P-DRUG
Hipertensi
Disusun Guna Melengkapi Tugas Kepaniteraan Senior Farmasi
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Disusun Oleh:
Marsaban G6A009169
Silvia Sudjadi 22010110200011
Ade Nur Prasanti 22010110200012
Aditya Tjandra 22010110200014
Afifah 22010110200015
Indra Satravani 22010110200076
Ingga Ifada 22010110200077
Ivon Pangestika 22010110200078
Jefri Purnomo 22010110200079
BAGIAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2011
1
Nama : Ny. Rebecca Lousse Thompson
Umur : 43 tahun
Jenis kelamin : perempuan
A. Anamnesis
Autoanamnesis dengan penderita
i. Keluhan utama : Kontrol rutin tekanan darah
ii. Riw. peny. skrg : pasien datang ke klinik untuk melakukan kontrol kesehatan rutin.
Pasien saat ini tidak ada keluhan. Tiga minggu yang lalu, tekanan
darah pasien 162/97, dengan nadi 74. Pasien telah didiagnosis
menderita tekanan darah tinggi beberapa tahun yang lalu namun tidak
pernah kontrol. Saat itu pasien dikatakan untuk melakukan olah raga
teratur dan mengatur pola makan. Sejak saat itu pasien rutin
melakukan olahraga (lari). Namun sejak pasien menderita sakit pada
sendi lutut, pasien berhenti lari, dan akhir-akhir ini pasien melakukan
latihan aerobik intensitas rendah 2 kali seminggu untuk menurunkan
berat badan. Dalam 3 tahun terakhir berat badan naik, nyeri kepala (-),
pandangan kabur (-), nyeri dada (-), muntah darah (-), mual (-),
muntah (-), nyeri perut (-), diare (-), konstipasi (-), berak darah (-),
disuri (-), nokturi (-), siklus menstruasi 28 – 30 hari teratur. Pasien
mengeluh nyeri lutut setelah berolahraga/ aktivitas, lalu pasien
mengkonsumsi ibuprofen untuk nyerinya.
iii.Riw. peny. dulu : riwayat rinitis alergika (+)
Riwayat hipertensi (+)
Riwayat operasi lutut 10 tahun yang lalu
Riwayat operasi SC 4 tahun yang lalu
iv. Riw. peny. kel : Ayah yang berusia 73 tahun (+) karena penyakit jantung, serangan
pertama usia 41 tahun
Ibu umur 64 tahun (+) karena hipertensi
Saudara laki-laki umur 48 tahun (+) menderita hipertensi dan
kolesterol tinggi
Saudara perempuan umur 35 tahun (-)
2
v. Riw. sos. ek : Menikah selama 19 tahun, 2 anak sehat, pasien berhenti merokok 15
tahun yang lalu. Pasien mengkonsumsi alkohol 1 – 2 kali seminggu.
Pola makan pasien sehat.
vi. Riw. guna obat : fluticason nasal spray, 1 semprot/ lubang hidung 2x sehari
Ibuprogen 200 mg, 2 – 3 tablet bila perlu
Pseudoefedrin 30 mg 1 – 2 tablet bila perlu
B. Pemeriksaan Fisik
Kondisi umum : baik, kompos mentis
Tanda vital : TD lengan kanan : 164/108 mmHg
TD lengan kiri : 159/102 mmHg
Nadi : 66x/ menit
RR : 16x/ menit
Suhu : 37,1oC
BB : 172 lb
TB : 5’7”
Kulit : turgor cukup, lesi (-)
Mata : pupil isokor, bulat, refleks cahaya (+), refleks pupil (+), iritis (-),
uveitis (-), conjungtivitis (-), pemeriksaan fundus kopi: tidak ada
keluhan
Paru : dalam batas normal, suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Jantung : bunyi jantung I/II normal, bising (-), gallop (-)
Abdomen : I : datar
Au : bising usus (+) normal
Pa : supel, datar, tidak teraba massa, hepar dan lien tidak membesar
Pe : timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
Ekstremitas : dalam batas normal, tampak bekas operasi sekitar lutut kiri
Neurologis : dalam batas normal
C. Pemeriksaan Laboratorium
Na : 142 mEq/L
K : 4,4 mEq/L
Cl : 101 mEq/L
CO2 : 27 mEq/L
BUN : 16 mg/dl
SCr : 0,9 mg/dl
Glukosa : 92 mg/dl
Ca : 9,7 mg/dl
Mg : 23 mEq/L
3
AST : 35 U/L
ALT : 28 U/L
T. bili : 0,6 mg/dl
T prot : 6,7 g/dl
TC : 190 mg/dl
HDL : 41 mg/dl
LDL : 129 mg/dl
Trigliserid: 107 mg/dl
D. Follow Up
Dua bulan kemudian pasien kontrol rutin, pasien sudah melakukan jalan 3 mil/ hari,
mengikuti pola makan yang disarankan, dan mengkonsumsi obat yang diresepkan.
Tekanan darah 132/84 mmHg, gula darah puasa 98 mg/dl, kolesterol total 190 mg/dl, HDL
41 mg/dl, LDL 129 mg/dl, trigliserid 107 mg/dl.
E. Diskusi
i. a. Apa data subjektif dan objektif yang mendukung diagnosis dan apakah diagnosis ini
pasti dan meragukan?
- Data subjektif : Riwayat hipertensi
Riwayat ayah (+) sakit jantung
Riwayat ibu (+) sakit hipertensi
Riwayat kakak laki-laki (+) hipertensi
- Data objektif : Tekanan darah lengan kanan 164/108 mmHg
Tekanan darah lengan kiri 159/102 mmHg
b. Cara pengukuran tekanan darah yang benar?
Pasanglah manset pada lengan atas , dengan batas bawah manset 2 - 3 cm dari
lipat siku dan perhatikan posisi pipa manset yang akan menekan tepat di atas
denyutan arteri di lipat siku ( arteri brakialis)
Letakkan stetoskop tepat di atas arteri brakialis
Rabalah pulsasi arteri pada pergelangan tangan (arteri radialis)-(lihat gambar)
Pompalah manset hingga tekanan manset mencapai 30 mmHg setelah pulsasi
arteri radialis menghilang.
Bukalah katup manset dan tekanan manset dibirkan menurun perlahan dengan
kecepatan 2-3 mmHg/detik
Bila bunyi pertama terdengar , ingatlah dan catatlah sebagai tekanan sistolik.
Bunyi terakhir yang masih terdengar dicatat sebagai tekanan diastolik
Turunkan tekanan manset sampai 0 mmHg, kemudian lepaskan manset.
4
Kemungkinan kesalahan?
Ukuran pengikat lengan (cuff ) yang tidak tepat merupakan salah satu sumber
kesalahan yang berkaitan dengan alat, terutama pada orang obes yang
memiliki lingkar lengan bagian atas besar. Penggunaan pengikat lengan yang
terlalu kecil akan menghasilkan pembacaan tekan darah yang terlalu tinggi.
Sebaliknya, penggunaan pengikat lengan yang terlalu besar pada orang yang
sangat kecil lingkar lengan atasnya, akan menghasilkan pembacaan tekanan
darah yang terlalu rendah. Oleh karena itu, selalu cek ukuran pengikat lengan.
Karena adanya kontraksi otot yang isometrik, tekanan hidrostatik, dan tarikan
gravitasi, kegagalan atau kelalaian dalam penempatan posisi dan penyanggaan
lengan tubuh kita yang tepat, juga dapat memberikan pembacaan yang salah.
Jika tangan kita di atas jantung, akan diperoleh tekanan darah yang terlalu
rendah. Jika lengan terletak di bawah garis jantung, maka pembacaan tekanan
darah akan terlalu tinggi. Selalu cek agar lengan kita yang diukur tersangga
dengan baik setara jantung.
Kecemasan, rasa nyeri,ketidak nyamanan, atau aktivitas berlebihan dapat
menyebabkan stimulasi sistem saraf dan, akibatnya, pembacaan tekan darah
menjadi lebih tinggi dari yang sebenarnya. Oleh karena itu, biarkan kita
beristirahat dan santai paling sedikit 5 menit sebelum melakukan pengukuran
tekanan darah.
Selain itu, menghentikan pengempisan dan mengembangkan kembali pengikat
lengan terlalu cepat untuk mengukur kembali tekanan darah sistolik dapat
menyebabkan kongesti vena lengan bawah dan pembacaan tekanan distolik
yang lebih tinggi dari yang sebenarnya. Jika suatu pengukuran (sistolik dan
diastolik) perlu dicek ulang, kempiskan sepenuhnya pengikat lengan, dan
lakukan pengukuran tekanan darah kembali setelah menunggu paling sedikit 1-
2 menit. Mengempiskan pengikat lengan terlalu cepat (lebih dari 2
mmHg/detik) tidak memungkinkan untuk mendengar ketukan tipis dari
tekanan sistolik dan diastolic, oleh karena itu, dapat menyebabkan pembacaan
tekanan darah yang terlalu rendah dan atau diastolic yang terlalu tinggi.
Sebaliknya, jika mengempiskan pengikat lengan terlalu lambat dapat
menyebakan kongesti vena lengan bawah dan pembacaan diastolic yang terlalu
tinggi. Selalu kempiskan pengikat lengan dengan kecepatan yang tetap dan
tepat (<2 mmHg/detik)
5
c. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan tidak untuk hipertensi?
Faktor risiko yang tidak dapat diubah/ dimodifikasi untuk hipertensi:
Umur
Jenis kelamin
Riwayat keluarga
Genetik
Faktor risiko yang dapat diubah/ dimodifikasi untuk hipertensi:
Kebiasaan merokok
Konsumsi asin/ garam
Konsumsi lemak jenuh
Kebiasaan konsumsi minum minuman beralkohol
Obesitas atau kegemukan
Olahraga
Stres
Penggunaan estrogen
d. Kriteria framingkam pasien ini?
Kriteria mayor
Paroxysmal Nocturnal Dyspneu (sesak malam hari)
Bendungan vena sentral
Peninggian tekanan vena jugularis
Ronkhi paru
Bunyi jantung S3 Gallop
Refluks hepatojugular
Edema paru
Kardiomegali
Kriteria minor
Batuk malam hari
Dyspneu d'effort (sesak saat aktivitas)
Edema ekstremitas (bengkak pada kaki atau tangan)
Takikardi (nadi >120x/menit)
Hepatomegali
6
Efusi pleura
Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
Kriteria mayor atau minor
Penurunan berat badan >4,5 kg dalam 5 hari pengobatan
Diagnosis gagal jantung ditegakkan minimal ada 1 kriteria mayor dan 2 kriteria
minor. Pada pasien ini tidak dijumpai gejala yang sesuai dengan kriteria mayor
maupun minor
e. Berdasarkan JNC VII, pasien ini termasuk hipertensi grade berapa?
Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
Berdasarkan JNC VII, pasien ini termasuk penderita hipertensi tahap 2.
ii. Terapi Untuk Hipertensi
P-Group Kemanjuran Keamanan KecocokanDiuretik Terdapat beberapa obat
golongan Tiazid antara lain hidroklorotiazid, bendroflumetiazid, klorotiazid dan gugus lain yang memiliki gugus arylsulfonamida (indapamid).
Farmakokinetik Dalam dosis yg ekuipoten, berbagai golongan tiazid memiliki efek dan efek samping yang hampir sama. Perbedaan utama terletak pada masa kerjanya bendroflumetiazid memliki waktu paruh 3 jam, hidroklorotiazid 10-12 jam, dan indapamid 15-25 jam.Gol. Tiazid umumnya kurang
Efek sampingDalam dosis tinggi dapat menyebabkan hipokalemi.Selain itu juga dapat menyebabkan hiponatremia dan hipomagnesemia serta hiperkalsemia. Selain itu Tiazid dapat menghambat ekskresi asam urat dari ginjal, dan pada pasien hiperurisemia dapat mencetuskan serangan gout.Tiazid juga dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL dan trigliserida.
Kontraindikasi Hati-hati
penggunaan pada pasien yang mempunyai presisposisi untuk aritmia jantung.
Harus dihindari untu pengobatan hipertensi penderita diabetes atau pasien dengan hiperglikemia
7
efektif pada gangguan fungsi ginjal, dan dapat memperburuk fungsi ginjal dan pemakaian jangka lama dapat menyebabkan hiperlipidemia.
FarmakodinamikDerivat tiazid bekerja terutama pada tubulus distal untuk menurunkan reabsorbsi Na+ dengan menghambat kontrasporter Na+/Cl- pada membrane lumen. Meningkatkan ekskresi
NA+ dan Cl- dieresis, ekskresi urine yang hiperosmolar.
Kehilangan K+ Menurunkan ekskresi
kalsium dalam urine Menurunkan tahanan
perifer vaskuler
ACE-inhibitor
Farmakokinetik KaptoprilDiabsorpsi dengan baik pada pemberian oral dengan biavailabilitas 70-75%. Pemberian dengan makanan akan mengurangi absorpsi sekitar 30%.Sebagian besar ACE-inhibitor mengalami metabolism di hati. Eliminasi umumnya melalui ginjal, kecuali fosinopril yang mengalami eliminasi di ginjal dan bilier.
FarmakodinamikMenurunkan tekanan darah dengan cara mengurangi resistensi vaskuler perifer tanpa meningkatkan curah jantung, kecepatan ataupun kontraktilitas.Menghambat enzim pengkonversi angiotensin yang mengubah angiotensin I membentuk vasokonstriksi
Efek samping Hipotensi
Dapat terjadi pada awal pemberian.
Batuk kering Hiperkalemia Rash
Sekitar 10% pemakaian kaptopril menyebabkan rash makulopapuler atau morbiliform
Edema angioneurotik0,1-0,2% berupa pembengkakan di hidung, bibir, tenggorokan, laring, dan dapat terjadi sumbatan jalan napas.
Gagal ginjal akut Proteinuri Efek teratogenik
Kontraindikasi Ibu hamil dan ibu
menyusui Hati-hati
penggunaan terhadap pasien dengan ganggguan elektrolit, hiperkalemi.
8
poten angotensin II.Menurunkan sekresi aldosteron, sehingga mengurangi retensi natrium dan air.
Per oral : diberikan 1 jam sebelum makan
Antagonis reseptor angiotensin II (angiotensin reseptor blocker, ARB)
Reseptor angiotensin II terdiri dari 2 reseptor besar yaitu AT1 dan AT2.Reseptor AT1 terdapat terutama di otot polos pembuluh darah dan di otot jantung, selain itu juga terdapat di ginjal, otak dan kel. Adrenal. homeostasis kardiovaskuler\Reseptor AT2 terdapat di medulla adrenal dan SSP.
Losartan merupakan prototipe obat golongan ARB yang bekerja selektif pada reseptor AT1.
Pemberian obat ini menimbulkan efek yang mirip dengan ACE inhibitor. Akan menghambat semua efek angiotensin II seperti vasokonstriksi, sekresi aldosteron, rangsangan saraf simpatis, stimulasi jantung, efek renal serta efek jangka panjang berupa hipertrofi otot polos pembuluh darah dan miokard. Tapi karena tidak mempengaruhi metabolisme bradikinin, maka tidak memberikan efek samping batuk kering dan angioedema.ARB sangat efektif menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan kadar rennin yang tinggi seperti hipertensi renovaskular dan hipertensi
Efek samping Hipotensi dapat
terjadi pada pasien dengan kadar rennin tinggi seperti hipovolemia, gagal jantung, hipertensi renovaskuler, dan sirosis hepatis.
Hiperkalemia biasanya terjadi pada keadaan insufisiensi ginjal atau bila dikombinasi dengan obat yang cenderung meretensi kalium seperti diuretic hemat kalium dan AINS.
Fetotoksik
Kontraindikasi Ibu hamil
trimester 2 dan 3 Ibu menyusui Stenosis arteri
renalis bilateral
9
genetic, tapi kurang efektif pada hipertensi dengan aktivitas rennin yang rendah. Pemberian ARB menurunkan tekanan darah anpa mempengaruhi frekuensi denyut jantung, penghentian mendadak tidak menimbulkan hipertensi rebound. Pemberian jangka panjang tidak mempengaruhi lipid dan glukosa darah
FarmakokinetikLosartan diabsorpsi melalui sal cerna dengan bioavailabilitas sekitar 33%. Absorpsinya tidak dipengaruhi oleh makanan di lambung.Waktu paruh eliminasi + 1-2 jam, tapi obat ini cukup diberikan satu atau dua kali sehari.Losartan dan metabolitnya tidak dapat menembus sawar darah otak.Sebagaian besar obat diekskresi melalui feses.
Penghambat adrenergik
Penghambat adrenoreseptor beta (β-blocker)
Farmakokinetik Penyekat-β aktif per oral. Propanolol menjalani metabolisme fase pertama yang luas. Efek penyekat-β baru terlihat beberapa minggu sampai tercapai efek penuh.
FarmakodinamikPenyekat-β menurunkan tekanan darah terutama mengurangi isi sekuncup jantung, menurunkan aliran simpatik dari SSP dan menghambat pelepasan renin dari ginjal (mengurangi pembentukan angiotensin II dan sekresi aldosteron.
Penghambat adrenoreseptor beta (β-blocker)
Efek samping Bradikardi, blokade AV, hambatan nodus SA, menurunkan kekuatan kontraksi miokard, pada SSP (kelelahan, letargi, insomnia, dan halusinasi), hipotensi, menurunkan libido, menyebabkan impotensi, mengganggu metabolisme lipid, menurunkan lipoprotein HDL dan meningkatkan
Penghambat adrenoreseptor beta (β-blocker)
Kontraindikasi Pada keadaan bradikardi, blokade AV derajat 2 dan , sick sinus syndrome, gagal jantung yang belum stabil
10
Penghambat adrenoreseptor alfa (α-blocker) Hambatan reseptor α1 menyebabkan Vasodilatasi di arteriol dan venula sehingga menurunkan resistensi perifer dan menurunkan curah jantung. Merupakan satu-satunya obat anti hipertensi yang memberikan efek positif pada lipid darah, mengurangi LDL, dan trigliserid dan meningkatkan HDL juga dapat mengurangi serangan asma dan tidak berinteraksi dengan AINS.
trigliserol plasma, penghentian obat secara mendadak dapat menimbulkan rebound hipertensi.
Penghambat adrenoreseptor alfa (α-blocker)
Efek samping Hipotensi orthostatik sering terjadi pada pemberian dosis awal atau pada peningkatan dosis (gejalanya berupa pusing sampai sinkop), sakit kepala, palpitasi, edema perifer, hidung tersumbat, mual.
Penghambat adrenoreseptor alfa (α-blocker)Dianjurkan untuk penderita hipertensi disertai diabetes, dislipidemia, obesitas, gangguan resistensi perifer, asma, hipertrofi prostat, perokok, dan mereka yang menggunakan AINS.
Antagonis kalsium
FarmakokinetikSebagian besar obat ini mempunyai waktu paruh pendek (waktu paruh 3-8 jam) setelah dosis oral. Pengobatan memerlukan 3 X sehari untuk mempertahankan kontrol hipertensi yang bagus. Preparat lepas lambat dapat mengurangi dosis berulang.
FarmakodinamikAntagonis kalsium menghambat influks kalsium pada sel otot polos pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis kalsium terutama menimbulkan relaksasi arteriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi.
Efek samping Konstipasi, retensio urin, pusing, sakit kepala, dan rasa lesu, hipotensi, iskemia miokard atau serebral, edema perifer, bradiaritmia.
Kontraindikasi Pada pasien hipertensi dengan PJK
Vasodilator Hidralazin Farmakokinetik Diabsorbsi dengan baik melalui saluran cerna, tapi bioavailabilitasnya relatif rendah (16% pada asetilator cepat dan 32% pada asetilator
HidralazinEfek samping Sakit kepala, mual, flushing, hipotensi, takikardi, palpitasi, angina pectoris, neuritis perifer,
Hidralazin Kontra indikasiPada pasien hipertensi dengan PJK dan tidak dianjurkan pada pasien usia diatas 40
11
lambat) karena adanya metabolisme lintas pertama yang besar. Pada asetilator lambat dicapai kadar plasma yang lebih tinggi, dengan efek hipotensi berlebihan dan efek samping yang lebih sering.
Farmakodinamik Bekerja langsung merelaksasikan otot polos arteriol dengan mekanisme yang belum dapat dipastikan.
MinoksidilFarmakokinetikDiserap bengan baik pada pemberian peroral. Bioavailabilitas mencapai 90% dan kadar puncak plasma tercapai dalam 1 jam. Kadar plasma tidak berkorelasi langsung dengan efek terapi. Waktu paruh 3-4 jam, tetapi efek terapi bertahan sampai 24 jam atau lebih. Metabolisme didalam hati dengan cara konjugasi dengan glukuronida. Ekskresi terutama melalui urin, 20% dalam bentuk tidak berubah.
FarmakodinamikObat ini bekerja dengan membuka kanal kalium sensitif ATP dengan akibat terjadinya effluks kalium dan hiperpolarisasi membran yang diikuti oleh relaksasi otot polos pembuluh darah dan vasodilatasi.
diskrasiab darah, hepatotoksisitas, dan kolangitis akut
MinoksidilEfek sampingRetensi cairan dan garam, efek samping kardiovaskuler karena refleks simpatis dan hipertrikosis.Gangguan toleransi glukosa dengan tendensi hiperglikemia, sakit kepala, mual, erupsi obat, rasa lelah dan nyeri tekan di dada
tahun.
MinoksidilKontra indikasiPada pasien PJK
P Drug Kemanjuran Keamanan Kecocokan Biaya
Captopril
Tab 12,5 mg
Dosis 25-100
mg/hari diberikan
Tidak ada
perbedaan
Tidak ada
perbedaan
Tablet 12,5mg
@ Rp 320
12
Tab 25 mg 2-3x/hariTablet 25 mg @
Rp 650
Lisinopril
Tab 5 mg
Tab 10 mg
Dosis 10-40 mg
diberikan 1x/hari
Tidak ada
perbedaan
Tidak ada
perbedaan
Tablet 5mg @
Rp 1.600
Tablet 10 mg @
Rp 2.650
Perindopril
Tab 5 mg
Tab 10 mg
Dosis 4-8 mg
diberikan
1-2x/hari
Tidak ada
perbedaan
Tidak ada
perbedaan
Tablet 5mg @
Rp 9.300
Tablet 10 mg @
Rp 12.800
Enalapril
Tab 5 mg
Tab 10 mg
Dosis 2,5-40 mg
diberikan
1-2x/hari
Tidak ada
perbedaan
Tidak ada
perbedaan
Tablet 5mg @
Rp 2.576
Ramipril
Tab 10 mg
Dosis 2,5-20 mg
diberikan 1x/hari
Tidak ada
perbedaan
Tidak ada
perbedaan
Tablet 10mg @
Rp 11.500
Quinapril
Tab 5 mg
Tab 10 mg
Tab 20 mg
Hipertensi
Monoterapi
diberikan 10 atau
20 mg 1x/hari.
Dosis dapat
dilipatgandakan
menjadi 20-40
mg/hari sebagai
dosis tunggal atau
terbagi dalam 2
dosis
Tidak ada
perbedaan
Tidak ada
perbedaan
Tablet 20 mg @
Rp 11.7600
Berdasarkan JNC VII, pasien ini termasuk penderita hipertensi stage II, sehingga
pilihan terapinya adalah kombinasi diuretik dengan ACE inhibitor. Obat anti
hipertensi yang diberikan adalah kombinasi antara HCT dan captopril. Kombinasi
ini dipilih karena efek retensi kalium oleh captopril yang menyebabkan hiperkalemi
dapat dikompensasi oleh efek HCT sebagai diuretik yang dapat menyebabkan
13
hipokalemi serta bedasarkan penelitian kombinasi antara HCT dan captopril telah
berhasil dalam menurunkan tekanan darah dengan baik. Dari kriteria dan penjelasan
diatas maka dipilih obat anti hipertensi HCT tablet 25mg dan captopril tablet
12,5mg dengan pertimbangan efektifitas, mudah diberikan kepada pasien dan murah.
iii.a. Terapi nonfarmako untuk pasien ini?
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah :
Target tekanan darah <140/90 mmHg, untuk individu berisiko tinggi (diabetes,
gagal ginjal proteinuria) 130/80 mmHg
Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular
Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria
Selain pengobatan hipertensi , pengobatan terhadap faktor risiko atau kondisi
penyerta lainnya seperti diabetes mellitus atau dislipidemia juga harus dilaksanakan
hingga mencapai target terapi masing-masing kondisi.
Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan farmakologis. Terapi
nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi dengan tujuan
menurunkan tekanan darah dan mengendalikan factor-faktor risiko serta penyakit
penyerta lainnya.
Terapi non farmakologis pada pasien ini meliputi :
1. Menghentikan merokok
2. Menurunkan berat badan berlebih
3. Menurunkan konsumsi alcohol berlebih
4. Latihan fisik
5. Menurunkan asupan garam
6. Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak
b. Pilihan terapi untuk pasien ini? Alasan?
Macam sediaan captopril dengan BSO tablet 12,5 mg
P-DrugSuitability %
20%Efficacy %
30%Safety %
30%Cost %
20%Acepress tab 9x 20% 9x30% 8x30% 187.000x20%
14
12,5 mgCaptensin tab
12,5 mg9x 20% 9x30% 8x30% 181.500x20%
Captopril Hexpharm tab
12,5 mg9x 20% 9x30% 8x30% 3.200x20%
Farmoten tab 12,5 mg
9x 20% 9x30% 8x30% 88.000x20%
Lotensin tab 12,5 mg
9x 20% 9x30% 8x30% 55.000x20%
Metopril tab 12,5 mg
9x 20% 9x30% 8x30% 165.000x20%
Tensicap tab 12,5 mg
9x 20% 9x30% 8x30% 81.000x20%
Vapril tab 12,5 mg
9x 20% 9x30% 8x30% 19.335x20%
Dari hasil perbandingan bentuk sediaan obat tablet yang ditunjukan oleh tabel diatas
dapat disimpulkan bahwa bentuk sediaan obat terpilih adalah Captopril Hexpharm
tablet 12,5 mg, karena memberikan efek cepat, mudah digunakan pasien dan murah.
Penyusunan pola hidup untuk pasien ini:
1. Mengontrol berat badan
Menyarankan pasien untuk mencapai dan mempertahankan target berat badan
yang sehat : lingkar pinggang kurang dari 80 cm dan indeks massa tubuh (BMI)
kurang dari 25 kg / m 2.
2. Membatasi alkohol
Anjurkan pasien ini untuk membatasi asupan alkohol untuk maksimum satu
minuman standar per hari dan memiliki setidaknya dua hari bebas alkohol per
minggu
3. Meningkatkan aktivtas fisik aerobik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
- Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain
- Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-
87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
15
- Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
- Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
4. Mengurangi asupan natrium (100 mmol Na/6 gr Nacl/hari)
Anjurkan pasien untuk membatasi asupan garam sampai 4 g / hari (65 mmol /
hari natrium) dengan memilih makanan yang diproses tanpa garam, makanan
yang berlabel 'tidak ditambahkan garam' atau 'rendah garam'. Makanan olahan
yang tinggi garam seperti sosis, sup kalengan, snack asin, harus dihindari.
Anjurkan pasien untuk diet yang mencakup nabati (misalnya buah, sayuran,
kacang-kacangan dan berbagai pilihan makanan gandum, produk susu rendah
lemak), daging tanpa lemak, unggas dan ikan, lemak tak jenuh ganda dan tak
jenuh tunggal (misalnya minyak zaitun, minyak canola, mengurangi garam
margarin).
5. Mempertahankan asupan kalium yang adekuat (90mmol/hari)
Pasien dengan hipertensi yang tidak memakai diuretik hemat kalium dan
memiliki fungsi ginjal normal dapat disarankan untuk meningkatkan asupan
kalium dengan mengonsumsi berbagai macam buah-buahan dan sayuran,
kacang-kacangan.
6. Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat serta
mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan
Anjurkan pasien untuk diet yang mencakup nabati (misalnya buah, sayuran,
kacang-kacangan dan berbagai pilihan makanan gandum, produk susu rendah
lemak), daging tanpa lemak, unggas dan ikan, lemak tak jenuh ganda dan tak
jenuh tunggal (misalnya minyak zaitun, minyak canola, mengurangi garam
margarin).
7. Berhenti merokok
Obat spesifik untuk pasien ini:
HCT termasuk golongan diuretik, dosis lazim sekali 25-75mg, dosis lazim sehari 50-
150mg, dosis maksimal sekali 100mg dan dosis maksimal sehari 200mg, diberikan
pada waktu pagi dan siang hari untuk menghindarkan terganggu tidur malam hari,
sedian berupa tablet 25 mg dan 50 mg. Lama pemberian 15 hari. Captopril termasuk
16
golongan ACE inhibitor, dosis per hari 25- 100mg, dengan frekuensi pemberian 2-
3x, sediaan berupa tablet 12,5mg dan 25 mg. Lama pemberian 15 hari.
Penulisan Resep
Dokter : Undip
SIP : 10/SMG/11
Alamat : Jl. Dr. Sutomo No.20, Semarang
Telp : (024) 8447484 Praktik : jam 17.00 – 19.00
Semarang, 11 Desember 2011
R/ HCT 25mg tab No.XXX
S 2 dd tab I m et v
R/ Captopril 12,5mg tab No. XXX
S 2 dd tab I p.c
Pro: Rebecca (43th)
Efek samping obat:
-Hipotensi,pemberian harus hati-hati dengna depresi cairan, natrium dan gagal
jantung yang mendapat kombinasi beberapa obat antihipertensi.
- Batuk kering terjadi pada 5 -20%, bersifat reversibel bila obat dihentikan
- Hiperkalemia dapat terjadi pada pasien dengan gangguan ginjal
- RASH terjdi pada 10%, bersifat reversibel bila obat dihentikan
- Edema Angioneurotik
17
- Gagal ginjal akut
- Proteinuria (>1 g/hari)
Evaluasi
Evaluasi terhadap penyakit hipertensi mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium. Yang paling penting adalah fokus pada aspek yang
berhubungan dengan hipertensi, seperti :
Rincian mengenai lama penyakit
Berat penyakit
Penyebab tekanan darah tinggi
Riwayat pengobatan termasuk efek sampingnya
Penilaian kerusakan organ target dan faktor risiko kardiovaskular
Pemeriksaan laboratorium pada hipertensi lebih dianjurkan pada:
Urinalisis untuk menemukan adanya kerusakan ginjal, terutama
albuminuria/mikroalbuminuria
Kimia darah (terutama kadar kalium dan kreatinin dengan eGFR)
Kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL dan trigliserida
Kadar glukosa puasa (HbA1c jika ada kekhawatiran adanya diabetes melitus)
Pemeriksaan EKG (Elektrokardiorafi). Pada pasien-pasien tertentu dilakukan
ekokardiografi 2-dimensi dapat berguna untuk mengevaluasi disfungsi
ventrikel kiri jantung dan pembesaran ventrikel kiri jantung yang memerlukan
terapi tambahan (misal: ACE Inhibitor dan Beta Blocker)
Secara rutin melakukan pemeriksaan tekanan darah dan jika tekanan darah lebih
tinggi dari normal, maka yang harus dilakukan :
Harus dicari apakah ada penyebab lain hipertensi yang dapat diobati
Melakukan evaluasi adanya kerusakan organ
Menilai faktor risiko penyakit kardiovaskular lain yang dapat mempengaruhi
kemajuan dari hipertensi
Mencari adanya hambatan pengobatan
Edukasi Psikologis
18
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
- Tehnik Biofeedback Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara
sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama
dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain,
juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
- Tehnik relaksasi Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang
bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara
melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks
- Berikan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
19