SISTEM INFORMASI UNTUK MENANGGULANGI MASALAH TRANSPORTASI
TUGAS MAKALAH PBL-2
MPKTB
KELAS MPKTB-1
KELOMPOK HOME GROUP 3
Adityo Salahudin Putro, 1206256226
Achmad Zaki Maulidzy, 1206207230
Lenggo Septiady Putra, 1206250046
Ni Luh Rosvitha Amanda D., 1206207395
Puti Rineska Meilinda, 1206241741
Taufik Budianto, 1206239882
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2012
ABSTRAK
Sistem transportasi di Jabodetabek, khususnya Jakarta setiap harinya depenuhi
oleh orang-orang yang akan bekerja. Dari sekian banyak moda transportasi, kendaraan
pribadi lebih banyak dipilih daripada kendaraan umum. Menumpuknya mobil-mobil
pribadi ditambah dengan pertumbuhan jalan yang tidak sebanding dengan pertumbuhan
mobil di Jakarta membuat jalanan Jakarta selalu mengalami kemacetan. Hal ini
diperparah dengan regulasi yang kurang tegas dari pemerintah tentang jalur kendaraan
umum. Jalur khusus Busway yang diperuntukkan untuk Bus Trans Jakarta tidak jarang
dilewati oleh kendaraan pribadi dan kendaraan umum untuk menghindari kemacetan.
Selain busway, KRL pun juga mempunyai masalah yaitu jadwal kereta yang terlambat
dan kereta yang penuh sesak. Untuk menanggulangi hal ini, teknologi transportasi adalah
solusi pemecahannya. Teknologi transportasi, baik massal maupun jalan raya seperti
KRL, Busway, dan Traffic Light yang ada saat ini di Jabodetabek, khususnya Jakarta
masih diperlukan pembenahan dan pengembangan. Pembenahan dan pengembangan
teknologi transportasi di Jabodetabek, khususnya Jakarta dapat mengacu pada negara-
negara yang teknologi transportasinya maju seperti Jerman, Jepang dan Singapura.
Kata Kunci : Sistem transportasi, Teknologi transportasi, Jerman, Jepang, Singapura
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kuasa
beliaulah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Informasi untuk
Menanggulangi Masalah Transportasi” tepat waktu. Makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas mata kuliah MPKTB-1.
Di samping itu, penulis juga berharap karya tulis ini mampu memberikan
kontribusi dalam menunjang pengetahuan bagi para mahasiswa kedokteran pada
khususnya dan pihak lain pada umumnya. Dengan terselesaikannya makalah ini, penulis
mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memberikan
bantuan dalam pembuatan makalah ini yang tidak dapat disebut satu persatu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
saran dan kritik membangun penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua.
Jakarta, 5 Desember 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Abstrak
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………
1.2 Definisi Masalah……………………………………………………………….
1.3 Analisis Masalah……………………………………………………………….
1.4 Peta Konsep……………………………………………………………………
1.5 Hipotesis……………………………………………………………………….
1.6 Tujuan Penelitian………………………………………………………………
1.7 Metode Penulisan……………………………………………………………...
1.8 Sistematika…………………………………………………………………….
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Masalah Transportasi di Jabodetabek…………………………………………
2.2 Peran Pemerintah dalam Mengatasi Permasalah Transportasi………………..
2.3 Sistem Informasi yang Menunjang Transportasi dan Mekanismenya………...
2.4 Contoh Aplikasi Sistem Informasi Penunjang di Singapura dan Jerman………
2.5 Penerapan Sistem Informasi di Jepang dan Singapura…………………………
Bab III Analisis Data
3.1 Data Transportasi Jabodetabek…………………………………………………
Bab IV Penutup
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………………..
4.2 Saran……………………………………………………………………………
Daftar Pustaka
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Panjang, Luas dan Status Jalan menurut Jenisnya, 2010………………………..
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Jumlah Kendaraan Bermotor yang Terdaftar di Jakarta……………………….
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jakarta merupakan ibukota negara Indonesia. Selain sebagai pusat pemerintahan,
Jakarta juga merupakan pusat ekonomi dan bisnis. Perusahaan-perusahaan bidang apa
pun baik dalam level nasional maupun internasional membangun kantornya di wilayah
ibu kota. Hal ini membuat Jakarta menjadi kota yang sibuk. Setiap harinya tidak hanya
warga Jakarta tetapi orang-orang di luar wilayah Jakarta pergi bekerja di Jakarta.
Hasilnya, volume kendaraan yang berada di Jakarta besar, ditambah lagi dengan
pertambahan unit kendaraan baru di jalan setiap harinya memperbanyak jumlah
kendaraan yang lalu lalang di wilayah Jakarta. Kemacetan lalu lintas tidak terhindarkan.
Jumlah kendaraan yang terus meningkat tidak diimbangi dengan jumlah jalan yang
tersedia. Kemacetan di Jakarta merupakan salah satu yang parah di dunia. Diperkirakan
pada tahun 2014, DKI Jakarta akan mengalami macet total dikarenakan volume
kendaraan yang sama dengan luas jalan. Pemerintah daerah telah mengeluarkan regulasi-
regulasi untuk mengatasi kemacetan yang semakin parah. Diantara regulasi yang
dikeluarkan pemerintah adalah dengan dibentuknya sistem transportasi terintegrasi.
Sistem transportasi terintegrasi merupakan gabungan pemanfaatan infrastruktur fisik dan
pengaplikasian sistem teknologi informasi dan komunikasi (Intelligent Transport
System). Sistem ini telah diterapkan di negara-negara maju dan diharapkan mampu
mengurai kemacetan di Jakarta.
1.2 Definisi Masalah
Bagaimana pengaruh sistem teknologi infomasi penunjang dalam menata sistem
transportasi yang menghubungkan Jabodetabek?
1.3 Analisis Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah:
1. Apa saja transportasi di Jabodetabek?
2. Masalah transportasi apa saja yang dihadapi saat ini?
3. Apa yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah transportasi?
4. Apa saja sistem informasi penunjang sistem transportasi?
5. Bagaimana cara sistem informasi menunjang sistem transportasi?
1.4 Petakonsep
1.5 Hipotesis
Sistem teknologi informasi berperan penting dalam menunjang dan menata sistem
transportasi yang menghubungkan Jabodetabek.
1.6 Tujuan Penulisan
Mengetahui masalah-masalah transportasi yang ada di Jakarta, mengetahui apa itu Intelligent Transportation System serta menganalisis peran Intelligent Transportation System yang dalam mengatasi masalah kemacetan di Jakarta.
1.7 Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah, penulis menggunakan metode studi kepustakaan dan analisis data.
1.8 Sistematika Masalah Transportasi di Jabodetabek Peran Pemerintah dalam Mengatasi Permasalah Transportasi Sistem Informasi yang Menunjang Transportasi dan Mekanismenya Contoh Aplikasi Sistem Informasi Penunjang di Singapura dan Jerman Penerapan Sistem Informasi di Jepang dan Singapura
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Masalah Transportasi di Jakarta
Jakarta sebagai ibu kota Indonesia dan kota megapolitan, dimana warganya banyak
yang berkalangan menengah keatas dan memiliki fasilitas lengkap, seperti gedung
pencakar langit, pusat perbelanjaan mewah dan lain-lain, ternyata menyisakan banyak
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh masalah besar yang ditimbulkan
yaitu kemacetan.
Kemacetan merupakan suatu hal yang sudah menjadi makanan sehari-hari bagi
warga ibu kota. Ketika berangkat ke kampus maupun tempat bekerja, warga Jakarta
sudah merasakan kemacetan di pagi hari. Begitupula ketika pulang menuju ke rumah,
warga Jakarta yang menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum harus
menghadapi yang namanya kemacetan. Hal ini menimbulkan kerugian, baik dari sisi
efektivitas waktu maupun masalah finansial, karena semakin lama kendaraan terjebak
kemacetan maka semakin banyak bensin yang terbuang, artinya aka nada pengeluaran
tambahan untuk membeli bahan bakar.
Apakah sebenarnya yang menyebabkan kemacetan? Ada beberapa hal yang
menyebabkan kemacetan di Jakarta. Penyebab utama kemacetan adalah tingginya
populasi kendaraan di Jakarta. Jalanan di Jakarta berdasarkan data pada tahun 2011
dilalui oleh lebih dari 6,7 juta kendaraan bermotor. Sekitar 98,5% dari kendaraan
bermotor tersebut merupakan kendaraan pribadi. Jika kita telaah lagi, berdasarkan data
pada tahun 2011 pertumbuhan mobil di Jakarta mencapai 186 unit per harinya sedangkan
pertumbuhan sepeda motor lebih banyak, mencapai 986 unit per harinya. Populasi
kendaraan yang ada di Jakarta saat ini masih belum bisa di control sehingga terus
bertambah. Salah satu penyebab pertumbuhan kendaraan bermotor yang tinggi adalah
mudahnya cara mendapatkan kendaraan tersebut. Kita ambil contoh pada sepeda motor,
banyak dealer-dealer yang menyediakan uang muka murah dan pembeli bisa langsung
membawa pulang motor tersebut tanpa harus diperumit dengan urusan sertifikat dan lain-
lainnya.
Populasi kendaraan bermotor yang tinggi dan terus bertambah ini tidak sebanding
dengan jaringan jalan di Jakarta. Jakarta memiliki panjang jalan sekitar 7650 Km dengan
luas mencapai 40,1 Km2. Jaringan jalan tersebut hanya merupakan sebagian kecil dari
Jakarta, yaitu 6,26% luas Jakarta. Hal ini menyebabkan jaringan jalan di Jakarta kurang
memadai untuk menampung banyaknya kendaraan, ditambah lagi pertumbuhan jalan di
Jakarta hanya 0,1% per tahunnya. Selain panjang dan luas jalan yang kurang, masalah
yang lain yaitu jalanan yang rusak karena berlubang atau bahkan ambruk, seperti di jalan
martadinata. Cuaca buruk yang menyebabkan banjir juga semakin memperparah kondisi
jalan di Jakarta. Alternative yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah jaringan jalan
di Jakarta yaitu dengan menggunakan jalan tol, namun jalan tol ini sendiri tidak bisa
menjamin kelancaran dan kenyamanan dalam berkendara. Kita ambil contoh di tol dalam
kota, dimana kemacetan parah terjadi pada pagi hari maupun pada jam pulang kerja.
Padahal, untuk masuk ke jalan tol tersebut kita telah membayar dengan harga yang
relative mahal.
Lalu lintas yang buruk juga tidak bisa di pungkiri menjadi penyebab kemacetan juga.
Pengendara kendaraan bermotor di Jakarta sering berlaku ugal-ugalan, baik dari
kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Selain itu, lampu lalu lintas di Jakarta juga
banyak yang mengalami kerusakan dan waktunya yang terlalu lama atau terlalu cepat.
Aparat keamanan sendiri kurang sigap dalam menangani masalah kemacetan di Jakarta.
Seringkali kita lihat ketika lalu lintas sedang padat, kontribusi dari aparat keamanan
sangat kurang. Aparat keamanan ini sendiri juga sering melanggar peraturan, seperti
melintasi jalur khusus bus transjakarta. Jalur khusus bus transjakarta ini sendiri juga
merupakan salah satu fasilitas yang paling sering di salahgunakan oleh pengguna jalan,
karena banyaknya kendaraan yang melintas di jalur tersebut menimbulkan kemacetan dan
menghambat jalur bus transjakarta itu sendiri, dan terkadang terjadi kecelakaan yang
melibatkan bus transjakarta dengan kendaraan yang melintas di jalur tersebut. Selain jalur
bus transjakarta, jalur cepat yang semestinya diperuntukkan untuk kendaraan roda empat
atau lebih juga sering dilalui oleh kendaraan roda dua dan roda tiga. Kemudian, adanya
pasar tumpah atau bangunan liar yang memakan badan jalan juga memperparah lalu
lintas di Jakarta. Bahkan, bangunan liar tidak hanya menghambat lalu lintas yang ada di
darat. Bangunan liar di pinggir sungai, yang menyebabkan banyaknya sampah di sungai
telah membuat proyek waterway di Jakarta mengalami kegagalan.
Masalah terakhir yang tak kalah penting di Jakarta yaitu masalah transportasi umum.
Transportasi ini secara umum mengalami beberapa masalah, yaitu kondisinya yang penuh
sesak sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman bagi penumpangnya. Keadaan yang
penuh ini juga menjadi kesempatan bagi para penjahat untuk melakukan kriminalitas
seperti pencurian maupun pelecehan, terutama kepada kaum wanita. Pelayanan yang
buruk juga menjadi masalah di transportasi umum Jakarta. Hal ini dibuktikan dengan
fasilitas yang sudah rusak, kotor dan tidak terawatt, serta jam datang yang tidak tepat
waktu. Pelayanan yang buruk ini juga tidak sesuai dengan harga tiket yang mahal, seperti
di commuter line, dengan harganya yang mencapai Sembilan ribu rupiah namun
penumpang tetap tidak mendapat pelayanan yang maksimal.
2.2 Peran Pemerintah dalam Mengatasi masalah Transportasi di Jabodetabek
Masalah kemacetan di kota megapolitan seperti Jakarta membutuhkan regulasi oleh
pemerintah baik itu dari daerah tingkat I maupun dari daerah tingkat II. Pemerintah pusat
memiliki kewenangan untuk membuat sistem peraturan yang nantinya diadaptasikan oleh
daerah tingkat I dan tingkat II. Secara yuridis, regulasi transportasi di Jakarta telah diatur
dalam UU No. 22 tahun 2009 mengatur tentang lalu lintas dan angkutan jalan yang
bertujuan untuk mewujudkan ketertiban, kenyamanan dan keamanan, terwujudnya etika
lalu lintas dan budaya bangsa, terwujudnya penegakan hokum dan kapasitas hukum bagi
masyarakat serta UU No. 23 tahun 2007 mengatur tentang perkeretaapian dimana dibuat
dengan pertimbangan transportasi mempengaruhi perkembangan ekonomi, kereta api
merupakan transportasi massal, sebagai pengganti UU No. 13 Tahun 1992.
Dikutip dari situs resmi Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian
Pembangunan, melalui wapres Budiono, pada Sepetember 2010, secara spesifk
dicetuskan 17 langkah untuk mengatasi kemacetan di Jakarta dimana UKP4 ditunjuk
sebagai koordinator dalam pengawasan implementasinya, yang kemudian dari 17 langkah
tersebut berkembang menjadi 20 langkah dan kemudian dibagi menjadi empat sasaran
utama. Empat aspek tersebut melingkupi sarana dan prasarana transportasi, penataan
ruang, regulasi dan tata kelola, transportasi publik.
2.2.1 Sarana dan Prasarana Transportasi
Aspek yang pertama adalah tentang sarana dan prasarana transportasi. Untuk
mencegah kemacetan yang lebih parah yang kemungkinan besar akan menyerang
Jakarta, hal dasar yang perlu diperbaiki dari transportasi kota Jakarta adalah
sarana dan prasarana. Dalam aspek sarana dan prasarana transportasi pemerintah
melakukan penanganan dengan memberlakukan Electronic Road Pricing atau
yang biasa disingkat dengan ERP dimana dalam sistem ini para pengguna mobil
harus membayar ketika melalui jalan tertentu. Kemudian langkah penangan
berikutnya adalah mengkaji kebijakan perparkiran on street serta penegakan
hukumnya. Seperti yang kita ketahui, parkir sembarangan sering menjadi
penyebab kemacetan di Jakarta. Banyak pengemudi baik itu dari kendaraan roda
empat dan roda dua tidak mengindahkan adanya tanda larangan parkir dan dengan
alasan ‘kawasan yang sempit’ melakukan pelanggaran dengan parkir
sembarangan. Tentunya hal ini harus ditindak tegas oleh pemerintah. Perbaikan
sarana-prasarana jalan yang sangat dibutuhkan karena banyak jalanan di Jakarta
kurang dari layak serta jalan yang rusak membuat kemacetan semakin meningkat.
Langkah penanganan yang selanjutnya yaitu jalan tol tambahan dan menyusun
kebijakan pembatasan kendaraan bermotor. Walaupun sebagian besar kalangan
kurang setuju dengan membangun jalan tol tambahan, pemerintah tetap
merumuskan penangannya sebagai salah satu cara untuk mengantisipasi
kemacetan. Jalan tol dapat menjadi alternatif pilihan untuk melewati jalan umum
yang rawan akan macet. Kemudian kebijakan yang terakhir yaitu menyusun
kebijakan pembatasan kendaraan bermotor. Kemacetan di Jakarta diperparah
dengan kehadiran kendaraan bermotor yang jumlahnya semakin meningkat.
Melihat laju pertumbuhan kendaraan bermotor dengan laju penambahan luas jalan
raya, regulasi berupa pembatasan kendaraan bermotor dirasa sangat penting bagi
pemerintah untuk mengurangi kemacetan.
2.2.2 Penataan Ruang
Aspek yang kedua adalah penataan ruang. Penataan ruang perkotaan sangat
penting guna mencapai sasaran optimal setelah regulasi mengenai sarana dan
prasarana transportasi. Langkah penanganan yang dilakukan oleh pemerintah
adalah yang pertama penyiapan lahan park and ride untuk mendukung KRL.
Sebagai transportasi publik kereta rel listrik atau KRL sudah selayaknya disiapkan
lahan yang lebih luas agar mengoptimalisasi fungsi dari KRL tersebut. Cara
penanganan yang kedua yaitu meningkatkan kualitas, merevitalisasi dan
memperluas pedestrian way (trotoar kota) yang selama ini fungsinya
disalahgunakan oleh pedagan kaki lima yang sering berjualan di pinggir trotoar.
2.2.3 Transportasi Publik
Aspek yang ketika adalah mengenai transportasi publik. Penangan pertama
yang dilakukan pemerintah adalah sterilisasi jalur busway. Seperti yang kita lihat
saat ini, sering kali pengemudi di jalan raya mengambil jalur busway sehingga
menyebabkan keterlambatan busway, padahal busway merupakan salah satu
sarana transportasi umum yang dibutuhkan oleh khalayak banyak. Penanganan
yang kedua adalah dengan penambahan jalur busway. Tentunya dengan
menambah jalur busway, rute yang dilewati busway akan lebih menjangkau
daerah yang lebih luas lagi di Jakarta sehingga membuat masyarakat lebih tertarik
menggunakan kendaraan umum ketimbang kendaraan pribadi. Penangan yang
selanjutnya adalah harga gas khusus transportasi, restrukturisasi angkutan bis
kecil yang tidak efisien, mengoptimalkan KRL jabodetabek dengan re-routing,
penertiban angkutan liar dan tempat pemberhentian angkutan liar dan tempat
pemberhentian angkutan liar, mempercepat pembanguan MRT, proyek double-
double track KRL Jabodetabek ruas Manggarai-Cikarang, mempercepat
pembangunan lingkardalam KRL yang diintegrasikan dengan sistem angkutan
massal, dan mempercepat pembangunan KA Bandara.
2.2.4 Regulasi dan Governance
Aspek yang keempat berupa regulasi dan tata kelola dengan langkah
penanganan yaitu pembentukan otoritas transportasi Jabodetabek, Revisi Rencana
Induk Transportasi Terpadu kemudian pendidikan masyarakat tentang kemacetan
dan disiplin berlalu lintas. Penangan dengan pembentukan otoritas transportasi
Jabodetabek dibuat berdasarkan pertimbangan bahwa Jabodetabek merupakan
kota yang padat sehingga dibutuhkan otoritas untuk menangani masalah
kemacetan yang ada di daerah tersebut.
Pada tahun 2012, terpilih gubernur yang baru yaitu Jokowi dan Ahok dengan visi dan
misi membawa Jakarta Baru. Dikutip dari situs resmi Jokowi-Ahok, mereka mencetuskan
program kerja yang meregulasi transportasi di Jakarta dimana program melingkupi
transportasi yang dibagi menjadi dua yaitu sistem angkut umum dan kendaraan pribadi.
Sistem angkutan umum contohnya pembangunan monorail, merintis pembangunan MRT,
penggantian kendaraan umum yang layak, perbanyakan kendaraan umum, mengganti
busway menjadi ralibus, kerjasama dengan pemerintah sekitar Jakarta. Dalam meregulasi
kendaraan pribadi yaitu dengan adanya electronic road pricing, sewa parkir tingi,
kendaraan nomor polisi ganjil dan pengaturan jam kerja. Walaupun kenyataannya
beberapa program kerja yang dicanangkan oleh Jokowi dan Ahok mendapat hambatan
seperti implementasi pengaturan kendaraan yang masuk Jakarta melalui nomor polisi,
Jokowi dan Ahok lebih memfokuskan masterplan dari gubernur terdahulu yang
pembangunannya masih menunggak di Jakarta.
2.3 Sistem Informasi yang menunjang transportasi dan mekanismenya
2.3.1 Pengertian Sistem Informasi
Sistem informasi adalah kombinasi teknologi informasi dan individu yang
menggunakan teknologi tersebut untuk mendukung manajemen operasional dalam
berbagai bidang kehidupan. Dalam pengertian ini, sistem informasi tidak hanya
mengacu pada penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), tetapi juga
mempertimbangkan peran seseorang dalam interaksi dan pelaksanaannya.
Definisi lain dari sistem informasi adalah suatu sistem yang berfungsi
mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisa, dan menyebarkan informasi
untuk tujuan spesifik (Turban, 1999). Sistem ini berbentuk perangkat keras dan
perangkat lunak yang dirancang untuk menerjemahkan data menjadi suatu informasi
yang berguna (Bodnar, 1993).
2.3.2 Karakter Sistem Informasi
Sistem Informasi memiliki karakteristik-karakteristik tertentu dalam rangka
pemenuhan tujuannya. Karakteristik-karakteristik itu adalah:
Sistem Informasi memiliki subsistem berbentuk elemen-elemen lebih kecil
yang membentuk sistem tersebut. Komponen tersebut adalah :
Komponen input
Komponen model/proses
Komponen output
Sistem informasi memiliki ruang lingkup dimana sistem tersebut dapat
berkerja secara efektif dan optimal. Ruang lingkup ini telah ditentukan sejak awal
pembuatan sistem, berupa garis batas lingkup kerja yang jelas dan spesifik
sehingga dalam pelaksanaannya sistem informasi tersebut tidak bertumbukan
dengan sistem informasi lainnya.
Sistem informasi memiliki tujuan yang ingin dicapai, yaitu berupa poin-
poin penting dan hal-hal pokok yang menjadi indikator keberhasilan pelaksanaan
sistem tersebut.
Sistem informasi memiliki ruang lingkup di luar fungsi kerja, secara
langsung dan tidak langsung mempengaruhi performa sistem informasi.
2.3.4 Peranan Sistem Informasi dalam Transportasi
Di era millenium ini, integrasi antar berbagai bidang kehidupan dengan
penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) tidak dapat terelakkan.
Teknologi ini memberikan berbagai kemudahan dalam berbagai aktivitas di semua
bidang kehidupan sehingga terjadi optimalisasi sumber daya yang dimiliki,
menimbulkan peningkatan kualitas hidup manusia. Penggunaan teknologi ini juga
hadir dalam bidang transportasi, salah satunya adalah penerapan sistem informasi
yang baik dalam regulasi dan inovasi, khususnya di area-area yang membutuhkan
solusi ekstra dalam menangani masalah transportasi, seperti kemacetan, yang sulit
untuk diselesaikan apabila hanya mengandalkan solusi konvensional. Masalah-
masalah yang umumnya terjadi di kota-kota besar ini muncul akibat adanya kenaikan
populasi manusia dalam jumlah yang besar, mendorong peningkatan volume
angkutan umum dan angkutan pribadi sehingga menimbulkan kemacetan di banyak
ruas jalan. Kompleksitas masalah ini mendorong suatu regulasi berbasis teknologi
terkomputerisasi melalui pembuatan suatu communication networks dan kontrol yang
bekerja secara real-time. Melalui penerapan teknologi ini, diharapkan terjadi
peningkatan kualitas layanan transportasi di kota-kota besar, seperti angkutan umum
yang nyaman dan aman untuk digunakan, penyusutan waktu tempuh pengguna jalan
dalam berpergian, peningkatan efisiensi penggunaan bahan bakar, serta pengurangan
polusi udara dan buangan emisi karbon lainnya.
2.3.5 Contoh Sistem Informasi dalam Transportasi
Dalam bidang transportasi, contoh penerapan sistem informasi sangat banyak.
Hal tersebut disebabkan luasnya ruang lingkup dalam bidang transportasi sehingga
tiap sistem informasi memiliki fungsi yang spesifik dan jelas. Meskipun demikian,
ada sebuah contoh sistem informasi yang sudah banyak diterapkan di negara-negara
maju di Eropa dan Amerika karena sangat optimal meregulasi transportasi adalah
Intelligent Transportation System (ITS). ITS adalah suatu sistem yang
mengintegrasikan teknologi komputer, elektronik, komunikasi, dan sensor untuk
menciptakan sistem berisi layanan yang inovatif terkait alat transportasi yang
beragam dan manajemen lalu lintas, informasi yang jelas dan akurat kepada para
pengguna, serta jaringan transportasi yang aman, terkoordinasi, serta cerdas. ITS
memiliki beberapa tujuan, yaitu:
Meningkatkan keselamatan lalu lintas
Mengurai kemacetan jalan raya
Meningkatkan efisiensi transportasi
Mengurangi polusi udara
Meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar
Untuk mencapai tujuan tersebut, ITS mempunyai karakteristik yang terkait
dengan implementasi teknologi nirkabel yang modern dan maju, yaitu sebuah
teknologi yang cukup kuat untuk membuat perubahan yang transformatif.
Karakteristik ITS tersebut antara lain:
Sebuah sistem dimana kecelakaan jalan raya beserta segala konsekuensinya jarang
terjadi akibat setiap jenis kendaraan dapat merasakan dan berkomunikasi tentang
kondisi sekitar
Sebuah sistem dimana setiap pengguna alat transportasi memiliki informasi yang
komprehensif dan akurat tentang pilihan-pilihan dalam bepergian, meliputi waktu
transit, jadwal, biaya, dan lokasi secara real time bagi pengguna kendaraan
umum; serta waktu perjalanan, rute, biaya bahan bakar, ketersediaan lahan parkir,
dan tingkat buangan asap polusi bagi pengguna kendaraan pribadi
Sebuah sistem dimana para operatornya memiliki pengetahuan yang utuh dan
komplet tentang status setiap aset transportasi
Sebuah sistem yang membantu kendaraan untuk berkomunikasi dengan tanda-
tanda jalan untuk mencegah kendaraan berhenti untuk hal yang tidak penting. Hal
ini membantu pengguna untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar ketika
mengemudi
Sebuah sistem yang menyediakan informasi jelas untuk pengguna dan operator
sistem tentang gas keluaran kendaraan yang mencemari lingkungan
Perkembangan ITS yang sangat pesat didukung akibat tingginya tingkat
pemakaian di berbagai belahan dunia. ITS menjadi sangat efektif diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari karena sistem ini sangat adaptif dan versatile sehingga dapat
diterapkan langsung pada beragam jenis infrastruktur transportasi, seperti jalan raya,
jalan umum, jembatan, terowongan, rel, pelabuhan, dan bandara serta pada berbagai
alat transportasi, seperti mobil, motor, truk, bus, kereta api, bahkan pesawat terbang
dan kapal laut juga dapat diatur regulasinya.
Keberadaan ITS di kota-kota besar menunjang mobilitas penduduknya. Hal ini
disebabkan ITS berperan menciptakan transportasi manusia dan barang yang lancar,
efisien, serta tepat waktu. Kriteria transportasi ini sangat berpengaruh terhadap
tingkat pertumbuhan ekonomi, social development serta kebersihan lingkungan.
Melalui ITS, pengguna dapat terhubung dengan fasilitas transportasi lokal dengan
lancar tanpa hambatan berarti. Contohnya adalah penumpang dapat mengetahui
informasi secara real-time tentang jadwal kedatangan dan kepergian bus dan kereta
api, serta sistem penundaan (delay) keberangkatan. Kegunaan lainnya adalah
penumpang dapat menentukan sendiri alat transportasi yang efisien dan efektif
berdasarkan deteksi lokasi terkini melalui penghitungan waktu tempuh ke terminal
bus dan pada pukul berapa bus akan sampai. Hal ini dapat meminimalisasi peluang
terbuangnya waktu dengan sia-sia akibat telat menaiki kendaraan yang dituju. Pad
lalu lintas yang padat, ITS dapat mengurai kemacetan dengan bantuan jaringan sensor
dan jaringan nirkabel sehingga arus kendaraan tetap dapat bergerak.
2.3.6 Klasifikasi ITS
Berdasarkan fungsinya, ITS dapat diklasifikasi menjadi 5 sistem yang lebih
kecil, yaitu:
1. Advanced Traffic Management System
Sistem ini meregulasi alat-alat pengatur lalu lintas yang secara aktif
memberi informasi terbaru tentang kondisi jalan aya. Secara umum, ATMS
mendeteksi situasi dan kondisi lalu lintas, kemudian mentransmisi data
tersebut ke pusat kontrol melalui jaringan komunikasi, sehingga dapat dibuat
suatu strategi kontrol lalu lintas dengan memakai semua informasi yang
tersedia. Selain itu, sistem ini mampu mengirimkan situasi jalan raya terkini
kepada pengguna kendaraan dan departemen-departemen terkait serta
menerapkan standar ukuran manajemen lalu lintas, seperti kontrol sinyal,
kontrol kecepatan, manajemen kecelakaan, serta tingkat keterisian kendaraan
pribadi. Aplikasi dalam ATMS meliputi:
Traffic Operations Centre (TOC)
Adaptive Traffic Signal Control
Dynamic Message Signs
Ramp Metering
2. Advance Traveler Information System (ATIS)
Sistem ini menyediakan informasi lalu lintas dan perjalanan secara real-
time, seperti rute transit, navigasi, dan kemacetan lalu lintas akibat cuaca,
kecelakaan, atau perbaikan jalan. ATIS secara efektif memberikan informasi
tentang lokasi kendaraan secara spesifik serta keadaan lalu lintas dan kondisi
jalan sekitar sehingga pengguna dapat memutuskan rute perjalanan paling
optimal berdasarkan instruksi navigasi yang tersedia. Aplikasi dalam ATIS
meliputi:
Real-Time Traffic Information System
Route Guidance/Navigation System
Parking Information
Roadside Weather Information System
3. Advance Vehicle Control and Safety System
Sistem ini meregulasi infrastruktur transportasi, meliputi kendaraan dan
jalan raya dalam rangka membantu pengemudi mengkontrol kendaraannya
untuk meminimalisasi kecelakaan dan meningkatkan keselamatan dan
keamanan. Sistem ini meliputi peringatan tabrakan antar kendaraan, driving
assistance, dan sistem jalan otomatis.
4. Advance Public Transportation System
Sistem ini menggabungkan ATMS, ATIS, dan AVCSS pada angkutan
umum dalam rangka peningkatan kualitas layanan dan efisiensi waktu dan
biaya sehingga pada akhirnya makin banyak orang yang menggunakan
angkutan umum sebagai moda transportasi utama. Pengguna angkutan
umum akan dibekali informasi yang jelas dan akurat status kepergian dan
kedatangan bus dan kereta melalui sistem ini. Sistem ini meliputi
pengawasan kendaraan otomatis, VPS, computer scheduling, dan E-
ticketing. Aplikasi dalam APTS meliputi:
Real-Time Status Information for Public Transit System
Automatic Vehicle Location
Electronic Fare Payment
5. Commercial Vehicle Operation
Sistem ini menggabungkan ATMS, ATIS, dan AVCSS pada kendaraan
operasional komersial, seperti truk, bus, taksi, dan ambulans untuk
meningkatkan efisiensi dan keamanan. Penerapan sistem ini tidak jauh
berbeda dengan APTS.
2.3.7 Cara Kerja Sistem ITS
ITS secara umum bekerja dengan bantuan informasi dan data yang
dikumpulkan oleh beragam teknologi yang diterapkan di jalan raya. Informasi
tersebut kemudian diolah dan dikirimkan kepada pengguna jalan sebagai sumber
informasi terkini. Berikut adalah ilustrasi penerapan ITS pada Real-Time Traffic
Information System
Pada gambar diatas terlihat 3 komponen mendasar dalam ITS, yakni
1. alat penerima data, meliputi teknologi canggih yang diterapkan pada helicopter
pemantau kondisi jalan, kamera pengawas lalu lintas, sensor jalan raya, serta
pemancar sinyal dari kendaraan
Gambar 1 Komponen Mendasar ITS
2. alat pemroses data, meliputi pusat manajemen data yang mampu
menerjemahkan data-data yang didapat menjadi suatu informasi yang bermakna
3. alat pengirim data, meliputi teknolig yang mampu mengtransmisikan informasi
yang telah diolah kepada pengguna jalan melalui media yang mudah diakses,
misalnya telepon, televise, radio, pesan digital pada jalan raya, maupun alat lain
yang tersedia pada kendaraan seperti telepon genggam dan GPS.
Ketiga komponen tersebut meliputi kesatuan perangkat teknologi, platform,
serta pihak-pihak terkait, baik dari pemerintah maupun swasta. Tanpa adanya regulasi
yang jelas dan interaksi yang efektif diantara ketiganya, sistem ini tidak akan bisa
berjalan denagn baik dan berfungsi secara optimal melayani kebutuhan pengguna
jalan.
2.3.8 Kriteria Keberhasilan ITS
1. Kepuasan konsumen
2. Produktivitas
3. Energi dan Lingkungan
4. Safety
5. Mobility
6. Capacity
2.3.9 Manfaat Penerapan ITS di bidang Transportasi
Penerapan ITS pada jaringan transportasi perkotaan akan menghasilkan 5
manfaat utama, yang meliputi :
1. Mendorong produktivitas ekonomi dan ketersediaan lapangan kerja
2. Memberikan dampak yang baik pada lingkungan
3. Memperbaiki kinerja operasional jaringan transportasi
4. Menaikkan tingkat keselamatan pengemudi dan pejalan kaki
5. Memperbesar mobilitas dan kenyamanan
2.3.10 Hambatan Pelaksanaan ITS di bidang Transportasi
Walaupun ITS mempunyai potensi yang besar dalam memperbaiki situasi
dan kondisi transportasi perkotaan yang semakin bertambah parah, hambatan dalam
penerapan ITS sangat mudah dijumpai. Hambatan-hambatan tersebut antara lain :
1. Pangsa pasar sistem informasi ini tidak jelas dan tidak pasti
2. Terlalu banyak kebutuhan yang harus dipenuhi
3. Kurangnya tingkat kepraktisan dalam penggunaannya
4. Hambatan institusional
5. Budaya yang kurang familiar dengan penerapan teknologi IT
6. Biaya yang besar dalam merancnag infrastruktur dan perawatannya
7. Kebiasaan masyarakat yang kurang dapat menjaga infrastruktur transportasi
2.3.10 Teknologi Pendukung ITS
Dalam pelaksanaannya, ITS memiliki dua macam teknologi pendukung.
Teknologi tersebut mencakup :
1. Basic management system
Teknologi ini merupakan sistem mendasar dalam pelaksanaan ITS. Dalam
pelaksanaannya, sistem ini sepenuhnya berada dalam kontrol pusat data dan
informasi. Contoh dari teknologi ini adalah navigasi kendaraan, sistem kontrol
lalu lintas, variable message sign, kamera CCTV, dan perekam kecepatan
kendaraan.
2. Advance management system
Teknologi ini merupakan sistem yang lebih maju dalam pengembangan ITS
sebab sistem ini mengintegrasikan data dari alat-alat berbasis ITS yang ada di
jalan raya dengan umpan balik dari sumber lain, seperti sistem parkir kendaraan,
pusat informasi cuaca, bridge deicing system, dan sebagainya.
2.4 Contoh aplikasi sistem informasi penunjang di Singapura dan Jerman
2.4.1 Pengaplikasian ICT dalam Sistem Transportasi di Eropa
Sistem transportasi yang terintegrasi atau yang di benua Eropa lebih dikenal
dengan sebutan Integrated Transportation System terdiri atas dua komponen
utama yaitu infrastruktur fisik dan Intelligent Transportation System. Infrastruktur
fisik meliputi jalan yang dilalui kendaraan, baik lewat darat maupun air, serta alat
dan benda penunjang sistem transportasi yang teratur lainnya seperti rel, lampu
lalu lintas, dll.
Intelligent Transportation System merupakan sistem yang menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi di dalamnya. Sistem teknologi informasi dan
komunikasi ini digunakan untuk mengatur lalu lintas. Sistem teknologi informasi
dan komunikasi ini terus dikembangkan di Eropa dan negara-negara maju lainnya
untuk mengatur lalu lintas terlebih untuk mencegah terjadinya kemacetan.
Menurut Investigation Team, Intelligent Transportation System yang ada di
Eropa meliputi banyak variasi dari aplikasi dan inisiasi (Njord,Peters
Freitas,et.al.2006. Safety Applications of Intelligent Transportation Systems in
Europe and Japan.Alexandria:U.S. Department of Transportation Federal
Highway Administration).
Intelligent Transportation System merupakan sistem transportasi
penunjang transportasi keseluruhan di Eropa yang dikembangkan baik oleh
perusahaan pemerintah maupun swasta. Intelligent Transportation System
ditunjang oleh sebuah forum yang bernama e-Safety yang dibentuk oleh European
Commission. Tujuan forum ini adalah sebagai pusat penampungan ide dan
proyek-proyek (initiatives) untuk selanjutnya dalam kurun waktu tertentu dapat
diaplikasikan dalam sistem transportasi di Eropa.
2.4.2 Aplikasi dalam Intelligent Transportation System
a. Overhead Message Signs
Overhead Message Signs merupakan pengaplikasi sistem informasi
berupa papan berisi simbol yang dapat dijumpai dalam berlalu lintas.
Penggunaan simbol merupakan langkah yang efektif dalam penyampaian
informasi kepada pengguna jalan secara tepat karena tidak terbatas pada
penggunaan bahasa sehingga komunikasi yang terjadi menjadi lebih
sederhana. Dalam Overhead Message Signs ini terdapat beberapa simbol yang
bisa dipaparkan seperti kondisi jalan yang akan dilalui, kondisi jalan yang
terkena kemacetan, dsb.
Dalam Safety Applications of Intelligent Transportation Systems in
Europe and Japan dijelaskan bahwa pengendara di Eropa sangat bergantung
dengan papan-papan ini untuk memberikan pengendara informasi yang up-to-
date tentang keadaan jalan, penutupan jalan, serta situasi lainnya yang
mempengaruhi keamanan dan keefisienan penggunaan fasilitas transportasi
(Njord,Peters Freitas,et.al.2006. Safety Applications of Intelligent
Transportation Systems in Europe and Japan.Alexandria:U.S. Department of
Transportation Federal Highway Administration).
b. Speed Management
Speed Management merupakan penggunaan sistem teknologi
informasi dan komunikasi dalam mengontrol kecepatan kendaraan yang
beralu lintas. Alat ini terdiri dari sebuah overhead message sign berisi
informasi limit kecepatan yang diperbolehkan, sinyal yang terpancar dari
pemancar yang dipasang di sisi papan informasi, dan sebuah kamera untuk
menangkap nomor kendaraan yang melanggat batas kecepatan yang
ditentukan. Penggunaan dari alat ini bertujuan untuk mengelola kecepatan
atau untuk yang lebih spesifik membentuk sebuah lingkungan dengan
kecepatan pengendaranya yang konstan dan merata.
Dalam Safety Applications of Intelligent Transportation Systems in
Europe and Japan dipaparkan hasil pengaplikasian Speed Management
berupa pemasangan kamera pada titik-titik tertentu di jalan dengan persentase
kecelakaan di Perancis.
Dalam grafiik dipaparkan penurunan drastis angka kecelakaan yang
terjadi selama 10 bulan masa penelitian tersebut yakni sebesar 85 persen.
Pemerintah Perancis lebih lanjut mengatakan terjadinya penurunan angka
kecelakaan akibat kecepatan dalam titik transportasi yang lain bahkan pada
lokasi yang tidak dipasang kamera.
Berikut merupakan langkah-langkah bagaimana Speed Management
ini bekerja:
c. Code of Practice
Code of Practice merupakan kode etik pengendara dalam mengemudi
dan menggunakan fasilitas transportasi. Kode etik ini dikeluarkan oleh Uni
Eropa yang berisi peran, kewajiban, dan “duty of care” untuk
pengaplikasian sistem teknologi informasi dan komunikasi yang aman.
Kode etik ini telah lama diterapkan bahkan sebelumnya telah dibentuk
kode etik yang serupa untuk maskapai penerbangan yang ada. Kode etik
yang serupa juga dapat ditemui di Jepang. Kode etik yang dikeluarkan
oleh Uni Eropa ini memberikan bimbingan pada pengembang produk dan
operator sistem untuk meyakinkan pihak tersebut apabila aktivitas mereka
mencapai ekspetasi yang ada untuk keamanan transportasi.
d. Electronic Toll Collection
Electronic Toll Collection telah lama diaplikasikan di Perancis dan
teknologinya kini terus dikembangkan di negara tersebut. Sistem
Electronic Toll Collection di Perancis ini lebih dikenal dengan sebutan
Liber-T. Penggunaan Liber-T ini memungkinkan pengendara untuk bebas
melintasi jalan tol yang tersedia dengan sistem tertentu biaya penggunaan
jalan tol ini akan diakumulasi di akhir periode tertentu untuk selanjutnya
dibayar oleh pengendara kendaraan tersebut. Hal ini dinilai sangat efektif
mengingat banyaknya jalan tol yang ada di Perancis maupun di Eropa.
Pengelolaan uang menjadi lebih efektif dan efisien.
Dalam praktiknya Liber-T juga menawarkan hal lain seperti diskon
sebesar 10 hingga 20 persen bagi pengguna kendaraan yang aktif
bepergian dengan rute yang sama selama lebih dari 10 kali dalam sebulan.
Untuk bepergian dalam rute yang sama selama lima kali, Liber-T
memberikan bonus berupa penggunaan jalan tol untuk rute yang sama
secara cuma-cuma bagi perjalanan ke 6 dan 7.
e. Video Detection
Video Detection sebenarnya sudah diterapkan oleh TMC Polda Metro
Jaya di Indonesia. Video Detection merupakan pemasangan kamera pada
titik-titik tertentu yang rawan kemacetan dan kecelakaan. Pemasangan
kamera ini selanjutnya akan dipantau oleh pihak yang berwenang yang di
Indonesia dilakukan oleh TMC Polda Metro Jaya. Fungsi dari pemasangan
kamera ini adalah untuk memantau keadaan lalu lintas, dan
memungkinkan respon terhadap kemacetan dan kecelakaan yang lebih
cepat.
2.4.3 Inisiasi dalam Intelligent Transportation System di Eropa
a. E-Call
E-Call merupakan penggunaan sistem teknologi informasi dan
komunikasi yang untuk mempercepat respon terhadap kecelakaan atau
insiden tertentu seperti mogok mesin, dsb. E-Call nantinya merupakan
sebuah alat yang akan dipasangkan diseluruh kendaraan yang ada di
Eropa. E-Call ini akan terhubung dengan Public Service Answering Point
untuk selanjutnya diteruskan informasi tersebut ke pihak yang tepat. Jika
terjadi sebuah insiden atau kecelakaan pengguna bisa berkomunikasi
dengan Public Service Answering Point untuk mengadukan kecelakaan
yang ada untuk selanjutnya PSAP akan meneruskan informasi tersebut
terhadap kepolisian dan pihak lain yang menunjang penyelesaian insiden
tersebut.
b. SARI
SARI saat ini dikembangkan di Eropa oleh pemerintah Perancis
sebagai salah satu proyek yang menunjang keamanan berkendara. SARI
akan bekerja dengan memberikan pengendara informasi lengkap tentang
jalan yang akan dilalui yang nantinya akan mempengaruhi pengendara
dalam memutuskan untuk melintasi jalan tersebut. Informasi yang akan
dipaparkan oleh SARI ini meliputi bentuk geometri dari jalan, angka
kecelakaan, daerah rawan kecelakaan, serta kondisi cuaca disekitar jalan
tersebut saat ini.
c. WILLWARN
WILLWARN adalah singkatan dari Wireless Local Danger Warning.
WILLWARN berfokus dalam memberikan pengendara informasi
berdasarkan poin-poin safe driving. Penggunaan WILLWARN berpusat
pada komunikasi antarkendaraan dimana informasi akan ditukarkan antara
kendaraan yang berdekatan. Setelah didapatkan informasi dari kendaraan
terdekat akan diperlihatkan informasi yang lebih luas disepanjang jalan
tersebut oleh WILLWARN kepada pengendara.
2.5 Penerapan teknologi sistem informasi di Jepang dan Singapura
2.5.2 Jepang
Jepang adalah negara yang terkenal dengan kemajuan teknologinya.
Kemajuan teknologi Jepang juga digunakan dalam bidang transportasi Negeri
Sakura tersebut. Jepang mempunyai sistem transportasi darat, laut, dan udara.
Sistem transportasi darat Jepang terbagi atas kereta dan kendaraan bermotor.
Sistem kereta di Jepang terbagi atas Tram, Kereta Bawah Tanah, Kereta
Diesel, Kereta Uap, Kereta listrik, dan Kereta Peluru (Shinkanshen). Menurut
tujuannya, kereta di Jepang terbagi atas kereta penumpang, kereta barang,
kereta inspeksi, dan kereta utilitas. Sistem perkeretaan di Jepang khususnya
kereta Shinkanshen terhubung dengan Centralized Traffic Control yang
mengontrol jalur kereta api dan masuk keluarnya kereta api. Kondisi rel di
Jepang selalu dipantau oleh Japan Railway Construction, Transport, and
Technology Agency dengan menggunakan kereta inspeksi untuk mengecek
apakah kondisi rel masih bagus atau tidak. Pengembangan sistem
perkeretaapian Jepang sudah dimulai sejak tahun 1800-an dimana saat itu
Jepang masih menggunakan tram. Pada tahun 1946, Jepang sangat serius
dengan pengembangan kereta bawah tanah dengan membangun terowongan
kereta dengan kedalaman 10 lantai.
3
Selain teknologi kereta api jepang yang sangat unggul, Jepang juga
mempunyai stasiun-stasiun yang sangat menarik dan memiliki banyak fasilitas
seperti pemandian air panas (Animaeda Station), hotel (Kyobashi Station),
pusat perbelanjaan (Ebisu Station), dan toko bunga (Shibuya Station). Dengan
adanya fasilitas-fasilitas tersebut membuat para penumpang yang sedang
menunggu kereta atau baru turun dari kereta Saat ini, Jepang sedang
mengembangkan Gauge Interchangeable Train dan Maglev Train. Gauge
Interchangeable Train adalah kereta yang khusus dikembangkan agar dapat
berganti rel karena bentuk rel di jepang bermacam-macam ukurannya. Sebagai
contoh adalah ukuran rel kereta peluru dengan kereta listrik jelas berbeda.
Gauge Interchangeable Train ini dapat menyesuaikan ukuran roda kereta
dengan ukuran rel sehingga segala macam ukuran rel dapat dilewati oleh
kereta ini. Selain itu, Jepang juga sedang mengujicobakan kereta maglev
buatan Jepang. Kereta maglev ini menggunakan induksi magnet yang terdapat
di relnya sehingga kereta dapat bergerak.
Sistem kendaraan bermotor di Jepang terbagi atas kendaraan penumpang,
kendaraan kargo, kendaraan khusus, dan kendaraan emergensi. Kendaraan
penumpang terdiri dari Bis, Taksi, dan Mobil. Setiap beberapa periode,
kendaraan di Jepang akan diinspeksi kelayakan jalannya. Contoh inspeksi
kelayakannya berupa uji rem dan uji emisi gas buang. Apabila kendaraan lolos
inspeksi, maka kendaraan tersebut akan diberikan stiker laik jalan yang
berlaku dengan jangka waktu tertentu. Hal tersebut adalah suatu sistem yang
dapat mengatur volume jumlah kendaraan di Jepang. Selain itu Jepang juga
menerapkan sistem Barrier-Free pada kendaraan publik. Barrier-Free adalah
suatu sistem yang memungkinkan semua orang untuk mengakses dan
menggunakan kendaraan umum baik orang tua maupun muda dan bagi orang-
orang yang cacat. Contohnya adalah bis yang mempunyai dek bidang mirik
sehingga penyandang cacat atau orang tua yang menggunakan kursi roda
dapat menaiki bis dengan mudah dibandingkan dengan bis yang deknya
berupa tangga. Tidak hanya pada kendaraannya, pada tempat pemberhentian
(Stasiun, Bandara, dan Halte) juga terdapat sistem tersebut.
Sistem Transportasi kendaraan bermotor di Jepang diatur oleh Ministry of
Land, Infrastructure and Transport yang mempunyai Japan Road Traffic
Information Center yang memberikan informasi arus lalu lintas kepada
pengguna jalan. Dengan adanya Japan Road Traffic Information Center ini,
kemacetan di daerah Jepang dapat dipantau pengendara sejauh 200 km
sebelum mencapai tempat kemacetan dan 1 km setelah tempat kemacetan.
Jepang masih terus mengembangkan teknologi transportasi kendaraan
bermotornya. Pengembangan teknologi kendaraan bermotor Jepang juga
dilakukan oleh Ministry of Land, Infrastructure and Transport yang meliputi
mobil listrik, mobil hybrid, dan Advance Safety Vehicle (ASV). Saat ini,
Jepang sedang fokus dalam pemutakhiran ASV. ASV adalah suatu sistem
informasi dan keamanan yang kompleks yang terdapat di dalam kendaraan
baik itu roda dua maupun roda empat. ASV berfungsi sebagai pemberi sistem
informasi kepada pengendara. Contohnya adalah sensor jarak dimana sensor
tersebut akan memberitahukan kepada pengemudi apabila jarak dengan
kendaraan di depan terlalu dekat. Selain fungsi informasi, ASV juga berfungsi
untuk keamanan pengendara. Contohnya adalah sistem pemadam api otomatis
yang terletak di kap depan mobil yang dapat mencegah ledakan apabila
terdapat percikan api ketika kecelakaan.
Transportasi laut dan udara di Jepang juga tidak kalah canggihnya dengan
sistem transportasi darat. Pada transportasi laut, Jepang memiliki sistem
regulasi keamanan laut yang terdiri dari kapal patroli, pesawat patroli laut,
kapal pemadam kebakaran, mercusuar terintegrasi satelit, dan jalur kapal yang
menggunakan sinyal kapal. Transportasi udara di Jepang juga memiliki
regulasi keamanan yaitu jalur udara terintegrasi satelit dan inspeksi reguler
tiap maskapai penerbangan.
2.5.2 Singapura
Pada negara ini, transportasi yang digunakan adalah kendaraan darat, laut,
dan udara. Kendaraan darat di Singapura terbagi atas kereta, bus, taksi, dan
kendaraan pribadi. Sistem perkeretaan Singapura mempunyai dua jenis
kereta, yaitu MRT (Mass Rail Transit) dan LRT (Light Rail Transit).
Perbedaanya terletak pada kecepatan dan jumlah orang yang dapat dimuat.
MRT adalah jenis kereta yang dapat menjangkau seluruh distrik di
Singapura, mempunyai kecepatan yang lebih cepat dan dapat memuat orang
lebih banyak. LRT adalah jenis kereta yang hanya menjangkau pusat kota
yang sibuk dan memuat orang lebih sedikit. Sistem kereta di Singapura
menggunakan integrated payment system yang semua transaksinya
menggunakan kartu khusus (e-card) sehingga dapat mempercepat proses
antrian.
Sistem bus di Singapura mempunyai fasilitas integrated fare
dimana biaya kita ketika naik bus ditentukan oleh jarak sehingga biaya
yang dibayar tidak sama antara jarak dekat dan jarak jauh. Selain sistem
bus yang memakai integrated fare, Keunikan lain dari sistem transportasi
di Singapura adalah diterapkannya ITS (Intelligent Transport System)
yang mengatur sistem transportasi di Singapura. ITS di Singapura terdiri
dari GLIDE, J-Eyes, dan EMAS. ITS adalah sistem pengaturan
transportasi elektronik yang mempunyai operator. Selain ITS, Singapura
juga mengatur banyaknya kendaraan melalui sistem Vehicle Ownership
dan Electronic Road Pricing (ERP). Vehicle Ownership adalah program
Singapura untuk mengatasi pertumbuhan kendaraan bermotor lewat
VQS(Vehicle Quota System). VQS inilah yang mengontrol jumlah
kendaraan yang dapat didaftarkan setiap tahun dan apabila seseorang ingin
membeli kendaraan, orang tersebut juga harus mempunyai Certificate of
Entitlement (COE) yang menyatakan bahwa seseorang memiliki
kendaraan dan dapat dipakai sampai 10 tahun. Sistem COE adalah dengan
membeli sertifikat. COE ini kemudian bekerja sama dengan ERP untuk
membentuk suatu sistem penanganan transportasi Singapura. Hanya
kendaraan yang mempunyai COE saja yang bisa masuk ke jalur ERP dan
ERP Singapura menggunakan Radio Frequency Identification (RFID).
Jadi, tidak semua mobil bisa masuk dan jalanan utama Singapura
kebanyakan memiliki ERP
BAB III
ANALISIS DATA
3.1 Data Transportasi Jabodetabek
Grafik di atas menunjukkan bahwa jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar di
Jakarta pada tahun 2008, 2009, dan 2010. Dari grafik tersebut dapat kita ketahui bahwa
setiap tahunnya jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar di Jakarta selalu meningkat.
Peningkatan tertinggi terjadi pada sepeda motor yang pada tahun 2010 mencapai
8.764.130 unit dengan pertambahan rata-rata 14% per tahun disusul dengan mobil
penumpang yang pada tahun 2010 mencapai 2.334.883 unit dengan pertambahan rata-rata
10% per tahun.
2008 2009 2010
Mobil Beban 308528 309385 332779
Mobil Penumpang 2034943 2116282 2334883
Bis 538731 550924 565727
Sepeda Motor 6765723 7518098 8764130
500,0001,500,0002,500,0003,500,0004,500,0005,500,0006,500,0007,500,0008,500,0009,500,000
Jumlah Kendaraan Bermotor yang Terdaftar di Jakarta
Jum
lah
Grafik I Jumlah Kendaraan Bermotor yang Terdaftar di Jakarta Sumber : Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Jakarta dalam Angka 2011
Selain jumlah sepeda motor dan mobil penumpang terdaftar yang bertambah
banyak, jumah bis dan mobil beban yang terdaftar di Jakarta pun meningkat walau tidak
sebesar peningkatan jumlah sepeda motor dan mobil penumpang di Jakarta. Peningkatan
mobil beban dan bis tidak mencapai 10% per tahunnya. Pada tahun 2010 mobil beban
yang terdaftar di Jakarta mencapai 332.779 unit, sedangkan bis yang terdaftar di Jakarta
mencapai 565.727 unit.
Jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar di Jakarta sangat memungkinkan untuk
terus bertambah setiap tahunnya mengingat produksi kendaraan bermotor yang terus
berlangsung dan akses yang sangat mudah bagi masyarakat untuk membeli kendaraan
bermotor.
Tabel 2 Panjang, Luas dan Status Jalan menurut Jenisnya, 2010
Tabel di atas menunjukkan data panjang dan luas jalan di Jakarta pada tahun
2010. Menurut data dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, pada tahun 2012 ini tidak ada
perubahan yang cukup signifikan dalam panjang dan luas jalan di Jakarta karena
pertumbuhan jalan di Jakarta hanya sekitar 0,01% per tahun.
Kondisi yang tidak seimbang antara pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor
yang terdaftar di Jakarta dengan pertumbuhan ruas jalan di Jakarta setiap tahunnya ini
berakibat pada masalah kemacetan yang terjadi di Jakarta. Jika kondisi ini dibiarkan terus
menerus maka, diperkirakan pada tahun 2014 Jakarta akan mengalami kemacetan yang
sangat parah karena diperkirakan pada tahun tersebut jumlah kendaraan bermotor akan
sama dengan luas jalan di Jakarta.
Tabel di atas menunjukkan jumlah penumpang kereta api di Jakarta. Dari tabel di
atas dapat disimpulkan bahwa kereta api dapat mengangkut sekitar 400.000 orang per
hari. Tabel tersebut membuktikan bahwa kereta api merupakan salah satu transportasi
massal yang sangat efektif dan dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi atau
setidaknya mengurangi masalah kemacetan yang ada di Jakarta karena dapat mengangkut
banyak orang dalam waktu yang relatif singkat.
BAB IV
DISKUSI….
Pertanyaan pertama di buka oleh Haryo Satrio yang berasal dari Home Group 4,
saudara Haryo menanyakan tentang jumlah penduduk di Indonesia yang berbeda dengan
jumlah penduduk didaerah lain, sehingga apakah sistem di negara lain menjadi adaptable
bila diterapkan di Indonesia. Jawaban dari saudara Taufik adalah tidak semua teknologi
informasi yang ada di luar negeri cocok diaplikasikan di Indonesia khususnya Jakarta.
Tentunya Indonesia dapat mencontoh negara tersebut step by step dan tidak semua sistem
dapat diadaptasikan. Saudara Haryo juga bertanya tentang jalan tol yang menurutnya
memperparah kemacetan di Jakarta bukan malah mengatasi kemacetan. Menurut Taufik
sebenarnya pembangunan jalan Tol bisa dilihat dari dua sisi ada sisi negatif dan
positifnya. Sisi positif dari pembangunan jalan tol dapat mengurangi kendaraan roda
empat di jalan utama namun sisi negatifnya adalah karena difasilitasi, maka angka
kendaraan akan bertambah karenanya.
Pertanyaan kedua adalah dari saudari Ira yang berasal dari Home Group 1,
mengenai apakah solusi yang paling tepat diterapkan di Jakarta. Menurut saudara Taufik
solusi yang paling tepat untuk diterapkan di wilayah Jakarta adalah sistem angkutan
massal yaitu yang berupa MRT ataupun busway karena pengembangan dari sistem
transportasi massal tersebut dapat menarik masyarakat ibukota untuk menggunakan
kendaraan umum dibandingkan dengan kendaraan pribadi.
Pertanyaan ketiga datang dari Evanti yang berasal dari Home Group 4, saudari
Evanti bertanya apakah maintenance dari dari sarana dan prasarana transportasi perlu
dibuat landasan yudirisnya atau tidak. Jawaban dari saudara Taufik adalah pemerintah
telah membuat regulasi dari transportasi di Jakarta yang mencakup maintenance-nya juga
yaitu pada UU No. 22 tahun 2009 tentang transportasi angkutan jalan.
BAB V
PENUTUP
4.1 Simpulan
4.2 Saran
Indonesia perlu mencontoh sistem teknologi informasi yang ada di Singapura,
Jepang dan Eropa untuk mengurai masalah transportasi yang semakin parah dari hari ke
hari. System teknologi yang memungkinkan untuk di terapkan di Indonesia yaitu GLIDE
(Green Link Determining), J-EYES (Junction Electronic Eyes), EMAS (Expressway
Monitoring and Advisory System) seperti di singapura, untuk mengatur lalu lintas yang
buruk. Selain itu Indonesia juga harus menerapkan MRT untuk mengurai kemacetan
Jakarta. Metode video detection dan speed management yang diterapkan di eropa juga
cocok untuk digunakan untuk di Indonesia.
Daftar Pustaka
www.transport-pf.or.jp. diakses tanggal 25 November 2012
app.mot.gov.sg. diakses tanggal 27 November 2012
www.lta.gov.sg. diakses tanggal 27 November 2012
U.S Department of Transportation. Intelligent Transportation System: Benefits, Costs,
Deployment, and Lesson Learned [Internet]. 2008 [cited 2012 Nov 26]. Available
from: http://ntl.bts.gov/lib/30000/30400/30466/14412.pdf
Center for Transportation Studies, Portland State University. Benefits of Intelligent
Transportation System in Urban Areas: A Literature Review [Internet]. 2005 [cited 2012
Nov 25]. Available
from:http://www.its.pdx.edu/upload_docs/1248894206QpPC5zVqkd.pdf
Parliamentary Office of Science and Technology. Intelligent Transportation System
[Internet]. 2009 [cited 2012 Nov 25]. Available
from:http://www.parliament.uk/Templates/BriefingPapers/Pages/BPPdfDownload.aspx?
bp-id=POST-PN-322
Ezell, Stephen. Intelligent Transportation System [Internet]. 2010 [cited 2012 Nov 27].
Available from: http://www.itif.org/files/2010-1-27-ITS_Leadership.pdf
Chun, WS, Justin Chang, DT Lee, et al. An advanced Traveler Information System with
Emerging Network Technologies [Internet]. [cited 2012 Nov 27]. Available
from: http://www.iis.sinica.edu.tw/papers/dtlee/1544-F.pdf
Prakasam, Silvester. Evolution of E-Payments in Public Transport-Singapore’s
Experience. [Internet]. 2009 [cited 2012 Nov 27]. Available
from: http://www.ibm.com/smarterplanet/global/files/Evolution_of_E-
Payments_in_Public_Transport_-_Singapore_experience.pdf
Albagul, A, H Hamed, M Naji, et al. Design and Fabrication of a Smart Traffic Light
Control System [Internet]. [cited 2012 Nov 27]. Available from: http://www.wseas.us/e-
library/conferences/2012/Barcelona/CSCS/CSCS-29.pdf
Mezghani, Mohamed. Study on Electronic Ticketing in Public Transport. [Internet]. 2008
[cited 2012 Nov 28]. Available from: http://www.emta.com/IMG/pdf/EMTA-
Ticketing.pdf
IPTIS. Public Transport Journey Planning. [Internet]. 2008 [cited 2012 Nov 27].
Available from: http://ww1.jeppesen.com/documents/land/IPTIS.pdf
Yulianto, Nursidik, Tomi Budi Waluyo, Suryadi. Design Web untuk Sistem Informasi
Angkutan Umum di Jakarta. [Internet]. 2011 [cited 2012 Nov 26]. Available
from: http://pkpp.ristek.go.id/_assets/upload/docs/250_doc_1.pdf
Western, Jeffrey L, Bin Ran. Information Technology in Transportation. [Internet]. [cited
2012 Nov 25]. Available
from: http://onlinepubs.trb.org/onlinepubs/millennium/00054.pdf
Al-Khateeb, Khalid, Jaiz Johari, Wajdi Al-Khateeb . Dynamic Traffic Light Sequence
Algorithm Using RFID. [Internet]. 2008 [cited 2012 Nov 28]. Available
from: http://thescipub.com/abstract/10.3844/jcssp.2008.517.524
Panetta, Kasay. This Smart Traffic Light Could Cut Commutes by 60 percent. [Internet].
2012 [cited 2012 Nov 28]. Available
from: http://www.ecnmag.com/articles/2012/11/%E2%80%9Csmart%E2%80%9D-
traffic-light-could-cut-commutes-60-percent