15
Ilmu Dasar Obstetri dan Ginekologi EMBRIOLOGI 2.1 EMBRIOGENESIS Definisi Zigot : ovum yang difertilisasi. Embrio : 2-8 minggu setelah fertilisasi. Janin : mulai 9 minggu hingga aterm. Fertilisasi Terjadi pada ampulla tuba falopi. Terjadi sekitar 12 jam pasca ovulasi. Sebelum fertilisasi, sperma harus melalui 2 tahap: 1. Kapasitasi Pematangan sperma dalam saluran reproduksi wanita terutama tuba. Berlangsung selama 7 jam. Selubung glikoprotein dan protein plasma pada akrosom sperma akan dibuang. Sperma yang terkapasitasi dapat menembus korona radiata. 2. Reaksi akrosomal Sperma yang sudah menembus korona radiata akan mencapai zona pelusida dan memulai reaksi akrosomal. Terjadi pelepasan enzim untuk mempenetrasi zona pelusida. Tiga tahap fertilisasi: 1.Penetrasi korona radiata 2.Penetrasi zona pelusida 3. Oosit dengan membran sel sperma Gambar 2.1 Tahapan fertilisasi Setelah fertilisasi, terjadi: 1. Reaksi kortikal dan reaksi zona. Membran oosit menjadi impermeabel terhadap spermatozoa lain. Perubahan zona pelusida sehingga mencegah penempelan dan penetrasi spermatozoa lain. Tujuan: mencegah polispermi. Buku Ajar Obstetri dan Ginekologi Bab 2 12

2. Embriologi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

aaaaaaaaaaaaaaa

Citation preview

Page 1: 2. Embriologi

Ilmu Dasar Obstetri dan Ginekologi

EMBRIOLOGI

2.1 EMBRIOGENESIS

Definisi Zigot : ovum yang difertilisasi. Embrio : 2-8 minggu setelah fertilisasi. Janin : mulai 9 minggu hingga aterm.

Fertilisasi Terjadi pada ampulla tuba falopi. Terjadi sekitar 12 jam pasca ovulasi. Sebelum fertilisasi, sperma harus melalui 2

tahap:1. Kapasitasi

Pematangan sperma dalam saluran reproduksi wanita terutama tuba.

Berlangsung selama 7 jam. Selubung glikoprotein dan protein

plasma pada akrosom sperma akan dibuang.

Sperma yang terkapasitasi dapat menembus korona radiata.

2. Reaksi akrosomal Sperma yang sudah menembus korona

radiata akan mencapai zona pelusida dan memulai reaksi akrosomal.

Terjadi pelepasan enzim untuk mempenetrasi zona pelusida.

Tiga tahap fertilisasi:1. Penetrasi korona radiata2. Penetrasi zona pelusida3. Oosit dengan membran sel sperma

Gambar 2.1 Tahapan fertilisasi

Setelah fertilisasi, terjadi:1. Reaksi kortikal dan reaksi zona.

Membran oosit menjadi impermeabel terhadap spermatozoa lain.

Perubahan zona pelusida sehingga mencegah penempelan dan penetrasi spermatozoa lain.

Tujuan: mencegah polispermi.2. Oosit sekunder menyelesaikan meiosis 2.3. Aktivasi metabolisme zigot.

Mitosis pertama selesai dalam 30 jam setelah fertilisasi.

Perkembangan Selama Minggu Pertama Hari ke-2: zigot (2 sel) Hari ke-3

Stadium morula (16 sel) Sampai di kornu uterus

Hari ke-4 Stadium blastokista Masuk kavum uteri

Hari ke-6: implantasi dimulai

Buku Ajar Obstetri dan Ginekologi

Bab 2

12

Page 2: 2. Embriologi

Ilmu Dasar Obstetri dan Ginekologi

Gambar 2.2 Perkembangan selama minggu pertama

Gambar 2.3 Tahapan perkembangan embrio

Blastokista Tersusun atas:

Inner cell mass (embrioblas) jaringan embrionik

Outer cell mass (trofoblas) jaringan ekstra-embrionik, seperti plasentaPada hari-8, trofoblas sudah berdiferensiasi:– Sinsitiotrofoblas: lapisan luar

– Sitotrofoblas: lapisan dalam

Blastosol: rongga berisi cairan

Gambar 2.4 Struktur blastokista

Perkembangan Selama Minggu Kedua Hari ke-8

Implantasi stimulasi desidualisasi uterus

Pembentukan lempeng embrio bilaminar– Dari inner cell mass

– Terdiri atas: epiblas (dorsal), hipoblas

(ventral) Pembentukan rongga amnion dalam

epiblas

Gambar 2.5 Perkembangan pada hari ke-8: epiblas-hipoblas, rongga amnion

Hari ke-9 Penetrasi blastokista lebih dalam Stadium lakuner

– Terbentuk vakuola dalam trofoblas sisi

embrionik.– Fusi vakuola lakuna

Hipoblas membentuk membran exocoelomic (Heuser) yang melapisi lapisan dalam sitotrofoblas rongga exocoelomic / primitive yolk sac.

Gambar 2.6 Perkembangan hari ke-9: stadium lakuna, membran Heuser, primitive yolk sac

Buku Ajar Obstetri dan Ginekologi 13

Page 3: 2. Embriologi

Ilmu Dasar Obstetri dan Ginekologi

Hari ke-12 Blastokista sudah terimplantasi

seluruhnya. Lakuna dalam sinsitiotrofoblas menyatu

dengan sinusoid endometrium.– Cikal bakal sirkulasi uteroplasenta

Terbentuk mesoderm ekstraembrionik (dari yolk sac)– Di antara lapisan dalam sitotrofoblas

dan lapisan luar rongga exocoelomic.– Terbentuk banyak vakuola dalam

mesoderm ekstraembrionik fusi coelom ekstraembrionik (rongga korion)

Reaksi desidua– Sel uterus menjadi polihedral,

mengandung banyak glikogen dan lipid.

– Peningkatan vaskularisasi uterus.

– Edema jaringan endometrium.

– Awalnya terbatas pada lokasi

implantasi, lalu meluas ke seluruh endometrium.

Gambar 2.7 Perkembangan hari ke-12: penyatuan lakuna & sinusoid, mesoderm ekstraembrionik, coelom ekstraembrionik

Hari ke-13 Sitotrofoblas membentuk vili korion

primer. Yolk sac sekunder/definitif

– Proliferasi sel hipoblas dan

pembentukan rongga. Sinsitiotrofoblas mensekresikan hCG. Sirkulasi feto-maternal dimulai.

Connecting stalk– Mesoderm ekstraembrionik menembus

rongga korion secara transversal.– Menghubungkan embrio dengan

sitotrofoblas– Menjadi tali pusat (2 arteri, 1 vena)

Gambar 2.8 Perkembangan hari ke-13: vili primer, sirkulasi uteroplasenta, yolk sac sekunder, connecting stalk

Perkembangan Selama Minggu Ketiga Gastrulasi

Pembentukan tiga lapisan germinal (ektoderm, mesoderm, endoderm)

Hari ke-15– Primitive streak: sisi kaudal

– Primitive node: sisi sefalik

Sel epiblas bermigrasi menuju primitive streak, lalu mengalami invaginasi.– Sel yang mengalami invaginasi

endoderm– Sel yang tetap pada epiblas

ektoderm– Sel di antaranya mesoderm

Gambar 2.9 Proses invaginasi

Buku Ajar Obstetri dan Ginekologi 14

Page 4: 2. Embriologi

Ilmu Dasar Obstetri dan Ginekologi

Ektoderm dan endoderm dipisahkan oleh mesoderm, kecuali pada dua tempat:– Lempeng prekorda

– Lempeng kloaka

Pembentukan notokord Sel dari nodus primitif bermigrasi ke

kranial menuju lempeng prokordal membentuk lempeng notokord

Sel lempeng notokord akan terlepas dari endoderm memadat notokord definitif.– Calon rangka aksial

Hari ke-16 Terbentuk alantois

– Divertikulum dari dinding posterior

yolk sac dan memanjang ke connecting stalk.

– Rudimenter pada manusia.

Perkembangan trofoblas (dibahas lebih mendalam pada bagian Pembentukan Plasenta)

Hari ke-18: terbentuk lempeng saraf Hari ke-20: terbentuk tabung jantung primitif Hari ke-21: jantung mulai berdenyut

Perkembangan Janin Lebih Lanjut

Minggu ke-

Pembentukan & Perkembangan

4 - Terbentuk septum primum- Terbentuk lengkung brankial- Penutupan tabung saraf- Terbentuk celah auditori (otic pit)- Terbentuk primordium paru- Terbentuk lempeng hepatik- Terbentuk divertikulum kistik- Terbentuk tunas pankreas dorsal- Terbentuk limpa- Terbentuk septum urorektal- Terbentuk tunas ureter

5 - Terbentuk celah lensa dan cangkir optik

- Terbentuk celah hidung- Terbentuk tunas kaki

6 - Paru mulai berkemang- Mulai terbentuk sistem limfatik- Rigi gonad mulai dapat dikenali

7 - Dapat didengar denyut jantung janin

- Terbentuk putting susu- Terbentuk folikel rambut- Pergerakan spontan anggota gerak

dapat dideteksi pada USG8-10 - Kelopak mata menutup, hingga

minggu ke-28- Terbentuk tunas gigi- Hepar memproduksi eritrosit

11-14 - Terbentuk lanugo- Kulit janin masih transparan- Mulai terbentuk mekonium pada

saluran gastrointestinal17 - Terbentuk alis dan bulu mata

- Terbentuk kuku- Dapat dirasakan gerak janin /

quickening21 - Terbentuk alveoli25 - Panjang janin 28 cm

- Berat janin 1.2 kg29 - Berat janin 2 kg

- Terbentuk pola nafas ritmik33 - Panjang janin 40-48 cm

- Berat janin 2.5-3kg34-37 - Panjang janin 48-53 cm

2.2 PEMBENTUKAN PLASENTA

Buku Ajar Obstetri dan Ginekologi 15

Page 5: 2. Embriologi

Ilmu Dasar Obstetri dan Ginekologi

Desidua Tiga lapisan desidua

Basalis : pada tempat implantasi Kapsularis : melapisi korion Parietalis : melapisi rongga uterus selain

pada tempat implantasi– Desidua kapsularis dan parietalis

menempel pada bulan ke-4 desidua vera.

Gambar 2.10 Desidua

Korion Korion frondosum: vili yang menempel pada

desidua basalis. Korion leave: membran janin avaskuler.

Seiring dengan perkembangan jaringan embrionik dan ekstraembrionik suplai darah pada korion yang menghadap ke endometrium degenerasi.

Korion leave akan menempel amnion pada akhir bulan ke-3 korioamnion.

Struktur Plasenta Komponen maternal dan fetal

Maternal: desidua basalis Fetal: korion frondosum

Terdiri atas dua bagian Lempeng korion (fetal)

– Amnion

– Mesenkim ekstraembrionik

– Sitotrofoblas

– Sinsitiotrofoblas

Lempeng basal (fetal + maternal)– Sitotrofoblas

– Sinsitiotrofoblas

– Desidua basalis

Gambar 2.11 Struktur plasenta

TrofoblasSetelah implantasi, trofoblas akan berdiferensiasi: Trofoblas villous

Menjadi vili korion (primer-sekunder-tersier)

Trofoblas extravillous Dibagi dua

– Trofoblas interstisial: invasi desidua

dan miometrium, mengelilingi arteri spiralis

– Trofoblas endovaskuler: penetrasi

lumen arteri spiralis Menginvasi endometrium hingga 1/3

lapisan miometrium– Enzim proteolitik: matriks

metaloproteinase (terutama MMP-9), aktivator plasminogen

Gambar 2.12 Trofoblas extravillous

Trofoblas Villous Tiga tahap perkembangan

Buku Ajar Obstetri dan Ginekologi 16

Page 6: 2. Embriologi

Ilmu Dasar Obstetri dan Ginekologi

1. Vili primer– Awal minggu ketiga

– Sitotrofoblas dilapisi sinsitiotrofoblas.

2. Vili sekunder– Sel mesodermal masuk ke dalam

lapisan sitotrofoblas.3. Vili definitif/tersier

– Akhir minggu ketiga

– Mesoderm berdiferensiasi menjadi sel

darah dan pembuluh darah sistem kapiler vili.

– Kapiler vili akan menyatu dengan

kapiler pada lempeng korion dan connecting stalk.

– Hari ke-17: sirkulasi feto-plasenta

sudah fungsional. Vili-vili akan berakhir di rongga antar vili

(intervillous space).

Gambar 2.13 Perkembangan trofoblas villous

Pembentukan Plasenta Trofoblas endovaskuler masuk ke lumen a.

spiralis apoptosis endotel & modifikasi tunika media otot polos digantikan oleh materi menyerupai fibrin. Tujuan modifikasi: menurunkan resistensi

pembuluh darah Dua tahap pembentukan sirkulasi

uteroplasenta: < 12 minggu: invasi dan modifikasi arteri

spiralis hingga perbatasan desidua & miometrium

12-16 minggu: invasi hingga miometrium Akhir bulan pertama:

Darah ibu masuk ke rongga antar vili kontak langsung dengan sinsitiotrofoblas yang melapisi vili.

Setiap cabang utama vili beserta anak cabangnya membentuk satu lobulus atau kotiledon (Gambar 2.11)

Memiliki 1 arteri dan 1 vena korionik. Pembentukan lobulus selesai pada minggu

8-10

Gambar 2.14 Sirkulasi maternal – fetal

Pertumbuhan Plasenta Trimester 1: pertumbuhan plasenta > janin 17 minggu: berat plasenta = janin Aterm: berat plasenta sekitar 1/6 janin Lobus plasenta: 10-38.

Dipisahkan oleh septum plasenta– Bersifat imparsial: tidak memisahkan

sampai lempeng korion. Sering disalahartikan sebagai kotiledon.

Perkembangan Plasenta Vili terus bercabang. Stroma vili semakin padat. Infiltasi sel Hofbauer: makrofag janin

fagosit. Kebutuhan metabolik janin meningkat

upaya meningkatkan efisiensi pertukaran nutrisi: Menipiskan sinsitiotrofoblas Mengurangi jumlah sitotrofoblas Mengurangi jumlah stroma Meningkatkan jumlah kapiler

2.3 PEMBENTUKAN AMNION 5 lapisan amnion (dalam luar)

a. Epitel kuboidb. Membran basal

Buku Ajar Obstetri dan Ginekologi 17

Page 7: 2. Embriologi

Ilmu Dasar Obstetri dan Ginekologi

c. Lapisan kompakd. Lapisan fibroblase. Zona spongiosa

Rongga amnion Antara inner cell mass dengan trofoblas

(Gambar 2.5) Dilapisi oleh sel amniogenik

– Epitel amnion berasal dari ektoderm.

– Sel mesenkimal berasal dari

mesoderm. Pertama kali diidentifikasi pada hari ke-7

atau 8.– Awal: vesikel kecil

– Semakin membesar dan “merendam”

embrio. Produksi cairan amnion

Terus meningkat hingga 34 minggu Berhenti pada 34 minggu Awal: dibentuk oleh transudasi carian

ekstraseluler janin. Trimester kedua: dari urin & sekresi paru

janin Amnion tidak memiliki pembuluh darah,

limfe, atau saraf.

2.4 PEMBENTUKAN TALI PUSATSudah dijelaskan pada penjelasan embriogenesis hari ke-13.

2.5 EMBRIOLOGI SISTEM REPRODUKSI

2.5.1 Gonad

Gonad belum berdiferensiasi Terbentuk dari mesoderm intermedia Terletak pada rigi genital (bagian medial rigi

urogenital) Migrasi sel germinal primordial

Mulai minggu ke-6 Berasal dari dinding yolk sac dan menuju

rigi genital, melalui mesenterium dorsal hindgut

Menginduksi pembentukan primitive sex cord.o Merupakan epitel rigi genital yang

berpenetrasi ke mesenkim di bawahnya.

Gambar 2.15 Migrasi sel germinal & rigi genital

Testis Gen SRY pada kromosom Y

Menghasilkan testis-determining factor (TDF)– Tanpa TDF, gonad berkembang

menjadi ovarium. Mendukung pembentukan testis. Menginduksi diferensiasi sel mesenkim

gonad menjadi sel Leydig Primitive sex cord

Menembus medula membentuk korda testis. – Beranastomosis pada rete testis

– Merupakan struktur padat hingga

pubertas.– Pubertas terbentuk lumen

tubulus seminiferus. Diferensiasi menjadi sel Sertoli.

Rete testis menyatu dengan duktus mesonefros.

Mulai minggu ke-8 Sel Leydig menghasilkan testosteron Sel Sertoli menghasilan hormon anti-

Mullerian (AMH).

Gambar 2.16 Pembentukan testis

Buku Ajar Obstetri dan Ginekologi 18

Page 8: 2. Embriologi

Ilmu Dasar Obstetri dan Ginekologi

Penurunan / desensus testis Menuju ke penonjolan labioskrotal, dengan

bantuan gubernakulum Didahului oleh penurunan prosesus vaginalis

Berupa penonjolan peritoneum Membentuk kanalis inguinalis

Berakhir sebagai tunika vaginalis 2 fase penurunan testis

Fase independen: sebelum 7 bulan Fase dependen hormon (inguinoskrotal):

7-9 bulan Faktor yang berpengaruh

Pemanjangan batang tubuh Peningkatan tekanan intraabdomen Regresi gubernakulum

Gambar 2.17 Penurunan testis

Ovarium- Tanpa testis-determining factor

Sex cord dalam medula akan berdegenerasi.

Terbentuk stroma vaskular medula.- Epitel permukaan membentuk korda kortikal

sekunder. Korda sekunder terletak di bawah epitel

permukaan. Bulan ke-3: korda terlepas, membentuk

kelompok-kelompok sel. Kelompok sel ini melapisi sel primordial

sel folikuler & oogonium folikel primer.

Gambar 2.18 Pembentukan ovarium. Perhatikan pembentukan korda sekunder oleh epitel permukaan

2.5.2 Saluran genitalia internaDuktus mesonefros (Duktus Wolffian) Menetap pada pria; regresi pada wanita

Pengaruh testosteron Membentuk

Vas deferens Epididimis Vesika seminalis Utricle prostat Trigonum vesika

Bermuara pada sinus urogenital

Duktus paramesonefros (Duktus Mullerian) Regresi pada pria; menetap pada wanita

Pengaruh AMH regresi pada pria Diferensiasi distimulasi estrogen Terletak lateral duktus mesonefros Sisi kranial

Bermuara pada rongga peritoneum Membentuk fimbriae tuba

Sisi kaudal Fusi pada garis tengah membentuk

ligamentum latum uteri. Membentuk kanalis uterovaginalis

Kanalis uterovaginalis Membentuk

Uterus– Dikelilingi sel mesenkim

miometrium & perimetrium ½ superior vagina

Fusi dengan bulbus sinovaginalis

Buku Ajar Obstetri dan Ginekologi 19

Page 9: 2. Embriologi

Ilmu Dasar Obstetri dan Ginekologi

Bulbus sinovaginalis Berasal dari sinus urogenital Membentuk lempeng vagina Himen akan membatasi lumen vagina dengan

sinus urogenital

Sinus urogenital Membentuk

Kelenjar Bartolin Kelenjar Skene – analog dengan prostat

pria Tiga bagian

Vesiko-uterer Pelvik prostat Phallic klitoris

Gambar 2.19 Perkembangan genitalia interna wanita

2.5.3 Genitalia eksterna Belum berdiferensiasi hingga minggu ke-9

Gambar 2.20 Genitalia eksterna belum berdiferensiasi

Secara alami akan berkembang menjadi fenotipe wanita Dihidrotestosteron (DHT) virilisasi

genitalia eksterna pada embrio laki-laki Minggu-5: terbentuk lipatan kloaka

Menyatu pada sisi anterior tuberkulum genitalia– Wanita: klitoris

– Pria: penis

Membentuk– Wanita: Labia minora

– Pria: Uretra pada penis

Tonjolan genitalia: sisi lateral lipatan kloaka Wanita: labia mayora Pria: skrotum

Gambar 2.21 Perkembangan genitalia eksterna pada pria (kiri) dan wanita (kanan)

DAFTAR PUSTAKA1. Anantharachagan A, Sarris I, Ugwumadu A.

Revision notes for the MRCOG part 1. USA: Oxford, 2011. P 15-50.

2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap L, Wenstrom KD, eds.. Maternal physiology. In: William obstetrics. 22nd ed. New York: McGraw-Hill; 2007.

3. Holden D. Placental structure and function. In: Fiander A, Thilaganathan B (eds). Your essential revision guide MRCOG part one. London: RCOG Press; 2010. p 211-220.

4. Sadler TW. Langman’s medical embryology. 11th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2009.

Buku Ajar Obstetri dan Ginekologi 20

Page 10: 2. Embriologi

Ilmu Dasar Obstetri dan Ginekologi

Buku Ajar Obstetri dan Ginekologi 21

Page 11: 2. Embriologi

Ilmu Dasar Obstetri dan Ginekologi

Buku Ajar Obstetri dan Ginekologi 22