STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. FC
Umur : 17 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen protestan
Suku : Toraja
Status Pernikahan : Belum Menikah
Pendidikan Terakhir : Kelas 2 SMA
Pekerjaan : -
No. RM : 140888
Masuk RSKD Provinsi Sulawesi Selatan untuk pertama kalinya pada tanggal
12 Mei 2015, diantar oleh ayah pasien.
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis dan alloanamnesis dari :
Nama : Tn. P
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen protestan
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Lakahang Mamasa
Hubungan dengan pasien : Ayah Pasien
A. Keluhan Utama
Gelisah
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Gelisah sudah sejak 2 minggu yang lalu, pasien selalu mondar-mandir
di rumahnya, tidak bisa diam, berbicara sendiri, selalu bernyanyi lagu
1
keagamaannya, kadang tiba-tiba menangis dan banyak bicara yang kadang
tidak nyambung dan selalu menyebutkan nama mantan kekasihnya yang ia
putuskan hampir sebulan yang lalu yang saat ini sedang berpacaran
dengan sepupu pasien yang memiliki hubungan yang tidak terlalu baik
dengan pasien.
Pasien mulai berubah perilakunya 2 minggu yang lalu sepulang
sekolah, pasien tiba-tiba marah dan melempar barang namun dapat reda
jika dibujuk oleh keluarganya. Kemudian pasien menjadi gelisah sampai
hari ini serta pasien tidak mau ke sekolah lagi. Pasien juga bahkan pernah
berkata bahwa ia sedang melihat omnya yang sudah lama meninggal.
Pasien juga mengaku dirinya sebagai artis penyanyi dangdut. Sebelumnya
pasien memang seorang yang manja dan mudah marah apabila ada
keinginannya yang tidak dapat dipenuhi, pasien juga seorang yang
periang, mudah bergaul dan memiliki banyak teman.
1. Hendaya dan disfungsi
Hendaya social (+)
Hendaya pekerjaan (+)
Hendaya gangguan waktu senggang (+)
2. Faktor stress psikososial
Kurang lebih satu bulan yang lalu pasien putus dengan
kekasihnya atas kehendak pasien sendiri kemudian mantan
kekasihnya tersebut berpacaran dengan sepupu pasien yang
memiliki hubungan yang tidak cukup baik dengan pasien.
3. Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat fisik sebelumnya
Tidak diketahui adanya hubungan gangguan sekarang atau
tidak dengan riwayat pasien pernah dirawat di RS Mamuju bulan
Agustus 2014 selama 4 hari di bagian Neurologi karena pasien
tidak mau bicara dan tubuhnya menjadi kaku. Keluarga
mengatakan bahwa saat itu pasien tidak tampak mengurung diri
2
ataupun tampak sedih, keluarga hanya menduga adanya penyakit
serius sehingga membawa pasien ke RS. Keluarga juga tidak
mengetahui diagnosa dokternya 11 bulan yang lalu tersebut. Pasien
dipulangkan karena tiba-tiba pasien dapat berbicara dan
beraktivitas seperti sebelumnya kembali.
Trauma (-)
Infeksi (-)
Kejang (-)
NAPZA (-)
Merokok (-)
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
. Pasien belum pernah mengalami gangguan atau perubahan perilaku
sebelumnya.
D. Riwayat kehidupan pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien anak pertama lahir normal di RS Mamuju ditolong oleh bidan
dengan usia kehamilan 28 minggu. Tidak ditemukan adanya cacat lahir
ataupun kelainan bawaan, berat badan lahir tidak diketahui. Pasien
merupakan anak yang diinginkan. Selama kehamilan, ibu pasien dalam
keadaan sehat. Pada saat bayi, pasien tidak pernah mengalami panas
tinggi dan kejang serta minum ASI.
2. Riwayat Kanak Awal
Pasien diasuh oleh kedua orangtuanya. Pertumbuhan pasien pada masa
anak-anak awal sesuai dengan pertumbuhan anak seusianya. Tidak ada
masalah perilaku yang menonjol.
3. Riwayat Kanak Pertengahan
3
Pasien tinggal bersama kedua orangtuanya dan seorang adik
perempuannya. Pasien mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang
cukup tinggi, pasien sangat dimanjakan oleh kedua orangtuanya.
4. Riwayat Kanak Akhir dan Remaja
Pasien saat ini kelas 2 SMA dan masih aktif bersekolah hingga sampai
2 minggu yang lalu pasien mulai mengalami perubahan perilaku.
Pasien memiliki banyak teman.
E. Riwayat Kehidupan Keluarga
Pasien anak pertama dari 2 bersaudara (♀,♀). Hubungan dengan
keluarga cukup baik. Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama tidak
ada.
F. Situasi Sekarang
Pasien sekarang tinggal di Lakahang Mamasa bersama keluarganya.
G. Persepsi Pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien merasa bahwa dirinya sakit namun tidak tahu apa penyebabnya
ia sakit.
III. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI (17 Mei 2015)
1. Status Internus
Keadaan umum tidak tampak sakit, kesadaran komposmentis, tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi 88 x/menit, pernapasan 22 x/ menit, suhu 36,60C,
konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterus, jantung, paru, abdomen dalam
batas normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan.
2. Status Neurologis
Kesadaran saat datang berada pada GCS 15 (E4M6V5). Gejala rangsang
selaput otak: kaku kuduk (-), kernig’s sign (-)/(-), pupil bulat dan isokor 2,5
mm/2,5 mm, refleks cahaya (+)/(+), fungsi motorik dan sensorik keempat
ekstremitas dalam batas normal, tidak ditemukan refleks patologis.
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL (17 Mei 2015)
4
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang perempuan, wajah sesuai umur, postur tubuh sedang, memakai
kaos putih bermotif boneka, celana pendek jeans warna biru, rambut diikat
ekor kuda, perawatan diri kurang.
2. Kesadaran
Berubah
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Hiperaktif dengan banyak menggerakkan tangannya ke segala tempat,
mengambil barang-barang disekitarnya, dan selalu menyentuh pemeriksa.
4. Pembicaraan
Spontan, lancar, cepat, dan intonasi biasa
5. Sikap terhadap pemeriksa
Sulit kooperatif dan selalu bermain-main.
B. Keadaan Afektif (Mood), Perasaan, Empati, dan Perhatian
1. Mood : Senang
2. Afek : Labil, dimana pasien mudah berubah dari tertawa, bernyanyi
kemudian tiba-tiba menangis atau marah kemudian kembali tertawa.
3. Empati : Tidak dapat dirabarasakan
4. Keserasian : Tidak serasi
C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan: Terganggu
2. Daya konsentrasi : Terganggu
3. Orientasi
Waktu : Terganggu
Tempat : Cukup
Orang : Cukup
4. Daya ingat
Jangka panjang : Cukup
5
Jangka pendek : Cukup
Jangka segera : Cukup
5. Pikiran abstrak : Terganggu
6. Bakat kreatif : Bernyanyi
7. Kemampuan menolong diri sendiri: Baik
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
Halusinasi auditorik (+) : suara-suara yang berbicara pada pasien dan
meminta tolong pada pasien.
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Arus Pikiran
Produktivitas : Flight of ideas
Kontuinitas : Kadang irelevan, asosiasi longgar.
Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi Pikiran
Preokupasi : Pasien selalu memikirkan mantan kekasihnya
Waham : Waham kebesaran (+) pasien mengaku dirinya
adalah seorang artis penyanyi dangdut.
F. Pengendalian Impuls
Terganggu
G. Daya Nilai
1. Norma sosial : terganggu
2. Uji daya nilai : terganggu
3. Penilaian realitas : terganggu
H. Tilikan (Insight)
6
Derajat 4 (pasien sadar adanya penyakit tetapi tidak mengetahui
penyebabnya).
I. Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang perempuan dibawa ke RSKD untuk yang pertama kalinya oleh
ayahnya karena gelisah yang sudah dialami sejak 2 minggu yang lalu. Pasien
selalu mondar-mandir di rumahnya, tidak bisa diam, berbicara sendiri, selalu
bernyanyi lagu keagamaannya, kadang tiba-tiba menangis dan banyak bicara
yang kadang tidak nyambung dan selalu menyebutkan nama mantan kekasihnya
yang ia putuskan hampir sebulan yang lalu yang saat ini sedang berpacaran
dengan sepupu pasien yang memiliki hubungan yang tidak terlalu baik dengan
pasien.
Pasien mulai berubah perilakunya 2 minggu yang lalu sepulang sekolah,
pasien tiba-tiba marah dan melempar barang namun dapat reda jika dibujuk oleh
keluarganya. Kemudian pasien menjadi gelisah sampai hari ini serta pasien tidak
mau ke sekolah lagi. Pasien juga bahkan pernah berkata bahwa ia sedang melihat
omnya yang sudah lama meninggal. Pasien juga mengaku dirinya sebagai artis
penyanyi dangdut. Riwayat penyakit sebelumnya pada bulan Agustus 2014
pasien pernah diopname di RS Mamuju bagian Neurologi karena kaku pada
tubuh dan tangannya, dan pasien tidak mau berbicara, keluarga menduga adanya
penyakit serius, namun setelah 4 hari dirawat, pasien tiba-tiba berbicara dan
beraktivitas kembali seperti sebelumnya sehingga akhirnya pasien dipulangkan.
Sebelumnya pasien memang seorang yang manja dan mudah marah apabila ada
keinginannya yang tidak dapat dipenuhi, pasien juga seorang yang periang,
mudah bergaul dan memiliki banyak teman.
Dari pemeriksaan status mental tampak seorang perempuan, wajah sesuai
umur, postur tubuh sedang, memakai kaos putih bermotif boneka, celana pendek
7
jeans warna biru, rambut diikat ekor kuda, perawatan diri kurang. Kesadaran
berubah. aktivitas psikomotor pasien hiperaktif dengan banyak menggerakkan
tangannya ke segala tempat, mengambil barang-barang di sekitarnya, dan selalu
menyentuh pemeriksa. Sikap terhadap pemeriksa yang sulit kooperatif dan selalu
bermain-main. Keadaan suasana perasaan pasien yaitu mood senang dan afek
labil, dimana pasien mudah berubah dari tertawa, bernyanyi kemudian tiba-tiba
menangis atau marah kemudian kembali tertawa. Gangguan persepsi didapatkan
halusinasi auditorik berupa suara-suara yang berbicara dengan pasien dan
meminta tolong pada pasien. Arus pikir pasien memiliki ide yang selalu
melompat-lompat (flight of ideas). Gangguan isi pikir yaitu ada preokupasi
berupa selalu memikirkan tentang mantan kekasihnya, dan waham kebesaran
dimana pasien mengaku bahwa dirinya adalah seorang artis penyanyi dangdut.
Norma sosial terganggu. Tilikan derajat 4. Taraf dapat dipercaya.
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
Berdasarkan alloanamnesis dan autoanamnesis dan pemeriksaan status
mental ditemukan gejala klinis yang bermakna yaitu berupa pola perilaku
gelisah, mondar-mandir, berbicara sendiri, berbicara kadang tidak nyambung,
bernyanyi, dapat tiba-tiba marah melempar barang, dan dapat juga tiba-tiba
menangis. Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) pada pasien dan
keluarga serta terdapat hendaya (dissability) pada fungsi psikososial,
pekerjaan, dan penggunaan waktu senggang sehingga dapat disimpulkan
bahwa pasien menderita gangguan jiwa.
Berdasarkan pemeriksaan status mental ditemukan adanya hendaya
berat dalam menilai realita ditandai dengan adanya halusinasi auditorik dan
serta waham kebesaran sehingga pasien digolongkan kedalam gangguan jiwa
psikotik.
8
Berdasarkan status internus, neurologis, dan riwayat penyakit tidak
ditemukan adanya kelainan saat ini sehingga gangguan mental organik dapat
disingkirkan dan pasien digolongkan pada gangguan jiwa psikotik non
organik.
Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan
pasien memiliki suasana perasaan berupa mood senang dan afek labil, arus
pikir berupa ide yang melompat-lompat, serta aktivitas motorik pasien yang
hiperaktif sehingga memenuhi 2 dari tiga trias mania. Dan berdasarkan
alloanamnesis, pemeriksa belum menemukan adanya riwayat episode mania,
hipomania maupun depresif sebelumnya sehingga diagnosa gangguan afektif
bipolar episode kini mania dapat disingkirkan. Sehingga menurut PPDGJ-III
pasien dapat digolongkan ke diagnosa gangguan afektif episode manik.
Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis, dan keseluruhan
pemeriksaan status mental didapatkan adanya gangguan suasana perasaan
(afek) pasien disertai adanya hendaya berat dalam menilai realita berupa
halusinasi dan waham sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu sehingga
menurut PPDGJ-III pasien dapat didiagnosis Mania dengan Gejala Psikotik
(F30.2)
Aksis II
Dari informasi yang didapatkan belum cukup untuk memasukkan pasien
dalam salah satu ciri kepribadian.
Aksis III
Tidak ditemukan adanya kelaitnan pada pemeriksaan fisis internus dan
neurologis lainnya.
Aksis IV
9
Stressor yaitu putusnya pasien dengan kekasihnya dan mantan kekasihnya
tersebut berpacaran dengan sepupu pasien yang memiliki hubungan yang
tidak terlalu baik dengan pasien.
Aksis V
GAF (Global Assesment Functioning) Scale 60-51 gejala sedang (moderate),
disabilitas sedang.
VII. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik:
Tidak terdapat kelainan yang spesifik dan jelas namun diduga terdapat
ketidakseimbangan antara neurotransmitter maka pasien memerlukan
farmakoterapi.
2. Psikologi:
Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita berupa halusinasi
auditorik dan waham kebesaran sehingga pasien memerlukan psikoterapi.
3. Sosiologik:
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan, dan penggunaan
waktu senggang sehingga pasien memerlukan sosioterapi.
VIII. RENCANA TERAPI
1. Psikofarmakoterapi
Risperidone 2 mg 2 dd 1
Clozapin 25 mg 0-0-I
Natrium Divalproex (Depakote) 250 mg 2 dd 1
2. Psikoterapi
Ventilasi
Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi
pikirannya atau kecemasannya sehingga pasien merasa lega.
10
Suportif
Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien tentang
penyakitnya agar pasien memahami kondisi dirinya dan memahami cara
menghadapinya, serta tetap memotivasi pasien agar tetap minum obat
secara teratur.
Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang-orang terdekat
pasien tentang gangguan yang dialami oleh pasien, sehingga tercipta
dukungan moril dan lingkungan yang kondusif sehingga membantu
proses penyembuhan pasien.
IX. PROGNOSIS
Dubia
Faktor Pendukung :
Keluarga mendukung penuh kesembuhan pasien.
Stressor cukup jelas.
Faktor penghambat:
Pasien gelisah dan sulit kooperatif.
X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan penyakitnya, selain itu
menilai efektifitas dan kemungkinan efek samping.
XI. DISKUSI/ TAMBAHAN
Menurut buku Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik,
butir-butir diagnostik sindrom mania yaitu:
Dalam jangka waktu paling sedikit satu minggu hampir setiap hari
terdapat keadaan afek/mood yang meningkat, ekspresif atau iritabel.
Keadaan tersebut disertai paling sedikit 4 gejala berikut:
11
1. Peningkatan aktivitas (di tempat kerja, dalam hubungan sosial
maupun seksual) atau ketidaktenangan fisik.
2. Lebih banyak berbicara dari lazimnya atau adanya dorongan untuk
berbicara secara terus menerus.
3. Lompat gagasan (flight of ideas) atau penghayalan subyektif
bahwa pikirannya sedang berlomba.
4. Rasa harga diri yang melambung (grandiositas, yang dapat
bertaraf sampai ke waham/delusi)
5. Berkurangnya kebutuhan tidur.
6. Mudah teralih perhatian, yaitu perhatiannya terlalu cepat tertarik
kepada stimulus luar yang penting atau yang tak berarti.
7. Keterlibatan berlebih dalam aktivitas yang mengandung
kemungkinan risiko tinggi dengan akibat yang merugikan apabila
tidak dipertimbangkan secara bijaksana misalnya, berbelanja
berlebihan, tingkah laku seksual secara terbuka, penanaman modal
secara bodoh, mengemudi kendaraan secara tidak bertanggung
jawab dan tanpa perhitungan.
Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, brmanifestasi dalam
gejala: penurunan kemampuan bekerja, hubungan sosial dan
melakukan kegiatan rutin.
Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi
ke-III (PPDGJ-III), pedoman diagnostik Gangguan Suasana Perasaan
(Gangguan Afektif/Mood), Mania dengan Gejala Psikotik (F30.2) yaitu
dengan memenuhi kriteria berikut:
Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari F30.1
(mania tanpa gejala psikotik).
Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat
berkembang menjadi waham kebesaran (delusion of grandeur),
iritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar (delusion of
12
persecution). Waham dan halusinasi sesuai dengan keadaan afek
tersebut (mood-congruent).
Adapun diagnosis banding dari episode mania dengan gejala psikotik
adalah:
1. Gangguan afektif bipolar episode kini manik dengan gejala psikotik.
2. Skizoafektif tipe manik.
13
XII. LAMPIRAN WAWANCARA
AUTOANAMNESIS (17 Mei 2015)
DM : Dokter Muda
P : Pasien
DM : Siapa nama panjangta?
P : Fanny crosby. Cros-by
DM : berapa umurta?
P : tanggal 8 bulan 4 hehe.. tahun 1998. 17 tahunma sudah mengabdi sama A-L-
F-O. Loveeee. Juuuuush hahahah... *sambil membentuk tanda love*
DM : Alfo? Siapa itu?
P : Suamikulah. Hahaha...
DM : Jadi sudah menikahki?
P : yaiyalah, suamiku-lah *sambil menggerakkan bahunya*
DM : Tahun berapa menikah?
P : sejak tahun.. hehehehe tahun berapa itu yaa. Sejak kecilkaaah? Hahahah
DM : Dimana menikah?
P : Tubulahan hehehe... tubulahan tubulahan
DM : Kenapa dibawa kesini Fanny?
P : tidak tahumi. Nabilang penkacea-a. Mantri itu bilang penkacea-a jadi
bilangma juga penkacea-a hahahaha... kupu-kupu dan pelangi kasih mulai
menjelmaaaa.. hahaha... *pasien berbicara yang sulit dimengerti kemudian
bernyanyi sambil menggelitik DM*
DM : fanny? Fanny?
P : iya apa?
DM : Bukanji karena mengamukki dibawa ke sini?
P : tidaklah
DM : lalu apa? Gelisah?
P : gelisahlah
14
DM : kenapa bisa gelisah?
p : karena saya dulu mau menikah.
DM : katanya kita sudah menikah?
P : aih belumpi. Karena saya mau menikah sama A-L-F-O Loveeee hahaha
DM : oh iye.. eh fanny sudah bekerja?
P : Kerjalah, tidak tahumi. Tentarakah ini? Hehehehe *lalu pasien berbicara
yang sulit dimengerti lagi*
DM : tentara? Fanny kerja apa?
P : I love u.. hahhaah
DM : Jadi fanny kerja apa?
P : tidak ada hahahaha
DM : oh fanny sekolah tidak? Dimana?
P : Di SMA Nusa Bangsa
DM : kelas berapa?
P : kelas 7 hahahah kelas 2 SMA. 17 tahunma mengabdi ini tanganku A-L-F-O.
DM : Alfo ini teman sekolahta?
P : yaiyalah. Hei mau lari ke manaa hahahaa. *pasien lalu berbicara yang sulit
dimengerti lagi*
DM : kenapa?
P : *tepuk tangan sambil senyum-senyum*
DM : Fanny, ada masalahnya fanny? Coba cerita.
P : aduh aduuh lututku sakiiiit.
DM : Dimana Alfo, fanny?
P : Tidak tahumi, mungkin disiniji juga sendirian. Ih lihat eh lebo ki tanganku.
Eh peppy kemanako hahahah... *pasien lalu berbicara lagi hal-hal yang sulit
dimengerti*
DM : Fanny, ada tidak kita dengar suara-suara yang bisik-bisik sama fanny?
Suara-suara yang kayak bicara sama fanny atau suara-suara ribut kita dengar
fanny yang tidak didengar orang lain?
15
P : Peppy tolong peppy. Tolong dulu. Peppy lihatki dulu. Mana sarungku, sini
sarungku. *sambil ambil sarungnya*
DM : Ada tidak fanny yang bisik-bisik kita? Atau kayak ada ceritaiki/gosipi ki?
P : Ada. Nagosipi mungkin. Dor dor dor dor dor hahahah..
DM : Apa dia bilang fanny?
P : Nabilang, keliatan botakmu, keliatan bawahmu, dor dor dor dor.... hahahah
DM : Siapa yang dibilangi botak?
P : Alfo toh.
DM : Tunggu fanny, jadi apa nabilang itu suara-suara?
P : terbang.. terbanglah kamu kasi kebebasan... hahahaha *pasien lalu bernyanyi
sambil bertepuk tangan kemudian menggelitik DM lagi*
DM : Fanny? Fanny?
P : *pasien diam sambil memperagakan seolah-olah sedang berdandan*
DM : kenapa fanny? Fanny?
P : hahahah iyaaa apaa.
DM : Coba ulangi dulu fanny, apa suara-suara yang bisik-bisik sama kita?
P : pi tolong pi. Pi tolong pi.*lalu pasien berbicara lancar dan cepat yang sulit
dimengerti*
DM : itu dia bilang? Laki-laki atau perempuan?
P : perempuan.
DM : kenapa minta tolong?
P : supaya untuk dibawa kembali pulang. Pi tolong pi. Pi tolong pi. Karena tidak
terbuka ka sama suamiku.
DM : Siapa yang dibawa kembali pulang?
P : saya sama sissy. Pi tolong pi.
DM : siapa itu sissy?
P : temanku. Teman dance dance ku dulu *lalu pasien berjoget*, ambilkanka
dulu bedakku. *lalu pasien berbicara tidak jelas lagi sambil menggerakkan
bahunya seraya ber-dance*
16
DM : Fanny, tidak kayak naancam jaki atau natakut-takuti ki itu suara?
P : tidak ji.
DM : Fanny, ada kita lihat bayangan-bayangan atau orang yang tidak dilihat orang
lain?
P : tidak tahumi. Tidak ada. Saya haus eh *sambil bernyanyi pasien meminta air
minum*
DM : Oh ya fanny kelas berapa lagi?
P : Kelas 7.
DM : Loh bukan kelas 2 SMA?
P : Hahahaha kelas 2 SMA. 17 tahun ma sudah mengabdi dengan A-L-F-O
loveee hahahaah sembuhkanka say. Sembuhkanka say.
DM : fanny? Fanny? Kapan jadian dengan alfo?
P : Lamami. Huaaa jangan ambilki itu ee. Jangan matikan lampu yaaaa *lalu
pasien tiba-tiba menangis sambil mengeluh dan berbicara yang kurang jelas
dan sulit dimengerti*
DM : kenapa menangis fanny?
P : memang iyya, nenekku meninggal *menjawab sambil menangis tersedu-
sedu*
DM : kenapa tiba-tiba ingat neneknya? Kapan neneknya meninggal?
P : lamami kan? Nenek meninggal lama mi kan.. *sambil menangis pasien
bertanya pada tantenya*
DM : sudah jangan menangis..
P : *3 menit kemudian pasien senyum-senyum kembali sambil berbicara kurang
jelas dengan nada sedih*
DM : sudah sudah.. eh fanny berapa bersaudara?
P : dua. Huhuhu..
DM : fanny anak ke berapa? Siapa nama saudaranya?
17
P : anak pertama. Adekku namanya fitri sulastri dg.mangoli, sama fanny crosby
dg.mangoli sama tofan alfo dg. Mangoli baru ada lagi satu, putri dg.mangoli.
Aih aduduh sakit lututku eh.
DM : Loh katanya cuman 2 bersaudara? Kok jadi 4?
P : bundaku kikir. Kikir sekali deh. Iya toh, janganki kita sama di’. Iya toh lihat
sai ka peppy, toh.. di’.. *pasien bertanya pada keluarganya dan berbicara
kurang jelas lagi*
DM : fanny fanny..
P : *bicara sendiri dan kurang jelas sambil nada sedih*
DM : Fanny tahuji bilang fanny ini sakit?
P : iya.
DM : Mauji Fanny diobati?
P : iya mauji. Tuhan Yesus yang obatika. Tuhan Yesus yang obatika.
DM : Eh iya..Fanny tinggal dimana?
P : Tubulahan eh Lakahang Lakahang. Jadi semua mi itu di Lakahang.Semua
sudah jadi.
DM : Tinggal sama siapa?
P : Bapakku, mamakku. Hei boya boya ke siniko dulu *pasien memanggil
keluarganya yang berada diluar*
DM : Siapa itu?
P : suaminya peppy itu. *lalu pasien berbicara banyak dan kurang jelas lagi*
DM : Oh iya fanny katanya fanny ini merasa sebagai artis?
P : iyalah. Maju mundur cantik cantik mundur lagi cantik cantik *pasien
bernyanyi dan berjoget*
DM : kita artis kah? Siapa punya lagu itu?
P : yaiyalah. Saya lah siapa lagi. *lalu bernyanyi dan berjoget lagi*
DM : Bukan syahrini yang punya itu lagu?
P : yaiyalah *pasien bernyanyi dan berjoget lagi*
DM : sejak kapan jadi artis?
18
P : sejak dulu lah hahaha... eh liat dulu luka ku aduh aduh aduhh *merintih
kesakitan sambil menunjukkan luka gores kecil di kakinya*
DM : oh iya.. cepatji sembuh itu.
P : oke oke.. *lalu bicara kurang jelas lagi*
DM : Fanny artis apa lagi?
P : dangdut dangdut dangdut... hahahaha *sambil joget*
DM : suka ki dangdut?
P : yaiyalah. I love u. Yaiyalah.
DM : Bisa menyanyi?
P : yaiyalah... *lalu bernyanyi lagu keagamaannya*
DM : loh bukannya lagu dangdut?
P : *pasien tetap bernyanyi sambil menggerakan kedua tangannya seraya
berdoa*
DM : Fanny fanny tahuji fanny berada dimana sekarang?
P : Di Makassar toh. Iya toh. Di Makassar ka ini. Aduh kucing, peppy tolongka,
nacakarka kucing. *pasien sambil menggaruk wajahnya*
DM : Kenapa? Ada kita lihat atau kita rasa kucing cakarki?
P : Tidak adaji.
DM : Eh Fanny, di Makassar bagian manaki ini sekarang?
P : Simpanmi HP-mu di’. Hancurkan sekarang HP-mu di’. Tatap mataku untuk
yang terakhir. Siksa Batinku yang mencintaimu. Janganko coba-coba sama
saya. *pasien tiba-tiba marah dan mau memukul pemeriksa*
DM : Kenapa tiba-tiba marah fanny? *sambil membantu memfiksasi pasien*
P : maju mundur cantik cantik *sambil marah pasien bernyanyi*
DM : Fanny, fanny, kenapa?
P : dor dor dor dor ayah ayah ayah...
*keluarga pasien lalu membujuk pasien, tidak lama kemudian pasien mulai mereda
dan tenang sambil tertidur di pangkuan tantenya*
19
Recommended