LAPORAN BUKU: “HATI ALLAH BAGAIKAN HATI SEORANG IBU”
LAPORAN FISIK BUKU
Judul Buku : Hati Allah Bagaikan Hati Seorang Ibu
Penulis : Marie Claire Barth-Frommel
Penerbit : PT BPK Gunung Mulia
Jumlah halaman : 389 Halaman
Cetakan : Cetakan ke-2: 2006 (Revisi)
SEKILAS MENGENAI BUKU
Marie Claire Barth-Frommel menerima sebuah tugas untuk menulis sebuah buku
pengantar Teologi Feminis bagi pembaca Indonesia. Tugas itu diterima penulis ketika ia
menghadiri lokakarya PERSETIA dan Biro Pelayanan Perempuan PGI.
Penulis menuliskan buku ini ke dalam tiga bagian sebagai berikut:
Perempuan membaca Alkitab
Perempuan mengaku percaya
Perempuan bertindak
Khusus untuk bagian ketiga, penulis merasa ada kelemahan dalam tulisannya dalam hal
konteks yang berlaku di Indonesia, karena pada waktu itu (penulis ada di Swiss) penulis tidak
memiliki teman bicara dalam menulis buku ini. Karena itu penulis mengajak pembaca untuk
memikirkan kembali dan mengembangkan bagian ketiga ini dalam konteks Indonesia.
LAPORAN ISI BUKU
BAB I
MENGAPA TIMBULNYA FEMINISME DAN TEOLOGI FEMINIS
Timbulnya feminisme dikarenakan, adanya pemahaman bahwa kaum laki-laki bertugas
dalam masyarakat luas sementara kaum perempuan bertugas dirumah dan sekitarnya.
Penulis menekankan tentang teori feminis senatiasa mengutamakan hubungan dan
bersifat inklusif. Kenyataan ini sangat menarik dalam kebudayaan Indonesia yan tidak suka
pemikiran eksklusif, melainkan suka mengabungkan ini dan itu. Hal ini hanya berbeda dengan
TEOLOGI FEMINIS 1
LAPORAN BUKU: “HATI ALLAH BAGAIKAN HATI SEORANG IBU”
tradisi dimana pemikiran feminis tidak menyamakan ini dan itu tetapi melihatnya sebagai
keberlainan yang patut dihormati, agar supaya hubungan satu sama lain itu nyata.
Timbulnya feminisme dikarenakan oleh kajian perempuan yang mengangkat pemahaman
jender. Jender yaitu cara memandang, menilai dan menentukan sikap baik laki-laki maupun
perempuan dalam masyarakat dan kebudayaan. Jender dikembangkan dalam masyarakat dan
dapat berubah, sebagaimana juga masyarakat dan budaya berkembang dan dapat berubah.
Sehingga penulis mengatakan bahwa jender merupakan suatu konstruksi social dan selalu
berhubungan dengan peranan laki-laki dan perempuan.
Perbedaan jender merupakan salah satu perbedaan dari begitu banyak perbedaan diantara
orang dari berbagai umur, golongan, budaya dan agama. Sehingga jender merupakan suatu alat
penting untuk memahami secara baru lewat hubungan diantara manusia.
Teologi feminis pun mencari pembebasan dari patriarkat dan menuju hubungan baru.
Maksud dari kalimat ini, bahwa pihak yang berkuasa melepaskan tuntutan dan kesombongannya,
lalu membuka diri pada pihak yang lemah. Jadi dapat disimpulkan bahwa penulis menekankan
dapat dikembangkan suatu persekutuan baru diantara mitra yang sederajat sebagai sesame
makluk Allah dan saudara Yesus.
Dari hal inilah dapat dikatakan bahwa feminisme mengakui perbedaan antara laki-laki
dan perempuan tetapi menolak dominasi kaum laki-laki bahkan pun kaum perempuan atas warga
masyarakat lainnya. Dan feminis tidak menginginkan dominasi kaum perempuan sebagaimana
yang dikatakan sebelumnya tetapi mencita-citakan suatu hubungan yang dinamis kritis dan
kreatif. Dan dapat dikatakan pula bahwa kaum feminis meninggalkan tentang pemikiran yang
dikatakan sebelumnya tetapi mencita-citakan suatu hubungan yang dinamis kritis dan kreatif.
Dan dapat dikatakan pula bahwa kaum feminis meninggalkan tentang pemikiran ang bersifat
eklusif, maksudnya sifat yang menentukan kebudayaan barat yang dominan itu tetapi mencari
pemikiran yang inklusif yang maksudnya menerima kepelbagaian sebagai kekayaan dan
dorongan untuk mencari kebenaran yang lebih dalam dan utuh.
BAB II
BAGAIMANA PEREMPUAN MEMBACA ALKITAB
Bagi kaum feminis keyakinan yang paling fundamental ialah bahwa “perempuan ialah
manusia sepenuhnya dan harus diperlakukan demikian”. Keyakinan ini menyangkut dua segi,
yakni laki-laki dan perempuan, keduanya manusia setingkat dan sederajat dalam kesamaan dan
perbedaan mereka; mereka menghayati kemanusiaannya dalam hubungan timbal balik.
Keyakinan tersebut dibenarkan oleh sejumlah nas Alkitab tetapi ditentang oleh nas yang
lain. Dengan demikian muncul pertanyaan tentang wibawa naskah Alkitab setiap penafsir
TEOLOGI FEMINIS 2
LAPORAN BUKU: “HATI ALLAH BAGAIKAN HATI SEORANG IBU”
feminis harus mengakui bahwa ia tidak dapat menerima naskah yang meremehkan peremouan
sebagai manusia pertama yang jatuh ke dalam dosa tanpa menyangkal kejujurannya sendiri.
Penulis juga menekankan bahwa Alkitab dibentuk oleh kaum laki-laki dalam budaya
patriarkal, sehingga banyak pengalaman dan pernyataan ditafsirkan oleh kaum laki-laki dari
sudut pandang patriarkal. Usaha penafsiran dari abad ke abad dan penentuan kitab-kitab mana
yang diterima oleh umat menunjang pemahaman patriarkal dan meniadakan apa yang masih
tersirat tentang pengalaman perempuan atau, saat ia masih terpelihara, ia ditafsirkan secara
andosentris.
Sehingga akibatnya Alkitab menjadi sumber yang membenarkan konsep patriarkat dalam
masyarakat Yahudi dan Kristen. Alkitab menentukan iman dan jati diri Kristen dan kitab yang
merupakan dasar keterkaitan kita (pada tradisi patriarkal) serentak merupakan sumber
pembebasan kita, yaitu sumber utama kritik feminis terhadap penindasan patriarkal. Inti berita
Alkitab dan iman Kristen membebaskan, menyembuhkan dan membangun manusia yang utuh
menurut pola kasih dan keadilan Allah.
Dalam ibadah kebanyakan gereja, pembacaan Alkitab dibuka dan ditutup dengan
perkataan seperti “Dengarkanlah Firman Allah” atau “Demikianlah Firman Allah”. Maksud di
balik itu adalah bahwa dalam naskah yang dibaca itu Allah dapat berfirman kepada kita melalui
Roh-Nya. Kaum feminis tidak dapat menerima paham bahwa Firman terikat bahkan terkurung
dalam kitab suci dan memperingatkan bahwa berdasarkan paham tersebut ayat-ayat yang
merendahkan perempuan diterima sebagai hokum kekal yang menentukan peran laki-laki dan
perempuan.
Penulis juga menekankan bahwa Kaum feminis bertolak dari pengalaman perempuan.
Yang diutamakan adalah kenyataan bahwa semua perempuan dinomorduakan, disingkirkan dari
kesempatan untuk menentukan kehidupannya sendiri ataupun diremehkan dan ditindas. Dengan
demikian dapat dikatakan ada hal baru dalam hermeneutika feminis adalah bahwa pengalaman
perempuan turut diperhatikan. Sehingga hal inilah yang menjadi dasar “pengalaman perempuan
menjadi kekuatan kritis yang mampu membuktikan kesalaham dalam teologi klasik. Sehingga
perempuan Asia berusaha “membaca Alkitab dengan mata baru”.
BAB III
PEREMPUAN MEMAHAMI PERJANJIAN LAMA
Bagaimana perempuan memahami perjanjian lama dilihat dari bagaimana Allah
menjadikan manusia menurut gambar-Nya. Dimana dari awal mula manusia berada dalam jenis
kelamin maskulin dan feminism. Penulis mengatakan dalam perbedaan itu dapat dihayati
dengan persekutuan yang dinamis menurut gambar Allah, baik diantara mereka sendiri maupun
antar mereka dengan Allah.
TEOLOGI FEMINIS 3
LAPORAN BUKU: “HATI ALLAH BAGAIKAN HATI SEORANG IBU”
Hal ini juga dikarenakan, tidak menceritakan bagaimana Allah menciptakan dan bukan
pula suatu laporan tentang penciptaan. Melainkan penulis memperlihatkan hubungan antara
Allah dengan manusia, antara laki-laki dan perempuan, bahkan juga antara manusia dengan
tanah.
Perempuan memahami perjanjian lama, dapat dilihat juga dalam cerita Sarah dan Hagar
yang dilukiskan persaingan antara dua perempuan dan kepercayaan Abraham diuji. Dimana
Abraham tidak bertindak dalam ketakutan sesorang yang akan menjalankan perintah apapun juga
tetapi ia menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan Allah yang memberikan hidup ditengah
ancaman maut dan Abraham menerima kembali anaknya sebagai orang muda yang berdiri
sendiri serta sebagai berkat. Begitujuga dengan Hosea yang kiasan tersebut biasanya ditafsir
secara patrialkal dan kiasan tersebut memujulkan bayangan ketakutan sehingga hal inilah Hosea
dicurigai oleh kaum feminis.
Penulis mengatakan bahwa masih banyak perempuan lain yang dapat menjadi sumber
inspirasi khususnya dalam perjanjian lama. Dimana kaum perempuan melihat sosok seorang
tamar yang berani memperjuangkan martabatnya sebagai ibu diIsrael sekalipun ia harus
memperalat mertuanya memenuhi kewajiban adat. Begitu juga Rahab seorang perempuan tuna
susila yang menjadi nyoya rumah untuk kedua pengintai yang diutus Yosua ke Yeriko dan yang
menaggung resiko berat demi keselamatan mereka. Demikian halnya dengan Ester yang atas
dorongan Mordekhai menggunakan kasih yang ditimbulkannya dan hikmat yang ada padanya
untuk menyelamatkan umat Yahudi dari bahaya maut bila ia menghampiri Raja tanpa
memikirkan kepentingan dirinya. Inilah yang dapat dikatakan tentang bagaimana perempuan
memahami perjanjian lama itu sendiri.
BAB IV
PEREMPUAN MEMBACA INJIL KERAJAAN ALLAH
Pertama kali dilihat dari Maria ibu Yesus, dimana Maria menerima berita bahwa Ia
diberikan karunia dan disertai Allah yang berarti bahwa ia dipilih demi tugas yang khas. Bahwa
ia akan mengandung dan melahirkan seorang anak yang diberi nama Yesus. Jadi dapat
dikatakan bahwa Allah mempercayakan tugas mulia ataupun sederhana dimana Allah tidak
meminta apapun selain keleraan menerima ajakan dan janjiNya. Jadi sungguh diberkati dan
menjadi berkat ibunda Yesus, yang serentak menjadi ibu dari orang percaya yng menantikan
penggenapan yang telah dikatakan oleh Tuhan.
Perempuan membaca injil kerajaan Allah, penulis menceritakan tentang Matius, Markus
dan Yohanes. Dimana Matius menggemukakan cerita tentang kelahiran Yesus dari sudut
pandang BapakNya. Selanjutnya injil tertua yaitu Markus disini dikatakan bahwa tidak
melaporkan kelahiran dan masa kanak-kanak Yesus sehingga Maria ibunda Yesus hanya
TEOLOGI FEMINIS 4
LAPORAN BUKU: “HATI ALLAH BAGAIKAN HATI SEORANG IBU”
disebutkan sepintas saja dan ia tidak mempunyai kedudukan atas kuasa Yesus. Sedangkan injil
Yohanes menampakkan berita yang lain yaitu Maria bersama Yesus dan para muridNya
menghadiri pesta perkawinan keluarga atau teman dekat mereka. Dan penulis mengatakan
bahwa diri Maria dan Yohanes terwujud satu hal bahwa mereka yang meninggalkan segala
sesuatu karena Yesus dan injil menerima yang baru yaitu ibu dan anak.
Dari sudut perempuan yang membaca injil kerajaan Allah, bahwa Yesus menghadirkan
kerajaan Allah bagi mereka yang tak berdaya. Dapat juga dilihat bahwa Yesus menyembuhkan
orang sakit, memberikan makan bagi mereka yang lapar, dan memanggil orang yang biasa
sebagai muridNya. Yang termasuk perempuan sehingga membentuk suatu persekutuan yang
didalamnya semua orang yang menjalankan kehendak Allah setingkat dan sederajat.
Hal ini juga dapat dilihat bagaimana perempuan sebagai saksi utama kebangkitan Yesus.
Yang dikatakan bahwa semua penginjil dalam hal ini Markus, Matius, Lukas, maupun Yohanes,
memberitakan bahwa perempuanlah yang pertama-tama menemukan kubur kosong dan
menerima berita bahwa Yesus telah bangkit. Hal itu jugalah yang mereka beritakan kepada para
murid lainnya.
BAB V
PEREMPUAN MEMBACA SURAT-SURAT RASULI
Dapat dilihat bahwa, Sang Rasul mengharapkan supaya lama-kelamaan orang Kristen
membebaskan hambanya karena kesadaran iman. Ia tidak bermaksud memaksa majikan Kristen,
namun itu berarti bahwa di depan Allah tuan dan hamba sama saja, sebaliknya di dalam
masyarakat tidak. Paling harus dilihat bahwa dalam gereja mereka pun setingkat. Sebagaimana
dikutip dalam Mrk.10:6, “perempuan dan laki-laki yang termasuk persekutuan Kristen tidak
ditentukan oleh kemampuan mengandung atau melahirkan, atau oleh peran jender yang bersifat
agamawi, budaya atau sosial melainkan oleh kemuridan dan pemberdayaan oleh Roh.
Penulis mengatakan bahwa, Lukas memusatkan Kisah Para Rasul pada kedua tokoh,
Petrus dan Paulus, dan melalaikan berita tentang penginjil lain, baik laki-laki maupun
perempuan. Itu sebabnya bahan tentang perempuan yang ikut membangun jemaat-jemaat
perdana hampir tidak ada. Namun jelas bahwa Injil disebarkan oleh anggota jemaat yang
terpaksa pindah karena dianiaya. Selain itu, injil pun disebarkan oleh Rasul dan penginjil yang
sengaja mengunjungi kelompok tertentu dan orang Kristen yang selalu ada di perjalanan karena
pekerjaan dan berbagai urusan. Mereka mengajar, memberitakan injil, mendirikn jemaat di
rumahnya, dan menggunakan pengaruhnya untuk mendukung pemberita injil dan orang Kristen
lainnya.
TEOLOGI FEMINIS 5
LAPORAN BUKU: “HATI ALLAH BAGAIKAN HATI SEORANG IBU”
Begitu juga bagi Pengarang surat Timotius 1 daan 2 serta Titus menasihati umat Kristen
dan memaparkan cara hidup yang sesuai dengan kehendak Allah . Ia hendak menolong jemaat
untuk menghadapi ajaran sesat serta kelakuan yang kurang baik. Ia pun mendorong kaum Kristen
untuk bertekun dalam ajaran rasuli, doa dan kerelaan menderita demi nama Kristus. Ia melihat
umat sebagai keluarga Allah dan rumah besar.
Dan Rasul juga menaruh harapannya akan Allah yang akan memperbarui segala
hubungan yang kini tegang atau kurang adil. Harapan ini diungkapkannya sebagai pertempuran
antara “pemerintahan, kekuasaan, dan kekuatan” pada satu pihak dan di pihak lain Kristus
sebagai buah sulung orang yang bangkit dan panglima suatu tentara yang memberikan tugas
panggilan kepada setiap anak buah. Kemenangan Kristus merupakan sesuatu yang pasti.
BAB VI
MENGAKU PERCAYA PADA ALLAH YANG MELAMPAUI SEGALA BAYANGAN
MANUSIA
Pada bagian ini, penulis bermaksud memperkenalkan bagaimana perempuan dapat
melihat dari sudut pandang perempuan mengenai Allah yang Kudus yang sulit bahkan
sebenarnya tidak bisa dipahami oleh manusia. Setiap manusia sebenarnya menyembah Allah
yang sama, hanya dengan cara yang berbeda. Manusia yang penuh keterbatasan tidak dapat
memahami Allah yang Kudus, Kekal yang tidak terbatas itu. Sehingga dari sana muncul
pertanyaan bahawa “bagaimana manusia dapat mengaku percaya kepada DIA yang Kudus itu?”.
Marie Claire menjawab pertanyaan tersebut bahwa manusia hanya dapat mengenal Allah yang
Kudus dalam kesadaran akan kerendahan manusia. Hal ini hanya dapat dimungkinkan dengan
pengalaman manusia yang menyadari akan kehadiran Allah, yang pun lebih diperluas dengan
tradisi-tradisi peribadatan atau persekutuan, sebab di dalam persekutuan itu pengalaman
manusia dapat lagi diperdalam dari lingkungan sekitar mengenai Allah.
Manusia dapat saja terus berusaha untuk mengenal Allah dengan cara mereka sendiri,
namun hanya Roh Allah sajalah yang dapat membangkitkan iman, perbedaan di dalam setiap
aliran yang di antaranya mendiskriminasi aliran lain bahwa hanya di dalam aliran mereka sajalah
terdapat kebenaran yang ilahi, biasanya mereka suka menggurui bahkan mengancam sehingga
mereka pun mengkhianati agama. Perbedaan yang terjadi bukan hanya di kalangan dalam saja,
tetapi juga di kalangan luar agama itu sendiri. Terkadang mungkin karena takut bahwa mereka
akan didiskriminasi oleh agama lain, maka suatu agama tertentu menutup komunikasi dengan
agama yang lain agar agama mereka tidak dimasuki oleh corak agama lain sehingga muncul
jarak antar agama. Hal ini menciptakan suasana was-was di dalam setiap agama yang takut
TEOLOGI FEMINIS 6
LAPORAN BUKU: “HATI ALLAH BAGAIKAN HATI SEORANG IBU”
jangan sampai agama mereka dikuasai oleh agama lain. Namun muncul pula keinginan dari
setiap pemeluk agama untuk saling berkomunikasi dengan tujuan agar mencari kesejahteraan
masyarakat. Dalam hal ini penulis mengangkat salah satu LSM yang ada yaitu “Perempuan
Peduli” yang bekerja demi rekonsiliasi di daerah kerusuhan. Di dalam kesatuan tersebut setiap
orang tetap setia terhadap agamanya masing-masing dengan saling menghargai satu dengan yang
lainnya.
Hal tersebut sebenarnya sementara berlangsung di Negara Indonesia, saling menghargai
setiap anggota masyarakat untuk memeluk agama mereka di atur di dalam hukum di Indonesia.
Cara untuk mengenal Allah lebih lanjut dikatakan ialah dengan fokus untuk benar-benar
mengenal DIA. Artinya dengan menyingkirkan memory yang penuh untuk benar-benar terpusat
mengenai Allah meski disadari bahwa manusia tidak dapat mengenal DIA tanpa Roh Kudus.
Manusia pun bisa lebih mengenal Allah dengan memahami arti kata “Allah” sebagai kata kerja
bukanlah kata benda.sehingga dengan suatu kata kerja tersebut, maka manusia dapat memahami
bahwa Allah: sudah, sedang dan akan bertindak.
BAB VII
AKU PERCAYA PADA ALLAH, BAPA YANG MAHA KUASA KHALIK LANGIT DAN
BUMI
Pada bagian ini, penulis memberikan pandangan mengenai Allah yang dipandang sebagai
“Bapa” harusnya juga khiasan Allah yang mengasihi manusia sama seperti seorang ibu harus
diangkat. Memang di dalam ceritera Alkitab (baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru)
Allah sangat akrab dilihat sebagai Bapa atau orangtua. Contohnya: raja dan Israel disebut Anak
Allah dan warga anak-anak-Nya; Yesus memanggil Allah dengan sebutan “Aba” (suatu sebutan
yang mesra dari seorang anak kepada bapanya). Akan tetapi jika dilihat dari perspektif
perempuan pun Allah dapat dipandang sebagai Allah yang melahirkan (Ul. 32:18). Perspektif di
dalam pengakuan Iman rasuli juga sebenarnya perlu diartikan, Maha Kuasa, di dalam kamus
Maha artinya besar. Istilah “Bapa” mempunyai dua arti, demikian pula dengan Kuasa. Yang
pertama kuasa menunjuk pada kemampuan mewujudnyatakan rencana atau tugas dan dapat
disamakan dengan “daya”. Kedua, kekuasaan cenderung dipandang sebagai tujuan utama.
Penulis bukan hanya mengemukakan bahwa Allah bukan hanya berhubungan dengan
manusia tetapi juga dengan ciptaan-Nya yang lain yaitu langit dan bumi. Proses penciptaan ini
berlanjut dengan hubungan timbale-balik antara Allah dengan ciptaan-Nya, di mana pada hari
yang terakhir hubungan antara Khalik dengan ciptaan-Ny dirayakan. Namun perlu digaris
bawahi juga di dalam ceritera Alkitab di dalam kitab Amsal, Allah menciptakan hikmat sebagai
TEOLOGI FEMINIS 7
LAPORAN BUKU: “HATI ALLAH BAGAIKAN HATI SEORANG IBU”
permulaan karya-Nya, berbicara mengenai penciptaan, penciptaan ini pun berlangsung di dalam
Pejanjian Baru bahwa Allah Yesus yang adalah Firman yang Hiudp menjadi perantara ciptaan.
Dari penjelasan penulis, maka kelompok kami berkesimpulan bahwa, berbicara mengenai
ciptaaan Allah sebenarnya berbicara mengenai Allah itu sendiri di dalam karya ciptaan-Nya.
Keindahan yang DIA ciptakan ialah keberagaman yang menunjukkan kekayaan-Nya,
namun dengan keberagaman tersebut, maka tidak ada yang harus dibedakan. Namun dilihat dari
sudut pandang sejarah manusia dalam hal ini laki-laki sepertinya dijadikan majikan sedangkan
perempuan sebagai budak. Karena itu muncul semmangat kaum perempuan bahwa perlu adanya
persamaan antara keduanya.
Penulis berkesimpulan bahwa Kristus adalah tujuan dan arti dari segala ciptaan Allah.
Hal ini menggambarkan bahwa usaha kesejahteraan serta pemulihan keutuhan ciptaan adalah
dengan menciptakan semuanya demi Kristus. Gambaran manusia serupa dan segambar dengan
Allah terus berlanjut dengan kehadiran Kristus, bahkan sesudah kehadiran Kristus citra Allah di
dalam ciptaan-Nya sebenarnya terus berkembang.
BAB VIII
AKU PERCAYA KEPADA YESUS KRISTUS
Pada bagian ini, penulis hendak mengemukakan tentang bagaimana perempuan percaya
kepada Yesus dari sudut pandang perempuan. Penulis mengangkat dimulai dengan pertanyaan
mengenai siapa Yesus dan bagaimana Yesus bia dikenal dan diterima dikalangan masyarakat,
serta bagaimana manusia mengenal dengan cara menyatukan antara budaya, gereja dan Injil.
Kedekatan antara Yesus dengan setiap manusia hanya akan terjalin secara pribadi antara manusia
tersebut dengan Yesus. Manusia bisa mengenal-Nya dengan cara yang berbeda-beda, dan proses
pengenalan manusia bisa dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang ada. Penulis mengemukakan
bahwa teolog feminis menganut “Kristologi dari bawah”, yang menekankan bahwa Yesus datang
bersekutu dengan kaum teretindas secara lahir batin, mengundang mereka untuk mengalami
kehadiran Allah. Yesus adalah sosok yang bisa didekati oleh setiap orang, entahkah dari
golongan apapun Ia bisa dikenal bahkan Ia begitu dengan setiap orang.
Yesus yang Kudus dikatakan adalah Saudara bagi setiap manusia, penulis mengangkat
pandangannya bahwa Yesus dekat dengan orang-orang yang terdiskriminasi oleh karena
keadaaan yang ada. Sengsara Yesus dipandang sebagai proses penghayatan penderitaan yang IA
hadapi, agaknya penulis bermaksud supaya penderitaan kesengsaraan jangan hanya dipandang
sebagai suatu hukuman, tetapi mengacu pada keyakinan di dalam penderitaan bahwa Allah hadir
TEOLOGI FEMINIS 8
LAPORAN BUKU: “HATI ALLAH BAGAIKAN HATI SEORANG IBU”
di tengah-tengah manusia tidak untuk membedakan siapa yang lebih pantas di dalam Kerajaan
Allah.
Harapan dari penulis agar tradisi gerejawi yang sering berbicara mengenai masa sekarang
dan yang akan datang, dapat juga mempertimbangkan perspektif perempuan bahwa penekanan
yang harus diingat ialah iman dan kasih. Karena di dalam penghayatan tersebut maka manusia
dapat mengenal Allah dan memiliki pengharapan yang pasti bahwa Allah.
BAB IX
AKU PERCAYA PADA ROH KUDUS DAN MENGHORMATI HIKMAT
Pada bagian ini, penulis hendak mengemukakan mengenai adanya eratnya hubungan
antara Roh dan Hikmat. Kedua-duanya berasal dari Tuhan, kedua-duanya hanya Tuhan yang bisa
memberikannya kepada manusia. Dari perspektif perempuan, Roh Kudus dianugerahkan untuk
memperkuat iman percaya dari seseorang tersebut, sedangkan Hikmat ialah Tuhan itu sendiri.
Maksudnya ialah hikmat merupakan selain bahwa Hikmat merupakan anugerah Tuhan, namun
hikmat adalah sarana satu-satunya bagi manusia untuk mengerti jalan Tuhan. Roh dikiaskan
dengan berbagai rupa, yang hedak menggambarkan bagaimana Roh itu bekerja dan disarakan
oleh setiap manusia. Pentingnya hubungan antara Roh dan Hikmat hendak memberikan suatu
pengertian bahwa Allah tidak hanya bisa dikenal melalui pengalaman manusia saja, akan tetapi
melalui Roh yang pun kepada manusia diberikan Hikmat untuk mengerti maka manusia dapat
mengaku percaya dalam Roh dn Kebenaran.
Roh Kudus dan Hikmat dikatakan berbeda namun keduanya searah dan tidak dapat
dipisahkan, keduanya hendak memberikan gambaran bahwa Allah yang Kudus tidak bisa dikenal
oleh rasio manusia tanpa pengenalan yang lebih lanjut yang dikenalkan oleh Allah sendiri
kepada manusia. Pengenalan tersebut diwujudkan melalui Hikmat dari Roh yang Kudus.
BAB X
GEREJA YANG KUDUS DAN AM
(PERSEKUTUAN ORANG KUDUS, PENGAMPUNAN DOSA, KEBANGKITAN
DAGING, DAN KEHIDUPAN KEKAL)
TEOLOGI FEMINIS 9
LAPORAN BUKU: “HATI ALLAH BAGAIKAN HATI SEORANG IBU”
Gereja yang Kudus juga harus dipandang dari sudut lembaga, karena gereja memiliki
unsur struktur organisasi, dari lembaga tersebut, gereja semakin berkembang meski sulit untuk
dipahami karena gereja harus terus berjuang melawan tantangan-tantangan yang ada di
dalamnya. Di dalam lembaga terebut, banyak yang ingin menjadi yang terdepan, namun harus
diingat pula bahwa Yesus menentang setiap orang yang ingin menjadi terkemuka, Ia
mengajarkan bagaimana hidup dlaam kerendahan hati. Karena itu penulis bermaksud supaya
Gereja yang sudah berdiri dalam lembaga harus mengingat pula bahwa Gereja adalah Kudus, dan
Gereja itu terbuka dan bersifat am karena itu Gereja tidak boleh berdiam di dalam organisasi itu
saja atau hanya sampa pada pemeliharaan hidup bagi para warganya. Gereja harus melanjutkan
misi karya penyelamatan Allah bagi setiap manusia.
Karya selamat Allah itu disampaikan oleh Gereja kepada setiap manusia, yakni
keselamatan bagi dunia yang berdosa. Melalui pengakuan iman yang disampaikan oleh setiap
manusialah yang pun turut menentukan keselamatan bagi manusia itu sendiri.
BAB XI
SIAPAKAH MANUSIA?
Dalam bagian ini penulis mengangkat tentang peranan perempuan yang tidak kalah
penting dengan laki-laki. Perempuan dan laki-laki itulah yang dimaksudkan dengan manusia.
Dalam kehidupan mereka memiliki peranan yang sama. Dalam kehidupan yang mereka jalani,
mereka membangun hubungan-hubungan yang beranekaragam. Dalam hubungan-hubungan
itulah manusia menjalankan peranannya baik sebagai perempuan maupun juga laki-laki sebagai
manusia seutuhnya.
Hubungan-hubungan yang dijalankan oleh manusia itu membentuk jaringan hubungan
yang bisa berjalan dengan baik namun bisa juga terhambat.
Dalam bagian ini penulis menjelaskan jaringan hubungan itu yang terdiri atas hubungan
manusia dengan Allah, dengan sesama baik pribadi maupun dalam masyarakat, dan juga dengan
alam.
Selanjutnya penulis menjelaskan bahwa manusia itu adalah jiwa bertubuh dan tubuh
berjiwa. Ada kesalahan dalam ajaran gereja yang bersifat androsentris dimana jiwa dianggap
lebih penting dari tubuh. Perempuan dianggap tinggal dalam jiwa sehingga ia hina, sedangkan
laki-laki memakai akal sehingga dianggap tinggi. Penulis menekankan bahwa jiwa dan tubuh tak
dapat dipisahkan sebagai manusia yang utuh. Dengan tubuhlah (pancaindera) manusia
berinteraksi dan menganalisa segala sesuatu, sehingga ia bisa berpikir dan merasa.
Dalam perjalanan waktu manusia lahir, berkembang manjadi dewasa, tua dan mati.
Waktu tak dapat diulang karena itu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Karena itu penulis
TEOLOGI FEMINIS 10
LAPORAN BUKU: “HATI ALLAH BAGAIKAN HATI SEORANG IBU”
menekankan tentang pentingnya pengetahuan dalam mengenal tanda-tanda jaman supaya tidak
akan ada waktu yang terbuang.
BAB XII
MANUSIA YANG HIDUP DALAM DUNIA YANG KACAU
( PERSOALAN TENTANG KEJAHATAN, PENDERITAAN, DAN DOSA )
Dalam bagian pertama dari bab ini penulis menuliskan tentang kekacauan yang ada
dalam dunia yang mengancam kehidupan. Kakacauan itu ada yang disebabkan oleh kuasa alam
dan seringkali manusia menanyakan kenapa Allah membiarkan semua itu terjadi. Manusia
bertanya-tanya dari manakah ketidakbaikan itu berasal. Baik filsafat maupun agama menjawab
bahwa dalam dunia ada kuasa kebaikan dan kuasa jahat yang saling berlawanan sehingga
menyebabkan fenomena-fenomena termasuk alam yang terjadi dalam kehidupan manusia. Dalam
pandangan feminis ketidakbaikan itu tak bisa dipahami dengan akal apalagi mengetahui dari
mana asalnya. Yang harus ditanyakan adalah bagaimana menghadapi ketidakbaikan itu.
Selanjutnya penulis menuliskan tentang ketidakbaikan yang dialami oleh manusia. Laki-
laki memandang kejahatan yang menyebabkan ketidakbaikan itu adalah sesuatu yang dapat
dibuat dan dapat dihilangkan. Tapi bagi perempuan ketidakbaikan itu terjalin dalam dirinya
karena keberadaannya sebagai perempuan. Pandangan inilah yang menyebabkan kaum
perempuan menderita lebih banyak ketidakbaikan.
Dalam ketidakbaikan yang tidak beralasan bagi Ayub, penulis mencoba menekankan
tentang topeng yang dikenakan oleh Ayub atas pembelaan dan pembenaran dirinya yang
menutup dirinya dan memutuskan hubungannya dengan sesama dan dengan Tuhan. Penulis
menekankan tentang pentingnya kesadaran tentang keberadaan diri dan orang lain yang
memungkinkan untuk terjadinya empati dalam hubungan dengan Allah dan manusia.
Ketidakbaikan diakibatkan karena kejahatan dan kejahatan membuahkan dosa. Manusia
ada dalam pola ini. Penulis menjelaskan bahwa selama ini dalam tradisi Kristen dosa dipandang
sebagai pemberontakan. Pandangan ini mempengaruhi kehidupan manusia. Penolakan dan
pemberontakan kaum perempuan untuk menolak dominasi dan diskriminasi dari kaum laki-laki
dianggap sebagai dosa. Pandangan yang keliru inilah yang menyebabkan banyak kaum
perempuan pasrah dan terlibat pula dalam dosa yaitu dosa pasif (dosa kepasrahan).
Sebagai kesimpulan penulis menekankan tentang pentingnya kesadaran akan adanya
sistem dalam masyarakat yang memaksa orang-orang untuk melakukan perbuatan yang
mengakibatkan ketidakbaikan. Gereja harus mengangkat suara kenabiannya dan bersama-sama
dengan semua orang merubah sistem itu sedikit demi sedikit. Dalam ketidakbaikan manusia
TEOLOGI FEMINIS 11
LAPORAN BUKU: “HATI ALLAH BAGAIKAN HATI SEORANG IBU”
harus terus berjuang meskipun menemui penderitaan, demi kepentingan banyak orang dan
kelangsungan dari hidup itu sendiri. Karena hidup itu harus diperjuangan.
BAB XIII
DASAR ETIKA KRISTEN MENGASIHI ALLAH DAN SESAMA
Mengawali bab ini penulis sedikit menjelaskan tentang dasar dari etika Kristen. Dasar
dari etika Kristen terletak pada tindakan Allah yaitu kasih. Inisiatif kasih itu pertama-tama
datang dari Allah. Manusia merespon kasih Allah itu di dalam etika dan bersama-sama dengan
Allah manusia menghadapi ancaman ketidakbaikan.
Penulis menuliskan bahwa berdasarkan kesaksian dari Alkitab, inti dari berita Perjanjian
Baru adalah kasih Allah. Kasih bukanlah perasaan melainkan daya yang menciptakan hubungan
timbal balik yang menunjang kehidupan. Dalam kasih ada kekuatan yang besar, kesukaan yang
indah tetapi juga kerelaan menderita. Karena itu Allah mengajak manusia untuk masuk dalam
hubungan kasih yang dinamis dengan-Nya.
Dalam penjelasan penulis tentang mengasihi diri sendiri, penulis menekankan tentang
pentingnya kesadaran dari manusia untuk mengetahui jati dirinya. Segala kekurangan dan
kelebihan yang ada padanya sehingga ia mampu membangun hubungan timbal balik dengan
sesama dalam kehidupannya.
Selanjutnya penulis menuliskan tentang pentingnya kasih yang dilandasi motivasi yang
benar terhadap sesama manusia. Dalam kebersamaan ada keragaman. Dan seringkali keragaman
menghasilkan perbedaan yang membuahkan perselisihan. Karena itu pengampunan sangat
penting karena tanpa pengampunan baik orang yang melukai ataupun dilukai tak akan dapat
menjalankan kemanusiaannya yang utuh.
Menutup bagian ini penulis menekankan tentang pentingnya mengasihi Allah dengan
segenap hati, jiwa dan kekuatan. Yaitu mengasihi Allah dalam keutuhan pribadi kita sebagai
manusia. Dimana seluruh hidup baik kata, prilaku dan pikiran menjadi sebuah ekspresi kasih
terhadap Allah dan terciptalah hubungan timbal balik dengan dia.
BAB XIV
ETIKA KHUSUS
Penulis mengawali bab ini dengan menulis tentang etika keluarga. Contoh yang penulis
ambil adalah keluarga di Indonesia, yang hubungan kekeluargaannya sangat erat. Eratnya
hubungan kekeluargaan ini salah satu disebabkan oleh adanya nama besar keluarga atau marga.
Dalam menjalani hidup terkadang keluarga diperhadapkan dengan perselisihan dan pertengkaran
TEOLOGI FEMINIS 12
LAPORAN BUKU: “HATI ALLAH BAGAIKAN HATI SEORANG IBU”
antar anggota keluarga namun ketika salah satu ada dalam kesusahan yang lain tidak akan
membiarkan, mereka akan memberikan pertolongan dan dukungan.
Sepanjang sejarah arti dan bentuk dari pernikahan terus berubah. Hal ini disebabkan oleh
budaya yang melatarbelakangi setiap orang yang tinggal di dalamnya. Dalam pernikahan baik
suami maupun isteri sama-sama belajar untuk saling terbuka, menerima dan melengkapi. Namun
ketika terjadi kegagalan dalam pernikahan, itu bukanlah akhir dari kehidupan. Baik laki-laki
maupun perempuan harus melanjutkan hidup mereka dan tidak menutup kemungkinan hal
tersebut membuat mereka menyadari kesalahan mereka, melepaskan pengampunan dan kembali
bersatu dengan pasangan mereka. Namun jika tidak pengampunan tetap harus mereka berikan
demi kelangsungan kehidupan yang Tuhan berikan, dan anak-anak mereka tetap harus
mendapatkan kasih sayang dari mereka berdua. Mereka tetap harus bertanggungjawab penuh atas
tumbuh kembang anak-anak mereka.
Penulis menuliskan tentang orang yang tidak menikah. Bagi mereka ikatan sosial yang
ada tidak hanya terdapat dalam pernikahan tetapi dalam masyarakat, baik di tempat kerja ataupun
yang lainnya. Hal penting lainnya yang coba diungkapkan penulis dalam bagian ini adalah tidak
adanya hak untuk memperoleh anak bagi keluarga-keluarga. Keluarga harus menerima jika
mereka tidak mendapatkan anak karena bagi perempuan, keibuan mereka tidak tergantung dari
sanggup tidaknya ia menjadi ibu biologis, melainkan sejauh mana ia mampu menjalankan
panggilannya sehingga menjadi berkat bagi orang lain. Begitupula bagi anggota keluarga yang
cacat. Mereka harus diperlakukan dengan baik dan diterima oleh anggota keluarga yang lain.
Penulis juga menuliskan tentang hubungan persahabatan yang tercipta. Dimana hubungan
persahabatan itu harus dipelihara. Dalam persahabatan manusia pun saling belajar dari hubungan
timbal balik satu dengan yang lain.
Selanjutnya penulis menulis tentang seksualitas. Seksualitas adalah sebuah fakta yang
tidak dapat diabaikan. Hal ini adalah pemberian Allah dimana manusia diciptakan sebagai laki-
laki dan perempuan. Lembaga pernikahan mendapat kritikan yang tajam dari para kaum Feminis,
karena keberpihakan mereka pada kaum laki-laki. Bagian-bagian selanjutnya berisi isu-isu
feminis yang lainnya yang dituliskan oleh penulis yang intinya bahwa perempuan dan laki-laki
harus membina relasi yang sejajar dan baik dalam rangka menjalankan panggilan mereka.
BAB 1V
ETIKA MASYARAKAT
Dalam bagian ini penulis mengungkapkan tentang pekerjaan sebagai usaha manusia
untuk memperjuangkan hidup yang dianugerahkan Tuhan. Tidak ada pekerjaan yang rendah dan
yang tinggi. Pekerjaan itu sama kedudukannya yang berbeda adalah jenisnya yang beragam, dan
menuntut manusia untuk mengerjakannya secara sungguh-sungguh, karena dalam usaha manusia
TEOLOGI FEMINIS 13
LAPORAN BUKU: “HATI ALLAH BAGAIKAN HATI SEORANG IBU”
untuk menjalankan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh itu manusia membangun hubungan-
hubungan dengan sesama dan dengan Tuhan sehingga ia menjadi manusia yang utuh.
Bagian selanjutnya menekankan tentang kesetaraan antara kaum perempuan dan laki-laki
dalam memegang posisi sebagai pemimpin. Untuk memegang posisi sebagai pemimpin
perempuan harus terlebih dahulu menghormati dirinya sendiri, perempuan lain bahkan semua
orang pada umumnya. Sehingga kaum perempuan dapat menyadari dan menghargai
keterampilan dan kesanggupan mereka dan menerapkan pola kepemimpinan mereka demi
kepentingan banyak orang.
Hidup dalam masyarakat yang majemuk menuntut kaum perempuan untuk memberikan
kontribusinya terhadap masyarakat. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh perempuan namun ia
tak dapat bekerja seorang diri. Penulis menekankan tentang pentingnya kerjasama disini.
Selanjutnya penulis menuliskan tentang etika lingkungan. Kita terhubung dengan alam.
Alam ciptaan ini berusaha dikemukakan penulis sebagai rumah Bapa, tempat kita sebagai anak-
anak tinggal dan kita akan mewariskannya kepada angkatan-angkatan berikutnya. Karena itu
alam ini harus diperlakukan dengan baik, bukannya dipandang sebagai objek yang dapat
dieksploitasi untuk kepantingan pribadi. Alam yang menjadi tempat sekaligus penyokong
kehidupan ini harus dijaga dan dilestarikan.
KESIMPULAN
Apa yang dapat kami simpulkan dari buku ini adalah tentang ketidakadilan yang
diskriminatif terhadap kaum perempuan yang menjadi alasan yang mendasari munculnya
Teologi Feminis. Ketidakadilan tersebut dikarenakan adanya perbedaan mendasar antara laki-
laki dan perempuan. Seharusnya, dalam perbedaannya laki-laki dan perempuan saling
membangun hubungan dalam menghayati persekutuan yang utuh dengan Allah sebagai makhluk
ciptaan-Nya. Namun dalam prakteknya dominasi dari kaum laki-laki sangat terasa dalam
perjalanan sejarah umat manusia.
Dalam buku ini dingkatlah berbagai sudut pandang dari perempuan yang sesungguhnya
menjadi perbedaan mendasar antara perempuan dengan laki-laki, dimana dalam perbedaan itulah
baik perempuan maupun laki-laki menjalankan panggilannya sebagai manusia yang utuh.
Contohnya adalah dalam hal bagaimana perempuan menafsirkan Alkitab, berbicara
tentang iman yang dituangkan ke dalam pengakuan iman dari perspektif perempuan. Bagaimana
perempuan menjelaskan iman mereka kepada Tuhan, perempuan pun berperan penting untuk
TEOLOGI FEMINIS 14
LAPORAN BUKU: “HATI ALLAH BAGAIKAN HATI SEORANG IBU”
melihat apa dan bagaimana bayangan manusia mengenai Allah yang disembah. Serta dalam hal
bagaimana perempuan bertindak ditengah-tengah masyarakat yang majemuk.
Satu hal yang perlu digarisbawahi adalah bahwa buku ini tidak bermaksud untuk
mangangkat kaum perempuan dan merendahkan kaum laki-laki. Buku ini bermaksud untuk
menempatkan kaum perempuan pada posisinya yang semula sebagaimana sewaktu diciptakan
oleh Allah, yaitu setara dengan kaum laki-laki. Dan hal itu tidak hanya dalam segi nilai atau
pemikirn melainkan harus juga dalam segi praktis.
TEOLOGI FEMINIS 15