MAKALAH
EMBRIOLOGI MANUSIA TAFSIR Q.S AL-MU’MINUN AYAT 12-17
Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Tafsir 1
Dosen Pengampu :H.Khoirul Anwar,S.Ag,M.Pd
DI SUSUN OLEH :
RIHATUL KHAERIYAH : 152111671
NURUL HIDAYAH : 152111663
YENI ANGGRAINI : 152111703
ZAIMATUL KHASANAH : 152111705
JURUSAN TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
TAHUN AJARAN 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan
rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami, sehingga kami selaku penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan serta dorongan dari beberapa pihak, untuk itu
makalah ini kami persembahkan dan kami ucapkan terimakasih kepada :
1. Orangtua saya, yang selalu menjaga, dan mendidik saya setiap waktu dan mendukung
serta membiayai saya dalam bersekolah.
2. Bapak.H. Khoirul Anwar,S.Ag,M.Pd selaku pengampu mata kuliah Tafsir I
3. Teman-teman saya yang telah memberikan bantuan dan dukungan serta semua pihak
yang telah membantu,
Saya menyadari betul bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangannya, untuk
itu kritik dan saran sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat berguna khususnya bagi saya dan umumnya bagi pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II : PEMBAHASAN
A. Asal Usul Kejadian Manusia
B. Pandangan Al-Quran terhadap asal usul kejadian manusia
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Al-Quran merupakan kitab wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Rasul-Nya
yang mulia Muhammad saw. lebih empat belas abad yang lalu. Ia diturunkan secara
berangsur-angsur memakan masa lebih dua puluh tahun. Ia tidak berubah dan tidak dapat
ditandingi sehingga akhir zaman. Al-Quran merupakan mukjizat yang teragung untuk
dipelajari, dijadikan panduan dan diamalkan oleh seluruh umat manusia sepanjang
zaman.Firman Allah SWT. :
Artinya : Kitab Al-Quran ini, tidak ada sebarang syak padanya (tentang datangnya dari
Allah dan tentang sempurnanya); ia pula menjadi petunjuk bagi orang-orang yang (hendak)
bertaqwa (QS. Al-Baqarah : 2)
Pada masa modern ini., ketika wilayah ilmu pengetahuan meluas dan banyak hakikat
terkait dengan isyarat-isyarat Al-Quran yang sebelumnya tidak ia diketahui. Manusia menjadi
bertambah dekat dengan isyarat-isyarat tersebut, serta banyak sekali yang dilakukan
penelitian yang khusus oleh para ilmuan muslim dan bukan muslim.
Kita dapat melihat salah satu keajaiban Al-Quran adalah tentang proses penciptaan
manusia yang dibuktikan benar oleh sains modern setelah empat belas abad ia diturunkan.
Sungguh membuka fikiran bahawa kita mendapati Al-Quran menerangkan tahap-tahap
pembentukan embrio manusia dengan cara yang tidak pernah diketahui sebelum abad ke-19
dan ke-20 .
Sejarah mencatat bahwa penelitian tentang perkembangan embrio manusia itu telah ada
sejak zaman Aristoteles (322-384 M) sebelum masihi. Ada dua teori yang berkembang
tentang perkembangan janin manuisa, yaitu :
1. Janin bekembang dimulai dari air mani laki-laki atau wanita dan ada makhluk sangat kecil
yang berkembang di dalam rahim.
2. Peciptaan dan pembentukan manusia itu terjadi dari darah haid seorang wanita, teori ini
dikutrakan oleh pendapat Aristetelas. Ia menambahkan bahwa cairan sperma laki-laki itu
memabantu proses pembekuan.
Tidak ada seorang ilmuwan pun yang menyangkal teori ini hingga sekitar abad ke-19
kemudian. Sehingga, kemudian mucul seorang ilmuwan Redi pada tahun 1668 Masehi dan
Pasteur pada tahun 1864 Masehi yang menerangkna teori modernya tentang kejadian janin.
Tetapi Al-Quran telah menentang teori Aristotle ini sebelum munculnya Redi sekitar 1100
tahun dahulu.
Oleh yang demikian itu, dalam kajian ini mencoba membahaskan secara terperinci
pekembangan embrio yang diterangkan di dalam Al-Quran dengan kaitannya ilmu anatomi.
Perlu diingatkan Al-Quran bukan satu kitab ilmiah akan tetapi di dalam Al-Quran terkandung
berbagai ilmu-ilmu yang sesuai dengan perkembangan zaman.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Dari apa manusia itu diciptakan?
2. Bagaimana Pandangan Al-Quran terhadap asal usul kejadian manusia?
BAB II
PEMBAHASAN
A. asal usul penciptaan Manusia menurut Al-Quran.
Kisah penciptaan manusia berawal di dua tempat yang saling berjauhan. Manusia
menapaki kehidupan melalui pertemuan dua zat terpisah di dalam tubuh lelaki dan
perempuan, yang diciptakan saling terpisah namun sangat selaras. Jelas, sperma di dalam
tubuh lelaki tidak dihasilkan atas kehendak dan kendali lelaki tersebut, sebagaimana sel telur
di dalam tubuh perempuan tidak terbentuk atas kehendak dan kendali perempuan tersebut.
Sesungguhnya, mereka bahkan tidak menyadari pembentukan sel-sel ini. Manusia pertama
yang diciptakan oleh Allah juga diterangkan dalam Al-Quran. Peringkat penciptaan manusia
seperti dibawah :
1. Manusia Pertama Diciptakan dari tanah
Penciptaan manusia pertama ini diterangkan di dalam Al-Quran dalam beberapa surah
yang berlainan, seperti dalam surah Al-Mukminuun: 12 :
Artinya : Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari pati (yang berasal) dari
tanah (QS. Al-mukminuun:12)
Allah berfirman mengabarkan bahwa awal proses penciptaan manusia berasal dari
suatu saripati (berasal) dari tanah. Manusia pertama, yaitu Nabi Adam a.s., Allah ciptakan
dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang dibentuk. Pendapat yang
mengatakan thin adalah Manusia pertama itu ada karena di dalam Al-Quran kebanyakan thin
digunakan untuk Adam a.s. Apabila dilihat dari segi ilmu pengetahuan dan pertemuan
moden, tubuh manusia mengandung banyak unsur-unsur yang dikandung oleh tanah. Tubuh
manusia terdiri daripada unsur seperti oksigen, higrogen, fosfor, sulfur, nitrogen, kalsium,
potassium, sodium, magnesium, kornea dan banyak lagi.
Dengan penjelasan diatas jelaslah bahwa manusia pertama yang diciptakan oleh Allah
swt. Ini diakui oleh fakta sains sendiri akan kebenaran yang dijelaskan di dalam Al-Quran
sejak lebih seribu tahun dahulu lagi.
2. Fase Nuthfah
Nutfah dari segi bahasa ialah air mani sama ada air mani lelaki atau perempuan. M.
Quraish Shihab dalam tafsirnya mendifinisikan nutfah ialah nutfah dalam bahasa arab berarti
setetes yang dapat membasahi, ada juga yang memahami kata itu dalam arti hasil pertemuan
sperma dan ovum . Manakala Dr. Zaghlul An-Najjar mengatakan nuhfah dalam pengertian
bahasa Arab bererti air sedikit yang setara dengan satu atau beberapa tetes.
Ovum dan Sperma (Gambar)
Sperma lelaki mempunyai kepala dan ekor sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat,
kecuali dengan menggunakan mikroskop. Besar masing-masing sperma (air mani) tidak lebih
dari satu micron. Satu mikron sama dengan 0.0001 milimiter. Manakala nutfah perempuan
pula dinamakan ovum dan ukuran sel ovum sekitar 200mikron. Satu pancaran sperma
mambawa 200juta sperma, sedangkan yang membuahi ovum hanya satu sperma saja.
Manakala hasil pertemuan antara sperma lelaki dan ovum dinamai oleh Al-Quran sebagai
nuthfah amsya :
Artinya: Sesungguhnya Kami telah aturkan cara mencipta manusia bermulanya dari air
mani Yang bercampur (dari pati benih lelaki dan perempuan)…. (QS. Al-Insan : 2)
Dalam ayat ini, Allah swt menerangkan percampuran air mani lelaki dan perempuan
dalam pembentukan janin. Salain itu juga hadis Rasulullah saw. menerangkan tentang
pembentukan janin dalam hadisnya :
, المرأة نطفة ومن الرجل نطفة من اإلنسان يخلق كل من
Artinya : “(Manusia diciptakan) dari segala yang diciptakan dari sperma laki-laki dan ovum
perempuan”
Akan tetapi fakta ini baru ditemui sekitar abad ke-19. Sebelum ini Aristoteles
mengatakan janin terjadi dari air mani wanita sahaja dan ada mengatakan janin terjadi dari
haid dan sperma lelaki hanya untuk proses pembekuan.
Pada tahun 1883, Van Bander membuktikan bahwa sperma dan ovum memiliki
peranan yang sama dalam pembentukan benih yang telah bertemu itu, dan pada 1912,
Morgan membuktikan peranan kromosom dalam pembentukan janin.
3. Fase ‘Alaqah
Firman Allah SWT. dalam surah Al-Mukminun :
Artinya : “Kemudian Kami jadikan Nuthfah itu ‘Alaqah” (QS. Al-Mukminun: 14)
Pakar-pakar dalam ilmu embrologi menegaskan selepas terjadi pembuahan iaitu
waktu sperma lelaki dapat menembusi ovum wanita, maka nutfah tersebut akan menempel di
dinding rahim, dan inilah yang dimaksudkan oleh Al-Quran sebagai ‘Alaqah.
Gambaran ‘Alaqah
Secara harfiah ‘Alaqah berarti suatu yang menempel dan melekat pada rahim ibu, Hal
ini dengan jelas menggambarkan tahap impantasi. Kata ‘alaqah dalam kamus bahasa
mempunyai banyak erti, antara lain segumpal darah, atau sejenis cacing yang terdapat di
dalam air. Akar kata ‘alaqah yang bererti “tergantung”/meleket. Manakala Ibnul Jauzi seperti
yang dipetik oleh buku Al-Quran dan Embriologi mendifinisikan ‘alaqah adalah sejenis darah
yang bergumpalan dan kental. Dikatakan juga kerana sifat lembab dan bergantung pada
periode yang dilaluinya.
Peringkat ini jelas digambarkan oleh sains sebagai peringkat zigot iaitu peringkat
pertama selepas pesenyawaan melekat di dinding rahim.Tahapan ‘alaqah berlansung sejak
akhir minggu kedua hingga beberapa saat sebelum akhir minggu keempat dari usia janin
(atau mulai hari ke-15 hingga hari ke-25). Pada pertengahan minggu keempat (hari ke-24
hingga hari ke-26 sejak dimulai proses pembuahan), ‘alaqah mulai beralih ke tahap baru yang
disebut Al-Quran denga Istilah mudhghah.
4. Fase Mudhgah
Di dalam Ayat Al-Quran surah Al-Mukminun menyebut :
Artinya : Kemudian Kami ciptakan air benih itu menjadi sebuku darah beku. lalu Kami
ciptakan darah beku itu menjadi seketul daging; …(QS. Al-Mu’minun: 14)
Gambaran Mudghah
Mudghah secara harfiah berarti sepotong daging yang telah dikunyah, Al-Quran
menggambarkan tahap ini seolah-olah ia adalah sepotong daging atau makanan yang telah
dikunyah, dan bekas gigitan gigi nampak jelas pada mudghah ini. Manakala Ibnu Kathir
mengatakan Mudghah ialah sepotong daging yang tidak memiliki bentuk dan belum memiliki
ukuran. Fase ini dimulai kira-kira pada minggu keempat. Setelah kapsul janin (embrio)
terbentuk menjadi tiga tingkatan pada minggu ketiga, mulai terlihat ciri-ciri pertama susunan
saraf dan aliran darah.
Pada minggu keempat atau setelah dua puluh hari masa pembuahan, terlibat
permulaan munculnya anggota-anggota tubuh terpenting. Oleh keran itu, ilmu kedoktoran
menyatakan bahwa minggu ini adalah awal pembentukan anggota-anggota tubuh. Dalam
kamus kedoktoran disebutkan bahwa selama minggu keempat, tubuh janin mulai terbentuk
sedikit demi sedikit.
Inilah keistimewaan-keistimewaan terpenting pada minggu keempat. Oleh kerana itu, minggu
ini dianggap sebagai awal pembentukan anggota-anggota tubuh. Selama fase ini janin
berbentuk seperti mudhghah (segumpal daging).
5. Fase Tulang dan Daging
Firman Allah SWT. dalam Surah Al-Mu'minun, mengatakan :
Artinya : Kemudian Kami ciptakan daging itu menjadi beberapa tulang; kemudian Kami
balut tulang-tulang itu dengan daging. …(QS. Al-Mu’minun: 14)
Setelah sempurnanya peralihan segumpal daging ke tahap pembentukan tulang pada
akhir minggu ketujuh usia janin, maka selanjutnya dimulailah proses pembukusan tulang-
tulang dengan daging (otot dan kulit) selama seminggu kedelapan (hari ke-50 hingga hari ke-
56 sejak tanggal pembuahan) panjang janin pada tahap ini berkisar antara 22mm hingga
31mm.
Lalu mengapa Al-Quran mengangap fase tulang belulang merupakan fase yang
terpisah setelah fase mudghah?. Manakala buku kedoktoran tidak membedakan antara fase
mudghah, tulang dan daging(otot). Buku kedoktoran hanya menyusun dengan standar minggu
dan hari sahaja.
Antara sebab utama ialah, pada akhir minggu keempat ini saintis mengakui jantung
janin telah mulai detakannya yang pertama hingga dalam hitungan mundur yang bilangan
akhirnya bersamaan dengan terhentinya seluruh aktivitas tubuh manusia tidak dapat
diketuahui kecuali Allah swt. Selain itu juga banyak perubahan lain seperti yang
digambarkan di bawah :
Minggu ke5, Dua Mata, tangan dan kaki mulai nampak.
Minggu ke6-7, tali pusat semakin jelas dan semakin jelas sebagai seorng manusia.
Minggu ke-8, muka lebih jelas walaupun berat tidak melebihi 4 gram
Minggu ke9 - 10, Kelopak mata janin mula tumbuh tetapi masih dalam keadaan tertutup.
Minggu ke12-13 tangan janin nampak lebih sempurna, Minggu ke14 mula dapat mendengar
denyutan jantung.
Bulan ke6 tali pusat memegan peranan sebagai paru-paru, ginjal dan alat pencernaan. Bayi
memasukkan tangan adalah latihan menyusu setelah lahir.
Bulan ke-7, ia terbungkus selapuk amniotik dan telah sempurna. Selapuk amniotik
melindungan dari pergantian suhu dan serangan mikrob.
B. Pandangan Al-Quran terhadap asal usul kejadian manusia
"Al-Qur’an ini menjadi rahmat, umumnya bagi semesta alam dan khususnya bagi
manusia. Dalam berbagai ayatnya, Al-Qur’an banyak memperbincangkan tentang manusia
dan rahasia kehidupannya dalam segala aspek yang berkaitan dengannya."Al-Qur’an
diturunkan oleh Allah Swt sebagai rahmat bagi semesta alam. Sebagaimana Rasulullah Saw
yang diturunkan kepadanya Al-Qur’an yang merupakan rahmat bagi semesta alam. Allah Swt
berfirman: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.” (QS Al-Anbiya’: 107)
Sebagai keutamaan dari kitab suci Al-Qur’an, kebenaran dari setiap kata dan kalimat
yang terdapat di dalamnya, dapat dibuktikan secara ilmiah. Para ilmuwan telah banyak
menemukan bukti-bukti ilmiah ini, sehingga dugaan orang-orang yang menuduh Al-Qur’an
dengan tidak benar dapat dibantah. Yang akan kami bicarakan berikut ini menyangkut salah
satu aspek yang berkaitan dengan manusia, yaitu masalah penciptaan manusia.
Al-Qur’an telah menegaskan bahwa manusia diciptakan secara khusus. Allah Swt
berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah
Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah
kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.” (QS Shaad: 71-72) Dalam ayat lain, Allah
Swt berfirman: “Dan Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air mani…” (QS
Faathir: 11) Kemudian, dalam ayat Al-Qur’an, kita mendapatkan bahwa Allah Swt
menegaskan penciptaan manusia ini dengan menggunakan kata ‘Qad’ yang sebelumnya
didahului dengan ‘lam’ yang memiliki fungsi penegasan (lâm ta’kîd). Allah Swt berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan
oleh hatinya.” (QS Qaaf: 16)
Demikianlah, Al-Qur’an menegaskan kekhususan penciptaan manusia. Namun orang-
orang sesat yang tidak mau mengakui kebenaran Al-Qur’an menuduh Al-Qur’an bohong,
karena menurut mereka, manusia tercipta sebagai hasil dari evolusi makhluk lainnya.
Makhluk yang mendahului wujud asli manusia ini, mereka sebut sebagai ‘bapak’ bagi setiap
binatang menyusui. Akan tetapi kebohongan mereka, akhirnya terbongkar juga. Pada 1986,
ketika para ahli arkeologi menemukan sebuah fosil kera di Afrika, mereka menyimpulkan
secara tegas tanpa ada keraguan, bahwa antara kera dan manusia tidak ada hubungan sama
sekali dalam asal penciptaannya. Lihatlah bagaimana kebenaran senantiasa unggul di atas
kebatilan? Al-Quran sendiri, ketika menceritakan tentang penciptaan manusia, petunjuk yang
terkandung didalamnya mengandung kebenaran yang dapat dibuktikan secara ilmiah.
Kita perhatikan apa yang dikatakan al-Quran tentang penciptaan manusia ini. Allah Swt
berfirman: “Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air.” (QS Al-Furqan: 54)
“Dan Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air mani.” (QS Faathir: 11)
“Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan
mengembalikan kamu pada kali yang lainnya.” (QS Thaaha: 55)
“Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?” (QS Al-Mursalat: 20)
“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari
air yang terpancar. Yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. Sesungguhnya
Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati).” (QS Ath-Thaariq:
5-8)
Dan banyak ayat lainnya yang seluruhnya menunjukkan bukti ilmiah yang terdapat
dalam Al-Qur’an. Misalnya, dalam firman-Nya “Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia
dari air”, Allah Swt menegaskan bahwa asal penciptaan manusia adalah air. Ayat ini sesuai
dengan bukti ilmiah yang mengatakan bahwa kira-kira 75 persen dari berat manusia adalah
air. Karenanya air sebagai asal segala sesuatu yang diciptakan, merupakan unsur terpenting
bagi setiap proses kehidupan. Dalam tubuh manusia, air berfungsi untuk melunakkah bahan
makanan yang masuk ke dalam tubuhnya hingga mudah untuk dicerna.
الله { لقد خلقنا اإلنسان } آدم { من ساللة } هي { و }من سللت الشيء من الشيء أي استخرجته منه وهو خالصته { من طين } متعلق بساللة
أي اإلنسان نسل آدم { نطفة } منيا { في { ثم جعلناه }قرار مكين } هو الرحم { ثم خلقنا النطفة علقة } دما جامدا { فخلقنا العلقة مضغة } لحمة قدر ما يمضغ { فخلقنا المضغة عظاما فكسونا العظام لحما } وفي قراءة عظما في الموضعين وخلقنا في المواضع الثالث بمعنى صيرنا { ثم أنشأناه خلقا آخر } بنفخ الروح فيه
{ فتبارك الله أحسن الخالقين } أي المقدرين ومميز أحسن محذوف للعلم به : أي خلقا{ ثم إنكم بعد ذلك لميتون }
للحساب والجزاء{ ولقد { ثم إنكم يوم القيامة تبعثون }خلقنا فوقكم سبع طرائق } أي سماوات : جمع طريقة ألنها طرق المالئكة { وما كنا عن الخلق} التي تحتها
آية{ غافلين } أن تسقط عليهم فتهلكهم بل نمسكها ك 1
Mengamati pembahasan Al-Qur’an tentang penciptaan manusia, kita mendapatkan
sebagian orang yang senantiasa meragukan kebenaran Al-Qur’an, menentang apa yang telah
disampaikan Al-Qur’an tentang penciptaan manusia ini. Yaitu ketika mereka mengatakan
bahwa Al-Qur’an tidak konsisten dalam menyebutkan asal penciptaan manusia. Menurut
mereka, dalam salah satu ayat dikatakan: “Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan
kamu”. Sedangkan dalam ayat lain disebutkan: “Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia
dari air”.
Dan dalam ayat lain dinyatakan: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari
tanah”. Dan dalam ayat lain: “Dan Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air
mani”. Bagaimana penafsiran atas beberapa ayat yang saling bertentangan ini?
Demikianlah mereka meragukan kebenaran Al-Qur’an. Sebelum kami mematahkan
argumen mereka, perlu kami ingatkan hal penting berikut ini: Siapa pun yang ingin
mendapatkan hakikat kebenaran yang menyangkut suatu hal tertentu, maka pertama kali ia
harus melepaskan diri dari penilaian subyektifnya. Karena bagaimana ia akan berdialog
secara jujur dan obyektif dengan orang lain tentang sesuatu hal yang ia sukai? Jika ia tidak
mau melepaskan subyektifitasnya? Tentunya ia akan cenderung membenarkan apa yang
disukainya. Kemudian bagaimana ia akan berdialog secara jujur dan obyektif tentang suatu
hal yang ia benci? Jika ia tidak mau melepaskan subyektifitasnya? Tentunya ia akan
cenderung untuk menyalahkan apa yang dibencinya. Dan pada realitanya, memerhatikan
orang-orang yang memusuhi Islam dan menentang isi Al-Qur’an, kita hanya mendapatkan
sedikit dari mereka yang mau melepaskan subyektifitas mereka. Sebaliknya, kita menemukan
hati mereka telah dikuasai oleh kedengkian dan kebencian kepada Islam. Memerhatikan Al-
Qur’an melalui ayat-ayatnya yang membicarakan tentang penciptaan manusia, kita akan
1 Tafsir jalalain
mendapatkan bahwa ia senantiasa menggunakan kata ‘min’ yang memiliki arti ‘dari
sebagian’ (juz-iyyah). Ketika Allah Swt berfirman: “Dan Dia (pula) yang menciptakan
manusia dari air”, maka kalimat ‘dari air’ berarti sebagian unsur-unsur yang membentuk
manusia, diambil dari air
Mengenai berapa persen kadar air dalam penciptaan manusia, maka hakikatnya, hanya
Allah Swt yang mengetahuinya. Karena‘penciptaan’(al-khalqu) merupakan sifat yang hanya
dimiliki oleh Allah Swt. Selanjutnya dalam ayat lain, Allah Swt menjelaskan bahwa air yang
darinya manusia diciptakan adalah air mani yang dalam bahasa Arabnya disebut “maa-un
mahiin” atau “maa-un hayyin”, yang memiliki arti sebagai air yang mempunyai potensi
kehidupan yang lemah. Dan sebagaimana yang telah kami jelaskan sebelumnya, bahwa Allah
Swt pun telah menciptakan manusia dari air mani (nuthfah). Nuthfah ini adalah air mani laki-
laki atau sperma. Untuk dapat memahami petunjuk ilmiah yang ada dalam firman Allah Swt:
“Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?” kita sebaiknya memberikan
penjelasan tentang kelompok binatang bersperma atau spermatozoon. Spermatozoon,
sebagaimana tampak dalam gambar, terdiri dari bagian kepala, bagian tengah dan bagian
ekor. Dengan menggunakan ekornya ini, binatang ini hidup dalam saluran air mani yang
memberinya makanan. Dan dikarenakan binatang ini merupakan makhluk hidup, maka
tentunya ia juga berasal dari air, sesuai firman-Nya: “Dan dari air kami jadikan segala
sesuatu yang hidup”.
Namun kekuatan yang dimiliki binatang ini sangat lemah, sehingga kebanyakan dari
spermatozoon ini mati ketika terjadi pembuahan (fertilisasi). Akan tetapi, dengan kekuasaan
Allah, seseorang ketika mengeluarkan air maninya, jumlah yang ia keluarkan, bisa mencapai
300 sampai 500 juta spermatozoon. Hal itu sebagai tanda ke Maha Tahuan Allah, karena dari
jutaan spermatozoon ini akan mati, saat terjadi pembuahan antara sperma laki-laki dan sel
telur perempuan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Manusia menapaki kehidupan melalui pertemuan dua zat terpisah di dalam
tubuh lelaki dan perempuan, yang diciptakan saling terpisah namun sangat
selaras. Jelas, sperma di dalam tubuh lelaki tidak dihasilkan atas kehendak dan
kendali lelaki tersebut, sebagaimana sel telur di dalam tubuh perempuan tidak
terbentuk atas kehendak dan kendali perempuan tersebut. Sesungguhnya,
mereka bahkan tidak menyadari pembentukan sel-sel ini.
Fase Penciptaan
1. Manusia Pertama Diciptakan dari tanah
2. Fase Nuthfah
3. Fase ‘Alaqah
4. Fase Mudhgah
5. Fase Tulang dan Daging
2. Al-Qur’an banyak memperbincangkan tentang manusia dan rahasia
kehidupannya dalam segala aspek yang berkaitan dengannya."Al-Qur’an
diturunkan oleh Allah Swt sebagai rahmat bagi semesta alam. Sebagaimana
Rasulullah Saw yang diturunkan kepadanya Al-Qur’an yang merupakan
rahmat bagi semesta alam.
B. SARAN
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena
itu kami mohon kritik dan saran untuk pembuatan makalah selanjutnnya. Atas kritik dan sarannya,
kami mengucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Alquranul Karim Dan Terjemahan
Tafsir Jalalain
Tafsir Al-Misbah
http : //ayat2 kehidupan.blogspot.com/2009/02/al-mukminun-ayat-12-14, html?m = 1 (diakses pada 26-09-2012 pukul 16.00)
Zainuddin dan Moh. Nasir, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Cipta Pustaka Media Perintis, 2010), hal. 31-32
Abudin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan (Tafsir Al-Ayat At-Tarbawy), (Jakarta : Rajawali Pers, 2009), hal. 39-41
Recommended