HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN KONTROL GLUKOSA
DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2
PADA PESERTA PROLANIS DI BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
Aminah Zahra
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN KONTROL GLUKOSA
DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2
PADA PESERTA PROLANIS DI BANDAR LAMPUNG
Oleh
Aminah Zahra
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRACT
ASSOCIATION OF SLEEP QUALITY WITH BLOOD GLUCOSE
CONTROL OF TYPE 2 DIABETES MELITUS PATIENTS ON PROLANIS
MEMBERS IN BANDAR LAMPUNG
By
AMINAH ZAHRA
Background: Type 2 diabetes patients in Indonesia as well as in the world are
increasing. This type is one of diabetes mellitus (DM) types with the most
sufferers. One of all the factors that can influence blood glucose control of type 2
diabetes mellitus is sleep disorders. Type 2 diabetes patients experience sleep
disturbances that is caused by clinical and psychical symptoms. The occurrence of
sleep disorders will reduce the quality of sleep that causes abnormal glucose
tolerance, insulin resistance, and reduced response to insulin.
Method: Observational analytical method with cross sectional design was
registered in this research. The sample was 95 type 2 diabetes patients that were
the members of chronic disease management program, taken by cluster sampling
method. The study was conducted using the Pittsburgh Sleep Quality Index
questionnaire and fasting blood glucose measurement at 10 Community Health
Centers in Bandar Lampung. Then the results of this study were processed using
computer software.
Result: Result of analysis with Chi Square test with 95% confidence level (α =
0,05) showed p value 0,002 < 0,05.
Conclusion: There is a significant association of sleep quality with blood glucose
control of type 2 diabetes patients on chronic disease management program
members in Bandar Lampung.
Keywords: control, diabetes, glucose, sleep
iv
ABSTRAK
HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN KONTROL GLUKOSA
DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2
PADA PESERTA PROLANIS DI BANDAR LAMPUNG
Oleh
AMINAH ZAHRA
Latar Belakang: Penderita Diabetes Melitus (DM) tipe 2 di Indonesia maupun di
dunia semakin meningkat. DM tipe 2 merupakan tipe dengan penderita
terbanyak. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi kontrol glukosa darah
penderita DM tipe 2 adalah gangguan tidur. Penderita DM tipe 2 mengalami
gangguan tidur yang diakibatkan oleh gejala klinis dan psikis yang dialami.
Terjadinya gangguan tidur akan mengakibatkan penurunan kualitas tidur yang
menyebabkan kelainan toleransi glukosa, resistensi insulin, serta berkurangnya
respon terhadap insulin.
Metode: Metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional
digunakan pada penelitian ini. Sampel penelitian adalah 95 penderita DM tipe 2
pada peserta program pengelolaan penyakit kronis (Prolanis), dengan metode
cluster sampling. Penelitian dilakukan dengan wawancara kuesioner Pittsburgh
Sleep Quality Index dan pengukuran glukosa darah puasa di 10 Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) di Bandar Lampung. Hasil dari penelitian ini diolah
menggunakan perangkat lunak komputer.
Hasil: Hasil analisis dengan uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95%
(α=0,05) menunjukkan p value 0,002 < 0,05.
Kesimpulan: Terdapat hubungan kualitas tidur dengan kontrol glukosa darah
penderita DM tipe 2 pada peserta Prolanis di Bandar Lampung.
Kata kunci: diabetes, glukosa, kontrol, tidur
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 25 Mei 1996, sebagai anak
pertama dari empat bersaudara. Penulis merupakan putri sulung dari pasangan
Bapak Dr. Ir. Ansyori, M.Si. dan Ibu Ir. Nuryani.
Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) ditempuh di TK Al Azhar 16 selama 2
tahun dan diselesaikan pada tahun 2002. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) penulis
dijalani di SD Islam Terpadu Permata Bunda sampai tahun 2007 dan diselesaikan
di SD Negeri 3 Kemiling Permai pada tahun 2008. Pendidikan dilanjutkan di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 28 Bandar Lampung serta dapat
diselesaikan pada tahun 2011. Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di
SMA Negeri 3 Bandar Lampung pada tahun 2014.
Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN). Selama aktif menjadi mahasiswa, penulis mengikuti
beberapa kegiatan organisasi yang terdapat di Universitas Lampung. Penulis
tercatat sebagai kardiak Forum Studi Islam (FSI) Ibnu Sina periode 2014-2015,
sebagai staff kestari FSI Ibnu Sina periode 2015-2016, dan sebagai anggota
bidang akademik FSI Ibnu Sina periode 2016-2017. Selain itu, penulis juga
menjadi member aktif Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas (UKM-U) English
Society (ESo) Unila pada tahun 2016 dan terpilih sebagai Person in Charge (PIC)
of Speech ESo Unila tahun 2017. Organisasi lain yang diikuti penulis adalah
Lampung University Medical Research (Lunar) sebagai anggota muda pada
periode 2014-2015, sebagai anggota divisi ilmiah periode 2015-2016, dan sebagai
ketua divisi ilmiah periode 2016-2017. Penulis merupakan anggota tim Asisten
Dosen Histologi pada tahun 2015-2016 dan anggota tim Asisten Dosen Patologi
Klinik pada tahun 2016-2017.
Selama menjadi mahasiswa FK Unila, penulis meraih beberapa prestasi. Pada
tahun 2016 penulis meraih Juara II Speech Competition Se-Sumatera Bagian
Selatan, Juara III Speech Competition Se-Sumatera Bagian Selatan dan Banten,
Delegasi Indonesian International Medical Olympiad (IMO) cabang Tropical
Medicine, penghargaan Asisten Dosen Terfavorit Diesnatalis FK Unila 2016,
penghargaan Mahasiswa Teladan Diesnatalis FK Unila 2016, dan Juara II
Mahasiswa Berprestasi FK Unila 2016. Pada tahun 2017, penulis berhasil meraih
Juara I Mahasiswa Beprestasi FK Unila, Juara II Presentasi Mahasiswa Beprestasi
Unila, dan menjadi delegasi Eso Unila dalam cabang Speech pada National
English Competition di Universitas Tarumanegara.
Segala puji bagi Rabb Semesta Alam. Sebuah karya mungil ini kupersembahkan
teruntuk Ayah, Bunda, Ammar, Inas, Nabila, Sahabat, serta Keluarga tercinta
ii
SANWACANA
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya selama pelaksanaan penyusunan skripsi ini hingga
skripsi dengan judul “Hubungan Kualitas Tidur dengan Kontrol Glukosa Darah
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 pada Peserta Prolanis di Bandar Lampung ”
dapat diselesaikan.
Selama proses penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak sekali bantuan,
saran, bimbingan, masukan, serta kritikan dari berbagai pihak. Pada kesempatan
ini dengan segenap kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan rasa
terimakasih yang mendalam kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas Lampung.
2. Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M. Kes., Sp. PA., selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung.
3. dr. TA Larasati, S.Ked, M.Kes, selaku Pembimbing Utama yang telah
meluangkan waktu, memberikan bimbingan, nasihat, saran, motivasi, hingga
kritik yang dapat membangun selama penyusunan skripsi ini.
4. dr. Diana Mayasari, S.Ked., M.K.K, selaku Pembimbing Kedua yang telah
bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, nasihat, saran, motivasi
serta selalu memberikan catatan pengingat dalam penulisan skripsi ini.
iii
5. Sutarto, SKM, M. Epid, selaku Penguji Utama (Pembahas) yang telah
meluangkan waktu, memberikan saran, ilmu serta nasihat yang dapat
membangun dalam penyusunan skripsi ini.
6. dr. Nora Ramkita, S.Ked, selaku Pembimbing Kedua hingga seminar
proposal yang telah meluangkan waktu, memberikan saran, ilmu serta nasihat
yang membangun dalam penyusunan skripsi ini.
7. dr. Ricky Ramadhian, S.Ked, M.Sc, sebagai Pembimbing Akademik sejak
semester 3 hingga semester 7, yang telah memberikan bimbingan, saran serta
ilmu yang telah bermanfaat selama ini.
8. Seluruh staf dosen dan karyawan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
atas ilmu, waktu, dan bimbingan yang telah diberikan selama proses
perkuliahan.
9. Terimakasih untuk Bunda (Ir. Nuryani) dan Ayah (Dr. Ir. Ansyori, M.Si)
yang telah memberikan segala kasih sayang, perhatian, dukungan, nasihat
serta setiap doa yang telah dipanjatkan selama ini. Terimakasih atas
perjuangan kalian yang telah memberikan bekal terbaik untukku, baik dalam
bidang akademis atau non akademis, untuk di masa depan.
10. Terimakasih untuk Kakek (Ibbrahim Issi, Sulaiman Djamil) dan Nenek
(Hayati Helmi, Syahratu) yang telah memberikan segala kasih sayang,
perhatian, dukungan, nasihat, serta do’a.
11. Terimakasih kepada ketiga adik pelipur laraku (Ammar Za’im, Inas
Dzakirah, Azzah Nabila Hanifah) atas segala doa, dukungan, motivasi serta
semangat yang telah diberikan selama ini.
12. Terimakasih kepada keluarga Puskesmas Kedaton, Kemiling, Gedong Air,
iv
Beringin, Labuhan Ratu, Kampung Sawah, Satelit, Sukabumi, Simpur, dan
Kupang Kota atas segala doa, perhatian, dukungan dan semangat yang
diberikan selama ini. Terimakasih atas ilmu yang selalu kalian berikan
selama penelitian ini.
13. Terimakasih kepada sahabatku, keluarga SARAAAF. Siti Maimunah,
Arilinia Pratiwi, Rani Tiara, Annisa Yulida Syani, Anisa Abdillah, dan
Fitriani Antika Dhamayanti yang telah memberikan do’a, bantuan, dukungan,
semangat serta senyuman manis selama ini.
14. Terimakasih kepada teman seperjuangan, Fitriani Antika Dhamayanti,
Mutiara Kartiko Putri, Atikah Landani, Zafira Uswatun Hasanah, Vermitia,
dan Osy Lu’lu Al Farosi atas perjalanan penelitan selama ini. Terimakasih
untuk do’a, waktu, tenaga dan seluruh dukungan serta semangat yang telah
diberikan.
15. Terimakasih untuk keluarga ESo Unila yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu atas segala do’a, dukungan, dan kebersamaan selama ini.
16. Keluarga besar Asisten Dosen Patologi Klinik (Keith, Made, Angga, Panji,
Haikal, Lulu, Lala, Niken, Voni, Vincha, Sutan), terimakasih atas dukungan
dan kebersamaannya selama ini.
17. Teman-teman CRAN14L yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Terimakasih atas kebersamaan, suka, duka, kebersamaan selama 3,5 tahun
perkuliahan ini, semoga kita dapat menjadi dokter yang baik dan berguna
bagi masyarakat.
18. Semua yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa saya
sebutkan satu per satu, terimakasih atas doa dan dukungan kalian.
v
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam skripsi ini dan
masih jauh dari sempurna. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat serta
dapat memberikan informasi ataupun pengetahuan bagi pembacanya. Akhir kata,
penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan. Terimakasih.
Bandar Lampung, 23 Januari 2018
Penulis
Aminah Zahra
vi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI.................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. x
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus ........................................................................................ 6
2.1.1 Definisi Diabetes Melitus ................................................................. 6 2.1.2 Etiologi dan Klasifikasi Diabetes Melitus ....................................... 6
2.1.3 Faktor Risiko Diabetes Melitus ....................................................... 9 2.1.4 Diagnosis Diabetes Melitus ........................................................... 10
2.1.5 Program Pengelolaan Diabetes Melitus......................................... 10 2.2 Tidur ......................................................................................................... 12
2.2.1 Fisiologi Tidur ............................................................................... 10
2.1.4 Kualitas Tidur ................................................................................ 10
2.1.4 Pengaruh Tidur terhadap Diabetes Melitus Tipe 2 ........................ 10 2.3 Kerangka Teori ........................................................................................ 19 2.4 Kerangka Konsep ..................................................................................... 19 2.5 Hipotesis .................................................................................................. 20
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ..................................................................................... 21 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 21
3.2.1 Waktu Penelitian ........................................................................... 21 3.2.2 Tempat Penelitian .......................................................................... 21
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................ 22
3.3.1 Populasi .......................................................................................... 22
3.3.2 Sampel ............................................................................................ 22
vii
3.4 Teknik Pengambilan Sampel ................................................................... 23 3.5 Kriteria Penelitian .................................................................................... 23
3.5.1 Kriteria Inklusi............................................................................... 23 3.5.2 Kriteria Eksklusi ............................................................................ 24
3.6 Identifikasi Variabel ................................................................................. 24 3.7 Cara Pengambilan Data ............................................................................ 24 3.8 Definisi Operasional ................................................................................ 24
3.9 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................ 25 3.9.1 Alat Penelitian ............................................................................... 25 3.9.2 Bahan Penelitian ............................................................................ 25
3.10 Prosedur Penelitian ................................................................................ 25
3.11 Alur Penelitian ....................................................................................... 27 3.12 Pengolahan dan Analisis Data................................................................ 27
3.12.1 Pengolahan Data .......................................................................... 27
3.12.2 Analisis Data ............................................................................... 28 3.13 Etika Penelitian ...................................................................................... 28
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................ 29
4.1.1 Analisis Univariat ........................................................................ 30
4.1.1.1 Karakteristik Usia Subjek Penelitian .............................. 30 4.1.1.2 Karakteristik Jenis Kelamin Subjek Penelitian .............. 31 4.1.1.3 Kualitas Tidur Subjek Penelitian .................................... 31
4.1.1.4 Kontrol Glukosa Darah Subjek Penelitian ..................... 33 4.1.2 Analisis Bivariat .......................................................................... 35
4.1.2.1 Hubungan Kualitas Tidur dengan Kontrol Glukosa Darah
Penderita DM Tipe 2 pada Peserta Prolanis di Bandar
Lampung……………………………………………….35 4.2 Pembahasan Penelitian ............................................................................. 35
4.2.1 Analisis Univariat ........................................................................ 35
4.2.1.1 Karakteristik Usia Subjek Penelitian .............................. 35
4.2.1.2 Karakteristik Jenis Kelamin Subjek Penelitian .............. 37 4.2.1.3 Kualitas Tidur Subjek Penelitian .................................... 38 4.2.1.4 Kontrol Glukosa Darah Subjek Penelitian ..................... 41
4.2.2 Analisis Bivariat .......................................................................... 42 4.2.2.1 Hubungan Kualitas Tidur dengan Kontrol Glukosa Darah
Penderita DM Tipe 2 pada Peserta Prolanis di Bandar
Lampung……………………………………………….42
BAB 5 SIMPULAN 5.1 Simpulan .................................................................................................. 45 5.2 Saran ........................................................................................................ 45
5.2.1 Bagi Pelayanan Kesehatan dan Pengelola Prolanis ..................... 45 5.2.2 Bagi Penelitian Selanjutnya ......................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 47
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus............................................................ 12
2. Diagnosis Diabetes dan Prediabetes............................................................. 12
3. Komponen dan Nomor Pertanyaan pada Kuesioner the Pittsburgh Sleep
Quality Index...............................................................................................
17
4. Definisi Operasional..................................................................................... 25
5. Karakteristik Usia Subjek Penelitian............................................................ 30
6. Karakteristik Jenis Kelamin Subjek Penelitian............................................ 31
7. Kualitas Tidur Subjek Penelitian.................................................................. 31
8. Dimensi Kualitas Tidur Subjektif Responden berdasarkan Kuesioner the
Pittsburgh Sleep Quality Index.....................................................................
33
9. Dimensi Latensi Tidur Responden berdasarkan Kuesioner the Pittsburgh
Sleep Quality Index......................................................................................
33
10. Dimensi Efisiensi Tidur Responden berdasarkan Kuesioner the
Pittsburgh Sleep Quality Index.....................................................................
34
11. Dimensi Gangguan Tidur di Malam Hari Responden berdasarkan
Kuesioner the Pittsburgh Sleep Quality Index.............................................
34
12. Dimensi Gangguan Aktivitas di Siang Hari Responden berdasarkan
Kuesioner the Pittsburgh Sleep Quality Index.............................................
34
13. Kontrol Glukosa Darah Subjek Penelitian................................................... 34
14. Hasil Uji Chi Square Kualitas Tidur dengan Kontrol Glukosa Darah........ 35
15. Prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia berdasarkan Usia....................... 36
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Teori............................................................................................... 19
2. Kerangka Konsep........................................................................................... 19
3. Alur Penelitian................................................................................................ 27
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
Lampiran 2 Daftar Nama dan Hasil Pengambilan Data Penderita DM pada
Peserta Prolanis di Bandar Lampung
Lampiran 3 Hasil Pengolahan Data pada Program Komputer
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian
Lampiran 5 Lembar Informed Consent
Lampiran 6 Foto Kegiatan Selama Penelitian
Lampiran 7 Surat Etik Penelitian
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia pada
abad ke-21. Jumlah penderita DM mencapai 422 juta orang di dunia pada tahun
2014. Sebagian besar dari penderita tersebut berada di negara berkembang.
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang memiliki jumlah penderita yang
cukup tinggi (WHO, 2016).
Menurut International Diabetes Federation (2014), angka penyandang DM di
Indonesia menempati peringkat ke-5 di dunia. Jumlah absolut penderita DM di
Indonesia diperkirakan mencapai 12 juta orang (Riskesdas, 2013). Menurut Dinas
Kesehatan Provinsi Lampung (2015), penderita DM di Provinsi Lampung pada
tahun 2014 yaitu sebanyak 69.282 dengan prevalensi sebesar 0,9%. Berdasarkan
data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan (2017) Bulan
September, Bandar Lampung menjadi kota dengan penderita diabetes melitus tipe
2 terbanyak di Provinsi Lampung, yaitu sebanyak 1.063 orang.
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
keduanya (ADA, 2017). DM diklasifikasikan menjadi beberapa tipe yaitu DM
2
tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain, dan DM gestasional. Jumlah terbanyak dari
berbagai tipe tersebut adalah DM tipe 2 (CDC, 2014).
Penyakit DM tipe 2 tidak dapat disembuhkan, melainkan dapat dikendalikan
dengan pengontrolan glukosa darah. Glukosa darah dapat dikatakan terkontrol
apabila kadar glukosa darah puasa penderita DM tipe 2 <126 mg/dl (PERKENI,
2015). Beberapa faktor yang memengaruhi kontrol glukosa darah penderita DM
tipe 2 antara lain perubahan gaya hidup, pengetahuan, kebiasaan mengonsumsi
makanan tinggi kalori, kurangnya aktivitas, obesitas, merokok, serta gangguan
tidur (Arifin, 2011; Holt et al., 2010).
Penderita DM tipe 2 mengalami gejala klinis dan psikis yang mengakibatkan
gangguan tidur. Adapun gejala klinis tersebut dapat berupa gatal pada kulit,
poliuri, polifagi, dan polidipsi. Sedangkan gejala psikis berupa stress, gangguan
emosional, maupun kognitif. Terjadinya gangguan tidur akan berdampak pada
meningkatnya frekuensi terbangun dan sulit tertidur kembali. Ketidakpuasan tidur
ini yang akhirnya mengakibatkan penurunan kualitas tidur (Taub dan Redeker,
2008). Penurunan kualitas tidur dapat menyebabkan gangguan endokrin dan
metabolisme seperti kelainan toleransi glukosa, resistensi insulin, serta
berkurangnya respon terhadap insulin (Caple dan Grose, 2011). Adanya
gangguan tidur khususnya Non Rapid Eye Movements (NREM) selama 3 hari
dapat mengakibatkan penurunan sensitivitas insulin sekitar 25% (Spiegel et al.,
2009).
3
Upaya pemerintah Republik Indonesia untuk mengendalikan DM tipe 2 dilakukan
dengan membuat program pengelolaan penyakit kronis (Prolanis). Prolanis
merupakan suatu program pelayanan kesehatan di Indonesia yang dilaksanakan
secara terintegrasi untuk mencegah terjadinya komplikasi pada seluruh peserta
BPJS kesehatan yang menderita penyakit kronis khususnya DM tipe 2 dan
hipertensi. Salah satu aktivitas Prolanis adalah edukasi kelompok mengenai
penatalaksanaan DM tipe 2 yang dapat memengaruhi kontrol glukosa darah
(BPJS, 2014). Edukasi utama yang dapat diberikan pada penderita DM tipe 2
adalah mengenai gaya hidup termasuk di dalamnya kualitas tidur (Basuki, 2007;
Paulus, 2012).
Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang hubungan kualitas
tidur dengan kontrol glukosa darah penderita DM tipe 2 pada peserta Prolanis di
Bandar Lampung.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah apakah
terdapat hubungan kualitas tidur dengan kontrol glukosa darah penderita DM tipe
2 pada peserta Prolanis di Bandar Lampung?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
kualitas tidur dengan kontrol glukosa darah penderita DM tipe 2 pada
peserta Prolanis di Bandar Lampung.
4
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dilakukannya penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Mengetahui kualitas tidur penderita DM tipe 2 pada peserta Prolanis
di Bandar Lampung.
b. Mengetahui kontrol glukosa darah penderita DM tipe 2 pada peserta
Prolanis di Bandar Lampung.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Bagi Ilmu Pengetahuan
Mengembangkan ilmu kedokteran komunitas dalam upaya promotif
dan preventif penderita DM tipe 2 dan sebagai referensi penelitian
selanjutnya.
1.4.2 Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan peneliti mengenai hubungan kualitas tidur
dengan kontrol glukosa darah penderita DM tipe 2 pada peserta
Prolanis di Bandar Lampung.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat yang merupakan penderita DM tipe 2 pada peserta
Prolanis di Bandar Lampung, dapat mengetahui kontrol glukosa darah
dan kualitas tidurnya.
5
Bagi masyarakat secara umum, menambah informasi mengenai
hubungan kualitas tidur dengan kontrol glukosa darah sebagai upaya
pencegahan komplikasi pada penderita DM tipe 2.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Melitus
2.1.1 Definisi Diabetes Melitus
Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit gangguan metabolik
menahun akibat pankreas tidak dapat memproduksi cukup insulin atau
tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif
(PERKENI, 2015). Sedangkan menurut Price dan Wilson (2010), DM
adalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk
heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.
Senada dengan pengertian yang lain, Smeltzer dan Bare (2008)
mendefinisikan DM adalah suatu sindrom gangguan metabolisme yang
ditandai dengan hiperglikemia sebagai akibat defisiensi sekresi insulin,
berkurangnya aktivitas biologi insulin, atau keduanya.
2.1.2 Etiologi dan Klasifikasi Diabetes Melitus
Penyakit DM secara umum diakibatkan oleh konsumsi makanan yang
tidak terkontrol atau sebagai efek samping dari pemakaian obat-obat
tertentu. Diabetes Melitus juga disebabkan oleh tidak cukupnya
hormon insulin yang dihasilkan pankreas untuk menetralkan glukosa
darah di dalam tubuh. Fungsi dari hormon insulin adalah untuk
7
memproses zat gula atau glukosa yang berasal dari minuman maupun
makanan yang dikonsumsi seseorang. Pada penderita DM terjadi
kerusakan pankreas sehingga hormon insulin yang diproduksi tidak
mampu mencukupi kebutuhan (Susilo dan Wulandari, 2011).
Klasifikasi DM menurut WHO 2006 adalah sebagai berikut:
a. Diabetes Melitus tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Melitus
Diabetes Melitus tipe 1 dahulu dikenal sebagai tipe juvenile onset.
Penyakit ini muncul di berbagai usia dengan jumlah kasus baru
30.000 setiap tahunnya. Terdapat 2 subtipe DM tipe 1 yaitu
autoimun dan idiopatik. Tipe autoimun terjadi akibat disfungsi
autoimun dengan kerusakan sel beta pankreas. Tipe selanjutnya
yaitu tipe idiopatik, terjadi tanpa adanya bukti autoimun dan tidak
diketahui sumber atau penyebabnya. Subtipe ini sering ditemui
pada etnik dengan keturunan Afrika-Amerika dan Asia (Price dan
Wilson, 2010).
b. Diabetes Melitus tipe 2 atau Non Insulin Dependent Diabetes
Melitus
Diabetes Melitus tipe 2 biasanya terjadi pada usia di atas 30 tahun.
Penyakit ini terjadi karena penurunan produksi insulin atau
peningkatan resistensi insulin. Insulin secara fisiologis akan terikat
dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Oleh karena
terikatnya insulin pada reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian
reaksi metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada DM
8
tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intrasel. Pada keadaaan
tersebut insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan (Ernawati, 2013).
c. Diabetes Melitus gestasional
Diabetes Melitus tipe ini merupakan DM yang berkembang selama
masa kehamilan dan menjadi salah satu faktor risiko
berkembangnya diabetes pada ibu setelah melahirkan. Bayi yang
dilahirkan cenderung akan mengalami obesitas serta berpeluang
mengalami penyakit DM pada usia dewasa (Rumahorbo, 2014).
d. Diabetes Melitus tipe lain
Tipe khusus lain adalah kelainan dalam sel beta seperti yang
dikenali pada Maturity Onset Diabetes of the Young (MODY).
Diabetes subtipe ini memiliki prevalensi familial yang tinggi dan
bermanifestasi sebelum usia 14 tahun. Pasien seringkali obesitas
dan resisten terhadap insulin. Kelainan genetik telah dikenali
dengan baik dalam empat bentuk mutasi dan fenotif yang berbeda
(MODY 1, MODY 2, MODY 3, MODY 4). Diabetes Melitus tipe
lain juga mencakup kelainan genetik pada kerja insulin, penyakit
endokrin seperti cushing syndrome dan akromegali, obat-obat yang
bersifat toksik terhadap sel sel beta, serta infeksi (Price dan Wilson,
2010).
9
2.1.3 Faktor Risiko DM
Faktor risiko terjadinya penyakit DM dapat dibagi menjadi faktor yang
dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi. Adapun faktor risiko
yang tidak dapat diubah adalah sebagai berikut (Rumahorbo, 2014):
a. Faktor genetik
Seseorang memiliki saudara sedarah yang merupakan penderita
DM tipe 2 memiliki risiko 3 kali mengalami DM dibandingkan
dengan yang tidak.
b. Usia
Berbagai studi memperlihatkan peningkatan prevalensi DM seiring
pertambahan usia.
c. Jenis kelamin
Studi yang dilakukan Center for Disease Control and Prevention
tahun 2008 menunjukkan peningkatan kejadian DM pada wanita
sebesar 4,8% dibandingkan pria yang sebesar 3,2%. Hal ini
dikaitkan dengan pola makan yang tidak seimbang dan aktivitas
fisik yang kurang.
Adapun faktor risiko DM yang dapat dimodifikasi adalah sebagai
berikut:
a. Obesitas
Obesitas adalah kondisi yang menggambarkan penumpukan lemak
dalam tubuh akibat asupan makanan melebihi kebutuhan tubuh.
10
b. Latihan fisik yang kurang
Latihan fisik akan mengubah senyawa glukosa dan lemak menjadi
energi di jaringan dan pembuluh darah.
c. Asupan makan yang tidak seimbang
Asupan kalori yang berlebihan akan menyebabkan
ketidakseimbangan kalori yang diterima dengan yang digunakan
oleh tubuh, sehingga terjadi peningkatan berat badan akibat
penimbunan kalori.
d. Stress
Reaksi dari respon stress adalah terjadinya sekresi pada sistem
saraf simpatis yang diikuti oleh sekresi simpatis-adrenal-medular.
Apabila stress menetap, maka sistem hipotalamus-pituitari akan
diaktifkan. Hipotalamus mensekresi corticotropine releasing
factor yang menstimulasi pituitari anterior untuk memproduksi
adenocorticotropic factor yang akan menstimulasi produksi
kortisol yang akan memengaruhi peningkatan kadar glukosa darah
(Smeltzer dan Bare, 2008).
2.1.4 Diagnosis Diabetes Melitus
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penderita DM. Kecurigaan
adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti:
a. Keluhan klasik DM: poliuri, polidipsi, polifagi, dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
11
b. Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.
(Reksodiputro et al., 2014).
Diagnosis DM ditegakkan dengan dasar pemeriksaan kadar glukosa
darah. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan
glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma darah vena.
Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan
pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer (PERKENI,
2015).
Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal maupun
kriteria DM digolongkan ke dalam kelompok prediabetes yang
meliputi: Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) dan Toleransi
Glukosa Terganggu (TGT) (PERKENI, 2015).
a. GDPT: Hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa antara 100-125
mg/dl dan pemeriksaan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
glukosa plasma 2 jam <140 mg/dl. TTGO adalah pemeriksaan
yang dilakukan dengan memberikan larutan glukosa 75 gram untuk
diminum. Pemeriksaan glukosa darah dilakukan sebelum
meminum larutan tersebut, lalu akan diperiksa kembali setelah 2
jam.
b. TGT: Hasil pemeriksaan glukosa plasma 2 jam setelah TTGO
antara 140-199 mg/dl dan glukosa plasma puasa <100 mg/dl.
c. Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT.
12
d. Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil
pemeriksaan HbA1c yang menunjukkan angka 5,7-6,4%
(PERKENI, 2015).
Tabel 1. Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus
Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada
asupan kalori minimal 8 jam.
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) dengan beban glukosa 75 gram.
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik.
Atau
Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi oleh
National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP).
(Sumber: PERKENI, 2015)
Tabel 2. Diagnosis Diabetes dan Prediabetes
HbA1c (%) Glukosa darah
puasa (mg/dl)
Glukosa plasma 2
jam setelah TTGO
(mg/dl)
Diabetes ≥6,5 ≥126 ≥200
Prediabetes 5,7-6,4 100-125 140-199
Normal <5,7 <100 <140
(Sumber: PERKENI, 2015)
1.1.5 Program Pengelolaan Diabetes Melitus
Prolanis merupakan akronim dari Program Pengelolaan Penyakit
Kronis. Prolanis merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan dan
pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi. Program
ini melibatkan peserta, fasilitas kesehatan, dan BPJS Kesehatan.
Tujuan dibentuknya Prolanis adalah peserta BPJS Kesehatan yang
menderita penyakit kronis, khususnya DM tipe 2 dan hipertensi dapat
mencapai kualitas hidup yang optimal untuk mencegah timbulnya
komplikasi (BPJS Kesehatan, 2014).
13
Kegiatan yang dilakukan Prolanis berupa persiapan pelaksanaan dan
aktivitas Prolanis. Pada persiapan pelaksanaan Prolanis dilakukan
serangkaian kegiatan meliputi; identifikasi peserta, pemetaan fasilitas
kesehatan, sosialisasi, verifikasi data peserta, pendistribusian buku
pemantauan kesehatan, rekapitulasi, dan pemeriksaan kesehatan.
Pemantauan aktivitas Prolanis dan pemberian feedback kegiatan
Prolanis yang telah terlaksana di fasilitas kesehatan secara rutin
dilakukan pada kegiatan persiapan pelaksanaan (BPJS Kesehatan,
2014).
Aktivitas Prolanis meliputi konsultasi medis peserta Prolanis, edukasi
kelompok peserta Prolanis, reminder melalui Short Message Service
(SMS) gateway, dan home visit (BPJS Kesehatan, 2014).
a. Konsultasi medis peserta Prolanis
Konsultasi medis dengan jadwal yang telah disepakati bersama
antara peserta dengan fasilitas kesehatan pengelola.
b. Edukasi kelompok Prolanis
Edukasi kelompok Prolanis merupakan kegiatan untuk
meningkatkan pengetahuan kesehatan dengan tujuan memulihkan
penyakit, mencegah timbulnya kembali penyakit, dan
meningkatkan status kesehatan bagi peserta Prolanis. Hal yang
diedukasi terutama mengenai penatalaksanaan DM tipe 2 yaitu
14
aktivitas fisik, diet, kepatuhan minum obat, dan sebagainya dalam
upaya pengontrolan glukosa darah (BPJS Kesehatan, 2014).
c. Reminder short message service gateway
Reminder ini adalah kegiatan untuk memotivasi peserta dalam
melakukan kunjungan rutin ke fasilitas kesehatan pengelola melalui
pengingatan jadwal konsultasi ke fasilitas kesehatan pengelola
tersebut. Hal ini bertujuan agar tersampaikannya reminder jadwal
konsultasi peserta ke masing-masing fasilitas kesehatan pengelola
(BPJS Kesehatan, 2014).
d. Home visit
Home visit merupakan kegiatan pelayanan kunjungan ke rumah
peserta Prolanis untuk pemberian informasi atau edukasi kesehatan
diri dan lingkungan bagi peserta Prolanis dan keluarga. Kriteria
sasaran peserta Prolanis yang dikunjungi yaitu peserta baru terdaftar,
peserta tidak hadir terapi di dokter praktek perorangan/klinik /pusat
kesehatan masyarakat 3 bulan berturut-turut, peserta dengan glukosa
darah puasa atau glukosa darah post pandrial di bawah standar 3
bulan berturut-turut, peserta dengan tekanan darah tidak terkontrol 3
bulan berturut-turut, dan peserta pasca opname (BPJS Kesehatan,
2014).
15
1.2 Tidur
2.2.1 Fisiologi Tidur
Tidur adalah siklus yang ditandai dengan adanya penurunan kesadaran,
aktivitas fisik, dan proses metabolisme (Black, 2008). Tidur telah
dianggap sebagai perubahan status kesadaran yang di dalamnya
persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungannya mengalami
penurunan. Tidur dicirikan dengan aktivitas fisik minimal, tingkat
kesadaran bervariasi, perubahan pada proses fisiologis tubuh, dan
penurunan respons terhadap stimulus eksternal (Kozier, 2010).
Mekanisme homeostatis dalam siklus tidur berhubungan dengan
aktivitas sel-sel neuron dalam batang otak serta peran dari
neurotransmiter yang diproduksi hipotalamus. Waktu tidur dikontrol
oleh Suprachiasmatic Nucleus (SCN) yang menyebabkan timbulnya
rasa mengantuk ketika malam hari. Pengaturan siklus tidur dan bangun
sangat mempengaruhi fungsi tubuh dan respon tingkah laku (Juddith,
2010).
Siklus tidur terdiri dari tidur Non Rapid Eye Movements (NREM) dan
tidur Rapid Eye Movement (REM). Tidur NREM merupakan 75-80%
dari waktu tidur secara keseluruhan dan tidur REM sekitar 20-25%
total waktu tidur yang bervariasi antara individu yang satu dengan
yang lainnya. Rentang waktu dari siklus tidur mulai dari NREM dan
REM memerlukan waktu kurang lebih 90-100 menit. Pada orang
dewasa normal, tidur REM meningkat pada malam hari dan
16
merupakan sepertiga dari waktu tidur (Stevens, 2008). Selama periode
tidur NREM terjadi beberapa perubahan fisiologis. Perubahan
fisiologis yang terjadi selama periode tidur NREM diantaranya adanya
penurunan suhu tubuh, sekresi urine berkurang, denyut jantung dan
frekuensi pernapasan menjadi lebih pelan dan teratur. Sedangkan pada
periode REM frekuensi pernapasan dan denyut jantung lebih cepat dan
tidak teratur, aliran darah ke otak meningkat, frekuensi pernapasan,
denyut jantung dan tekanan darah sangat bervariasi setiap individu.
Selama 2 jam pertama periode tidur terjadi peningkatan sekresi
hormon pertumbuhan, hormon adrenokortikotropin, sedangkan
hormon kortisol disekresikan selama pertengahan waktu tidur (Venes,
2009).
2.2.2 Kualitas Tidur
Kualitas tidur adalah gambaran yang menjelaskan secara subjektif
kemampuan seseorang untuk mempertahankan waktu tidur dan tidak
adanya gangguan yang dialami selama periode tidur yang diukur
menggunakan kuesioner standar (Cauter, 2007). Kuesioner yang dapat
digunakan dalam menilai kualitas tidur adalah Pittsburgh Sleep
Quality Index (PSQI) yang memiliki tujuh komponen meliputi; waktu
yang dibutuhkan untuk memulai tidur (sleep latency), gangguan tidur
yang sering dialami ketika malam (sleep disturbance), kebiasaan
menggunakan obat-obatan untuk membantu tidur, presentase antara
waktu tidur dengan waktu yang dihabiskan responden di atas tempat
tidur (sleep efficiency), lamanya waktu tidur (sleep duration),
17
gangguan yang sering dialami ketika siang, dan kualitas tidur secara
subjektif (Arifin, 2011). PSQI memiliki nilai validitas dan reliabilitas
sebesar 0,89 dan 0,88 (Cueller dan Ratcliffe, 2008).
Penilaian dengan skala PSQI ini menggunakan kunci scoring untuk
keseluruhan pasien berkisar 0 sampai 3. Semua nilai dihitung dan
menghasilkan nilai keseluruhan tahun global yang berkisar 0 sampai
21. Nilai keseluruhan 5 atau lebih yang menunjukan kualitas tidur
yang buruk, dan sebaliknya (Smyth, 2007). Pada PSQI 7 komponen
yang dimiliki tersebar dalam 9 pertanyaan seperti yang tertera pada
tabel 3.
Tabel 3. Komponen dan Nomor Pertanyaan pada Kuesioner Pittsburgh
Sleep Quality Index No Komponen Nomor Pertanyaan
1 Kualitas tidur subjektif 9
2 Latensi tidur 2, 5a
3 Durasi tidur 4
4 Efisiensi tidur 1, 4
5 Gangguan tidur di malam hari 5b, 5c, 5d, 5e, 5f, 5g, 5h, 5i, 5j
6 Gangguan aktivitas di siang hari 7, 8
7 Penggunaan obat tidur 6
(Sumber: Arifin, 2011)
Pada komponen keempat akan menilai tentang efisiensi tidur
berdasarkan hasil penjumlahan dan pembagian nilai yang diperoleh
dari skor item pertanyaan nomor 3 dan 4. Perhitunganya adalah jumlah
jam lamanya tidur responden dibagi waktu lamanya waktu responden
diatas tempat tidur dan dikalikan dengan 100%. Penilaian ditetapkan
sebagai berikut jika hasilnya >85% diberi skor 0, 75-84% diberi skor
1, 65-74% diberi skor 2 dan <65% diberi skor 3. Total skor diperoleh
18
dengan menjumlahkan skor komponen 1-7 dengan total skor global
antara 0-21. Selanjutnya total skor terbagi dalam menentukan kualitas
tidur pasien (Arifin, 2011). Apabila skor >5 maka dinyatakan kualitas
tidur buruk, namun apabila skor ≤5 maka dinyatakan kualitas tidur
baik (Indrawati, 2012).
2.2.3 Pengaruh Tidur terhadap Diabetes Melitus Tipe 2
Keseimbangan antara produksi dan penggunaan glukosa diatur oleh
hepar dan jaringan. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh kemampuan
sekresi insulin yang dilakukan oleh sel beta pankreas untuk
memproduksi insulin. Saat seseorang kekurangan tidur, dapat terjadi
penurunan toleransi glukosa yang menyebabkan peningkatan kadar
glukosa antara 20-30% (Spiegel et al., 2009).
Penyebab perubahan hormonal dan gangguan tidur yang terjadi dapat
disebabkan oleh aktivitas Hipotalamus-Pituitari-Adrenal (HPA) serta
sistem saraf simpatis. Keduanya akan merangsang pengeluaran
hormon seperti kortisol dan katekolamin, sehingga menyebabkan
gangguan toleransi glukosa dan resistensi insulin terkait DM tipe 2
(Taub dan Redeker, 2008). Adanya gangguan tidur khususnya NREM
selama 3 hari dapat mengakibatkan penurunan sensitivitas insulin
sekitar 25% dan merupakan salah satu faktor risiko timbulnya DM
(Spiegel et al., 2009).
19
2.3 Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori
(Taub dan Redeker, 2008; Herlina et al., 2015; Widiyandhini, 2015)
= Diteliti
= Tidak diteliti
2.4 Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
Kontrol glukosa darah Kualitas tidur
DM Tipe 2
Gangguan tidur
Kontrol glukosa darah
↑ Aktivitas Hipotalamus-Pituitari-Adrenal
Sistem saraf simpatis
Gejala psikis
- Stress akibat pengobatan dan komplikasi
- Emosional terhadap kepuasan hidup
- Gangguan kognitif akibat komplikasi
Pengeluaran hormon kortisol dan katekolamin
Toleransi glukosa Sensitivitas insulin
Kualitas tidur
Gejala fisik
- Poliuri
- Polifagi
- Polidipsi
- Gatal pada kulit
20
2.5 Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Ho: Tidak terdapat hubungan kualitas tidur dengan kontrol glukosa darah
penderita DM tipe 2 pada peserta Prolanis di Bandar Lampung.
b. Ha: Terdapat hubungan kualitas tidur dengan kontrol glukosa darah penderita
DM tipe 2 pada peserta Prolanis di Bandar Lampung.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik observasional yang
menjelaskan tentang hubungan kualitas tidur dengan kontrol glukosa darah
penderita DM tipe 2 pada peserta Prolanis di Bandar Lampung. Penelitian
menggunakan pendekatan cross sectional yaitu variabel terikat dan variabel bebas
yang dikumpulkan secara langsung dalam waktu yang bersamaan.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember 2017.
3.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Bandar Lampung pada Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) Kedaton, Gedong Air, Kemiling, Satelit,
Kampung Sawah, Sukabumi, Beringin, Labuhan Ratu, Kupang Kota,
dan Simpur. Puskesmas dipilih berdasarkan jumlah penderita DM tipe
2 yang merupakan peserta Prolanis guna memenuhi jumlah sampel
minimal.
22
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti.
Populasi penelitian ini adalah penderita DM tipe 2 pada peserta Prolanis
di Bandar Lampung.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel penelitian ini
adalah penderita DM tipe 2 yang merupakan peserta Prolanis di
Puskesmas Bandar Lampung. Besar sampel penelitian ini dihitung
dengan menggunakan rumus deskriptif kategorik (Dahlan, 2016):
Keterangan:
: sampel
zα : koefisien tingkat kesalahan I (pada penelitian ini ditetapkan
1,960)
P : proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya = 0,324
(Kurnia et al., 2017)
Q : 1-P = 0,676
: tingkat ketetapan absolut yang dikehendaki dan ditetapkan oleh
peneliti (0,10)
23
= 84
Besar sampel minimal dalam penelitian ini adalah 84 responden. Pada
penelitian ini digunakan sampel sebanyak 95 responden.
3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel diambil dengan menggunakan teknik cluster sampling. Teknik
pengambilan sampel dengan cara dipilih secara acak pada kelompok populasi
yang terjadi secara alamiah. Sehingga didapatkan jumlah sampel dari masing-
masing Puskesmas adalah sebagai berikut:
a. Puskesmas Kedaton: 19 responden
b. Puskesmas Kemiling: 12 responden
c. Puskesmas Kampung Sawah: 15 responden
d. Puskesmas Beringin: 7 responden
e. Puskesmas Labuhan Ratu: 12 responden
f. Puskesmas Sukabumi: 7 responden
g. Puskesmas Kupang Kota: 6 responden
h. Puskesmas Satelit: 7 responden
i. Puskesmas Gedong Air: 10 responden
3.5 Kriteria Penelitian
3.5.1 Kriteria Inklusi
a. Usia di atas 30 tahun.
b. Kesadaran compos mentis.
24
c. Bersedia menjadi responden dalam penelitian dengan
menandatangani persetujuan.
3.5.2 Kriteria Eksklusi
a. Mengonsumsi obat untuk membantu tidur.
3.6 Identifikasi Variabel
a. Variabel bebas penelitian ini adalah kualitas tidur.
b. Variabel terikat penelitian ini adalah kontrol glukosa darah.
3.7 Cara Pengambilan Data
Pada penelitian ini data diperoleh langsung dari responden. Data primer didapat
dari mengukur langsung kadar glukosa darah puasa responden dan data sekunder
didapat dari hasil kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dengan
mewawancarai responden.
3.8 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah alat untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian
variabel-variabel yang diteliti. Definisi operasional juga bermanfaat untuk
mengarahkan kepada pengukuran terhadap variabel-variabel yang bersangkutan
dan pengembangan instrumen (Notoatmodjo, 2014).
25
Tabel 4. Definisi Operasional
Variabel Definisi
Operasional
Alat
Ukur
Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Variabel
Bebas:
Kualitas
Tidur
Pernyataan
subyektif
tentang
kepuasan tidur
yang diukur
dengan PSQI.
Instrum
en
Pittsbur
gh Sleep
Quality
Index
(PSQI).
Melakukan
wawancara
secara
langsung
kepada
responden
Hasil pengukuran
dinyatakan dengan skor
0-21.
0: >5, kualitas tidur
buruk
1: ≤5, kualitas tidur
baik (Indrawati, 2012).
Ordinal
Variable
Terikat:
Kontrol
Glukosa
Darah
Nilai kontrol
glukosa darah
yang
merupakan
hasil
pemeriksaan
kadar glukosa
darah puasa
dalam 1 x
pemeriksaan.
Accu
check
blood
glucose
meter.
Melakukan
pemeriksaan
glukosa darah
puasa yang
dinyatakan
dalam mg/dl.
Berdasarkan PERKENI
(2015):
0: tidak terkontrol
(GDP ≥126mg/dl).
1: terkontrol
(GDP <126mg/dl).
Ordinal
3.9 Alat dan Bahan Penelitian
3.9.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kuesioner,
dan glukometer (accu check blood glucose meter).
3.9.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah darah kapiler
penderita DM tipe 2 pada peserta Prolanis di Puskesmas Bandar
Lampung.
3.10 Prosedur Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder dengan prosedur
sebagai berikut:
a. Pada pertemuan pertama peneliti menjelaskan maksud dan tujuan
26
penelitian, lalu responden mengisi informed consent sebagai bukti
persetujuan, kemudian peneliti dan responden merencanakan mengenai
waktu dan persiapan puasa pada pertemuan berikutnya.
b. Pada pertemuan kedua dilakukan pengambilan data mengenai kualitas
tidur dengan cara peneliti mewawancarai responden menggunakan
kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang terdiri dari tujuh
pertanyaan. Peneliti selanjutnya melakukan pemeriksaan kadar glukosa
darah dengan cara pemeriksaan darah kapiler menggunakan accu check
blood glucose meter oleh peneliti. Setelah itu peneliti melakukan
pencatatan data hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa.
27
3.11 Alur Penelitian
3.12 Pengolahan dan Analisis Data
3.12.1 Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh akan diubah dalam bentuk tabel, kemudian
data diolah menggunakan program komputer. Proses pengolahan
data tersebut terdiri beberapa langkah sebagai berikut:
a. Editing, melakukan pengecekan isian formulir atau kuesioner.
b. Coding, menerjemahkan data yang dikumpulkan selama
penelitian ke dalam simbol yang sesuai untuk keperluan analisis.
Gambar 3. Alur Penelitian
1. Tahap persiapan
2. Tahap pelaksanaan
3. Tahap pengolahan data
Pembuatan proposal
dan perizinan serta
ethical clearence
Pengisian lembar
informed consent
Pengisian kuesioner
PSQI
Pengukuran glukosa
darah puasa
Pencatatan dan
pemasukan data
Analisis dengan
program statistik
28
c. Data entry, memasukkan data ke dalam program komputer.
d. Cleaning, pengecekan ulang data dari setiap sumber data atau
responden untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode,
ketidaklengkapan, kemudian dilakukan koreksi (Notoatmodjo,
2014).
3.12.2 Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat untuk mendeskripsikan karateristik masing-
masing variabel yang diteliti meliputi karakteristik variabel bebas
dan variabel terikat.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah kualitas tidur dalam skala berbentuk ordinal
dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kontrol glukosa
darah dalam skala berbentuk ordinal, maka uji statistik yang
digunakan adalah uji Chi Square dengan menggunakan derajat
kemaknaan α = 0,05 (derajat kepercayaan 95%).
3.13 Etika Penelitian
Pada penelitian ini telah lolos uji kaji Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung dengan nomor persetujuan etik penelitian yaitu
No. 3931/UN26.8/DL/2017.
45
BAB 5
SIMPULAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka simpulan yang didapatkan adalah
sebagai berikut:
a. Terdapat hubungan kualitas tidur dengan kontrol glukosa darah penderita
DM tipe 2 pada peserta Prolanis di Bandar Lampung.
b. Kualitas tidur penderita DM tipe 2 pada peserta Prolanis di Bandar
Lampung mayoritas buruk.
c. Kontrol glukosa darah penderita DM tipe 2 pada peserta Prolanis di
Bandar Lampung lebih banyak yang tidak terkontrol dibandingkan
dengan yang terkontrol.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini, maka peneliti menyarankan
beberapa hal sebagai berikut:
5.2.1 Bagi Pelayanan Kesehatan dan Pengelola Prolanis
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan informasi
dan masukan serta saran pada pihak pelayanan kesehatan dan pengelola
Prolanis agar lebih memperhatikan dan mengkaji kualitas tidur pada
46
penderita DM tipe 2. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan
screening gangguan tidur, memberikan edukasi tentang cara menangani
masalah tidur melalui media seperti leaflet, pamphlet, poster ataupun
kegiatan lain yang dapat menunjang peningkatan kualitas tidur.
5.2.2 Bagi Penelitian Selanjutnya
Diperlukan penelitian lebih lanjut menggunakan populasi yang
berbeda dan varibel perancu seperti senam ataupun aktivitas fisik lain
sebelum melakukan pengukuran glukosa darah.
47
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. 2017. Standards of medical care in diabetes
2017. Clinical and Applied Research and Education. 40(1): 1-2.
Arifin Z. 2011. Analisis hubungan kualitas tidur dengan kadar glukosa darah
pasien diabetes mellitus tipe 2 di rumah sakit umum Propinsi Nusa Tenggara
Barat. Jakarta: Universitas Indonesia.
Basuki E. 2007. Teknik penyuluhan diabetes melitus dalam penatalaksanaan
diabetes melitus terpadu. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Black MJ, Hawks H, Jane. 2008. Medical surgical nursing: clinical management
for positive outcome. Missouri: Saunders Elsevier.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. 2017. Data peserta prolanis per
september 2017. Bandar Lampung: BPJS Kesehatan.
BPJS. 2014. Panduan praktis prolanis (program pengelolaan penyakit kronis).
Jakarta: BPJS Kesehatan.
Caple, Grose. 2011. Sleep and hospitalization: evidance-based care sheet. Cinahl
Information System. 69(4): 1-4.
Carole A. 2008. Evaluating sleep quality in older adults: the pittsburgh sleep
quality index can be used to detect sleep disturbances or deficits. United
States: Nursing Center.
Cauter VE, Holmback U, Knutson K, Leproult R, Nedeltcheva A, Pannain S et al.
2007. Impact of sleep and sleep loss on neuroendocrine and metabolic
function. Hormone Research. 67(1): 2-9.
CDC. 2014. National diabetes statistics report, 2014 estimates of diabetes and its
burden in the epidemiologic estimation methods. US: Department of Health
and Human Services.
Cuellar GN, Ratcliffe JS. 2008. A comparison of glycemic control, sleep, fatique
and depression in type 2 diabetes with and without restless legs syndrome. J
clin sleep med. 4(Suppl 1): 50-6.
Chayatin. 2007. Kebutuhan dasar manusia. Jakarta: EGC.
48
Dahlan MS. 2016. Besar sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan.
Jakarta: PT. Arkans.
Damayanti S. 2015. Diabetes melitus dan penatalaksanaan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2015. Profil kesehatan Provinsi Lampung
tahun 2014. Lampung: Dinas Kesehatan Provinsi Lampung.
Ernawati. 2013. Penatalaksanaan keperawatan diabetes mellitus terpadu dengan
penerapan teori keperawatan self care orem. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Guyton AC, Hall JE. 2009. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC.
Herlina, Utomo W, Zainuddin. 2015. Hubungan stress dengan kualitas hidup
penderita diabetes melitus tipe 2. Jurnal JOM. 2(1): 890-8.
Holt RIG, Clive C, Allan FBJ. 2010. Textbook of diabetes. Edisi ke-4. UK: A
John Wiley & Son, Ltd. UK.
Indrawati N. 2012. Perbandingan kualitas tidur mahasiswa yang mengikuti ukm
dan tidak mengikuti ukm pada mahasiswa reguler FIK UI. Jakarta:
Universitas Indonesia.
International Diabetes Federation. 2014. IDF diabetes atlas. Brussels: IDF.
Juddith. 2010. A clinical guide to pediatric sleep: diagnosis and management of
sleep problems. USA: Limpincott Williams and Wilkins.
Khasanah K, Hidayati W. 2012. Kualitas tidur lansia balai rehabilitasi sosial
mandiri semarang. Jurnal Nursing Studies. 1(1): 189-96.
Knutson KL, Cauter VE. 2008. Associations between sleep loss and increased risk
of obesity and diabetes. Annals of The New York Academy of Sciences.
1129(1): 287-304.
Kozier. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik.
Jakarta: EGC.
Kurnia J, Mulyadi, Rottie JV. 2017. Hubungan kualitas tidur dengan kadar
glukosa darah puasa pada pasien diabetes melitus tipe 2 di rumah sakit
pancaran kasih GMIM manado. e-Journal Keperawatan. 5(1): 1-10.
Najatullah IW. 2015. Hubungan kualitas tidur dengan kontrol glukosa darah
pasien diabetes mellitus tipe 2 di klinik spesialis perawatan luka, stoma, dan
inkontinensia “kitamura” Pontianak. Pontianak: Universitas Tanjungpura.
Notoatmodjo, S. 2010. Metode penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
49
Oliveira. 2011. Sleep quality of elders living in long term care institutions. Scielo
Journal. 44(3): 615-22.
Paulus. 2012. Gambaran tingkat pengetahuan faktor risiko diabetes melitus.
Jakarta: Universitas Indonesia.
PERKENI. 2015. Pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di
Indonesia 2015. Jakarta: PB PERKENI.
Price, Wilson. 2010. Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Reksodiputro AH, Madjid, Nasution, Adiwijono, Nurman, Alwi I et al. 2014.
Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Interna Publishing.
Riskesdas. 2013. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementerian RI
tahun 2013. Jakarta: Riskesdas.
Rizvi AA. 2009. Nutritional challenges in the elderly with diabetes. Int J Diabetes
Mellit. 1(1): 26-31.
Rumahorbo H. 2014. Mencegah diabetes mellitus dengan perubahan gaya hidup.
Bogor: In Media.
Smeltzer SC, Bare BG. 2008. Buku ajar keperawatan medical bedah brunner
suddart. Jakarta: EGC.
Smyth, C. 2007. The pittsburgh sleep quality index (PSQI). try this: best pratices
in nursing care to older adults. New York: The Hartford Institute for
Geriatric Nursing, New York University.
Soegondo S, Soewondo P, Subekti I. 2009. Penatalaksanaan diabetes melitus
terpadu. Jakarta: Balai Penerbitan FK UI.
Spiegel K, Tasall E, Leproult R, Cauter EV. 2009. Sleep loss : a novel risk factor
for insulin resistance and Type 2 diabetes. J Appl Physiol. 99(54): 2008–19.
Stevens MS. 2008. Normal sleep, sleep physiology, and sleep deprivation:
General principles [diakses tanggal 20 Maret 2017]. Tersedia dari:
www.emedicine.com/neuro/topic444.htm).
Sumangkut, Sartika, Wenny, Supit F, Onibala. 2013. Hubungan pola makan
dengan kejadian penyakit diabetes melitus tipe 2 di poli interna BLU RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. e-Journal Keperawatan. 1(1): 1-6.
Susilo Y, Wulandari A. 2011. Cara jitu mengatasi kencing manis. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Taub ML, Redeker SN. 2008. Sleep disorder, glucose regulation and type 2
diabetes. Biology Research Nursing. 9(3): 231-43.
50
Tentero IN, Pangemanan DHC, Polii H. 2016. Hubungan diabetes melitus dengan
kualitas tidur. Jurnal e-Biomedik. 4(2): 1-6.
Trisnawati, Setyorogo. 2013. Faktor risiko kejadian diabetes mellitus tipe 2 di
puskesmas kecamatan cengkareng jakarta barat. Jurnal Ilmiah kesehatan.
5(1): 1-6.
Widiyandhini NP. 2015. Pengaruh kadar glukosa darah terhadap fungsi kognitif
pada penderita diabetes melitus tipe 2 di graha diabetika surakarta. Surakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
World Health Organization. 2016. Global report on diabetes. Geneva: WHO.