MANUSIA DAN AGAMA
Dede Rodin, M.Ag
Kesulitan mendefinisikan Agama:
1. Etnosentrisme; agama selalu diterima dan dialami secara subyektif. Orang sering mendefinisikan agama sesuai dengan pengalamannya dan penghayatannya pada agama yang dianutnya.
2. Kompleksitas; definisi hanya menangkap sebagian dari realitas agama. Definisi adalah batasan; dan agama sangat sulit dibatasi.
AGAMA: ETIMOLOGIS
Agama - Sanskerta; kata dasar gam (pergi) agama (jalan); jalan yang harus ditempuh manusia sepanjang hidupnya; atau jalan yang menghubungkan antara sumber dan tujuan hidup manusia.
Pengertian “jalan” ciri hakiki banyak agama; Taoisme dan Shinto (jalan). Buddhisme menyebutkan undang-undang pokoknya dengan jalan; Yesus menyuruh pengikutnya untuk mengikutinya jalannya; dalam Islam thariqat, syari’ah, shirath (jalan).
Religi (latin, relegere/relegare) “berhati-hati dan berpegang pada norma-norma atau aturan-aturan secara ketat” keyakinan, nilai-nilai dan norma-norma hidup yang harus dipegangi dan dijaga dengan penuh perhatian, agar jangan sampai menyimpang dan lepas.
AGAMA: ETIMOLOGIS
Din (Arab); agama, pembalasan, hukum, ketaatan, ketundukan.
Secara etimologis, kata yg terdiri dari d-y-n (dayn- dyn): 2 pihak yg melakukan interaksi, dimana pihak pertama mempunyai kedudukan yg lebih tinggi dari pihak kedua.
Din: hubungan antara makhluk dan Khalik yg diwujudkan dlm bentuk sikap taat, tunduk, dan patuh dlm beribadah kepada-Nya.
Din: peraturan Ilahi yg mengantarkan orang yg berakal sehat atas kehendak mereka sendiri menuju kebahagiaan dunia akhirat (Abdullah Darraz)
Mukti Ali: “Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan hukum-hukum yang diwahyukan kepada kepercayaan utusan-utusan-Nya untuk kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat”.
SUBSTANTIF
Apa yang diyakini / dipercayai oleh individu atau umat dari agamanya?
FUNGSIONAL
Apa peran agama dalam kehidupan personal dan masyarakat?
Batson, Schoenrade, Ventis: “Apa saja yang kita lakukan sebagai individu dalam usaha kita mengatasi masalah-masalah yang kita hadapi karena kita sadar bahwa kita, dan yang lain seperti kita, hidup dan bakal mati.”
AGAMA: TERMINOLOGIS
PSIKOGRAFI AGAMA: Peta Keberagamaan
1. Dimensi Ideologis
Berkaitan dengan apa yang harus dipercayai; tauhid (Islam), Trinitas
yang Suci (Kristen), Ahuramazda (Zoroaster).
a. Kepercayaan yg menjadi dasar esensial suatu agama: Kepercayaan kepada Nabi Muhammad Saw. (Islam), ketuhanan Kristus (Gereja Katolik)
b. Kepercayaan yg berkaitan dengan tujuan Ilahi dalam penciptaan manusia. Islam: beramal saleh (Qs. al-Mulk [67]:2). Yahudi: umat pilihan Tuhan dgn misi menciptakan dunia yang lebih baik secara moral-spiritual. Hindu: memperoleh keselamatan dgn mengikuti 3 jalan: Jalan Kerja, Jalan Pengetahuan, dan Jalan Pengabdian.
c. Kepercayaan yang berkaitan dengan cara terbaik untuk melaksanakan tujuan Ilahi di atas. Islam: cara beramal saleh adlh mengabdi kepada Allah dan berkhidmat kepada sesama manusia. Budha: berbuat baik ialah menjalankan 8 yang Benar, spt bernapas yg benar, bicara yg benar. Shinto: setia dan melaksanakan kewajiban untuk keluarga dan nenek moyang
2. Dimensi Ritualistik
Berkaitan dengan dengan sejumpah perilaku khusus yang
ditetapkan oleh agama; tata cara ibadah, shalat dengan
menghadap kiblat beserta ruku’ dan sujud, berpuasa,
pembaptisan, pengakuan dosa, menjalankan ritus-ritus khusus
pada hari-hari suci.
3. Dimensi Eksperensial
Berkaitan dengan perasaan keagamaan yang dialami oleh
penganut agama (religious experiences); kekhusyuan di
dalam shalat.
4. Dimensi Intelektual
Berkaitan dengan sejumlah informasi khusus yg harus
diketahui para pengikutnya; Ilmu fiqh (Islam), Perjanjian
Baru (Kristen)
5. Dimensi Konsekuensial
Menunjukkan akibat ajaran agama dalam perilaku umum,
yang tidak secara langsung dan secara khusus ditetapkan
agama (seperti dalam dimensi ritualistik) efek ajaran
agama pada perilaku individu dalam kehidupannya sehari-
hari;
Martin Luther King Jr. berjuang untuk menentang
diskriminasi rasial di Amerika Selatan.; Jim Jones mendorong
hampir seribu pengikutnya untuk minum racun, juga atas
dasar agama
KEBUTUHAN MANUSIA KEPADA AGAMA
1. Beragama adalah fitrah manusia
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui
(QS. al-Rum: 30).
- Bukti Historis dan Antropologis: pada
masyararakat primitif sll muncul berbagai
keyakinan: dinamisme, animisme, dll
2. Kelemahan dan kekurangan manusia
Agama dalam bentuk apa pun tetap memenuhi kebutuhan manusia yang paling ideal (Anselm Fuerbach)
KEBUTUHAN MANUSIA KEPADA AGAMA
Kebutuhan Dasar Manusia:
Kebutuhan Material/fisik: bersifat alami, sama pada semua orang, mendesak
Kebutuhan Spiritual (kebutuhan akan Tuhan dan agama): ada pada semua orang, dapat ditangguhkan.
Dan Kami menyeberangkan Bani Israil ke laut, lalu mereka diikuti oleh Firaun dan bala tentaranya, yang hendak menganiaya dan menindas; sehingga ketika Firaun tenggelam ia berkata: Saya beriman bahwa tidak ada tuhan kecuali Tuhan yang diimani Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang Muslim (Qs. Yunus:90)
Agama Budaya
• Tumbuh dan berkembang secara alami bersama dengan sistem dan lingkungan budaya masyarakat (agama alami).
• Produk penggunaan akal dan budi daya manusia (agama akal) dalam kehidupannya di muka bumi (agama bumi/ (ardli)
Agama Samawi
• Turun dari langit (berasal dari Tuhan)
• Disampaikan melalui wahyu kepada Rasul untuk disampaikan kepada manusia (agama wahyu)
KLASIFIKASI AGAMA
AGAMA DAN KESEHATAN
o Banyak penelitian yang menunjukkan efek positif keagamaan terhadap kesehatan mental dan kebahagiaan spiritual.
o A.E. Bergin melakukan meta-analisis pada hasil-hasil penelitian tentang agama dan kesehatan mental. Ia menyimpulkan bahwa ”jika religiusitas dikorelasikan dengan ukuran kesehatan mental, dari 30 efek yang ditemukan, sebanyak 47 % menunjukkan hubungan positif, dan 30 % hubungan zero. Jadi, 77 % dari hasil penelitian bertentangan dengan teori efek negatif agama.
The Healing Power of Faith 1999, Harold G. Koenig, M.D.
Orang-orang beragama dengan nilai spiritual tinggi
punya KELUARGA yang lebih bahagia punya GAYA HIDUP yang lebih sehat dapat mengatasi stress melindungi dari dan menyembuhkan depresi hidup lebih lama dan lebih sehat melindungi orang dari kardiovaskular punya sistem imun yang lebih kuat lebih sedikit menggunakan
jasa rumah sakit
David Larson:
Hubungan Spiritualitas dengan Kesehatan
1. Meditasi mengurangi tingkat kolesterol serum
2. Kepercayaan agama mengurangi tingkat rasa sakit pada
pasien kanker;
3. Lebih banyak orang yang religius ketimbang yang tidak
religius selamat setelah pembedahan jantung;
4. Ada hubungan antara kehadiran di gereja secara
mingguan dengan tingkat penyakit jantung yang lebih
rendah dan emphysema;
5. Dalam penelitian yang melibatkan pasien
kardiak, yang didoakan mengalami lebih
sedikit kegagalan jantung, serangan
jantung, dan pneumonia
MODEL KEBERAGAMAAN
• KEBERAGAMAAN EKSTRINSIK:
MEMBAWA PENDERITAAN
• KEBERAGAMAAN INTRINSIK:
MEMBAWA KEBAHAGIAAN
Keberagamaan Ekstrinsik
Orang dengan orientasi keberagamaan
ekstrinsik menggunakan pandangan agamanya
untuk memperoleh rasa aman, ketentraman,
status sosial, atau dukungan sosial untuk
dirinya- agama bukan untuk agama itu sendiri,
agama berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
lain, agama semata-mata dijalankan untuk
dimanfaatkan (something to use not to live)
Allport and Ross, 1967:441
Keberagamaan Ekstrinsik
Memandang agama sebagai sesuatu untuk dimanfaatkan, dan bukan untuk kehidupan (something to use but not to live).
Agama digunakan untuk menunjang motif-motif lain: kebutuhan akan status, rasa aman atau harga diri.
Melaksanakan bentuk-bentuk luar dari agama. Ia puasa, salat, naik haji dan sebagainya tetapi tidak di dalamnya.
Menjadikan agama sebagai alat politis dan ekonomis
Keberagamaan Intrinsik
Memasukkan nilai-nilai agama ke dalam dirinya. Nilai dan ajaran agama terhujam jauh ke dalam jiwa penganutnya.
Adanya internalisasi nilai spiritual keagamaan. Ibadah ritual bukan hanya praktik tanpa makna.
Semua ibadah itu memiliki pengaruh dalam sikapnya sehari-hari.
Agama adalah penghayatan batin kepada Tuhan. Agama dipandang sebagai comprehensive commitment dan driving integrating motive, yang mengatur seluruh hidup seseorang.
Agama diterima sebagai faktor pemadu (unifying factor).
Keberagamaan Intrinsik
Alat
Berintegrasi
dengan kehidupan
Petunjuk kehidupan
Diyakini sepenuh
hati
Tujuan
• Spiritual
• Penyatuan
• Kasih sayang
• Itsaar
(unselfish)
KEBERAGAMAAN INTRINSIK:
• Lebih sedikit dendam atau bermusuhan • Lebih baik dalam penyesuaian • Lebih senang menolong • Lebih sedikit depresi • Lebih bisa mengatasi musibah (Greater
coping efficacy) • Lebih bahagia (Greater well-being) • Lebih sehat secara mental (Better mental
status) • Lebih dewasa (personal growth)
Kehidupan modern ditandai dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kemajuan iptek pada satu sisi mampu menjadikan kehidupannya makmur dan sejahtera secara meteriil. Tetapi, pada sisi lain, manusia tidak mampu menemukan dan merumuskan tujuan hidup yang pasti; tidak mampu menemukan nilai-nilai universal yang hakiki, yang mampu menjadi sumber kekuatan pengendali dan pengontrol perkembangan iptek modern.
Dampak dari semua itu, (1) manusia merasa hidup mandiri dan menolak pengaruh dan kontrol yang berasal dari agama; (2) berkembangnya kehidupan sosial budaya sekuler secara bebas mengancam kehidupan umat manusia.