcher organized a Focus Group Discussion (FGD) to discuss
matters related to tourism development issues as well as related to factors supporting and inhibiting
participation. Thus, it is expected that with the participation of the community in the tourism planning
process, it can provide an opportunity for the community to express ideas and expectations related to tourism
development so that the tourism development program implemented is able to answer the needs of the local
community, and it is hoped that the results of this study can be accepted published in the National Journal..
I. PENDAHULUAN
Dewasa ini, perkembangan pariwisata
internasional telah mempengaruhi berbagai
negara di dunia untuk berupaya mengembangkan
sektor pariwisata, karena sektor ini dianggap
sangat menguntungkan baik dari sisi penerimaan
negara, tetapi juga dari sisi penyerapan tenaga
kerja bagi masyarakat lokal yang pada gilirannya
dapat meningkatkan kesejahteraannya. Begitupun
juga, dalam perkembangan saat ini telah terjadi
transformasi ASEAN (Association of Southeast
Asian Nations) ke dalam pasar tunggal, yakni
JurnalIlmiahagribisnisdanPerikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 1 (Mei 2020)
92
dengan adanya pola kerja sama Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA)/AEC (Asean Economic
Community), yang dituangkan dalam cetak biru
MEA, dimana sektor jasa pariwisata termasuk
dalam salah salah satu dari empat sektor prioritas
dengan tiga sektor jasa lainnya, seperti : sektor
transportasi udara, e-ASEAN, dan kesehatan
(Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN, 2009).
Secara operasional, pengembangan
kerjasama pariwisata ASEAN, sebetulnya telah
dituangkan dalam ASEAN Tourism Strategic Plan
(ASTP) 2016 – 2025, yang memiliki visi, untuk
pariwisata ASEAN selama dekade berikutnya
untuk 2025 adalah (Executive Summary, ASEAN
Tourism Strategic 2011-2015) : "Pada tahun 2025,
ASEAN akan menjadi tujuan wisata yang
menawarkan kualitas yang unik, beragam
Pengalaman ASEAN, dan akan berkomitmen
untuk bertanggung jawab, berkelanjutan, inklusif
dan pengembangan pariwisata yang seimbang,
sehingga dapat memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap sosial ekonomi kesejahteraan
masyarakat ASEAN". Sedikitnya terdapat dua arah
strategis yang dipersiapkan untuk mencapai visi
dimaksud, yaitu : pertama, meningkatkan daya
saing ASEAN sebagai destinasi pariwisata tunggal;
dan kedua, memastikan bahwa pariwisata ASEAN
apakah berkelanjutan dan inklusif.
Menghadapi tantangan di atas, telah
mendorong pemerintah Indonesia menempatkan
sektor pariwisata menjadi sektor andalan dalam
menopang perekonomian nasional, dengan
menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara
untuk lima tahun ke depan (2015-2019) akan
mencapai 20 juta, dan pergerakan wisatawan
nusantara sebanyak 275 juta perjalanan dengan
perolehan devisa sebesar Rp 280 triliun tahun 2019,
dengan kontribusi pariwisata terhadap PDB
nasional akan meningkat menjadi 5%; dan akan
terjadi penciptaan jumlah lapangan kerja menjadi
11,7 juta tenaga kerja (Ratman, 2016).
Data di atas menunujukan bahwa selain
manfaat ekonomi dari sektor pariwisata,
pengembangan pariwisata juga memiliki
pengaruh terhadap sosial dan lingkungan.
Manfaat ekonomi dari pengembangan pariwisata
ialah peluang untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat dari belanja wisatawan (Ayuningtyas,
2011) serta ketersediaan lapangan pekerjaan
(Hijriati dan Mardiana, 2014). Meskipun demikian,
pariwisata juga berdampak negatif bagi
lingkungan (Ardarini, 2012). Bahkan
menyebabkan terjadinya akultuasi budaya
(Budarma, 2012; Sidarta, 2012).
Mempertimbangkan adanya dampak negatif dan
positif dari pengembangan pariwisata, para ahli
mengembangkan konsep pariwisata berbasis
masyarakat dengan harapan bahwa masyarakat
mampu mengendalikan arah pengembangan
pariwisata dengan meminimalisir dampak
negatifnya (Patterson, 2015).
Penelitian berbasis masyarakat, juga pernah
dilakukan oleh Nurdin (2016), dengan
menggunakan analisis SWOT (Strengths,
Weakness, Opportunities, Threats), telah
menganalisis strategi pengembangan pariwisata
berbasis masyarakat di Pulau Samalona, Makassar.
Disimpulkan bahwa, dalam pengembangan
pariwisata berbasis masyarakat di Pulau
Samalona, dimana ditemukan partisipasi
masyarakat baik itu secara langsung maupun tidak
lansung dapat menunjang pengembangan
pariwisata berbasis masyarakat di Pulau
Samalona. Hal tersebut menjadi kekuatan dalam
pengembangan meskipun terdapat beberapa
kendala diantaranya; sumber daya manusia,
manajemen destinasi pariwisata, masih rendahnya
kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan
dan kelestarian lingkungan. Begitupun Barus, dan
Afifuddin (2013), menemukan bahwa dalam
perkembangannya partisipasi masyarakat
memiliki peran yang sangat esensial dalam konsep
pariwisata berbasis masyarakat.
Dari berbagai penelitian di atas, belum
menguraikan dinamika atau proses terbentuknya
partisipasi, maupun proses peralihan partisipasi
dari tingkat individu menjadi tingkat komunitas
atau dari tingkat individu menjadi tingkat
organisasi. Hal ini menunjukan adanya peluang
untuk mendalami proses terbentuknya partisipasi
masyarakat dalam pariwisata, proses peralihan
bentuk partisipasi dari tingkat individu menjadi
komunitas, dari tingkat individu menjadi
organisasi serta dari tingkat komunitas menjadi
organisasi. Mempertimbangkan hal tersebut
penelitian ini akan mendalami lebih lanjut dalam
hal proses terbentuknya partisipasi masyarakat
dalam pariwisata serta menguraikan proses
peralihan bentuk partisipasi pada tingkat individu
menjadi komunitas, dari tingkat individu menjadi
organisasi, serta dari tingkat komunitas menjadi
organisasi, hal ini terjadi juga di Daerah Maluku
Tengah khsusunya pada destinasi wisata Pantai
Natsepa yang berlokasi di Desa Suli, diamana
sasaran dari Pemerintah Daerah, pantai natsepa
dibangun dan ditata secara baik, terlepas dari
JurnalIlmiahagribisnisdanPerikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 1 (Mei 2020)
93
pengembangan Pariwisata di wilayah Maluku
tetapi juga dapat menghidupakan masyarakat
setempat yang tidak mempunyai pekerjaan tetap,
untuk itu diperlukan partisipasi kekuatan publik
(citizen power), perhatian penuh dan kesadaran
dari semua lapisan masyarakat untuk menjaga,
merawat bahkan melesatarikan dan
pengembangan tempat wisata tersebut, sehingga
selain dinikmati oleh masyarakat local, tetapi juga
menjadi sasaran berkunjungnya para wisatawan
mancanegara.
Kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan
apa yang diharapkan, karena kurang adanya
tanggung jawab dan partisipasi masyarakat secara
penuh dalam mengembangkan tempat Wisata
Pantai Natespa tersebut, baik dalam bentuk
pelestarian (menjaga dan merawat) maupun dalam
segi pengelolaan, yang sasarannya untuk
pengembangan sector pariwisata di wilayah
Maluku. Terhadap hal dimaksud, peneliti akan
menguraikan secara mendalam proses
pengorganisasian individu, kelompok dan
organisasi dalam upaya mencapai tingkatan
partisipasi kekuatan publik (citizen power) pada
tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil
dan mengevaluasi program pengembangan
pariwisata pada destinasi wisata Pantai Natsepa di
Kabupaten Maluku Tengah.
II. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan
di wilayah Kabupaten Maluku Tengah, Desa Suli,
Kecamatan Salahutu, Tepatnya di Pantai Wisata
Natsepa. Waktu yang diguanakan untuk peneltian
selam 3 minggu, Penelitian ini menggunakan
sumber data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh dengan menggunakan metode observasi
dan wawancara. Data sekunder dalam penelitian
ini adalah segala hal yang berhubungan dengan
konsep, teori, referensi-referensi, baik yang
bersumber dari buku, majalah, jurnal, maupun
hasil penelitian lainnya. Selain itu, peneliti juga
menggunakan dokumen-dokumen yang
berhubungan dengan penelitian ini. Informan
dalam penelitian ini terdiri dari masyarakat sekitar
objek wisata Pantai Natsepa, Staf Pemerintah
Desa Suli dan Pengelolah Pantai Natsepa.
Instrumen utama pengumpulan data adalah
peneliti sendiri, sedangkan metode pengumpulan
data yang digunakan ialah wawancara, observasi,
dan studi dokumentasi. Penelitian ini
memfokuskan pada partisipasi masyarakat dalam
pengembangan potensi pariwisata di Pantai
Natsepa Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku
Tengah. Untuk meneliti focus dari penelitian ini
maka peneliti memutuskan untuk menggunakan
tiga unsur pokok partisipasi masyarakat menurut
Slamet dalam Theresia, A., et al. (2014), yaitu:
1. Adanya kesempatan yang diberikan kepada
masyarakat untuk berpartisipasi;
2. Adanya kemauan masyarakat untuk
berpartisipasi; dan
3. Adanya kemampuan masyarakat untuk
berpartisipasi.
Penelitian ini bersifat kualitatif, dengan
demikian data yang terkumpul dalam penelitian
ini diolah dan dianalisis juga secara kualitatif
dengan menggunakan kata-kata yang disusun
kedalam teks yang diperluas. Analisis data dalam
penelitian ini dimulai dengan menelaah semua
data yang telah tersedia dari berbagai sumber baik
melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Kemudian data yang diperoleh direduksi untuk
kemudian disajikan dan ditarik kesimpulan dan
verifikasi.Waktu penelitian dilaksanakan selama 1
Bulan bulan yaitu bulan Oktober sampai dengan
Nopember 2019.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. karakteristik Responden
3.1.1. Umur
Distribusi karakteristik responden
berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada
Tabel 1, dimana Berdasarkan tabel 1 terlihat
dengan jelas bahwa penduduk Desa Suli yang
berketagori umur tertinggi adalah 31-45 dan 45-60
tahun yaitu sebanyak 652 jiwa atau sebesar 22,07
%, dan penduduk yang berkategori umur 16-30
tahun menempati urutan terkecil yaitu sebanyak
500 jiwa atau sebesar 17,41 %.
JurnalIlmiahagribisnisdanPerikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 1 (Mei 2020)
94
Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Suli Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2019
Kategori
Umur
Laki-Laki Perempuan Total %
Jumlah % Jumlah %
0 – 15 Tahun 319 20,99 237 17,69 556 19,36
16 – 30 Tahun 232 15,26 268 20,00 500 17,41
31-45 Tahun 348 22,89 292 21,79 652 22,07
45-60 Tahun 321 21,12 331 24,07 652 22,07
> 61 Tahun 300 19,74 212 15,82 512 17,83
Total 1.520 100,00 1.340 100,00 2.872 100,00
3.1.2. Jenis Pekerjaan
Jenis perkerjaan yang digeluti masyarakat
Desa Suli bervariasi, namun untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 2, dimana terlihat bahwa,
sebagian besar masyarakat Desa Suli, bekerja
sebagai pegawai negeri/swasta yaitu sebesar 454
(38,38%), sedangkan yang bekerja sebagai
Nelayan menempati urutan terkecil yaitu
sebanyak 33 orang (2,79 %).
3.1.3. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian peneliti,
tentang pendidikan formal masyarakat Desa Suli,
Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah
dapat dirinci pada Tabel 3, dimana terlihat bahwa,
penduduk yang pendidikan SMA/Sederajat
lebih banyak yaitu 1.170 orang (40,74%),
sedangkan pendidikan taman kanak-kanak
menempati urutan terkecil yaitu 246 orang
(8,57%).
Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Suli Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2019
Jenis Pekerjaan Jumlah %
Pegawai Negeri/Swasta 454 38,38
TNI-Polri 140 11,83
Wiraswasta 314 26,54
Pengemudi 54 4,56
Nelayan 33 2,79
Petani 63 5,33
Pedagang 125 10,57
Total 1.183 100,00
Tabel 3. Jumlah Penduduk Desa Suli Berdasarkan Pendidikan FormalTahun 2019
Jenis Pendidikan Jumlah %
≤ Taman Kanak-Kanak 246 8,57
Sekolah Dasar 475 16,54
SMP / Sederajat 450 15,67
SMA / Sederajat 1.170 40,74
Pendidikan Tinggi 531 18,49
Total 2.872 100,00
3.2. Pembahasan
3.2.1. Latar Belakang Pengembangan Objek Wisata
Pantai Natsepa
Objek wisata Pantai Natsepa terletak di
Desa Suli Kecamatan Salahutu, Kabupaten
Maluku Tengah, Provinsi Maluku dengan titik
koordinat GPS: 7º 37’ 52.68” LS dan 111º 7’ 37.24”
BT. Pantai Natsepa berjarak sekitar 41 km dari
Kota Ambon. Dulunya sebelum resmi dibuka
untuk umum Pantai Natsepa di bagian dalam
tidak terawat sama sekali, kemudian warga dan
pemerintah desa (Pemdes) Suli bergotong royong
untuk membersihkan Lokasi tempat wisata pantai
Natsepa.
Tahun 2004 awal, sampai dengan tahun 2006,
objek wisata Pantai Natsepa sepi pengunjung
dikarenakan konflik Maluku yang
berkepanjangan, dan pada tahun 2007 aktifitas
kembali menjadi Normal. Aktifitas Masyarakat di
Pantai Natsepa kembali menjadi normal, namun
penataan Lokasi Pantai belum memadai dan
maksimal (selayaknya sebuah tempat wisata),
Pantai Natsepa pada akhirnya diperhatikan oleh
Dinas Pariwisata, dengan menyediakan tempat
yang layak untuk para pedagang maupun untuk
pengunjung yang mengunjung di pantai Natsepa,
baik pengunjung lokal maupun maupun para
wisatawan.
JurnalIlmiahagribisnisdanPerikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 1 (Mei 2020)
95
3.2.2. Partisipasi Masyarakat terhadap
Pegembangan Pariwisata
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
partisipasi merupakan turut berperan serta dalam
suatu kegiatan (Iwan Gayo,2015). Partisipasi
memang merupakan suatu hal yang sangat penting
dalam kepemimpinan yang efektif, seperti yang
kita ketahui bahwa partisipasi sendiri
mengandung potensi yang luar biasa untuk
membina kerjasama semua unsur di dalamnya,
disamping itu segala bentuk partsipasi tidak
diterapkan dengan baik, maka tidak menutup
kemungkinan bahwa hasil yang akan
diperolehpun juga akan baik, seperti adanya
perubahan dan keikatan terhadap tujuan yang
mendorong timbulnya pencapaian yang lebih
baik.
Partisipasi yang terjadi di Desa Suli
Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah
dalam hal pengembangan objek wisata Pantai
Natsepa dibagi menjadi empat jenis, yaitu
partisipasi dalam pengambilan keputusan,
partisipasi dalam kegiatan, partisipasi dalam
pemantauan evaluasi dan partisipasi pemanfaatan
hasil.
3.2.3. Dampak Pengembangan Objek Wisata
terhadap Perekonomian Warga
Pengembangan objek wisata Pantai Natsepa
secara tidak langsung telah memberikan dampak
yang positif bagi kehidupan masyarakat Desa Suli,
maupun warga sekitar, terkhususnya dalam
membrantas masalah ekonomi, dan membantu
pemerintah mengurangi tingkat penganguran.
Masayarakat Desa Suli awal mulanya
sebagian bekerja sebagai petani, nelayan, ada juga
masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan
tetap, akan tetapi sejak berkembangnya Pantai
Natsepa, masyarakat desa Suli mulai membuka
diri untuk bekerja sebagai pedagang di tempat
wisata pantai natsepa dengan menghilangkan rasa
malu. hal itu ditandai dengan banyaknya warga
yang bekerja dan berjualan di sana. Hasil yang
didapati selama melakukan penelitian, bahwa
banyak pengunjung yang mengunjungi pantai
Natsepa dan hal itu turut mempengaruhi
kondisi ekonomi masayarakat Desa Suli, maupun
masyarakat-masayarakat sekitar.
Pengembangan Destinasi wisata Pantai
Natsepa, selain memberikan kontribusi yang
positif kepada warga, juga meningkatkan
pendapatan daerah, karana banyaknya wisatawan
mancanegara yang datang ke Maluku dan
mengunjungi tempat-tempat wisata di Maluku
termasuk di dalamnya Pantai Natsepa.
IV. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dapat disimpulkan bahwa Partisipasi
masyarakat Desa Suli terhadap pengembangan
objek wisata Pantai Natsepa sangat baik. Hal itu
bisa dilihat dari : (a). Partisipasi masyarakat dalam
proses pengambilan keputusan, keberhasilan ini
bisa dilihat pada saat ada rapat untuk
membicarakan kegiatan/progam pada objek wisata
masyarakat terlibat secara langsung; (b).
Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan,
keberhasilan dari tahap partisipasi ini bisa dilihat
dari masyarakat yang mau untuk bergotong
royong secara suka rela; (c). Partisipasi dalam
pemantauan evaluasi, keberhasilan partisipasi ini
bisa dilihat melalui studi banding yang dilakukan
pihak pengelola, agar pengembangan wisata bisa
berjalan ke arah yang lebih baik; (d). Partisipasi
pemanfaatan hasil, keberhasilan partisipasi ini
ditandai dengan adanya peningkatan pendapatan.
Pengembangan objek wisata Pantai
Natsepa memberikan dampak positif terhadap
peningkatan kondisi ekonomi masayarakat
sekitar, selain itu membantu pemerintah untuk
mengurangi tingat pengangguran.
REFERENSI
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Athfal, N. (2016). Dampak Objek Wisata Alam Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat yang Bekerja di
Sektor Pariwisata Desa Jembangan Kecamatan Poncowarno Kabupaten Kebumen. Universitas
Negeri Yogyakarta.
Caria, N. (2016). Sinergitas Industri Kreatif Berbasis Pariwisata Dengan Strategi Pembangunan Industri
Nasional Menuju Globalisasi.
JurnalIlmiahagribisnisdanPerikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 1 (Mei 2020)
96
I Gusti ,B.RU. (2014). Dimensi Ekonomi Pariwisata Kajian Dampak Ekonomi dan Keunggulan Pariwisata
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Jurnal Pariwisata. Universitas Udayana.
Irawan. (2013). Peran Serta Masyarakat dalam Penyediaan Prasarana Perkotaan melalui Comunity Contract
di Kota Pontianak.
Mareta, dkk. (2017). Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Wisata Bahari di Pantai Sadranan
Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta.
Moleong, L. J. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Prasetyo. (2011). Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah.
Santoso, Sastropoetro. (2015). Parrtisipasi, Komunikasi, Persuasi, dan Disiplin dalam Pembangunan
Nasional. Bandung: Alumni.
Sigit, T. (2015). Analisis Strategi Penguatan Kelembagaan Desa Wisata Berbasis Ekonomi Kreatif ,
Universitas Gadjah Mada.
Straus, A. & Corbin, J. (2013). Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif Tata Langkah dan Teknis-Teknis Data.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung.