1
A. Latar Belakang
Kota merupakan daerah yang menjadi sentral dari segala aktivitas
manusia, hampir sebagian besar dari kegiatan sehari – hari manusia di lakukan di
perkotaan, di kota akan terlihat jelas berbagai keadaan yang menggambarkan
setiap kepentingan orang yang ada didalamnya, atas dasar semua kepentingan
itulah maka sebuah wilayah termasuk kota perlu di atur, di tata dan di kelola
penggunaannya, bukan berdasarkan kepentingan masing – masing orang, namun
lebih di dasarkan pada kepentingan publik atau kepentingan yang mendahulukan
dan mempertimbangkan kepentingan banyak orang.
Yogyakarta sebagai salah satu kota besar di Indonesia juga tidak lepas dari
berbagai permasalahannya, daerah yang tumbuh dengan ikon kotanya sebagai
kota pelajar, kota wisata dan budaya memberi dampak pada pesatnya
pembangunan yang terjadi di Yogyakarta, dari tahun ke tahun tercatat
pertumbuhan penduduk di kota Yogyakarta semakin meningkat, meningkatnya
jumlah penduduk ini di pengaruhi oleh beberapa hal yang antara lain.
1. Keberadaan sarana pendidikan
2. Kultur dan budaya masyarakat yang unik dan ramah
3. Kondisi wilayah yang nyaman
4. Suasana wilayah yang kondusif untuk berbagai kegiatan
5. Keberadaan daerah tujuan wisata
6. Ketersediaan berbagai sarana dan prasarana yang memadai
Beberapa faktor pengaruh diatas merupakan alasan – alasan yang biasanya
menjadi sebab mengapa orang ingin menetap dan memilih berdomisili di
Yogyakarta, alasan itulah yang kemudian mendorong semakin tingginya jumlah
penduduk di Yogyakarta, tingginya jumlah populasi ini serta merta mendorong
munculnya permasalahan – permasalahan di kota, mulai dari masalah sosial,
ekonomi, lingkungan, keruangan dan permasalahan lainnya, di antara
2
kompleksitas masalah yang terjadi di wilayah perkotaan khususnya Yogyakarta,
salah satunya adalah permasalahan transportasi, ketersediaan lahan yang terbatas
akibat dari berbagai kegiatan pembangunan, tidak mampu membendung tingginya
animo masyarakat yang lebih cenderung memilih menggunakan alat transportasi
pribadi (private transport) untuk menjalankan aktivitas pribadinya masing –
masing.
Besarnya tingkat penggunaan transportasi pribadi yang hanya membawa
sedikit orang ini (single occupant vehicle) tidak hanya berdampak pada kemacetan
jalan (congestion) tapi juga menimbulkan permasalahan lain, masalah lingkungan
misalnya tingginya polusi udara dan kebisingan, yang dikeluarkan dari gas emisi
karbon kendaraan dan suara mesin – mesin kendaraan yang tidak hanya menjadi
masalah lingkungan namun juga berdampak pada berkurangnya tingkat kesehatan
serta kualitas hidup masyarakat di daerah perkotaan, masalah sosial seperti
kecemburuan sosial (social jealousy) yang akan berakibat tingginya resiko
kriminal, di aspek ekonomi penggunaan kendaraan pribadi yang tinggi,
berdampak pada tingginya pengeluaran dan inefisiensi penggunaan bahan bakar,
di aspek keruangan, dampak yang di timbulkan dari permasalahan transportasi ini
salah satunya adalah berkurangnya ruang terbuka serta inefisiensi penggunaan
lahan yang hanya lebih banyak di peruntukkan untuk lalu lintas kendaraan dan
parkir kendaraan, selain itu juga berdampak pada tidak terbendungnya sebaran
kota (urban sprawl) hingga sampai ke wilayah pinggiran (suburban) yang secara
perlahan akan mengubah fungsi lahan pertanian menjadi lahan yang fungsinya
lebih komersial. Luasnya dampak yang diakibatkan dari permasalahan transportasi
ibarat satu mata rantai yang saling terkait dan terus memberikan dampak domino
bagi aspek – aspek lainnya.
Kurang tanggapnya kita terhadap problematika transportasi tentu saja
mengancam keberlangsungan kota (urban sustainable), sehingga diperlukan
perencanaan transportasi yang komprehensif, yang mengelaborasi setiap sisi
permasalahan dari transportasi sehingga mampu dijadikan sebagai solusi terhadap
semakin meluasnya permasalahan transportasi di daerah perkotaan khususnya
Social Effect
Economic Effect
Spatial Effect
Environment Effet
High Traffic Density
3
Yogyakarta. Salah satu program solutif yang di programkan oleh pemerintah
Provinsi Yogyakarta dalam menanggulangi permasalahan transportasi adalah
dengan berupaya menyediakan sarana transportasi massal (high occupant vehicle)
yang murah, aman, serta nyaman bagi masyarakat, alat transportasi itu kini lebih
kita kenal dengan nama Trans Jogja, pengoperasian moda transportasi massal
yang berupa bus dengan kapasitas 20 – 40 orang tersebut, diharapkan mampu
mengurangi penggunaan kendaraan pribadi yang akhirnya juga akan mengurangi
berbagai dampak negatif yang timbul akibatnya.
Gambar. 1 Penggambaran masalah transportasi dan solusinya
B. Implementasi Kebijakan
Kebijakan pengoperasian sistem transportasi publik Trans Jogja dimulai
pada Februari 2008, kini program tersebut telah berjalan lebih dua tahun, dalam
mendukung kegiatan operasionalnya, Trans Jogja di lengkap dengan beberapa Bus
yang mampu menampun 20 – 40 orang, dengan kapasitas tempat duduk 20 buah
dan (free space) atau sebagian ruang tanpa tempat duduk mampu menampung 20
orang lagi, selain itu operasional Trans Jogja di lengkapi dengan 75 buah shalter
Problem Solving Pro
vide Mass Transport
System
4
dengan 67 shelter berfungsi sebagai shalter umum, dan 8 shelter lainnya berfungsi
sebagai shelter pos, dengan lokasi masing – masing shelter tersebar di beberapa
wilayah, untuk pembagian daerah operasional Trans Jogja sendiri di bagi menjadi
6 trayek, terdiri dari trayek 1A, 1B, 2A, 2B, 3A, dan 3B.
Operasional Trans Jogja dimulai pada pukul 06.00 dan berakhir hingga
pukul 22.00 setiap harinya, dalam usahanya melayani penumpang manajemen
Trans Jogja menempatkan masing – masing dua orang petugas di sebuah shalter
dan dua orang petugas di dalam bus sebagai supir dan juga petugas yang
memandu naik dan turunnya penumpang, waktu tunggu bus dengan trayek yang
sama adalah selama maksimal 15 menit, misalnya bus 1A melintas di shelter X
maka untuk menunggu kedatangan bus 1A kembali dibuthkan waktu 15 menit,
sedangkan biaya yang harus di keluarkan oleh penumpang untuk menggunakan
fasilitas Trans Jogja adalah sebesar Rp. 3000 ,- untuk satu kali perjalanan dari
shelter asal hingga shelter tujuan, manajemen Trans Jogja juga memberikan
fasilitas kartu elektronik langganan, setiap orang bebas untuk memiliki kartu
tersebut dengan persyaratan yang tidak terlalu rumit cukup dengan mengisi
formulir permohonan, dan membayar sejumlah uang untuk mengisi saldo kartu
yang terdiri dari jumlah Rp. 15.000, 25.000, 50.000 dan 100.000, bagi
penumang yang memiliki fasilitas kartu tersebut biaya yang dikenakan sekali
perjalanan hanya Rp. 2.700,- di tambah dengan fasilitas free charge apabila
penumpang turun selama satu jam dan kemudian sebelum satu jam kembali
menggunakan Trans Jogja.
Pengelolaan Trans Jogja berada di bawah kewenangan Dinas
Perhubungan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dalam
menjalankan program ini DISHUB DIY bekerja sama dengan PT Jogja Tugu
Trans, adapun bentuk kerjasama antara keduannya adalah Dinas Perhubungan
dalam hal ini sebagai pengelola utama yang bertugas mengatur sistem dan
menyediakan fasilitas shelter dan isinya, sedangkan PT. Jogja Tugu Trans
menyediakan fasilitas kendaraannya dan mengelola SDM yang menjadi petugas
baik di bus maupun di dalam shelter.
5
C. Evaluasi Implementasi Kebijakan
Trans Jogja sebagai transportasi publik yang kini telah berjalan lebih dari
dua tahun, sedikit demi sedikit telah memberikan perubahan, walaupun perubahan
yang ada tidak sesignifikan yang diharapkan, dalam artian pemanfaatan Trans
Jogja sebagai sarana transportasi umum belum terlalu optimal, terdapat banyak
faktor yang menyebabkan kurang efektifnya penggunaan Trans Jogja oleh
masyarakat dalam memfasilitasi pergerakan mereka, faktor tersebut bisa faktor
internal yang berasal dari sistem operasional Trans Jogja, namun juga bisa faktor
eksternal seperti perilaku masyarakat sendiri, selain beberapa faktor
ketidakmaksimalan penggunaan Trans Jogja oleh masyarakat, ternyata juga timbul
masalah atau konflik – konflik lain dilapangan, saat di implementasikannya
kebijakan ini, beberapa faktor dan konflik yang ada diantaranya adalah sebagai
berikut.
Faktor Internal, faktor ini murni merupakan faktor yang berasal dari
sistem operasional Trans Jogja, beberapa faktor yang menyebabkan kurang
maksimalnya peran Trans Jogja sebagai moda transportasi publik antara lain
adalah :
a.) Lokasi Halte, selama ini yang menjadi keluhan beberapa masyarakat
sekaligus menjadi penyebab kurangnya minat untuk menggunakan
Trans Jogja adalah lokasi halte yang cukup jauh dari dari asal calon
penumpang, karena maksimal waktu perjalanan yang biasa di tempuh
orang dengan berjalan kaki adalah 15 menit, bila jarak tempuh sudah
melebihi iitu masyarakat lebih memilih untuk tidak melakukan
perjalanan.
b.) Inefisiensi Waktu, karena jalur yang digunakan oleh Trans Jogja
adalah jalur reguler yang juga digunakan oleh kendaraan dan pemakai
jalan lainnya, menyebabkan biasanya bus mengalami keterlambatan,
waktu yang dialokasikan untuk menunggu bus dan perjalanan cukup
lama bila dibandingkan menggunakan transportasi pribadi
6
c.) Kenyamanan, fasilitas yang menghadirkan kenyamanan bagi
penumpang ketika menunggu dirasa sangat kurang, ditambah dengan
kapasitas halte yang kecil juga menjadi faktor kurangnya minat
masyarakat menggunakan Trans Jogja
d.) Berorientasi Tujuan, faktor ini hampir mirip dengan “faktor a”
perbedaannya ada pada perspektif penentuan lokasi shelter yang
selama ini koridor atau shelter yang ada lebih berorientasi pada
tujuan, bukan pada asal, sehingga menyebabkan terkadang jam – jam
puncak lalu lintas terutama di pagi hari atau saat orang sedang
bergerak dari lokasi asal menuju tempat beraktivitas masing – masing,
masih sangat terasa padatnya.
Faktor Eksternal, diluar faktor internal juga terdapat beberapa faktor
eksternal yang menyebabkan penggunaan transportasi publik masih kurang
diminati oleh masyarakat antara lain.
a.) Mobilitas Masyarakat, mobilitas masyarakat yang tinggi dengan
berbagai tujuan dalam setiap hari dan dalam waktu yang berdekatan
belum mampu di fasilitasi sepenuhnya oleh transporatsi publik
khususnya Trans Jogja
b.) Konsumsi Tinggi, walaupun rata – rata penghasilan masih belum
teralu tinggi, namun minat konsumsi, khususnya untuk memiliki
kendaraan tergolong sangat tinggi, terlebih dengan adanya berbagai
fasilitas dari provider atau agen – agen kendaraan membuat orang
dengan sangat mudah mampu memiliki kendaraan pribadi
c.) Sosialisasi, sosialisasi manfaat penggunaan transportasi publik masih
sangat minim baik oleh pemerintah maupun LSM dan non government
organization (NGO) lainnya yang concern terhadap masalah
lingkungan dan perkotaan, padahal bila kampanye penggunaan
transportasi publik lebih sering digalakkan akan berpengaruh besar
pada perubahan lingkungan
7
d.) Penggunaan Instrumen, pemerintah sebagai lembaga negara yang di
berikan kewenangan dengan berbagai macam instrument belum
mampu memaksimalkan perannya, contoh instrument ekonomi seperti
pajak, beberapa negara yang telah menerapkan kebijakan pajak tinggi
bagi kendaraan (heavy taxation) terbukti mampu mengurangi
penggunaan transportasi pribadi
e.) Keterpaduan Moda, selain beberapa faktor diata, faktor keterpaduan
moda juga menjadi penyebab lain kurang maksimalnya penggunaan
Trans Jogja, contoh ketika penumpang turunn dari shelter Trans Jogja
mereka tidak memiliki pilihan transportasi lain untuk mencapai
tujuannya
f.) Fasilitas Pedestrian, fasilitas pedestrian juga berpengaruh, apabila
tidak ada moda penghubung, maka berjalan kaki merupakan pilihan,
namun fasilitas pedestrian yang ada sangat tidak mendukung, jalan
yang kecil dan panas membuat masyarakt juga berfikir untuk
tmenggunakan Transportasi publik
Implementasi kebijakan pengoperasionalan Trans Jogja ternyata tentu saja
memiliki dampak terhadap kondisi sosial ekonomi lainnya di lapangan, beberapa
kasus dilapangan yang ditemui misalnya.
a.) Konflik Penggunaan Lahan, walaupun tidak banyak, namun kasus
penempatan shelter di lahan yang dimiliki warga juga terjadi dalam
penerapan kebijakan ini
b.) Konflik Antar Bus, keberadaan bus Trans Jogja secara tidak langsung
berdampak pada berkurangnya pemasukan pengelola transportasi bus
umum, walaupun notabene penumpang bus Trans Jogja hanya mengambil
penumpang yang ada di shelter
8
D. Rekomedasi
Transportasi publik ini hanyalah salah satu program solutif yang
diharapkan mampu mengatasi satu dari sekian banyak kompleksitas permasalahan
transportasi yang ada, pengoperasian Trans Jogja sebagai sarana transportasi
publik tidak akan maksimal tanpa ada kebijakan lain yang mendukung jalannya
program ini, untuk itu dalam pengoperasian Trans Jogja tidak cukup hanya
dengan menyediakan sarana dan prasarananya saja tetapi perlu ada hal lain diluar
itu yang juga perlu mendapat perhatian dari semua kalangan, tidak hanya
pemerintah sebagai pembuat kebijakan (decision maker) namun juga stakeholder
lain seperti LSM, NGO dan juga masyarakat. Adapun beberapa rekomendasi yang
dalam hal ini perlu untuk dijalankan agar implementasi kebijakan transportasi
dengan mengadakan Trans Jogja sebagai moda transportasi massal dapat berjalan
maksimal kedepannya antara lain.
1. Perencanaan komprehensif dengan melibatkan berbagai stakeholder
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari berbagai kebijakan pemerintah,
hal ini penting karena selama ini kebijakan pemerintah sangat jarang
melibatkan peran stakeholder khususnya masyarakat umum, kalaupun
dilibatkan hanya sebagai formalitas.
2. Fungsi Trans Jogja sebagai transportasi publik tentu tidak akan maksimal
bila tidak ada kebijakan pendukung lainnya yang menghambat
pertumbuhan penggunaan jumlah kendaraan pribadi, untuk itu pemerintah
sangat perlu untuk memanfaatkan kewenangannya dengan menggunakan
instrumen ekonomi seperti pajak dalam menghambat semakin tingginya
penggunaan trasnportasi pribadi, contoh dengan menerapkan pajak tinggi
untuk kendaraan pribadi, atau charge bagi kendaraan pribadi yang melintas
pada jam – jam puncak, dan banyak kebijakan ekonomi lainnya yang
dirasa cukup ampuh dalam menekan penggunaan kendaraan pribadi
9
3. Melakukan sosialisasi secara berkelanjutan tentang pentingnya
mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi, seperti dengan
menerapkan aturan internal yang dimulai dari masing – masing instansi
pemerintahan, atau lembaga pendidikan, seperti dengan menggalakkan car
free day untuk hari – hari kerja tertentu, bukan hanya menggalakkan
namun juga mengevaluasinya dan semakin meningkatkan porsinya
4. Dukungan fasilitas publik lainnya, seperti pedestrian ruang – ruang
terbuka hijau dan fasilitas lainnya yang mendukung kenyamanan
masyarakat ketika melakukan perjalanan
5. Mulai memaksimalkan usaha untuk memanajemen fungsi ruang yang ada
dengan melakukan kebijakan zonasi yang sangat bermanfaat dalam
mendukung penyusunan rencana sistem transportasi
Di bagian akhir dari makalah ini kami tegaskan bahwa, transportasi
hanyalah satu permasalahan perkotaan yang memiliki dampak bagi aspek lainnya
di kota, kebijakan mengoperasikan transportasi publik untuk mendukung aktivitas
masyarakat tanpa menimbulkan kepadatan kebisingan dan polusi karena
penggunaan kendaraan pribadi yang tinggi juga hanya satu bagian dari pemecahan
masalah transportasi, namun memecahkan masalah transportasi menurut kami
berarti memecahkan hampir separuh masalah di kota, karenanya dibutuhkan
kesungguhan semua pihak dalam mensukseskannya.