FAKTOR YANG MENYEBABKAN PENELANTARAN ANAK
ARTIKEL TUGAS AKHIR
Oleh
Sit Asysyifa
132013015
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
FAKTOR YANG MENYEBABKAN PENELANTARAN ANAK
ARTIKEL TUGAS AKHIR
Oleh
Sit Asysyifa
132013015
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
1
FAKTOR YANG MENYEBABKAN PENELANTARAN ANAK
Oleh: Siti Asysyifa
(Program Studi Bimbingan dan Konseling-FKIP-UKSW)
Pembimbing
Drs. Sumardjono Pm., M.Pd dan Yustinus Windrawanto, S.Pd, M.Pd
(Program Studi Bimbingan dan Konseling-FKIP-UKSW)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan penelantaran
anak. Metode Penelitian yang di tempuh adalah Studi Kasus. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitalif. Subjek penelitian ini adalah Ibu R berusia 35 tahun
seorang ibu yang bekerja di salah satu pabrik konveksi di Tengaran, Pak I suami dari Ibu R
berusia 40. Kesimpulan dari penelitian ini dapat diketahui faktor-faktor yang menyebabkan anak
terlantar. Faktor dominan pada penelitian ini adalah : (1) kesibukan orang tua yang setiap pulang
malam, (2) kondisi ekonomi, (3) kurangnya kesadaran tentang pendidikan, (4) minuman keras
yang di lakukan Pak I, (5) kesehatan. Dengan diangkatnya kasus ini sebagai suatu karya ilmiah
maka penulis dapat memberikan sumbangsih kepada objek penelitian, dalam hal menjadi tempat
berbagi cerita, curahan hati, dan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan.
Kata kunci: Faktor Penelantaran Anak, Penelitan kualitatif, Akibat kesibukan orang tua pada
anak.
PENDAHULUAN
Penelantaran anak adalah praktik
melepaskan tanggung jawab dan klaim atas
keturunan dengan cara illegal (John
Boswell. 1998). Saat ini banyak kasus yang
memberitakan tentang kekerasan pada anak,
termasuk penelantaran pada anak oleh
keluarganya sendiri. Masalah dalam
kehidupan ternyata tidak hanya dialami oleh
orang dewasa. Anak-anak pun menghadapi
banyak masalah dalam perkembangan
mereka. Anak-anak menjadi korban
kekerasan, dalam bentuk apapun, biasanya
mengalami stres dan trauma, bahkan jika ia
mengalami kasus yang berat, trauma yang
muncul dapat bertahan dalam waktu cukup
lama.
Akibatnya, anak tidak hanya
mengalami gangguan jiwa dan mental, tapi
juga menyebabkan perkembangnnya
terhambat, termasuk perkembangan fisik,
bahkan dapat menyebabkan cacat mental
dan keterbelakangan mental.
Dampak dari penalantaran pada anak
sangat beragam dan memerlukan
penanganan yang tepat sebelum anak meniru
perilaku orang tua yang
menalantarkannya.Karena menurut beberapa
penilitian, banyak orang tua yang
menelantarkan anaknya sendiri juga
mengalami hal serupa saat kecil. Sehingga
penanganan yang sesuai akan memutuskan
rantai kekerasan dan penelantaran pada anak
kedepannya.
2
Namun, faktor-faktor penelantaran
tidak hanya berasal dari masalah orang tua
sendiri, tapi juga ada pengaruh dari luar
yang menyebabkan orang tua tega
menelantarkan anaknya sendiri. Baik dari
faktor lingkungan, ekonomi, dan kesadaran
orang tua dan masyarakat tentang
pentingnya pendidikan anak. Semua
masalah pada orang tua yang tidak dapat
terselesaikan dengan baik, dapat memicu
kemarahan atau ketidak nyamanan dalam
hidup, hingga pelampiasannya pada
anak.Padahal, anak tidak mengetahui apapun
permasalahan yang dihadapi orang tuanya.
Disinilah dibutuhkan dukungan dari
semua pihak, agar anak sebagai korban
penelantaran dan juga orang tua sebagai
pelaku, dapat kembali kekehidupan normal
yang penuh kasih sayang, dan tidak
berlanjut kegenerasi selanjutnya.Maka dari
itu, Penulis mencoba menjabarkannya dalam
penulisan ini ini, berupa faktor-faktor
penyebab penelantara.
Masa depan anak, kesuksesan maupun
kegagalan banyak dipengaruhi oleh peranan
orang tua di masa kecil anak. Berdasarkan
observasi yang penulis lakukan pada G
siswa kelas IV Sekolah Dasar (SD), G ini
merupakan anak dari Ibu R dan Pak I.
Kesehariannya Ibu R bekerja di salah satu
pabrik konveksi di daerah Tengaran,
sedangkan Pak I yang bekerja serabutan
namun jarang di rumah. Penelantaran anak
ini sudah berlangsung lama, apalagi sejak
ibunya bekerja. Ibu R yang setiap harinya
berangkat kerja pukul 07.00-20.00 WIB
membuatnya tidak ada waktu lagi dalam hal
mengawasi anaknya, karena setiap kali
pulang dari kerja Ibu R langsung tidur dan
perlu diketahui bahwa suami dari Ibu R
sendiri setiap hari mulai jam 10 pagi
berangkat dan pulang pukul 20.00 WIB.
Mengacu paparan di atas menggugah
penulis untuk meneliti tentang faktor-faktor
yang menyebabkan penelantaran anak.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor yang menyebabkan
terjadinya penelantaran anak.
LANDASAN TEORI
Penelantaran anak termasuk
penyiksaan secara pasif, yaitu segala
keadaan perhatian yang tidak memadai, baik
fisik, emosi maupun sosial. Penelantaran
anak adalah di mana orang dewasa yang
bertanggung jawab gagal untuk
menyediakan kebutuhan memadai untuk
berbagai keperluan, termasuk fisik
(kegagalan untuk menyediakan makanan
yang cukup, pakaian, atau kebersihan),
emosional (kegagalan untuk memberikan
pengasuhan atau kasih sayang), pendidikan
(kegagalan untuk mendaftarkan anak di
sekolah) , atau medis (kegagalan untuk
mengobati anak atau membawa anak ke
dokter). (John Boswell. 1998)
Penelantaran anak merupakan hal
yang sudah berlangsung sejak jaman Yunani
dan Romawi kuno. Anak perempuan
mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk
mengalami penyiksaan dan penelantaran
yang berhubungan dengan status mereka di
masyarakat pada saat dewasa nanti. Kasus-
kasus penelantaran anak sungguh memberi
pelajaran yang sangat berharga untuk kita.
Bagaimana cara kita menghadapi masalah
ini ketika kita dihadapkan pda masalahnya.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi orang
tua menelantarkan anaknya
Keluarga merupakan pendidikan yang
pertama yang membangun kreatifitas anak
itu sendiri, jika sejak kecil anak kurang
mendapat pendidikan dari keluarga, akan
timbul berbagai dampak negatif bagi anak.
(Riamin. 2016)
Faktor-faktor penyebab orangtua
menelantarkan anak:
1. Orangtua terlalu sibuk pada
pekerjaannya
3
Salah satu faktor kelalaian tersebut
adalah kesibukan orang tua dan kurang
harmonisnya keadaan keluarga. Keadaan ini
dapat mengakibatkan anak terjerumus
kedalam hal-hal yang tidak baik, serta
pendidikan anak menjadi terabaikan.
Orangtua kebanyakan menganggap
kebutuhan memenuhi materi anak dan
keluarga adalah yang paling utama dan
segalanya. Sehingga waktu yang ada
sebagian besar, bahkan seluruhnya, tersita
tanpa sisa untuk yang namanya mencari
uang.
Saat ini kehidupan disebuah keluarga
sudah banyak berubah. Kebanyakan
keduanya dari mereka berkarir dan sibuk
dengan usahanya hingga mereka lupa akan
kewajibannya sebagai orangtua. Anak
merasa kurang perhatian dan kasih saying
dari orangtua yang sibuk. Tidak dapat
dipungkiri, bahwa kesempatan bagi anak
untuk mengenal dunia sosialnya yaitu
melalui keluarga. Namun, kenyataan yang
terjadi ialah perhatian orangtua berkurang
terhadap anaknya. Hal tersebut
mengakibatkan terbatasnya interaksi antara
orangtua dengan anak. Meninggalkan anak
dalam waktu lama bukanlah hal yang baik.
Kebanyakan anak yang ditinggalkan dalam
waktu lama biasanya tidak peduli dengan
orangtuanya. Anak menjadi nakal karena
kurangnya perhatian dari orangtua. Jadi,
sebagai orangtua karir harus bisa mengatur
dan membagi waktu dengan baik, sehingga
tidak perlu mengorbankan anak demi
pekerjaan atau sebaliknya. Karena ada
banyak wanita di luar sana yang tidak hanya
sukses dalam karir mereka saja, namun
dengan keluarga mereka juga.
2. Broken home
Merupakan salah satu faktor yang
banyak terjadi dan mengakibatkan orang tua
kurang perhatian terhadap anaknya.
Sehingga pendidikan anak pun ikut
terpengaruhi.
Mempunyai keluarga yang harmonis
dan penuh kasih saying merupakan
kebahagiaan tak terkira bagi seorang anak.
Karena selain menjadi tempat paling
nyaman untuknya berbagi cerita serta
kebahagiaan, keluarga juga menjadi tempat
pembentukan karakter yang pertama dan
utama bagi anak. Sehingga baik buruknya
perilaku anak lebih banyak dipengaruhi oleh
hasil didikan orangtua.
Bagi orangtua, kehadiran anak
merupakan amanah besar dari Tuhan kepada
hamba yang telah dipercayai-Nya. Dengan
demikian menjaga anak dengan sebaik-
baiknya merupakan kewajiban mutlak bagi
setiaptua. Salah satunya ialah dengan
menjaga keutuhan dan keharmonisan rumah
tangga agar anak-anak mereka bisa
mendapatkan apa yang telah menjadi
haknya. Akan tetapi, sayangnya tidak semua
keluarga bisa memenuhi harapan tersebut.
Banyak juga keluarga yang awalnya baik-
baik saja kemudian menjadi berantakan
seiring munculnya permasalahan daam
rumah tangga mereka. Hal ini ditandai
dengan mulai sering terjadinya pertengkaran
oragtua, hubungan keluarga yang tidak lagi
harmonis, hingga berakhir dengan
perceraian atau bahkan penelelantaran anak.
Broken home menjadi istilah umum yang
banyak dikenal untuk menyebut keadaan ini.
Dengan berbagai latar belakang yang
menjadi penyebab terjadinya broken home
tersebut, anak selalu saja menjadi pihak
yang paling dirugikan.
3. Kondisi ekonomi kurang
Pendidikan bagi anak sangatlah
penting, akan tetapi ekonomi yang kurang
mendukung juga menjadi salah satu faktor
yang menjadi penyebab orang tua kurang
memberikan pendidikan pada anaknya.
Keadaan ekonomi keluarga erat
hubungannya dengan belajar anak. Anak
yang sedang belajar selain harus terpenuhi
kebutuhan pokoknya, misal makan, pakaian,
perlindungan kesehatan dan lainnya. Juga
4
membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang
belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis
menulis, buku-buku dan lainlain-lain.
Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi
jika keluarga tersebut berkecukupan dan
mempunyai banyak uang.
Jika anak hidup dalam keluarga
miskin, kebutuhan pokok anak kurang
terpenuhi, sehingga kesehatan anak
terganggu sehingga belajar anak akan
terganggu. Akibat lain anak akan selalu
dirundung kesedihan sehingga anak merasa
minder dengan teman-temannya yang lain.
Hal ini pasti mengganggu belajar anak,
bahkan mungkin anak harus membantu
orangtuanya mencari nafkah walaupun
sebenarnya anak belum saatnya bekerja. Hal
yang seperti ini juga akan mengganggu
belajar anak walaupun tidak dapat
dipungkiri tentang adanya kemungkinan
anak yang serba kekurangan dan selalu
menderita.
4. Kurangnya kesadaran orangtua terhadap
pendidikan
Sampai saat ini masih banyak
orangtua yang kurang perhatian terhadap
pendidikan anaknya. Padahal dukungan
terhadap pendidikan anak sangatlah penting
dan merupakan hal utama yang harus di
perhatikan oleh orangtua. Pada dasarnya
orangtua merupakan lingkungan pertama
bagi anak untuk mendapatkan pendidikan.
Pendidikan yang diterima anak dalam
lingkungan keluarga sangat penting bagi
masa depan anak itu sendiri, karena akan
menentukan sifat dan karakter anak pada
masa yang akan datang. Keterlibatan
orangtua pada masa yang akan datang,
Kesadaran orangtua pada pendidikan sangat
penting, hal ini terbukti dari banyaknya
dampak positif pada anak. Dalam
keluargalah anak dipersiapkan untuk
membangun pengetahuan tentang
perkembangan sebelum memasuki
tingkatan-tingkatan perkembangannya dunia
lainnya seperti dunia orang dewasa, bahasa,
adat istiadat dan kebudayaan.
Keluarga adalah pendidikan yang
pertama yang membangun kreatifitas anak
anak itu sendiri, jika sejak kecil anak kurang
mendapat pendidikan dari keluarga, akan
timbul berbagai dampak negatif bagi anak
seperti kesulitan beradaptasi dengan
lingkungan social, pada saat memasuki
bangku sekolah anak akan mengalami
kesulitan untuk menerima pelajaran karena
kurangnya perhatian yang diberikan oleh
orangtua. Karena itulah orangtua dituntut
untuk kesadaran dalam memberikan
pendidikan kepada anak sedini mungkin,
mungkin saat anak mulai beradaptasi dengan
dunia luar anak tidak akan mudah terbawa
kedalam hal-hal negatif yang banyak terjadi
di lingkungan sosial, namun demikian masih
banyak juga keluarga yang tidak terlalu
memikirkan pendidikan bagi anak-anaknya,
sehingga tidak sedikit orangtua yang
melalaikan tanggungjawab mereka untuk
memberikan pendidikan dan pengetahuan
sedini mungkin kepada anak.
5. Kecanduan obat atau alkohol
Kecanduan obat atau alkohol adalah
kondisi ketika seseorang tidak bisa lepas
dari penggunaan zat tersebut dengan tidak
mengenal situasi. Pecandu akan
menghabiskan banyak waktunya dengan
minum alkohol dan secara otomatis
kebiasaannya ini menjadikan kadar alkohol
yang dikonsumsi menjadi tidak terkontrol,
kondisi itulah yang menyebabkan orangtua
lupa akan tanggungjawabnya terhadap anak.
Saat seseorang menjadi pecandu, ada
suatu kepribadian baru yang muncul dalam
dirinya, yaitu kepribadian pecandu.
Kepribadian ini tidak peduli terhadap orang
lain, satu-satunya hal yang paling penting
baginya adalah bagaimana cara agar tetap
bisa terus menggunakan obat-obatan. Ini
sebabnya mengapa ada perubahan emosional
yang tampak jelas dalam diri diri seorang
pecandu. Adiksi terhadap obat-obatan
5
membuat seseorang kehilangan kendali
terhadap emosinya. Seorang pecandu
acapkali bertindak secara impuls, mengikuti
dorongan emosi apapun yang muncul dalam
dirinya. Adiksi terhadap obat-obatan
membuat seorang pecandu menjadikan
obatan-obatan sebagai prioritas utama dalam
kehidupannya. Obat-obatan adalah pusat
kehidupannya, dan semua hal atau aspek
lain dalam hidupnya berputar di sekitarnya.
Tidak ada hal lain yang lebih penting dari
obat-obatan, dan pecandu menaruh
kepentingannya untuk menggunakan obat-
obatan diatas segala-galanya. Obat-obatan
menjadi jauh lebih penting daripada istri,
suami, pacar, anak, orangtua, pekerjaan, dan
lain sebagainya.
6. Kesehatan
Kesehatan fisik dan emosional ibu
ketika membesarkan anak-anaknya
berpengaruh erat terhadap kesehatan anak.
Studi menemukan, ibu yang depresi akan
memengaruhi perubahan perilaku anak.
Anak-anak yang masih dalam usia sekolah
dasar dan dibesarkan oleh ibu yang depresi
cenderung akan terlibat dalam masalah
perilaku seperti mengonsumsi minuman
keras dan narkoba ketika anak tersebut
sudah remaja.
Disebutkan, masa menengah kanak-
kanak adalah periode peningkatan kognitif,
perkembangan sosial dan emosional. Anak-
anak dalam kelompok usia ini memulai
sekolah, memperbaiki kemampuan bahasa
mereka dan semakin terlibat dalam
hubungan sebaya sosial. Dalam pengasuhan
ibu yang depresi dan perilaku orangtua yang
negatif dapat membahayakan perkembangan
anak sendiri. Colma mengatakan bahwa
tidak mudah meminta bantuan, tetapi bahkan
hanya berbicara tentang apa yang di rasakan
kadang-kadang bisa menjadi awal bantuan
sebenarnya dalam perjalanan menuju
pemulihan bagi seorang ibu yang sakit
(depresi). “Jangan lupa bahwa apa yang baik
bagi ibu terkadang juga baik untuk anak-
anak mereka”(Eva Ervaina. 2014)
Masalah kesehatan merupakan
masalah utama yang harus menjadi
perhatian serius dalam setiap kehidupan
manusia. Artinya, seseorang akan
menentukan aktivitas kesehariannya dan
dapat berperan secara terpadu. Seseorang
yang dikatakan sehat adalah mampu
melakukan segala aktivitas kesehariannya
dan dapat berperan secara maksimal dalam
kehidupan sehari-hari tergantung dari
kesehatannya. Kesehatan seseorang tidak
hanya bisa dilihat dari kondisi fisik saja,
tetapi harustetapi harus dilihat secara
terpadu.
7. Hamil diluar nikah
Salah satu faktor anak terlantar adalah
dikarenakan orangtua yang melahirkan
anaknya diluar nikah. Orangtua menganggap
anaknya tersebut sebagai aib dan seringkali
menyembunyikan keberadaan anaknya
untuk tidak diketahui oleh orang lain.
Meskipun saat ini sudah mulai terjadi
pergeseran nilai di Indonesia, sebagian besar
masyarakat kita masih berpegang pada nilai-
nilai ketimuran sehingga bukanlah hal yang
wajar perempuan hamil tanpa menikah
sebelumnya. Tentu saja hal tersebut akan
memicu datangnya stigma negatif dari
masyarakat. Bahkan, di beberapa daerah di
Indonesia, perempuan hamil di luar nikah
akan di kucilkan oleh masyarakat sebagai
sanksi sosial. Hal tersebut bukanlah hal yang
ringan. Stigma negatif yang diterima tentu
menjadi tekanan tersendiri bagi keluarga,
khususnya perempuan yang sedang
mengandung anak di luar nikah. Bukan
hanya perempuan yang hamil diluar nikah
yang akan dikucilkan, melainkan keluarga
akan terkena dampaknya.
8. Orang tua yang jiwanya terganggu
Orangtua yang mengalami gangguan
jiwa tidak mempunya peran dalam
perkembangan anak. Anak dari orangtua
yang menderita gangguan jiwa sangat rentan
6
mengalami permasalahan pada tahap
perkembangannya, status mental
orangtuanya yang dianggap masyarakat
memiliki stigma yang buruk terhadap
perkembangan anak sedangkan pada masa
ini anak juga harus dapat melalui tugas
perkembangan yakni mempelajari
keterampilan fisik yang diperlukan untuk
permainan-permainan umum, membangun
sikap yang sehat mengenai diri sendiri
sebagai mahluk yang sedang tumbuh, belajar
menyesuaikan diri dengan teman seusianya,
mulai mengembangkan peran sosial pria
atau wanita yang tepat, mengembangkan
keterampilan-keterampilan dasar unuk
membaca, menulis dan berhitung,
mengembangkan pengertian-pengertian
yang diperlukan untuk kehidupan sehari-
hari, mengembangkan hati nurani,
pengertian moral, tata dan tingah nilai,
mengembangkan sikap terhadap kelompok-
kelompok sosial dan lembaga-lembaga dan
mencapai kebebasan pribadi.
Orangtua terutama ibu memiliki peran
dalam pembentukan Potensial self anak
melalui ruang psikologis (holding
environment) dan relasi mendalam (centered
relating) agar anak memiliki true self
sehingga anak dapat berkembang dengan
baik dan menjadi pribadi yang matang.
Namun jika keluarga tidak mampu
memberikan ruang psikologis (holding
environment) dan relasi mendalam (centered
relating) akan mengakibatkan gangguan
pada fungsi sosial anak yang berpotensi
terhadap defisit sosial yang amat besar.
Hasil Penelitian yang Berhubungan
“Keluarga dan Siswa Berprestasi”,
oleh Maslani, Guru SMPN 4 Pelaihari
(Bpost, 29/03/16), memaparkan pentingnya
keluarga dalam meningkatkan mutu
pendidikan Indonesia. Cerita nyata yang
memperlihatkan betapa peran keluarga
dalam keberlangsungan pendidikan ternyata
sangat besar. Seorang siswi yang pada
awalnya hanya jarang masuk sekolah, dalam
waktu berikutnya justru tidak pernah lagi
hadir. Pihak sekolah sudah mengupayakan
berbagai pendekatan kepada anak, dari
bimbingan konseling, wali kelas, kunjungan
rumah dan lain-lain untuk memotivasi anak
rajin berangkat sekolah. Dari kunjungan
rumah diketahui bahwa anak tinggal
sendirian, ayahnya telah meninggal, ibunya
bekerja di daerah lain dan saudara satu-
satunya yang sebelumnya menemani tinggal
di rumah kini sudah berkeluarga dan tinggal
bersama suaminya.
Dalam kondisi demikian tidak ada
yang memberikan pengawasan kepada anak
terutama dalam urusan pendidikannya.
Jangankan untuk berprestasi, hadir ke
sekolahpun tidak, dan berujung pada putus
sekolah karena jumlah absensi yang sudah
melebihi kriteria kenaikan kelas. Anak
mengambil keputusan sendiri dan pihak
keluarga pun sepertinya membiarkannya.
METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitalif.
Jenis penelitian yang digunakan oleh
peneliti adalah penelitian Studi Kasus.
Definisi studi kasus ini dikemukakan Nisbet
& Watt dalam (Loekmono, JT Lobby.2005)
sebagai teknik penelitian. Namun demikian,
penulis menganggap bahwa definisi tersebut
relevan dalam bidang bimbingan dan
konseling pada hakekatnya suatu kegiatan
meneliti individu secara mendalam agar
dapat memahami individu tersebut.
Subjek dalam penelitian ini adalah Ibu
R, dan Pak I. Instrumen pada penelitian ini
adalah pedoman wawancara dan pedoman
observasi. Peneliti sebagai instrumen
penelitian yaitu dengan meneliti secara
langsung dan bertatap muka secara langsung
dengan mengamati secara seksama dan
sistematis untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan adalah pedoman wawancara
mendalam dan pedoman observasi.
7
1. Observasi
Tabel Pedoman Observasi
No Topik Waktu Keterangan
1. Kesibukan Orang tua Observasi
dilakukan sejak
tanggal 17-31
Januari 2017
2. Kondisi Lingkungan
3. Kondisi Sosial
4. Kondisi Kesehatan
5. Kondisi Kejiwaan
2. Wawancara
Pedoman Wawancara
No Topik Indikator Keterangan
1. Kesibukan orangtua 1. Waktu pergi dan pulang kerja
2. Kegiatan setelah pulang kerja
2. Kondisi ekonomi 3. Sehari makan berapa kali
4. Jumlah pakaian (berapa pasang)
5. Mainan anak
6. Perlengkapan sekolah anak
3. Kesadaran orang tua tentang
pendidikan
7. Tingkat pendidikan orang tua
8. Kursus/latihan yang pernah diikuti
4. Kecanduan obat 9. Minuman keras
5. Kesehatan 10. Riwayat kesehatan
Didalam penelitian ini menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data yaitu,
pengamatan (observasi) dan wawancara.
Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan mengacu pada
konsep Milles & Huberman (2007) yaitu
interactive model (model interaktif) yang
mengklarifikasikan analisi data dalam tiga
langkah, yaitu:(1) reduksi data (data
reduction) merupakan proses pemilahan,
pemusatan perhatian pada penyederhana,
pengabstrakan, dan transformasi data kasar
yang muncul dari catatan-catatan tertulis di
lapangan. Pada penelitian ini proses reduksi
data dilakukan dengan menyederhanakan
dan memilah hasil penelitian sesuai dengan
kebutuhan, (2) penyajian data (display data)
sebagai sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian data yang digunakan pada
penelitian ini adalah dalam bentuk teks
naratif, (3) penarikan kesimpulan
(verifikasi), dalam penelitian ini dimulai dari
pengumpulan data, seorang penganalisis
kualitatif mulai mencari arti benda-benda
mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan,
konfigurasi-konfigurasi, alur sebab akibat,
dan proposisi. Penarikan kesimpulan yang
dilakukan dengan membandingkan hasil
penelitian dengan literatur kajian teori yang
ada.
8
HASIL PENELITIAN Hasil Observasi
No Topik Hasil
1. Kesibukan orangtua Ibu R berangkat kerja jam 7 pagi dan pulang kerja jam 8 malam
setiap hari. Pak I berangkat kerja jam 10 pulang jam 8 malam.
Baik Ibu R maupun Pak I saat pulang rumah langsung tidur
karena capek
2. Kondisi lingkungan Kondisi lingkungan tidak ramai, agak sepi. Tidak banyak
kendaraan bermotor dan masih bernuansa pedesaan
3. Kondisi social Baik Ibu R maupun Pak I kurang bergaul dengan tetangga karena
sibuk bekerja. Demikian juga halnya dengan G, dia bermain
sendiri, makan sendiri, belajar sendiri, nonton sendiri. Demikian
pula dengan kehidupan agama, ibu R dan Pak I hampir tidak
pernah beribadah berjemaah dan jarang juga mengikuti kegiatan
–kegiatan sosial di kampungnya
4. Kondisi kesehatan Kesehatan ibu R dan Pak I dan G baik-baik saja. Mereka jarang
sakit dam tidak pernah ke dokter
5. Kondisi kejiwaan Ibu R dan Pak I tidak kelihatan sebagai orang yang tertekan atau
stress, depresi. Mereka happy saja
Hasil Wawancara
No Item Ibu R Pak I Keterangan
1. Jam berapa Ibu dan Bapak
berangkat dan pulang dari
kerja?
Saya
berangkat
jam 7 pagi
dan pulang
jam 8 malam
Saya
berangkat
jam 10 pagi
dan pulang
jam 8 malam
Ibu dan Pak I berangkat kerja pagi jam 7
dan 10 dan pulang rata2 jam 8 malam.
Kondisi ini menyebabkan Ibu R dan Pak I
capek dan tidak punya waktu untuk
memperhatikan anak mereka G
2. Kegiatan apa yang Ibu dan
Bapak lakukan di rumah
sepulangnya dari kerja?
Sepulang
kerja saya
langsung
tidur
Sepulang
kerja saya
langsung
tidur
Karena kelelahan, maka Ibu R dan Pak I
langsung tidur. Kondisi ini menunjukkan
bahwa Ibu R dan Pak I tidak peduli
dengan kondisi anak mereka G
3. Ibu dan bapak makan berapa
kali sehari?
Saya makan
2 kali sehari
Saya makan
2 kali sehari
Rata-rata orang desa di sruwen makan 2
kalai sehari . kondisi ini membuktikan
bahwa keluarga Pak I dan Ibu R adalah
keluarga yang secara ekonomi cukup
4. Berapa pasang pakaian Ibu
dan Bapak?
Pakaian saya
10 pasang
Pakaian saya
5 pasang
Kondisi pakaian Pak I dan Ibu R cukup
untuk ukuran orang desa. Artinya secara
ekonomi mereka kondisi mereka cukup
baik
5. apa saja mainan yang Mainan yang Mainan yang Mainan yang dimiliki anak mereka
9
dimiliki anak? dimiliki anak,
mobil-
mobilan,
sepeda
dimiliki anak,
kelereng,
sepeda
ketapel
(sepeda, mobil-mobilan, kelerengm
ketapel) menunjukkan bahwa mereka
cukup mampu secara ekonomi
6. Apa saja perlengkapan
sekolah yang dipunyai
anak?
Perlengkapan
sekolah yang
dimiliki anak
adalah tas,
buku, pena,
pensil,
penghapus,
penggaris,
pensil warna
Perlengkapan
sekolah yang
dimiliki anak
adalah
seragam,
sepatu, tas,
buku, pena,
pensil,
penghapus,
penggaris,
pensil warna
Perlengkapan sekolah yang dimiliki anak
mereka cukup baik seperti pelajar2 lain.
(seragam, sepatu, buku, tas, pena pensil,
penggaris dll)
7. Ibu dan Bapak lulusan apa? SMA STM Mereka cukup berpendidikan tapi kurang
menyadari perannya sebagai orang tua
8. Ibu dan Bapak pernah
mengikuti kursus atau
latihan apa?
Pernah
mengikuti
kursus
menjahit
Pernah
mengikuti
kursus
menyetir
mobil
Kursus yang diikuti kedua orang tua G
cukup baik walau mereka bekerja tidak
sesuai dengan kursus yang pernah diikuti
9. Apakah Ibu dan Bapak
minum minuman keras?
Tidak pernah Kadang-
kadang
Bisa dikatakan bahwa kedua orang tua G
tidak meminum minuman keras
10. Apa riwayat kesehatan Ibu
dan Bapak?
Saya pernah
kena cacar,
typus, DB
Sakit flu
pilek, cacar,
pernapasan
Kedua orang G pernah mengidap
penyakit cacar, typus dan DB serta
pernapasan dan bukan penyakit yang
membahayakan
PEMBAHASAN
1. Faktor Orangtua terlalu sibuk pada
pekerjaannya
Saat ini kehidupan disebuah keluarga
sudah banyak berubah. Kebanyakan
keduanya dari mereka berkarir dan sibuk
dengan kerja. Ibu R berangkat kerja jam 7
pagi dan pulang kerja jam 8 malam hingga
ia lupa akan kewajibannya sebagai orangtua.
Anak merasa kurang perhatian dan kasih
saying dari orangtua yang sibuk. Tidak
dapat dipungkiri, bahwa kesempatan bagi
anak untuk mengenal dunia sosialnya yaitu
melalui keluarga. Namun, kenyataan yang
terjadi ialah perhatian orangtua berkurang
terhadap anaknya. Hal tersebut
mengakibatkan terbatasnya interaksi antara
orangtua dengan anak.
Faktor orangtua terlalu sibuk pada
pekerjaanya dapat menyebabkan anak
terlantar. Seperti pernyataan dari subjek
pertama:
“Saya jarang menyiapkan makanan
dirumah, karena saya sendiri berangat
kerjanya pagi hari dan pulangnya larut
malam. Tidak jarang setiap kali pulang kerja
saya langsung tidur karena capek, jadi saya
jarang menemani anak saya. Tapi kalau
dalam kegiatan di kampung saya termasuk
cukup aktif karena kebetulan kegiatan-
kegiatan kampung biasanya dilaksanakan
pada saat saya libur bekerja. ”
10
Seperti ini pernyataan subjek kedua:
“Saya juga jarang menyiapkan
makanan dirumah, jadi ya sering jajannya
daripada makan dirumah. saya kalau
berangkat jam 10.00 WIB sampai rumah
sudah larut malam, tidak jarang anak saya
protes pas saya pulang bekerja.”
Uraian di atas didukung dengan hasil
observasi yang penulis lakukan, yakni
bahwa Ibu R berangkat kerja jam 7 pagi dan
pulang kerja jam 8 malam. Demikian juga
pak I berangkat kerja jam 10 pagi dan
pulang jam 8 malam. Keluarga ini memang
tidak pernah memberikan perhatian terhada
putra mereka G dalam bermain, makan,
belajar, nonton dan bahkan tidur.
2. Kondisi ekonomi kurang
Keadaan ekonomi keluarga erat
hubungannya dengan belajar anak. Anak
yang sedang belajar selain harus terpenuhi
kebutuhan pokoknya, misal makan, pakaian,
perlengkapan sekolah, alat permainan,
perlindungan kesehatan dan lainnya. Juga
membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang
belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis
menulis, buku-buku dan lain-lain. Fasilitas
belajar itu hanya dapat terpenuhi jika
keluarga tersebut berkecukupan dan
mempunyai banyak uang.
Faktor kondisi ekonomi tidak
menyebabkan anak terlantar. Hal ini
dibuktikan dengan makan minum, pakaian,
perlengkapan bermain anak, perlengkapan
sekolah, kondisi rumah yang cukup baik.
Selain itu .Hal ini dipertegas oleh Ibu R
bahwa ia jarang berbelanja seperti
kebanyakan ibu-ibu di tempat saya,
Hal tersebut di atas didukung oleh
hasil observasi yang penulis lakukan yaitu
bahwa kondisi sosial ekonomi keluarga ibu
R dan Pak I cukup baik karena keduanya
bekerja.
3. Faktor kurangnya kesadaran orangtua
terhadap pendidikan
Kesadaran orangtua pada pendidikan
sangat penting, hal ini terbukti dari
banyaknya dampak positif pada anak. Dalam
keluargalah anak dipersiapkan untuk
membangun pengetahuan tentang
perkembangan sebelum memasuki
tingkatan-tingkatan perkembangannya dunia
lainnya seperti dunia orang dewasa, bahasa,
adat istiadat dan kebudayaan.
Faktor Kurangnya kesadaran orangtua
terhadap pendidikan dapat menyebabkan
anak terlantar. Seperti pernyataan dari
subjek pertama:
Mestinya dengan tingkat pendidikan
sekolah menengah atas dan STM, keluarga
Ibu R dan Pak I memiliki kesadaran akan
pendidikan anak. Tapi ternyata mereka
tidak memiliki waktu dan kesempatan untuk
anak tunggalnya. Hal ini didukung dengan
hasil observasi yang penulis lakukan yakni
bahwa kedua orang tua G cukup pernah
mengikuti kursus.
4. Faktor minuman keras
Berdasarkan hasil wawancara
diperoleh gambaran bahwa ibu R tidak
pernah minum minuman keras, sementara
Pak I sekali-sekali minum. Artinya minuman
keras bukan merukan kebutuhan kedua
orang tua G. Biasanya minuman keras
menyebabkan anak ditelantarkan tapi dalam
keluarga ini penelantaran tidak disebabkan
oleh minuman keras. Hal ini didukung oleh
hasil observasi bahwa kedua orang tua G
tidak pernah mabuk dan mereka merupakan
anggota masyarakat yang baik.
5. Kesehatan
Berdasarkan hasil wawancara
diperoleh gambaran bahwa kedua orang tua
G pernah mengidap penyakit cacar, typus,
DB, pernapasan (merokok). Mereka tidak
pernah mengidap penyakit berbahaya yang
menyebabkan mereka tidak bekerja.
Penyakit yang diderita kebanyakan pada
waktu masih kecil dan remaja. Hal ini
didukung dengan hasil observasi bahwa
11
kndisi kesehatan kedua orang G baik-baik
saja. Dari kondisi obyektif ini dapat
disimpulkan bahwa kondisi kesehatan tidak
dapat menyebabkan penelantaran anak.
PENUTUP Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di Bab
IV, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-
faktor yang menyebabkan penelantaran
anak(G) sebagai berikut:
1. Faktor orangtua terlalu sibuk pada
pekerjaannya
Faktor kesibukan orang tua dalam
bekerja menyebabkan penelantaran anak
2. Faktor kondisi ekonomi
Faktor ekonomi tidak merupakan
faktor yang menyebabkan penelantaran
anak.
3. Faktor kurangnya kesadaran orangtua
terhadap pendidikan
Faktor kurangnya kesadaran orang tua
dapat menyebabkan penelantaran anak,
Pendidikan yang tinggi tidak otomatis
menyebabkan orang memiliki kesadaran
tentang pendidikan anak.
4. Fakktor Minum minuman keras
Faktor minuman keras tidak
menyebabkan penelentaran anak
5. Kesehatan
Faktor kesehatan tidak menyebabkan
penelantaran anak
Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut
di atas, maka akan dikemukakan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Bagi Program Studi
Melalui penelitian ini diharapkan
memberikan sumbangsih pemikiran-
pemikiran terhadap pengkajian-penkajian
terhadap kasus-kasus yang serupa. Dengan
demikian pemahaman mahasiswa terhadap
satu kasus tertentu dapat dilakukan dengan
hasil yang maksimal. Melalui penelitian ini
diharapkan juga aada mahasiswa yang
tertarik untuk melakukan pendampingan dan
konseling secara intensif dan mendalam
terhadap kasus yang serupa.
2. Bagi Masyarakat Luas
Melalui penelitian ini diharapkan
memberikan informasi kepada masyarakat
luas dan secara khusus terhadap keluarga-
keluarga supaya lebih memperhatikan dalam
hal pendampingan belajar terhadap anak-
anaknya. Sehingga bila ada kasus serupa
diharapkan para orangtua dan masyarakat
dapat memberikan pengertian kepada anak-
anaknya.
DAFTAR RUJUKAN
AchmadSholahuddin. 2012. Pengertian,
Definisi, Sejarah, dan Tujuan
Pedagogi,(online)http://aleachmad
.blogspot.co.id/2013/09/pengertia
n-definisi-sejarah-dan-
tujuan.html, di akses 10 Juni 2016
Ahmiranil Khaerat. 2012. Pola asuh
orangtua dan implikasinya
terhadap
pendidikan,(online)http://ratuwithl
ovelygirl.blogspot.co.id/2012/03/p
ola-asuh-orangtua-dan-
implikasinya.html, di akses 03
Juli 2016
Andri Ismail. 2016.Akibat Kurangnya Perhatian
Orang Tua Pada Anak,
(online)http://www.zaleyza.com/201
6/01/akibat-kurangnya-perhatian-
orang-tua.html, di akses 15 Mei 2017
Ann Zeise.2017. educational neglect,
(online),https://translate.google.co
.id/translate?hl=id&sl=en&u=http
://a2zhomeschooling.com/main_ar
ticles/educational_neglect_legal_i
12
ssues/&prev=search, di akses 15
Mei 2017
Azizah Fitriah. 2012. Stop Kekerasan Pada
Anak, (online),
http://ngobrolpsikologi.blogspot.c
om/2012/04/stop-kekerasan-pada-
anak.html, di akses 11 Juni 2016
Candra Widanarko. 2015. TanpaDisadari,
Ini5 PenelantaranAnak yang
SeringDilakukanOrangtua,
(online)
http://tabloidnova.com/Keluarga/
Anak/Tanpa-Disadari-Ini-5-
Penelantaran-Anak-Yang-Sering-
Dilakukan-Orangtua, di akses 03
Juli 2016
D.GunarsaSinggih,1980.
PsikologiAnakBermasalah.Jakarta
: BPK Gunung Mulia
Farida Afifah. 2012. Mengatasi
Problematika Anak Bangsa,
(online),
http://dreamlandaulah.wordpress.c
om/2010/06/19/mengatasi-
problematika-anak-bangsa,
diakses 09 Juni 2016
Ismar Patrizki. 2015. Kasus Penelantaran
Anak, (online),
http://www.antarafoto.com/peristiw
a/y1265281201/kasus-
penelantaran-anak, di akses 12 Juni
2016
Kartadinata, Sunaryo. 2011. Menguak Tabir
Bimbingan dan Konseling sebagai
Upaya Pedagogis. Bandung: UPI
Press
KartonoKartini,
1979.PsikologiAnak.Bandung:
Penerbit Alumni
Ken LaMance. 2014. Educational Neglect,
(online),
https://translate.google.co.id/transla
te?hl=id&sl=en&u=http://www.leg
almatch.com/law-
library/article/educational-
neglect.html&prev=search, di akses
15 Mei 2017
Loekmono, JT Lobby. 2005. Studi Kasus.
Salatiga: Widya Sari
Moore Blatch. 2017.
Educational Negligence, (online),
https://translate.google.co.id/transla
te?hl=id&sl=en&u=https://www.m
ooreblatch.com/individual/educatio
n/negligence/&prev=search, di
akses 15 Mei 2017
Nisbet, J. & Watt, J. 1994. Studi Kasus
(Sebuah Panduan Praktis). Disadur
oleh L.
Nugroho Riant. 2013. Metode Penelitian
Kebijakan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Ormond Jeanne Ellis, 2008.
PsikologiPendidikan.Ed. ke-6.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Piaget Jean, 2010.
PsikologiAnak.Yogyakarta:
PustakaPelajar
Riamin. 2016. Kurangnya Peran Orangtua
Terhadap Pendidikan Anak,
(online),
http://www.kompasiana.com/riamin
/kurangnya-peran-orang-tua-
terhadap-pendidikan-
anak_56f133a6547b61fb14deea4f,
di akses 15 Mei 2017
13
Setyadin. 2005. “Metode Penelitian
Kualitatif: Teori dan Praktik”.
Jakarta: BumiAkasra.
Umbu Tagela, 2006, Pengantar Pendidikan,
Widyasari Press, Salatiga
Vessy Frizona. 2015. Faktor Orangtua
Tega Telantarkan Anak, (online),
http://lifestyle.okezone.com/red/20
15/05/15/196/1150356/faktor-
orangtua-tega-telantarkan-anak, di
akses 11 Juni 2016
Yin, Robert. K. 1996. Studi kasus desain
dan metode. Jakata: PT Raja
Grafindo Persada