AWATAN GANGGUAN TELINGA LUAR (OTITIS EKSTERNA)
Sabtu, April 02, 2011 No comments
A. Anatomi Fisiologi Telinga LuarTelinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengah oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga.Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat.Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.B. Penumpukan Serumen/Benda Asing1. Impaksi Serumena. DefinisiImpaksi serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu (Mansjoer, Arif :1999).Serumen yang keras disebut kotoran telinga, merupakan produksi alami telinga. Substansi itu di bentuk oleh kelenjar seruminosa yang terletak di sepertiga luar liang telinga. Alih-alih “sampah”, serumen memiiki tugas cukup penting. Di antaranya, menangkap debu, mikroorganisme, dan mencegahnya masuk ke struktur teinga yang lebih dalam. Selain itu juga akan menonaktifkan kuman/bakteri, menjaga kelembaban liang telinga, hingga menangkap serangga yang terperangkap masuk ke lubang telinga. Beragam fungsi tersebut di mungkinkan karena kekhasan sifatnya yang lengket, kental serta berbau yang khas.b. EtiologiPada umumnya penyebab impaksi serumen adalah produksi serumen terlalu banyak dan kental, benda asing diliang telinga, terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam (karena kebiasaan mengorek telinga).Usaha untuk mengeluarkan (mengorek) dengan batang korek, jepit rambut benda lain akan dapat berbahaya karena dpat mengakibatkan kotoran terdorong kedalam (dapat menyumbat karena bagian dalam lebih sempit).Sejatinya, tanpa di korek pun, tubuh punya mekanisme untuk mengeluarkan substansi tersebut secara otomatis. Karena itu sering terjadi kotoran tiba-tiba jatuh dari liang telinga. Kotoran tersebut akan terdorong ke luar, terutama ketika kita membuka rahang lebar-lebar atau tudur miring.c. Komplikasi
Adanya trauma terhadap kulit dan dapat menyebabakan infeksi dan kerusakan gendang telinga dan akhirnya dapat menyebabkan impaksi, otalgia (nyeri pada telinga) atau bahkan kehilangan pendengaran.d. PenatalaksanaanSerumen tak mau keluar dan betah bersarang di liang telinga, terutama bila produksinya berlebih. Bila itu terjadi, serumen terpaksa harus di keluarkan secara manual supaya tidak mengganggu pendengaran.
2. Benda Asing di Liang TelingaBenda asing di liang telinga di artika sebagai masuknya benda asing di lubang telinga. Dalam hal ini akan terasa tidak enak di telinga, tersumbat dan pendengaran terganggu. Rasa nyeri akan timbul, bila benda asing itu berupa serangga yang masuk dan bergerak serta melukai dinding liang telinga.Namun terkadang hal ini di sengaja untuk membrsihkan kanalis eksternus atau mengurangi rasa gatal atau pada anak kecil yang memasukan benda tersebut ke dalam telinganya sendiri.
C. Otitis Eksterna1. DefinisiOtitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis di sebabkan oleh bakteri dapat terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit dan infeksi pada EAC (Eksternal Auditori Canal).Penyakit ini sering di jumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklim-iklim sejuk dan kering. Pathogenesis dari otitis eksterna sejak tahun 1844 banyak peneliti mengemukakan factor pencetus dari penyakit ini seperti Branca (1953) mengatakan bahwa berenang merupakan penyebab dan menimbulkan kekam buhan.Senturia dkk (1984) menganggap bahwa keadaan panas, lembab dan trauma terhadap epitel dari liang telinga luar merupakan factor penting untuk terjadinya otitis eksterna. Howke dkk (1984) mengemukakan pemaparan terhadap air dan penggunaan lidi kapas dapat menyebabkan terjadinya otitis eksterna baik yang akut maupun kronik.Otitis eksterna (menurut kelompok) adalah peradangan pada telinga yang di sebabkan bakteri dan menyebabkan telinga tersebut merasa sakit dan akan terjadi infeksi pada telinga bagian luar.
2. EtiologiBakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah :a. Pseudomonas (41%)b. Streptokokus (22%)c. Stafilokokus aureus (15%)d. Bakteriodes (11%)Istilah otitis eksterna akut meliputi adanya kondisi inflasi kulit dari liang telinga bagian luar. Terdiri dari inflamasi, iritasi atau infeksi pada telinga bagian luar. Di jumpai riwayat pemaparan terhadap air, trauma mekanik dan goresan atau benda asing dalam liang telinga.Swimmer’s ear (otitis eksterna) sering di jumpai, di dapati 4 dari 1000 orang kebanyakan pada usia remaja dan dewasa muda. Factor penyebaba timbunya otitis eksterna ini, kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma local dan alergi. Factor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma local yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat.Berenang dalam air yang tercemar merupakan salah satu cara tejadinya otitis eksterna
(swimmer’s ear). Bentuk yang paling umum adalah boil (frunkulosis) salah satu dari satu kelenjar sebase 1/3 liang telinga luar. Pada otitis eksterna difusi disini proses patologis membatasi kulit sebagian kartilago dari otitis liang telinga luar, konka daun telinga penyebabnya idiopatik, trauma, iritan, bakteri atau fungal, alergi dan lingkungan. Kebanyakan di sebabkan alergi pemakaian topical obat tetes telinga. Allergen yang paling sering adalah antibiotic, contohnya: neomycin, framicetin, polimixin, anti bakteri (cliokuinol, holmes dkk, 1982) dan anti histamine.3. PatofisiologiSaluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang sel-sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud (kapas pembersih) bisa mengganggu mekanisme pembersihan ini dan bisa mendorong sel-sel kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana. Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan penimbunan air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah dan lembut pada saluran telinga lebih mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur.
4. Gejala Klinis a. Nyeri Rasa sakit di daam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh di dalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit yang hebat, serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala yang sering mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Ini di terangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan pericondrium, sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.Lagi pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan di hantarkan ke kulit dan tulang rawan dari iang telinga luar dan mengakibatkan rasa sakit yang hebat di rasakan oleh penderita otitis eksterna.b. Rasa penuh pada telingaKeluhan yang umum pada tahap awal dari otitis eksterna dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga.c. Gatal Gejala klinik sangat sering dan merupakan pendahulu rasa sakit yang bekaitan dengan otitits eksterna akut, pada kebanyakan penderita rasa gatal di sertai rasa penuh dan tidak enak merupakan tanda permulaan peradangan suatu otitis eksterna akut.d. Kurang pendengaranKurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna akut. Edema kulit liang telinga, secret yang sorous atau purulen, penebalan kulit yang progesif pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen, debris dan obat-obatan yang di gunakan ke dalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.
5. Jenis-jenis otitis eksternaOtitis eksterna di bagi 3 yaitu :a. Otitis eksterna sirkumsipta
Otitis eksterna sirkumsipta (furunkel/bisul) adalah infeksi bermula dari folikel rambut di liang telinga yang disebabkan oleh bakteri stafilokokus dan menimbulkan furunkel di liang telinga di 1/3 luar. Akibat infeksi bakteri staphylococcus aureus dan staphylococcus albus.Gejala penyakit ini juga dapat menimbulkan rasa nyeri. Nyeri ini tidak sesuai dengan besarnya furunkel (bisul). Nyeri timbul saat kita menekan perikondrium karena jaringa ikat longgar tidak terkandung di bawah kulit. Gerakan membuat mulut juga menjadi pemicu nyeri karena adanya sendi temporomandibula. Penyakit ini bisa menimbulkan gangguan pendengaran akibat furunkel (bisul) yang sudahbesar dan menyumbat liang telinga.b. Otitis eksterna difusOtitis eksterna difus adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat infeksi bakteri. Umumnya bakteri penyebab yaitu pseudomonas. Bakteri penyebab lainnya yaitu staphylococcus albus, escheria coli, dan sebagainya. Kulit liang telinga terlihat hiperemis dan udem yang batasnya tidak jelas. Tidak terdapat furunkel.Gejalanya sama dengan gajala otitis eksterna sirkumsipta (furunkel/bisul). Kadang-kadang kita temukan secret yang berbau namun tidak bercampur lendir (musin). Lendir merupakan secret yang berasal dari kavum timpani dan kita kita temukan pada kasus otitis media.c. OtomikosisInfeksi jamur di liang telinga di permudah oleh kelembaban yang tinggi di daerah tersebut. Yang tersering ialah jmur aspergilus. Kadang-kadang di temukan juga kandida albikans atau jamur lain.Gejala biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di iang telinga, tetapi sering pula tanpa keluhan.D. Trauma1. DefinisiTrauma adalah luka atau cedera, baik fisik atau psikis (Dorland, 2006). Sedangkan menurut kamus oxford, trauma adalah suatu cidera fisik maupun psikis yang disebabkan oleh kekerasan atau kecelakaan.2. EtiologiPada umumnya trauma telinga terjadi disebabkan oleh adanya pukulan atau benturan. Trauma pada daun telinga mungkin dapat terjadi pada waktu bertinju atau akibat suatu kecelakaan. 3. PatofisiologiPukulan yang kuat pada rahang bisa menyebabkan patah tulang di sekitar saluran telinga dan berubah bentuk saluran telinga dan seringkali terjadi penyempitan.4. KomplikasiTimbul hematoma di bawah kulit, darah tertimbun (hematoma) bisa menyebabkan terputusnya aliran darah ke kartilago sehingga terjadi perubahan bentuk teinga. Kelainan bentuk ini di sebut telinga bunga kol, yang sering di temukan pada pegulat dan petinju.5. PenatalaksanaanJika terjadi hematoma, maka di perlukan beberapa kali aspirasi untuk mencegah terjadinya deformitas pada daun telinga (cauliflower ear) sebagai akibat timbulnya prises organisasi bekuan darah di bawah kulit. Pukulan yang hebat dapat menimbulkan laserasi hebat pada lobules tersobek. Dalam keadaan seperti ini perlu di lakukan penjahitan sehingga lobules dapat menempel kembali pada daun telinga dan biasanya sembuh dengan sempurna.
A. Pengkajian
1. Identitas klien2. Keluhan utamaBiasanya klien mengeluh adanya nyeri hebat, apalagi jika daun telinga di sentuh. Adanya secret yang keluar dari telinga, kadang-kadang di sertai bau yang tidak sedap. Terjadi pembengkakan pada liang telinga. Terjadi gangguan pendengaran dan kadang-kadang di sertai demam. Telinga juga terasa gatal.3. Riwayat penyakit sekarangTanyakan sejak kapan keluhan di rasakan, apakah tiba-tiba atau perlahan-lahan, sejauh mana keluhan di rasakan, apa yang memperberat dan memperingan keluhan dan apa usaha yang telah di lakukan untuk mengurangi keluhan.4. Riwayat penyakit dahuluTanyakan pada klien dan keluarganya :a. Apakah klien dahulu pernah menderita penyakit seperti ini ?b. Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit lain, seperti panas tinggi, kejang ?c. Apakah klien sering mengorek-ngorek telinga sehingga terjadi trauma ?d. Apakah klien sering berenang ? dll5. Riwayat penyakit keluarga Apakah ada di antara anggota keluarga klien yang menderita penyakit seperti klien saat ini dan apakah keluarga pernah menderita penyakit diabetes mellitus (DM).B. Pemeriksaan Fisik1. Inspeksi Inspeksi liang telinga, perhatikan adanya cairan atau bau, pembengkakan pada meatus auditorius eksternus (MAE), warna kulit telinga, apakah terdapat benda asing, peradangan, tumor. Inspeksi dapat menggunakan alat otoskopik (untuk melihat MAE sampai ke membrane timpani). Apakah suhu tubuh klien meningkat ?2. PalpasiLakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika respon nyeri dari klien, maka dapat di pastikan klien menderita otitis eksterna sirkumskripta.C. Data Subjektif dan Objektif1. Data subjektifa. Klien mengeluh pendengarannya berkurang, sering keluar secret yang berbau.b. Klien mengeluh telinganya sakit/nyeri atau terasa gatal.c. Klien mengatakan terjadi ttauma pada telinganya (karena jatuh, berolahraga, dan lain-lain).d. Klien sering berenang dan mengorek telinganya.2. Data Objektifa. Klien beresponkesakitan saat daun telinganya di sentuh.b. Klien tampak menggaruk-garuk telinganya atau meringis kesakitan.c. Klien sering mendekatkan telinganya kepada perawat saat perawat berbicara.d. Tampak secret yang berbau.e. Adanya benjolan atau furunkel pada telinga atau filament jamur yang bewarna keputih-putihan.f. Liang telinga tampak sempit, hiperemesis dan edema tanpa batas yang jelasD. Perioritas Masalah1. Nyeri2. Gangguan hantaran bunyi3. Gangguan komunikasi verbal
4. Resiko gangguan konsep diriE. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri (akut/kronis) yang berhubungan dengan trauma, infeksi oleh jamur/virus/bakteri.a. Intervensi Keperawatan1) Kaji tingkat nyeri/demam klien.2) Lakukan pembersihan telinga secara teratur dan hati-hati.3) Beri penyuluhan kepada klien tentang penyebab nyeri dan penyakit yang di deritanya.4) Berikan kompres hangat pada daerah nyeri.5) Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik dan antibiotic dosis tinggi.2. Gangguan hantaran suara berhubungan dengan penyumbatan pada liang telinga sekunder terhadap pembesaran furunkel, jaringan granulasi yang subur, penumpukan secret pada liang telinga, telinga rasa penuh.a. Intervensi Keperawatan1) Masukan tampon yang mengandung antibiotic kedalam liang telinga.2) Berikan kompres rivanol 1/1000 selama 2 hari.3) Lakukan irigasi telinga dan keluarkan serumen atau secret.4) Lakukan aspirasi secara steril (bila terjadi abses) untuk mengeluarkan nanahnya. Jika dinding furunkelnya tebal lakukan insisi, kemudian di pasang drainage untuk mengeluarkan nanah.3. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kesukaran memahami orang lain (kurangnya pendengaran), sekunder terhadap penumpukan serumen/secret pada liang telinga, jaringan granulasi yang subur, edema pada liang telinga.a. Intervensi Keperawatan1) Kaji kemampuan mendengar klien.2) Identifikasi metode alternative dan efektif untuk berkomunikasi, menggunakan tulisan atau isyarattangan dengan cara menunjuk (gerakan pantomim).3) Perawat atau keluarga berbicara lebih keras setra menggunakan gerak tubuh.4) Usahakan saat berbicara selalu berhadapan dengan klien.4. Resiko gangguan konsep diri berhubungan dengan terjadinya ketulian, pengeluaran secret yang banyak dan berbau, sekunder terhadap tanda-tanda infeksi : jamur, bakteri, virus, alergi, penumpukan serumen, penutupan liang telinga oleh jaringan granulasi yang subur atau furunkel yang membesar.a. Intervensi Keperawatan1) Dorong individu atau keluarga untuk mengekspresikan perasaan, khususnya mengenai pandangan,pemikiran dan perasaan seseorang.2) Dorong individu atau keluarga untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan prognosa kesehatan.3) Berikan informasi yang akurat kepada klien dan keluarga dan perkuat informasi yang sudah ada.4) Perjelas berbagai kesalahan konsep individu mengenai diri, perawatan atau pemberi perawatan.5) Hindari kritik negative.6) Beri privasi dan suatu keamanan lingkungan.7) Bersihkan dan keluarkan serumen atau sekret.8) Pasang tampon yang mengandung antibiotic.
Read more: http://texbuk.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-gangguan-telinga.html#ixzz26Cnz3JXpC
riocaesar : Sekilas Tentang Serumen
Mungkin sebagian dari Anda senang membersihkan telinga sendiri dengan menggunakan cotton bud, atau mungkin korekan kuping, atau bahkan beberapa mungkin senang memasukkan bulu ayam ke dalam telinga. Tahukah Anda penyebab dari kebiasaan Anda ini?
Serumen adalah hasil produk dari liang telinga Anda, dimana fungsi serumen ini adalah untuk perlindungan dari liang telinga seperti menangkap dan menyaring benda asing yang masuk ke dalam telinga Anda. Komposisi dari serumen ini adalah campuran dari hasil kelenjar keringat, kelenjar minyak, dan benda-benda yang masuk ke liang telinga seperti debu.
Serumen
Warna serumen pun berbeda-beda mulai dari kuning kecoklatan hingga hitam pada kasus yang mengeras. Dan cenderung serumen pada anak-anak lebih lunak dibandingkan pada dewasa. Pada anak-anak cenderung serumen yang dihasilkan lebih banyak.
Serumen dihasilkan oleh liang telinga kurang lebih setengah liang terluar, dan telinga punya mekanisme tersendiri dalam mengurangi jumlah serumen di dalam liang telinga, dimana pada normalnya serumen ini tidak perlu dibersihkan dengan menggunakan cotton bud. Akibat penggunaan cotton bud yang terlalu sering, maka serumen ini dapat terdorong lebih dalam dan menyebabkan penumpukan, mengeras, hingga dapat menyebabkan sumbatan pada liang telinga.
Sumbatan pada liang telinga oleh serumen yang mengeras
Keluhan dari penderita yang mengalami sumbatan oleh serumen yang mengeras
antara lain: tinnitus (telinga berdenging), vertigo, pendengaran yang menurun, dan rasa penuh dan tersumbat pada telinga.
Bila Anda merupakan salah satu dari orang yang memproduksi banyak serumen dan cenderung mudah mengeras, pastikan Anda melakukan pengecekan ke dokter ahli THT untuk mengeluarkan serumen yang mengeras dalam liang telinga Anda. Jangan lakukan pembersihan telinga dengan sendiri karena hal itu akan memperparah dan memperbanyak jumlah serumen di telinga Anda yang mengeras.
Ditulis oleh:Mohammad Caesario
Sumber:1. http://www.american-hearing.org/disorders/hearing/ear_wax.html#whatis2. Alvord LS, Farmer BL (December 1997). \"Anatomy and orientation of the human external ear\". Journal of the American Academy of Audiology 8 (6): 383–903. Guest JF, Greener MJ, Robinson AC, Smith AF (August 2004). \"Impacted cerumen: composition, production, epidemiology and management\". QJM 97 (8): 477–88
ASKEP Impaksi Serumen
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangTelinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan
keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera pende¬ngaran berperan penting pada
partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan
normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui
bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan otologik sangat penting. Di antara mereka
yang dapat membantu diagnosis dan atau menangani kelainan otologik adalah ahli
otolaringologi, pediatrisian, internis, perawat, ahli audiologi, ahli patologi wicara dan pendidik.
Perawat yang terlibat dalam spesialisasi otolaringologi, saat ini dapat raemperoleh sertifikat di
bidang keperawatan otorinolaringologi leher dan kepala (CORLN= cerificate in
otorhinolaringology-head and neck nursing).
Usaha untuk mengeluarkan (mengorek) dengan batang korek, jepit rambyt atau benda
lain akan dapat berbahaya karena dapat mengakibatkan kotoran terdorong ke dalam (dapat
menyumbat karena bagian dalam lebih sempit), serta adanya trauma terhadap kulit dan dapat
menyebabkan infeksi dan kerusakan gendang telinga dan akhirnya dapat menyebabkan
impaksi,otalgia (nyeri pada telinga) atau bahkan kehilangan pendengaran.
B. Tujuan
a. Tujuan Instruksional UmumSetelah dilakukan seminar diharapkan mahasiswa mengerti tentang Impaksi Serumen
b. Tujuan Instruksional KhususSetelah dilakukan seminar mahasiswa mengerti tentang :
a. Pengertian impaksi serumenb. Etiologi impaksi serumenc. Patofisiologi dan phatway impaksi serumend. Kompliksi impaksi serumene. Pemeriksaan penunjang impaksi serumenf. Asuhan keperawatan impaksi serumen
BAB IITINJAUAN TEORI
A. PengertianImpaksi serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan
serumen di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu (Mansjoer,
Arif :1999).
B. EtiologiAdapun faktor penyebab dari impaksi serumen, antara lain:
Dermatitis kronik pada telinga luar, Liang telinga sempit, Produksi serumen terlalu banyak dan kental, Terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam (karena kebiasaan mengorek telinga).
C. Anatomi Fisiologi
Telinga luar terdiri dari aurikula atau pinna dan kanalis auditoris eksternus, dipisahkan
oleh telinga tengah oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membran timpani. ( gendang
telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat
kesisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago terutama kecuali lemak dan jaringan
bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan suara dan perjalanannya
sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat didepan meatus auditorius eksternus adalah sendi
temporomandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus
auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus
panjangnya sekitar 2,5 cm. 1/3 lateral mempunyai rangka kartilago dan fibrosa padat dimana
kulit melekat. 2/3 medial terdiri Dario tulang yang dilapisi kulit tipis . kanalis auditorius
eksternus berakhir pada membrane timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus,
glandula seminurosa, yang mensekresi substansi seperti lilin disebut serumen. Mekanisme
pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar telinga. Saerumen
nampaknya mempunyai sifat anti bakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.
D. PatofisiologiKadang-kadang pada kanalis dapat terjadi impaksi, yang dapat menyebabkan otalgia, rasa
penuh dalam telinga dan atau kehilangan pendengaran. Penumpukan serumen terutama
bermakna pada populasi geriatrik sebagai penyebab defisit pendengaran. usaha membersihkan
kanalis auditorius dengan batang korek api, jepit rambut, atau alat lain bisa berbahaya karena
trauma terhadap kulit bisa menyebabkan infeksi.
Anak-anak sering memasukkan benda-benda kecil ke dalam saluran telinganya, terutama
manik-manik, penghapus karet atau kacang-kacangan.
E. Manifestasi KlinisGejala klinis yang umumnya dirasakan oleh penderita penyakit impaksi serumen, antara lain :
Pendengaran berkurang.
Nyeri di telinga karena serumen yang keras membatu menekan dinding liang telinga.
Telinga berdengung (tinitus).
Pusing dimana pasien merasakan lingkungan di sekitarnya berputar (vertigo)
F. Pemeriksaan Penunjang
1. CT-Scan tulang tengkorak, mastoid terlihat kabur, ada kerusakan tulang
2. Scan Galium-67, terlihat focus inf akut yg akan kembali normal dgn resolusi inf.
3. Scan Tekhnetium-99, terlihat aktifitas osteoblastik yg akan kembali normal beberapa bulan
setelah resolusi klinik
4. MRI, monitor serebral, pembuluh darah yang terkait
5. Tes Laboratorium,sample nanah untuk kultur dan tes sensitivitas antibiotic
6. Uji Weber
memanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara. Sebuah garpu
tala dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut atau pergelangan tangan pemeriksa.
Kemudian diletakkan pada dahi atau gigi pasien. Pasien ditanya apakah suara terdengar di tengah
kepala, di telinga kanan atau telinga kiri. Individu dengan pendengaran normal akan mende¬ngar
suara seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan bahwa suara terpusat di tengah kepala. Bila
ada kehilang¬an pendengaran konduktif (otosklerosis, otitis media), suara akan lebih jelas
terdengar pada sisi yang sakit. Ini disebabkan karena obstruksi akan menghambat ruang suara,
sehingga akan terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila terjadi kehilangan sensorineural, suara
akan meng-alami lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik. Uji Weber berguna
untuk kasus kehilangan pende¬ngaran unilateral.
7. Uji Rinne
gagang garpu tala yang bergetar ditempatkan di belakang aurikula pada tulang mastoid
(kon¬duksi tulang) sampai pasien tak mampu lagi mendengar suara. Kemudian garpu tala
dipindahkan pada jarak 1 inci dari meatus kanalis auditorius eksternus (konduksi uda-ra). Pada
keadaan normal pasien dapat terus mendengar¬kan suara, menunjukkan bahwa konduksi udara
berlang-sung lebih lama dari konduksi tulang. Pada kehilangan pendengaran konduktif, konduksi
tulang akan melebihi konduksi udara begitu konduksi tulang melalui tulang temporal telah
menghilang, pasien sudah tak mampu lagi mendengar garpu tala melalui mekanisme konduktif
yang biasa. Sebaliknya kehilangan pendengaran sensorineural memungkinkan suara yang
dihantarkan melalui udara lebih baik dari tulang, meskipun keduanya merupakan konduktor,
yang buruk dan segala suara diterima seperti sangat jauh dan lemah
G. Penatalaksanaan
Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan menyebabkan gatal-gatal,
nyeri serta tuli yang bersifat sementara dan dokter akan membuang serumen tersebut dengan cara
menyemburnya secara perlahan dengan menggunakan air hangat (irigasi). Tetapi jika dari telinga
keluar nanah, terjadi perforasi gendang telinga atau terdapat infeksi telinga yang berulang, maka
irigasi tidak dapat dilakukan karena air bisa masuk ke telinga tengah dan kemungkinan akan
memperburuk infeksi. Pada keadaan ini, serumen dibuang dengan menggunakan alat yang
tumpul atau dengan alat penghisap. Biasanya tidak digunakan pelarut serumen karena bisa
menimbulkan iritasi atau reaksi alergi pada kulit saluran telinga dan tidak mampu melarutkan
serumen secara adekuat.
Adapun cara-cara untuk mengeluarkan serumen yang menumpuk di liang telinga, antara
lain:
1. Serumen yang lembek dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada aplikator (pelilit).
2. Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret.
3. Serumen yang sangat keras (membatu), dilembekkan terlebih dahulu dengan karbogliserin 10%,
3 x 5 tetes sehari, selama 3 – 5 hari, setelah itu dikeluarkan dengan pengait atau kuret dan bila
perlu dilakukan irigasi telinga dengan air yang suhunya sesuai dengan suhu tubuh.
4. Serumen yang terlalu dalam dan mendekati membran timpani dikeluarkan dengan
cara mengirigasi liang telinga dengan menggunakan air hangat bersuhu 37 oC agar tidak
menimbulkan vertigo karena terangsangnya vestibuler.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN IMPAKSI SERUMEN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN IMPAKSI SERUMEN
I. Konsep Dasar Penyakit
a. Pengertian
Impaksi serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan
serumen di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu (Mansjoer,
Arif :1999).
b. Etiologi
Adapun faktor penyebab dari impaksi serumen, antara lain:
- Dermatitis kronik pada telinga luar,
- Liang telinga sempit,
- Produksi serumen terlalu banyak dan kental,
- Terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam (karena kebiasaan mengorek telinga).
c. Patofisiologi
Kadang-kadang pada kanalis dapat terjadi impaksi, yang dapat menyebabkan otalgia, rasa
penuh dalam telinga dan atau kehilangan pendengaran. Penumpukan serumen terutama
bermakna pada populasi geriatrik sebagai penyebab defisit pendengaran . usaha
membersihkan kanalis auditorius dengan batang korek api, jepit rambut, atau alat lain
bisa berbahaya karena trauma terhadap kulit bisa menyebabkan infeksi.
Anak-anak sering memasukkan benda-benda kecil ke dalam saluran telinganya,
terutama manik-manik, penghapus karet atau kacang-kacangan.
d. Pathway
Perubahan sensori dan persepsi
e. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang umumnya dirasakan oleh penderita penyakit impaksi serumen, antara
lain :
- Pendengaran berkurang.
- Nyeri di telinga karena serumen yang keras membatu menekan dinding liang telinga.
- Telinga berdengung (tinitus).
- Pusing dimana pasien merasakan lingkungan di sekitarnya berputar (vertigo)
f. Pemeriksaan Fisik
Telinga luar diperiksa dengan
inspeksi dan palpasi langsung sementara membrana timpani diinspeksi, seperti telinga
tengah dengan otoskop dan palpasi tak langsung dengan menggunakan otoskop
pneumatic
Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat.
Aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya
deformitas, lesi,
cairan begitu pula ukuran,
simetris dan sudut penempelan ke kepala..
Setiap adanya cairan, inflamasi, atau benda asing; dalam kanalis auditorius eksternus
dicatat.
Membrana, timpani sehat berwarna mutiara keabuan
pada dasar kanalis.
Gerakan memutar lambat spekulum memungkinkan penglihat lebih jauh pada lipatan
malleus dan daerah perifer. dan warna membran begitu juga tanda yang tak biasa
dicatat dan deviasi kerucut cahaya dicatat. Adanya cairan, gelembung udara, atau masa
di telinga tengah harus dicatat.
Pemeriksaan otoskop kanalis auditorius eksternus membrana timpani yang baik hanya
dapat dilakukan bila kanalis tidak terisi serumen yang besar. Serumen terdapat di
kanalis eksternus, dan bila jumla sedikit tidak akan mengganggu pemeriksaan otoskop.
h. Pemeriksaan Penunjang
a.CT-Scan tulang tengkorak, mastoid terlihat kabur, ada kerusakan tulang
b.Scan Galium-67, terlihat focus inf akut yg akan kembali normal dgn resolusi inf.
c.Scan Tekhnetium-99, terlihat aktifitas osteoblastik yg akan kembali normal beberapa
bulan setelah resolusi klinik
d.MRI, monitor serebral, pembuluh darah yang terkait
e.Tes Laboratorium,sample nanah untuk kultur dan tes sensitivitas antibiotik
f.Ketajaman Auditorius.
Perkiraan umum pendengaran pasien dapat disaring secara efektif dengan mengkaji
kemampuan pasien mendengarkan
Bisikan kata atau detakan jam tangan.
Bisikan lembut dilakukan oleh pemeriksa, yang sebelumnya telah melakukan ekshalasi
penuh. Masing-masing telinga diperiksa bergantian. Agar telinga yang satunya tak
mendengar,
pemeriksa menutup telinga yang tak diperiksa dengan telapak tangan.Dari jarak 1
sampai 2 kaki dari telinga yang tak tertutup dan di luar batas penglihatan, pasien
dengan ketajaman normal dapat menirukan dengan tepat apa yang dibisikkan. Bila yang
digunakan detak jam tangan, pemeriksa memegang jam tangan sejauh 3 inci dari
telinganya sendiri (dengan asumsi pemeriksa mempunyai pendengaran normal) dan
kemudian memegang jam tangan pada jarak yang sama dari aurikulus pasien. Karena
jam tangan menghasilkan suara dengan nada yang lebih tinggi daripada suara bisikan,
maka kurang dapat dipercaya dan tidak dapat dipakai sebagai satu-satunya cara
mengkaji ketajaman auditorius.
g. Uji Weber
memanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara. Sebuah garpu
tala dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut atau pergelangan tangan
pemeriksa. Kemudian diletakkan pada dahi atau gigi pasien. Pasien ditanya apakah
suara terdengar di tengah kepala, di telinga kanan atau telinga kiri. Individu dengan
pendengaran normal akan mende¬ngar suara seimbang pada kedua telinga atau
menjelaskan bahwa suara terpusat di tengah kepala. Bila ada kehilang¬an pendengaran
konduktif (otosklerosis, otitis media), suara akan lebih jelas terdengar pada sisi yang
sakit. Ini disebabkan karena obstruksi akan menghambat ruang suara, sehingga akan
terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila terjadi kehilangan sensorineural, suara akan
meng-alami lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik. Uji Weber berguna
untuk kasus kehilangan pende¬ngaran unilateral.
h.Uji Rinne
gagang garpu tala yang bergetar ditempatkan di belakang aurikula pada tulang mastoid
(kon¬duksi tulang) sampai pasien tak mampu lagi mendengar suara. Kemudian garpu
tala dipindahkan pada jarak 1 inci dari meatus kanalis auditorius eksternus (konduksi
uda-ra). Pada keadaan normal pasien dapat terus mendengar¬kan suara, menunjukkan
bahwa konduksi udara berlang-sung lebih lama dari konduksi tulang. Pada kehilangan
pendengaran konduktif, konduksi tulang akan melebihi konduksi udara begitu konduksi
tulang melalui tulang temporal telah menghilang, pasien sudah tak mampu lagi
mendengar garpu tala melalui mekanisme konduktif yang biasa. Sebaliknya kehilangan
pendengaran sensorineural memungkinkan suara yang dihantarkan melalui udara lebih
baik dari tulang, meskipun keduanya merupakan konduktor, yang buruk dan segala
suara diterima seperti sangat jauh dan lemah.
i. Penatalaksanaan
Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan menyebabkan gatal-
gatal, nyeri serta tuli yang bersifat sementara dan dokter akan membuang serumen
tersebut dengan cara menyemburnya secara perlahan dengan menggunakan air hangat
(irigasi). Tetapi jika dari telinga keluar nanah, terjadi perforasi gendang telinga atau
terdapat infeksi telinga yang berulang, maka irigasi tidak dapat dilakukan karena air
bisa masuk ke telinga tengah dan kemungkinan akan memperburuk infeksi. Pada
keadaan ini, serumen dibuang dengan menggunakan alat yang tumpul atau dengan alat
penghisap. Biasanya tidak digunakan pelarut serumen karena bisa menimbulkan iritasi
atau reaksi alergi pada kulit saluran telinga dan tidak mampu melarutkan serumen
secara adekuat.
Adapun cara-cara untuk mengeluarkan serumen yang menumpuk di liang telinga,
antara lain:
1. Serumen yang lembek dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada aplikator
(pelilit).
2. Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret.
3. Serumen yang sangat keras (membatu), dilembekkan terlebih dahulu dengan
karbogliserin 10%, 3 x 5 tetes sehari, selama 3 – 5 hari, setelah itu dikeluarkan
dengan pengait atau kuret dan bila perlu dilakukan irigasi telinga dengan air yang
suhunya sesuai dengan suhu tubuh.
4. Serumen yang terlalu dalam dan mendekati membran timpani dikeluarkan dengan
cara mengirigasi liang telinga dengan menggunakan air hangat bersuhu 37 oC agar
tidak menimbulkan vertigo karena terangsangnya vestibuler.
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Biodata pasien dan penanggung jawab
2. Riwayat kesehatan
- Keluhan utama saat MRS
Penderita biasanya mengeluhkan pendengarannya mulai menurun, nyeri,
telinga berdengung, dan pusing dimana pasien merasakan lingkungan di
sekitarnya berputar (vertigo).
- Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehtan masa lalu yang berhubungan dengan penyakit impaksi
serumen adalah kebiasaan membersihkan telinga yang tidak benar.
3. Pola kebutuhan dasar manusia
Pola kebutuhan dasar manusia meliputi :
- Pola napas
- Pola makan dan minum
- Pola eliminasi (BAB dan BAK)
- Pola istirahat dan tidur
- Pola berpakaian
- Pola rasa nyaman
- Pola kebersihan diri
- Pola rasa aman
- Pola komunikasi
- Pola beribadah
- Pola produktivitas
- Pola rekreasi
- Pola kebutuhan belajar
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d. agen cedera biologi
2. Gangguan persepsi dan sensori (auditori) b.d. perubahan persepsi sensori
3. Gangguan harga diri b.d. stigma berkenaan dengan kondisi
4. Kurang pengetahuan b.d kurang terpapar informasi mengenai penyakit
5. Resiko infeksi b.d trauma pada kulit
c. Intervensi Keperawatan
No Dx Tujuan Intervensi Rasional1 1 setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan rasa nyeri pasien berkurang dengan KH:
- Pasien tampak rileks,- skala nyeri (1-3)
Kaji ulang keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas.
Berikan posisi yang nyaman pada pasien.
Tingkatkan periode tidur tanpa gangguan
Dorong menggunakan teknik manajemen nyeri, seperti nafas dalam
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi (analgesik).
Memberikan informasi untuk membantu dalam menentukan pilihan atau keefektifan intervensi.
Untuk meningkatkan relaksasi.
Dapat mengurangi rasa nyeri pasien
Meningkatkan relaksasi dan mengurangi nyeri
Diberikan untuk menghilangkan nyeri dan memberikan relaksasi mental dan fisik.
2 2 setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Gangguan persepsi sensori berkurang / hilang dengan KH :
- Pasien dapat mendengar dengan baik
- Pasien tidak meminta untuk mengulang setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya
Memandang ketika sedang berbicara
Kaji ketajaman pendengaran pasien
Menggunakan tanda – tanda nonverbal (mis. Ekspresi wajah, menunjuk, atau gerakan tubuh) dan bentuk komunikasi lainnya.
Anjurkan kepada keluarga atau orang terdekat klien untuk tinggal bersama klien
Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk mematuhi program teraphy
Menunjukkan perhatian dan penghargaan
Untuk mengetahui tingkat ketajaman pendengaran pasien dan untuk menentukan intervensi
Membantu klien untuk mempersepsikan informasi
Untuk menghindari perasaan terisolasi pasien
Mematuhi program therapy akan mempercepat proses penyembuhan
3 3 Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapakan gangguan harga diri pasien teratasi
dengan KH :
- Bicara/berkomunikasi dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang telah terjadi
- Mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri dalam situasi
- Mengenali dan menggabungkan perubahan dalam konsep diri dalam cara yang akurat tanpa menimbulkan harga diri yang negatif.
Kaji luasnya gangguan persepsi dan hubungkan derajat ketidakmampuannya
Dorong klien untuk mengeksplorasi perasaan tentang kritikan orang lain.Diskusikan cara koping perasaan ini dan bagaimana menerima ketidaksetujuan orang lain tanpa mengalami perasaan gagal
Identifikasi arti dari kehilangan/disfungsi/perubahan pada pasien
Anjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaannya termasuk rasa bermusuhan dan perasaan marah
Penentuan faktor-faktor secara individual membantu dalam mengembangkan perencanaan asuhan/intervensi
Mungkin memiliki perasaan tidak realistik saat dikritik dan perlu mempelajari bagaimana menerapkan kriktik konstruktif untuk pertumbuhan pribadi bukan merusak diri sendiri.Membantu mengembangkan percaya pada kemampuan dan penilaian sendiri disamping apa yang dipikirkan orang lain
Kadang-kadang pasien menerima dan mengatasi gangguan fungsi secara efektif dengan sedikit penanganan, dilain pihak ada juga orang yang mengalami kesulitan dalam menerima dan mengatasi kekurangannya
Mendemontrasikan penerimaan/membantu pasien untuk mengenal dan mulai memahami perasaan ini
4 4 Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam kebutuhan akan informasi terpenuhi dengan KH :
- pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan.
- Mengidentifikasi hubungan
antar gejala/tanda
dengan proses penyakit
- Melakukan prosedur
dengan benar dan
menjelaskan alasan
tindakan.
Tentukan persepsi pasien tentang proses penyakit.
Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan
Berikan informasi mengenai penanganan dan pengobatan, interaksi,efek samping dan pentingnya ketaatan pada program
Berikan HE pada pasien
Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran kebutuhan belajar individu
Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan
Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dalam proses penyembuhan
Diharapkan pasien memahami kondisi dan penanganan penyakit yang dialami
5 5 Setelah diberikan tindakan keperawatan 3X24 jam diharapkan tidak terjadi tanda-
Kaji tanda – tanda infeksi
Pantau TTV,terutama suhu tubuh.
Untuk mengetahui apakah pasian mengalami infeksi. Dan
tanda infeksi.
Kriteria Hasil:
- Tidak terdapat tanda tanda infeksi seperti:
Kalor,dubor,tumor,dolor,dan fungsionalasia.
- TTV dalam batas normal
Ajarkan teknik aseptik pada pasien
Cuci tangan sebelum memberi asuhan keperawatan ke pasien.
untuk menentukan tindakan keperawatan berikutnya.
Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahuikeadaan umum pasien. Perubahan suhu menjadi tinggi merupakan salah satu tanda – tanda infeksi.
Meminimalisasi terjadinya infeksi
Mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
d. Evaluasi
1. Dx 1 : - pasien tampak rileks
- skala nyeri 1-3
2. Dx 2 : - pasien dapat mendengar dengan baik
- pasien tidak mengulang untuk meminta untuk mengulang
setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya
3. Dx 3 : - Bicara/berkomunikasi dengan orang terdekat tentang
situasi dan perubahan yang telah terjadi
- Mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri dalam
situasi
- Mengenali dan menggabungkan perubahan dalam konsep
diri dalam cara yang akurat tanpa menimbulkan harga diri
yang negatif
4. Dx 4 : - pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan
pengobatan
- Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan
proses penyakit
- Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.
5. Dx 5 : - Tidak terdapat tanda tanda infeksi seperti:
Kalor,dubor,tumor,dolor,dan fungsionalasia.
- TTV dalam batas normal
DAFTAR PUSTAKA
Adams,George L.dkk.1997.Boies:Buku Ajar Penyakit THT.Ed 6 : Jakarta.EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 3. Ed 8 : Jakarta. EGC
Doungoes, marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan
pendokumentasian perawatan pasien. Ed 3 : Jakarta. EGC
Mansjoer,Arief,dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3: Jakarta.Mediaaesculapius
www. iranichi.multiply.com
www.blogdokter.net/2008/.../untung-ruginya-kotoran-telinga
Diposkan oleh mirza barbie di 18:13
Recommended