EFEKTIVITAS PRODUK PEMBIAYAAN MIKRO PRODUKTIF PADA
NASABAH BANK BRI SYARIAH KCP JATIWARINGIN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Syariah (S.E.Sy)
OLEH :
Nanda Pipit Nurjannah
NIM : 1112046100029
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016/1437H
iii
ABSTRAK
NANDA PIPIT NURJANNAH. 1112046100029. Efektivitas Produk
Pembiayaan Mikro Produktif Terhadap Nasabah Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin. Program Strata Satu (S1), Konsentrasi Perbankan Syariah,
Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 1437/2016 M.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan Efektivitas Pembiayaan Mikro
pada Nasabah PT Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin dan menganalisis faktor-
faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan nasabah pembiayaan mikro selama
pembiayaan berlangsung. Analisis data menggunakan perhitungan manual dengan
rumus standar deviasi dan mean (rata-rata nilai) tiap kelompok pernyataan untuk
mengetahui persepsi atau penilaian nasabah terhadap efektivitas pembiayaan mikro di
Bank BRI Syariah serta analisis regresi linear berganda menggunakan software SPSS
17.0 untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nasabah selama
masa pembiayaan. Angket ini terdiri atas 6 kategori pernyataan dan terdapat 4
variabel yang dianalisis, yaitu variabel pendapatan nasabah setelah mendapatkan
pembiayaan sebagai variabel dependent, sedangkan variabel independent terdiri atas
pendapatan nasabah sebelum pembiayaan, pokok angsuran dan margin.
Hasil dari penelitian meperlihatkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara pendapatan usaha nasabah setelah pembiayaan dengan pendapatan usaha
nasabah sebelum pembiayaan, besar pembiayaan, pokok angsuran dan margin dan
diketahui bahwa 99,5% pendapatan usaha nasabah setelah pembiayaan dapat
dijelaskan oleh pendapatan usaha nasabah sebelum pembiayaan, besar pembiayaan,
pokok angsuran dan margin yang diberikan Bank BRI Syariah. Sedangkan sisanya
(100%-95,5%= 4,5%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain.
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus rasio efektivitas
diperoleh nilai koefisien efektivitas sebesar 92,5% yang berarti bahwa produk
pembiayaan mikro produktif Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin sangat efektif
dalam peningkatan pendapatan usaha nasabah.
Kata Kunci : Pembiayaan mikro produktif, Korelasi Pearson, Regresi Linear
Berganda, Uji T-test, Asumsi Klasik, Rasio Efektivitas
Pembimbing : Rizqon Halal Syah Aji, M. Si
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
penulis sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW serta kepada keluarga dan
para sahabat-Nya, semoga kelak kita termasuk kedalam umat yang mendapatkan
Syafaat dari beliau di hari akhir kelak.
Alhamdulillah, penelitian yang berjudul “Efektivitas Produk Pembiayaan
Mikro Produktif pada Nasabah Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin” telah
dapat penulis selesaikan. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Program
Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Pada dasarnya dalam penulisan skripsi ini penulis mendapat
banyak kesulitan. Akan tetapi dengan adanya bantuan dan partisipasi dari berbagai
pihak. Alhamdulillah penulisan skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan. Penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit
bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini antara lain kepada:
v
1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum yang saya hormati yang telah memimpin Fakultas Syariah dan
Hukum.
2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A dan Bapak Dr. Abdurrauf, M.A selaku ketua dan
sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada
seluruh mahasiswa prodi Muamalat.
3. Bapak Moch Bukhori Muslim, Lc selaku dosen pembimbing akademik yang
memberikan motivasi dan membimbing penulis dari semester awal hingga
penyelesaian skripsi ini.
4. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuan yang sangat berguna, serta akhlak yang tidak ternilai harganya.
5. Bapak Rizqon Halal Syah Aji, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktu, pengarahan dan motivasi serta memberikan ilmu
yang sangat berharga bagi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Bapak Musta’an selaku Unit Head Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin,
Bapak Daniel dan Bapak Lukman selaku pelaksana marketing mikro dan
seluruh pihak PT Bank BRI Syariah khususnya Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin yang telah bersedia membantu dalam penelitian. Para responden
yang telah menyediakan waktunya untuk berpartisipasi untuk penelitian ini.
7. Petugas pengawas perpustakan Fakultas Syariah dan Hukum, petugas
pengawas perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
vi
membantu penulis dalam memberikan fasilitas penyediaan literatur penulisan
skripsi ini.
8. Kedua orang tua saya Sugiyono dan Ngadiah yang selalu memberikan
kekuatan dalam do’a dan sujudnya. Serta dukungan baik materi, moral dan
kesabarannya menunggu terselesaikannya skripsi ini. Serta adik saya
Muhammad Alim Bayu Aji Nursyid. Semoga Allah selalu memberikan
rahmat dan kasih sayangnya kepada kalian.
9. Keluarga Perbankan Syariah A angkatan 2012 yang selama kurun waktu
kurang lebih empat tahun telah menjadi sahabat dalam menuntut ilmu. Cen9ek
4l4y : Meyda, Nisa, Tisa, Rinrin, Zila, Adila, Rahma, Eka, Leni dan Dhiba
yang menjadi pelipur lara dan tempat berbagi. I miss you all so much, indeed.
Thank you for the advantures. Teman seperjuangan pulang pergi Bekasi-
Ciputat Maulana Hasanudin. Teman-teman fighter Lisma, Suci, Lolita, dan
Rizky Napwansyah yang tak kenal bosan menjadi teman diskusi dan sharing.
10. Sahabat sedari bangku SMA Ana Sukriah dan Tyara S Pratiwi terimakasih
atas waktu dan support kalian. Especially sesesorang yang dalam 3 tahun ini
menjadi teman bertengkar dan sharing, Ulong Peni Rahmadani terimakasih
atas pelajaran hidup yang telah diberikan .
11. Keluarga besar KKN SHARE 2015: Annisa, Meyda, Enung, Dityan, Bilqis,
Novi, Dwi, Tessa, Karina, Deni, Agung, Abdul, Bang Rosi, Faisal, Ulong
Peni, Zae dan Gustiawan yang selalu memberi semangat untuk penulis.
Terima kasih telah menjadi keluarga kecil yang hangat.
vii
12. Terutama yang sangat membantu saya dan mensupport saya dalam
penyelasaian skripsi ini, Thaufik Syawaludin. Dear, you never tired to guide
me and want to see me success.
13. Who have filled my 3 years of ups and downs. My cutie little paws, Nano.
Without you, I won’t be able to release the stress, terima kasih untuk kasih
sayang dan waktu yang kalian berikan.
14. Serta seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini, karenanya dengan terbuka penulis mengharapkan kritik dan saran
untuk penyempurnaan penulisan-penulisan di masa mendatang. Akhir kata,
harapan penulis semoga Allah SWT memberiikan keberkahan bagi semua
pihak yang membantu dan semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Jakarta, 13 September 2016
Nanda Pipit Nurjannah
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................ ii
ABSTRAK ................................................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. iv
DAFTAR ISI................................................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................................................... 9
C. Batasan dan Rumusan Masalah ........................................................................................ 9
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ....................................................................... 10
E. Sistematika Penulisan ...................................................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................. 13
A. Landasan Teori ............................................................................................................... 13
1. Pengertian Efektivitas ................................................................................................ 13
2. Tolok Ukur Efektivitas .............................................................................................. 14
3. Mekanisme Efektivitas .............................................................................................. 17
4. Efektivitas Pembiayaan Sistem Syariah .................................................................... 17
5. Aspek-Aspek yang Mempengaruhi Ketidakefektifan Pembiayaan Sistem Syariah .. 19
B. Pendapatan Nasabah ........................................................................................................ 22
C. Margin .............................................................................................................................. 25
D. Pembiayaan ...................................................................................................................... 26
1. Pengertian Pembiayaan ............................................................................................. 26
2. Jenis-Jenis Pembiayaan Bank Syariah....................................................................... 29
3. Pembiayaan Murabahah ............................................................................................ 34
E. UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) ................................................................. 38
1. Pengertian UMKM .................................................................................................... 38
2. Kriteria UMKM ......................................................................................................... 40
F. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu .............................................................................. 42
ix
G. Kerangka Pemikiran......................................................................................................... 46
H. Dasar Perumusan Hipotesis ............................................................................................. 47
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................................ 48
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................................ 48
1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ............................................................................. 48
2. Metode Pengumpulan Data ....................................................................................... 49
3. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ............................................................... 51
4. Teknik Pengolahan Data ........................................................................................... 55
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ......................................................................... 56
1. Variabel Indpenden ................................................................................................... 56
2. Variabel Dependen .................................................................................................... 57
C. Teknik Analisis Data........................................................................................................ 57
1. Analisis Deskriptif ..................................................................................................... 57
2. Instumen dan Uji Instrumen Penelitian ..................................................................... 59
a. Uji Validitas ........................................................................................................ 59
b. Uji Reabilitas ...................................................................................................... 59
3. Uji Asumsi Klasik ..................................................................................................... 61
a. Uji Normalitas ..................................................................................................... 61
b. Uji Multikolinearitas ........................................................................................... 62
c. Uji Autokorelasi .................................................................................................. 63
d. Uji Heteroskedastisitas ....................................................................................... 64
4. Uji Statistik ................................................................................................................ 65
a. Regresi Linear Berganda..................................................................................... 65
b. Analisis Pengaruh Secara Parsial (Uji t) ............................................................. 66
c. Analisis Pengaruh Secara Simultan (Uji F) ........................................................ 67
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 68
A. Analisis Deskriptif ........................................................................................................... 68
1. Deskripsi Responden ................................................................................................. 68
2. Uji Validitas .............................................................................................................. 72
3. Uji Reabilitas ............................................................................................................. 74
4. Deskripsi Tanggapan Responden .............................................................................. 75
x
5. Analisis Efektivitas Berdasarkan Tanggapan Responden ......................................... 89
B. Analisis Asumsi Klasik .................................................................................................... 93
1. Uji Normalitas ........................................................................................................... 93
2. Uji Multikolinearitas ................................................................................................. 95
3. Uji Autokorelasi ........................................................................................................ 96
4. Uji Heteroskedastisitas .............................................................................................. 97
C. Analisis Regresi Linear Berganda ................................................................................... 99
1. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ........................................................................ 99
2. Analisis Pengaruh Secara Simultan (Uji F) .............................................................. 100
3. Analisis Pengaruh Secara Parsial (Uji t) .................................................................. 101
4. Perhitungan Rasio Efektivitas .................................................................................. 105
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................... 107
A. KESIMPULAN ............................................................................................................... 107
B. SARAN ........................................................................................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 111
LAMPIRAN................................................................................................................................ 115
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data perkembangan Usaha, Mikro, Kecil, Menengah dan Besar ..................... 3
Tabel 1.2 Perkembangan kelembagaan Perbankan Syariah per Juni 2015 ...................... 6
Tabel 3.1 Interpretasi korelasi dari Guilford .................................................................... 60
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden ................................................................................ 69
Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Usia........................................................................... 70
Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Jenis Pendidikan ....................................................... 71
Tabel 4.4 Profesi Utama Nasabah .................................................................................... 72
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas ........................................................................................... 73
Tabel 4.6 Hasil Uji Reabilitas .......................................................................................... 74
Tabel 4.7 Syarat dalam mengajukan pembiayaan ............................................................ 75
Tabel 4.8 Tahap dalam mengajukan pembiayaan ............................................................ 75
Tabel 4.9 Biaya administrasi pembiayaan ....................................................................... 76
Tabel 4.10 Dana pinjaman untuk modal usaha ................................................................ 76
Tabel 4.11 Pengelolaan modal sesuai dengan kaidah bisnis ............................................ 77
Tabel 4.12 Pembiayaan sesuai dengan kebutuhan usaha ................................................. 77
Tabel 4.13 Besar pembiayaan mencukupi usaha ............................................................. 78
Tabel 4.14 Besar pembiayaan memenuhi kebutuhan pengembangan usaha ................... 78
Tabel 4.15 Omzet usaha cukup untuk melunasi angsuran ............................................... 79
Tabel 4.16 Pendapatan usaha meningkat setelah mendapatkan pembiayaan .................. 79
Tabel 4.17 Margin tergolong ringan ................................................................................ 80
Tabel 4.18 Pembagian keuntungan tidak merugikan nasabah ......................................... 80
Tabel 4.19 Nasabah masih mendapatkan keuntungan setelah bagi hasil ......................... 81
Tabel 4.20 Pembiayaan mikro BRI Syariah meningkatkan bahan baku .......................... 81
Tabel 4.21 Adanya kenaikan jumlah konsumen setelah mendapatkan pembiayaan ....... 82
Tabel 4.22 Jangka waktu pelunasan angsuran tergolong lama ........................................ 82
Tabel 4.23 Nasabah tidak dapat membayar angsuran tepat waktu .................................. 83
Tabel 4.24 Nasabah tidak pernah terlambat membayar angsuran.................................... 83
xii
Tabel 4.25 Nasabah tidak pernah membayar denda keterlambatan angsuran ................. 84
Tabel 4.26 Kemampuan nasabah membayar angsuran semakin besar ............................ 84
Tabel 4.27 Pokok angsuran cicilan tergolong ringan ....................................................... 85
Tabel 4.28 Pokok angsuran cicilan tidak mengganggu perkembangan usaha ................. 85
Tabel 4.29 Selama membayar angsuran nasabah dapat memenuhi kebutuhan lain ........ 86
Tabel 4.30 Fasilitas pembiayaan memberikan manfaat kepada nasabah ......................... 86
Tabel 4.31 Omzet usaha nasabah meningkat setelah pembiayaan ................................... 87
Tabel 4.32 Keuntungan usaha nasabah meningkat setelah pembiayaan .......................... 87
Tabel 4.33 Program pembiayaan mikro BRI Syariah meningkatkan perekonomian
nasabah ............................................................................................................................. 88
Tabel 4.34 Pembiayaan berdampak pada kesejahteraan nasabah .................................... 88
Tabel 4.35 Hasil Uji Koefisien Determinasi .................................................................... 99
Tabel 4.36 Analysis Of Variance (ANOVA) .................................................................. 100
Tabel 4.37 Coefficients Regresi ...................................................................................... 102
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Teori ................................................................................. 46
Gambar 4.1 Hasil uji normalitas menggunakan output histogram ................................... 94
Gambar 4.2 Hasil uji normalitas menggunakan output Grafik P-Plot ............................. 94
Gambar 4.3 Hasil uji heteroskedastisitas dengan grafik Scatterplot ................................ 98
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan masalah mendasar yang dihadapi oleh
banyak negara di dunia terutama negara-negara berkembang seperti
Indonesia. Kondisi kemiskinan Indonesia semakin parah akibat krisis
ekonomi pada tahun 1998. Namun ketika pertumbuhan ekonomi yang
sempat menurun akibat krisis dapat teratasi dan dapat dipulihkan,
kemiskinan tetap saja sulit untuk ditanggulangi. Salah satu prasyarat
keberhasilan penuntasan kemiskinan adalah dengan cara mengidentifikasi
kelompok sasaran dan wilayah sasaran dengan tepat. Program penuntasan
dan pemulihan nasib orang miskin tergantung dari langkah awal yaitu
ketetapan mengidentifikasi siapa yang dikatakan miskin dan dimana dia
berada. Aspek di mana “si miskin” dapat ditelusuri melalui si miskin itu
sendiri serta melalui pendekatan-pendekatan profil wilayah atau karakter
geografis.1
Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah penduduk
miskin per september 2015 menunjukkan angka 28,51 juta jiwa atau
bertambah 780 ribu orang dibanding September 2014 yang sebesar 27,73
juta orang. Padahal standar yang diterapkan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS) masih jauh di bawah standar penduduk miskin Bank Dunia yang
1 Sagir Soeharsono, Masalah Ekonomi Indonesia. (Bandung: Angkasa, 2007) h.127
1
2
berstandar pada konsep Purchasing Power Purity yaitu masyarakat yang
penghasilannya dibawah 2 dolar perhari. Sementara standar penduduk
miskin BPS adalah penduduk yang penghasilannya di bawah Rp211.000
per bulan.2
Salah satu upaya penanggulangan kemiskinan adalah dengan
memutus mata rantai kemiskinan melalui pemberdayaan kelompok dengan
pengembangan microfinance, yakni suatu model penyediaan jasa
keuangan bagi masyarakat yang memiliki usaha pada sector paling kecil
yang tidak dapat mengakses bank karena berbagai keterbatasannya.3 Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok pelaku
ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan terbukti mampu
menciptakan peluang kerja yang cukup besar bagi tenaga kerja dalam
negeri, sehingga sangat membantu dalam upaya mengurangi
pengangguran. Karena kinerja UKM cenderung lebih baik dalam
mengahasilkan tenaga kerja yang produktif, sebagai bagian dari
dinamikanya UKM sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui
investasi dan perubahan teknologi dan sering diyakini bahwa UKM
memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas daripada usaha besar.4
Tabel 1.1. menunjukkan peningkatan perkembangan usaha mikro,
kecil, menengah, dan besar di Indonesia.
2 Berita Resmi Statistik diakses pada tanggal 20 januari 2016 dari http://www.bps.go.id 2 Euis Amalia. Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam: Penguatan Peran Lkm dan Ukm Di
Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.2. 4 Berry, A,E.Rodriquez, dan H.Sandeem,”Smaal and Medium Enterprises Dynamics in Indonesia”,
Bulletin of Indonesian Economic Studies 37 (3), 2001, hlm.363-384 dalam Euis Amalia Keadilan Distributif
Dalam Ekonomi Islam: Penguatan Peran Lkm dan Ukm Di Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.9.
3
Tabel 1.1.
Data Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Besar
Periode Tahun 2012 – 2013
No. Kelompok
Usaha
Tahun 2012 Tahun 2013
Jumlah
(Unit)
Presentase
(%)
Jumlah
(Unit)
Presentase
(%)
1 Usaha Mikro
(UMi)
55.856.176 98,79 57.189.393 98,77
2 Usaha Kecil
(UK)
629.418 1,11 654.222 1,13
3 Usaha Menengah
(UM)
48.997 0,09 52.106 0,09
4. Usaha Besar
(UB)
4.968 0,01 5.066 0,01
Sumber :Depkop 2016
Tabel 1.1. Terlihat perkembangan UMKM di tahun 2012-2013
dengan selisih jumlah 1.333.217 di unit Usaha Mikro (UMi), 24.803 di
unit Usaha Kecil (UK), 3.110 di unit Usaha Menengah (UM), dan 98 di
unit Usaha Besar (UB).5 Hingga saat ini dari jumlah 48,9 juta pelaku usaha
di Indonesia, 99.98% merupakan UMKM dan sektor ini menyerap
sebanyak 85.4 juta lebih tenaga kerja atau menyangga 96.18% dari total
jumlah pekerja di Indonesia.
Namun UMKM masih menghadapi berbagai masalah antara lain
rendahnya kualitas SDM dan produktifitas, kesulitan akses terhadap pasar
teknologi dan informasi, serta dalam hal permodalan. Selain itu kelompok
masyarakat miskin di Indonesia adalah mayoritas muslim dan bekerja
disektor Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) yang bersifat
informal. Kelompok ini masih menerapkan manajemen tradisonal dan
dinilai belum bankable sehingga untuk dapat mengakses permodalan
dibutuhkan lembaga keuangan alternatif. Lembaga keuangan alternatif
5 http://www.depkop.go.id/berita-informasi/data-informasi/data-umkm/
4
adalah lembaga pendanaan yang mengakar di tengah-tengah masyarakat,
dimana proses penyaluran dananya dilakukan secara sederhana, murah,
dan cepat dengan prinsip keberpihakan kepada masyarakat kecil dan
berasaskan keadilan. Walaupun lembaga keuangan Mikro Syariah telah
banyak berkembang di Indonesia karena dianggap mampu menanggulangi
masalah permodalan yang di alami pengusaha kecil mikro. Pemerintah
telah membuat kebijakan yang mendukung pertumbuhan sektor usaha
mikro yaitu dengan mengeluarkan program berupa Kredit Usaha Rakyat
(KUR) bagi masyarakat yang ingin membuka atau memulai usaha
khususnya di sektor usaha mikro. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR)
dilaksanakan oleh bank-bank pemerintah seperti Bank Rakyat Indonesia
Syariah yang mempunyai misi mengembangkan sektor UMKM dengan
kemudahan akses permodalan yang diberikan.
Produk pembiayaan mikro BRI Syariah dibagi atas tiga kategori
yaitu: Mikro 25iB dengan plafon batas mulai Rp5 juta sampai dengan 25
juta tanpa jaminan, Mikro 75iB dengan plafon batas mulai Rp5 juta
sampai dengan Rp75 juta dengan agunan dan Mikro 500iB dengan plafon
lebih dari 75 juta sampai dengan Rp 500 juta.6 Ketiga kategori tersebut
dilakukan dengan skema jualbeli (Murabahah). Diharapkan melalui
program tersebut UMKM di Indonesia memiliki akses tetap dalam
memperoleh permodalan karena tanpa akses yang tetap pada lembaga
keuangan alternatif maka hamper seluruh rumah tangga miskin akan
menggantungkan pembiayaan pada kemampuan sendiri yang sangat
6 http://www.brisyariah.co.id/pembiayaan-mikro
5
terbatas atau pada kelembagaan keuangan informal yang membatasi
kelompok miskin untuk berpartisipasi dan mendapat manfaat dari kegiatan
pembangunan.
Bank BRI Syariah sebagai salah satu Bank Nasional yang
menyediakan layanan untuk mendukung dunia usaha. Terutama bagi
kalangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Pembiayaan mikro
adalah pembiayaan bersifat produktif kepada nasabah/calon nasabah
perorangan/badan usaha. Pembiayaan Mikro BRI Syariah menyediakan
pinjaman kepada pelaku usaha kecil sesuai dengan ketentuan yang berlaku
yakni pinjaman dapat diberikan untuk usaha-usaha yang jelas dan dikelola
oleh pelaku usaha yang baik dan pihak BRI Syariah sebagai penyedia
modal akan melakukan survei dengan penilaian kepada calon peminjam
terhadap prospek usaha yang dilakukan. Produk pembiayaan mikro BRI
Syariah ini bertujuan untuk membantu mengembangkan kondisi ekonomi
masyarakat menjadi lebih baik.7
7 www.brisyariah.co.id
6
Tabel 1.2.
Perkembangan Kelembagaan Perbankan Syariah
(Per Juni 2015)
Kelompok
Bank
Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
BUS 3 3 5 6 11 11 11 11 12 12
UUS 20 26 27 25 23 24 24 23 22 22
BPRS 105 114 131 138 150 155 158 163 163 161
Sumber : Statistik Perbankan Syariah 2015
Tabel 1.2. Menunjukkan perkembangan bank syariah berdasarkan
statistik perbankan syariah dari tahun ke tahun secara kuantitas,
pencapaian perbankan syariah sungguh membanggakan dan terus
mengalami peningkatan dalam jumlah bank. Jika pada tahun 2005
berdasarkan data statistik perbankan syariah yang dipublikasikan oleh
Bank Indonesia hanya ada 3 Bank Umum Syariah, 19 Unit Usaha Syariah
dan 92 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, maka pada 2015 jumlah bank
syariah telah mencapai 34 unit yang terdiri atas 12 BUS dan 22 UUS.
Selain itu, jumlah BPRS telah mencapai 161 unit pada periode yang
sama.8
Bank Umum Syariah (BUS) merupakan Bank Syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Berfungsi
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang meliputi:
Tabungan berdasarkan prinsip wadiah atau mudharabah, Deposito
berjangka berdasarkan prinsip mudharabah. Melakukan penyaluran dana
8Data Statistik Perbankan Syariah Januari 2015 dari http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-
statistik/statistik-perbankan-syariah/Pages/statistik-perbankan-syariah-januari-2015.aspx
7
melalui: Transaksi Jual-beli berdasarkan prinsip Mudharabah, Istisna,
Ijarah, Salam, dan lain-lainnya. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan
prinsip: Mudharabah, Musyarakah. Pembiayaan lain berdasarkan prinsip:
Rahn & Qardh dan melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di
bidang perbankan dan sosial sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan kegiatan-kegiatan yang dilarang yaitu: Melakukan kegiatan
usaha dalam bentuk valuta asing, melakukan penyertaan modal dan
melakukan usaha perasuransian.9
Bermacam-macam produk yang disediakan Bank Syariah untuk
masyarakat, salah satu dari produk Bank Syariah adalah mendistribusikan
pembiayaan. Produk-produk berbasis syari’ah memiliki kelebihan
karakteristik dari bank konvensional terkait dengan fleksibilitas dalam
memberikan pembiayaan, seperti kredit atau pembiayaan yang diberikan
kepada sektor pertanian, industri, perdagangan barang dan jasa. Produk-
produk berbasis syariah memiliki karakteristik seperti, tidak memungut
bunga dalam berbagai bentuk karena riba dan menetapkan uang sebagai
alat tukar bukan sebagai komoditas yang diperdagangkan. Pembiayaan
dipahami sebagai pendanaan yang dilakukan untuk mendukung investasi
yang telah direncanakan baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh
orang lain.10
Kualitas pembiayaan sangat berpengaruh terhadap efektivitas
pendapatan yang diharapkan. Oleh sebab itu, kualitas harus dijaga, agar
9 Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja, dan Ahim Abdurahim, Akuntansi Perbankan Syariah:
Teori dan Praktik Kontemporer (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h.22. 10 Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta: AMP YKPN, 2000, Cet. Ke-1, h.304
8
jangan sampai menjadi pembiayaan bermasalah yang akibatnya bukan saja
menyebabkan tidak efektivitasnya pendapatan, tetapi lebih dari itu akan
menyebabkan kerugian Bank Syariah karena tidak terbayarnya kembali
dana bank syariah yang ditanam dalam pembiayaan itu.
Sebagaimana diketahui, pembiayaan oleh Lembaga Keuangan
Syariah, misalnya Bank Syariah dikatakan efektif apabila dapat
mendorong kinerja atau mengembangkan usaha nasabah yang dibiayai
oleh Bank Syariah tersebut dan efektifitas pembiayaan pada sektor usaha
mikro sendiri berkaitan dengan nisbah bagi hasil yang ditetapkan apakah
memberatkan pihak nasabah atau tidak, perkembangan usaha nasabah
yang menerima pembiayaan kemudahan akses nasabah untuk
mendapatkan pembiayaan dan tingkat pengembalian pembiayaan.
Lalu bagaimana dengan program produk pembiayaan mikro Bank
BRI Syariah? Apakah program produk pembiayaan mikro tersebut efektif
dalam meningkatkan perkembangan usaha nasabah? Dan bagaimana
dampaknya dalam meningkatkan perkembangan usaha nasabah?
Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam penyusunan skripsi ini
penulis mengangkat judul “EFEKTIVITAS PRODUK PEMBIAYAAN
MIKRO PRODUKTIF PADA NASABAH BANK BRI SYARIAH
KCP JATIWARINGIN”.
9
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mengidentifikasi
permasalahan yang akan di teliti pada penyaluran pembiayaan mikro Bank
BRI Syariah KCP Jatiwaringin, di antaranya:
1. Prosedur dalam pembiayaan mikro bankable atau tidak.
2. Faktor-faktor yang akan diteliti pengaruhnya terhadap perkembangan
usaha nasabah selama mendapatkan pembiayaan, yaitu penghasilan
nasabah sebelum mendapatkan pembiayaan, besar pembiayaan (plafon),
pokok angsuran dan margin.
3. Tingkat Pengembalian
C. Batasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti membatasi masalah pada
nasabah yang mengajukan pembiayaan mikro sektor produktif, periode
yang diambil mulai dari April 2015 sampai dengan Juni 2016 dan faktor
yang mempengaruhi perkembangan usaha nasabah setelah mendapatkan
pembiayaan dan prosedur dalam pembiayaan mikro di bank BRI Syariah
KCP Jatiwaringin.
Kemudian dirumuskan pertanyaan-pertanyaan yang akan
membantu dalam pelaksanaan penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana efektivitas produk pembiayaan mikro produktif terhadap
perkembangan usaha nasabah?
2. Berapa besar dampak pembiayaan terhadap perkembangan usaha
nasabah?
10
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui tingkat keefektivan penyaluran pembiayaan
mikro berdasarkan penilaian oleh nasabah pembiayaan.
2) Untuk mengetahui dampak pembiayaan terhadap perkembangan
usaha nasabah.
b. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dari segi akademis atau teoritis adalah:
1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pengetahuan bagi pembaca skripsi ini dan bagi pribadi peneliti.
2) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi
penelitian sejenis dan dapat menjadi bahan perbandingan dari
penelitian yang telah ada.
Manfaat penelitian ini dari segi praktis adalah:
1) Membantu memberikan bahan masukan bagi pemerintah dalam
penyaluran pembiayaan bagi usaha mikro melalui perbankan
syariah.
2) Dapat meningkatkan kinerja bank terutama dalam hal
perbaikan mekanisme penyaluran pembiayaan mikro sehingga
pembiayaan tersebut efektif dan dapat meningkatkan peran
bank sebagai lembaga intermediary.
11
3) Menambahkan informasi bagi masyarakat tentang pembiayaan
sektor usaha mikro pada bank syariah.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini berpedoman pada BUKU PEDOMAN
PENULISAN SKRIPSI yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Masing-masing bab akan dibagi ke dalam sub-sub bab dengan penyusunan
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis membahas mengenai latar belakang
masalah yang akan diteliti, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metode penelitian, review studi
terdahulu, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Pada bab ini akan disajikan teori efektivitas, pengertian
pembiayaan, jenis-jenis pembiayaan Bank Syariah dan
pengertian sektor usaha dan kriterianya.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang penjelasan mengenai jenis
penelitian, jenis dan sumber data, objek penelitian, metode
pengumpulan data, teknik pengolahan data, definisi
12
operasional variabel beserta pengukurannya serta metode
analisis data yang akan digunakan.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Pada bab ini terdapat analisis deskriptif berupa tabel
deskripsi umum responden, tabel profesi utama responden,
uji validitas untuk mengetahui valid atau tidaknya
instrumen penelitian, uji reliabilitas untuk mengetahui
tingkat ketepatan suatu instrument dan tabel tanggapan
responden dengan metode frekuensi relatif berisi skor yang
diperoleh berdasarkan pendapat nasabah pembiayaan mikro
tentang pembiayaan yang didapatkan lalu menggunakan
analisis standar deviasi dengan mean. Pada bab ini juga
dijabarkan uji multikolinieritas, uji autokorelasi, uji
heteroskedastis, dan analisis regresi linier berganda untuk
mengetahui besaran hubungan dan pengaruh dari variabel-
variabel yang ada.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini dikemukakan tentang kesimpulan dan saran-
saran yang dikemukakan dari pembahasan.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Efektivitas
Menurut KBBI, Efektivitas berasal dari kata efektif, termasuk
adjektiva, yaitu kelas kata yang menjelaskan nominal atau pronominal,
yang bermakna :
a. Ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya)
b. Manjur atau mujarab (tentang obat)
c. Dapat membawa hasil, berhasil guna (tentang usaha, tindakan)
d. Mulai berlaku (tentang undang-undang, peraturan)11
Menurut T. Hani Handoko, mengatakan bahwa suatu pekerjaan
dikatakan efektif jika suatu pekerjaan dapat menghasilkan satu unit
keluaran (output) dan suatu pekerjaan dikatakan efektif jika suatu
pekerjaan dapat diselesaikan tepat pada waktunya sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan. Efektivitas dapat diartikan sebagai suatu ukuran
yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang
telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan
terlebih dahulu.
Menurut ahli manajemen Peter Drucker efektivitas erat kaitannya
dengan efisiensi. Efisiensi berarti mengerjakan sesuatu dengan benar
(doing the right things) dan efektivitas merupakan kemampuan untuk
11 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka,1997), h.250.
13
14
memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.12
Jadi dapat disimpulkan bahwa sesuatu dikatakan efektif apabila
mudah diplikasikan dan mempunyai dampak positif bagi tercapainya suatu
tujuan serta mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi. Selain itu
hasil penilaian efektivitas ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
menentukan keputusan dimasa mendatang. Hasan Sadili menjelaskan
bahwa efektivitas bermakna menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan.
Suatu usaha dikatakan efektif jika usaha itu mencapai tujuannya. Secara
ideal, efektivitas dapat dinyatakan dengan ukuran-ukuran yang agak pasti.
Misalnya usaha X 60% efektif dalam pencapaian tujuan Y.13
Pembiayaan merupakan fungsi intermediary dari bank syariah,
yaitu memberikan atau menyalurkan dana dari pihak yang memiliki dana
kepada pihak yang membutuhkan dana. Dalam rangka menjalankan fungsi
intermediary yaitu berupa pembiayaan, diperlukan suatu perencanaan yang
efektif sehingga pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah tepat guna
dan tepat sasaran.
2. Tolok Ukur Efektivitas
Beberapa kriteria dapat digunakan untuk menilai efektivitas
perencanaan, yaitu mencakup kegunaan, ketepatan dan obyektivitas, ruang
12 T.Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPPE,1998), edisi II, h.7. 13 Alfiah.“Efektivitas Pendampingan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah dalam
Menunjang Keberhasilan Usaha Debitur”.(Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h.18-19.
15
lingkup, efektivitas biaya, akuntabilitas, dan ketepatan waktu.14
Dengan
melihat pengertian efektivitas tersebut, maka dalam mencapai efektivitas
atau efisiensi haruslah dipenuhi syarat-syarat ataupun ukuran-ukuran
sebagai berikut:
a. Berhasil guna, yaitu untuk menyatakan bahwa kegiatan telah
dilaksanakan dengan tepat dalam arti target tercapai sesuai dengan
waktu yang ditetapkan.
b. Ekonomis, yaitu untuk menyebutkan bahwa didalam usaha pencapaian
efektif itu maka biaya, tenaga kerja material, peralatan waktu, ruangan
dan lain-lain telah dipergunakan dengan setepat-tepatnya sebagaimana
yang telah ditetapkan dalam perencanaan dan tidak adanya
pemborosan serta penyelewengan.
c. Pelaksanaan kerja yang bertanggung jawab, yaitu untuk membuktikan
bahwa dalam pelaksanaan kerja sumber-sumber telah dimanfaatkan
dengan setepat-tepatnya haruslah dilaksanakan dengan bertanggung
jawab sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
d. Pembagian kerja yang nyata, yaitu pelaksanaan kerja dibagi
berdasarkan beban kerja, ukuran kemampuan kerja dan waktu yang
tersedia.
e. Rasionalitas wewenang dan tanggung jawab, artinya yaitu wewenang
harus seimbang dengan tanggung jawab dan harus dihindari adanya
dominasi oleh salah satu pihak atas pihak lainnya.
14 Sujadi F.X, O & M Penunjang Berhasilnya Proses Manajemen, (Jakarta: CV. Masagung, 1990),
cet ketiga, h.36-39
16
f. Prosedur kerja yang praktis, yaitu untuk menegaskan bahwa kegiatan
kerja adalah kegiatan yang praktis, maka target efektif dan ekonomis
pelaksanaan kerja yang dapat dipertanggung jawabkan serta pelayanan
kerja yang memuaskan tersebut haruslah kegiatan operasional yang
dapat dilaksanakan dengan lancar.
Adapun menurut T. Hani Handoko, beberapa kriteria dapat
digunakan untuk menilai efektifitas perencanaan, yaitu mencakup:
a. Kegunaan; agar berguna bagi manajemen dalam pelaksanaan fungsi-
fungsinya yang lain, suatu rencana harus fleksibel, stabil,
berkesinambungan, dan sederhana.
b. Ketepatan dan objektivitas; rencana-rencana harus dievaluasi untuk
mengetahui apakah jenis, ringkas, nyata, dan akurat. Berbagai
keputusan dan kegiatan manajemen lainnya hanya efektif bila
didasarkan atas informasi yang tepat.
c. Ruang lingkup; perencanaan perlu memperhatikan prinsip-prinsip
kelengkapan (comprehensiveness), kepaduan (unity) dan konsistensi.
d. Efektivitas biaya; efektivitas biaya perencanaan dalam perencanaan
dalam hal ini adalah menyangkut waktu, usaha, dan aliran emosional.
e. Akuntabilitas; ada dua aspek perencanaan: 1) tanggung jawab atas
pelaksanaan perencanaan dan 2) tanggung jawab atas implementasi
rencana. Suatu perencanaan harus mencakup keduanya.
17
f. Ketepatan waktu; berbagai perubahan yang terjadi sangat cepat akan
dapat menyebabkan rencana tidak tepat atau sesuai untuk berbagai
perbedaan waktu.15
3. Mekanisme Efektivitas
Menurut Paul E.Mott mekanisme dalam pencapaian suatu kerja
yang efektif adalah merumuskan dan mengembangkan sarana mengukur
efektivitas organisasi yang mempengaruhi tingkat efektivitas itu berkaitan
langsung dengan:16
a. Kemampuan menyesuaikan diri dan keluwesan.
b. Produktivitas dikaitkan dengan kuantitas, kualitas dan efisiensi.
c. Kepuasan kerja
d. Kemampuan berniaga
e. Pencarian sumber dana
4. Efektivitas Pembiayaan Sistem Syariah
Efektivitas pembiayaan sistem syariah dengan prinsip mudharabah
maupun musyarakah tercermin dari pemilik modal dan pengelola modal
(nasabah) itu sendiri. Menurut Admiral dalam Hidayat menyatakan bahwa
15 T.Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta:BPFE Yogyakarta,2003), edisi 2, h.103-105. 16 Paul E.Mott, “The Characteristics of Effektivitas Organization”(New York : Halper and Row,
1972), h.20.
18
efektivitas pembiayaan dari sisi pengelola modal (nasabah) berdasarkan
beberapa parameter, yaitu:17
a. Prosedur pembiayaan yang menunjukkan kemudahan bagi calon
nasabah untuk memahaminya.
b. Persyaratan pembiayaan yang menunjukkan kesanggupan/kemudahan
bagi calon nasabah pembiayaan untuk memenuhinya, termasuk ada
atau tidak adanya jaminan.
c. Waktu pencairan/realisasi yang menunjukkan kecepatan bank syariah
untuk mewujudkan pembiayaan yang diajukan.
d. Lokasi bank yang menunjukkan kemudahan bagi nasabah untuk
mengakses sumber permodalan yang disediakan.
e. Dampak pembiayaan yang menunjukkan tingkat kemantapan
pembiayaan.
Jika dilihat dari sisi pengelola modal, efektivitas pembiayaan bagi
hasil dengan prinsip mudharabah dan musyarakah adalah dapat
diukurmelalui penyaluran dana. Hal ini terkait dengan sejauh mana pihak
pemilik modal menyalurkan pembiayaan dengan sistem syariah, artinya
semakin banyak dana yang disalurkan, maka pembiayaan sistem syariah
tersebut semakin efektif.
Efektivitas pembiayaan menurut Hamid dapat diukur dengan cara
melihat kemantapan prosedur pembiayaan berdasarkan faktor-faktor
sebagai berikut :18
17 Menurut Admiral dalam Hidayat, 2005, Efektivitas Pembiayaan Pola Bagi Hasil Pada BMT
Keponteren Hubbul Wathan, Skripsi pada Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor, Bogor
19
a. Jumlah nasabah yang menunjukkan bahwa sistem pembiayaan dapat
diterima dan mampu menjangkau secara luas.
b. Keragaman mata pencaharian nasabah yang menunjukkan fleksibilitas
prosedur pembiayaan yang dijalankan.
c. Frekuensi pinjaman nasabah, sebagai tingkat keseringan nasabah
dalam mengambil pembiayaan.
d. Frekuensi tunggakan, sebagai tingkat keseringan nasabah dalam
menunggak pembayaran dalam suatu proses peminjaman.
e. Pelayanan pembiayaan, sejauh mana tingkat pelayanan yang
dilakukan, mulai dari pengajuan pembiayaan sampai realisasi
pembiayaan.
Jadi, keberhasilan suatu program keuangan tidak hanya dilihat dari
jumlah pembiayaan yang didapat disalurkan oleh lembaga keuangan yang
bersangkutan, tetapi juga dilihat dari tingkat pengembalian karena tingkat
pengembalian pembalian pembiayaan akan mempengaruhi program
keuangan selanjutnya.
5. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Ketidakefektifan Pembiayaan
Sistem Syariah
Jika dilihat dari segi ketidakefektifannya, menurut Yumanita
bahwa beberapa pakar telah mengidentifikasi sumber-sumber penyebab
18 Pendapat Hamid dalam Hidayat, 2005, Efektivitas Pembiayaan Pola Bagi Hasil Pada BMT
Keponteren Hubbul Wathan, Skripsi pada Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor, Bogor
20
tidak efektifnya pembiayaan system syariah dapat dilihat dari empat aspek,
yaitu :19
1) Internal lembaga keuangan syariah,
a. Kualitas sumber daya insani (SDI) yang belum memadai untuk
menangani, memproses, memonitor, menyelia dan mengaudit
beberapa proyek syariah.
b. Lembaga Keuangan Syariah belum dapat menanggung resiko
besar, karena belum memiliki bentuk keahlian yang dibutuhkan
untuk memproses, memonitor, menyelia bagi hasil.
c. Kompetisi ketat dengan bank konvensional memaksa bank
syariah harus menyediakan pembiayaan alternatf yang beresiko
lebih kecil.
d. Tidak dapat membiayai proyek jangka panjang, karena rumit
dan makan waktu dari sisi prosedur, kurangnya pengalaman
dan keahlian SDI dan kurangnya penggunaan dana akibat
modal tertanam untuk jangka waktu lama.
e. Tidak dapat membiayai usaha kecil, karena tidak adanaya
personal guatantee maupun collateral.
2) Nasabah
a. Sebagian nasabah penyimpan/peminjam bersifat risk averse,
karena belum terbiasa dengan kemungkinan rugi dan sudah
terbiasa dengan sistem bunga.
19 Ascarya, dan D. Yumanita, “Mencari Solusi Rendahnya Pembiayaan Bagi Hasil di Perbankan
Syariah Indonesia”, Jurnal Perbankan Syariah Volume 20, No. 4 (September 2005)
21
b. Moral hazard, karena pengusaha enggan menyampaikan
laporan keuangan/laba yang sebenarya untuk menghindar pajak
dan untuk menyembunyikan keuntungan yang sebenarnya.
c. Permintaan pembiayaan masih kecil dari nasabah
3) Regulasi
a. Kurangnya dukungan dari regulator karena tidak melakukan
inisiatif-inisiatif untuk mengadakan perubahan-perubahan
peraturan dan institusional yang diperlukan untuk mendukung
bekerjanya sistem perbankan dengan baik.
b. Tidak adanya institusi pendukung untuk mendorong
penggunaan bagi hasil.
c. Tidak adanya prosedur operasional yang seragam.
4) Pemerintah dan institusi lain.
a. Tidak ada kebijakan pendukung yang mendorong penggunaan
pembiayaan bagi hasil untuk proyek-proyek pemerintah.
b. Perlakuan pajak yang tidak adil, yang memperlakukan
keuntungan sebagai objek pajak sedangkan bunga bebas dari
pajak.
c. Pasar sekunder instrumen keuangan syariah belum ada,
sehingga menyulitkan bank untuk menyalurkan atau
mendapatkan akses likuiditas.
22
B. Pendapatan Nasabah
Pendapatan dalam lmu ekonomi teoritis adalah hasil yang diterima,
baik berupa uang maupun lainnya atas penggunaan kekayaan (jasa
manusia). Dijelaskan pula bahwa pendapatan adalah hasil dari penjualan
faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi. Selain itu
pendapatan adalah pendapatan uang yang diterima dan diberikan kepada
subjek ekonomi berdasarkan prestasi-prestasi yang diserahkan yaitu
berupa pendapatan dari profesi yang dilakukan sendiri atau usaha
perorangan dan pendapatan dari kekayaan. Besarnya pendapatan seseorang
bergantung pada jenis pekerjaannya.
Dijelaskan pula oleh Djojohadikusumo Sumitro, bahwa Pendpatan
menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi
oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang
sama pada akhir periode keadaan semula.20
Pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Pendapatan permanen (permanent income) adalah pendapatan yang
selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan
sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji atau upah. Pendapatan ini
juga merupakan pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang
menentukan kekayaan.
2. Pendapatan sementara (transitory income) adalah pendapatan yang
tidak bisa diperkirakan.
20 Djojohadikusumo Sumitro, Sejarah Pemikiran Ekonomi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1990), h.25
23
Pengertian yang dijelaskan oleh Winardi tentang pendapatan
merupakan pendapatan tingkat hidup yang dapat dinikmati oleh individu
dimasyarakat dan juga pendapatan masyarakat yang nantinya akan
digunakan untuk mengembalikan pinjaman bagi yang melakukan
pinjaman. Pendapatan masyarakat tersebut sebagai sumber penghasilan
dari berbagai macam jenis pekerjaan, seperti pegawai negeri, wiraswasta,
petani, pengusaha, pengrajin dan seniman.21
Pada umumnya pengaruh
pendapatan terhadap permintaan adalah positif dalam arti bahwa kenaikan
pendapatan akan menaikkan permintaan. Hal ini terjadi apabila barang
tersebut merupakan barang superior atau normal, ini seperti efek selera dan
efek banyaknya pembeli yang mempunyai efek positif. Begitu sebaliknya
pada kasus barang interior, maka kenaikan pendapatan justru menurunkan
pendapatan.22
Konsumen selalu berusaha untuk dapat memenuhi segala
kebutuhannya dengan melakukan usaha tambahan agar dapat membantu
menambah pendapatannya. Berbagai cara dilakukan masyarakat mulai dari
investasi sederhana sampai dengan investasi bermodal besar. Sehingga
dampaknya pada sektor moneter adalah permohonan modal usaha dan
investasi akhirnya semakin tinggi, maka permohonan modal tersebut, akan
mengarah kepada permohonan pembiayaan ke lembaga keuangan syariah
yang semakin meningkat.
21 Winardi, Pengantar Ekonomi, (Jakarta: Gahlia Indonesia, 2001), h.56
22 Widayat, Metode Penelitian Pemasaran, (Malang: UMM, 2004), h.47.
24
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan adalah:
1. Kesempatan kerja yang tersedia, semakin banyak kesempatan kerja
yang tersedia berarti semakin banyak penghasilan yang bisa diperoleh
dari hasil kerja tersebut.
2. Jenis pekerjaan, terdapat banyak jenis pekerjaan yang dapat dipilih
seseorang dalam melakukan pekerjaannya untuk mendapatkan
penghasilan.
3. Kecakapan dan keahlian, dengan bekal kecakapan dan keahlian yang
tinggi akan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas yang pada
akhirnya berpengaruh pula terhadap penghasilan.
4. Motivasi/dorongan juga mempengaruhi jumlah penghasilan, semakin
besar dorongan seseorang untuk melakukan pekerjaan, semakin besar
pula penghasilan yang diperoleh. Selain itu juga lokasi bekerja yang
dekat dengan tempat tinggal dan kota akan membuat seseorang lebih
semangat untuk bekerja.
5. Keuletan kerja, pengertian keuletan dapat disamakan dengan
ketekunan, keberanian untuk menghadapi segala macam tantangan.
Bila saat menghadapi kegagalan maka kegagalan tersebut dijadikan
sebagai bekal untuk meneliti ke arah kesuksesan dan keberhasilan.
6. Banyak sedikitnya modal yang digunakan, besar kecilnya usaha yang
dilakukan seseorang sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya modal
25
yang dipergunakan. Suatu usaha yang besar akan dapat memberikan
peluang yang besar pula terhadap pendapatan yang akan diperoleh.23
C. Margin
Margin adalah persentase tertentu yang ditetapkan per tahun,
perhitungan margin keuntungan secara harian, maka jumlah hari dalam
setahun ditetapkan 360 hari, perhitungan margin secara bulanan maka
ditetapkan 12 bulan.24
Pada umumnya, nasabah melakukan pembayaran
secara angsuran.Margin merupakan penyeimbang dari modal kerja atau
investasi yang dimanfaatkan oleh mitra.
Margin digunakan agar terjadinya keadilan dalam memperoleh
keuntungan baik pihak mitra maupun pihak lembaga. Dapat disimpulkan
bahwa margin adalah persentase tertentu yang di tetapkan (harian, bulanan
dan tahunan) agar tercapai keadilan dalam memperoleh keuntungan baik
bagi pihak lembaga maupun mitra. Penetapan nisbah bagi hasil
pembiayaan ditentukan dengan mempertimbangkan referensi tingkat
margin keuntungan dan perkiraan tingkat keuntungan bisnis atau proyeksi
yang di biayai.
Tingkat biaya pembiayaan (margin keuntungan) berpengaruh
terhadap jumlah permintaan pembiayaan syariah. Bila tingkat margin
keuntungan lebih rendah dari pada rata-rata suku bunga perbankan
nasional, maka pembiayaan syariah semakin kompetitif. Dalam hal
23
Ratna Sukmayanti, dkk, Ilmu Pengetahuan Sosial, (Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega, 2008), h.117 24 Adiwarman Karim, Bank Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo.2013) hlm.280.
26
penghitungan jumlah margin keuntungan senantiasa mempertimbangkan
jangka waktu pembiayaan. Semakin lama jangka waktu pembiayaannya,
maka semakin besarlah margin keuntungan yang diminta oleh pihak Bank.
D. Pembiyaan
1. Pengertian Pembiayaan
Bank sebagai lembaga intermediasi keuangan selain melakukan
kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat, juga akan menyalurkan
dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan. Istilah
kredit banyak dipakai dalam sistem perbankan konvensional yang berbasis
pada bunga (interest based). Sedangkan dalam perbankan syariah dikenal
dengan istilah pembiayaan (financing) yang berbasis pada keuntungan riil
yang dikehendaki (margin) ataupun bagi hasil (profit sharing)25
.
Menurut Muhammad, pembiayaan, secara luas, berarti pendanaan
yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan,
baik dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain. Dalam arti
sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang
dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada
nasabah.26
25 Abdul Ghofur Anshori. Perbankan Syariah di Indonesia. (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, Mei 2007). Cet. I, h.98. 26 Muhammad. Manajemen Bank Syariah. (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h.304.
27
Menurut Rifaat Ahmad Abdul Karim dalam M. Syafi’i Antonio,
pengertian pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk
memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit.27
Sedangkan pasal 1 ayat 25 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, pengertian
pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu berupa:
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;
b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli
dalam bentuk ijara muntahiya bittamlik;
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan
istishna;
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan
e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa.28
Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah,
UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai atau diberi
fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.
Pembiayaan dalam perbankan syariah menurut Al-Harran (1999)
dapat dibagi tiga:29
27 Muhammad Syafi‟i Antonio.Islamic Banking Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. (Jakarta:
Gema Insani, 2001). Cet.1, h.160. 28 http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/uu-bi/Documents/UU_21_08_Syariah.pdf pasal 1 ayat 25. 29 Ascarya.Akad & Produk Bank Syariah. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h.122.
28
1) Return bearing finance, yaitu bentuk pembiayaan yang secara
komersial menguntungkan, ketika pemilik modal mau menanggung
risiko kerugian dan nasabah juga memberikan keuntungan.
2) Return free financing, yaitu bentuk pembiayaan yang tidak untuk
mencari keuntungan yang lebih ditujukan kepada orang yang
membutuhkan (poor), sehingga tidak ada keuntungan yang dapat
diberikan.
3) Charity financing, yaitu bentuk pembiayaan yang memang
diberikan kepada orang miskin dan membutuhkan, sehingga tidak
ada klain terhadap pokok dan keuntungan.
Hal senada terkait pembiyaan juga terdapat pada buku oleh M.
Syafi’i Antonio. Menurut sifat penggunaannya pembiayaan dapat dibagi
menjadi dua30
.
1. Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk
peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun
investasi.
2. Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan.
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi
dua hal berikut:31
30 Muhammad Syafi‟i Antonio.Islamic Banking Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, h.160. 31 Muhammad Syafi‟i Antonio, h. 160.
29
1. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan: peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu
jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan
kualitas atau mutu hasil produksi dan untuk keperluan perdagangan
atau peningkatan utility of place dari suatu barang.
2. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-
barang (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya
dengan itu.
2. Jenis- Jenis Pembiayaan Bank Syariah
Produk-produk pembiayaan bank syariah dapat menggunakan
empat pola yang berbeda :32
a. Pola bagi hasil, untuk investment financing:
Musyarakah adalah perjanjian di antara para pemilik dana/modal
untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu
dengan pembagian keuntungan diantara pemilik dana/modal
berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
Mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola
dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian
keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang
telah disepakati sebelumnya.
32 Ascarya, Akad &Produk Bank Syariah, h.123-124.
30
b. Pola jual beli, untuk trade financing:
Murabahah adalah perjanjian jual-beli antara dan nasabah dimana
Bank Syariah membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan
kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar
harga perolehan ditambah dengan margin/keuntungan yang
disepakati antara Bank Syariah dan nasabah.
Salam adalah perjanjian jual-beli barang dengan cara pemesanan
dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran terlebih dahulu.
c. Pola sewa, untuk trade financing:
Ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu
tertentu melalui pembayaran sewa.
Ijarah muntahiya bittamlik adalah perjanjian sewa menyewa suatu
barang yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan barang dari
pihak yang memberikan sewa kepada pihak penyewa.
d. Pola pinjaman, untuk dana talangan:
Qardh atau talangan adalah penyediaan dana atau tagihan antara
Bank Syariah dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak
peminjam melakukan pembayaran sekaligus atau secara cicilan
dalam jangka waktu tertentu.
Pembiayaan pada Bank Syariah terdiri atas berbagai macam jenis
yaitu pembiayaan produktif dan pembiayaan konsumtif. Pembiayaan
produktif terdiri atas pembiayaan modal kerja syariah dan pembiayaan
investasi syariah.
31
1. Konsep Modal Kerja
Konsep modal kerja mencakup tiga hal, yaitu :33
a. Modal Kerja (working capital assets)
Modal kerja adalah modal lancar yang dipergunakan untuk
mendukung operasional perusahaan pada setiap harinya sehingga
perusahaan dapat beroperasi secara normal dan lancar.
b. Modal Kerja Bruto (gross working capital)
Modal kerja bruto (gross working capital) merupakan
keseluruhan dari jumlah aktiva lancar (current assets). Pengertian
modal kerja bruto didasarkan pada jumlah atau kuantitas dana yang
tertanam pada unsur-unsur aktiva lancar.
c. Modal Kerja Netto (net working capital)
Modal kerja netto (net working capital) merupakan
kelebihan aktiva lancer atas utang lancar. Dengan konsep ini,
sejumlah tertentu aktiva lancar harus digunakan untuk kepentingan
pembayaran utang lancer dan tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain.
2. Penggolongan Modal Kerja
Berdasarkan penggunaannya modal kerja dapat diklasifikasikan
menjadi 2 (dua) golongan, yaitu :34
33 Adiwarman A. Karim. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2010). Ed. IV, h.231 34 Adiwarman A. Karim. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, h.232
32
a. Modal kerja permanen
Modal kerja permanen berasal dari modal sendiri atau dari
pembiayaan jangka panjang. Sumber pelunasan modal kerja
permanen berasal dari laba bersih setelah pajak ditambah dengan
penyusutan.
b. Modal kerja musiman
Modal kerja musiman bersumber dari modal jangka pendek
dengan sumber pelunasan dari hasil penjualan barang dagangan,
penerimaan hasil tagihan termin, atau dari penjualan hasil
produksi. Pembiayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) tergolong pembiayaan produktif yaitu pembiayaan
modal kerja. Berdasarkan pemenuhan kebutuhan, pembiayaan
modal kerja dibagi menjadi dua, yaitu pembiayaan modal kerja
peningkatan produksi dan pembiayaan modal kerja untuk
perdagangan.
1. Pembiayaan modal kerja peningkatan produksi
Unsur-unsur modal kerja terdiri dari komponen-
komponen alat likuid (cash), piutang dagang (receivables), dan
persediaan (inventory) yang umumnya terdiri dari bahan baku
(raw material), persediaan barang setengah jadi (work in
process) dan persediaan barang jadi (finished goods). Oleh
karena itu pembiayaan modal kerja merupakan salah satu
kombinasi dari pembiayaan likuiditas (cash financing),
33
pembiayaan piutang (receivable financing) dan pembiayaan
persediaan (inventory financing).35
2. Pembiayaan Modal Kerja Untuk Perdagangan.
a. Perdagangan Masal
Dalam perdagangan masal, yaitu perdagangan yang
dilkukan dengan target pembeli siapa saja yang datang
membeli barang yang telah disediakan di tempat penjual,
baik pedagang eceran (retailer) maupun pedagang besar
(whole seller), pada umumnya perputaran modal kerjanya
(working capital turnover) sangat tinggi. Pedagang harus
memiliki persediaan yang cukup. Untuk pembiayaan modal
kerja jenis ini, skema yang teepat adalah mudharabah.
b. Perdagangan Berdasarkan Pesanan
Perdagangan ini tidak dilakukan atau diselesaikan di
tempat penjual, karena pada umumnya merupakan bentuk
perdagangan antar kota, antar pulau atau antar negara.
Pembeli memesan barang-barang yang dibutuhkan kepada
penjual berdasarkan contoh barang dan harganya. Biasanya
pembeli hanya akan membayar apabila barang yang dipesan
telah diterima untuk menghindari risiko ketidaksesuaian
barang yang dipesan.
35 Zainul Arifin. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, h.201
34
3. Pembiayaan Murabahah
Murabahah atau disebut juga ba’bitsmanil ajil. Kata murabahah
berasal dari kata ribhu (keuntungan).Sehingga murabahah berarti saling
menguntungkan. Secara sederhana murabahah berarti jual beli barang
ditambah keuntungan yang disepakati.36 Jual beli murabahah secara
terminologis adalah pembiayaansaling menguntungkan yang dilakukan
oleh shahib al-mal dengan pihak yang membutuhkan melalui transaksi
jual beli dengan penjelasan bahwa harga pengadaan barang dan harga jual
terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan atau laba bagi shabib al-
mal dan pengembaliannya dilakukan secara tunai atau diangsur.
Jadi murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan
harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual
dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty
contracts karena dalam murabahah ditentukan berapa required rate profit-
nya (keuntungan yang ingin diperoleh).
1) Dasar Hukum Murabahah
a. Al-Qur’an
“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri sendiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena
gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama
dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari
36 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah (Jakarta: Kencana, 2012), h.136.
35
Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya
dahulu menjadi miliknya. Dan urusannya (terserah) kepada
Allah.Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka,
mereka kekal didalamnya.” (Qs. Al-Baqarah 275).
b. Al-Hadist
“Dari Suhaib ar-Rumi r.a bahwa Rasulullah SAW
bersabda,“Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli
secara tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum
dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR Ibnu
Majah).
2) Rukun dan Syarat Murabahah
a) Rukun Murabahah
1. Ba’i (penjual), 2. Musytari (pembeli), 3. Mabi’ (Barang/objek),
4. Tsaman (harga), 5. Sighat (ijab dan qabul)
b) Syarat Murabahah
Syarat yang harus dipenuhi dalam transaksi murabahah
meliputi hal-hal sebagai berikut:37
1. Jual beli murabahah harus dilakukan atas barang yang telah
dimiliki (hak kepemilikan telah berada ditangan si penjual).
Artinya, keuntungan dan risiko barang tersebut ada pada
37 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah (Jakarta: Kencana, 2012), hlm.137.
36
penjual sebagai konsekuensi dari kepemilikan yang timbul dari
akad yang sah. Ketentuan ini sesuai dengan kaidah, bahwa
keuntungan yang terkait dengan risiko dapat mengambil
keuntungan.
2. Adanya kejelasan informasi mengenai besarnya modal dan
biaya-biaya lain yang lazim dikeluarkan dalam jual beli pada
suatu komoditas, semuanya harus diketahui oleh pembeli saat
transaksi. Ini merupakan suatu syarat sah murabahah.
3. Adanya informasi yang jelas tentang keuntungan, baik nominal
maupun persentase sehingga diketahui oleh pembeli sebagai
salah satu syarat sah murabahah.
4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli apabila terjadi cacat
atas barang sesudah pembelian.
5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya pembelian dilakukan secara utang.
a. Aplikasi Murabahah dalam Lembaga keuangan Syariah
Pembiayaan Murabahah adalah pembiayaan berupa talangan
dana yang dibutuhkan nasabah untuk membeli suatu barang/jasa
dengan kewajiban mengembalikan talangan dana tersebut seluruhnya
pada waktu jatuh tempo. Bank memperoleh margin keuntungan dari
transaksi jual beli antara bank dengan pemasok dan antara bank
dengan nasabah Model pengembalian talangan dana seluruhnya pada
37
waktu jatuh tempo biasanya diberikan kepada objek pembiayaan yang
tidak segera menghasilkan seperti misalnya untuk kebutuhan traktor
petani tidak mungkin dibayar kembali sebelum tanamannya
menghasilkan.
Dalam praktek perbankan, bank bertindak sebagai penjual,
sedangkan nasabah bertindak sebagai pembeli. Setelah ada kata
kesepakatan melalui negosiasi dengan berbagai persyaratan yang
diajukan oleh bank kepada nasabah maka kedua pihak harus
menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual
adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan. Harga jual
dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat
berubah selama berlakunya akad.
Dalam perbankan, murabahah lazimnya dilakukan dengan cara
pembayaran cicilan (bi tsamanajil). Dalam transaksi ini barang
diserahkan segera setelah akad, sedangkan pembayaran dilakukan
secara tangguh.38
b. Risiko Transaksi Murabahah
1. Default atau kelalaian nasabah yang sengaja tidak membayar
angsuran.
38 Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES), Pembiayaan Murabahah dalam “Buku Saku
Perbankan Syariah”. h.30.
38
2. Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang
dipasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. bank
tidak bisa mengubah harga jual tersebut.
3. Penolakan nasabah barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh
nasabah karena berbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam
perjalanan sehingga tidak mau menerimanya. Karena itu sebaiknya
dilindungi dengan asuransi. kemungkinan lain karena nasabah
merasa spesifikasi barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan.
Bila bank telah menandatangani kontrak pembelian dengan
penjualnya, barang tersebut akan menjadi milik bank. Dengan
demikian, bank mempunyai risiko untuk menjualnya kepada pihak
lain.
4. Karena bai’ al-murabahah bersifat jual beli dengan utang, maka
ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah.
Nasabah bebas melakukan apapun terhadap aset miliknya tersebut,
termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi demikian, risiko untuk
default akan besar.
E. UMKM (Usaha, Kecil, Mikro dan Menengah)
1. Pengertian UMKM (Usaha, Kecil, Mikro, dan Menengah)
Keberadaan usaha kecil, mikro dan menengah dalam
perekonomian Indonesia memiliki sumbangan yang sangat positif,
diantaranya dalam menyediakan lapangan kerja, menyediakan barang dan
39
jasa, serta pemerataan usaha untuk mendistribusikan pendapatan
nasional.dengan peranan usaha kecil, mikro dan menengah tersebut, posisi
UMKM dalam pembangunan ekonomi nasional menjadi sangat penting.
Pembahasan tentang UMKM meliputi pengelompokan jenis usaha,
yaitu jenis industri skala kecil menengah (ISKM) dan perdagangan skala
kecil dan menengah (PSKM).Karena dengan pengelompokannya pada
akhirnya terfokus pada permasalahan kesempatan lapangan kerja dan
diletakkan pada kemampuan pengembangan ISKM dan PSKM.
Adapun pengertian UMKM di berbagai negara tidak selalu sama
dan bergantung pada konsep yang digunakan oleh negara tersebut. oleh
karena itu pengertian UMKM ternyata berbeda antar satu negara dan
negara lainnya. Dalam pengertiannya mencakup dua aspek, yaitu aspek
tenaga kerja dan aspek pengelompokan ditinjau dari jumlah tenaga kerja
yang diserap dalam kelompok perusahaan tersebut (range of the member
of employes).
Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2008
Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, pengertian dari keempat
sektor usaha mikro, kecil, menengah dan besar adalah :
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
40
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
ini.
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini.
d. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh
badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan lebih besar dari Usaha Menengah yang meliputi usaha
nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing
yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.
2. Kriteria UMKM (Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah)
Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah Pasal 6 menyebutkan kriteria usaha mikro,
kecil, dan menengah:39
39 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah.
41
a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha.
2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah).
b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut :
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
c. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha.
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah) samapi dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
42
d. Kriteria sebagaimana dimaksud nilai nominalnya dapat diubah sesuai
dengan perkembangan perekonomian yang diatur dengan Peraturan
Presiden.40
F. Tinjauan (Review) Terdahulu
No.
Identitas
Penelitian
Penelitian Terdahulu
Pembeda
1.
Peneliti :
Try Prasetyo
Skripsi, Jurusan
Perbankan Syariah
Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas
Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta
2011
Judul :
“Produk Pembiayaan
Warung Mikro di Bank
Syariah Mandiri
Cabang Depok Kelapa
Dua”
Metode Penelitian :
Penelitian Kualitatif
Deskriptif.
Hasil Penelitian :
Berdasarkan penelitian ini
diperoleh hasil strategi yang
dilakukan dalam
mengembangkan produk
pembiayaan warung mikro
diantaranya memberikan
pelayanan kepada nasabah
dengan sebaik mungkin,
melakukan promosi dan
sosialisasi yang lebih efektif
kepada masyarakat,
pemanfaatan event dan acara
Perbedaan dengan
penelitian sekarang
adalah dari tujuan
penelitian. Penelitian
sekarang untuk
mengetahui
efektivitas
penyaluran
pembiayaan
mikro yang terdapat
di
Bank BRI Syariah
(Program
Pembiayaan Mikro)
berdasarkan persepsi
nasabah. Efektivitas
40 Wawancara dengan Musta’an, Kepala Pembiayaan Mikro Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin, 23 Juli
2015.
43
pameran untuk
mempromosikan produk
kepada masyarakat,
mengadakan pelatihan bagi
SDM yang ada dibagian
warung mikro untuk
meningkatkan kemampuan
teknis, memberikan edukasi
yang komperhensif kepada
masyarakat mengenai produk
pembiayaan yang ada di bank
syariah.
yang dimaksud
adalah
dengan melihat
perkembangan usaha
nasabah dan tingkat
pengembalian
setelah
mendapatkan
pembiayaan .
2.
Peneliti :
Dewi Puspita Sari,
Skripsi, Jurusan
Perbankan Syariah,
Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas
Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Judul :
“Efektivitas Produk
Pembiayaan Warung
Mikro terhadap
Perkembangan Usaha
Metode Penelitian :
Penelitian Kuantitatif.
Hasil Penelitian :
Berdasarkan penelitian ini
diperoleh hasil yang
signifikan antara pendapatan
usaha nasabah setelah
pembiayaan dengan
pendapatan usaha nasabah
sebelum pembiayaan, lama
nasabah menekuni usaha,
besar plafon yang diberikan
BSM dan besar angsuran.
Perbedaan penelitian
Dewi Puspita Sari
dengan penelitian
sekarang adalah
Penelitian sekarang
menitikberatkan
pada
Efektivitas
pembiayaan
berdasarkan persepsi
nasabah tersebut.
Efektivitas yang
dimaksud adalah
44
Nasabah Studi Kasus
PT Bank Syariah
Mandiri Cabang
Ciputat”. Jakarta 2013
Dan diketahui bahwa 97,6%
pendapatan usaha nasabah
setelah pembiayaan dapat
dijelaskan oleh pendapatan
usaha nasabah sebelum
pembiayaan, lama nasabah
menekuni usaha, besar plafon
yang diberikan BSM dan
besar angsuran. Sedangkan
sisanya (100%-97,6%=2,4%)
dijelaskan oleh sebab – sebab
lain. Berdasarkan perhitungan
dengan menggunakan rumus
rasio efektivitas diperoleh
nilai koefisien efektivitas
sebesar 95%yang berarti
bahwa produk pembiayaan
warung mikro Bank Syariah
Mandiri KC Ciputat sangat
efektif dalam peningkatan
pendapatan usaha nasabah.
dengan
melihat dampak
pembiayaan mikro
terhadap
perkembangan
usaha nasabah.
Dengan
lokasi penelitian
pada
Bank BRI Syariah
KCP Jatiwaringin
Pondok Gede
Bekasi.
3.
Peneliti :
Qonitah Lutfiyah,
Skripsi, Jurusan
Pengembangan
Masyarakat Islam,
Metode Penelitian :
Penelitian Kualitatif .
Hasil Penelitian :
Berdasarkan Penelitan ini
diperoleh hasil efektif karena
Perbedaan penelitian
Qonitah Lutfiyah
dengan penelitian
sekarang adalah
Penelitian sekarang
45
Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi,
Universitas Islam
Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Judul :
“Efektivitas Program
Pembiayaan Usaha
Kecil Mikro BMT
(Baitul Maal Wa
Tamwil) Usaha Mulya
di Kelurahan Kota Baru
Bekasi Barat”
telah mencapai tujuannya.
Dengan adanya program
pembiayaan usaha kecil
mikro ini, para anggota atau
nasabah sangat terbantu, baik
itu untuk permodalan
usahanya, maupun dalam
mengangsur pinjamannya
yang tidak menggunakan
system riba, melainkan
dengan system syariah Islam
yaitu bagi hasil yang sesuai
dengan nisbah yang
disepakati, keuntungan selisih
harga jual, dan ujrah atau
upah. Sehingga para anggota
dan nasabah dapat
bermuamalah secara nyaman,
penuh berkah dan terhindar
dari praktik ribawi (Rentenir).
Selain itu juga para nasabah
mengalami peningkatan
perekonomiannya setelah
mendapatkan program
tersebut. Sehingga kehidupan
para anggota atau nasabah
menjadi sejahtera dan
menggunakan
metode pendekatan
kuantitatif yang
berdasarkan pada
orientasi hasil
jumlah (kuantitas)
pada objek Bank
BRI Syariah.
Berbeda dengan
penelitian Qonitah
Lutfiyah yang
menggunakan
pendekatan kualitatif
pada objek BMT.
46
terbebas dari jerat
kemiskinan.
G. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1.
Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan :
1. : Variabel dependen (terikat)
: Variabel independen (bebas)
: Analisis regresi liner berganda
Pembiayaan Pada Bank BRI
Syariah
Pembiayaan Produktif Pada Bank
BRI Syariah
Pendapatan Sebelum Pembiayaan
Besar Pembiayaan
Pokok Angsuran
Margin Bagi Hasil
Perkembangan
Usaha Nasabah
Pembiayaan
Mikro dari Segi
Pendapatan
47
H. Perumusan Hipotesis
Hipotesis yang dapat disusun dari penelitian yang berjudul
“Efektivitas Produk Pembiayaan Mikro Produktif Pada Nasabah Bank BRI
Syariah KCP Jatiwaringin”, adalah sebagai berikut:
H0 : Tidak ada pengaruh antara rata-rata pendapatan nasabah sebelum
pembiayaan, pokok angsuran dan margin (secara bersama-sama)
terhadap rata-rata pendapatan nasabah setelah pembiayaan.
Ha : Terdapat pengaruh antara rata-rata pendapatan nasabah sebelum
pembiayaan, pokok angsuran dan margin (secara bersama-sama)
terhadap rata-rata pendapatan nasabah setelah pembiayaan.
Kriteria pengujian hipotesis :
1. Jika Sig probabilitas > 0,05 : H0 diterima, menolak Ha.
2. Jika Sig Probabilitas < 0,05 : Ha diterima, menolak H041
41 Iim Qo‟imuddin. Suplemen 2.pdf.(T.t. T.p. T.th.), h.9.
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
1. Jenis dan Sumber Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif,
menurut Sugiyono metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang berlandaskan filsafat positif, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel
pada umumnya dilakukan secara random. Pengumpulan data menggunakan
instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistic dengan
tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.42
Pada penulisan laporan peneliti menggunakan jenis metode
penelitian kuantitatif yang berdasarkan pada orientasi hasil jumlah
(kuantitas). Metode kuantitatif adalah salah satu model menemukan
kebenaran konsep, hubungan konsep-konsep melalui wilayah-wilayah yang
luas dengan populasi tanpa atau menggunakan sampel dalam jumlah
besar.43
. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif analisis.
42 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas, 2009), h.14. 43 Ipah Farihah. Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006), h.39.
48
49
untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata agar
tercitanya penelitian yang valid.44
Adapun jenis data yang penulis ambil
dan digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu :
a. Data Primer
Data primer data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh
organisasi yang menerbitkannya atau menggunakannya.45
Untuk data
primer bersumber dari nasabah dan pihak Bank BRI Syariah untuk
mengetahui efektivitas penyaluran pembiayaan.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk sudah
jadi, dan sudah dikumpulkan. Dalam hal ini penulis memperoleh data
atau informasi melalui sumber-sumber bacaan, seperti buku-buku
referensi, jurnal, bahan bacaan yang diperoleh dari internet, dan lain
sebagainya.
2. Metode Pengumpulan Data
a. Penelitian Kepustakaan
Penelitian Kepustakaan yang dilakukan berdasarkan sumber-
sumber yang diperoleh dari literature yang membahas mengenai
pengukuran efektivitas suatu produk pembiayaan di Bank Syariah serta
dampaknya terhadap perkembangan usaha nasabah.
44 Consuello G Sevilla. Pengantar Metode Penelitian. (Jakarta: UII Press, 1993), h.35. 45 Soeratno dan Lincolin Arsyad.Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis. (Yogyakarta:
Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) Akademi Manajemen Perusahaan YKPN,2003), h.76.
50
b. Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan untuk mendapatkan data-data dan
informasi, penulis turun langsung ke obyek penelitian yaitu lembaga
yang diteliti. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
1) Interview (wawancara)
Cara untuk mengumpulkan data dengan mengadakan tatap mata
langsung antara yang bertugas mengumpulkan data dengan orang
yang menjadi sumber data atau obyek penelitian. Interview
dilakukan dengan wawancara pihak-pihak yang terlibat dalam
penelitian ini.
2) Kuesioner
Kuesioner merupakan penelitian dengan cara mengajukan daftar
pertanyaan secara langsung kepada responden agar memperoleh
data yang relevan. Dalam penelitian ini penyebaran kuesioner
dilakukan oleh peneliti kepada nasabah produk pembiayaan mikro
Bank BRI Syariah. Selain itu pengambilan data dan penyebaran
kuesioner juga dilakukan dengan bantuan dari pihak Bank BRI
Syariah KCP Jatiwaringin kepada nasabah pembiayaan mikro.
c. Dokumentasi
Mengumpulkan data berdasarkan data-data yang diperoleh
dengan cara mengumpulkan data berdasarkan laporan-laporan yang
terkait dengan masalah penelitian ini.
51
3. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1) Populasi
Populasi ialah suatu keseluruhan pengamatan yang menjadi
perhatian kita.46
Populasi dalam penelitian ini adalah nasabah produk
pembiayaan Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin.
2) Sampel Penelitian
Adapun teknik yang diambil dalam penelitian ini menggunakan
teknik non probability sampling, dengan metode Sampling Purposive.
Teknik ini dilakukan karena pemilihan anggota sampelnya berdasarkan
pertimbangan tertentu umumnya disesuaikan dengan tujuan dan
masalah penelitian.47
Elemen populasi yang dipilih sebagai sampel
dibatasi pada elemen-elemen yang dapat memberikan informasi
berdasarkan pertimbangan tersebut.
Penentuan jumlah sampling atau responden yang dijadikan
sebagagai obyek penelitian adalah responden yang mengajukan
pembiayaan mikro produktif atau untuk pengembangan usaha (modal
kerja atau investasi). Untuk daftar nasabah pembiayaan mikro dari
bulan April 2015 sampai bulan Juni 2016 terdapat 374 orang total
nasabah yang terdaftar sebagai nasabah pembiayaan mikro.
46 Boediono dan Wayan Koster, Teori dan Aplikasi Statistika dan Probabilitas (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2001), h.9 47 Ety Rochaety, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis Dengan Aplikasi SPSS (Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2014), h.66
52
Untuk nasabah yang berdomisili dekat dengan Bank BRI
Syariah KCP Jatiwaringin, pengisian angket dilakukan dengan cara
mendatangi tempat tinggal nasabah. Sedangkan untuk nasabah yang
berdomisili jauh dari Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin, pengisian
dilakukan dengan cara menghubungi nasabah yang bersangkutan
melalui telepon. Selain dengan kedua cara tersebut, mayoritas
pengisian angket oleh nasabah dilakukan di tempat penelitian yaitu di
Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin.
Responden dipilih berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
1. Responden merupakan nasabah yang mengambil pembiayaan
mikro khusus untuk tujuan produktif.
2. Responden merupakan nasabah yang mengambil program
Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) dan Kredit Usaha Rakyat
(KUR).
3. Periode yang diambil dalam pembiayaan mikro adalah mulai dari
April 2015 sampai dengan juni 2016.
4. Nasabah pembiayaan harus memiliki alamat yang jelas dan
memiliki nomor kontak yang dapat dihubungi.
5. Diutamakan nasabah yang berdomisili dekat dengan Bank BRI
Syariah KCP Jatiwaringin mengingat terdapat keterbatasan.
6. Keterbatasan dalam pengambilan sampel berhubungan dengan
waktu, tenaga, biaya, dan jarak.
53
Adapun teknik penarikan sampel yang peneliti gunakan ialah
teknik simple random sampling atau teknik pengambilan sampel acak
sederhana. Teknik ini sama sekali tidak memperhatikan tingkatan
apapun dari anggota populasi karena anggota populasinya adalah
homogeny. Yakni nasabah yang melakukan pembiayaan mikro di
Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin.48
Untuk menentukan besaran sampel peneliti menggunakan
Rumus Slovin. Oleh karena mengingat waktu, tenaga dan “dana”
kemungkinan adanya hambatan-hambatan, maka penulis mengambil
sampel dengan besaran 40. Jumlah sampel yang diambil dengan
menggunakan rumus Slovin adalah sebagai berikut:49
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Tingkat kesalahan
48
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed. Rev., cet ke-14,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.173. 49
Muhammad, Metode Penelitian Ekonomi Islam, Pendekatan Kuantitatif, h.180.
54
Untuk mempermudah penelitian maka 39,72 dibulatkan menjadi 40.
Gay dan diehl (1992) menyatakan bahwa ukuran minimum
sampel yang dapet diterima berdasarkan pada desain penelitian yang
digunakan yaitu sebagai berikut:50
1. Metode deskriptif, minimal 10% populasi. Untuk populasi relative
kecil.
2. Metode deskriptif-korelasionel, minimal 30 subjek perkelompok.
3. Metode ex post facto, minimal 15 subjek perkelompok.
4. Metode eksperimental, minimal 15 subjek perkelompok.
3) Lokasi dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin
yang beralamat di Jl.Raya Jatiwaringin NO.89 Pondok Gede, Bekasi.
Pemilihan Bank BRI Syariah Jariwaringin adalah karena lokasi cabang
bank dekat dengan pusat perdagangan yaitu di daerah Plaza Pondok
Gede dan untuk memudahkan dari segi waktu, tenaga, biaya dan jarak.
50 Muhamad. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam: Pendekatan Kuantitatif. (Jakarta: Rajawali
Pers PT RajaGrafindo Persada, 2014), h.181.
55
Waktu penelitian dilakukan pada 23 Mei 2016 sampai dengan 6 Juni
2016.
4. Teknik Pengolahan Data
a. Editing
Editing adalah penelitian kembali catatan-catatan yang
didapatkan setelah melakukan wawancara. Editing dilakukan terhadap
rekaman jawaban yang telah dituliskan ke dalam daftar pertanyaan
oleh pencari data di lapangan. Dalam editing, yang akan diteliti
kembali adalah lengkapnya pengisian, keterbacaan tulisan, kejelasan
makna jawaban, konsistensi jawaban satu sama lain, relevansi
jawaban, dan keseragaman satuan data (misalnya: jika satuan
ditetapkan adalah Hektar (Ha), maka satuan tersebut yang terus dipakai
atau yang dijadikan standar dalam penelitian).
b. Koding
Koding adalah usaha untuk mengklarifikasi jawaban para
responden menurut macamnya.51
Dalam koding terdapat dua langkah
yaitu: menentukan kategori-kategori yang akan digunakan dan
mengalokasikan jawaban individual pada kategori-kategori tersebut.
51 Soeratno dan Lincolin Arsyad.Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis, h.129.
56
c. Tabulasi
Proses penghitungan frekuensi yang terbilang didalam masing-masing
kategori disebut tabulasi.52
Dengan tabulasi data lapangan akan segera
tampak ringkas dan bersifat rangkuman.
d. Verifikasi
Verifikasi adalah pemeriksaan benar tidaknya hasil survey yang telah
didapatkan dengan cara: penyelidikan dari sumber-sumber kesalahan
(bias) yang mungkin ada di dalam penelitian; dan evaluasi tentang
tingkat akseptabilitas (acceptability) hasil baik atas dasar teoritis
maupun empiris. Pengolahan data juga dilakukan menggunakan
software Microsoft Excel 2007 dan SPSS 17.0.
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen.
Variabel independen dalam penelitian ini yaitu :
X1= Pendapatan Usaha Nasabah Sebelum Pembiayaan
X2= Besar Pembiayaan
X3= Pokok Angsuran
X4= Margin Bagi Hasil
52Soeratno dan Lincolin Arsyad.Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis, h.136
57
2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
pendapatan usaha nasabah setelah pembiayaan.
C. Teknik Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Analisis data yang dimaksud adalah analisis untuk melakukan
pengujian hipotesis dan menjawab rumusan masalah yang telah
diajukan. Analisis data merupakan kegiatan dimana data yang telah
dikumpulkan dikelola, yang mana dalam prosesnya diterapkan teknik
statistik tertentu. Adapun analisis data yang digunakan pada penelitian
ini ialah sebagai berikut:
Analisis deskriptif adalah analisis statistik yang digunakan
untuk menganalisis data dengan cara mendekripsikan/menggambarkan
data yang telah dikumpulkan sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum dan generalisasi.53
Seluruh data tentang yang berasal dari lapangan yang berhasil
dikumpulkan oleh peneliti akan dianalisis dengan analisis deskriptif.
Kemudian untuk mengolah data dari angket tertutup yaitu
bagian C dari angket, menggunakan perhitungan mean (rata-rata) dan
standar deviasi.
53
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D Bandung: Alfabeta, 2012), h.147.
58
a. Mean merupakan jumlah rata-rata dari sekumpulan data yang
memberikan gambaran tentang sesuatu hal.54
Rumusnya adalah :
∑
Persamaan 1.1 Rumus Mean
= Rata-rata
Xi = Pengamatan ke-i
n = Jumlah Pengamatan
b. Standar Deviasi adalah seberapa jauh nilai pengamatan tersebut di
sekitar nilai rata-rata. Rumusnya adalah:
√∑( )
Persamaan 1.2 Rumus standar deviasi
δ : Standar deviasi
X : Nilai Data
: Mean (rata-rata)
N : Banyak Data
54Purbayu Budi Santosa dan Muliawan Hamdani.Statiska Deskriptif Dalam Bidang Ekonomi dan Niaga.
(Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007), h.68
59
2. Instrumen dan Uji Instrumen Penelitian
a. Uji Validitas
Uji validitas bertujuan untuk melihat ketepatan instrument
pengukur penelitian. Validitas adalah ukuran yang sebenarnya, untuk
mengukur apa yang akan diukur, yaitu ketepatan dan kecermatan tes
dalam menjalankan fungsi pengukurannya.55
Semakin tinggi validitas suatu alat tes, maka alat tes tersebut
semakin mengenai pada sasarannya atau menunjukkan apa yang
seharusnya diukur. Kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur
oleh kuesioner tersebut.
Uji validitas dihitung dengan membandingkan nilai r hitung
(correlated item-total correlations) dengan nilai r tabel.Jika r hitung >
r tabel dengan signifikasi 5%, maka pernyataan disebut valid atau
kuesioner sudah benar.
b. Uji Reabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hasil
pengukuran konsisten atau azas bila dilakukan pengukuran ulang
(konsistensi, akurasi, dan presisi).
55 Eti Rocha8ety, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS (Jakarta: Mitra Wacana
Media, 20097), h.57.
60
Tabel 3.1.
Interpretasi Korelasi Dari Guilford
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,000 – 0,1999 Sangat rendah
0,200 – 0,399 Rendah
0,400 – 0,599 Sedang (cukup kuat)
0,600 – 0,799 Kuat
0,800 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono, 2007
Pada umumnya secara teori instrument yang valid seluruh item
(butir soalnya) pasti realibel (Sugiyono, 2009). Sebuah alat evaluasi
dipandang reliabel (tahan uji), apabila memiliki konsistensi, kekuatan
hasil. Uji reliabilitas hanya untuk menguji item valid saja. Pada
penelitian ini reabilitas menggunakan rumus koefisien Alpha
Cronbach sebagai berikut :
r1 =
1k
k
t
i
S
S 2
1
Keterangan
k : Jumlah item dalam kuesioner
ri : Reliabilitas internal seluruh item
si2 : Varians butir
st2
: Varians total skor
61
3. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus
dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary
least square (OLS).Jadi analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS
tidak memerlukan persyaratan asumsi klasik, misalnya regresi logistik
atau regresi ordinal.
Demikian juga tidak semua uji asumsi klasik harus dilakukan
pada analisis regresi linear, misalnya uji multikolinearitas tidak dapat
dipergunakan pada analisis regresi linear sederhana dan uji
autokorelasi tidak perlu diterapkan pada data cross sectional.
Setidaknya ada lima uji asumsi klasik, yaitu uji multikolinearitas uji
heteroskedastis, uji normalitas, uji autokorelasi dan uji linearitas.
Tidak ada ketentuan yang pasti tentang urutan uji mana dulu yang
harus dipenuhi. Analisis dapat dilakukan tergantung pada data yang
ada. Sebagai contoh, dilakukan analisis terhadap semua uji asumsi
klasik, lalu dilihat mana yang tidak memenuhi persyaratan. Kemudian
dilakukan perbaikan pada uji tersebut, dan setelah memenuhi
persyaratan, dilakukan pengujian pada uji yang lain.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual
terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
62
memiliki nilai residual yang terdistribusi normal.56
Jadi uji
normalitas bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi
pada nilai residualnya. Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu
bahwa uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel. Hal
ini tidak dilarang tetapi model regresi memerlukan normalitas pada
nilai residualnya bukan pada masing-masing variabel penelitian.
Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji histogram, uji
normal P Plot, uji Chi Square, Skewness dan Kurtosis atau uji
Kolmogorov Smirnov. Tidak ada metode yang paling baik atau
paling tepat.Tipsnya adalah bahwa pengujian dengan metode grafik
sering menimbulkan perbedaan persepsi di antara beberapa
pengamat, sehingga penggunaan uji normalitas dengan uji statistik
bebas dari keragu-raguan, meskipun tidak ada jaminan bahwa
pengujian dengan uji statistik lebih baik dari pada pengujian
dengan metode grafik.
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Istilah kolinearitas ganda (multicollinearity)
diciptakan Ragner Frish di dalam bukunya: Statsitical Confluence
Analysis by Means of CompleteRegression System. Aslinya istilah
56
Sunjoyo dkk, APLIKASI SPSS untuk SMART Riset, ( Bandung : Alfabeta, 2013), h.59
63
itu berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau eksak
(perfect or exact) di antara variabel-variabel bebas dalam regresi.57
Sunyoto, dalam Iim Qo‟imuddin, suplemen 3, mengatakan
bahwa jika:
1) Nilai tolerance (α) hitung < α
2) Nilai VIF hitung > VIF, dimana VIF = 1/α
maka variabel bebas mengalami multikolinearitas. Sebaliknya jika:
1) Nilai tolerance (α) hitung > α
2) Nilai VIF hitung < VIF, dimana VIF = 1/α
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan
variabel sebelumnya.58
Autokorelasi terjadi jika terdapat kesalahan
observasi yang ada berkorelasi satu sama lain.
Menurut Sudarmanto dalam Iim Qo’imuddin, suplemen 3
menyebutkan, autokorelasi merupakan korelasi antara anggota seri
observasi yang disusun menurut urutan waktu atau urutan tempat,
atau korelasi yang timbul pada dirinya sendiri.
Ketentuan ada/tidaknya auto korelasi adalah:
1) DW <dL : tolak H0
2) DW > 4-dL : tolak H0
57 J. Supranto. Ekonometri. (Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, Januari 2004), h.13 58 Wiratna Sujarweni, SPSS Untuk Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014, Cet. I),
h.186.
64
3) dU< DW < 4-DU : terima H0
4) dL DW ≤ dU atau 4-dU DW 4-dL : inconclusive di mana H0:
tidak terdapat autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah
terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan
ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi
persyaratan adalah dimana terdapat kesamaan varians dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut
homoskedastisitas.
Deteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode
scatter plot dengan memplotkan nilai ZPRED (nilai prediksi)
dengan SRESID (nilai residualnya). Model yang baik didapatkan
jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik, seperti mengumpul di
tengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya melebar
kemudian menyempit. Uji statistik yang dapat digunakan adalah uji
Glejser, uji Park atau uji White. Beberapa alternatife solusi jika
model menyalahi asumsi heteroskedastisitas adalah dengan
mentransformasikan ke dalam bentuk logaritma yang hanya dapat
dilakukan jika semua data bernilai positif atau dapat juga dilakukan
dengan membagi semua variabel dengan variabel yang mengalami
gangguan heteroskedastisitas.
65
4. Uji Statistik
a. Regresi Linear Berganda
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi
linier berganda. Teknik analisis tersebut sesuai untuk menggambarkan
atau mendeskripsikan keterkaitan antara beberapa variabel. Dan untuk
membantu penelitian, maka peneliti akan menggunakan software
pengolah data statistic, SPSS for Windows version 17.0.
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui
seberapa besarnya pengaruh variabel bebas yang terdiri dari jumlah
pendapatan nasabah sebelum pembiayaan (X1), besar pembiayaan (X2),
pokok angsuran (X3), Margin bagi hasil (X4) terhadap variabel terikat
yaitu pendapatan nasabah setelah pembiayaan (Y). Besar kecilnya
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat ditunjukan oleh
koefisien regresi dan disimbolkan dengan (b).
Persamaaan regresi yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:59
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 +….+ bnXn + e
Keterangan:
Y = Pendapatan nasabah setelah pembiayaan
a = konstanta
X1 = Pendapatan nasabah sebelum pembiayaan
X2 = Besar pembiayaan
X3 = Pokok angsuran
59
Danang Sunyoto, Prosedur Uji Hipotesis Untuk Riset Ekonomi, ( Alfabeta: Bandung,
2012), h. 126.
66
X4 = Margin
b1 = koefisien regresi variabel jumlah Pendapatan nasabah setelah
pembiayaan
b2 = koefisien regresi variabel nasabah sebelum pembiayaan
b3 = koefisien regresi variabel besar pembiayaan
b4 = koefisien regresi variabel margin
e = pengganggu (error)
b. Analisis Pengaruh Secara Parsial ( Uji t )
Uji t digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing
variabel independen secara individual terhadap variabel dependen.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel
dependen digunakan taraf kepercayaan atau tingkat signifikansi 0,05.60
Jika probability t lebih besar dari 0,05 maka tidak ada pengaruh dari
variabel independen terhadap variabel dependen (koefisien regresi
tidak signifikan), sedangkan jika nilai probability t lebih kecil dari 0,05
maka terdapat pengaruh dari variabel independen terhadap variabel
dependen (koefisien regresi signifikan).61
60 Ety Rochaety dkk, Metodologi Penelitian Bisnis: dengan Aplikasi SPSS- Edisi Pertama,(Jakarta:
Mitra Wacana Media, 2007), h.106.
61 Singgih Santoso, Latihan SPSS Statistik Parametrik, (Jakarta: Elekmedia Komputindo,
2007) h.168.
67
c. Analisis Pengaruh Secara Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel
independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel
dependen. Untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen
secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen maka
digunakan tingkat signifikansi 0,05 maka model regresi dapat
digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau dengan kata lain
variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai probability F lebih kecil dari
0,05 maka model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi
variabel dependen atau dengan kata lain variabel independen secara
bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
68
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum
tentang responden yang menjadi obyek penelitian dan memberikan gambaran
mengenai tanggapan responden atas pembiayaan yang diberikan oleh Bank
BRI Syariah.
1. Deskripsi Responden
Jenis kelamin adalah suatu tanda untuk memberi perbedaan antara
manusia. Jenis kelamin dapat mencerminkan aktivitas yang dilakukan.
Jenis kelamin laki-laki biasanya memliki mobilitas yang cukup tinggi serta
memiliki aktivitas yang tinggi jika dibandingkan dengan jenis kelamin
perempuan. Namun tidak menutup kemungkinan terkadang perempuan
lebih juga memiliki mobilitas tinggi untuk berkarir dibandingkan dengan
laki-laki. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin pada tabel berikut ini:
68
69
Tabel 4.1.
Jenis Kelamin Responden
No Jenis Kelamin Frekuensi (orang) Persentasi( %)
1. Laki-laki 26 65
2. Perempuan 14 35
Jumlah 40 100
Dari tabel 4.1. Dapat diketahui bahwa kebanyakan nasabah yang
mengambil atau menjadi nasabah pembiayaan warung mikro adalah laki-
laki yaitu sebanyak 26 orang atau 65% dari seluruh sampel penelitian dan
perempuan ada 14 orang atau 35 % yang mengambil atau menjadi nasabah
pembiayaan mikro produktif dari keseluruhan responden 40 orang. Data
tersebut dapat disimpulkan sebagian besar nasabah pembiayaan mikro
produktif Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin adalah laki-laki.
Usia merupakan suatu pertimbangan yang dapat dilihat oleh
seseorang untuk memilih dan memutuskan suatu keputusan dan menjadi
tolak ukur kematangan emosional. Umur juga bisa menjadi pembeda
tingkat produktivitas seseorang, biasanya orang yang memiliki usia lebih
muda lebih kreatif dan inovatif dan memiliki produktivitas yang tinggi
dibanding yang lebih tua. Lebih jelas mengenai karakteristik ini diuraikan
pada tabel berikut:
70
Tabel 4.2.
Responden Berdasarkan Usia
No. Usia Frekuensi (orang) Persentasi (%)
1 26-30 5 12.5
2 31-35 6 15.0
3 36-40 8 20.0
4 41-45 15 37.5
5 46-50 5 12.5
6 51-55 1 2.5
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.2. Usia responden berkisar antara 26 tahun
sampai dengan 55 tahun. Usia nasabah pada Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin antara 26-30 tahun sebanyak 5 orang, pada usia antara 31-35
tahun sebanyak 6 orang, pada usia antara 36-40 tahun sebanyak 8 orang,
pada usia antara 41-45 tahun sebanyak 15 orang, pada usia antara 46-50
tahun sebanyak 5 orang, pada usia antara 51-55 tahun sebanyak 1 orang.
Pendidikan adalah hal yang terpenting yang harus dijalani dan
dimiliki oleh manusia, pendidikan juga menjadi tolak ukur kedewasaan
dan tingkat emosional seseorang, orang yang berpendidikan biasanya
memiliki wawasan yang luas dan dewasa dalam menyikapi suatu masalah.
Untuk mengetahui persentasi responden dari segi pendidikan diuraikan
pada tabel berikut:
71
Tabel 4.3.
Responden Berdasarkan Jenis Pendidikan
Berdasarkan tabel 4.3. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata nasabah
pembiayaan mikro produktif Bank BRI Syariah merupakan lulusan
SMA/MA yang dirasa akan sangat membutuhkan pendampingan dan
control dalam rangka pengembangan usaha mikronya.
Tingkat pendidikan nasabah tidak mempengaruhi niat dan upaya
nasabah dalam membuka dan mengembangkan usaha mikro. Hasil ini
dapat dijelaskan oleh tabel yang menyatakan nasabah Bank BRI Syariah
KCP Jatiwaringin dengan pendidikan SD/MI sebanyak 1 orang, lulusan
SMA/MA sebanyak 31 orang, lulusan Diploma sebanyak 1 orang dan
lulusan Sarjana sebanyak 7 orang.
Adapun hasil survei berdasarkan pengelompokan profesi utama
responden dapat dilihat pada tabel berikut:
No Pendidikan Frekuensi (orang) Persentasi (%)
1 SD/ MI 1 2.5
2 SMA/ MA 31 77.5
3 Diploma (D2,D3) 1 2.5
4 Sarjana (S1) 7 17.5
Jumlah 40 100.0
72
Tabel 4.4.
Profesi Utama Nasabah
No Profesi Utama Frekuensi (orang) Persentasi (%)
1 Pegawai Negeri 1 2.5
2 Karyawan Swasta 1 2.5
3 Guru 2 5
4 Pedagang 27 67.5
5 Wirausaha 9 22.5
Jumlah 40 100
Pada tabel 4.4. Diatas terlihat bahwa mayoritas responden
berprofesi sebagai pedagang, yaitu sebanyak 27 orang atau 67,5% dari
total respondenn dan terdapat 9 orang atau 22,5% dari total responden
yang berprofesi sebagai wirausahawan. Hal ini menandakan pembiayaan
mikro Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin sudah hamper tepat sasaran
karena uang tersebut akan beredar lebih berdaya guna dikalangan
pedangan dan wirausaha tersebut. Dengan demikian, membuktikan bahwa
Bank BRI Syariah peduli dengan usaha mikro.
2. Uji Validitas
Semakin tinggi validitas suatu alat tes, maka alat tes tersebut
semakin mengenai pada sasarannya atau menunjukkan apa yang
seharusnya diukur. Kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut. Uji validitas dihitung dengan membandingkan nilai r
hitung (correlated item-total correlations) dengan nilai r tabel (0,312).
Jika r hitung > dari r tabel dengan signifikansi 5%, maka pernyataan
73
disebut valid atau kuesioner sudah benar. Secara lengkap hasil uji validitas
item yang valid dan tidak tersebut akan disajikan dalam tabel sebagai
berikut:
Tabel 4.5
Hasil Uji Validitas
Efektifitas Produk Pembiayaan Mikro Produktif pada Nasabah
Butir
pernyataan
r product
moment
Nilai p Keterangan
1 0,907 0.000 Valid
2 0,907 0,000 Valid
3 0,810 0,000 Valid
4 0,906 0,000 Valid
5 0,906 0,000 Valid
6 0,923 0,000 Valid
7 0,888 0,000 Valid
8 0,743 0,000 Valid
9 0,954 0,000 Valid
10 0,954 0,000 Valid
11 0,954 0,000 Valid
12 0,906 0,000 Valid
13 0,807 0,000 Valid
14 0,856 0,000 Valid
15 0,851 0,000 Valid
16 0,929 0,000 Valid
17 0,929 0,000 Valid
18 0,952 0,000 Valid
19 0,638 0,000 Valid
20 0,954 0,000 Valid
74
21 0,929 0,000 Valid
22 0,924 0,000 Valid
23 0,924 0,000 Valid
24 0,907 0,000 Valid
25 0,907 0,000 Valid
26 0,954 0,000 Valid
27 0,817 0,000 Valid
28 0,790 0,000 Valid
Sumber : Data Primer yang diolah
Pada tabel 4.5 hasil uji validitas mengenai efektivitas produk
pembiayaan mikro produktif pada nasabah, dari 28 pernyataan di nyatakan
valid.
3. Uji Reabilitas
Tabel 4.6.
Uji Reabilitas
Efektivitas Produk Pembiayaan Mikro Produktif Pada Nasabah
r tabel Cronbach’s Alpha Keterangan
0.312 0,989 Reabilitas
Berdasarkan pengolahan untuk koefisien reliabilitas dengan rumus
Cronbach’s Alpha didapat nilai untuk variabel pernyataan tentang
Efektivitas Produk Pembiayaan Mikro Produktif Pada Nasabah didapat
nilai reliabilitasnya sebesar 0,989. Maka 28 butir variabel tersebut dapat
dikategorikan dalam tingkat reabilitas yang “sangat kuat” dan layak diuji
dengan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas produk
pembiayaan mikro produktif di Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin.
75
4. Deskripsi Tanggapan Responden
Tabel. 4.7.
Syarat Dalam Pengajuan Pembiayaan
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) - -
Setuju (S) 34 85
Sangat Setuju (SS) 6 15
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.7. Pernyataan nomer 1 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa syarat dalam
pengajuan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin mudah
untuk dipenuhi nasabah.
Tabel 4.8.
Tahap Dalam Mengajukan Pembiayaan
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) - -
Setuju (S) 34 85
Sangat Setuju (SS) 6 15
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.8. Pernyataan nomer 2 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa tahap dalam
mengajukan pembiayaan mudah dan tidak panjang atau tidak lama
waktunya.
76
Tabel 4.9.
Biaya Administrasi Pembiayaan
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) 2 5
Setuju (S) 32 80
Sangat Setuju (SS) 6 15
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.9. Pernyataan nomer 3 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa biaya
administrasi untuk mendapatkan pembiayaan tergolong ringan.
Tabel 4.10.
Dana Pinjaman Untuk Modal Usaha
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) - -
Setuju (S) 32 80
Sangat Setuju (SS) 8 20
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.10. Pernyataan nomer 4 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa dana
pinjaman dari Bank BRI Syariah digunakan nasabah untuk modal usaha.
77
Tabel 4.11.
Pengelolaan modal sesuai kaidah bisnis
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) - -
Setuju (S) 32 80
Sangat Setuju (SS) 8 20
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.11. Pernyataan nomer 5 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa pengelolaan
modal usaha sesuai dengan kaidah bisnis.
Tabel 4.12.
Pembiayaan sesuai dengan kebutuhan usaha
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) 1 2,5
Setuju (S) 31 77,5
Sangat Setuju (S) 8 20
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.12. Pernyataan nomer 6 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa pembiayaan
yang diberikan Bank BRI Syariah sesuai dengan kebutuhan usaha anda.
78
Tabel 4.13.
Besar pembiayaan mencukupi usaha
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) 1 2,5
Ragu-Ragu (R) 1 2,5
Setuju (S) 32 80
Setuju Setuju(SS) 6 15
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.13. Pernyataan nomer 7 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa besar
pembiayaan yang diberikan Bank BRI Syariah mencukupi kebutuhan
usaha nasabah.
Tabel 4.14.
Besar pembiayaan memenuhi kebutuhan
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) 2 5
Ragu-Ragu (R) 2 5
Setuju (S) 30 75
Setuju Setuju(SS) 6 15
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.14. Pernyataan nomer 8 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa besar
pembiayaan yang diberikan Bank BRI Syariah memenuhi dengan
kebutuhan usaha nasabah.
79
Tabel 4.15.
Omzet usaha cukup untuk melunasi angsuran
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) 2 5
Setuju (S) 32 80
Setuju Setuju(SS) 6 15
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.15. Pernyataan nomer 9 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa omzet usaha
cukup untuk melunasi angsuran nasabah.
Tabel 4.16.
Pendapatan usaha meningkat setelah pembiayaan
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) 2 5
Setuju (S) 32 80
Setuju Setuju(SS) 6 15
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.16. Pernyataan nomer 10 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa pendapatan
usaha meningkat setelah mendapat pembiayaan di Bank BRI Syariah.
80
Tabel 4.17.
Margin tergolong ringan
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) 2 5
Setuju (S) 32 80
Setuju Setuju (SS) 6 15
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.17. Pernyataan nomer 11 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa margin atau
persen bagi hasil usaha yang ditentukan oleh Bank BRI Syariah tergolong
ringan atau tidak memberatkan.
Tabel 4.18.
Pembagian keuntungan tidak merugikan nasabah
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) - -
Setuju (S) 32 80
Setuju Setuju (SS) 8 20
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.18. Pernyataan nomer 12 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa pembagian
keuntungan antara nasabah dengan BRI Syariah tidak merugikan nasabah.
81
Tabel 4.19.
Nasabah masih mendapatkan keuntungan setelah bagi hasil
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) 2 5
Setuju (S) 27 67,5
Setuju Setuju (SS) 11 27,5
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.19. Pernyataan nomer 13 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa nasabah
masih mendapatkan keuntungan dari usaha setelah bagi hasil dengan Bank
BRI Syariah.
Tabel 4.20.
Pembiayaan mikro meningkatkan bahan baku usaha
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) 2 5
Setuju (S) 18 70
Setuju Setuju (SS) 10 25
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.20. Pernyataan nomer 14 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa pembiayaan
mikro Bank BRI Syariah meningkatkan jumlah persediaan bahan baku
atau peningkatan jasa.
82
Tabel 4.21.
Adanya kenaikan jumlah konsumen
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) - -
Setuju (S) 31 77,5
Setuju Setuju (SS) 9 22,5
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.21. Pernyataan nomer 15 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa adanya
kenaikan konsumen atau pembeli setelah mendapatkan pembiayaan mikro
di Bank BRI Syariah.
Tabel 4.22.
Jangka waktu pelunasan angsuran tergolong lama
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) 1 5
Setuju (S) 33 82
Setuju Setuju (SS) 6 15
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.22. Pernyataan nomer 16 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa jangka waktu
pelunasan yang diberikan oleh Bank BRI Syariah tergolong lama sehingga
memudahkan nasabah membayar angsuran atau cicilan.
83
Tabel 4.23.
Nasabah dapat membayar angsuran tepat waktu
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) 1 2,5
Setuju (S) 31 77,5
Setuju Setuju (SS) 8 20
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.23. Pernyataan nomer 17 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa nasabah
dapat membayar angsuran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan atau
tepat waktu membayar angsuran.
Tabel 4.24.
Nasabah tidak pernah terlambat membayar angsuran
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) 2 5
Setuju (S) 30 75
Setuju Setuju (SS) 8 20
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.24. Pernyataan nomer 18 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa nasabah tidak
pernah mengalami keterlambatan bayar angsuran atau cicilan.
84
Tabel 4.25.
Nasabah tidak pernah membayar denda keterlambatan
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) 1 2,5
Setuju (S) 23 57,5
Setuju Setuju (SS) 16 40
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.25. Pernyataan nomer 19 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa nasabah tidak
pernah membayar denda keterlambatan cicilan atau angsuran.
Tabel 4.26.
Kemampuan nasabah membayar angsuran semakin besar
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) 2 5
Setuju (S) 32 80
Setuju Setuju (SS) 6 15
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.26. Pernyataan nomer 20 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa kemampuan
nasabah membayar angsuran semakin besar.
85
Tabel 4.27.
Pokok angsuran cicilan tergolong ringan
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) 1 2,5
Setuju (S) 33 82,5
Setuju Setuju (SS) 6 15
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.27. Pernyataan nomer 21 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa pokok
angsuran atau cicilan yang harus nasabah bayarkan tergolong ringan.
Tabel 4.28.
Pokok angsuran tidak mengganggu perkembangan usaha
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) 1 2,5
Setuju (S) 33 82,5
Setuju Setuju (SS) 6 15
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.28. Pernyataan nomer 22 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa pokok
angsuran atau cicilan yang harus nasabah bayarkan tidak mengganggu
perkembangan usaha nasabah.
86
Tabel 4.29.
Nasabah dapat memenuhi kebutuhan lain
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) 1 2,5
Setuju (S) 33 82,5
Setuju Setuju (SS) 6 15
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.29. Pernyataan nomer 23 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa selama
membayar angsuran atau cicilan nasabah masih dapat memenuhi
kebutuhan yang lain.
Tabel 4.30.
Fasilitas pembiayaan memberikan manfaat
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) - -
Setuju (S) 34 85
Setuju Setuju (SS) 6 15
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.30. Pernyataan nomer 24 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa fasilitas
pembiayaan dari Bank BRI Syariah mempunyai manfaat bagi
perkembangan usaha nasabah.
87
Tabel 4.31.
Omzet usaha nasabah meningkat setelah pembiayaan
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) - -
Setuju (S) 34 85
Setuju Setuju (SS) 6 15
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.31. Pernyataan nomer 25 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa tingkat
pendapatan/omzet dari usaha nasabah meningkat setelah mendapatkan
pembiayaan dari Bank BRI Syariah.
Tabel 4.32.
Keuntungan usaha nasabah meningkat setelah pembiayaan
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) 2 2,5
Setuju (S) 32 80
Setuju Setuju (SS) 6 15
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.32. Pernyataan nomer 26 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa setelah
mendapatkan pembiayaan dari Bank BRI Syariah, keuntungan yang
nasabah dapat dari usaha yang ditekuni meningkat.
88
Tabel 4.33.
Program pembiayaan mikro meningkatkan perekonomian nasabah
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) - -
Setuju (S) 33 82,5
Setuju Setuju (SS) 7 17,5
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.33. Pernyataan nomer 27 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa program
pembiayaan mikro membantu memperbaiki kondisi perekonomian
nasabah.
Tabel 4.34.
Kesejahteraan nasabah meningkat seiring perkembangan usaha
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) - -
Setuju (S) 30 75
Setuju Setuju (SS) 10 25
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.34. Pernyataan nomer 28 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa kesejahteraan
hidup nasabah dan keluarga meningkat seiring dengan perkembangan
usaha nasabah.
89
5. Analisis Efektivitas Berdasarkan Tanggapan Responden
Pada bagian ini analisis efektivitas pembiayaan berdasarkan
tanggapan responden menggunakan rumus standar deviasi. Standar deviasi
atau juga sering kali dinamakan simpangan baku atau penyimpangan baku,
merupakan ukuran penyebaran yang terbaik karena dapat digunakan untuk
membandingkan suatu rangkaian data dengan lainnya.62
Berdasarkan perhitungan, didapat bahwa nilai standar deviasi
adalah 1,483 (pembulatan hingga 3 angka decimal). Setelah mengetahui
nilai dari standar deviasi, untuk selanjutnya menggunkan mean rata-rata
nilai dari tiap kelompok pernyataan sebagai berikut:
a. Proses awal
Kelompok pernyataan proses awal terdiri atas 5 pernyataan, yaitu
persyaratan, tahap, biaya administrasi, dana untuk modal kerja dan
pengelolaan sesuai kaidah. Setelah olah data dengan perhitungan manual,
maka didapat mean untuk kelompok pernyataan ini adalah 4,160.
Selanjutnya, mean dari kelompok pernyataan ini dibandingkan
dengan nilai standar deviasi yaitu 1,483. Didapat bahwa mean > standar
deviasi, 4,160 >1,483. Dengan demikian, proses awal dalam pembiayaan
di Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin tergolong efektif.
b. Kesesuaian besar pembiayaan dengan kebutuhan usaha
Kelompok pernyataan kesesuaian besar pembiayaan dengan
kebutuhan usaha terdiri atas 5 pernyataan, yaitu pembiayaan sesuai dengan
62Purbayu Budi Santosa dan Muliawan Hamdani.Statistika Deskriptif Dalam Bidang Ekonomi dan
Niaga. (Jakarta: Penerbit Erlangga,2007). hlm.104.
90
kebutuhan usaha, pembiayaan mencukupi kebutuhan usaha, kebutuhan
usaha terpenuhi dari pembiayaan, omzet penjualan cukup melunasi
angsuran tiap bulan dan pendapatan usaha meningkat. Setelah olah data
dengan perhitungan manual, maka didapat mean untuk kelompok
pernyataan ini adalah 4,090.
Selanjutnya, mean dari kelompok ini dibandingkan dengan nilai
standar deviasi yaitu 1,483. Didapat bahwa mean > standar deviasi, 4,090
> 1,483. Dengan demikian, besar pembiayaan yang diberikan efektif atau
sesuai dengan kebutuhan nasabah.
c. Margin
Kelompok pernyataan margin terdiri dari 5 pernyataan, yaitu
margin tergolong ringan, pembagian keuntungan tidak memberatkan,
masih mendapatkan keuntungan setelah dipotong margin, pembiaayaan
meningkatkan persediaan dan adanya kenaikan konsumen setelah
mendapatkan pembiayaan. Setelah olah data dengan perhitungan manual,
maka didapat mean untuk kelompok pernyataan ini adalah 4,190.
Selanjutnya, mean dari kelompok ini dibandingkan dengan nilai
standar deviasi yaitu 1,483. Didapat bahwa mean > standar deviasi 4,190 >
1,483. Dengan demikian, margin yang ditetapkan tergolong efektif.
d. Jangka waktu pelunasan
Kelompok pernyataan jangka waktu pelunasan terdiri dari 5
pernyataan, yaitu jangka waktu pelunasan yang diberikan tergolong lama,
nasabah dapat membayar angsuran sesuai dengan waktu yang ditentukan,
91
nasabah tidak mengalami keterlambatan membayar angsuran, nasabah
tidak penah membayar denda angsuran dan kemampuan nasabah
membayar angsuran semakin besar. Setelah olah data dengan perhitungan
manual, maka didapat mean untuk kelompok pernyataan ini adalah 4,185.
Selanjutnya, mean dari kelompok ini dibandingkan dengan nilai
standar deviasi yaitu 1,483. Didapat bahwa mean > standar deviasi 4,185 >
1,483. Dengan demikian, jangka waktu pelunasan yang ditetapkan
tergolong efektif.
e. Pokok angsuran
Kelompok pernyataan pokok angsuran terdiri dari 3 pernyataan,
yaitu pokok angsuran tergolong ringan, pokok angsuran tidak mengganggu
perekembangan usaha, selama membayar angsuran dapat memenuhi
kebutuhan lainnya. Setelah olah data dengan perhitungan manual, maka
didapat mean untuk kelompok pernyataan ini adalah 4,125.
Selanjutnya, mean dari kelompok ini dibandingkan dengan nilai
standar deviasi yaitu 1,483. Didapat bahwa mean > standar deviasi 4,125>
1,483. Dengan demikian, pokok angsuran yang ditetapkan tergolong
efektif.
f. Efek pembiayaan
Kelompok pernyataan jangka waktu pelunasan terdiri dari 5
pernyataan, yaitu pembiayaan bermanfaat bagi usaha nasabah, omzet
nasabah mengalami peningkatan, keuntungan nasabah mengalami
peningkatan, perekonomian nasabah mengalami peningkatan dan
92
kesejahteraan nasabah mengalami peningkatan. Setelah olah data dengan
perhitungan manual, maka didapat mean untuk kelompok pernyataan ini
adalah 4,165.
Selanjutnya, mean dari kelompok ini dibandingkan dengan nilai
standar deviasi yaitu 1,483. Didapat bahwa mean > standar deviasi 4,165>
1,483. Dengan demikian, jangka waktu pelunasan yang ditetapkan
tergolong efektif.
Setelah mengetahui masing-masing efektivitas dalam tiap
kelompok pernyataan, selanjutnya dibuat pemeringkatan nilai tiap
kelompok pernyataan menggunakan mean dari tiap kelompok pernyataan,
yaitu :
1. Peringkat I : Margin, mean 4,190
2. Peringkat II : Jangka waktu pelunasan, mean 4,185
3. Peringkat III : Efek pembiayaan, mean 4,165
4. Peringkat IV : Proses awal, mean 4,160
5. Peringkat V : Pokok angsuran, mean 4,125
6. Peringkat VI : Kesesuaian besar pembiayaan dengan kebutuhan
usaha, mean 4,090.
Berdasarkan peringkat diatas, terlihat bahwa margin memiliki nilai
paling tinggi dan dengan demikian berada pada peringkat I sedangkan
pokok angsuran dan kesesuaian besar pembiayaan dengan kebutuhan
usaha menempati posisi dua terendah. Namun, secara umum mean dari
tiap kelompok pernyataanbernilai lebih tinggi dari nilai standar deviasi
93
yang ditetapkan sebagai acuan. Dengan demikian, pembiayaan mikro yang
terdapat pada Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin dapat digolongkan
efektif.
Hal ini juga didukung dengan data mengenai penghasilan nasabah
setelah mendapatkan pembiayaan mikro dari Bank BRI Syariah yang
secara rata-rata mengalami peningkatan penghasilan sebesar 63.54%.
B. Analisis Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Untuk mendeteksi normalitas adalah dengan melihat penyebaran
data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik.63
Dasar pengambilan
keputusan adalah:
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Berikut ini adalah grafik untuk mendeteksi normalitas:
63Matoji.Efektivitas Produk Tabungan Khusus Siswa (TAKWA) Dalam Peningkatan Dana Pihak
Ketiga Dari Sektor Pendidikan Pada BPRS Kota Bekasi, h.60
94
Gambar 4.1.
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Output Histogram
Hasil uji normalitas berdasarkan Grafik P-Plot disajikan pada
gambar berikut ini:
Gambar 4.2.
Hasil uji normalitas menggunakan Grafik P-Plot
Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa setiap (dot) menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dengan
95
demikian, data telah memenuhi asumsi pertama dalam asumsi klasik yaitu
telah memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Multikolinearitas (multicollinearity)
Istilah kolinearitas ganda (multicollinearity) diciptakan Ragner
Frish di dalam bukunya: Statsitical Confluence Analysis by Means of
Complete Regression System. Aslinya istilah itu berarti adanya hubungan
linear yang sempurna atau eksak (perfect or exact) diantara variabel-
variabel bebas dalam regresi.64
Sunyoto dalam Iim Qo’imuddin, suplemen 3 mengatakan bahwa
jika:
1. Nilai tolerance (α) hitung < α
2. Nilai VIF hitung > VIF, dimana VIF = 1/ α
Maka variabel bebas mengalami multikolinearitas. Sebaliknya jika:
1. Nilai tolerance (α) hitung > α
2. Nilai VIF hitung < VIF, dimana VIF= 1/α
Maka tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas.65
Dalam hal ini, nilai tolerance (α) harus > 0,05 dan nilai standar VIF =
1/0,05 = 20, dimana VIF hitung harus < 20.
64 J.Supranto. Ekonometri. (Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia. 2014), h.13 65Teza Riyadi, Efektivitas Pembiayaan Mikro pada Nasabah PT Bank Syariah Mandiri Cabang
Pembantu Cililitan, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta, 2010), h.90-91.
96
Berdasarkan tabel coefficients yang terdapat pada lempiran 9 yang
berfungsi untuk mengetahui gejala multikolinearitas, didapat bahwa nilai
VIF untuk masing-masing variabel adalah:
1. Rata-rata pendapatan nasabah sebelum pembiayaan : 2,463
2. Besar pembiayaan yang nasabah dapat : 2,495
3. Pokok angsuran yang nasabah bayar : 2,543
4. Margin yang ditetapkan bank : 1,402
Sedangkan nilai tolerance untuk masing-masing variabel adalah:
1. Rata-rata pendapatan nasabah sebelum pembiayaan : 0,406
2. Besar pembiayaan yang nasabah dapat : 0,401
3. Pokok angsuran yang nasabah bayar : 0,393
4. Margin yang ditetapkan bank : 0,713
Berdasarkan ketentuan, nilai tolerance (α) > 0,05 dan nilai VIF <
20, maka masing-masing variabel memenuhi asumsi klasik, yaitu tidak
terdapat multikolinearitas.
3. Uji Autokorelasi
Salah satu asumsi dari model regresi linear klasik ialah bahwa
tidak ada autokorelasi atau korelasi serial (autocorrelation or serial
correlation).66
Sudarmanto dalam Iim Qo’imuddin, suplemen 3 menyebutkan,
autokorelasi korelasi antara anggota seri observasi yang disusun menurut
66 J.Supranto. Ekonometri, h.82
97
urutan waktu atau urutan tempat atau korelasi yang timbul pada dirinya
sendiri.67
Ketentuan ada atau tidaknya auto korelasi adalah:68
1. DW < dL : tolak H0
2. DW > 4-dL : tolak H0
3. dU < DW < 4-DU : terima H0
4. dL DW < dU atau 4-dU DW 4-dL : inconclusive dimana H0:
tidak terdapat autokorelasi.
Berdasarkan tabel model summary yang terdapat pada lampiran 11
nilai Durbin-Watson (DW) adalah sebesar 2,103. Nilai dL = 1,72 dan dU=
1,28 sementara 4-dU = 2,71.
Sesuai dengan ketentuan nomor 3dU < DW < 4-DU = H0
diterima,1,28 < 2,10 < 2,71 dengan demikian H0 diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa model penelitian tidak mengalami masalah
autokorelasi.
4. Uji Heteroskedastisitas
Sunyoto dalam Iim Qo’imuddin, suplemen 3 menyebutkan, dalam
persamaan regresi berganda juga perlu diuji mengenai sama atau tidaknya
varians dari residual observasi yang satu dengan observasi yang lain.
67 Iim Qo’imuddin. Suplemen . doc. (T.tT.p.T.th), h.4
68 J.Supranto.Ekonometri, h.105
98
Gambar 4.3.
Hasil Uji Heteroskedastistisitas dengan Grafik Scatterplot
Berdasarkan gambar 4.3 grafik scatterplot di atas, bila pada sumbu
Y (Regression Standardized Predicted Value) ditarik sebuah garis lurus
pada nilai nol (0) maka dapat terlihat bahwa titik (dot) menyebar di sekitar
garis lurus tersebut dan tidak membuat pola tertentu seperti pola
melingkar, menyempit, melebar atau bergelombang. Dengan demikian
memenuhi asumsi klasik yaitu data homoskedastis (seragam).
Rumusan Hipotesis
H0 : Tidak ada pengaruh antara rata-rata pendapatan nasabah sebelum
pembiayaan, pokok angsuran dan margin (secara bersama-sama)
terhadap rata-rata pendapatan nasabah setelah pembiayaan.
Ha: Terdapat pengaruh antara rata-rata pendapatan nasabah sebelum
pembiayaan, pokok angsuran dan margin (secara bersama-sama)
terhadap rata-rata pendapatan nasabah setelah pembiayaan.
99
Kriteria pengujian hipotesis :
Uji F: Untuk menguji hipotesis secara keseluruhan
1. Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak, Ha diterima.
2. Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima, Ha ditolak.
Atau dengan melihat nilai signifikasi level (sig.) dengan ketentuan
jika nilai sig.< 0,05 maka H0 ditolak, menerima Ha.69
C. Analisis Regresi Linear Berganda
1. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Analisis regresi linier berganda ini menggunakan alat bantu berupa
software SPSS 17.0. Dengan menggunakan SPSS 17.0, didapat hasil
sebagai berikut:
Tabel 4.35.
Hasil Uji Koefisien Determinasi dengan Model Summary
R R Square Adjust R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
0,998 0,995 0,995 9,58987 2,103
Tabel 4.35 di atas selain digunakan untuk mengetahui gejala
autokorelasi, juga digunakan untuk mengetahui korelasi semua variabel
bebas terhadap variabel terikat.
Hasil Uji Determinasi di atas, korelasi di antara variabel bebas
secara bersama-sama dengan variabel terikat dapat dijelaskan dengan nilai
R, yaitu sebesar 0,998 atau dengan kata lain, korelasi antara variabel bebas
69 Iim Qo‟imuddin. Suplemen 2.pdf. (T.t. T.p. T.th.), h.9.
100
secara bersama-sama dengan variabel terikat adalah sebesar 99,8% dan
dengan demikian, berdasarkan tabel interpretasi koefisien korelasi dapat
dikatakan memiliki korelasi yang sangat kuat.
Sedangkan Adjusted R squere pada tabel model summary diatas
adalah 0,995 yang menunjukkan bahwa variabel bebas secara bersama-
sama memiliki pengaruh 99,5% dikarenakan terdapat variabel bebas yang
berpengaruh besar terhadap variabel terpengaruh yaitu variabel pendapatan
nasabah sebelum pembiayaan.
2. Analisis Pengaruh Secara Simultan (Uji F)
Pengujian secara simultan dilakukan dengan menggunakan uji F.
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen
dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel
depende. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan
menolak H0, sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka
H0 diterima dan menolak Ha. Tabel berikut menggambarkan hasil uji
statistik F.
Tabel 4.36.
Analysis Of Variance (ANOVA)
Model Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig
Regression 692466,355 4 173116,589 1882,406 0,000
Residual 3218,796 35 91,966
Total 695685, 151 39
Sumber: Data Primer yang diolah
101
Pada tabel ANOVA di atas nilai F dan Sig. dapat digunakan untuk
menguji hipotesis yang telah disebutkan sebelumnya, rumusan hipotesis
yaitu :
H0: Tidak ada pengaruh rata-rata pendapatan nasabah sebelum
pembiayaan, besar pembiayaan, pokok angsuran dan margin
(secara bersama-sama) terhadap rata-rata pendapatan nasabah
setelah pembiayaan.
Ha : Terdapat pengaruh antara rata-rata pendapatan nasabah sebelum
pembiayaan, besar pembiayaan, pokok angsuran dan margin
(secara bersama-sama) terhadap rata-rata pendapatan nasabah
setelah pembiayaan.
Berdasarkan data diatas, nilai F hitung adalah 1882,406 dengan
signifikasi 0,000. Karena signifikasi lebih kecil daripada 0,05 maka dapat
dikatakan bahwa pendapatan sebelum pembiayaan, besar pembiayaan,
pokok angsuran dan margin mempunyai pengaruh secara simultan
terhadap pendapatan setelah pembiayaan.
3. Analisis Pengaruh Secara Parsial (Uji t)
Uji Statistik t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap
variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikasi 0,05. Jika nilai
probability t lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan H0 ditolak, jika
102
nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan Haditolak.
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil uji statistik t:
Tabel 4.37.
Coefficients Regresi
Tabel coefficients di atas, selain berfungsi untuk mengetahui
apakah ada gejala multikolinearitas juga berfungsi untuk membuat model
regresi dan mengetahui dominasi masing-masing variabel bebas terhadap
variabel terikat. Membuat model regresi :
Pada tabel 4.37. coefficients di atas pada kolom B, menjelaskan
koefisien masing-masing variabel, yaitu:
Konstan = 25,060
Rata-rata pendapatan nasabah sebelum pembiayaan = 0,981
Besar pembiayaan = 0,163
Pokok angsuran = -1,970
Margin yang ditetapkan bank = -9,017
Dengan demikian, model regresi dari pembiayaan mikro ini adalah:
B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF
(Constant) 25,060 3,057 8.199 0,000
Pendapatan
nasabah sebelum
pembiayaan
0,981 0,019 0,956 52.995 0,000 0,406 2.463
Besar
pembiayaan
0,163 0,025 0,118 6.501 0,000 0,401 2.495
Pokok angsuran -1,970 0,536 -0,067 -3.676 0,001 0,393 2.543
Margin -9,017 2,860 -0,043 -3.153 0,003 0,713 1.402
Sumber: Data Primer yang diolah
103
Y = 25,060+0,981X1+0,163X2-1,970X3-9,017X4
Keterangan :
Y : Rata-rata pendapatan nasabah setelah pembiayaan
X1 : Rata-rata pendapatan nasabah sebelum pembiayaan
X2 : Besar pembiayaan
X3 : Pokok angsuran
X4 : Margin
Dari persamaan regresi tersebut dapat dilihat bahwa variabel
pendapatan usaha nasabah sebelum pembiayaan (X1) mempunyai
koefisien sebesar 0,981 dan besar pembiayaan (X2) mempunyai koefisien
sebesar 0,163. Besarnya koefisien tersebut menunjukkan pengaruh positif
yang berarti semakin tinggi pendapatan usaha nasabah sebelum
pembiayaan dan besar pembiayaan yang diajukan maka akan semakin
tinggi juga pendapatan usaha nasabah setelah pembiayaan (Y).
Besarnya koefisien X3 sebesar -1,970 menunjukkan bahwa adanya
hubungan negatif antara X3 terhadap Y. Hubungan yang negatif tersebut
menunjukkan apabila Pokok Angsuran mengalami peningkatan maka
Rata-Rata Pendapatan Nasabah Setelah Pembiayaan mengalami penurunan
atau sebaliknya apabila Pokok Angsuran mengalami penurunan maka,
Rata-Rata Pendapatan usaha Nasabah Setelah Pembiayaan mengalami
peningkatan.
Pokok angsuran memiliki nilai koefisien regresi sebesar -1,970
menunjukkan bahwa jika Pokok Angsuran mengalami kenaikan sebesar
104
satu satuan maka akan mengurangi Rata-Rata Pendapatan Nasabah Setelah
Pembiayaan sebesar 1,970% dengan asumsi variabel lain bernilai konstan
atau tetap.
Besarnya koefisien X4 sebesar -9,017 menunjukkan bahwa adanya
hubungan negatif antara X4 terhadap Y. Hubungan yang negatif
menunjukkan apabila margin yang ditetapkan bank mengalami
peningkatan maka Rata-Rata Pendapatan Nasabah Setelah Pembiayaan
mengalami penurunan atau sebaliknya apabila margin yang ditetapkan
bank mengalami penurunan maka Rata-Rata Pendapatan Nasabah Setelah
Pembiayaan mengalami peningkatan. Hasil penelitian mengindikasikan
bahwa margin memiliki kontribusi yang sangat besar dan pengurang dari
pendapatan nasabah.
Margin memiliki nilai koefisien regresi sebesar -9,017
menunjukkan bahwa jika margin mengalami kenaikan sebesar satu satuan
maka akan mengurangi Rata-Rata Pendapatan Nasabah Setelah
Pembiayaan sebesar 9,017% dengan asumsi variabel lain bernilai konstan
atau tetap.
Hasil penelitian mengindikasikan bahwa besar atau kecilnya pokok
angsuran dan margin nasabah tidak menjamin terjadinya peningkatan
pendapatan usaha nasabah karena ada faktor lain yang mempengaruhi
pendapatan usaha nasabah seperti sulit atau tidaknya memperoleh bahan
baku untuk memproduksi barang ada atau tidaknya persaingan yang
semakin ketat dan dari faktor kemampuan nasabah itu sendiri dalam
105
melakukan inovasi usahanya serta sesuai atau tidaknya nasabah dalam
menggunakan maupun mengelola dana pembiayaan.
4. Perhitungan Rasio Efektivitas
Berdasarkan hasil wawancara responden diketahui bahwa dari 40
nasabah yang dijadikan responden, terdapat 3 orang responden yang
pendapatan usahanya menurun setelah memperoleh pembiayaan. Sehingga
diperoleh perhitungan sebagai berikut:
( )
= 92,5%
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus rasio
efektivitas diperoleh nilai koefisien efektivitas sebesar 92,5%. Hal ini
menunjukkan bahwa produk pembiayaan mikro pada Bank BRI Syariah
Jatiwaringin sangat efektif dalam perkembangan usaha nasabah. Sehingga
penelitian ini sesuai dengan teori Mahmudi yang menjelaskan bahwa
pembiayaan dapat dikatakan efektif apabila hasil realisasi hitung lebih
besar dari target yang ditentukan. Dimana kriteria nilai rasio adalah 0%-
106
25% (rendah sekali), 25%-50% (rendah), 50%-75% (sedang) dan 75%-
100% (tinggi).70
70
Mahmudi. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. (Yogyakarta : UPP STIM YKPN)
h.285
107
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Program pembiayaan mikro yang terdapat pada PT Bank BRI
Syariah KCP Jatiwaringin termasuk efektif dalam meningkatkan
pendapatan usaha nasabah. Ini didapat dari data yang di peroleh, dikelola,
dan dianalisis dengan perhitungan manual maupun dengan bantuan SPSS
17.0 for windows. Teknik analisis perhitungan manual menggunakan
perhitungan frekuensi relatif, mean, standar deviasi. Sedangkan analisis
regresi linear berganda menggunakan bantuan program SPSS 17.0 for
windows.
Perhitungan menggunakan frekuensi relative, mean dan standar
deviasi digunakan untuk mengetahui penilaian nasabah penerima
pembiayaan mikro pada PT Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin terhadap
efektivitasnya. Sedangkan perhitungan dengan menggunakan teknik
analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui faktor-faktor
apa saja selama proses pembiayaan yang mempengaruhi penghasilan
nasabah. Dengan demikian, kesimpulannya adalah:
1. Dari perhitungan standar deviasi, didapatkan hasil nilai 1,483
(pembulatan hingga 3 angka decimal) sebagai acuan atau standar
efektivitas pembiayaan mikro berdasarkan persepsi nasabah.
Selanjutnya menggunakan mean dari tiap kelompok pernyataan
107
108
sebagai perbandingan dengan nilai standar deviasi. Ketentuannya
adalah jika mean > standar deviasi, maka dapat dikatakan efektif dan
jika mean < standar deviasi, maka dapat dikatakan tidak efektif. Secara
umum, mean dari tiap kelompok pernyataan bernilai lebih besar dari
standar deviasi, dengan demikian dapat dikatakan efektif.
2. Berdasarkan perhitungan menggunakan analisis regresi linear
berganda, terdapat empat faktor yang berpengaruh besar terhadap
pendapatan nasabah setelah memperoleh pembiayaan. Dari persamaan
regresi tersebut dapat dilihat bahwa variabel pendapatan nasabah
sebelum pembiayaan (X1) mempunyai koefisien sebesar 0,981 dan
variabel besar pembiayaan (X2) mempunyai koefisien sebesar 0,163.
Besarnya koefisien tersebut menunjukkan pengaruh positif yang berarti
semakin tinggi pendapatan usaha nasabah sebelum pembiayaan dan
besar pembiayaan maka akan semakin tinggi juga pendapatan usaha
nasabah setelah pembiayaan (Y). Sedangkan koefisien pokok angsuran
sebesar -1,970 dan koefisien margin -9,017 menunjukkan pengaruh
negatif yang berarti akan berbanding terbalik dengan peningkatan
pendapatan usaha nasabah setelah pembiayaan (Y). Pokok angsuran
berbanding terbalik dengan peningkatan pendapatan usaha setelah
pembiayaan artinya semakin besar pokok angsuran yang dibebankan
kepada nasabah semakin sedikit uang yang akan dikembangkan atau di
putar untuk modal kembali, karena nasabah yang harus membayar
angsuran yang terlalu besar, karena ada faktor lain yang
109
mempengaruhi pendapatan usaha seperti sulit atau tidaknya
memperoleh bahan baku untuk memproduksi barang, ada atau tidaknya
persaingan yang semakin ketat dan faktor dari kemampuan nasabah itu
sendiri dalam melakukan inovasi usahanya, serta sesuai atau tidaknya
nasabah dalam menggunakan maupun mengelola dana pembiayaan
yang ada. Selain itu margin juga berpengaruh negatif terhadap
peningkatan pendapatan nasabah.
3. Berdasarkan tabel model summary diatas nilai Adjusted R squere
adalah 0,955 yang menunjukkan bahwa variabel bebas secara bersama-
sama memiliki pengaruh 95,5% dikarenakan terdapat satu variabel
yang berpengaruh besar terhadap variabel terpengaruh yaitu
Variabel pendapatan sebelum pembiayaan.
4. Secara keseluruhan, pendapatan nasabah setelah memperoleh
pembiayaan mikro oleh Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin
mengalami peningkata sebesar 63,54%. Terbukti dari 40 nasabah
pembiayaan mikro, hanya terdapat 3 nasabah yang mengalami
penurunan pendapatan. Dengan demikian, program pembiayaan mikro
pada Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin dapat dikatakan efektif
karena telah berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan nasabah.
110
B. SARAN
Adapun saran dari peneliti berdasarkan temuan yang ada, yaitu :
1. Bagi PT Bank BRI Syariah diharapkan dapat lebih mengembangkan
pembiayaan khususnya pembiayaan untuk sektor mikro mengingat sektor
mikro berkontribusi besar terhadap perekonomian masyarakat secara real.
Diharapkan pula untuk dapat memberikan margin seringan mungkin agar
tidak terlalu membebani nasabah demi kelangsungan dan perkembangan
usaha nasabah sector mikro demi memperbesar pangsa pasar yang dapat
diraih dalam pembiayaan mikro.
2. Bagi masyarakat umum, agar mempersiapkan segala hal sebaik mungkin
sehingga mengerti tata cara dan persyaratan dalam KUR atau pembiayaan
usaha mikro sejemin dengan memperbanyak informasi tentang
pembiayaan usaha mikro atau KUR melalui media massa. Selain itu
diharapkan pula kesadaran penuh dari pihak nasabah dalam pembayaran
angsuran sehingga tidak merugikan pihak bank.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk menggunakan lebih banyak
Bank untuk dapat membandingkan efektivitasnya. Penelitian ini
membatasi pengamatan selama lima belas bulan yaitu dari bulan April
2015 sampai dengan Juni 2016, sehingga masih perlu diuji validitasnya
untuk tahun-tahun mendatang dan untuk penelitian selanjutnya diharapkan
untuk memasukkan faktor-faktor eksternal lainnya.
111
DAFTAR PUSTAKA
Alfiah. 2010. “Efektivitas Pendampingan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta
Insan Karimah Dalam Menunjang Keberhasilan Usaha Debitur”. Skripsi
S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Amalia, Euis. 2009. Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam : Penguatan
Peran Lkm dan Ukm Di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.
Anshori, Abdul Ghofur. 2007. Perbankan Syariah di Indonesia. Cet. I.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta:
Gema Insani.
Arifin, Zainul. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Cet.4. Jakarta:
Pustaka Alvabet.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Cet.14. Jakarta: Rineka Cipta.
Ascarya. 2007. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Boediono dan Wayan Koster.2001. Teori dan Aplikasi Statistika dan Probabilitas.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Farihah, Ipah. 2006. Buku Pandungan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Jakarta: UIN Jakarta Press.
Handoko,T. Hani. 1998. Manajemen. Ed. II. Yogyakarta: BPFE.
112
Hidayat,Y. 2005. Efektivitas Pembiayaan Pola Bagi Hasil Pada BMT Keponteren
Hubbul Wathan. Skripsi pada Departemen Sosial Ekonomi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Karim, Adiwarman A. 2013. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Ed. IV.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada..
Mardani. 2012. Fiqh Ekonomi Syariah. Jakarta: Kencana.
Muhamad. 2014. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam: Pendekatan Kuantitatif.
Jakarta: Rajawali Pers PT RajaGrafindo Persada.
Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Qo’immudin, Iim. Bahan Ajar Mata Kuliah Statistik 2. Suplemen 2.pdf. T.t. T.p.
T.th.
Rochaety, Ety dkk. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis Dengan Aplikasi SPSS.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
Santosa, Purbayu Budi dan Hamdani, Muliawan. 2007. Statiska Deskriptif Dalam
Bidang Ekonomi dan Niaga. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sevilla, Consuello G. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UII Press.
Soeratno dan Arsyad, Lincolin. 2003. Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan
Bisnis. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) Akademi
Manajemen Perusahaan.
Soeharsono, Sagir. 2007. Masalah Ekonomi Indonesia. Bandung: Angkasa.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
113
Sujarweni, Wiratna. 2014. SPSS Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
Sujadi F.X,o&M. 1990. Penunjang Berhasilmya Proses Manajamen. Jakarta:
CV.Mas Agung.
Sumitro, Djojohadikusumo. 1990. Sejarah Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1997. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Ed. 2. Cet. 9. Jakarta: Balai Pustaka.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah.
Widayat. 2004. Metode Penelitian Pemasaran. Malang: UMM.
Winardi. 2001. Pengantar Ekonomi. Jakarta: Gahlia Indonesia.
Yaya, Rizal,dkk. 2009. Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik
Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.
Jurnal
Ascarya, dan D. Yumanita. 2005. Mencari Solusi Rendahnya Pembiayaan Bagi
Hasil di Perbankan Syariah Indonesia. Jurnal Perbankan Syariah, Volume
20, No. 4. September.
Berry, A. E.Rodriquez. dan H.Sandeem. 2001.”Smaal and Medium Enterprises
Dynamics in Indonesia”.Bulletin of Indonesian Economic Studies 37 (3).
Paul E.Mott. 1972.”The Characteristics of Effektivitas Organization” New York:
Halper and Row.
114
Internet
http://www.depkop.go.id/berita-informasi/data-informasi/data-umkm diakses pada
4 Juni 2016.
http://www.brisyariah.co.id/pembiayaan-mikro diakses pada 4 Juni 2016.
Data Statistik Perbankan Syariah Januari 2015 dari
http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/statistik-
perbankan-syariah/Pages/statistik-perbankan-syariah-januari-2015.aspx di
akses pada 7 Juni 2016
LAMPIRAN
Lampiran
KUESIONER PENELITIAN
EFEKTIVITAS PRODUK PEMBIAYAAN MIKRO PRODUKTIF
PADA NASABAH BANK BRI SYARIAH PONDOK GEDE
Kuesioner ini digunakan sebagai alat pengambilan data yang menjadi bahan dalam rangka
penyusunan Skripsi oleh Nanda Pipit Nurjannah, Mahasiswi Perbankan Syariah,
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Mohon Bapak/Ibu memberikan
jawaban dengan sejujur-jujurnya dan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Pengisian yang
jujur dan obyektif sangat membantu dalam penelitian ini. Terima kasih atas kesediaan
Bapak/Ibu.
Pilihlah salah satu jawaban yang tersedia dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban
yang Anda anggap paling benar.
I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
a. Pria
b. Wanita
4. Pendidikan Terakhir :
a. Tidak Sekolah e. Diploma (D2, D3)
b. SD/MI f. Sarjana (S1)
c. SMP/MTs g. Magister (S2)
d. SMA/MA/SMK h. Doktor (S3)
5. Pekerjaan/ profesi utama :
a. Pelajar/ Mahasiswa d. Guru
b. Pegawai Negeri e. Pedagang
c. Karyawan Swasta f. Lainnya
II. Karakteristik Usaha Responden dan Dampak Pembiayaan Terhadap Perkembangan
Usaha.
Petunjuk Pengisian:
a. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jujur dan benar.
b. Bacalah terlebih dahulu pertanyaan dengan cermat sebelum Anda mulai menjawabnya.
c. Pilihlah salah satu jawaban pada soal pilihan ganda yang tersedia dengan memberi
tanda silang (X) pada jawaban yang Anda anggap paling benar.
d. Jawabalah pertanyaan yang bertanda (*) dengan jawaban yang sesuai dengan kondisi
yang anda alami.
e. Semua jawaban yang Anda berikan bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk data
penelitian.
f. Atas kesediaan Anda untuk mengisi angket ini terlebih dahulu saya ucapkan terima
kasih.
Pertanyaan :
1. Apa bidang usaha yang anda tekuni?
a. Perdagangan (pedagang warung, pedagang asongan, pedagang kaki lima, pedagang
pasar)
b. Konveksi (penjahit, pembuat pakaian, tailor)
c. Percetakan
d. Kuliner (pembuat kue, masakan, makanan ringan, pemilik restoran/rumah makan)
e. Elektronik (reparasi alat elektronik, warnet/rental komputer, jual voucer/pulsa isi
ulang)
f. Lainnya, sebutkan:
2. Sudah berapa lama anda menekuni bidang usaha tersebut?*
3. Berapa rata-rata pendapatan/omzet anda tiap bulan dari usaha yang anda tekuni sebelum
mendapatkan pembiayaan?*
4. Berapa besar pembiayaan yang anda dapatkan dari BRI Syariah?* Rp.
5. Berapa pokok angsuran/cicilan perbulan yang harus anda bayarkan?* Rp.
6. Berapa persen margin bagi hasil per bulan yang ditetapkan antara anda dengan pihak
bank*?........................%
7. Berapa rata-rata pendapatan atau omzet anda tiap bulan dari usaha yang ditekuni setelah
mendapat pembiayaan?* Rp.
8. Berapa lama jangka waktu pelunasan pembiayaan yang disepakati?
a. 12 bulan (1 tahun) e. 60 bulan (5 tahun)
b. 24 bulan (2 tahun) f. Lainnya, sebutkan :
c. 36 bulan (3 tahun)
9. Apakah dalam pembiayaan terdapat jaminan yang harus anda berikan?
a. Ya
b. Tidak (jika tidak terdapat jaminan langsung ke nomer 11)
10. Jika dalam pembiayaan terdapat jaminan, berapa nilai nominal jaminan yang anda berikan?*
Rp.
11. Apa tujuan anda dalam melakukan pembiayaan?
a. Investasi (penambahan modal untuk rehabilitasi/perbaikan tempat usaha, perluasan
usaha, pendirian usaha baru)
b. Modal kerja (menambah modal untuk kelangsungan usaha, penambahan stock
barang, membayar gaji pegawai, membayar sewa tempat usaha)
c. Lainnya, sebutkan:
12. Apa akad yang digunakan dalam akad tersebut?*
13. Bagaimana dampak pembiayaan mikro Bank BRI Syariah terhadap perkembangan usaha
anda dari segi pendapatan/omset tiap bulan*?
Sebelum dapat pembiayaan Setelah Dapat Pembiayaan
Pendapatan/ Omzet tiap
bulan
Rp. Rp.
III. Tanggapan Responden Mengenai Pembiayaan Mikro Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin
1. Berikut ini adalah beberapa pernyataan tentang modal usaha nasabah
*(beri tanda √ pada kolom jawaban yang tersedia)
Keterangan
STS : Sangat Tidak Setuju (sangat tidak sesuai dengan kondisi yang dialami) = 1
TS : Tidak Setuju (tidak sesuai dengan kondisi yang dialami) = 2
R : Ragu - Ragu (tidak yakin dengan kondisi yang dialami) = 3
S : Setuju (sesuai dengan kondisi yang dialami) = 4
SS : Sangat Setuju (sangat sesuai dengan kondisi yang dialami) = 5
NO Pertanyaan STS TS R S SS
1 Persyaratan dalam mengajukan pembiayaan mudah
untuk anda penuhi
2 Tahap dalam mengajukan pembiayaan di Bank BRI
Syariah mudah dan tidak panjang atau tidak lama
waktunya
3 Biaya administrasi untuk mendapatkan pembiayaan
tergolong ringan
4 Dana pinjaman dari Bank BRI Syariah digunakan
untuk Modal kerja (pembelian stock barang
dagangan, membayar gaji karyawan)
5 Pengelolaan modal usaha sesuai dengan kaidah
bisnis
6 Pembiayaan yang diberikan Bank BRI Syariah
sesuai dengan kebutuhan usaha anda
7 Besar pembiayaan untuk usaha yang anda terima
dari Bank BRI Syariah mencukupi kebutuhan usaha
anda
8 Anda dapat memenuhi semua kebutuhan
pengembangan usaha dan masih terdapat sisa uang
dari pembiayaan yang didapat
9 Omzet penjualan cukup untuk melunasi angsuran
setiap bulan
10 Pendapatan usaha meningkat setelah mendapat
pembiayaan di Bank BRI Syariah
11 Margin atau persen bagi hasil usaha yang
ditentukan oleh Bank BRI Syariah tergolong
ringan/tidak memberatkan
12 Pembagian keuntungan antara anda dengan BRI
Syariah tidak merugikan anda
13 Anda masih mendapatkan keuntungan dari usaha
setelah bagi hasil dengan Bank BRI Syariah
14 Pembiayaan mikroBank BRI Syariah meningkatkan
jumlah persediaan bahan baku atau peningkatan
jasa
15 Adanya kenaikan jumlah konsumen atau pembeli
setelah mendapatkan pembiayaan mikro di Bank
BRI Syariah
16 Jangka waktu pelunasan yang diberikan oleh Bank
BRI Syariah tergolong lama sehingga memudahkan
anda membayar angsuran/cicilan
17 Anda dapat membayar angsuran sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan/tepat waktu membayar
angsuran
18 Anda tidak pernah mengalami keterlambatan
membayar angsuran/cicilan
19 Anda tidak pernah membayar denda keterlambatan
cicilan/angsuran
20 Kemampuan anda membayar angsuran semakin
besar
21 Pokok angsuran/cicilan yang harus anda bayarkan
tergolong ringan
22 Pokok angsuran/cicilan yang harus anda bayarkan
tidak mengganggu perkembangan usaha anda
23 Selama membayar angsuran/cicilan anda masih
dapat memenuhi kebutuhan yang lain
24 Fasilitas pembiayaan dari Bank BRI Syariah
mempunyai manfaat bagi perkembangan usaha
anda.
25 Tingkat pendapatan/omzet dari usaha anda
meningkat setelah mendapatkan pembiayaan dari
Bank BRI Syariah
26 Setelah mendapatkan pembiayaan dari Bank BRI
Syariah, keuntungan yang anda dapat
dari usaha yang ditekuni meningkat
27 Program pembiayaan mikro membantu
memperbaiki kondisi perekonomian nasabah
28 Kesejahteraan hidup anda dan keluarga meningkat
seiring dengan perkembangan usaha anda
Lampiran 2: Data angket persepsi nasabah (skala likert)
Semi Skala likert:
1 = Sangat Tidak Setuju (STS)
2 = Tidak Setuju (TS)
3 = Ragu-ragu (R)
4 = Setuju (S)
5 = Sangat Setuju (SS)
Standar Deviasi
X F F.X 𝑋=Σ(F.X)/ΣF X - X (X-X)2 F.(X-X)2
1 40 40 3 -2 4 160
2 40 80 -1 1 40
3 40 120 1 1 40
4 40 160 1 1 40
5 40 200 2 4 160
Jumlah 200 600 440
Variance (𝛿2) = ( )
= 2,2
Standar deviasi (𝛿) = √ = 1,483 (pembulatan hingga 3 angka decimal)
Lampiran 3: Regresi Berganda
Variables Entered/Removed
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 Margin, Besar
pembiayaan,
Pendapatan
nasabah
sebelum
pembiayaan,
Pokok angsurana
. Enter
a. All requested variables entered.
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .998a .995 .995 9.58987 .995 1882.406 4 35 .000 2.103
a. Predictors: (Constant), Margin, Besar pembiayaan, Pendapatan nasabah sebelum pembiayaan, Pokok angsuran
b. Dependent Variable: Pendapatan nasabah setelah pembiayaan
Uji Simultan (F test)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 692466.355 4 173116.589 1882.406 .000a
Residual 3218.796 35 91.966
Total 695685.151 39
a. Predictors: (Constant), Margin, Besar pembiayaan, Pendapatan nasabah sebelum pembiayaan,
Pokok angsuran
b. Dependent Variable: Pendapatan nasabah setelah pembiayaan
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 25.060 3.057 8.199 .000
Pendapatan nasabah sebelum
pembiayaan
.981 .019 .956 52.995 .000 .406 2.463
Besar pembiayaan .163 .025 .118 6.501 .000 .401 2.495
Pokok angsuran -1.970 .536 -.067 -3.676 .001 .393 2.543
Margin -9.017 2.860 -.043 -3.153 .003 .713 1.402
a. Dependent Variable: Pendapatan nasabah setelah pembiayaan
Histogram. Kurva Normal, Scatterplot
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan masalah mendasar yang dihadapi oleh
banyak negara di dunia terutama negara-negara berkembang seperti
Indonesia. Kondisi kemiskinan Indonesia semakin parah akibat krisis
ekonomi pada tahun 1998. Namun ketika pertumbuhan ekonomi yang
sempat menurun akibat krisis dapat teratasi dan dapat dipulihkan,
kemiskinan tetap saja sulit untuk ditanggulangi. Salah satu prasyarat
keberhasilan penuntasan kemiskinan adalah dengan cara mengidentifikasi
kelompok sasaran dan wilayah sasaran dengan tepat. Program penuntasan
dan pemulihan nasib orang miskin tergantung dari langkah awal yaitu
ketetapan mengidentifikasi siapa yang dikatakan miskin dan dimana dia
berada. Aspek di mana “si miskin” dapat ditelusuri melalui si miskin itu
sendiri serta melalui pendekatan-pendekatan profil wilayah atau karakter
geografis.1
Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah penduduk
miskin per september 2015 menunjukkan angka 28,51 juta jiwa atau
bertambah 780 ribu orang dibanding September 2014 yang sebesar 27,73
juta orang. Padahal standar yang diterapkan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS) masih jauh di bawah standar penduduk miskin Bank Dunia yang
1 Sagir Soeharsono, Masalah Ekonomi Indonesia. (Bandung: Angkasa, 2007) h.127
2
berstandar pada konsep Purchasing Power Purity yaitu masyarakat yang
penghasilannya dibawah 2 dolar perhari. Sementara standar penduduk
miskin BPS adalah penduduk yang penghasilannya di bawah Rp211.000
per bulan.2
Salah satu upaya penanggulangan kemiskinan adalah dengan
memutus mata rantai kemiskinan melalui pemberdayaan kelompok dengan
pengembangan microfinance, yakni suatu model penyediaan jasa
keuangan bagi masyarakat yang memiliki usaha pada sector paling kecil
yang tidak dapat mengakses bank karena berbagai keterbatasannya.3 Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok pelaku
ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan terbukti mampu
menciptakan peluang kerja yang cukup besar bagi tenaga kerja dalam
negeri, sehingga sangat membantu dalam upaya mengurangi
pengangguran. Karena kinerja UKM cenderung lebih baik dalam
mengahasilkan tenaga kerja yang produktif, sebagai bagian dari
dinamikanya UKM sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui
investasi dan perubahan teknologi dan sering diyakini bahwa UKM
memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas daripada usaha besar.4
Tabel 1.1. menunjukkan peningkatan perkembangan usaha mikro,
kecil, menengah, dan besar di Indonesia.
2 Berita Resmi Statistik diakses pada tanggal 20 januari 2016 dari http://www.bps.go.id 2 Euis Amalia. Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam: Penguatan Peran Lkm dan Ukm Di
Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.2. 4 Berry, A,E.Rodriquez, dan H.Sandeem,”Smaal and Medium Enterprises Dynamics in Indonesia”,
Bulletin of Indonesian Economic Studies 37 (3), 2001, hlm.363-384 dalam Euis Amalia Keadilan Distributif
Dalam Ekonomi Islam: Penguatan Peran Lkm dan Ukm Di Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.9.
3
Tabel 1.1.
Data Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Besar
Periode Tahun 2012 – 2013
No. Kelompok
Usaha
Tahun 2012 Tahun 2013
Jumlah (Unit)
Presentase (%)
Jumlah (Unit)
Presentase (%)
1 Usaha Mikro
(UMi)
55.856.176 98,79 57.189.393 98,77
2 Usaha Kecil
(UK)
629.418 1,11 654.222 1,13
3 Usaha Menengah (UM)
48.997 0,09 52.106 0,09
4. Usaha Besar
(UB)
4.968 0,01 5.066 0,01
Sumber :Depkop 2016
Tabel 1.1. Terlihat perkembangan UMKM di tahun 2012-2013
dengan selisih jumlah 1.333.217 di unit Usaha Mikro (UMi), 24.803 di
unit Usaha Kecil (UK), 3.110 di unit Usaha Menengah (UM), dan 98 di
unit Usaha Besar (UB).5 Hingga saat ini dari jumlah 48,9 juta pelaku usaha
di Indonesia, 99.98% merupakan UMKM dan sektor ini menyerap
sebanyak 85.4 juta lebih tenaga kerja atau menyangga 96.18% dari total
jumlah pekerja di Indonesia.
Namun UMKM masih menghadapi berbagai masalah antara lain
rendahnya kualitas SDM dan produktifitas, kesulitan akses terhadap pasar
teknologi dan informasi, serta dalam hal permodalan. Selain itu kelompok
masyarakat miskin di Indonesia adalah mayoritas muslim dan bekerja
disektor Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) yang bersifat
informal. Kelompok ini masih menerapkan manajemen tradisonal dan
dinilai belum bankable sehingga untuk dapat mengakses permodalan
dibutuhkan lembaga keuangan alternatif. Lembaga keuangan alternatif
5 http://www.depkop.go.id/berita-informasi/data-informasi/data-umkm/
4
adalah lembaga pendanaan yang mengakar di tengah-tengah masyarakat,
dimana proses penyaluran dananya dilakukan secara sederhana, murah,
dan cepat dengan prinsip keberpihakan kepada masyarakat kecil dan
berasaskan keadilan. Walaupun lembaga keuangan Mikro Syariah telah
banyak berkembang di Indonesia karena dianggap mampu menanggulangi
masalah permodalan yang di alami pengusaha kecil mikro. Pemerintah
telah membuat kebijakan yang mendukung pertumbuhan sektor usaha
mikro yaitu dengan mengeluarkan program berupa Kredit Usaha Rakyat
(KUR) bagi masyarakat yang ingin membuka atau memulai usaha
khususnya di sektor usaha mikro. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR)
dilaksanakan oleh bank-bank pemerintah seperti Bank Rakyat Indonesia
Syariah yang mempunyai misi mengembangkan sektor UMKM dengan
kemudahan akses permodalan yang diberikan.
Produk pembiayaan mikro BRI Syariah dibagi atas tiga kategori
yaitu: Mikro 25iB dengan plafon batas mulai Rp5 juta sampai dengan 25
juta tanpa jaminan, Mikro 75iB dengan plafon batas mulai Rp5 juta
sampai dengan Rp75 juta dengan agunan dan Mikro 500iB dengan plafon
lebih dari 75 juta sampai dengan Rp 500 juta.6 Ketiga kategori tersebut
dilakukan dengan skema jualbeli (Murabahah). Diharapkan melalui
program tersebut UMKM di Indonesia memiliki akses tetap dalam
memperoleh permodalan karena tanpa akses yang tetap pada lembaga
keuangan alternatif maka hamper seluruh rumah tangga miskin akan
menggantungkan pembiayaan pada kemampuan sendiri yang sangat
6 http://www.brisyariah.co.id/pembiayaan-mikro
5
terbatas atau pada kelembagaan keuangan informal yang membatasi
kelompok miskin untuk berpartisipasi dan mendapat manfaat dari kegiatan
pembangunan.
Bank BRI Syariah sebagai salah satu Bank Nasional yang
menyediakan layanan untuk mendukung dunia usaha. Terutama bagi
kalangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Pembiayaan mikro
adalah pembiayaan bersifat produktif kepada nasabah/calon nasabah
perorangan/badan usaha. Pembiayaan Mikro BRI Syariah menyediakan
pinjaman kepada pelaku usaha kecil sesuai dengan ketentuan yang berlaku
yakni pinjaman dapat diberikan untuk usaha-usaha yang jelas dan dikelola
oleh pelaku usaha yang baik dan pihak BRI Syariah sebagai penyedia
modal akan melakukan survei dengan penilaian kepada calon peminjam
terhadap prospek usaha yang dilakukan. Produk pembiayaan mikro BRI
Syariah ini bertujuan untuk membantu mengembangkan kondisi ekonomi
masyarakat menjadi lebih baik.7
7 www.brisyariah.co.id
6
Tabel 1.2.
Perkembangan Kelembagaan Perbankan Syariah
(Per Juni 2015)
Kelompok
Bank
Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
BUS 3 3 5 6 11 11 11 11 12 12
UUS 20 26 27 25 23 24 24 23 22 22
BPRS 105 114 131 138 150 155 158 163 163 161
Sumber : Statistik Perbankan Syariah 2015
Tabel 1.2. Menunjukkan perkembangan bank syariah berdasarkan
statistik perbankan syariah dari tahun ke tahun secara kuantitas,
pencapaian perbankan syariah sungguh membanggakan dan terus
mengalami peningkatan dalam jumlah bank. Jika pada tahun 2005
berdasarkan data statistik perbankan syariah yang dipublikasikan oleh
Bank Indonesia hanya ada 3 Bank Umum Syariah, 19 Unit Usaha Syariah
dan 92 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, maka pada 2015 jumlah bank
syariah telah mencapai 34 unit yang terdiri atas 12 BUS dan 22 UUS.
Selain itu, jumlah BPRS telah mencapai 161 unit pada periode yang
sama.8
Bank Umum Syariah (BUS) merupakan Bank Syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Berfungsi
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang meliputi:
Tabungan berdasarkan prinsip wadiah atau mudharabah, Deposito
berjangka berdasarkan prinsip mudharabah. Melakukan penyaluran dana
8Data Statistik Perbankan Syariah Januari 2015 dari http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-
statistik/statistik-perbankan-syariah/Pages/statistik-perbankan-syariah-januari-2015.aspx
7
melalui: Transaksi Jual-beli berdasarkan prinsip Mudharabah, Istisna,
Ijarah, Salam, dan lain-lainnya. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan
prinsip: Mudharabah, Musyarakah. Pembiayaan lain berdasarkan prinsip:
Rahn & Qardh dan melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di
bidang perbankan dan sosial sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan kegiatan-kegiatan yang dilarang yaitu: Melakukan kegiatan
usaha dalam bentuk valuta asing, melakukan penyertaan modal dan
melakukan usaha perasuransian.9
Bermacam-macam produk yang disediakan Bank Syariah untuk
masyarakat, salah satu dari produk Bank Syariah adalah mendistribusikan
pembiayaan. Produk-produk berbasis syari’ah memiliki kelebihan
karakteristik dari bank konvensional terkait dengan fleksibilitas dalam
memberikan pembiayaan, seperti kredit atau pembiayaan yang diberikan
kepada sektor pertanian, industri, perdagangan barang dan jasa. Produk-
produk berbasis syariah memiliki karakteristik seperti, tidak memungut
bunga dalam berbagai bentuk karena riba dan menetapkan uang sebagai
alat tukar bukan sebagai komoditas yang diperdagangkan. Pembiayaan
dipahami sebagai pendanaan yang dilakukan untuk mendukung investasi
yang telah direncanakan baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh
orang lain.10
Kualitas pembiayaan sangat berpengaruh terhadap efektivitas
pendapatan yang diharapkan. Oleh sebab itu, kualitas harus dijaga, agar
9 Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja, dan Ahim Abdurahim, Akuntansi Perbankan Syariah:
Teori dan Praktik Kontemporer (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h.22. 10 Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta: AMP YKPN, 2000, Cet. Ke-1, h.304
8
jangan sampai menjadi pembiayaan bermasalah yang akibatnya bukan saja
menyebabkan tidak efektivitasnya pendapatan, tetapi lebih dari itu akan
menyebabkan kerugian Bank Syariah karena tidak terbayarnya kembali
dana bank syariah yang ditanam dalam pembiayaan itu.
Sebagaimana diketahui, pembiayaan oleh Lembaga Keuangan
Syariah, misalnya Bank Syariah dikatakan efektif apabila dapat
mendorong kinerja atau mengembangkan usaha nasabah yang dibiayai
oleh Bank Syariah tersebut dan efektifitas pembiayaan pada sektor usaha
mikro sendiri berkaitan dengan nisbah bagi hasil yang ditetapkan apakah
memberatkan pihak nasabah atau tidak, perkembangan usaha nasabah
yang menerima pembiayaan kemudahan akses nasabah untuk
mendapatkan pembiayaan dan tingkat pengembalian pembiayaan.
Lalu bagaimana dengan program produk pembiayaan mikro Bank
BRI Syariah? Apakah program produk pembiayaan mikro tersebut efektif
dalam meningkatkan perkembangan usaha nasabah? Dan bagaimana
dampaknya dalam meningkatkan perkembangan usaha nasabah?
Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam penyusunan skripsi ini
penulis mengangkat judul “EFEKTIVITAS PRODUK PEMBIAYAAN
MIKRO PRODUKTIF PADA NASABAH BANK BRI SYARIAH
KCP JATIWARINGIN”.
9
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mengidentifikasi
permasalahan yang akan di teliti pada penyaluran pembiayaan mikro Bank
BRI Syariah KCP Jatiwaringin, di antaranya:
1. Prosedur dalam pembiayaan mikro bankable atau tidak.
2. Faktor-faktor yang akan diteliti pengaruhnya terhadap perkembangan
usaha nasabah selama mendapatkan pembiayaan, yaitu penghasilan
nasabah sebelum mendapatkan pembiayaan, besar pembiayaan (plafon),
pokok angsuran dan margin.
3. Tingkat Pengembalian
C. Batasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti membatasi masalah pada
nasabah yang mengajukan pembiayaan mikro sektor produktif, periode
yang diambil mulai dari April 2015 sampai dengan Juni 2016 dan faktor
yang mempengaruhi perkembangan usaha nasabah setelah mendapatkan
pembiayaan dan prosedur dalam pembiayaan mikro di bank BRI Syariah
KCP Jatiwaringin.
Kemudian dirumuskan pertanyaan-pertanyaan yang akan
membantu dalam pelaksanaan penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana efektivitas produk pembiayaan mikro produktif terhadap
perkembangan usaha nasabah?
2. Berapa besar dampak pembiayaan terhadap perkembangan usaha
nasabah?
10
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui tingkat keefektivan penyaluran pembiayaan
mikro berdasarkan penilaian oleh nasabah pembiayaan.
2) Untuk mengetahui dampak pembiayaan terhadap perkembangan
usaha nasabah.
b. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dari segi akademis atau teoritis adalah:
1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pengetahuan bagi pembaca skripsi ini dan bagi pribadi peneliti.
2) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi
penelitian sejenis dan dapat menjadi bahan perbandingan dari
penelitian yang telah ada.
Manfaat penelitian ini dari segi praktis adalah:
1) Membantu memberikan bahan masukan bagi pemerintah dalam
penyaluran pembiayaan bagi usaha mikro melalui perbankan
syariah.
2) Dapat meningkatkan kinerja bank terutama dalam hal
perbaikan mekanisme penyaluran pembiayaan mikro sehingga
pembiayaan tersebut efektif dan dapat meningkatkan peran
bank sebagai lembaga intermediary.
11
3) Menambahkan informasi bagi masyarakat tentang pembiayaan
sektor usaha mikro pada bank syariah.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini berpedoman pada BUKU PEDOMAN
PENULISAN SKRIPSI yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Masing-masing bab akan dibagi ke dalam sub-sub bab dengan penyusunan
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis membahas mengenai latar belakang
masalah yang akan diteliti, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metode penelitian, review studi
terdahulu, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Pada bab ini akan disajikan teori efektivitas, pengertian
pembiayaan, jenis-jenis pembiayaan Bank Syariah dan
pengertian sektor usaha dan kriterianya.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang penjelasan mengenai jenis
penelitian, jenis dan sumber data, objek penelitian, metode
pengumpulan data, teknik pengolahan data, definisi
12
operasional variabel beserta pengukurannya serta metode
analisis data yang akan digunakan.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Pada bab ini terdapat analisis deskriptif berupa tabel
deskripsi umum responden, tabel profesi utama responden,
uji validitas untuk mengetahui valid atau tidaknya
instrumen penelitian, uji reliabilitas untuk mengetahui
tingkat ketepatan suatu instrument dan tabel tanggapan
responden dengan metode frekuensi relatif berisi skor yang
diperoleh berdasarkan pendapat nasabah pembiayaan mikro
tentang pembiayaan yang didapatkan lalu menggunakan
analisis standar deviasi dengan mean. Pada bab ini juga
dijabarkan uji multikolinieritas, uji autokorelasi, uji
heteroskedastis, dan analisis regresi linier berganda untuk
mengetahui besaran hubungan dan pengaruh dari variabel-
variabel yang ada.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini dikemukakan tentang kesimpulan dan saran-
saran yang dikemukakan dari pembahasan.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Efektivitas
Menurut KBBI, Efektivitas berasal dari kata efektif, termasuk
adjektiva, yaitu kelas kata yang menjelaskan nominal atau pronominal,
yang bermakna :
a. Ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya)
b. Manjur atau mujarab (tentang obat)
c. Dapat membawa hasil, berhasil guna (tentang usaha, tindakan)
d. Mulai berlaku (tentang undang-undang, peraturan)11
Menurut T. Hani Handoko, mengatakan bahwa suatu pekerjaan
dikatakan efektif jika suatu pekerjaan dapat menghasilkan satu unit
keluaran (output) dan suatu pekerjaan dikatakan efektif jika suatu
pekerjaan dapat diselesaikan tepat pada waktunya sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan. Efektivitas dapat diartikan sebagai suatu ukuran
yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang
telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan
terlebih dahulu.
Menurut ahli manajemen Peter Drucker efektivitas erat kaitannya
dengan efisiensi. Efisiensi berarti mengerjakan sesuatu dengan benar
(doing the right things) dan efektivitas merupakan kemampuan untuk
11 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka,1997), h.250.
14
memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.12
Jadi dapat disimpulkan bahwa sesuatu dikatakan efektif apabila
mudah diplikasikan dan mempunyai dampak positif bagi tercapainya suatu
tujuan serta mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi. Selain itu
hasil penilaian efektivitas ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
menentukan keputusan dimasa mendatang. Hasan Sadili menjelaskan
bahwa efektivitas bermakna menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan.
Suatu usaha dikatakan efektif jika usaha itu mencapai tujuannya. Secara
ideal, efektivitas dapat dinyatakan dengan ukuran-ukuran yang agak pasti.
Misalnya usaha X 60% efektif dalam pencapaian tujuan Y.13
Pembiayaan merupakan fungsi intermediary dari bank syariah,
yaitu memberikan atau menyalurkan dana dari pihak yang memiliki dana
kepada pihak yang membutuhkan dana. Dalam rangka menjalankan fungsi
intermediary yaitu berupa pembiayaan, diperlukan suatu perencanaan yang
efektif sehingga pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah tepat guna
dan tepat sasaran.
2. Tolok Ukur Efektivitas
Beberapa kriteria dapat digunakan untuk menilai efektivitas
perencanaan, yaitu mencakup kegunaan, ketepatan dan obyektivitas, ruang
12 T.Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPPE,1998), edisi II, h.7. 13 Alfiah.“Efektivitas Pendampingan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah dalam
Menunjang Keberhasilan Usaha Debitur”.(Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h.18-19.
15
lingkup, efektivitas biaya, akuntabilitas, dan ketepatan waktu.14
Dengan
melihat pengertian efektivitas tersebut, maka dalam mencapai efektivitas
atau efisiensi haruslah dipenuhi syarat-syarat ataupun ukuran-ukuran
sebagai berikut:
a. Berhasil guna, yaitu untuk menyatakan bahwa kegiatan telah
dilaksanakan dengan tepat dalam arti target tercapai sesuai dengan
waktu yang ditetapkan.
b. Ekonomis, yaitu untuk menyebutkan bahwa didalam usaha pencapaian
efektif itu maka biaya, tenaga kerja material, peralatan waktu, ruangan
dan lain-lain telah dipergunakan dengan setepat-tepatnya sebagaimana
yang telah ditetapkan dalam perencanaan dan tidak adanya
pemborosan serta penyelewengan.
c. Pelaksanaan kerja yang bertanggung jawab, yaitu untuk membuktikan
bahwa dalam pelaksanaan kerja sumber-sumber telah dimanfaatkan
dengan setepat-tepatnya haruslah dilaksanakan dengan bertanggung
jawab sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
d. Pembagian kerja yang nyata, yaitu pelaksanaan kerja dibagi
berdasarkan beban kerja, ukuran kemampuan kerja dan waktu yang
tersedia.
e. Rasionalitas wewenang dan tanggung jawab, artinya yaitu wewenang
harus seimbang dengan tanggung jawab dan harus dihindari adanya
dominasi oleh salah satu pihak atas pihak lainnya.
14 Sujadi F.X, O & M Penunjang Berhasilnya Proses Manajemen, (Jakarta: CV. Masagung, 1990),
cet ketiga, h.36-39
16
f. Prosedur kerja yang praktis, yaitu untuk menegaskan bahwa kegiatan
kerja adalah kegiatan yang praktis, maka target efektif dan ekonomis
pelaksanaan kerja yang dapat dipertanggung jawabkan serta pelayanan
kerja yang memuaskan tersebut haruslah kegiatan operasional yang
dapat dilaksanakan dengan lancar.
Adapun menurut T. Hani Handoko, beberapa kriteria dapat
digunakan untuk menilai efektifitas perencanaan, yaitu mencakup:
a. Kegunaan; agar berguna bagi manajemen dalam pelaksanaan fungsi-
fungsinya yang lain, suatu rencana harus fleksibel, stabil,
berkesinambungan, dan sederhana.
b. Ketepatan dan objektivitas; rencana-rencana harus dievaluasi untuk
mengetahui apakah jenis, ringkas, nyata, dan akurat. Berbagai
keputusan dan kegiatan manajemen lainnya hanya efektif bila
didasarkan atas informasi yang tepat.
c. Ruang lingkup; perencanaan perlu memperhatikan prinsip-prinsip
kelengkapan (comprehensiveness), kepaduan (unity) dan konsistensi.
d. Efektivitas biaya; efektivitas biaya perencanaan dalam perencanaan
dalam hal ini adalah menyangkut waktu, usaha, dan aliran emosional.
e. Akuntabilitas; ada dua aspek perencanaan: 1) tanggung jawab atas
pelaksanaan perencanaan dan 2) tanggung jawab atas implementasi
rencana. Suatu perencanaan harus mencakup keduanya.
17
f. Ketepatan waktu; berbagai perubahan yang terjadi sangat cepat akan
dapat menyebabkan rencana tidak tepat atau sesuai untuk berbagai
perbedaan waktu.15
3. Mekanisme Efektivitas
Menurut Paul E.Mott mekanisme dalam pencapaian suatu kerja
yang efektif adalah merumuskan dan mengembangkan sarana mengukur
efektivitas organisasi yang mempengaruhi tingkat efektivitas itu berkaitan
langsung dengan:16
a. Kemampuan menyesuaikan diri dan keluwesan.
b. Produktivitas dikaitkan dengan kuantitas, kualitas dan efisiensi.
c. Kepuasan kerja
d. Kemampuan berniaga
e. Pencarian sumber dana
4. Efektivitas Pembiayaan Sistem Syariah
Efektivitas pembiayaan sistem syariah dengan prinsip mudharabah
maupun musyarakah tercermin dari pemilik modal dan pengelola modal
(nasabah) itu sendiri. Menurut Admiral dalam Hidayat menyatakan bahwa
15 T.Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta:BPFE Yogyakarta,2003), edisi 2, h.103-105. 16 Paul E.Mott, “The Characteristics of Effektivitas Organization”(New York : Halper and Row,
1972), h.20.
18
efektivitas pembiayaan dari sisi pengelola modal (nasabah) berdasarkan
beberapa parameter, yaitu:17
a. Prosedur pembiayaan yang menunjukkan kemudahan bagi calon
nasabah untuk memahaminya.
b. Persyaratan pembiayaan yang menunjukkan kesanggupan/kemudahan
bagi calon nasabah pembiayaan untuk memenuhinya, termasuk ada
atau tidak adanya jaminan.
c. Waktu pencairan/realisasi yang menunjukkan kecepatan bank syariah
untuk mewujudkan pembiayaan yang diajukan.
d. Lokasi bank yang menunjukkan kemudahan bagi nasabah untuk
mengakses sumber permodalan yang disediakan.
e. Dampak pembiayaan yang menunjukkan tingkat kemantapan
pembiayaan.
Jika dilihat dari sisi pengelola modal, efektivitas pembiayaan bagi
hasil dengan prinsip mudharabah dan musyarakah adalah dapat
diukurmelalui penyaluran dana. Hal ini terkait dengan sejauh mana pihak
pemilik modal menyalurkan pembiayaan dengan sistem syariah, artinya
semakin banyak dana yang disalurkan, maka pembiayaan sistem syariah
tersebut semakin efektif.
Efektivitas pembiayaan menurut Hamid dapat diukur dengan cara
melihat kemantapan prosedur pembiayaan berdasarkan faktor-faktor
sebagai berikut :18
17 Menurut Admiral dalam Hidayat, 2005, Efektivitas Pembiayaan Pola Bagi Hasil Pada BMT
Keponteren Hubbul Wathan, Skripsi pada Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor, Bogor
19
a. Jumlah nasabah yang menunjukkan bahwa sistem pembiayaan dapat
diterima dan mampu menjangkau secara luas.
b. Keragaman mata pencaharian nasabah yang menunjukkan fleksibilitas
prosedur pembiayaan yang dijalankan.
c. Frekuensi pinjaman nasabah, sebagai tingkat keseringan nasabah
dalam mengambil pembiayaan.
d. Frekuensi tunggakan, sebagai tingkat keseringan nasabah dalam
menunggak pembayaran dalam suatu proses peminjaman.
e. Pelayanan pembiayaan, sejauh mana tingkat pelayanan yang
dilakukan, mulai dari pengajuan pembiayaan sampai realisasi
pembiayaan.
Jadi, keberhasilan suatu program keuangan tidak hanya dilihat dari
jumlah pembiayaan yang didapat disalurkan oleh lembaga keuangan yang
bersangkutan, tetapi juga dilihat dari tingkat pengembalian karena tingkat
pengembalian pembalian pembiayaan akan mempengaruhi program
keuangan selanjutnya.
5. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Ketidakefektifan Pembiayaan
Sistem Syariah
Jika dilihat dari segi ketidakefektifannya, menurut Yumanita
bahwa beberapa pakar telah mengidentifikasi sumber-sumber penyebab
18 Pendapat Hamid dalam Hidayat, 2005, Efektivitas Pembiayaan Pola Bagi Hasil Pada BMT
Keponteren Hubbul Wathan, Skripsi pada Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor, Bogor
20
tidak efektifnya pembiayaan system syariah dapat dilihat dari empat aspek,
yaitu :19
1) Internal lembaga keuangan syariah,
a. Kualitas sumber daya insani (SDI) yang belum memadai untuk
menangani, memproses, memonitor, menyelia dan mengaudit
beberapa proyek syariah.
b. Lembaga Keuangan Syariah belum dapat menanggung resiko
besar, karena belum memiliki bentuk keahlian yang dibutuhkan
untuk memproses, memonitor, menyelia bagi hasil.
c. Kompetisi ketat dengan bank konvensional memaksa bank
syariah harus menyediakan pembiayaan alternatf yang beresiko
lebih kecil.
d. Tidak dapat membiayai proyek jangka panjang, karena rumit
dan makan waktu dari sisi prosedur, kurangnya pengalaman
dan keahlian SDI dan kurangnya penggunaan dana akibat
modal tertanam untuk jangka waktu lama.
e. Tidak dapat membiayai usaha kecil, karena tidak adanaya
personal guatantee maupun collateral.
2) Nasabah
a. Sebagian nasabah penyimpan/peminjam bersifat risk averse,
karena belum terbiasa dengan kemungkinan rugi dan sudah
terbiasa dengan sistem bunga.
19 Ascarya, dan D. Yumanita, “Mencari Solusi Rendahnya Pembiayaan Bagi Hasil di Perbankan
Syariah Indonesia”, Jurnal Perbankan Syariah Volume 20, No. 4 (September 2005)
21
b. Moral hazard, karena pengusaha enggan menyampaikan
laporan keuangan/laba yang sebenarya untuk menghindar pajak
dan untuk menyembunyikan keuntungan yang sebenarnya.
c. Permintaan pembiayaan masih kecil dari nasabah
3) Regulasi
a. Kurangnya dukungan dari regulator karena tidak melakukan
inisiatif-inisiatif untuk mengadakan perubahan-perubahan
peraturan dan institusional yang diperlukan untuk mendukung
bekerjanya sistem perbankan dengan baik.
b. Tidak adanya institusi pendukung untuk mendorong
penggunaan bagi hasil.
c. Tidak adanya prosedur operasional yang seragam.
4) Pemerintah dan institusi lain.
a. Tidak ada kebijakan pendukung yang mendorong penggunaan
pembiayaan bagi hasil untuk proyek-proyek pemerintah.
b. Perlakuan pajak yang tidak adil, yang memperlakukan
keuntungan sebagai objek pajak sedangkan bunga bebas dari
pajak.
c. Pasar sekunder instrumen keuangan syariah belum ada,
sehingga menyulitkan bank untuk menyalurkan atau
mendapatkan akses likuiditas.
22
B. Pendapatan Nasabah
Pendapatan dalam lmu ekonomi teoritis adalah hasil yang diterima,
baik berupa uang maupun lainnya atas penggunaan kekayaan (jasa
manusia). Dijelaskan pula bahwa pendapatan adalah hasil dari penjualan
faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi. Selain itu
pendapatan adalah pendapatan uang yang diterima dan diberikan kepada
subjek ekonomi berdasarkan prestasi-prestasi yang diserahkan yaitu
berupa pendapatan dari profesi yang dilakukan sendiri atau usaha
perorangan dan pendapatan dari kekayaan. Besarnya pendapatan seseorang
bergantung pada jenis pekerjaannya.
Dijelaskan pula oleh Djojohadikusumo Sumitro, bahwa Pendpatan
menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi
oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang
sama pada akhir periode keadaan semula.20
Pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Pendapatan permanen (permanent income) adalah pendapatan yang
selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan
sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji atau upah. Pendapatan ini
juga merupakan pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang
menentukan kekayaan.
2. Pendapatan sementara (transitory income) adalah pendapatan yang
tidak bisa diperkirakan.
20 Djojohadikusumo Sumitro, Sejarah Pemikiran Ekonomi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1990), h.25
23
Pengertian yang dijelaskan oleh Winardi tentang pendapatan
merupakan pendapatan tingkat hidup yang dapat dinikmati oleh individu
dimasyarakat dan juga pendapatan masyarakat yang nantinya akan
digunakan untuk mengembalikan pinjaman bagi yang melakukan
pinjaman. Pendapatan masyarakat tersebut sebagai sumber penghasilan
dari berbagai macam jenis pekerjaan, seperti pegawai negeri, wiraswasta,
petani, pengusaha, pengrajin dan seniman.21
Pada umumnya pengaruh
pendapatan terhadap permintaan adalah positif dalam arti bahwa kenaikan
pendapatan akan menaikkan permintaan. Hal ini terjadi apabila barang
tersebut merupakan barang superior atau normal, ini seperti efek selera dan
efek banyaknya pembeli yang mempunyai efek positif. Begitu sebaliknya
pada kasus barang interior, maka kenaikan pendapatan justru menurunkan
pendapatan.22
Konsumen selalu berusaha untuk dapat memenuhi segala
kebutuhannya dengan melakukan usaha tambahan agar dapat membantu
menambah pendapatannya. Berbagai cara dilakukan masyarakat mulai dari
investasi sederhana sampai dengan investasi bermodal besar. Sehingga
dampaknya pada sektor moneter adalah permohonan modal usaha dan
investasi akhirnya semakin tinggi, maka permohonan modal tersebut, akan
mengarah kepada permohonan pembiayaan ke lembaga keuangan syariah
yang semakin meningkat.
21 Winardi, Pengantar Ekonomi, (Jakarta: Gahlia Indonesia, 2001), h.56
22 Widayat, Metode Penelitian Pemasaran, (Malang: UMM, 2004), h.47.
24
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan adalah:
1. Kesempatan kerja yang tersedia, semakin banyak kesempatan kerja
yang tersedia berarti semakin banyak penghasilan yang bisa diperoleh
dari hasil kerja tersebut.
2. Jenis pekerjaan, terdapat banyak jenis pekerjaan yang dapat dipilih
seseorang dalam melakukan pekerjaannya untuk mendapatkan
penghasilan.
3. Kecakapan dan keahlian, dengan bekal kecakapan dan keahlian yang
tinggi akan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas yang pada
akhirnya berpengaruh pula terhadap penghasilan.
4. Motivasi/dorongan juga mempengaruhi jumlah penghasilan, semakin
besar dorongan seseorang untuk melakukan pekerjaan, semakin besar
pula penghasilan yang diperoleh. Selain itu juga lokasi bekerja yang
dekat dengan tempat tinggal dan kota akan membuat seseorang lebih
semangat untuk bekerja.
5. Keuletan kerja, pengertian keuletan dapat disamakan dengan
ketekunan, keberanian untuk menghadapi segala macam tantangan.
Bila saat menghadapi kegagalan maka kegagalan tersebut dijadikan
sebagai bekal untuk meneliti ke arah kesuksesan dan keberhasilan.
6. Banyak sedikitnya modal yang digunakan, besar kecilnya usaha yang
dilakukan seseorang sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya modal
25
yang dipergunakan. Suatu usaha yang besar akan dapat memberikan
peluang yang besar pula terhadap pendapatan yang akan diperoleh.23
C. Margin
Margin adalah persentase tertentu yang ditetapkan per tahun,
perhitungan margin keuntungan secara harian, maka jumlah hari dalam
setahun ditetapkan 360 hari, perhitungan margin secara bulanan maka
ditetapkan 12 bulan.24
Pada umumnya, nasabah melakukan pembayaran
secara angsuran.Margin merupakan penyeimbang dari modal kerja atau
investasi yang dimanfaatkan oleh mitra.
Margin digunakan agar terjadinya keadilan dalam memperoleh
keuntungan baik pihak mitra maupun pihak lembaga. Dapat disimpulkan
bahwa margin adalah persentase tertentu yang di tetapkan (harian, bulanan
dan tahunan) agar tercapai keadilan dalam memperoleh keuntungan baik
bagi pihak lembaga maupun mitra. Penetapan nisbah bagi hasil
pembiayaan ditentukan dengan mempertimbangkan referensi tingkat
margin keuntungan dan perkiraan tingkat keuntungan bisnis atau proyeksi
yang di biayai.
Tingkat biaya pembiayaan (margin keuntungan) berpengaruh
terhadap jumlah permintaan pembiayaan syariah. Bila tingkat margin
keuntungan lebih rendah dari pada rata-rata suku bunga perbankan
nasional, maka pembiayaan syariah semakin kompetitif. Dalam hal
23
Ratna Sukmayanti, dkk, Ilmu Pengetahuan Sosial, (Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega, 2008), h.117 24 Adiwarman Karim, Bank Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo.2013) hlm.280.
26
penghitungan jumlah margin keuntungan senantiasa mempertimbangkan
jangka waktu pembiayaan. Semakin lama jangka waktu pembiayaannya,
maka semakin besarlah margin keuntungan yang diminta oleh pihak Bank.
D. Pembiyaan
1. Pengertian Pembiayaan
Bank sebagai lembaga intermediasi keuangan selain melakukan
kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat, juga akan menyalurkan
dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan. Istilah
kredit banyak dipakai dalam sistem perbankan konvensional yang berbasis
pada bunga (interest based). Sedangkan dalam perbankan syariah dikenal
dengan istilah pembiayaan (financing) yang berbasis pada keuntungan riil
yang dikehendaki (margin) ataupun bagi hasil (profit sharing)25
.
Menurut Muhammad, pembiayaan, secara luas, berarti pendanaan
yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan,
baik dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain. Dalam arti
sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang
dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada
nasabah.26
25 Abdul Ghofur Anshori. Perbankan Syariah di Indonesia. (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, Mei 2007). Cet. I, h.98. 26 Muhammad. Manajemen Bank Syariah. (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h.304.
27
Menurut Rifaat Ahmad Abdul Karim dalam M. Syafi’i Antonio,
pengertian pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk
memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit.27
Sedangkan pasal 1 ayat 25 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, pengertian
pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu berupa:
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;
b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli
dalam bentuk ijara muntahiya bittamlik;
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan
istishna;
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan
e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa.28
Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah,
UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai atau diberi
fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.
Pembiayaan dalam perbankan syariah menurut Al-Harran (1999)
dapat dibagi tiga:29
27 Muhammad Syafi‟i Antonio.Islamic Banking Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. (Jakarta:
Gema Insani, 2001). Cet.1, h.160. 28 http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/uu-bi/Documents/UU_21_08_Syariah.pdf pasal 1 ayat 25. 29 Ascarya.Akad & Produk Bank Syariah. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h.122.
28
1) Return bearing finance, yaitu bentuk pembiayaan yang secara
komersial menguntungkan, ketika pemilik modal mau menanggung
risiko kerugian dan nasabah juga memberikan keuntungan.
2) Return free financing, yaitu bentuk pembiayaan yang tidak untuk
mencari keuntungan yang lebih ditujukan kepada orang yang
membutuhkan (poor), sehingga tidak ada keuntungan yang dapat
diberikan.
3) Charity financing, yaitu bentuk pembiayaan yang memang
diberikan kepada orang miskin dan membutuhkan, sehingga tidak
ada klain terhadap pokok dan keuntungan.
Hal senada terkait pembiyaan juga terdapat pada buku oleh M.
Syafi’i Antonio. Menurut sifat penggunaannya pembiayaan dapat dibagi
menjadi dua30
.
1. Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk
peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun
investasi.
2. Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan.
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi
dua hal berikut:31
30 Muhammad Syafi‟i Antonio.Islamic Banking Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, h.160. 31 Muhammad Syafi‟i Antonio, h. 160.
29
1. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan: peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu
jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan
kualitas atau mutu hasil produksi dan untuk keperluan perdagangan
atau peningkatan utility of place dari suatu barang.
2. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-
barang (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya
dengan itu.
2. Jenis- Jenis Pembiayaan Bank Syariah
Produk-produk pembiayaan bank syariah dapat menggunakan
empat pola yang berbeda :32
a. Pola bagi hasil, untuk investment financing:
Musyarakah adalah perjanjian di antara para pemilik dana/modal
untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu
dengan pembagian keuntungan diantara pemilik dana/modal
berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
Mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola
dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian
keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang
telah disepakati sebelumnya.
32 Ascarya, Akad &Produk Bank Syariah, h.123-124.
30
b. Pola jual beli, untuk trade financing:
Murabahah adalah perjanjian jual-beli antara dan nasabah dimana
Bank Syariah membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan
kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar
harga perolehan ditambah dengan margin/keuntungan yang
disepakati antara Bank Syariah dan nasabah.
Salam adalah perjanjian jual-beli barang dengan cara pemesanan
dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran terlebih dahulu.
c. Pola sewa, untuk trade financing:
Ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu
tertentu melalui pembayaran sewa.
Ijarah muntahiya bittamlik adalah perjanjian sewa menyewa suatu
barang yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan barang dari
pihak yang memberikan sewa kepada pihak penyewa.
d. Pola pinjaman, untuk dana talangan:
Qardh atau talangan adalah penyediaan dana atau tagihan antara
Bank Syariah dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak
peminjam melakukan pembayaran sekaligus atau secara cicilan
dalam jangka waktu tertentu.
Pembiayaan pada Bank Syariah terdiri atas berbagai macam jenis
yaitu pembiayaan produktif dan pembiayaan konsumtif. Pembiayaan
produktif terdiri atas pembiayaan modal kerja syariah dan pembiayaan
investasi syariah.
31
1. Konsep Modal Kerja
Konsep modal kerja mencakup tiga hal, yaitu :33
a. Modal Kerja (working capital assets)
Modal kerja adalah modal lancar yang dipergunakan untuk
mendukung operasional perusahaan pada setiap harinya sehingga
perusahaan dapat beroperasi secara normal dan lancar.
b. Modal Kerja Bruto (gross working capital)
Modal kerja bruto (gross working capital) merupakan
keseluruhan dari jumlah aktiva lancar (current assets). Pengertian
modal kerja bruto didasarkan pada jumlah atau kuantitas dana yang
tertanam pada unsur-unsur aktiva lancar.
c. Modal Kerja Netto (net working capital)
Modal kerja netto (net working capital) merupakan
kelebihan aktiva lancer atas utang lancar. Dengan konsep ini,
sejumlah tertentu aktiva lancar harus digunakan untuk kepentingan
pembayaran utang lancer dan tidak boleh dipergunakan untuk
keperluan lain.
2. Penggolongan Modal Kerja
Berdasarkan penggunaannya modal kerja dapat diklasifikasikan
menjadi 2 (dua) golongan, yaitu :34
33 Adiwarman A. Karim. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2010). Ed. IV, h.231 34 Adiwarman A. Karim. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, h.232
32
a. Modal kerja permanen
Modal kerja permanen berasal dari modal sendiri atau dari
pembiayaan jangka panjang. Sumber pelunasan modal kerja
permanen berasal dari laba bersih setelah pajak ditambah dengan
penyusutan.
b. Modal kerja musiman
Modal kerja musiman bersumber dari modal jangka pendek
dengan sumber pelunasan dari hasil penjualan barang dagangan,
penerimaan hasil tagihan termin, atau dari penjualan hasil
produksi. Pembiayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) tergolong pembiayaan produktif yaitu pembiayaan
modal kerja. Berdasarkan pemenuhan kebutuhan, pembiayaan
modal kerja dibagi menjadi dua, yaitu pembiayaan modal kerja
peningkatan produksi dan pembiayaan modal kerja untuk
perdagangan.
1. Pembiayaan modal kerja peningkatan produksi
Unsur-unsur modal kerja terdiri dari komponen-
komponen alat likuid (cash), piutang dagang (receivables), dan
persediaan (inventory) yang umumnya terdiri dari bahan baku
(raw material), persediaan barang setengah jadi (work in
process) dan persediaan barang jadi (finished goods). Oleh
karena itu pembiayaan modal kerja merupakan salah satu
kombinasi dari pembiayaan likuiditas (cash financing),
33
pembiayaan piutang (receivable financing) dan pembiayaan
persediaan (inventory financing).35
2. Pembiayaan Modal Kerja Untuk Perdagangan.
a. Perdagangan Masal
Dalam perdagangan masal, yaitu perdagangan yang
dilkukan dengan target pembeli siapa saja yang datang
membeli barang yang telah disediakan di tempat penjual,
baik pedagang eceran (retailer) maupun pedagang besar
(whole seller), pada umumnya perputaran modal kerjanya
(working capital turnover) sangat tinggi. Pedagang harus
memiliki persediaan yang cukup. Untuk pembiayaan modal
kerja jenis ini, skema yang teepat adalah mudharabah.
b. Perdagangan Berdasarkan Pesanan
Perdagangan ini tidak dilakukan atau diselesaikan di
tempat penjual, karena pada umumnya merupakan bentuk
perdagangan antar kota, antar pulau atau antar negara.
Pembeli memesan barang-barang yang dibutuhkan kepada
penjual berdasarkan contoh barang dan harganya. Biasanya
pembeli hanya akan membayar apabila barang yang dipesan
telah diterima untuk menghindari risiko ketidaksesuaian
barang yang dipesan.
35 Zainul Arifin. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, h.201
34
3. Pembiayaan Murabahah
Murabahah atau disebut juga ba’bitsmanil ajil. Kata murabahah
berasal dari kata ribhu (keuntungan).Sehingga murabahah berarti saling
menguntungkan. Secara sederhana murabahah berarti jual beli barang
ditambah keuntungan yang disepakati.36 Jual beli murabahah secara
terminologis adalah pembiayaansaling menguntungkan yang dilakukan
oleh shahib al-mal dengan pihak yang membutuhkan melalui transaksi
jual beli dengan penjelasan bahwa harga pengadaan barang dan harga jual
terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan atau laba bagi shabib al-
mal dan pengembaliannya dilakukan secara tunai atau diangsur.
Jadi murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan
harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual
dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty
contracts karena dalam murabahah ditentukan berapa required rate profit-
nya (keuntungan yang ingin diperoleh).
1) Dasar Hukum Murabahah
a. Al-Qur’an
“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri sendiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena
gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama
dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari
36 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah (Jakarta: Kencana, 2012), h.136.
35
Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya
dahulu menjadi miliknya. Dan urusannya (terserah) kepada
Allah.Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka,
mereka kekal didalamnya.” (Qs. Al-Baqarah 275).
b. Al-Hadist
“Dari Suhaib ar-Rumi r.a bahwa Rasulullah SAW
bersabda,“Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli
secara tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum
dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR Ibnu
Majah).
2) Rukun dan Syarat Murabahah
a) Rukun Murabahah
1. Ba’i (penjual), 2. Musytari (pembeli), 3. Mabi’ (Barang/objek),
4. Tsaman (harga), 5. Sighat (ijab dan qabul)
b) Syarat Murabahah
Syarat yang harus dipenuhi dalam transaksi murabahah
meliputi hal-hal sebagai berikut:37
1. Jual beli murabahah harus dilakukan atas barang yang telah
dimiliki (hak kepemilikan telah berada ditangan si penjual).
Artinya, keuntungan dan risiko barang tersebut ada pada
37 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah (Jakarta: Kencana, 2012), hlm.137.
36
penjual sebagai konsekuensi dari kepemilikan yang timbul dari
akad yang sah. Ketentuan ini sesuai dengan kaidah, bahwa
keuntungan yang terkait dengan risiko dapat mengambil
keuntungan.
2. Adanya kejelasan informasi mengenai besarnya modal dan
biaya-biaya lain yang lazim dikeluarkan dalam jual beli pada
suatu komoditas, semuanya harus diketahui oleh pembeli saat
transaksi. Ini merupakan suatu syarat sah murabahah.
3. Adanya informasi yang jelas tentang keuntungan, baik nominal
maupun persentase sehingga diketahui oleh pembeli sebagai
salah satu syarat sah murabahah.
4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli apabila terjadi cacat
atas barang sesudah pembelian.
5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya pembelian dilakukan secara utang.
a. Aplikasi Murabahah dalam Lembaga keuangan Syariah
Pembiayaan Murabahah adalah pembiayaan berupa talangan
dana yang dibutuhkan nasabah untuk membeli suatu barang/jasa
dengan kewajiban mengembalikan talangan dana tersebut seluruhnya
pada waktu jatuh tempo. Bank memperoleh margin keuntungan dari
transaksi jual beli antara bank dengan pemasok dan antara bank
dengan nasabah Model pengembalian talangan dana seluruhnya pada
37
waktu jatuh tempo biasanya diberikan kepada objek pembiayaan yang
tidak segera menghasilkan seperti misalnya untuk kebutuhan traktor
petani tidak mungkin dibayar kembali sebelum tanamannya
menghasilkan.
Dalam praktek perbankan, bank bertindak sebagai penjual,
sedangkan nasabah bertindak sebagai pembeli. Setelah ada kata
kesepakatan melalui negosiasi dengan berbagai persyaratan yang
diajukan oleh bank kepada nasabah maka kedua pihak harus
menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual
adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan. Harga jual
dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat
berubah selama berlakunya akad.
Dalam perbankan, murabahah lazimnya dilakukan dengan cara
pembayaran cicilan (bi tsamanajil). Dalam transaksi ini barang
diserahkan segera setelah akad, sedangkan pembayaran dilakukan
secara tangguh.38
b. Risiko Transaksi Murabahah
1. Default atau kelalaian nasabah yang sengaja tidak membayar
angsuran.
38 Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES), Pembiayaan Murabahah dalam “Buku Saku
Perbankan Syariah”. h.30.
38
2. Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang
dipasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. bank
tidak bisa mengubah harga jual tersebut.
3. Penolakan nasabah barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh
nasabah karena berbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam
perjalanan sehingga tidak mau menerimanya. Karena itu sebaiknya
dilindungi dengan asuransi. kemungkinan lain karena nasabah
merasa spesifikasi barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan.
Bila bank telah menandatangani kontrak pembelian dengan
penjualnya, barang tersebut akan menjadi milik bank. Dengan
demikian, bank mempunyai risiko untuk menjualnya kepada pihak
lain.
4. Karena bai’ al-murabahah bersifat jual beli dengan utang, maka
ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah.
Nasabah bebas melakukan apapun terhadap aset miliknya tersebut,
termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi demikian, risiko untuk
default akan besar.
E. UMKM (Usaha, Kecil, Mikro dan Menengah)
1. Pengertian UMKM (Usaha, Kecil, Mikro, dan Menengah)
Keberadaan usaha kecil, mikro dan menengah dalam
perekonomian Indonesia memiliki sumbangan yang sangat positif,
diantaranya dalam menyediakan lapangan kerja, menyediakan barang dan
39
jasa, serta pemerataan usaha untuk mendistribusikan pendapatan
nasional.dengan peranan usaha kecil, mikro dan menengah tersebut, posisi
UMKM dalam pembangunan ekonomi nasional menjadi sangat penting.
Pembahasan tentang UMKM meliputi pengelompokan jenis usaha,
yaitu jenis industri skala kecil menengah (ISKM) dan perdagangan skala
kecil dan menengah (PSKM).Karena dengan pengelompokannya pada
akhirnya terfokus pada permasalahan kesempatan lapangan kerja dan
diletakkan pada kemampuan pengembangan ISKM dan PSKM.
Adapun pengertian UMKM di berbagai negara tidak selalu sama
dan bergantung pada konsep yang digunakan oleh negara tersebut. oleh
karena itu pengertian UMKM ternyata berbeda antar satu negara dan
negara lainnya. Dalam pengertiannya mencakup dua aspek, yaitu aspek
tenaga kerja dan aspek pengelompokan ditinjau dari jumlah tenaga kerja
yang diserap dalam kelompok perusahaan tersebut (range of the member
of employes).
Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2008
Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, pengertian dari keempat
sektor usaha mikro, kecil, menengah dan besar adalah :
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
40
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
ini.
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini.
d. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh
badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan lebih besar dari Usaha Menengah yang meliputi usaha
nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing
yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.
2. Kriteria UMKM (Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah)
Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah Pasal 6 menyebutkan kriteria usaha mikro,
kecil, dan menengah:39
39 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah.
41
a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha.
2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah).
b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut :
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
c. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha.
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah) samapi dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
42
d. Kriteria sebagaimana dimaksud nilai nominalnya dapat diubah sesuai
dengan perkembangan perekonomian yang diatur dengan Peraturan
Presiden.40
F. Tinjauan (Review) Terdahulu
No.
Identitas
Penelitian
Penelitian Terdahulu
Pembeda
1.
Peneliti :
Try Prasetyo
Skripsi, Jurusan
Perbankan Syariah
Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas
Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta
2011
Judul :
“Produk Pembiayaan
Warung Mikro di Bank
Syariah Mandiri
Cabang Depok Kelapa
Dua”
Metode Penelitian :
Penelitian Kualitatif
Deskriptif.
Hasil Penelitian :
Berdasarkan penelitian ini
diperoleh hasil strategi yang
dilakukan dalam
mengembangkan produk
pembiayaan warung mikro
diantaranya memberikan
pelayanan kepada nasabah
dengan sebaik mungkin,
melakukan promosi dan
sosialisasi yang lebih efektif
kepada masyarakat,
pemanfaatan event dan acara
Perbedaan dengan
penelitian sekarang
adalah dari tujuan
penelitian. Penelitian
sekarang untuk
mengetahui
efektivitas
penyaluran
pembiayaan
mikro yang terdapat
di
Bank BRI Syariah
(Program
Pembiayaan Mikro)
berdasarkan persepsi
nasabah. Efektivitas
40 Wawancara dengan Musta’an, Kepala Pembiayaan Mikro Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin, 23 Juli 2015.
43
pameran untuk
mempromosikan produk
kepada masyarakat,
mengadakan pelatihan bagi
SDM yang ada dibagian
warung mikro untuk
meningkatkan kemampuan
teknis, memberikan edukasi
yang komperhensif kepada
masyarakat mengenai produk
pembiayaan yang ada di bank
syariah.
yang dimaksud
adalah
dengan melihat
perkembangan usaha
nasabah dan tingkat
pengembalian
setelah
mendapatkan
pembiayaan .
2.
Peneliti :
Dewi Puspita Sari,
Skripsi, Jurusan
Perbankan Syariah,
Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas
Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Judul :
“Efektivitas Produk
Pembiayaan Warung
Mikro terhadap
Perkembangan Usaha
Metode Penelitian :
Penelitian Kuantitatif.
Hasil Penelitian :
Berdasarkan penelitian ini
diperoleh hasil yang
signifikan antara pendapatan
usaha nasabah setelah
pembiayaan dengan
pendapatan usaha nasabah
sebelum pembiayaan, lama
nasabah menekuni usaha,
besar plafon yang diberikan
BSM dan besar angsuran.
Perbedaan penelitian
Dewi Puspita Sari
dengan penelitian
sekarang adalah
Penelitian sekarang
menitikberatkan
pada
Efektivitas
pembiayaan
berdasarkan persepsi
nasabah tersebut.
Efektivitas yang
dimaksud adalah
44
Nasabah Studi Kasus
PT Bank Syariah
Mandiri Cabang
Ciputat”. Jakarta 2013
Dan diketahui bahwa 97,6%
pendapatan usaha nasabah
setelah pembiayaan dapat
dijelaskan oleh pendapatan
usaha nasabah sebelum
pembiayaan, lama nasabah
menekuni usaha, besar plafon
yang diberikan BSM dan
besar angsuran. Sedangkan
sisanya (100%-97,6%=2,4%)
dijelaskan oleh sebab – sebab
lain. Berdasarkan perhitungan
dengan menggunakan rumus
rasio efektivitas diperoleh
nilai koefisien efektivitas
sebesar 95%yang berarti
bahwa produk pembiayaan
warung mikro Bank Syariah
Mandiri KC Ciputat sangat
efektif dalam peningkatan
pendapatan usaha nasabah.
dengan
melihat dampak
pembiayaan mikro
terhadap
perkembangan
usaha nasabah.
Dengan
lokasi penelitian
pada
Bank BRI Syariah
KCP Jatiwaringin
Pondok Gede
Bekasi.
3.
Peneliti :
Qonitah Lutfiyah,
Skripsi, Jurusan
Pengembangan
Masyarakat Islam,
Metode Penelitian :
Penelitian Kualitatif .
Hasil Penelitian :
Berdasarkan Penelitan ini
diperoleh hasil efektif karena
Perbedaan penelitian
Qonitah Lutfiyah
dengan penelitian
sekarang adalah
Penelitian sekarang
45
Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi,
Universitas Islam
Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Judul :
“Efektivitas Program
Pembiayaan Usaha
Kecil Mikro BMT
(Baitul Maal Wa
Tamwil) Usaha Mulya
di Kelurahan Kota Baru
Bekasi Barat”
telah mencapai tujuannya.
Dengan adanya program
pembiayaan usaha kecil
mikro ini, para anggota atau
nasabah sangat terbantu, baik
itu untuk permodalan
usahanya, maupun dalam
mengangsur pinjamannya
yang tidak menggunakan
system riba, melainkan
dengan system syariah Islam
yaitu bagi hasil yang sesuai
dengan nisbah yang
disepakati, keuntungan selisih
harga jual, dan ujrah atau
upah. Sehingga para anggota
dan nasabah dapat
bermuamalah secara nyaman,
penuh berkah dan terhindar
dari praktik ribawi (Rentenir).
Selain itu juga para nasabah
mengalami peningkatan
perekonomiannya setelah
mendapatkan program
tersebut. Sehingga kehidupan
para anggota atau nasabah
menjadi sejahtera dan
menggunakan
metode pendekatan
kuantitatif yang
berdasarkan pada
orientasi hasil
jumlah (kuantitas)
pada objek Bank
BRI Syariah.
Berbeda dengan
penelitian Qonitah
Lutfiyah yang
menggunakan
pendekatan kualitatif
pada objek BMT.
46
terbebas dari jerat
kemiskinan.
G. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1.
Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan :
1. : Variabel dependen (terikat)
: Variabel independen (bebas)
: Analisis regresi liner berganda
Pembiayaan Pada Bank BRI
Syariah
Pembiayaan Produktif Pada Bank
BRI Syariah
Pendapatan Sebelum Pembiayaan
Besar Pembiayaan
Pokok Angsuran
Margin Bagi Hasil
Perkembangan
Usaha Nasabah
Pembiayaan
Mikro dari Segi
Pendapatan
47
H. Perumusan Hipotesis
Hipotesis yang dapat disusun dari penelitian yang berjudul
“Efektivitas Produk Pembiayaan Mikro Produktif Pada Nasabah Bank BRI
Syariah KCP Jatiwaringin”, adalah sebagai berikut:
H0 : Tidak ada pengaruh antara rata-rata pendapatan nasabah sebelum
pembiayaan, pokok angsuran dan margin (secara bersama-sama)
terhadap rata-rata pendapatan nasabah setelah pembiayaan.
Ha : Terdapat pengaruh antara rata-rata pendapatan nasabah sebelum
pembiayaan, pokok angsuran dan margin (secara bersama-sama)
terhadap rata-rata pendapatan nasabah setelah pembiayaan.
Kriteria pengujian hipotesis :
1. Jika Sig probabilitas > 0,05 : H0 diterima, menolak Ha.
2. Jika Sig Probabilitas < 0,05 : Ha diterima, menolak H041
41 Iim Qo‟imuddin. Suplemen 2.pdf.(T.t. T.p. T.th.), h.9.
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
1. Jenis dan Sumber Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif,
menurut Sugiyono metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang berlandaskan filsafat positif, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel
pada umumnya dilakukan secara random. Pengumpulan data menggunakan
instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistic dengan
tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.42
Pada penulisan laporan peneliti menggunakan jenis metode
penelitian kuantitatif yang berdasarkan pada orientasi hasil jumlah
(kuantitas). Metode kuantitatif adalah salah satu model menemukan
kebenaran konsep, hubungan konsep-konsep melalui wilayah-wilayah yang
luas dengan populasi tanpa atau menggunakan sampel dalam jumlah
besar.43
. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif analisis.
42 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas, 2009), h.14. 43 Ipah Farihah. Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006), h.39.
49
untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata agar
tercitanya penelitian yang valid.44
Adapun jenis data yang penulis ambil
dan digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu :
a. Data Primer
Data primer data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh
organisasi yang menerbitkannya atau menggunakannya.45
Untuk data
primer bersumber dari nasabah dan pihak Bank BRI Syariah untuk
mengetahui efektivitas penyaluran pembiayaan.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk sudah
jadi, dan sudah dikumpulkan. Dalam hal ini penulis memperoleh data
atau informasi melalui sumber-sumber bacaan, seperti buku-buku
referensi, jurnal, bahan bacaan yang diperoleh dari internet, dan lain
sebagainya.
2. Metode Pengumpulan Data
a. Penelitian Kepustakaan
Penelitian Kepustakaan yang dilakukan berdasarkan sumber-
sumber yang diperoleh dari literature yang membahas mengenai
pengukuran efektivitas suatu produk pembiayaan di Bank Syariah serta
dampaknya terhadap perkembangan usaha nasabah.
44 Consuello G Sevilla. Pengantar Metode Penelitian. (Jakarta: UII Press, 1993), h.35. 45 Soeratno dan Lincolin Arsyad.Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis. (Yogyakarta:
Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) Akademi Manajemen Perusahaan YKPN,2003), h.76.
50
b. Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan untuk mendapatkan data-data dan
informasi, penulis turun langsung ke obyek penelitian yaitu lembaga
yang diteliti. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
1) Interview (wawancara)
Cara untuk mengumpulkan data dengan mengadakan tatap mata
langsung antara yang bertugas mengumpulkan data dengan orang
yang menjadi sumber data atau obyek penelitian. Interview
dilakukan dengan wawancara pihak-pihak yang terlibat dalam
penelitian ini.
2) Kuesioner
Kuesioner merupakan penelitian dengan cara mengajukan daftar
pertanyaan secara langsung kepada responden agar memperoleh
data yang relevan. Dalam penelitian ini penyebaran kuesioner
dilakukan oleh peneliti kepada nasabah produk pembiayaan mikro
Bank BRI Syariah. Selain itu pengambilan data dan penyebaran
kuesioner juga dilakukan dengan bantuan dari pihak Bank BRI
Syariah KCP Jatiwaringin kepada nasabah pembiayaan mikro.
c. Dokumentasi
Mengumpulkan data berdasarkan data-data yang diperoleh
dengan cara mengumpulkan data berdasarkan laporan-laporan yang
terkait dengan masalah penelitian ini.
51
3. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1) Populasi
Populasi ialah suatu keseluruhan pengamatan yang menjadi
perhatian kita.46
Populasi dalam penelitian ini adalah nasabah produk
pembiayaan Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin.
2) Sampel Penelitian
Adapun teknik yang diambil dalam penelitian ini menggunakan
teknik non probability sampling, dengan metode Sampling Purposive.
Teknik ini dilakukan karena pemilihan anggota sampelnya berdasarkan
pertimbangan tertentu umumnya disesuaikan dengan tujuan dan
masalah penelitian.47
Elemen populasi yang dipilih sebagai sampel
dibatasi pada elemen-elemen yang dapat memberikan informasi
berdasarkan pertimbangan tersebut.
Penentuan jumlah sampling atau responden yang dijadikan
sebagagai obyek penelitian adalah responden yang mengajukan
pembiayaan mikro produktif atau untuk pengembangan usaha (modal
kerja atau investasi). Untuk daftar nasabah pembiayaan mikro dari
bulan April 2015 sampai bulan Juni 2016 terdapat 374 orang total
nasabah yang terdaftar sebagai nasabah pembiayaan mikro.
46 Boediono dan Wayan Koster, Teori dan Aplikasi Statistika dan Probabilitas (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2001), h.9 47 Ety Rochaety, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis Dengan Aplikasi SPSS (Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2014), h.66
52
Untuk nasabah yang berdomisili dekat dengan Bank BRI
Syariah KCP Jatiwaringin, pengisian angket dilakukan dengan cara
mendatangi tempat tinggal nasabah. Sedangkan untuk nasabah yang
berdomisili jauh dari Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin, pengisian
dilakukan dengan cara menghubungi nasabah yang bersangkutan
melalui telepon. Selain dengan kedua cara tersebut, mayoritas
pengisian angket oleh nasabah dilakukan di tempat penelitian yaitu di
Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin.
Responden dipilih berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
1. Responden merupakan nasabah yang mengambil pembiayaan
mikro khusus untuk tujuan produktif.
2. Responden merupakan nasabah yang mengambil program
Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) dan Kredit Usaha Rakyat
(KUR).
3. Periode yang diambil dalam pembiayaan mikro adalah mulai dari
April 2015 sampai dengan juni 2016.
4. Nasabah pembiayaan harus memiliki alamat yang jelas dan
memiliki nomor kontak yang dapat dihubungi.
5. Diutamakan nasabah yang berdomisili dekat dengan Bank BRI
Syariah KCP Jatiwaringin mengingat terdapat keterbatasan.
6. Keterbatasan dalam pengambilan sampel berhubungan dengan
waktu, tenaga, biaya, dan jarak.
53
Adapun teknik penarikan sampel yang peneliti gunakan ialah
teknik simple random sampling atau teknik pengambilan sampel acak
sederhana. Teknik ini sama sekali tidak memperhatikan tingkatan
apapun dari anggota populasi karena anggota populasinya adalah
homogeny. Yakni nasabah yang melakukan pembiayaan mikro di
Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin.48
Untuk menentukan besaran sampel peneliti menggunakan
Rumus Slovin. Oleh karena mengingat waktu, tenaga dan “dana”
kemungkinan adanya hambatan-hambatan, maka penulis mengambil
sampel dengan besaran 40. Jumlah sampel yang diambil dengan
menggunakan rumus Slovin adalah sebagai berikut:49
𝑛 = N
1 − Ne2
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Tingkat kesalahan
48
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed. Rev., cet ke-14,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.173. 49
Muhammad, Metode Penelitian Ekonomi Islam, Pendekatan Kuantitatif, h.180.
54
𝑛 = 374
1 + 374 . 0,152
𝑛 = 374
1 + 374 .0,0225
𝑛 = 374
1 + 8,415
𝑛 = 374
9,415
𝑛 = 39,72
Untuk mempermudah penelitian maka 39,72 dibulatkan menjadi 40.
Gay dan diehl (1992) menyatakan bahwa ukuran minimum
sampel yang dapet diterima berdasarkan pada desain penelitian yang
digunakan yaitu sebagai berikut:50
1. Metode deskriptif, minimal 10% populasi. Untuk populasi relative
kecil.
2. Metode deskriptif-korelasionel, minimal 30 subjek perkelompok.
3. Metode ex post facto, minimal 15 subjek perkelompok.
4. Metode eksperimental, minimal 15 subjek perkelompok.
3) Lokasi dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin
yang beralamat di Jl.Raya Jatiwaringin NO.89 Pondok Gede, Bekasi.
Pemilihan Bank BRI Syariah Jariwaringin adalah karena lokasi cabang
bank dekat dengan pusat perdagangan yaitu di daerah Plaza Pondok
Gede dan untuk memudahkan dari segi waktu, tenaga, biaya dan jarak.
50 Muhamad. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam: Pendekatan Kuantitatif. (Jakarta: Rajawali
Pers PT RajaGrafindo Persada, 2014), h.181.
55
Waktu penelitian dilakukan pada 23 Mei 2016 sampai dengan 6 Juni
2016.
4. Teknik Pengolahan Data
a. Editing
Editing adalah penelitian kembali catatan-catatan yang
didapatkan setelah melakukan wawancara. Editing dilakukan terhadap
rekaman jawaban yang telah dituliskan ke dalam daftar pertanyaan
oleh pencari data di lapangan. Dalam editing, yang akan diteliti
kembali adalah lengkapnya pengisian, keterbacaan tulisan, kejelasan
makna jawaban, konsistensi jawaban satu sama lain, relevansi
jawaban, dan keseragaman satuan data (misalnya: jika satuan
ditetapkan adalah Hektar (Ha), maka satuan tersebut yang terus dipakai
atau yang dijadikan standar dalam penelitian).
b. Koding
Koding adalah usaha untuk mengklarifikasi jawaban para
responden menurut macamnya.51
Dalam koding terdapat dua langkah
yaitu: menentukan kategori-kategori yang akan digunakan dan
mengalokasikan jawaban individual pada kategori-kategori tersebut.
51 Soeratno dan Lincolin Arsyad.Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis, h.129.
56
c. Tabulasi
Proses penghitungan frekuensi yang terbilang didalam masing-masing
kategori disebut tabulasi.52
Dengan tabulasi data lapangan akan segera
tampak ringkas dan bersifat rangkuman.
d. Verifikasi
Verifikasi adalah pemeriksaan benar tidaknya hasil survey yang telah
didapatkan dengan cara: penyelidikan dari sumber-sumber kesalahan
(bias) yang mungkin ada di dalam penelitian; dan evaluasi tentang
tingkat akseptabilitas (acceptability) hasil baik atas dasar teoritis
maupun empiris. Pengolahan data juga dilakukan menggunakan
software Microsoft Excel 2007 dan SPSS 17.0.
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen.
Variabel independen dalam penelitian ini yaitu :
X1= Pendapatan Usaha Nasabah Sebelum Pembiayaan
X2= Besar Pembiayaan
X3= Pokok Angsuran
X4= Margin Bagi Hasil
52Soeratno dan Lincolin Arsyad.Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis, h.136
57
2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
pendapatan usaha nasabah setelah pembiayaan.
C. Teknik Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Analisis data yang dimaksud adalah analisis untuk melakukan
pengujian hipotesis dan menjawab rumusan masalah yang telah
diajukan. Analisis data merupakan kegiatan dimana data yang telah
dikumpulkan dikelola, yang mana dalam prosesnya diterapkan teknik
statistik tertentu. Adapun analisis data yang digunakan pada penelitian
ini ialah sebagai berikut:
Analisis deskriptif adalah analisis statistik yang digunakan
untuk menganalisis data dengan cara mendekripsikan/menggambarkan
data yang telah dikumpulkan sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum dan generalisasi.53
Seluruh data tentang yang berasal dari lapangan yang berhasil
dikumpulkan oleh peneliti akan dianalisis dengan analisis deskriptif.
Kemudian untuk mengolah data dari angket tertutup yaitu
bagian C dari angket, menggunakan perhitungan mean (rata-rata) dan
standar deviasi.
53
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D Bandung: Alfabeta, 2012), h.147.
58
a. Mean merupakan jumlah rata-rata dari sekumpulan data yang
memberikan gambaran tentang sesuatu hal.54
Rumusnya adalah :
�� =∑ 𝑋𝑖
𝑛𝑖=1
𝑛
Persamaan 1.1 Rumus Mean
X = Rata-rata
Xi = Pengamatan ke-i
n = Jumlah Pengamatan
b. Standar Deviasi adalah seberapa jauh nilai pengamatan tersebut di
sekitar nilai rata-rata. Rumusnya adalah:
δ = √∑(X − X )2
N
Persamaan 1.2 Rumus standar deviasi
δ : Standar deviasi
X : Nilai Data
X : Mean (rata-rata)
N : Banyak Data
54Purbayu Budi Santosa dan Muliawan Hamdani.Statiska Deskriptif Dalam Bidang Ekonomi dan Niaga. (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007), h.68
59
2. Instrumen dan Uji Instrumen Penelitian
a. Uji Validitas
Uji validitas bertujuan untuk melihat ketepatan instrument
pengukur penelitian. Validitas adalah ukuran yang sebenarnya, untuk
mengukur apa yang akan diukur, yaitu ketepatan dan kecermatan tes
dalam menjalankan fungsi pengukurannya.55
Semakin tinggi validitas suatu alat tes, maka alat tes tersebut
semakin mengenai pada sasarannya atau menunjukkan apa yang
seharusnya diukur. Kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur
oleh kuesioner tersebut.
Uji validitas dihitung dengan membandingkan nilai r hitung
(correlated item-total correlations) dengan nilai r tabel.Jika r hitung >
r tabel dengan signifikasi 5%, maka pernyataan disebut valid atau
kuesioner sudah benar.
b. Uji Reabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hasil
pengukuran konsisten atau azas bila dilakukan pengukuran ulang
(konsistensi, akurasi, dan presisi).
55 Eti Rocha8ety, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS (Jakarta: Mitra Wacana
Media, 20097), h.57.
60
Tabel 3.1.
Interpretasi Korelasi Dari Guilford
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,000 – 0,1999 Sangat rendah
0,200 – 0,399 Rendah
0,400 – 0,599 Sedang (cukup kuat)
0,600 – 0,799 Kuat
0,800 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono, 2007
Pada umumnya secara teori instrument yang valid seluruh item
(butir soalnya) pasti realibel (Sugiyono, 2009). Sebuah alat evaluasi
dipandang reliabel (tahan uji), apabila memiliki konsistensi, kekuatan
hasil. Uji reliabilitas hanya untuk menguji item valid saja. Pada
penelitian ini reabilitas menggunakan rumus koefisien Alpha
Cronbach sebagai berikut :
r1 =
1k
k
t
i
S
S 2
1
Keterangan
k : Jumlah item dalam kuesioner
ri : Reliabilitas internal seluruh item
si2 : Varians butir
st2
: Varians total skor
61
3. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus
dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary
least square (OLS).Jadi analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS
tidak memerlukan persyaratan asumsi klasik, misalnya regresi logistik
atau regresi ordinal.
Demikian juga tidak semua uji asumsi klasik harus dilakukan
pada analisis regresi linear, misalnya uji multikolinearitas tidak dapat
dipergunakan pada analisis regresi linear sederhana dan uji
autokorelasi tidak perlu diterapkan pada data cross sectional.
Setidaknya ada lima uji asumsi klasik, yaitu uji multikolinearitas uji
heteroskedastis, uji normalitas, uji autokorelasi dan uji linearitas.
Tidak ada ketentuan yang pasti tentang urutan uji mana dulu yang
harus dipenuhi. Analisis dapat dilakukan tergantung pada data yang
ada. Sebagai contoh, dilakukan analisis terhadap semua uji asumsi
klasik, lalu dilihat mana yang tidak memenuhi persyaratan. Kemudian
dilakukan perbaikan pada uji tersebut, dan setelah memenuhi
persyaratan, dilakukan pengujian pada uji yang lain.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual
terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
62
memiliki nilai residual yang terdistribusi normal.56
Jadi uji
normalitas bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi
pada nilai residualnya. Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu
bahwa uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel. Hal
ini tidak dilarang tetapi model regresi memerlukan normalitas pada
nilai residualnya bukan pada masing-masing variabel penelitian.
Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji histogram, uji
normal P Plot, uji Chi Square, Skewness dan Kurtosis atau uji
Kolmogorov Smirnov. Tidak ada metode yang paling baik atau
paling tepat.Tipsnya adalah bahwa pengujian dengan metode grafik
sering menimbulkan perbedaan persepsi di antara beberapa
pengamat, sehingga penggunaan uji normalitas dengan uji statistik
bebas dari keragu-raguan, meskipun tidak ada jaminan bahwa
pengujian dengan uji statistik lebih baik dari pada pengujian
dengan metode grafik.
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Istilah kolinearitas ganda (multicollinearity)
diciptakan Ragner Frish di dalam bukunya: Statsitical Confluence
Analysis by Means of CompleteRegression System. Aslinya istilah
56 Sunjoyo dkk, APLIKASI SPSS untuk SMART Riset, ( Bandung : Alfabeta, 2013), h.59
63
itu berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau eksak
(perfect or exact) di antara variabel-variabel bebas dalam regresi.57
Sunyoto, dalam Iim Qo‟imuddin, suplemen 3, mengatakan
bahwa jika:
1) Nilai tolerance (α) hitung < α
2) Nilai VIF hitung > VIF, dimana VIF = 1/α
maka variabel bebas mengalami multikolinearitas. Sebaliknya jika:
1) Nilai tolerance (α) hitung > α
2) Nilai VIF hitung < VIF, dimana VIF = 1/α
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan
variabel sebelumnya.58
Autokorelasi terjadi jika terdapat kesalahan
observasi yang ada berkorelasi satu sama lain.
Menurut Sudarmanto dalam Iim Qo’imuddin, suplemen 3
menyebutkan, autokorelasi merupakan korelasi antara anggota seri
observasi yang disusun menurut urutan waktu atau urutan tempat,
atau korelasi yang timbul pada dirinya sendiri.
Ketentuan ada/tidaknya auto korelasi adalah:
1) DW <dL : tolak H0
2) DW > 4-dL : tolak H0
57 J. Supranto. Ekonometri. (Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, Januari 2004), h.13 58 Wiratna Sujarweni, SPSS Untuk Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014, Cet. I),
h.186.
64
3) dU< DW < 4-DU : terima H0
4) dL DW ≤ dU atau 4-dU DW 4-dL : inconclusive di mana H0:
tidak terdapat autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah
terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan
ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi
persyaratan adalah dimana terdapat kesamaan varians dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut
homoskedastisitas.
Deteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode
scatter plot dengan memplotkan nilai ZPRED (nilai prediksi)
dengan SRESID (nilai residualnya). Model yang baik didapatkan
jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik, seperti mengumpul di
tengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya melebar
kemudian menyempit. Uji statistik yang dapat digunakan adalah uji
Glejser, uji Park atau uji White. Beberapa alternatife solusi jika
model menyalahi asumsi heteroskedastisitas adalah dengan
mentransformasikan ke dalam bentuk logaritma yang hanya dapat
dilakukan jika semua data bernilai positif atau dapat juga dilakukan
dengan membagi semua variabel dengan variabel yang mengalami
gangguan heteroskedastisitas.
65
4. Uji Statistik
a. Regresi Linear Berganda
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi
linier berganda. Teknik analisis tersebut sesuai untuk menggambarkan
atau mendeskripsikan keterkaitan antara beberapa variabel. Dan untuk
membantu penelitian, maka peneliti akan menggunakan software
pengolah data statistic, SPSS for Windows version 17.0.
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui
seberapa besarnya pengaruh variabel bebas yang terdiri dari jumlah
pendapatan nasabah sebelum pembiayaan (X1), besar pembiayaan (X2),
pokok angsuran (X3), Margin bagi hasil (X4) terhadap variabel terikat
yaitu pendapatan nasabah setelah pembiayaan (Y). Besar kecilnya
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat ditunjukan oleh
koefisien regresi dan disimbolkan dengan (b).
Persamaaan regresi yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:59
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 +….+ bnXn + e
Keterangan:
Y = Pendapatan nasabah setelah pembiayaan
a = konstanta
X1 = Pendapatan nasabah sebelum pembiayaan
X2 = Besar pembiayaan
X3 = Pokok angsuran
59
Danang Sunyoto, Prosedur Uji Hipotesis Untuk Riset Ekonomi, ( Alfabeta: Bandung,
2012), h. 126.
66
X4 = Margin
b1 = koefisien regresi variabel jumlah Pendapatan nasabah setelah
pembiayaan
b2 = koefisien regresi variabel nasabah sebelum pembiayaan
b3 = koefisien regresi variabel besar pembiayaan
b4 = koefisien regresi variabel margin
e = pengganggu (error)
b. Analisis Pengaruh Secara Parsial ( Uji t )
Uji t digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing
variabel independen secara individual terhadap variabel dependen.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel
dependen digunakan taraf kepercayaan atau tingkat signifikansi 0,05.60
Jika probability t lebih besar dari 0,05 maka tidak ada pengaruh dari
variabel independen terhadap variabel dependen (koefisien regresi
tidak signifikan), sedangkan jika nilai probability t lebih kecil dari 0,05
maka terdapat pengaruh dari variabel independen terhadap variabel
dependen (koefisien regresi signifikan).61
60 Ety Rochaety dkk, Metodologi Penelitian Bisnis: dengan Aplikasi SPSS- Edisi Pertama,(Jakarta:
Mitra Wacana Media, 2007), h.106.
61 Singgih Santoso, Latihan SPSS Statistik Parametrik, (Jakarta: Elekmedia Komputindo,
2007) h.168.
67
c. Analisis Pengaruh Secara Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel
independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel
dependen. Untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen
secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen maka
digunakan tingkat signifikansi 0,05 maka model regresi dapat
digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau dengan kata lain
variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai probability F lebih kecil dari
0,05 maka model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi
variabel dependen atau dengan kata lain variabel independen secara
bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
68
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum
tentang responden yang menjadi obyek penelitian dan memberikan gambaran
mengenai tanggapan responden atas pembiayaan yang diberikan oleh Bank
BRI Syariah.
1. Deskripsi Responden
Jenis kelamin adalah suatu tanda untuk memberi perbedaan antara
manusia. Jenis kelamin dapat mencerminkan aktivitas yang dilakukan.
Jenis kelamin laki-laki biasanya memliki mobilitas yang cukup tinggi serta
memiliki aktivitas yang tinggi jika dibandingkan dengan jenis kelamin
perempuan. Namun tidak menutup kemungkinan terkadang perempuan
lebih juga memiliki mobilitas tinggi untuk berkarir dibandingkan dengan
laki-laki. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin pada tabel berikut ini:
69
Tabel 4.1.
Jenis Kelamin Responden
No Jenis Kelamin Frekuensi (orang) Persentasi( %)
1. Laki-laki 26 65
2. Perempuan 14 35
Jumlah 40 100
Dari tabel 4.1. Dapat diketahui bahwa kebanyakan nasabah yang
mengambil atau menjadi nasabah pembiayaan warung mikro adalah laki-
laki yaitu sebanyak 26 orang atau 65% dari seluruh sampel penelitian dan
perempuan ada 14 orang atau 35 % yang mengambil atau menjadi nasabah
pembiayaan mikro produktif dari keseluruhan responden 40 orang. Data
tersebut dapat disimpulkan sebagian besar nasabah pembiayaan mikro
produktif Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin adalah laki-laki.
Usia merupakan suatu pertimbangan yang dapat dilihat oleh
seseorang untuk memilih dan memutuskan suatu keputusan dan menjadi
tolak ukur kematangan emosional. Umur juga bisa menjadi pembeda
tingkat produktivitas seseorang, biasanya orang yang memiliki usia lebih
muda lebih kreatif dan inovatif dan memiliki produktivitas yang tinggi
dibanding yang lebih tua. Lebih jelas mengenai karakteristik ini diuraikan
pada tabel berikut:
70
Tabel 4.2.
Responden Berdasarkan Usia
No. Usia Frekuensi (orang) Persentasi (%)
1 26-30 5 12.5
2 31-35 6 15.0
3 36-40 8 20.0
4 41-45 15 37.5
5 46-50 5 12.5
6 51-55 1 2.5
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.2. Usia responden berkisar antara 26 tahun
sampai dengan 55 tahun. Usia nasabah pada Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin antara 26-30 tahun sebanyak 5 orang, pada usia antara 31-35
tahun sebanyak 6 orang, pada usia antara 36-40 tahun sebanyak 8 orang,
pada usia antara 41-45 tahun sebanyak 15 orang, pada usia antara 46-50
tahun sebanyak 5 orang, pada usia antara 51-55 tahun sebanyak 1 orang.
Pendidikan adalah hal yang terpenting yang harus dijalani dan
dimiliki oleh manusia, pendidikan juga menjadi tolak ukur kedewasaan
dan tingkat emosional seseorang, orang yang berpendidikan biasanya
memiliki wawasan yang luas dan dewasa dalam menyikapi suatu masalah.
Untuk mengetahui persentasi responden dari segi pendidikan diuraikan
pada tabel berikut:
71
Tabel 4.3.
Responden Berdasarkan Jenis Pendidikan
Berdasarkan tabel 4.3. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata nasabah
pembiayaan mikro produktif Bank BRI Syariah merupakan lulusan
SMA/MA yang dirasa akan sangat membutuhkan pendampingan dan
control dalam rangka pengembangan usaha mikronya.
Tingkat pendidikan nasabah tidak mempengaruhi niat dan upaya
nasabah dalam membuka dan mengembangkan usaha mikro. Hasil ini
dapat dijelaskan oleh tabel yang menyatakan nasabah Bank BRI Syariah
KCP Jatiwaringin dengan pendidikan SD/MI sebanyak 1 orang, lulusan
SMA/MA sebanyak 31 orang, lulusan Diploma sebanyak 1 orang dan
lulusan Sarjana sebanyak 7 orang.
Adapun hasil survei berdasarkan pengelompokan profesi utama
responden dapat dilihat pada tabel berikut:
No Pendidikan Frekuensi (orang) Persentasi (%)
1 SD/ MI 1 2.5
2 SMA/ MA 31 77.5
3 Diploma (D2,D3) 1 2.5
4 Sarjana (S1) 7 17.5
Jumlah 40 100.0
72
Tabel 4.4.
Profesi Utama Nasabah
No Profesi Utama Frekuensi (orang) Persentasi (%)
1 Pegawai Negeri 1 2.5
2 Karyawan Swasta 1 2.5
3 Guru 2 5
4 Pedagang 27 67.5
5 Wirausaha 9 22.5
Jumlah 40 100
Pada tabel 4.4. Diatas terlihat bahwa mayoritas responden
berprofesi sebagai pedagang, yaitu sebanyak 27 orang atau 67,5% dari
total respondenn dan terdapat 9 orang atau 22,5% dari total responden
yang berprofesi sebagai wirausahawan. Hal ini menandakan pembiayaan
mikro Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin sudah hamper tepat sasaran
karena uang tersebut akan beredar lebih berdaya guna dikalangan
pedangan dan wirausaha tersebut. Dengan demikian, membuktikan bahwa
Bank BRI Syariah peduli dengan usaha mikro.
2. Uji Validitas
Semakin tinggi validitas suatu alat tes, maka alat tes tersebut
semakin mengenai pada sasarannya atau menunjukkan apa yang
seharusnya diukur. Kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut. Uji validitas dihitung dengan membandingkan nilai r
hitung (correlated item-total correlations) dengan nilai r tabel (0,312).
Jika r hitung > dari r tabel dengan signifikansi 5%, maka pernyataan
73
disebut valid atau kuesioner sudah benar. Secara lengkap hasil uji validitas
item yang valid dan tidak tersebut akan disajikan dalam tabel sebagai
berikut:
Tabel 4.5
Hasil Uji Validitas
Efektifitas Produk Pembiayaan Mikro Produktif pada Nasabah
Butir
pernyataan
r product
moment
Nilai p Keterangan
1 0,907 0.000 Valid
2 0,907 0,000 Valid
3 0,810 0,000 Valid
4 0,906 0,000 Valid
5 0,906 0,000 Valid
6 0,923 0,000 Valid
7 0,888 0,000 Valid
8 0,743 0,000 Valid
9 0,954 0,000 Valid
10 0,954 0,000 Valid
11 0,954 0,000 Valid
12 0,906 0,000 Valid
13 0,807 0,000 Valid
14 0,856 0,000 Valid
15 0,851 0,000 Valid
16 0,929 0,000 Valid
17 0,929 0,000 Valid
18 0,952 0,000 Valid
19 0,638 0,000 Valid
20 0,954 0,000 Valid
74
21 0,929 0,000 Valid
22 0,924 0,000 Valid
23 0,924 0,000 Valid
24 0,907 0,000 Valid
25 0,907 0,000 Valid
26 0,954 0,000 Valid
27 0,817 0,000 Valid
28 0,790 0,000 Valid
Sumber : Data Primer yang diolah
Pada tabel 4.5 hasil uji validitas mengenai efektivitas produk
pembiayaan mikro produktif pada nasabah, dari 28 pernyataan di nyatakan
valid.
3. Uji Reabilitas
Tabel 4.6.
Uji Reabilitas
Efektivitas Produk Pembiayaan Mikro Produktif Pada Nasabah
r tabel Cronbach’s Alpha Keterangan
0.312 0,989 Reabilitas
Berdasarkan pengolahan untuk koefisien reliabilitas dengan rumus
Cronbach’s Alpha didapat nilai untuk variabel pernyataan tentang
Efektivitas Produk Pembiayaan Mikro Produktif Pada Nasabah didapat
nilai reliabilitasnya sebesar 0,989. Maka 28 butir variabel tersebut dapat
dikategorikan dalam tingkat reabilitas yang “sangat kuat” dan layak diuji
dengan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas produk
pembiayaan mikro produktif di Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin.
75
4. Deskripsi Tanggapan Responden
Tabel. 4.7.
Syarat Dalam Pengajuan Pembiayaan
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) - -
Setuju (S) 34 85
Sangat Setuju (SS) 6 15
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.7. Pernyataan nomer 1 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa syarat dalam
pengajuan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin mudah
untuk dipenuhi nasabah.
Tabel 4.8.
Tahap Dalam Mengajukan Pembiayaan
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) - -
Setuju (S) 34 85
Sangat Setuju (SS) 6 15
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.8. Pernyataan nomer 2 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa tahap dalam
mengajukan pembiayaan mudah dan tidak panjang atau tidak lama
waktunya.
76
Tabel 4.9.
Biaya Administrasi Pembiayaan
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) 2 5
Setuju (S) 32 80
Sangat Setuju (SS) 6 15
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.9. Pernyataan nomer 3 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa biaya
administrasi untuk mendapatkan pembiayaan tergolong ringan.
Tabel 4.10.
Dana Pinjaman Untuk Modal Usaha
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) - -
Setuju (S) 32 80
Sangat Setuju (SS) 8 20
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.10. Pernyataan nomer 4 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa dana
pinjaman dari Bank BRI Syariah digunakan nasabah untuk modal usaha.
77
Tabel 4.11.
Pengelolaan modal sesuai kaidah bisnis
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) - -
Setuju (S) 32 80
Sangat Setuju (SS) 8 20
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.11. Pernyataan nomer 5 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa pengelolaan
modal usaha sesuai dengan kaidah bisnis.
Tabel 4.12.
Pembiayaan sesuai dengan kebutuhan usaha
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) 1 2,5
Setuju (S) 31 77,5
Sangat Setuju (S) 8 20
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.12. Pernyataan nomer 6 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa pembiayaan
yang diberikan Bank BRI Syariah sesuai dengan kebutuhan usaha anda.
78
Tabel 4.13.
Besar pembiayaan mencukupi usaha
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) 1 2,5
Ragu-Ragu (R) 1 2,5
Setuju (S) 32 80
Setuju Setuju(SS) 6 15
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.13. Pernyataan nomer 7 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa besar
pembiayaan yang diberikan Bank BRI Syariah mencukupi kebutuhan
usaha nasabah.
Tabel 4.14.
Besar pembiayaan memenuhi kebutuhan
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) 2 5
Ragu-Ragu (R) 2 5
Setuju (S) 30 75
Setuju Setuju(SS) 6 15
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.14. Pernyataan nomer 8 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa besar
pembiayaan yang diberikan Bank BRI Syariah memenuhi dengan
kebutuhan usaha nasabah.
79
Tabel 4.15.
Omzet usaha cukup untuk melunasi angsuran
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) 2 5
Setuju (S) 32 80
Setuju Setuju(SS) 6 15
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.15. Pernyataan nomer 9 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa omzet usaha
cukup untuk melunasi angsuran nasabah.
Tabel 4.16.
Pendapatan usaha meningkat setelah pembiayaan
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) 2 5
Setuju (S) 32 80
Setuju Setuju(SS) 6 15
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.16. Pernyataan nomer 10 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa pendapatan
usaha meningkat setelah mendapat pembiayaan di Bank BRI Syariah.
80
Tabel 4.17.
Margin tergolong ringan
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) 2 5
Setuju (S) 32 80
Setuju Setuju (SS) 6 15
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.17. Pernyataan nomer 11 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa margin atau
persen bagi hasil usaha yang ditentukan oleh Bank BRI Syariah tergolong
ringan atau tidak memberatkan.
Tabel 4.18.
Pembagian keuntungan tidak merugikan nasabah
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) - -
Setuju (S) 32 80
Setuju Setuju (SS) 8 20
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.18. Pernyataan nomer 12 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa pembagian
keuntungan antara nasabah dengan BRI Syariah tidak merugikan nasabah.
81
Tabel 4.19.
Nasabah masih mendapatkan keuntungan setelah bagi hasil
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) 2 5
Setuju (S) 27 67,5
Setuju Setuju (SS) 11 27,5
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.19. Pernyataan nomer 13 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa nasabah
masih mendapatkan keuntungan dari usaha setelah bagi hasil dengan Bank
BRI Syariah.
Tabel 4.20.
Pembiayaan mikro meningkatkan bahan baku usaha
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) 2 5
Setuju (S) 18 70
Setuju Setuju (SS) 10 25
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.20. Pernyataan nomer 14 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa pembiayaan
mikro Bank BRI Syariah meningkatkan jumlah persediaan bahan baku
atau peningkatan jasa.
82
Tabel 4.21.
Adanya kenaikan jumlah konsumen
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) - -
Setuju (S) 31 77,5
Setuju Setuju (SS) 9 22,5
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.21. Pernyataan nomer 15 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa adanya
kenaikan konsumen atau pembeli setelah mendapatkan pembiayaan mikro
di Bank BRI Syariah.
Tabel 4.22.
Jangka waktu pelunasan angsuran tergolong lama
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) 1 5
Setuju (S) 33 82
Setuju Setuju (SS) 6 15
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.22. Pernyataan nomer 16 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa jangka waktu
pelunasan yang diberikan oleh Bank BRI Syariah tergolong lama sehingga
memudahkan nasabah membayar angsuran atau cicilan.
83
Tabel 4.23.
Nasabah dapat membayar angsuran tepat waktu
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) 1 2,5
Setuju (S) 31 77,5
Setuju Setuju (SS) 8 20
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.23. Pernyataan nomer 17 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa nasabah
dapat membayar angsuran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan atau
tepat waktu membayar angsuran.
Tabel 4.24.
Nasabah tidak pernah terlambat membayar angsuran
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) 2 5
Setuju (S) 30 75
Setuju Setuju (SS) 8 20
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.24. Pernyataan nomer 18 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa nasabah tidak
pernah mengalami keterlambatan bayar angsuran atau cicilan.
84
Tabel 4.25.
Nasabah tidak pernah membayar denda keterlambatan
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) 1 2,5
Setuju (S) 23 57,5
Setuju Setuju (SS) 16 40
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.25. Pernyataan nomer 19 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa nasabah tidak
pernah membayar denda keterlambatan cicilan atau angsuran.
Tabel 4.26.
Kemampuan nasabah membayar angsuran semakin besar
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) 2 5
Setuju (S) 32 80
Setuju Setuju (SS) 6 15
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.26. Pernyataan nomer 20 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa kemampuan
nasabah membayar angsuran semakin besar.
85
Tabel 4.27.
Pokok angsuran cicilan tergolong ringan
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) 1 2,5
Setuju (S) 33 82,5
Setuju Setuju (SS) 6 15
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.27. Pernyataan nomer 21 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa pokok
angsuran atau cicilan yang harus nasabah bayarkan tergolong ringan.
Tabel 4.28.
Pokok angsuran tidak mengganggu perkembangan usaha
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) 1 2,5
Setuju (S) 33 82,5
Setuju Setuju (SS) 6 15
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.28. Pernyataan nomer 22 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa pokok
angsuran atau cicilan yang harus nasabah bayarkan tidak mengganggu
perkembangan usaha nasabah.
86
Tabel 4.29.
Nasabah dapat memenuhi kebutuhan lain
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) 1 2,5
Setuju (S) 33 82,5
Setuju Setuju (SS) 6 15
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.29. Pernyataan nomer 23 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa selama
membayar angsuran atau cicilan nasabah masih dapat memenuhi
kebutuhan yang lain.
Tabel 4.30.
Fasilitas pembiayaan memberikan manfaat
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) - -
Setuju (S) 34 85
Setuju Setuju (SS) 6 15
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.30. Pernyataan nomer 24 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa fasilitas
pembiayaan dari Bank BRI Syariah mempunyai manfaat bagi
perkembangan usaha nasabah.
87
Tabel 4.31.
Omzet usaha nasabah meningkat setelah pembiayaan
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) - -
Setuju (S) 34 85
Setuju Setuju (SS) 6 15
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.31. Pernyataan nomer 25 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa tingkat
pendapatan/omzet dari usaha nasabah meningkat setelah mendapatkan
pembiayaan dari Bank BRI Syariah.
Tabel 4.32.
Keuntungan usaha nasabah meningkat setelah pembiayaan
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) 2 2,5
Setuju (S) 32 80
Setuju Setuju (SS) 6 15
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.32. Pernyataan nomer 26 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa setelah
mendapatkan pembiayaan dari Bank BRI Syariah, keuntungan yang
nasabah dapat dari usaha yang ditekuni meningkat.
88
Tabel 4.33.
Program pembiayaan mikro meningkatkan perekonomian nasabah
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) - -
Setuju (S) 33 82,5
Setuju Setuju (SS) 7 17,5
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.33. Pernyataan nomer 27 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa program
pembiayaan mikro membantu memperbaiki kondisi perekonomian
nasabah.
Tabel 4.34.
Kesejahteraan nasabah meningkat seiring perkembangan usaha
Freukensi Persentasi (%)
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Tidak Setuju (TS) - -
Ragu-Ragu (R) - -
Setuju (S) 30 75
Setuju Setuju (SS) 10 25
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 4.34. Pernyataan nomer 28 dari angket bagian C
dari 40 nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank BRI Syariah KCP
Jatiwaringin didominasi oleh nasabah yang setuju (S) bahwa kesejahteraan
hidup nasabah dan keluarga meningkat seiring dengan perkembangan
usaha nasabah.
89
5. Analisis Efektivitas Berdasarkan Tanggapan Responden
Pada bagian ini analisis efektivitas pembiayaan berdasarkan
tanggapan responden menggunakan rumus standar deviasi. Standar deviasi
atau juga sering kali dinamakan simpangan baku atau penyimpangan baku,
merupakan ukuran penyebaran yang terbaik karena dapat digunakan untuk
membandingkan suatu rangkaian data dengan lainnya.62
Berdasarkan perhitungan, didapat bahwa nilai standar deviasi
adalah 1,483 (pembulatan hingga 3 angka decimal). Setelah mengetahui
nilai dari standar deviasi, untuk selanjutnya menggunkan mean rata-rata
nilai dari tiap kelompok pernyataan sebagai berikut:
a. Proses awal
Kelompok pernyataan proses awal terdiri atas 5 pernyataan, yaitu
persyaratan, tahap, biaya administrasi, dana untuk modal kerja dan
pengelolaan sesuai kaidah. Setelah olah data dengan perhitungan manual,
maka didapat mean untuk kelompok pernyataan ini adalah 4,160.
Selanjutnya, mean dari kelompok pernyataan ini dibandingkan
dengan nilai standar deviasi yaitu 1,483. Didapat bahwa mean > standar
deviasi, 4,160 >1,483. Dengan demikian, proses awal dalam pembiayaan
di Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin tergolong efektif.
b. Kesesuaian besar pembiayaan dengan kebutuhan usaha
Kelompok pernyataan kesesuaian besar pembiayaan dengan
kebutuhan usaha terdiri atas 5 pernyataan, yaitu pembiayaan sesuai dengan
62Purbayu Budi Santosa dan Muliawan Hamdani.Statistika Deskriptif Dalam Bidang Ekonomi dan
Niaga. (Jakarta: Penerbit Erlangga,2007). hlm.104.
90
kebutuhan usaha, pembiayaan mencukupi kebutuhan usaha, kebutuhan
usaha terpenuhi dari pembiayaan, omzet penjualan cukup melunasi
angsuran tiap bulan dan pendapatan usaha meningkat. Setelah olah data
dengan perhitungan manual, maka didapat mean untuk kelompok
pernyataan ini adalah 4,090.
Selanjutnya, mean dari kelompok ini dibandingkan dengan nilai
standar deviasi yaitu 1,483. Didapat bahwa mean > standar deviasi, 4,090
> 1,483. Dengan demikian, besar pembiayaan yang diberikan efektif atau
sesuai dengan kebutuhan nasabah.
c. Margin
Kelompok pernyataan margin terdiri dari 5 pernyataan, yaitu
margin tergolong ringan, pembagian keuntungan tidak memberatkan,
masih mendapatkan keuntungan setelah dipotong margin, pembiaayaan
meningkatkan persediaan dan adanya kenaikan konsumen setelah
mendapatkan pembiayaan. Setelah olah data dengan perhitungan manual,
maka didapat mean untuk kelompok pernyataan ini adalah 4,190.
Selanjutnya, mean dari kelompok ini dibandingkan dengan nilai
standar deviasi yaitu 1,483. Didapat bahwa mean > standar deviasi 4,190 >
1,483. Dengan demikian, margin yang ditetapkan tergolong efektif.
d. Jangka waktu pelunasan
Kelompok pernyataan jangka waktu pelunasan terdiri dari 5
pernyataan, yaitu jangka waktu pelunasan yang diberikan tergolong lama,
nasabah dapat membayar angsuran sesuai dengan waktu yang ditentukan,
91
nasabah tidak mengalami keterlambatan membayar angsuran, nasabah
tidak penah membayar denda angsuran dan kemampuan nasabah
membayar angsuran semakin besar. Setelah olah data dengan perhitungan
manual, maka didapat mean untuk kelompok pernyataan ini adalah 4,185.
Selanjutnya, mean dari kelompok ini dibandingkan dengan nilai
standar deviasi yaitu 1,483. Didapat bahwa mean > standar deviasi 4,185 >
1,483. Dengan demikian, jangka waktu pelunasan yang ditetapkan
tergolong efektif.
e. Pokok angsuran
Kelompok pernyataan pokok angsuran terdiri dari 3 pernyataan,
yaitu pokok angsuran tergolong ringan, pokok angsuran tidak mengganggu
perekembangan usaha, selama membayar angsuran dapat memenuhi
kebutuhan lainnya. Setelah olah data dengan perhitungan manual, maka
didapat mean untuk kelompok pernyataan ini adalah 4,125.
Selanjutnya, mean dari kelompok ini dibandingkan dengan nilai
standar deviasi yaitu 1,483. Didapat bahwa mean > standar deviasi 4,125>
1,483. Dengan demikian, pokok angsuran yang ditetapkan tergolong
efektif.
f. Efek pembiayaan
Kelompok pernyataan jangka waktu pelunasan terdiri dari 5
pernyataan, yaitu pembiayaan bermanfaat bagi usaha nasabah, omzet
nasabah mengalami peningkatan, keuntungan nasabah mengalami
peningkatan, perekonomian nasabah mengalami peningkatan dan
92
kesejahteraan nasabah mengalami peningkatan. Setelah olah data dengan
perhitungan manual, maka didapat mean untuk kelompok pernyataan ini
adalah 4,165.
Selanjutnya, mean dari kelompok ini dibandingkan dengan nilai
standar deviasi yaitu 1,483. Didapat bahwa mean > standar deviasi 4,165>
1,483. Dengan demikian, jangka waktu pelunasan yang ditetapkan
tergolong efektif.
Setelah mengetahui masing-masing efektivitas dalam tiap
kelompok pernyataan, selanjutnya dibuat pemeringkatan nilai tiap
kelompok pernyataan menggunakan mean dari tiap kelompok pernyataan,
yaitu :
1. Peringkat I : Margin, mean 4,190
2. Peringkat II : Jangka waktu pelunasan, mean 4,185
3. Peringkat III : Efek pembiayaan, mean 4,165
4. Peringkat IV : Proses awal, mean 4,160
5. Peringkat V : Pokok angsuran, mean 4,125
6. Peringkat VI : Kesesuaian besar pembiayaan dengan kebutuhan
usaha, mean 4,090.
Berdasarkan peringkat diatas, terlihat bahwa margin memiliki nilai
paling tinggi dan dengan demikian berada pada peringkat I sedangkan
pokok angsuran dan kesesuaian besar pembiayaan dengan kebutuhan
usaha menempati posisi dua terendah. Namun, secara umum mean dari
tiap kelompok pernyataanbernilai lebih tinggi dari nilai standar deviasi
93
yang ditetapkan sebagai acuan. Dengan demikian, pembiayaan mikro yang
terdapat pada Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin dapat digolongkan
efektif.
Hal ini juga didukung dengan data mengenai penghasilan nasabah
setelah mendapatkan pembiayaan mikro dari Bank BRI Syariah yang
secara rata-rata mengalami peningkatan penghasilan sebesar 63.54%.
B. Analisis Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Untuk mendeteksi normalitas adalah dengan melihat penyebaran
data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik.63
Dasar pengambilan
keputusan adalah:
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Berikut ini adalah grafik untuk mendeteksi normalitas:
63Matoji.Efektivitas Produk Tabungan Khusus Siswa (TAKWA) Dalam Peningkatan Dana Pihak
Ketiga Dari Sektor Pendidikan Pada BPRS Kota Bekasi, h.60
94
Gambar 4.1.
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Output Histogram
Hasil uji normalitas berdasarkan Grafik P-Plot disajikan pada
gambar berikut ini:
Gambar 4.2.
Hasil uji normalitas menggunakan Grafik P-Plot
Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa setiap (dot) menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dengan
95
demikian, data telah memenuhi asumsi pertama dalam asumsi klasik yaitu
telah memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Multikolinearitas (multicollinearity)
Istilah kolinearitas ganda (multicollinearity) diciptakan Ragner
Frish di dalam bukunya: Statsitical Confluence Analysis by Means of
Complete Regression System. Aslinya istilah itu berarti adanya hubungan
linear yang sempurna atau eksak (perfect or exact) diantara variabel-
variabel bebas dalam regresi.64
Sunyoto dalam Iim Qo’imuddin, suplemen 3 mengatakan bahwa
jika:
1. Nilai tolerance (α) hitung < α
2. Nilai VIF hitung > VIF, dimana VIF = 1/ α
Maka variabel bebas mengalami multikolinearitas. Sebaliknya jika:
1. Nilai tolerance (α) hitung > α
2. Nilai VIF hitung < VIF, dimana VIF= 1/α
Maka tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas.65
Dalam hal ini, nilai tolerance (α) harus > 0,05 dan nilai standar VIF =
1/0,05 = 20, dimana VIF hitung harus < 20.
64 J.Supranto. Ekonometri. (Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia. 2014), h.13 65Teza Riyadi, Efektivitas Pembiayaan Mikro pada Nasabah PT Bank Syariah Mandiri Cabang
Pembantu Cililitan, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010), h.90-91.
96
Berdasarkan tabel coefficients yang terdapat pada lempiran 9 yang
berfungsi untuk mengetahui gejala multikolinearitas, didapat bahwa nilai
VIF untuk masing-masing variabel adalah:
1. Rata-rata pendapatan nasabah sebelum pembiayaan : 2,463
2. Besar pembiayaan yang nasabah dapat : 2,495
3. Pokok angsuran yang nasabah bayar : 2,543
4. Margin yang ditetapkan bank : 1,402
Sedangkan nilai tolerance untuk masing-masing variabel adalah:
1. Rata-rata pendapatan nasabah sebelum pembiayaan : 0,406
2. Besar pembiayaan yang nasabah dapat : 0,401
3. Pokok angsuran yang nasabah bayar : 0,393
4. Margin yang ditetapkan bank : 0,713
Berdasarkan ketentuan, nilai tolerance (α) > 0,05 dan nilai VIF <
20, maka masing-masing variabel memenuhi asumsi klasik, yaitu tidak
terdapat multikolinearitas.
3. Uji Autokorelasi
Salah satu asumsi dari model regresi linear klasik ialah bahwa
tidak ada autokorelasi atau korelasi serial (autocorrelation or serial
correlation).66
Sudarmanto dalam Iim Qo’imuddin, suplemen 3 menyebutkan,
autokorelasi korelasi antara anggota seri observasi yang disusun menurut
66 J.Supranto. Ekonometri, h.82
97
urutan waktu atau urutan tempat atau korelasi yang timbul pada dirinya
sendiri.67
Ketentuan ada atau tidaknya auto korelasi adalah:68
1. DW < dL : tolak H0
2. DW > 4-dL : tolak H0
3. dU < DW < 4-DU : terima H0
4. dL DW < dU atau 4-dU DW 4-dL : inconclusive dimana H0:
tidak terdapat autokorelasi.
Berdasarkan tabel model summary yang terdapat pada lampiran 11
nilai Durbin-Watson (DW) adalah sebesar 2,103. Nilai dL = 1,72 dan dU=
1,28 sementara 4-dU = 2,71.
Sesuai dengan ketentuan nomor 3dU < DW < 4-DU = H0
diterima,1,28 < 2,10 < 2,71 dengan demikian H0 diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa model penelitian tidak mengalami masalah
autokorelasi.
4. Uji Heteroskedastisitas
Sunyoto dalam Iim Qo’imuddin, suplemen 3 menyebutkan, dalam
persamaan regresi berganda juga perlu diuji mengenai sama atau tidaknya
varians dari residual observasi yang satu dengan observasi yang lain.
67 Iim Qo’imuddin. Suplemen . doc. (T.tT.p.T.th), h.4
68 J.Supranto.Ekonometri, h.105
98
Gambar 4.3.
Hasil Uji Heteroskedastistisitas dengan Grafik Scatterplot
Berdasarkan gambar 4.3 grafik scatterplot di atas, bila pada sumbu
Y (Regression Standardized Predicted Value) ditarik sebuah garis lurus
pada nilai nol (0) maka dapat terlihat bahwa titik (dot) menyebar di sekitar
garis lurus tersebut dan tidak membuat pola tertentu seperti pola
melingkar, menyempit, melebar atau bergelombang. Dengan demikian
memenuhi asumsi klasik yaitu data homoskedastis (seragam).
Rumusan Hipotesis
H0 : Tidak ada pengaruh antara rata-rata pendapatan nasabah sebelum
pembiayaan, pokok angsuran dan margin (secara bersama-sama)
terhadap rata-rata pendapatan nasabah setelah pembiayaan.
Ha: Terdapat pengaruh antara rata-rata pendapatan nasabah sebelum
pembiayaan, pokok angsuran dan margin (secara bersama-sama)
terhadap rata-rata pendapatan nasabah setelah pembiayaan.
99
Kriteria pengujian hipotesis :
Uji F: Untuk menguji hipotesis secara keseluruhan
1. Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak, Ha diterima.
2. Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima, Ha ditolak.
Atau dengan melihat nilai signifikasi level (sig.) dengan ketentuan
jika nilai sig.< 0,05 maka H0 ditolak, menerima Ha.69
C. Analisis Regresi Linear Berganda
1. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Analisis regresi linier berganda ini menggunakan alat bantu berupa
software SPSS 17.0. Dengan menggunakan SPSS 17.0, didapat hasil
sebagai berikut:
Tabel 4.35.
Hasil Uji Koefisien Determinasi dengan Model Summary
R R Square Adjust R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
0,998 0,995 0,995 9,58987 2,103
Tabel 4.35 di atas selain digunakan untuk mengetahui gejala
autokorelasi, juga digunakan untuk mengetahui korelasi semua variabel
bebas terhadap variabel terikat.
Hasil Uji Determinasi di atas, korelasi di antara variabel bebas
secara bersama-sama dengan variabel terikat dapat dijelaskan dengan nilai
R, yaitu sebesar 0,998 atau dengan kata lain, korelasi antara variabel bebas
69 Iim Qo‟imuddin. Suplemen 2.pdf. (T.t. T.p. T.th.), h.9.
100
secara bersama-sama dengan variabel terikat adalah sebesar 99,8% dan
dengan demikian, berdasarkan tabel interpretasi koefisien korelasi dapat
dikatakan memiliki korelasi yang sangat kuat.
Sedangkan Adjusted R squere pada tabel model summary diatas
adalah 0,995 yang menunjukkan bahwa variabel bebas secara bersama-
sama memiliki pengaruh 99,5% dikarenakan terdapat variabel bebas yang
berpengaruh besar terhadap variabel terpengaruh yaitu variabel pendapatan
nasabah sebelum pembiayaan.
2. Analisis Pengaruh Secara Simultan (Uji F)
Pengujian secara simultan dilakukan dengan menggunakan uji F.
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen
dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel
depende. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan
menolak H0, sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka
H0 diterima dan menolak Ha. Tabel berikut menggambarkan hasil uji
statistik F.
Tabel 4.36.
Analysis Of Variance (ANOVA)
Model Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig
Regression 692466,355 4 173116,589 1882,406 0,000
Residual 3218,796 35 91,966
Total 695685, 151 39
Sumber: Data Primer yang diolah
101
Pada tabel ANOVA di atas nilai F dan Sig. dapat digunakan untuk
menguji hipotesis yang telah disebutkan sebelumnya, rumusan hipotesis
yaitu :
H0: Tidak ada pengaruh rata-rata pendapatan nasabah sebelum
pembiayaan, besar pembiayaan, pokok angsuran dan margin
(secara bersama-sama) terhadap rata-rata pendapatan nasabah
setelah pembiayaan.
Ha : Terdapat pengaruh antara rata-rata pendapatan nasabah sebelum
pembiayaan, besar pembiayaan, pokok angsuran dan margin
(secara bersama-sama) terhadap rata-rata pendapatan nasabah
setelah pembiayaan.
Berdasarkan data diatas, nilai F hitung adalah 1882,406 dengan
signifikasi 0,000. Karena signifikasi lebih kecil daripada 0,05 maka dapat
dikatakan bahwa pendapatan sebelum pembiayaan, besar pembiayaan,
pokok angsuran dan margin mempunyai pengaruh secara simultan
terhadap pendapatan setelah pembiayaan.
3. Analisis Pengaruh Secara Parsial (Uji t)
Uji Statistik t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap
variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikasi 0,05. Jika nilai
probability t lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan H0 ditolak, jika
102
nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan Haditolak.
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil uji statistik t:
Tabel 4.37.
Coefficients Regresi
Tabel coefficients di atas, selain berfungsi untuk mengetahui
apakah ada gejala multikolinearitas juga berfungsi untuk membuat model
regresi dan mengetahui dominasi masing-masing variabel bebas terhadap
variabel terikat. Membuat model regresi :
Pada tabel 4.37. coefficients di atas pada kolom B, menjelaskan
koefisien masing-masing variabel, yaitu:
Konstan = 25,060
Rata-rata pendapatan nasabah sebelum pembiayaan = 0,981
Besar pembiayaan = 0,163
Pokok angsuran = -1,970
Margin yang ditetapkan bank = -9,017
Dengan demikian, model regresi dari pembiayaan mikro ini adalah:
B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF
(Constant) 25,060 3,057 8.199 0,000
Pendapatan
nasabah sebelum
pembiayaan
0,981 0,019 0,956 52.995 0,000 0,406 2.463
Besar
pembiayaan
0,163 0,025 0,118 6.501 0,000 0,401 2.495
Pokok angsuran -1,970 0,536 -0,067 -3.676 0,001 0,393 2.543
Margin -9,017 2,860 -0,043 -3.153 0,003 0,713 1.402
Sumber: Data Primer yang diolah
103
Y = 25,060+0,981X1+0,163X2-1,970X3-9,017X4
Keterangan :
Y : Rata-rata pendapatan nasabah setelah pembiayaan
X1 : Rata-rata pendapatan nasabah sebelum pembiayaan
X2 : Besar pembiayaan
X3 : Pokok angsuran
X4 : Margin
Dari persamaan regresi tersebut dapat dilihat bahwa variabel
pendapatan usaha nasabah sebelum pembiayaan (X1) mempunyai
koefisien sebesar 0,981 dan besar pembiayaan (X2) mempunyai koefisien
sebesar 0,163. Besarnya koefisien tersebut menunjukkan pengaruh positif
yang berarti semakin tinggi pendapatan usaha nasabah sebelum
pembiayaan dan besar pembiayaan yang diajukan maka akan semakin
tinggi juga pendapatan usaha nasabah setelah pembiayaan (Y).
Besarnya koefisien X3 sebesar -1,970 menunjukkan bahwa adanya
hubungan negatif antara X3 terhadap Y. Hubungan yang negatif tersebut
menunjukkan apabila Pokok Angsuran mengalami peningkatan maka
Rata-Rata Pendapatan Nasabah Setelah Pembiayaan mengalami penurunan
atau sebaliknya apabila Pokok Angsuran mengalami penurunan maka,
Rata-Rata Pendapatan usaha Nasabah Setelah Pembiayaan mengalami
peningkatan.
Pokok angsuran memiliki nilai koefisien regresi sebesar -1,970
menunjukkan bahwa jika Pokok Angsuran mengalami kenaikan sebesar
104
satu satuan maka akan mengurangi Rata-Rata Pendapatan Nasabah Setelah
Pembiayaan sebesar 1,970% dengan asumsi variabel lain bernilai konstan
atau tetap.
Besarnya koefisien X4 sebesar -9,017 menunjukkan bahwa adanya
hubungan negatif antara X4 terhadap Y. Hubungan yang negatif
menunjukkan apabila margin yang ditetapkan bank mengalami
peningkatan maka Rata-Rata Pendapatan Nasabah Setelah Pembiayaan
mengalami penurunan atau sebaliknya apabila margin yang ditetapkan
bank mengalami penurunan maka Rata-Rata Pendapatan Nasabah Setelah
Pembiayaan mengalami peningkatan. Hasil penelitian mengindikasikan
bahwa margin memiliki kontribusi yang sangat besar dan pengurang dari
pendapatan nasabah.
Margin memiliki nilai koefisien regresi sebesar -9,017
menunjukkan bahwa jika margin mengalami kenaikan sebesar satu satuan
maka akan mengurangi Rata-Rata Pendapatan Nasabah Setelah
Pembiayaan sebesar 9,017% dengan asumsi variabel lain bernilai konstan
atau tetap.
Hasil penelitian mengindikasikan bahwa besar atau kecilnya pokok
angsuran dan margin nasabah tidak menjamin terjadinya peningkatan
pendapatan usaha nasabah karena ada faktor lain yang mempengaruhi
pendapatan usaha nasabah seperti sulit atau tidaknya memperoleh bahan
baku untuk memproduksi barang ada atau tidaknya persaingan yang
semakin ketat dan dari faktor kemampuan nasabah itu sendiri dalam
105
melakukan inovasi usahanya serta sesuai atau tidaknya nasabah dalam
menggunakan maupun mengelola dana pembiayaan.
4. Perhitungan Rasio Efektivitas
Berdasarkan hasil wawancara responden diketahui bahwa dari 40
nasabah yang dijadikan responden, terdapat 3 orang responden yang
pendapatan usahanya menurun setelah memperoleh pembiayaan. Sehingga
diperoleh perhitungan sebagai berikut:
Efektivitas =Realisasi x 100%
Target
=(40−3) x 100%
40
=37 𝑥 100%
40
= 92,5%
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus rasio
efektivitas diperoleh nilai koefisien efektivitas sebesar 92,5%. Hal ini
menunjukkan bahwa produk pembiayaan mikro pada Bank BRI Syariah
Jatiwaringin sangat efektif dalam perkembangan usaha nasabah. Sehingga
penelitian ini sesuai dengan teori Mahmudi yang menjelaskan bahwa
pembiayaan dapat dikatakan efektif apabila hasil realisasi hitung lebih
besar dari target yang ditentukan. Dimana kriteria nilai rasio adalah 0%-
106
25% (rendah sekali), 25%-50% (rendah), 50%-75% (sedang) dan 75%-
100% (tinggi).70
70 Mahmudi. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. (Yogyakarta : UPP STIM YKPN)
h.285
107
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Program pembiayaan mikro yang terdapat pada PT Bank BRI
Syariah KCP Jatiwaringin termasuk efektif dalam meningkatkan
pendapatan usaha nasabah. Ini didapat dari data yang di peroleh, dikelola,
dan dianalisis dengan perhitungan manual maupun dengan bantuan SPSS
17.0 for windows. Teknik analisis perhitungan manual menggunakan
perhitungan frekuensi relatif, mean, standar deviasi. Sedangkan analisis
regresi linear berganda menggunakan bantuan program SPSS 17.0 for
windows.
Perhitungan menggunakan frekuensi relative, mean dan standar
deviasi digunakan untuk mengetahui penilaian nasabah penerima
pembiayaan mikro pada PT Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin terhadap
efektivitasnya. Sedangkan perhitungan dengan menggunakan teknik
analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui faktor-faktor
apa saja selama proses pembiayaan yang mempengaruhi penghasilan
nasabah. Dengan demikian, kesimpulannya adalah:
1. Dari perhitungan standar deviasi, didapatkan hasil nilai 1,483
(pembulatan hingga 3 angka decimal) sebagai acuan atau standar
efektivitas pembiayaan mikro berdasarkan persepsi nasabah.
Selanjutnya menggunakan mean dari tiap kelompok pernyataan
108
sebagai perbandingan dengan nilai standar deviasi. Ketentuannya
adalah jika mean > standar deviasi, maka dapat dikatakan efektif dan
jika mean < standar deviasi, maka dapat dikatakan tidak efektif. Secara
umum, mean dari tiap kelompok pernyataan bernilai lebih besar dari
standar deviasi, dengan demikian dapat dikatakan efektif.
2. Berdasarkan perhitungan menggunakan analisis regresi linear
berganda, terdapat empat faktor yang berpengaruh besar terhadap
pendapatan nasabah setelah memperoleh pembiayaan. Dari persamaan
regresi tersebut dapat dilihat bahwa variabel pendapatan nasabah
sebelum pembiayaan (X1) mempunyai koefisien sebesar 0,981 dan
variabel besar pembiayaan (X2) mempunyai koefisien sebesar 0,163.
Besarnya koefisien tersebut menunjukkan pengaruh positif yang berarti
semakin tinggi pendapatan usaha nasabah sebelum pembiayaan dan
besar pembiayaan maka akan semakin tinggi juga pendapatan usaha
nasabah setelah pembiayaan (Y). Sedangkan koefisien pokok angsuran
sebesar -1,970 dan koefisien margin -9,017 menunjukkan pengaruh
negatif yang berarti akan berbanding terbalik dengan peningkatan
pendapatan usaha nasabah setelah pembiayaan (Y). Pokok angsuran
berbanding terbalik dengan peningkatan pendapatan usaha setelah
pembiayaan artinya semakin besar pokok angsuran yang dibebankan
kepada nasabah semakin sedikit uang yang akan dikembangkan atau di
putar untuk modal kembali, karena nasabah yang harus membayar
angsuran yang terlalu besar, karena ada faktor lain yang
109
mempengaruhi pendapatan usaha seperti sulit atau tidaknya
memperoleh bahan baku untuk memproduksi barang, ada atau tidaknya
persaingan yang semakin ketat dan faktor dari kemampuan nasabah itu
sendiri dalam melakukan inovasi usahanya, serta sesuai atau tidaknya
nasabah dalam menggunakan maupun mengelola dana pembiayaan
yang ada. Selain itu margin juga berpengaruh negatif terhadap
peningkatan pendapatan nasabah.
3. Berdasarkan tabel model summary diatas nilai Adjusted R squere
adalah 0,955 yang menunjukkan bahwa variabel bebas secara bersama-
sama memiliki pengaruh 95,5% dikarenakan terdapat satu variabel
yang berpengaruh besar terhadap variabel terpengaruh yaitu
Variabel pendapatan sebelum pembiayaan.
4. Secara keseluruhan, pendapatan nasabah setelah memperoleh
pembiayaan mikro oleh Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin
mengalami peningkata sebesar 63,54%. Terbukti dari 40 nasabah
pembiayaan mikro, hanya terdapat 3 nasabah yang mengalami
penurunan pendapatan. Dengan demikian, program pembiayaan mikro
pada Bank BRI Syariah KCP Jatiwaringin dapat dikatakan efektif
karena telah berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan nasabah.
110
B. SARAN
Adapun saran dari peneliti berdasarkan temuan yang ada, yaitu :
1. Bagi PT Bank BRI Syariah diharapkan dapat lebih mengembangkan
pembiayaan khususnya pembiayaan untuk sektor mikro mengingat sektor
mikro berkontribusi besar terhadap perekonomian masyarakat secara real.
Diharapkan pula untuk dapat memberikan margin seringan mungkin agar
tidak terlalu membebani nasabah demi kelangsungan dan perkembangan
usaha nasabah sector mikro demi memperbesar pangsa pasar yang dapat
diraih dalam pembiayaan mikro.
2. Bagi masyarakat umum, agar mempersiapkan segala hal sebaik mungkin
sehingga mengerti tata cara dan persyaratan dalam KUR atau pembiayaan
usaha mikro sejemin dengan memperbanyak informasi tentang
pembiayaan usaha mikro atau KUR melalui media massa. Selain itu
diharapkan pula kesadaran penuh dari pihak nasabah dalam pembayaran
angsuran sehingga tidak merugikan pihak bank.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk menggunakan lebih banyak
Bank untuk dapat membandingkan efektivitasnya. Penelitian ini
membatasi pengamatan selama lima belas bulan yaitu dari bulan April
2015 sampai dengan Juni 2016, sehingga masih perlu diuji validitasnya
untuk tahun-tahun mendatang dan untuk penelitian selanjutnya diharapkan
untuk memasukkan faktor-faktor eksternal lainnya.
111
DAFTAR PUSTAKA
Alfiah. 2010. “Efektivitas Pendampingan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta
Insan Karimah Dalam Menunjang Keberhasilan Usaha Debitur”. Skripsi
S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Amalia, Euis. 2009. Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam : Penguatan
Peran Lkm dan Ukm Di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.
Anshori, Abdul Ghofur. 2007. Perbankan Syariah di Indonesia. Cet. I.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta:
Gema Insani.
Arifin, Zainul. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Cet.4. Jakarta:
Pustaka Alvabet.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Cet.14. Jakarta: Rineka Cipta.
Ascarya. 2007. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Boediono dan Wayan Koster.2001. Teori dan Aplikasi Statistika dan Probabilitas.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Farihah, Ipah. 2006. Buku Pandungan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Jakarta: UIN Jakarta Press.
Handoko,T. Hani. 1998. Manajemen. Ed. II. Yogyakarta: BPFE.
112
Hidayat,Y. 2005. Efektivitas Pembiayaan Pola Bagi Hasil Pada BMT Keponteren
Hubbul Wathan. Skripsi pada Departemen Sosial Ekonomi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Karim, Adiwarman A. 2013. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Ed. IV.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada..
Mardani. 2012. Fiqh Ekonomi Syariah. Jakarta: Kencana.
Muhamad. 2014. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam: Pendekatan Kuantitatif.
Jakarta: Rajawali Pers PT RajaGrafindo Persada.
Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Qo’immudin, Iim. Bahan Ajar Mata Kuliah Statistik 2. Suplemen 2.pdf. T.t. T.p.
T.th.
Rochaety, Ety dkk. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis Dengan Aplikasi SPSS.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
Santosa, Purbayu Budi dan Hamdani, Muliawan. 2007. Statiska Deskriptif Dalam
Bidang Ekonomi dan Niaga. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sevilla, Consuello G. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UII Press.
Soeratno dan Arsyad, Lincolin. 2003. Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan
Bisnis. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) Akademi
Manajemen Perusahaan.
Soeharsono, Sagir. 2007. Masalah Ekonomi Indonesia. Bandung: Angkasa.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
113
Sujarweni, Wiratna. 2014. SPSS Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
Sujadi F.X,o&M. 1990. Penunjang Berhasilmya Proses Manajamen. Jakarta:
CV.Mas Agung.
Sumitro, Djojohadikusumo. 1990. Sejarah Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1997. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Ed. 2. Cet. 9. Jakarta: Balai Pustaka.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah.
Widayat. 2004. Metode Penelitian Pemasaran. Malang: UMM.
Winardi. 2001. Pengantar Ekonomi. Jakarta: Gahlia Indonesia.
Yaya, Rizal,dkk. 2009. Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik
Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.
Jurnal
Ascarya, dan D. Yumanita. 2005. Mencari Solusi Rendahnya Pembiayaan Bagi
Hasil di Perbankan Syariah Indonesia. Jurnal Perbankan Syariah, Volume
20, No. 4. September.
Berry, A. E.Rodriquez. dan H.Sandeem. 2001.”Smaal and Medium Enterprises
Dynamics in Indonesia”.Bulletin of Indonesian Economic Studies 37 (3).
Paul E.Mott. 1972.”The Characteristics of Effektivitas Organization” New York:
Halper and Row.
114
Internet
http://www.depkop.go.id/berita-informasi/data-informasi/data-umkm diakses pada
4 Juni 2016.
http://www.brisyariah.co.id/pembiayaan-mikro diakses pada 4 Juni 2016.
Data Statistik Perbankan Syariah Januari 2015 dari
http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/statistik-
perbankan-syariah/Pages/statistik-perbankan-syariah-januari-2015.aspx di
akses pada 7 Juni 2016