i
EVALUASI PELAPORAN SPT MASA PPh PASAL 21
OLEH BENDAHARAWAN PEMERINTAH, STUDI KASUS DINAS
KOPERASI dan UMKM PROVINSI JAWA TENGAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai gelar Ahli Madya
Pada Program Studi Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Katolik Soegijapranata
Semarang
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Disusun Oleh :
THEODORUS FARIYANTO
12.31.0033
PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2015
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. Yesus selalu memberi kekuatan dan membantu
2. Selalu berdoa dan berusaha
3. Mensyukuri segala yang dimiliki
4. Percaya pada diri sendiri
5. Menghormati sesama
Tugas Akhir ini Penulis Persembahkan kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Vincentius Yulianto dan Bernadeta Mariasih
2. Keluarga Besar dan Maria Merry Pri Anditya
3. Dosen Pembimbing Drs. Theodorus Sudimin, MS.
4. Teman-teman seperjuangan kuliah
iii
HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Nama : Theodorus Fariyanto
NIM : 12.31.0033
Program Studi: Perpajakan
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Universitas : Universitas Katolik Soegijapranata
Judul : EVALUASI PELAPORAN SPT MASA PPh PASAL 21
OLEH BENDAHARAWAN PEMERINTAH, STUDI KASUS DINAS
KOPERASI dan UMKM PROVINSI JAWA TENGAH
Disetujui di Semarang, 12 November 2015
Dosen Pembimbing
Drs. Theodorus Sudimin, MS.
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktek Kerja Lapangan dengan judul: “EVALUASI PELAPORAN
SPT MASA PPh PASAL 21 OLEH BENDAHARAWAN PEMERINTAH,
STUDI KASUS DINAS KOPERASI dan UMKM PROVINSI JAWA
TENGAH”. Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
Nama : Theodorus Fariyanto
NIM : 12.31.0033
Telah dipertahankan di depan penguji pada 11 November 2015. Serta
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai salah satu persetujuan
untuk mencapai Ahli Madya Perpajakan.
Pembimbing, Koordinator Penguji
(Drs. Theodorus Sudimin, MS.) (Agnes Arie MC., SE., M.Si.,Akt.,BKP)
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
(Sentot Suciarto A, Ph.D)
v
PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini:
Nama : Theodorus Fariyanto
NIM : 12.31.0033
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Program Studi : Perpajakan
Universitas : Universitas Katolik Soegijapranata
Menyatakan bahwa Laporan Praktik Kerja Lapangan adalah hasil karya saya
sendiri. Apabila di kemudian hari ditemukan adanya bukti plagiasi, manipulasi,
dan atau dalam bentuk–bentuk kecurangan lainnya, saya bersedia menerima
sanksi apapun dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang.
Semarang, 12 November 2015
(Theodorus Fariyanto)
vi
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kasih
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul
EVALUASI PELAPORAN SPT MASA PPh PASAL 21 OLEH
BENDAHARAWAN PEMERINTAH, STUDI KASUS DINAS KOPERASI
dan UMKM PROVINSI JAWA TENGAH dengan baik dan tepat waktu.
Tugas akhir ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
Program Studi Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas katolik
Soegijapranata Semarang dan memperoleh gelar Ahli Madya Perpajakan.
Dalam penyusunan tugas akhir ini tidak lepas kendala dan hambatan, namun
berkat bimbingan dan motivasi dari beberapa pihak yang telah membantu penulis
maka tugas akhir ini dapat di selesaikan dengan baik. Untuk itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menyertai, memberkati, dan
melindungi.
2. Bapak Sentot Suciarto A, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Katolik Soegijapranata.
3. Orang tua yang telah memberi nasihat, dukungan, dan doa dalam
penyelesaian tugas akhir ini.
vii
4. Ibu Agnes Arie MC,SE.,M.Si.,Akt selaku Ketua Program Studi DIII
Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
5. Bapak Drs. Theodorus Sudimin, MS. Selaku dosen pembimbing yang selalu
bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulis dan memberi
masukan penulis dalam proses penyelesaian tugas akhir.
6. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Perpajakan yang telah memberikan ilmu
selama proses perkuliahan sebagai bekal hidup yang sangat berguna untuk
penulis.
7. Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah yang telah mengizinkan
penulis melakukan praktek kerja lapangan dan mendapatkan informasi untuk
penulisan ini, Ibu Elis, Ibu Farida, Ibu Luciana, Mas yudi, Bapak Wawan,
Mbak Tiwi, Mas Adit, terimakasih untuk kerja sama dan bantuannya.
8. Teman seperjuangan kuliah dan semua teman-teman perpajakan angkatan
2012 yang tidak bisa disebutkan satu persatu terimakasih untuk semua
masukan dan bantuannya.
9. Maria Merry Pri Anditya yang selalu sabar mendampingi dan mendoakan
penulis dalam kuliah dan menyelesaikan tugas akhir ini.
10. Semua orang-orang yang telah mendoakan penulis dalam menyelesaikan
masa studi selama di DIII Perpajakan Unika Soegijapranata.
viii
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini
masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan dan akan menerima
kritik dan saran yang bersifat membangun bagi penulis.
Demikian Laporan Praktek Kerja Lapangan ini, semoga bermanfaat bagi semua
pihak yang memerlukannya.
Semarang, 12 November 2015
Penulis
(Theodorus Fariyanto)
ix
ABSTRAKSI
Bendaharawan melakukan penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 sesuai dengan
batas waktu yang telah ditentukan. Pada penelitian ini penulis melakukan evaluasi
penghitungan pada bendaharawan pemerintah Dinas Koperasi dan UMKM
Provinsi Jawa Tengah saat melakukan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21.
Kata kunci : Bendaharawan, PPh Pasal 21, Pelaporan pajak
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
ABSTRAK ............. ......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Rumusan masalah ..................................................................................... 3
1.3. Tujuan penulisan ....................................................................................... 3
1.4. Manfaat penulisan ..................................................................................... 3
1.5. Sistematika penulisan ................................................................................ 4
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 5
2.1. PPh Pasal 21 .... ......................................................................................... 5
2.1.1. Definisi PPh Pasal 21 ............................................................................. 5
2.1.2. Pemotongan PPh Pasal 21 ..................................................................... 5
2.1.3. Kewajiban Bendaharawan Pemotong PPh Pasal 21.............................. 6
2.1.4. Tata Cara Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21 .............................. 7
xi
2.2. Surat Pemberitahuan (SPT) ....................................................................... 8
2.2.1. Definisi Surat Pemberitahuan (SPT) ...................................................... 8
2.2.2. Pengertian benar, lengkap dan jelas dalam mengisi SPT ....................... 9
2.2.3. Fungsi ST ............................................................................................... 9
2.2.4. SPT Masa ............................................................................................... 11
2.2.5. Bentuk dan Isi SPT................................................................................. 11
2.2.6. Pengembalian SPT ................................................................................. 12
2.2.7. Penandatnganan SPT .............................................................................. 13
2.2.8. CaraPenyampaian SPT ........................................................................... 14
2.2.9. Tempat Penyampaian SPT ..................................................................... 16
2.2.10. Batas Waktu Penyampaian SPT ........................................................... 17
2.2.11. Sanksi atas SPT yang Terlambat Disampaikan .................................... 17
2.2.12. Pembetulan SPT dan Sanksinya ........................................................... 18
2.2.13. Tata Cara Pelaporan SPT Masa............................................................ 19
2.2.14. Kelengkapan SPT ................................................................................. 19
2.2.15. Penyampaian SPT dalam bentuk elektronik ........................................ 20
BAB III GAMBARAN UMUM DAN METODE PENELITIAN ................... 33
3.1. Gambaran Umum Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah ... 33
3.2. Fungsi Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa .................................. 33
3.3. Visi dan Misi ............................................................................................. 35
3.4. Tugas Pokok dan Fungsi ........................................................................... 35
3.5. Struktur Organisasi.................................................................................... 43
3.6. Metode Penelitian...................................................................................... 44
xii
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Sistem Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21
Pada Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah ............................... 46
4.2. Penghitungan PPh Pasal 21 Dinas Koperasi
Dan UMKM Provinsi Jawa Tengah ................................................................. 46
4.2. Penghitungan PPh Pasal 21 Setelah Adanya Perubahan PTKP ................ 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 56
5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 56
5.2. Saran .................................................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 58
LAMPIRAN ..................................................................................................... 59
1
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Penghitungan PPh Pasal 21 .............................................................. 48
Tabel 4.2 Evaluasi Penghitungan PPh Pasal 21 ............................................... 50
Tabel 4.3 Perhitungan Lebih Bayar Atas Perubahan PTKP ............................ 52
Tabel 4.4 Penghitungan Kompensasi ............................................................... 53
xiii
1
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Login e-SPT Masa PPh Pasal 21 .................................................. 27
Gambar 2.2 Pengisian Data .............................................................................. 28
Gambar 2.3 Pemilihan SPT Masa .................................................................... 28
Gambar 2.4 Pembuatan SPT Masa PPh Pasal 21 ............................................. 29
Gambar 2.5 Pemilihan Pengisian Daftar Pegawai Tetap ................................. 29
Gambar 2.6 Pengisian Daftar Pegawai Tetap .................................................. 30
Gambar 2.7 Daftar Pegawai Tetap diatas PTKP .............................................. 30
Gambar 2.8 SPT Induk ..................................................................................... 31
Gambar 2.9 SSP ............................................................................................... 31
Gambar 2.10 File CSV ..................................................................................... 32
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Dinas Koperasi dan
UMKM Provinsi Jawa Tengah……............................................. 43
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam upaya meningkatkan APBN dan APBD, pemerintah mengupayakan
peningkatan pendapatan Negara salah satunya dari sektor perpajakan. Reformasi
perpajakan mencakup hal-hal yang berkaitan dengan objek dan subjek pajak, tarif
dan klasifikasi atau strata tarif serta prosedur dan administrasi perpajakan.
Reformasi tersebut akan dilakukan melalui perubahan undang-undang tentang
pajak penghasilan nomor 17 tahun 2000, undang-undang PPN dan PPnBM nomor
18 tahun 2000, tata cara penyetoran dan pelaporan pajak nomor 16 tahun 2000.
Untuk melaksanakan langkah-langkah modernisasi dan reformasi administrasi
perpajakan akan diintensifkan disertai upaya khusus lainnya terutama melalui
intensifikasi pemungutan dan pelayanan. (Niki Sae, 2006 : 3)
Pemerintah melakukan penyempurnaan peraturan perundang-undangan
perpajakan atas cara pengelolaan dalam pemungutannya yang terdiri dari pajak
pusat dan pajak daerah. Pajak pusat yang terdiri dari PPh pasal 21, PPh pasal 22,
PPh pasal 23, PPh pasal 26, PPh pasal 4 (2), PPh pasal 15, PPN dan PPnBM.
Sedangkan pajak daerah meliputi PBB dan Pajak kendaraan bermotor. Merupakan
pajak pusat apabila pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah pusat dan hasilnya
digunakan untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan Negara.
Sedangkan pajak daerah pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah daerah dan
2
hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pengeluaran
pembangunan daerah (Billy Ivan Tansuria, 2010 : 1)
Peraturan pemerintah Nomor 45 tahun 1945 tentang pajak penghasilan bagi
Pejabat Negara, Pagawai Negeri Sipil, Anggota angkatan bersenjata republik
Indonesia, dan para pensiun atas penghasilan yang dibebankan kepada keuangan
Negara atau keuangan daerah, merupakan PPh pasal 21 undan-undang pajak
penghasilan dan keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-545/PJ/2001 tentang
petunjuk pelaksanaan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan
pasal 21 dan pasal 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang
pribadi (Budi Rahardjo dan Djaka Saranta, 2002 : 35-36).
Sesuai dasar hukumnya pada Undang-Undang Perpajakan dan keputusan
Presiden No 16 Tahun 2000, Dinas Koperasi Dan UMKM Provinsi Jawa Tengah
merupakan Bendaharawan yang memiliki kewajiban sebagai pemotong, pemungut
dan wajib melaporkan PPh pasal 21 sehubungan dengan pekerjaan. Sebagaimana
undang-undang yang terdahulu, undang-undang perpajakan Ketetentuan Umum
Perpajakan tetap menjunjung dasar pemungutan pajak berdasarkan sistem self
assessment yaitu Wajib Pajak diberikan kewajiban menghitung, membayar, dan
melaporkan pajaknya yang terutang sedangkan pihak fiskus tinggal
mengawasinya. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang pelaporan SPT masa PPh Pasal 21 pada
Bendaharawan Pemerintah dengan judul “EVALUASI PELAPORAN SPT
MASA PPh PASAL 21 OLEH BENDAHARAWAN PEMERINTAH, STUDI
KASUS DINAS KOPERASI dan UMKM PROVINSI JAWA TENGAH”.
3
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pelaporan PPh Pasal 21 pada Dinas Koperasi dan
UMKM Provinsi Jawa Tengah selama ini?
2. Bagaimana perhitungan PPh pasal 21 setelah adanya perubahan
PTKP tahun 2015?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pelaporan PPh Pasal 21 yang harus dilakukan
Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah ?
2. Untuk mengetahui perhitungan PPh pasal 21 setelah adanya
perubahan PTKP?
1.4 MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Bendahara Pemerintahan
a. Penulisan ini diharapkan agar dapat membantu Dinas Koperasi
dan UMKM Provinsi Jawa Tengah dalam mengevaluasi sistem
pelaporan PPh Pasal 21.
2. Bagi Penulis
a. Untuk melengkapi syarat akhir pada Program Studi Perpajakan
Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik
Soegijapranata.
b. Untuk menerapan mata kuliah perpajakan secara nyata.
c. Melatih untuk memperdalam mengenai penerapan perpajakan.
3. Bagi Pembaca atau Penulis Selanjutnya
a. Mengetahui sistem pelaporan PPh Pasal 21 yang benar.
4
b. Sebagai bahan referensi untuk pembuatan tugas akhir.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk lebih mengarah pada permasalahan dan membuat keteraturan
dalam penyusunan maka dibuat dalam beberapa bab sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah dalam tugas akhir ini, rumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat menjadi hasil penulisan serta sistematika
penulisan di tugas akhir ini.
BAB II: LANDASAN TEORI
Berisi tentang teori-teori yang mendukung mengenai pajak
penghasilan, dengan narasumber dan berbagai buku yang menjadi dasar
dalam pembahasan.
BAB III: METODE PENETILITIAN
Dalam penulisan tugas akhir ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif dan deskriptif kuantitatif.
BAB IV: PEMBAHASAN
Dalam bab ini menguraikan mengenai perbaikan sistem pajak pada
bendahara pemerintah yang menjadi pembahasan dari tugas akhir ini.
BAB V: PENUTUP
Berisi : Uraian Umum, Kesimpulan dan Saran – saran.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. PPh Pasal 21
2.1.1. Definisi PPh Pasal 21
PPh pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan yang sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan dengan nama dan bentuk
apapun yang diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Negeri.
Dasar hokum pemotongan, penyetoran, dan pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 21 sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan
kegiatan orang pribadi adalah keputusan Direktur Jendral Pajak
Nomor: KEP-545/PJ./2000mengenai petunjuk Petunjuk Pelaksaan
Pemotongan Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal
21.
2.1.2. Pemotongan PPh Pasal 21
Yang termasuk pemotong PPh Pasal 21 adalah bendaharawan
pemerintah termasuk bendaharawan pada pemerintah pusat,
pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-
lembaga Negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia
di luar negeri (sesuai dengan bunyi Pasal 21 dan Pasal 26 Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan
6
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
17 tahun 2000).
2.1.3. Kewajiban Bnedaharawan pemotong PPh Pasal 21
1. Mendaftarkan diri ke kantor Pelayanan Pajak /Kantor
penyuluhan pajak untuk diberikan NPWP
2. Mengambil formulir-formulir yang diperlukan untuk
memenuhi kewajiban perpjakan ke KPP/Kantor penyuluhan
Pajak
3. Menghitung, memotong, menyetor dan melapor PPh Pasal
21
4. Memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21, baik diminta
maupun tidak pada saat melakukan pemotongan pajak.
5. Memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21 tahunan
(formulir 1721 A2) kepada pejabat Negara, Pegawai Ngeri
Sipil, dan anggota ABRI dan para pensiunan, dalam jangka
waktu 2 bulan setelah tahun takwim berakhir (yang berlaku
untuk bendaharawan gaji). Jika pejabat Negara, Pegawai
Negeri Sipil dan anggota ABRI berhenti bekerja/pensiun
pada bagian tahun takwim, maka bukti potong diberikan
paling lambat 1 bulan setelah berhenti bekerja/ pensiun.
6. Mengisi, menandatangani, dan menyampaikan SPT
Tahunan PPh Pasal 21 ke KPP tempat pemotong terdaftar
7
/Kantor Penyuluhan Pajak setempat paling lambat tanggal
31 Maret tahun takwim berikutnya.
2.1.4. Tata Cara Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21
1. Bendaharawan menyetor PPh Pasal 21 yang tidak
ditanggung Pemerintah dengan menggunakan surat Setoran
Pajak ke bank persepsi atau kantor pos dan giro paling
lambat tanggal 10 bulan takwim berikutnya. Jika tanggal 10
jatuh tempo hari libur, maka penyetoran dilakukan pada
hari kerja berikutnya.
2. PPh yang terutang bagi pejabat Negara, PNS, anggota
ABRI yang PPhnya ditnggung oleh Pemerintah,
bendaharawan cukup melaporkan penghitungan PPh Pasal
21 yang terutang dalam daftar gaji kepada Kantor
Perbendaharaan Kas Negara.
3. Bendaharawan melakukan pelaporan jika PPh pasal 21
nihil, melaporkan dengan menggunakan SPT Masa paling
lambat tanggal 20 bulan takwim berikutnya. Apabila
tanggal 20 jatuh pada hari libur maka dilakukan pada hari
kerja sebelumnya.
4. Mengisi, menandatangani, dan menyampaikan SPT
Tahunan PPh Pasal 21 ke KPP/Kantor penyuluhan Pajak
tempat bendaharawan terdaftar paling lambat 31 Maret
tahun takwim berikutnya.
8
Bendaharawan pemerintah jika melakukan pemungutan
PPh Pasal 21 yang ditanggung Pemerintah dilakukan langsung
oleh Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara dan Surat Setoran
Pajak harus telah diterima sebelum jatuh tempo pembayaran
dan pelaporan.
Bendaharawan lainnya perlu memperhatikan pembayaran
honorarium yang diberikan kepada bukan pejabat Negara, PNS
dan anggota ABRI. Ketentuan pemotongan PPh Pasal 21
dengan tariff 15% bersifat final berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 1994 hanya berlaku untuk
honorarium dan imbalan lainnya dengan nama dan dalam
bentuk apapun yang diterima pejabat Negara, PNS, anggota
ABRI/POLRI yang dananya bersumber dari keuangan Negara
atau keuangan daerah.
2.2. Surat Pemberitahuan (SPT)
2.2.1. Definisi Surat Pemb eritahuan (SPT)
Surat pemberitahuan SPT merupakan surat atau formulir atau
sarana yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan penghitungan
dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak, dan
atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPT, baik dalam bentuk formulir
kertas atau elektronik dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa
9
Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata
uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannyake kantor
Jendral Pajak tempet Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat
lain yang ditetapkan oleh Direktur Jendral Pajak. (Billy, 2010 : 101)
2.2.2. Pengertian benar, lengkap, dan jelas dalam mengisi SPT
Benar dalam perhitungan, termasuk benar dalam penerapan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dalam penulisan,
dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Lengkap memuat semua unsure-unsur yang berkaitan dengan objek
pajak dan unsure-unsur lain yang harus dilaporkan dalam SPT.
Jelas melaporkan asal-usul atau sumber dari objek pajak dan unsur-
unsur lain yang harus dilaporkan dalam SPT. (Billy, 2010 : 101-102)
2.2.3. Fungsi SPT
Fungsi SPT dapat dikategorikan ke dalam tiga hal yaitu :
1. Bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan. Fungsi SPT adalah
sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :
a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah
dilaksanakan sendiri dan/atau melalui pemotongan
atau pemungutan pihak lain dalam 1 Tahun Pajak atau
Bagian Tahun Pajak.
10
b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau
bukan objek pajak.
c. Harta dan kewajiban, dan/atau
d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang
pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi
atau badan lain dalam 1 Masa Pajak sesuai dengan
ketentuan UU perpajakan. (Billy, 2010 : 102)
2. Bagi Pengusaha Kena Pajak. Fungsi SPT adalah sebagai
sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan
penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah (PPN & PPnBM) yang
sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:
a. Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak
Keluaran, dan
b. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah
dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak
dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. (Billy, 2010 : 102)
3. Bagi pemotong atau pemungut pajak. Fungsi SPT adalah
sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau
dipungut dan disetorkannya. (Billy, 2010 : 103)
11
2.2.4. SPT Masa
SPT Masa adalah SPT yang digunakan untuk melakukan pelaporan
atas pembayaran pajak yang terutang dalam suatu masa pajak. SPT Masa
terdiri dari SPT Masa PPh, SPT Masa PPN, dan SPT Masa PPN untuk
pemungutan PPN di mana terdiri dari formulir-formulir sebagai berikut:
1. SPT Masa PPh Pasal 21 dan Pasal 26.
2. SPT Masa PPh Pasal 22.
3. SPT Masa PPh Pasal 23 dan Pasal 26.
4. SPT Masa PPh Pasal 25.
5. SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2).
6. SPT Masa PPh Pasal 15.
7. SPT Masa PPN dan PPnBM (Formulir 1107).
8. SPT Masa PPN dan PPnBM Pemungutan (Formulir 1107
PUT)
9. SPT Masa PPN bagi PKP Pedagang Eceran yang
menggunakan nilai lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak (Billy,
2010 : 103).
2.2.5. Bentuk dan Isi SPT
SPT berbentuk:
a. Formulir kertas (hardcopy), atau
b. e-SPT (e-SPT adalah ata SPT Wajib Pajak dalam bentuk
elektronik yang dibuat oleh Wajib Pajak dengan mengguakan
aplikasi e-SPT yang disediakan oleh Jenderal Pajak).
12
SPT Masa Pajak Penghasilan, memuat data mengenai :
a. Nama Wajib Pajak, NPWP, dan alamat Wajib Pajak.
b. Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak yang
bersangkutan.
c. Tandatangan Wajib Pajak kuasa Wajib Pajak.
d. Jumlah objek pajak, jumlah pajak yang terutang, dan/atau
jumlah pajak dibayar
e. Tanggal pembayaran atau penyetoran, dan
f. Data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak.
(Billy, 2010 : 104-105)
2.2.6. Pengambilan SPT
Pasal 3 ayat (2) UU KUP menyebutkan “Wajib Pajak mengambil
sendiri Surat Pemberitahuan di tempat yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pajak atau mengambil dengan cara lain yang tata cara
pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan”.
Tempat dan cara lain pengambilan SPT
1. SPT berbentuk formulir kertas (harddopy) dapat diperoleh lewat :
a. Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
b. Pojok Pajak dan mobil pajak keliling yang sedang beroperasi.
c. Kantor penyuluhan dan Konsultasi Perpajakn (KP2KP).
d. Mengunduh (download) dari www.pajak.or.id.
13
e. Fotocopy/cetak sendiri dengan syarat tidak mengubah bentuk,
ukuran, dan formatnya.
2. SPT berbentuk e-SPT dapat diambil secara langsung oleh Wajib PAjak
atau dengan cara lain yaitu dengan cara mengunduh format SPT atau
aplikasi e-SPT dari situs Jenderal Pajak. (Billy, 2010 : 106-107)
2.2.7. Penandatanganan SPT
Pasal 4 ayat (1) UU KUP menebutkan: “Wajib Pajak wajib mengisi
dan menyampaikan Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, jelas, dan
menandatanganinya”. Sedangkan ayat (2) menyebutkan: “Surat
Pemberitahuan Wajib Pajak badan harus ditandatangani oleh pengurus
atau direksi”. Lebih lanjut dalam PMK-181/PMK.03/2007 menyebutkan
bahwa SPT yang disampaikan wajib ditandatangani oleh Wajib Pajak atau
Kuasa Wajib Pajak.
Penandatanganan SPT lebih lanjut diatur dalam Pasal 3 ayat (1b)
UU KUP & PMK-181/PMK.03/2007, yaitu dapat dilakukan dengan cara :
a. Tanda tangan biasa
b. Tanda tangan stempel atau digital
c. Tanda tangan elektronik atau digital
d. Tanda tangan stempel dan tanda tangan elektronik atau digital
mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan tanda tangan biasa
(Billy, 2010 : 107).
14
2.2.8. Cara penyampaian SPT
Penyampaian SPT oleh Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak,
atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur jendral Pajak, dapat
dilakukan melalui tiga cara, yaitu:
1. Penyampaian langsung
Penyampaian secara langsung oleh Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) tempat terdaftar dan diberikan bukti penerimaan SPT
Tahunan/e-SPT Tahunan secara langsung disampaikan dalam
amplop tertutup dengan menulis :
Nama Wajib Pajak
NPWP
Tahun Pajak
Status SPT (Nihil/Kurang Bayar/Lebih Bayar)
Nomor telepon.
2. Penyampaian lewat Pos
Penyampaian/dikirimkan melalui pos dengan buktipengiriman
surat. Tanda buki dan tanggal pengiriman surat dianggap sebagai tanda
bukti dan tanggal penerimaan sepanjang Surat Pemberitahuan tersebut
telah lengkap.
3. Penyampaian lainnya
Penyampaian lainnya yaitu dengan cara lain yaitu :
a. Melalui perusahaan jasa ekspedisi/jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat. Perusahaan jasa ekspidisi atau jasa kurir
15
adalah perusahaan yang berbentuk bdakab hokum yang
memberikan jasa pengiriman surat jenis tertentu termasuk
pengiriman SPT ke Jendral Pajak.
Berdasarkan KEP-518/PJ./2000 penyampaian dapat
dilakukan melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir
yang ditunjuk oleh Dirjen Pajak, dengan syarat:
1) Berbentuk badan
2) Memiliki izin usaha jasa ekspedidi atau jasa kurir.
3) Mempunyai NPWP dan telah dikukuhkan sebagai PKP.
4) Bersedia menandatangani perjanjian dengan Dirjen
Pajak.
Tanda bukti dan tanggal penerimaan lewat jasa kurir di
atas dianggap sebagai tanda bukti dan tanggal
penerimaan SPT sepanjang SPT tersebut lengkap.
b. E-Filling melalui ASP, e-Filling adalah suatu cara
penyampaian SPT atau pemberitahuan Perpanjangan SPT
Tahunan yang dilakukan secara On-Line yang real time
melalui penyedia jasa Aplikasi atau Application Service
Provider (ASP).
Penyedia jasa aplikasi adalah perusahaan Penyedia
Jasa Aplikasi (ASP) yang telah ditunjuk dengan keputusan
Direktur Jendral Pajak sebagai perusahaan yang dapat
menyalurkan penyampaian SPT atau Peberitahuan
16
Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik ke Jendral
Pajak.
Atas penyampaian SPT, diberikan Bukti
Penerimaan Elektronik. Bukti penerimaan Elektronik adalah
informasi yang meliputi nama, NPWP, tanggal, jam, Nomor
Tanda Terima Elektonik (NTTE) dan Nomor Transaksi
Pengiriman ASP (NTPA) serta nama Perusahaan Penyedia
Jasa Aplikasi, yang tertera pada hasil cetakan SPT induk.
Bukti pengiriman surat atau tanda peberimaan surat serta
bukti Penerimaan Elektronik menjadi bukti penerimaan SPT.
(Billy, 2010 : 107-109)
2.2.9. Tempat penyampaian SPT
Wajib pajak menyampaikan SPT ke Kantor Pelayanan pajak (KPP)
tempat wajib pajak terdaftar. Tempat lain untuk menyampaikan SPT
diatur dalam KEP-27/PJ/2003; PER-11/PJ/2009; &PER-19/PJ/2009, yang
meliputi:
1. Tempat Pelayanan Terpadu (TPT)
2. Pojok Pajak
3. Mobil Pajak
4. Tempat Khusus Penerimaan SPT Tahunan (Drop Box)
17
SPT dianggap tidak disampaikan apabila :
1. Tidak ditandatangani.
2. Tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan/atau dokumen yang harus
dilampirkan.
3. SPT yang menyatakan lebih bayar disampaikan setelah 3 tahun
sesudah berakhirnya Masa pajak, bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak,
dan Wajib Pajak telah ditegur secara tertulis, atau
4. Disampaikan setelah Direktur Jendral Pajak melakukan pemeriksaan
atau menerbitkan surat ketetapan pajak.
Apabila SPT dianggap tidak disampaikan, Direktur Jendral Pajak wajib
memberitahukan kepada Wajib Pajak (Billy, 2010 : 109).
2.2.10. Batas waktu penyampaian SPT
Batas waktu atau jatuh tempo penyampaian SPT masa Wajib Pajak orang
pribadi atau badan, baik yang melakukan pembayaran pajak sendiri
maupun yang ditunjuk sebagai Pemotongan atau Pemungut PPh atas PPh
pasal 21 yang dipotong oleh pemotong PPh Paling lama 20 hari setelah
masa pajak berakhir. (Billy, 2010 : 111)
2.2.11. Sanksi atas SPT yang terlambat disampaikan
Apabila SPT tidak disampaikan dalam batas waktu penyampaian
SPT atau batas waktu perpanjangan penyampaian SPT, dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar:
a. Rp. 500.000.000 untuk SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai.
b. Rp. 100.000 untuk SPT Masa lainnya
18
c. Rp. 1.000.000 untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
badan
d. Rp. 100.000 untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib pajak
Orang Pribadi. (Billy, 2010 : 113)
2.2.12. Pembetulan SPT dan Sanksinya
Wajib pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan SPT
yang telah disampaikan dengan menyampaikan pernyataan secara tertulis,
dengan syarat Direktur Jendral Pajak belum melakukan tindakan
Pemeriksaan. Pengertian mulai melakukan tindakan pemeriksaan adalah
pada saat Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak disampaikan kepada
wajib pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah
dewasa dari Wajib Pajak.
Apabila pembetulan SPT menyatakan rugu tau lebih bayar,
pembetulan SPT harus disampaikan paling lama 2 tahun sebelum
daluwarsa penetapan. Daluwarsa penetapan adalah jangka waktu 5 tahun
setelah terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun
Pajak, atau Tahun pajak.
Apabila wajib pajak membetulkan sendiri SPT tahunan yang
mengakibatkan pajak menjadi lebih besar, kepadanya dikenai sanksi
administrasi bunga sebesar 2% per bulan atas jumlah pajak yang kurang
bayar, dihitung sejak saat penyampaian SPT berakhir sampai dengan
tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh satu bulan
(Billy, 2010 : 117118).
19
2.2.13. Tata cara peloporan SPT masa
Wajib Pajak tertentu yang bermaksud melaporkan beberapa Masa
pajak dalam satu SPT Masa harus menyampaikan pemberitahuan secara
tertulis kepada Direktur Jendral Pajak paling lambat 2 bulan sebelum
dimulainya masa pajak pertama yang oleh wajib pajak akan disampaikan
dalam SPT Masa.
Terhadap pemberitahuan secara tertulis dilakukan penelitian atas
pemenuhan criteria WP tertentu. Apabila bedasarkan penelitian Wajib
Pajak tidak memenuhi criteria tertentu, Direktur Jendral Pajak
memberitahukan secra tertulis kepada Wajib Pajak. (Billy, 2010 : 122).
2.2.14. Kelengkapan SPT
SPT lengkap adalah SPT yang semua elemen SPT induk dan
lampirannya telah diisi dengan lengkap, SPT induk telah ditandatangani
oleh Wajib Pajak atau Kuasanya, dan telah dilengkapi dengan lampiran
khusus, serta keterangan dan/atau dokumen yang disyaratkan.
e-SPT lengkap adalah SPT yang semua elemen SPT induk dan
lampirannya telah diisi dengna lengkap dan dapat diproses dalam Sistem
Informasi Perpajakan di Direktur Jendral Pajak, dan telah dilengkapi
dengan lampiran khusus, serta keterangan dan/atau dokumen lain yang
tidak dapat disampaikan secara elektronik (Billy, 2010 : 125).
20
2.2.15. Penyampaian SPT dalam Bentuk Elektronik
Penyampaian e-SPT
Penyampaian e-SPT oleh Wajib Pajak ke KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar dapat dilakukan:
a. Secara langsung atau melalui pos/perusahaan jasa
ekspedisi/kurir dengan bukti pengiriman surat dengan
membawa atau mengirimkan formulir Induk SPT Masa PPh
dan/atau SPT Masa PPN dan/atau SPT Tahunan PPh hasil
cetakan e-SPT yang telah ditandatangani dan file data SPT
yang tersimpan dalam bentuk elektronik serta dokumen lain
yang wajib dilampirkan;atau
b. Melalui e-filing.
Pembetulan e-SPT
a. Pembetulan atas SPT yang telah disampaikan dalam bentuk
elektronik (e-SPT), wajib disampaikan dalam bentuk
elektronik (e-SPT).
b. Pembetulan atas SPT yang telah disampaikan dalam bentuk
kertas (hardcopy), dapat disampaikan dalam bentuk elektronik
(e-SPT) atau dalam bentuk kertas (hardcopy).
21
Prosedur Penyampaian e-SPT
SPT dalam bentuk Elekttronik (e-SPT) beserta lampiran-
lampirannya dilaporkan dengan menggunakan media elektronik (CD,
disket, flash disk dan lain-lain) ke KPP di mana Wajib Pajak
terdaftar. Aplikasi e-SPT merupakan aplikasi SPT yang diberikan
secara cuma-cuma oleh Jenderal Pajak kepada Wajib Pajak. Dengan
menggunakan aplikasi e-SPT Wajib Pajak dapat merekam,
memelihara, dan men-generate data Elektronik SPT serta mencetak
SPT beserta lampirannya. Prosedur Penyampaian e-SPT adalah
sebagai berikut:
1. Wajib Pajak melakukan instalasi aplikasi e-SPT pada sistem
computer yang digunakan untuk keperluan administrasi
perpajakannya.
2. Wajib Pajak menggunakan aplikasi e-SPT untuk merekam data-
data perpajakan yang akan dilaporkan, yaitu antara lain:
a. Data Identitas Wajib Pajak Pemotong/Pemungut dan
Identitas Wajib Pajak yang dipotong/dipungut seperti
NPWP, Nama, Alamat, Kode Pos, Nama KPP, Pejabat
Penandatangan, Kota, Format Nomor Bukti Potong/Pungut,
Nomor awal bukti Potong/Pungut, Kode Kurs Mata Uang
yang Digunakan.
b. Bukti Pemotongan/Pemungutan PPh.
c. Faktur Pajak.
22
d. Data perpajakan yang terkandung dalam SPT.
e. Data Surat Setoran Pajak (SSP), Seperti: Masa Pajak, Tahun
Pajak, tanggal setor, NTPN, kode Akun/KJS, dan jumlah
pembayaran pajak.
3. Wajib Pajak yang telah memiliki sistem administrasi keuangan/
perpajakan sendiri dapat melakukan proses impor data dari
sistem yang dimiliki Wajib Pajak ke dalam aplikasi e-SPT
dengan mengacu kepada format data yang sesuai dengan
aplikasi e-SPT;
4. Wajib Pajak mencetak Bukti Pemotongan/Pemungutan dengan
menggunakan aplikasi e-SPT dan menyampaikan kepada pihak
yang dipotong/dipungut;
5. Wajib Pajak mencetak formulir Induk SPT Masa PPh dan/atau
SPT Masa PPN dan/atau SPT Tahunan PPh menggunakan
aplikasi e-SPT;
6. Wajib Pajak menandatangani formulir Induk SPT Masa PPh
dan/atau SPT Masa PPN dan/atau SPT Tahunan PPh hasil
cetakan aplikasi e-SPT;
7. Wajib Pajak membentuk file data SPT dengan menggunakan
aplikasi e-SPT dan disimpan dalam media elektronik;
23
8. Wajib Pajak Menyampaikan e-SPT ke KPP tempat Wajib Pajak
terdaftar dengan cara:
a. Secara langsung atau melalui pos/perusahaan jasa ekspedisi/
kurir dengan bukti pengiriman surat, dengan membawa atau
mengirim formulir Induk SPT Masa PPh dan/atau SPT Masa
PPN dan/atau SPT Tahunan PPh hasil cetakan e-SPT yang
telah ditandatanganidan file data SPT yang tersimpan dalam
bentuk elektronik serta dokumen lain yang wajib
dilampirkan; atau
b. Melalui e-Filing sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
9. Atas penyampaian e-SPT secara langsung diberikan tanda
penerimaan surat dari TPT sedangkan penyampaian e-SPT
melalui pos atau jasa ekspedisi/ kurir bukti pengiriman surat
dianggap sebagai tanda terima SPT.
10. Atas penyampaian melalui eFiling diberikan bukti penerimaan
elektronik.
24
Penyampaian SPT secara Elektronik
e-SPT dan e-SPTy yang telah diisi dan dilengkapi sesuai
dengan ketentuan serta dibubuhi tanda tangan elektronik atau tanda
tangan digital disampaikan secara elektronik ke Jenderal Pajak
melalui suatu Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP).
e-SPT adalah data SPT Wajib Pajak dalam bentuk elektronik
yang dibuat oleh WAjib Pajak dengan menggunakan aplikasi e-
yang disediakan oleh Jenderal Pajak, sedangkan e-SPTy adalah
data Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan Wajib Pajak
dalam bentuk elektronik yang dibuat oleh Wajib Pajak dengn
menggunakan aplikasi e-SPTy yang disediakan oleh Jenderal
Pajak.
Apabila SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan
menunjukkan adanya kewajiban kewajiban pembayaran pajak,
Wajib Pajak wajib mencantumkan Nomor Transaksi Penerimaan
Negara pada e-SPT dan e-SPTy sebagai bukti pembayaran yang
telah divalidasi.
Apabila e-SPT dan e-SPTy dinyatakan lengkap oleh Jenderal
Pajak, maka kepada Wajib Pajak diberikan Bukti Penerimaan
Elektronik. Bukti Penerimaan Elektronik adalah informasi yang
meliputi nama, NPWP, tanggal, jam, Nomor Tanda Terima
Elektronik (NTTE) dan Nomor Transaksi Pengiriman ASP (NTPA)
serta nama Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP), yang tertera
25
pada hasil cetakan SPT Induk dan Pemberitahuan Perpanjangan
SPT Tahunan.
Waktu Penyampaian SPT Secara Elektronik
Penyampaian SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT
Tahunan secara elektronik (e-Filing) dapat dilakukan selama 24
jam sehari dan 7 hari seminggu dengan standar Waktu Indonesia
Bagian Barat.
SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan yang
disampaikan secara elektronik pada akhir batas waktu
Penyampaian SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan
yang jatuh pada hari libur, dianggap disampaikan tepat waktu.
Penyampaian Dokumen Lampiran SPT
Wajib Pajak wajib menyampaikan keterangan dan/atau
dokumen lain yang harus dilampirkan dalam SPT dan
Pemberitahuan PerpanjanganSPT Tahunan yang tidak dapat
disampaikan secara elektronik ke Kantor Pelayanan Pajak tempat
Wajib Pajak terdaftar secara langsung atau melalui pos dengan
tanda bukti pengiriman surat, atau melalui perusahaan jasa
ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat, kecuali
SSP lembar 3 yang dibayarkan melalui Bank Persepsi dan Nomor
Transaksi penerimaan Negara sudah dicantumkan dalam e-SPT
dan/atau e-SPTy, paling lama :
26
1. 14 hari sejak batas berakhir pelaporan SPT dan
Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan dalam ha SPT
dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan disampaikan
sebelum batas akhir penyampaian.
2. 14 hari sejak tanggal penyampaian SPT dan Pemberitahuan
Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik dalam hal SPT
dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan disampaikan
setelah lewat batas akhir penyampaian.
Apabila Wajib Pajak telah memenuhi kewajiban di atas,
SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT sesuai dengan
tanggal yang tercantum pada bukti Penerimaan Elektronik.
Apabila kewajiban menyampaikan keterangan dan/atau
dokumen lain yang harus dilampirkan dalam e-SPT dan e-SPTy
disampaikan melalui pos dengan tanda bukti pengiriman surat,
atau melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan
bukti pengiriman surat, tanggal penerimaan keterangan
dan/atau dokumen lain yang harus dilampirkan dalam e-SPT
dan e-SPTy adalah tanggal yang tercantum pada bukti
pengiriman surat. Dalam hal Wajib Pajak tidak menyampaikan
Keterangan dan/aatau dokumen lain yang harus dilampirkan
dalam e-SPT dan e-SPTy dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud di atas, Wajib Pajak dianggap tidak menyampaikan
SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan.
27
Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) wajib
memberikan jaminan kepada Wajib Pajak bahwa SPT atau
Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan beserta
lampirannya yang disampaikan secara elektronik dijamin
kerahasiaannya, diterima di Jenderal Pajak secara lengkap dan
real time serta diakui oleh pihak Wajib Pajak dan Jenderal
Pajak (Billy, 2010 : 165-167).
Pelaporan PPh Pasal 21 Masa menggunakan e-SPT
1. Setelah program e-SPT terinstal di komputer melakukan
koneksi database yang telah tersedia dan melakukan login
dengan mengisi username : administrator dan password
: 123
Gambar 2.1
Login e-SPT Masa PPh Pasal 21
28
2. Mengisi profil perusahaan sesuai dengan data yang
sebenarnya.
Gambar 2.2
Pengisian Data
3. Setelah profil terisi maka bisa mulai membuat e-SPT PPh
Pasal 21 mulai Masa Pajak Juli 2015 cara klik Pilih SPT –
Buat SPT Baru.
Gambar 2.3
Pemilihan SPT Masa
29
4. Setelah memilih SPT baru pilih bulan Juli 2015 sesuai yang
akan dibuat pada e-SPT
Gambar 2.4
Pembuatan SPT Masa PPh Pasal 21
5. Selanjutnya klik Isi SPT, dan pilih Daftar Pemotongan
Pajak (1721-I) – Satu Masa Pajak untuk mengisi daftar
pegawai tetap yang mempunyai penghasilan di atas PTKP.
Gambar 2.5
Pemilihan Pengisian Daftar Pegawai Tetap
30
6. Selanjutnya klik Isi SPT, dan pilih Daftar Pemotongan
Pajak (1721-I) – Satu Masa Pajak untuk mengisi semua
daftar pegawai tetap yang mempunyai penghasilan di atas
PTKP.
Gambar 2.6
Pengisian Daftar Pegawai Tetap
7. Rincian semua daftar pegawai tetap yang memiliki
penghasilan di atas PTKP.
Gambar 2.7
Daftar Pegawai Tetap Diatas PTKP
31
8. Semua yang telah diinput dapat dilihat pada SPT Induk.
Gambar 2.8
SPT Induk
9. Surat Setoran pajak dibuat setelah melakukan pembayaran
ke kantor pos atau Bank.
Gambar 2.9
SSP
32
10. Setelah melakukan pembayaran membuat fil csv yang
digunakan sebagai sarana pelaporan kepada KPP.
Gambar 2.10
File CVS
33
BAB III
GAMBARAN UMUM DAN METODE PENELITIAN
3.1. Gambaran Umum Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa
Tengah
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6
Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan Kerja Perangkat
Daerah Provinsi Jawa Tengah dan Peraturan Gubernur Jawa Tengah
Nomor 67 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tuas Pokok, Fungsi dan Tata
Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah ; maka sesuai
Pergub Nomor 67 bab II bagian pertama, pasal 2, Dinas Koperasi dan
Usaha Mikro, kecil dan Menengah Provinsi Jawa Tengah mempunyai
tugas pokok "melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang koperasi
dan usaha mikro kecil dan menengah berdasarkan asas otonomi daerh dan
tugas pembantuan".
3.2. Fungsi Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah
Adapun fungsi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah Provinsi Jawa Tengah adalah :
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang Koperasi dan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah;
2. Peyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum
bidang Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah;
3. Pembinaan dan fasilitasi bidang Koperasi dan Usaha Mikro
34
Kecil dan Menengah lingkup Provinsi dan Kabupaten/Kota;
4. Pelaksanaan tugas di bidang Kelembagaan Koperasi dan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah serta Pemberdayaan Koperasi
Simpan Pinjam lingkup Provinsi dan Kabupaten/Kota;
5. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang Koperasi dan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah lingkup Koperasi dan
Kabupaten/Kota;
6. Pelaksanaan kesekretariatan dinas;
7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Gubernur sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut di
atas menurut pasal 4 Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 67
Tahun 2008, Kepala Dinas dibantu/membawahkan :
1. Sekretariat;
2. Bidang Kelembagaan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah;
3. Bidang Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah;
4. Bidang Pemberdayaan Koperasi;
5. Bidang Pemberdayaan Koperasi Simpan Pinjam;
6. UPTD Balatkop dan UMKM;
7. Kelompok Jabatan Fungsional.
35
3.3. Visi dan Misi
Visi
“SEJAHTERA BERSAMA KOPERASI DAN UMKM”
Misi
1. Mewujudkan koperasi yang berkualitas dan sehat
2. Mengembangkan produk unggulan daerah Jawa Tengah yang
berdayasaing
3. Penumbuhan wirausaha baru dan perluasan kesempatan kerja
4. Mewujudkan sumber daya manusia pengelola koperasi dan
UMKM yang kompeten
5. Mewujudkan aparatur yang profesional, berdedikasi, tanggap
dan berorientasi pada pelayanan prima dalam upaya
pemberdayaan KUMKM.
3.4. Tugas Pokok dan Fungsi
Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi
Jawa Tengah sesuai dengan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 67
Tahun 2008
Tugas Pokok :
Dinas Koperasi Dan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah
mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah
bidang koperasi dan usaha kecil dan menengah berdasarkan asas otonomi
daerah dan tugas pembantuan.
36
Fungsi :
perumusan kebijakan teknis bidang koperasi dan usaha mikro
kecil dan menengah;
penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum
bidang koperasi dan usaha mikro kecil dan menengah;
pembinaan dan fasilitasi bidang koperasi dan usaha mikro kecil
dan menengah lingkup provinsi dan kabupaten/kota;
pelaksanaan tugas di bidang kelembagaan koperasi dan usaha
mikro kecil dan menengah, pemberdayaan koperasi usaha mikro
kecil dan menengah, serta pemberdayaan koperasi simpan pinjam
lingkup provinsi dan kabupaten/kota;
pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang koperasi dan usaha
mikro kecil dan menengah lingkup provinsi dan kabupaten/kota;
pelaksanaan kesekretariatan dinas;
pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Kelembagaan Koperasi dan UMKM
Bidang Kelembagaan Koperasi Dan Usaha Mikro Kecil
Dan Menengah mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang
organisasi dan badan hukum, dan pengawasan.
Fungsi :
37
1. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang organisasi dan badan hukum;
2. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang pengawasan;
3. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Kelembagaan Koperasi dan UMKM terdiri atas Seksi
Organisasi Badan Hukum dan Seksi Pengawasan:
Seksi Organisasi Dan Badan Hukum mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis
pembinaan dan pelaksanaan di bidang organisasi dan badan
hukum, meliputi : pelaksanaan kebijakan, pengesahan,
pembentukan, penggabungan dan peleburan serta pembubaran
koperasi, fasilitasi pengesahan dan pengumuman akta pendirian
koperasi lintas kabupaten/kota, fasilitasi pelaksanaan dan
pengesahan perubahan anggaran dasar yang menyangkut
penggabungan, pembagian dan perubahan bidang usaha koperasi
lintas kabupaten/kota, dan fasilitasi pelaksanaan pembubaran
koperasi ditingkat provinsi.
Seksi Pengawasan mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di
bidang pengawasan, meliputi : pembinaan dan pengawasan
koperasi simpan pinjam dan usaha simpan pinjam koperasi serta
38
usaha mikro kecil dan menengah, fasilitasi pelaksanaan tugas
dalam pengawasan koperasi simpan pinjam dan usaha simpan
pinjam koperasi serta usaha mikro kecil dan menengah di tingkat
provinsi.
Bidang Pemberdayaan UMKM
Bidang Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan
teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang produksi, dan
pemasaran dan jaringan usaha.
Fungsi :
1. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang produksi;
2. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang pemasaran dan jaringan usaha;
3. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Pemberdayaan UMKM terdiri atas Seksi Produksi dan
Seksi Pemasaran dan Jaringan Usaha
Seksi Produksi mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di
bidang produksi, meliputi : pelaksanaan standarisasi proses
produksi bagi usaha mikro kecil dan menengah, penyediaan sarana
dan prasarana produksi usaha mikro kecil dan menengah,
39
pelaksanaan pembinaan manajemen, fasilitasi
pendanaan/penyediaan sumber dana, tata cara dan syarat
pemenuhan kebutuhan dana, pembinaan dan pengembangan usaha
mikro kecil dan menengah, fasilitasi akses penjaminan dalam
penyediaan pembiayaan bagi usaha mikro kecil dan menengah
tingkat provinsi.
Seksi Pemasaran Dan Jaringan Usaha mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis
pembinaan dan pelaksanaan di bidang pemasaran dan jaringan
usaha, meliputi : pembinaan dan pengembangan usaha mikro kecil
dan menengah, fasilitasi akses penjaminan dalam penyediaan
pembiayaan bagi usaha mikro kecil dan menengah, fasilitasi
pengembangan akses pasar, pelaksanaan pengembangan lembaga
pemasaran dan jaringan distribusi usaha mikro kecil dan
menengah, dan pelaksanaan pembinaan manajemen pemasaran
tingkat provinsi.
Bidang Pemberdayaan Koperasi
Bidang Pemberdayaan Koperasi mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan
dan pelaksanaan di bidang koperasi pertanian, dan koperasi non
pertanian.
Fungsi :
1. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
40
pelaksanaan di bidang koperasi pertanian;
2. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang koperasi non pertanian;
3. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Pemberdayaan Koperasi terdiri atas Seksi Koperasi
Pertanian dan Seksi Koperasi Non Pertanian
Seksi Koperasi Pertanian mempunyai tugas , melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan
pelaksanaan di bidang koperasi pertanian, meliputi : bimbingan
dan penyuluhan koperasi pertanian dalam pembuatan laporan
tahunan koperasi pertanian lintas kabupaten/kota, fasilitasi
penyelesaian akibat pembubaran koperasi pertanian lintas
kabupaten/kota, pengembangan iklim serta kondisi yang
mendorong pertumbuhan dan pemasyarakatan koperasi pertanian
dalam wilayah provinsi, pemberian bimbingan dan kemudahan
koperasi pertanian lintas kabupaten/kota, perlindungan koperasi
pertanian wilayah provinsi.
Seksi Koperasi Non Pertanian mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan
pelaksanaan di bidang koperasi non pertanian, meliputi :
bimbingan dan penyuluhan koperasi non pertanian dalam
pembuatan laporan tahunan koperasi non pertanian lintas
41
kabupaten/kota, fasilitasi penyelesaian akibat pembubar-an
koperasi non pertanian lintas kabupaten/kota, pengembangan iklim
serta kondisi yang mendorong pertumbuhan dan pemasyarakatan
koperasi non pertanian dalam wilayah provinsi, pemberian
bimbingan dan kemudahan koperasi non pertanian lintas
kabupaten/kota, perlindungan koperasi non pertanian wilayah
provinsi.
Bidang Pemberdayaan Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
Bidang Pemberdayaan Koperasi Simpan Pinjam
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan
teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang jaringan dan
permodalan, dan pengembangan dan kesehatan.
Fungsi :
1. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang jaringan dan permodalan;
2. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang pengembangan dan kesehatan;
3. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Pemberdayaan KSP terdiri atas Seksi Jaringan dan
Permodalan serta Seksi Pengembangan dan Kesehatan
Seksi Jaringan Dan Permodalan mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis
42
pembinaan dan pelaksanaan di bidang jaringan dan permodalan
koperasi simpan pinjam, meliputi : bimbingan dan penyuluhan
dalam pembuatan laporan tahunan, pengembangan iklim serta
kondisi yang mendorong pertumbuhan dan pemasyarakatan,
pemberian bimbingan dan kemudahan koperasi dan perlindungan
koperasi simpan pinjam di bidang jaringan dan permodalan
wilayah provinsi.
Seksi Pengembangan Dan Kesehatan mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis
pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengembangan dan
kesehatan, meliputi : penciptaan usaha yang sehat di tingkat
provinsi sesuai dengan kebijakan pemerintah, dan pelaksanaan
penilaian kesehatan koperasi.
43
3.5. Struktur Organisasi
Gambar 3.1
Struktur Organisasi Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah
Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jateng, 2015
KEPALA DINAS
SEKERTARIS
KABID
KELEMBAGAAN
KOPERASI &
UMKM
KABID
PEMBERDAYAAN
UMKM
BID.
PEMBERDAYAAN
KOPERASI
KABID
PEMBERDAYAA
N KOPERASI
SIMPAN PINJAM
KASUBAG
PROGRAM
KASI
ORGANISASI &
BADAN HUKUM
KASI PRODUKSI
KASI KOPERASI
PERTANIAN
KASI
JARINGAN&
PERMODALAN
KASUBAG
KEUANGAN
KASUBAG UMUM & KEPEGAWAIAN
KASI
PENGAWASAN
KASI
PEMASARAN &
JARINGAN
USAHA
KASI KOPERASI
NON PERTANIAN
KASI
PENGEMBANGAN
& KESEHATAN
KASI
PENYELENGGARA
KA. BALAI
PELATIHAN
KOPERASI & UMKM
KASUBAG TU
KASI
PENGKAJIAN&
PENGEMBANGAN
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
44
3.6. Metode Penelitian
Dalam penulisan ini metode penulisan berdasarkan atas :
a Metode Kepustakaan
Digunakan untuk mendapatkan acuan dari buku-buku referensi
mengenai aturan perpajakan yang berlaku.
b Observasi Lapangan
Digunakan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan
analisa yang dibahas dalam Laporan Praktek Kerja Lapangan.
c Metode Bimbingan
Dilakukan dengan dosen mengenai masalah yang dibahas
untuk mendapatkan petunjuk dalam pembuatan Laporan
Prakter Kerja Lapangan.
d Wawancara
Digunakan untuk mendapatkan informasi yang sekiranya tidak
terdapat dalam data yang tersedia.
e Metode analisis data
Dalam analisis data untuk menyusun Laporan Praktek Kerja
Lapangan penulis menggunakan Metode Deskriptif Kualitatif
dan Deskriptif Kuantitatif.
a) Metode Deskriptif Kualitatif
Metode analisis dengan cara mengumpulkan dan
menganalisis data berdasarkan teori yang ada dan sesuai
dengan kenyataan dilapangan.
45
b) Metode Deskriptif Kualitatif
Metode analisis data dengan cara menggambarkan dan
menganalisis data dengan menggunakan pelaporan SPT masa
PPh Pasal 21. Metode deskriptif kualitatif digunakan untuk
mengetahui pelaporan SPT masa PPh Pasal 21 pada Dinas
Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah.
46
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 Pada Dinas Koperasi dan
UMKM Provinsi Jawa Tengah
Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah sebagai
bendaharawan pemerintah juga berkewajiban untuk memotong,
memungut, menyetor dan/atau melapor PPh Pasal 21 sebagaimana
mestinya. Sistem pelaporan PPh Pasal 21 yang telah dilakukan oleh Dinas
Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah adalah dengan menggunakan
hard copy formulir 1721. Jika dilihat dari jumlah pegawai yang terdiri dari
148 staf dan karywan dan sesuai dengan peraturan yang ada yang telah
diatur dalam Undang-Undang Perpajakan, Dinas Koperasi dan UMKM
Provinsi Jawa Tengah ini seharusnya menggunakan E-SPT karena dengan
jumlah pegawai yang sudah melebihi batas maksimal penggunaan hard
copy formulir 1721.
4.2. Penghitungan PPh Pasal 21 Dinas Koperasi dan UMKM
Provinsi Jawa Tengah
Penghitungan pada Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa
Tengah atas pajak penghasilan sehubungan dengan pekerjaan yang
diterima oleh wajib pajak dalam negeri yang menerima gaji, upah
honorarium yang telah dipotong PPh Pasal 21. Pada penghitungan ini
penulis mengambil sampel 25 pegawai dari 148 pegawai tetap di Dinas
47
Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah. Pada penghitungan ini
penulis memperoleh data penghasilan pegawai tetap pada bulan Juli yang
menggunakan PTPK sebesar Rp 24.300.000,00.
Berikut penghitungan PPh Pasal 21 pada bulan Juni 2015 Dinas
Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah :
48
Tabel 4.1
Penghitungan PPh Pasal
21Juni2015
Nama Gaji 1 bln Tunj. Lain Honor Pengh Bruto Biaya Jabatan Iuran JHT Pengh. 1 bulan Pengh. 1 Thn PTKP PKP
PPh Pasal 21 1
Thn.
PPh Psal 21 1
bln
5%
A B C D E(B+C+D) F(5%xE) G(5%xB) H(E-F-G) I(Hx12) J K(I-J) L M(L:12)
Agung 6.000.000 100.000 150.000 6.250.000 312.500 300.000 5.637.500 67.650.000 30.375.000 37.275.000 1.863.750 155.313
Bagas 4.500.000 100.000 150.000 4.750.000 237.500 225.000 4.287.500 51.450.000 26.325.000 25.125.000 1.256.250 104.688
Yanto 5.000.000 100.000 150.000 5.250.000 262.500 250.000 4.737.500 56.850.000 30.375.000 26.475.000 1.323.750 110.313
Sumini 3.000.000 100.000 150.000 3.250.000 162.500 150.000 2.937.500 35.250.000 24.300.000 10.950.000 547.500 45.625
Marni 3.500.000 100.000 150.000 3.750.000 187.500 175.000 3.387.500 40.650.000 24.300.000 16.350.000 817.500 68.125
Ningsih 4.250.000 100.000 150.000 4.500.000 225.000 212.500 4.062.500 48.750.000 24.300.000 24.450.000 1.222.500 101.875
Siti 3.750.000 100.000 150.000 4.000.000 200.000 187.500 3.612.500 43.350.000 24.300.000 19.050.000 952.500 79.375
Budi 3.225.000 100.000 150.000 3.450.000 172.500 161.250 3.116.250 37.395.000 30.375.000 7.020.000 351.000 29.250
Suyanto 2.500.000 100.000 150.000 2.750.000 137.500 125.000 2.487.500 29.850.000 24.300.000 5.550.000 277.500 23.125
Eko 2.750.000 100.000 150.000 3.000.000 150.000 137.500 2.712.500 32.550.000 26.325.000 6.225.000 311.250 25.938
Hartono 3.000.000 100.000 150.000 3.250.000 162.500 150.000 2.937.500 35.250.000 24.300.000 10.950.000 547.500 45.625
Budiarto 2.975.000 100.000 150.000 3.225.000 161.250 148.750 2.915.000 34.980.000 28.350.000 6.630.000 331.500 27.625
Asmi 3.100.000 100.000 150.000 3.350.000 167.500 155.000 3.027.500 36.330.000 24.300.000 12.030.000 601.500 50.125
Suwartini 3.125.000 100.000 150.000 3.375.000 168.750 156.250 3.050.000 36.600.000 24.300.000 12.300.000 615.000 51.250
Suyekti 3.400.000 100.000 150.000 3.650.000 182.500 170.000 3.297.500 39.570.000 24.300.000 15.270.000 763.500 63.625
Parjo 3.250.000 100.000 150.000 3.500.000 175.000 162.500 3.162.500 37.950.000 26.325.000 11.625.000 581.250 48.438
Arum 3.330.000 100.000 150.000 3.580.000 179.000 166.500 3.234.500 38.814.000 24.300.000 14.514.000 725.700 60.475
Sutini 3.525.000 100.000 150.000 3.775.000 188.750 176.250 3.410.000 40.920.000 24.300.000 16.620.000 831.000 69.250
Anton 3.750.000 100.000 150.000 4.000.000 200.000 187.500 3.612.500 43.350.000 32.400.000 10.950.000 547.500 45.625
Dhani 3.575.000 100.000 150.000 3.825.000 191.250 178.750 3.455.000 41.460.000 32.400.000 9.060.000 453.000 37.750
Hadi 3.620.000 100.000 150.000 3.870.000 193.500 181.000 3.495.500 41.946.000 30.375.000 11.571.000 578.550 48.213
Lani 3.120.000 100.000 150.000 3.370.000 168.500 156.000 3.045.500 36.546.000 24.300.000 12.246.000 612.300 51.025
Ponco 2.975.000 100.000 150.000 3.225.000 161.250 148.750 2.915.000 34.980.000 24.300.000 10.680.000 534.000 44.500
Priyanto 4.235.000 100.000 150.000 4.485.000 224.250 211.750 4.049.000 48.588.000 28.350.000 20.238.000 1.011.900 84.325
Munarti 2.678.000 100.000 150.000 2.928.000 146.400 133.900 2.647.700 31.772.400 24.300.000 7.472.400 373.620 31.135
Jumlah 88.133.000 2.500.000 3.750.000 94.383.000 85.233.450 1.022.801.400 1.041.000.000 1.022.801.400 662.175.000 360.626.400 18.031.320 1.502.610
Sumber: Data Diolah, 2015
49
4.2.1 Penghitungan PPh Pasal 21 Setelah Adanya
Perubahan PTKP
Dengan adanya perubahan PTKP per 1 Juli 2015 yang
bersifat surut, maka penulis bermaksud mengevaluasi
penghitungan PPh Pasal 21 yang nantinya akan ada perubahan
pada PPh yang dipotong oleh Dinas Koperasi dan UMKM
Provinsi Jawa Tengah. PTKP yang berlaku per 1 Juli 2015
sebesar Rp 36.000.000,00. Data yang diolah penulis atas
penghasilan pegawai tetap Dinas Koperasi dan UMKM
Provinsi Jawa Tengah pada bulan Juli 2015 adalah sebagai
berikut.
50
Tabel 4.2
Evaluasi Penghitungan PPh Pasal 21Juli 2015
Nama Gaji 1 bln Tunj. Lain Honor Pengh Bruto Biaya Jabatan Iuran JHT Pengh. 1 bulan Pengh. 1 Thn PTKP PKPPPh Pasal 21 1
Thn.
PPh Psal 21 1
bln
5%
A B C D E(B+C+D) F(5%xE) G(5%xB) H(E-F-G) I(Hx12) J K(I-J) L M(L:12)
Agung 6.000.000 100.000 150.000 6.250.000 312.500 300.000 5.637.500 67.650.000 45.000.000 22.650.000 1.132.500 94.375
Bagas 4.500.000 100.000 150.000 4.750.000 237.500 225.000 4.287.500 51.450.000 39.000.000 12.450.000 622.500 51.875
Yanto 5.000.000 100.000 150.000 5.250.000 262.500 250.000 4.737.500 56.850.000 45.000.000 11.850.000 592.500 49.375
Sumini 3.000.000 100.000 150.000 3.250.000 162.500 150.000 2.937.500 35.250.000 36.000.000 0 0 0
Marni 3.500.000 100.000 150.000 3.750.000 187.500 175.000 3.387.500 40.650.000 36.000.000 4.650.000 232.500 19.375
Ningsih 4.250.000 100.000 150.000 4.500.000 225.000 212.500 4.062.500 48.750.000 36.000.000 12.750.000 637.500 53.125
Siti 3.750.000 100.000 150.000 4.000.000 200.000 187.500 3.612.500 43.350.000 36.000.000 7.350.000 367.500 30.625
Budi 3.225.000 100.000 150.000 3.450.000 172.500 161.250 3.116.250 37.395.000 45.000.000 0 0 0
Suyanto 2.500.000 100.000 150.000 2.750.000 137.500 125.000 2.487.500 29.850.000 36.000.000 0 0 0
Eko 2.750.000 100.000 150.000 3.000.000 150.000 137.500 2.712.500 32.550.000 39.000.000 0 0 0
Hartono 3.000.000 100.000 150.000 3.250.000 162.500 150.000 2.937.500 35.250.000 36.000.000 0 0 0
Budiarto 2.975.000 100.000 150.000 3.225.000 161.250 148.750 2.915.000 34.980.000 42.000.000 0 0 0
Asmi 3.100.000 100.000 150.000 3.350.000 167.500 155.000 3.027.500 36.330.000 36.000.000 330.000 16.500 1.375
Suwartini 3.125.000 100.000 150.000 3.375.000 168.750 156.250 3.050.000 36.600.000 36.000.000 600.000 30.000 2.500
Suyekti 3.400.000 100.000 150.000 3.650.000 182.500 170.000 3.297.500 39.570.000 36.000.000 3.570.000 178.500 14.875
Parjo 3.250.000 100.000 150.000 3.500.000 175.000 162.500 3.162.500 37.950.000 39.000.000 0 0 0
Arum 3.330.000 100.000 150.000 3.580.000 179.000 166.500 3.234.500 38.814.000 36.000.000 2.814.000 140.700 11.725
Sutini 3.525.000 100.000 150.000 3.775.000 188.750 176.250 3.410.000 40.920.000 36.000.000 4.920.000 246.000 20.500
Anton 3.750.000 100.000 150.000 4.000.000 200.000 187.500 3.612.500 43.350.000 48.000.000 0 0 0
Dhani 3.575.000 100.000 150.000 3.825.000 191.250 178.750 3.455.000 41.460.000 48.000.000 0 0 0
Hadi 3.620.000 100.000 150.000 3.870.000 193.500 181.000 3.495.500 41.946.000 45.000.000 0 0 0
Lani 3.120.000 100.000 150.000 3.370.000 168.500 156.000 3.045.500 36.546.000 36.000.000 546.000 27.300 2.275
Ponco 2.975.000 100.000 150.000 3.225.000 161.250 148.750 2.915.000 34.980.000 36.000.000 0 0 0
Priyanto 4.235.000 100.000 150.000 4.485.000 224.250 211.750 4.049.000 48.588.000 42.000.000 6.588.000 329.400 27.450
Munarti 2.678.000 100.000 150.000 2.928.000 146.400 133.900 2.647.700 31.772.400 36.000.000 0 0 0
Jumlah 88.133.000 2.500.000 3.750.000 94.383.000 85.233.450 1.022.801.400 1.041.000.000 1.022.801.400 957,000,000 10.938.000 4.553.400 379.450
Sumber: Data Diolah, 2015
51
Dari penjelasan table diatas yang telah menggunakan PTKP
36.000.000 maka terlihat bahwa jumlah PPh Pasal 21 yang seharusnya potong
oleh pihak Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah lebih kecil dari
perhitungan dengan menggunakan PTKP 24.300.000 sehiga pasti akan
menimbulkan lebih bayar yang dapat dikompensasikan ke masa berikutnya atau
dapat direstitusikan.
Berikut table perhitungan terkait jumlah lebih bayar yang dapat
diperhitungkan oleh masing-masing karyawan.
52
Table 4.3
Table Perhitungan Lebih Bayar Atas Perubahan PTKP
Dari table di atas dapat dilihat jika dengan adanya perubahan
PTKP menyebabkan terjadinya lebih bayar pajak dan harus di
kompensasikan.
Berikut table penghitungan terkait dengan pengkompensasian
lebih bayar pajak.
Nama
PPh Pasal 21/bln
(PTKP
24.300.000)
PPh Pasal 21
yang sudah
dibayar Jan-Juni
PPh Pasal 21/bln
(PTKP
36.000.000)
PPh Pasal 21
yang seharusnya
dibayar Jan-Juni
Selisih
Agung 155.313 931.878 94.375 566.250 365.628
Bagas 104.688 628.128 51.875 311.250 316.878
Yanto 110.313 661.878 49.375 296.250 365.628
Sumini 45.625 273.750 Nihil Nihil 273.750
Marni 68.125 408.750 19.375 116.250 292.500
Ningsih 101.875 611.250 53.125 318.750 292.500
Siti 79.375 476.250 30.625 183.750 292.500
Budi 29.250 175.500 Nihil Nihil 175.500
Suyanto 23.125 138.750 Nihil Nihil 138.750
Eko 25.938 155.628 Nihil Nihil 155.628
Hartono 45.625 273.750 Nihil Nihil 273.750
Budiarto 27.625 165.750 Nihil Nihil 165.750
Asmi 50.125 300.750 1.375 8.250 292.500
Suwartini 51.250 307.500 2.500 15.000 292.500
Suyekti 63.625 381.750 14.875 89.250 292.500
Parjo 48.438 290.628 11.725 70.350 220.278
Arum 60.475 362.850 20.500 123.000 239.850
Sutini 69.250 415.500 Nihil Nihil 415.500
Anton 45.625 273.750 Nihil Nihil 273.750
Dhani 37.750 226.500 Nihil Nihil 226.500
Hadi 48.213 289.278 Nihil Nihil 289.278
Lani 51.025 306.150 2.275 13.650 292.500
Ponco 44.500 267.000 Nihil Nihil 267.000
Priyanto 84.325 505.950 27.450 164.700 341.250
Munarti 31.135 186.810 Nihil Nihil 186.810
Jumlah 1.502.613 9.015.678 379.450 2.276.700 6.738.978
54
Table 4.4
Penghitungan Kompensasi
Dari table di atas dapat diketahui jika terjadi selisih dapat di
kompensasikan hingga habis, jika terjadi nihil dapat di kompensasikan
pada tahun berikutnya. Akan tetapi jika jumlah bulan untuk
mengkompensasikan lebih dari 12 bulan kelebihan bayar dapat di
restitusikan.
Nama Selisih
PPh Pasal 21/bln
(PTKP
36.000.000)
Kompensasi
(selisih : pph21/bln)
Agung 365.628 94.375 4
Bagas 316.878 51.875 7
Yanto 365.628 49.375 8
Sumini 273.750 Nihil Tahun Depan
Marni 292.500 19.375 15
Ningsih 292.500 53.125 6
Siti 292.500 30.625 10
Budi 175.500 Nihil Tahun Depan
Suyanto 138.750 Nihil Tahun Depan
Eko 155.628 Nihil Tahun Depan
Hartono 273.750 Nihil Tahun Depan
Budiarto 165.750 Nihil Tahun Depan
Asmi 292.500 1.375 213
Suwartini 292.500 2.500 117
Suyekti 292.500 14.875 20
Parjo 220.278 11.725 19
Arum 239.850 20.500 12
Sutini 415.500 Nihil Tahun Depan
Anton 273.750 Nihil Tahun Depan
Dhani 226.500 Nihil Tahun Depan
Hadi 289.278 Nihil Tahun Depan
Lani 292.500 2.275 129
Ponco 267.000 Nihil Tahun Depan
Priyanto 341.250 27.450 13
Munarti 186.810 Nihil Tahun Depan
Jumlah 6.738.978 379.450
53
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari uraian berdasarkan bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini
memberikan kesimpulan, antara lain:
1. Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah
Bendaharawan Pemerintah yang telah melakukan pelaporan
PPh Pasal 21 dengan cara hard copy formulir 1721 yang
seharusnya sudah dilakukan dengan cara menggunakan E-SPT.
2. Perhitungan PPh Pasal 21 setelah adanya perubahan PTKP
yang semakin besar sehingga menimbulkan lebih bayar pada
masing-masing karyawan.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil evaluasi maka dapat memberikan saran sebagai
berikut:
1. Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah sebaiknya
selalu mengikuti pembaharuan peraturan yang berlaku.
2. Karya ilmiah ini bisa sebagai referensi untuk penulisan karya
ilmiah berikutnya. Dan menyertakan data pegawai untuk
melengkapi data pada karya ilmiah ini.
3. Karya ilmiah ini sebagai penerapan ilmu yang diperoleh selama
masa perkuliahan. Untuk menambah ilmu dan tidak tertinggal
54
56
informasi mengenai perpajakan maka lebih banyak untuk
membaca buku perpajakan dan memperbaharui informasi
mengenai perpajakan.
55
86
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo, 2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011. Yogyakarta: penerbit andi.
Niki Sae, 2006. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun anggaran 2006.
Jakarta: CV. Eko Jaya.
Raharjo Budi dan Djaka Sarananta, 2002. Dasar-dasar Perpajakan Bagi
Bendaharawan Sebagai Pedoman Pelaksanaan Pemungutan/Pemotongan dan
Penyetoran/Pelaporan. Jakarta: CV. Eko Jaya.
Setiawan Agus dan Hadi, 2006. Perpajakan Bendaharawan Pemerintah. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Tansuria, Billy Ivan. 2010 Pokok-pokok Ketentuan Umum Perpajakan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
56
58
LAMPIRAN
57