Transcript
Page 1: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus vulgaris)

TERHADAPKERUSAKAN SEL HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

AKIBAT PAPARAN PARASETAMOL

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh:

Hardito Puspo Yugo

G.0007080

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i  

PENGESAHAN SKRIPSI    Skripsi dengan judul : Efek Hepatoprotektor Jus Semangka Merah (Citrullus

vulgaris) Terhadap Kerusakan Sel Hepar Tikus Putih (Rattus norvegicus)

Akibat Paparan Parasetamol

Hardito Puspo Yugo, NIM/Semester : G.0007080/VII, Tahun: 2010

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari Selasa, Tanggal 14 Desember Tahun 2010

Pembimbing Utama Nama : S. B. Widjokongko, dr., M.Pd., PHK NIP : 19481231 197609 1001 ……………………… Pembimbing Pendamping Nama : Andri Iryawan, dr., M.S., Sp.And NIP : 19531123 198503 1 006 .……………………... Penguji Utama Nama : Muthmainah, dr., M.Kes. NIP : 19660702 199802 2001 ……………………… Anggota Penguji Nama : Novi Primadewi, dr., M.Kes.,Sp.THT NIP : 19751129 200812 2 002 ……………………… Surakarta, 22 Juli 2010 Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., M.S NIP : 19660702 199802 2 001 NIP : 19481107 197310 1 003

Page 3: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii  

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 2011

Hardito Puspo Yugo

G.0007080

Page 4: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii  

ABSTRAK Hardito Puspo Yugo, G.0007080, 2010. Efek Pemberian Jus Semangka Merah (Citrullus vulgaris) Terhadap Kerusakan Sel Hepar Tikus Putih (Rattus norvegicus) Akibat Paparan Parasetamol. Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemberian jus semangka merah secara peroral dapat mencegah kerusakan sel hepar tikus putih yang terpapar parasetamol, dan apakah dengan peningkatan dosis jus semangka merah dapat meningkatkan efek proteksinya. Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan the post test only controlled group design. Sampel berupa Tikus Putih (Rattus norvegicus) jantan dengan galur Wistar berusia ± 3 bulan dengan berat badan ± 200 gram. Sampel sebanyak 28 ekor tikus putih dibagi dalam 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 7 ekor tikus putih. Kelompok kontrol (K) dan kelompok perlakuan 1 (P1), tikus putih diberi aquades selama 14 hari. Kelompok perlakuan 2 (P2), tikus putih diberi jus buah semangka merah dosis I selama 14 hari. Kelompok perlakuan 3 (P3), tikus putih diberi jus buah semangka dosis II selama 14 hari. Parasetamol dosis 291,6 mg/200 gr BB tikus putih diberikan pada kelompok P1, P2, dan P3 pada hari ke-12, 13, dan 14. Hari ke-15, tikus putih dikorbankan kemudian hepar tikus putih dibuat preparat dengan metode blok parafin dan pengecatan Hematoksilin Eosin (HE). Skor kerusakan hepar didapatkan dari hasil penjumlahan sel yang mengalami piknosis, karioreksis, dan kariolisis. Data dianalisis dengan menggunakan uji One-Way ANOVA (α = 0,05) dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc Multiple Comparisons (LSD) (α = 0,05) Hasil Penelitian: Hasil analisis data secara statistik menunjukkan adanya perbedaan nilai yang bermakna dari rata-rata skor kerusakan sel hepar antara K-P1, K-P2, K-P3, P1-P2, P1-P3, dan P2-P3. Simpulan Penelitian: Pemberian jus semangka merah dapat mengurangi kerusakan histologis hepar tikus putih yang diinduksi parasetamol dan peningkatan dosis jus semangka merah dapat meningkatkan efek proteksinya terhadap kerusakan histologis hepar tikus putih. Kata kunci: jus semangka merah, parasetamol, kerusakan histologis hepar.

Page 5: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv  

ABSTRACT

Hardito Puspo Yugo, G.0007080, 2010. The Hepatoprotector Effect of Watermelon Juice (Citrullus vulgaris) to Liver Histological Damage of Rats (Rattus norvegicus) Induced by Paracetamol. Script, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta. Objective: The objectives of this research are to know the influence of watermelon juice to liver histological damage of rats which is induced by paracetamol and whether the increase of watermelon juice dose can also increase protection effect to the liver histological damage of rats which is induced by paracetamol.. Methods: This was laboratory experimental research with the post test only controlled group design. Samples were 28 male rats, wistar type, ± 3 months old age and + 200 gr of each weight. Samples were divided into 4 groups of 7 rats each. Rats for control group (K) and the first treatment group (P1) will be given aquades for 14 days in a row. The second treatment group (P2) will be given watermelon juice dose I for 14 days in a row. The third treatment group (P3) will be given watermelon juice dose II for 14 days in a row. Paracetamol will be given to P1, P2, and P3, with dose 291,6 mg/200 gr weight of rats on the day 12, 13, and 14. Finally on day 15th, rats are sacrificed with neck dislocation. After that, we made preparate from the liver that painted by Hematoxillin Eosin. Preparation was observed and the score of liver damage was gained by summing up the karyopyknosis, karyorrhexis, and karyolysis cells. The data was analized by One-Way ANOVA tes (α= 0,05) and continued by Post Hoc Multiple Comparisons (LSD) test (α= 0,05). Results: Result of statistically data analysis showed that there was a significant difference of liver damage score between K-P1, K-P2, K-P3, P1-P2, P1-P3, and P2-P3. Conclusion: The feeding of watermelon juice can decrease the liver histological damage of rats induced by paracetamol and the increase of watermelon juice dose can also increase its protection effect to the liver histological damage of rats induced by paracetamol. Key words: mungbean sprout extract, paracetamol, liver histological damage.

Page 6: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v  

PRAKATA

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT atas karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efek Pemberian Jus Semangka Merah (Citrullus vulgaris) Terhadap Kerusakan Sel Hepar Tikus Putih (Rattus norvegicus) Akibat Paparan Parasetamol”. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan dokter di FK UNS Surakarta. Dalam proses penyusunan skripsi ini, tentunya penulis tak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., M.S, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku Ketua Tim Skripsi Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus sebagai Penguji Penguji Utama yang telah berkenan menguj.

3. S. Bambang Widjokongko, dr., MPd., PHK, selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan motivasi bagi penulis.

4. Andri Iryawan, dr., M.S., SpAnd, selaku Pembimbing Pendamping yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, saran dan arahan dalam penelitian ini.

5. Novi Primadewi, dr, M.Kes., SpTHT, selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan Staf Laboratorium Histologi dan Staf Bagian Skripsi FK UNS Surakarta yang telah banyak membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

7. Kedua orang tua tercinta beserta kakak yang telah memberikan doa dan dukungan, baik material maupun spiritual.

8. Sahabat-sahabat terbaikku (Fifi, Marscha, Prima, Sari, Bety, Fenda, Weda, Markus, Iqbal, Irine, Gita, Selvy, Nickyta, Eifel, Ari) yang telah memberikan dukungan dan motivasi serta selalu setia menemani dan membantu penulis dalam suka dan duka.

9. Bijak sebagai rekan skripsiku yang telah banyak membantu dan berjuang bersama penulis dalam penelitian ini dengan ikhlas dan penuh kesabaran.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Surakarta, 2011

Hardito Puspo Yugo

Page 7: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi  

DAFTAR ISI

PRAKATA ......................................................................................................... vi DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2 C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 2 D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 4 B. Kerangka Pemikiran .................................................................... 15 C. Hipotesis ...................................................................................... 16

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ............................................................................ 17 B. Lokasi Penelitian ......................................................................... 17 C. Subjek Penelitian ......................................................................... 17 D. Teknik Sampling .......................................................................... 18 E. Rancangan Penelitian .................................................................. 18 F. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................... 20 G. Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................... 20 H. Alat dan Bahan Penelitian ........................................................... 23 I. Cara Kerja .................................................................................... 24 J. Teknik Analisis Data Statistik ..................................................... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Hasil Penelitian ................................................................... 33 B. Analisis Data ................................................................................ 34

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................... 37 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ...................................................................................... 44 B. Saran ............................................................................................ 44

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 45 LAMPIRAN

Page 8: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii  

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rata-Rata Jumlah Kerusakan Histologis Sel Hepar pada Masing-

masing Kelompok Tikus Putih

Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji LSD (α = 0,05)

Tabel 3. Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan

Tabel 4. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Peroral

Tabel 5. Tabel Berat Badan Subjek Penelitian

Tabel 6. Jumlah Sel Hepar yang Mengalami Kariopiknosis, Karioreksis, dan

Kariolisis dari Setiap 100 Sel di Zona Sentrolobuler pada

Kelompok Kontrol (K)

Tabel 7. Jumlah Sel Hepar yang Mengalami Kariopiknosis, Karioreksis, dan

Kariolisis dari Setiap 100 Sel di Zona Sentrolobuler pada

Kelompok Perlakuan 1 (P1)

Tabel 8. Jumlah Sel Hepar yang Mengalami Kariopiknosis, Karioreksis, dan

Kariolisis dari Setiap 100 Sel di Zona Sentrolobuler pada

Kelompok Perlakuan 2 (P2)

Tabel 9. Jumlah Sel Hepar yang Mengalami Kariopiknosis, Karioreksis, dan

Kariolisis dari Setiap 100 Sel di Zona Sentrolobuler pada

Kelompok Perlakuan 3 (P3)

Tabel 10. Sebaran Data Secara Deskriptif

Tabel 11. Hasil Uji Normalitas Data Saphiro-Wilk untuk Skor Kerusakan Sel

Hepar pada Empat Kelompok Mencit

Tabel 12. Hasil Uji Homogeneity of Variances untuk Skor Kerusakan Sel

Hepar pada Empat Kelompok Mencit

Tabel 13. Hasil Uji One-Way ANOVA untuk Skor Kerusakan Sel Hepar

pada Empat Kelompok Mencit

Tabel 14. Hasil Uji Post Hoc Multiple Comparisons Menggunakan Uji LSD

antar Dua Kelompok untuk Skor Kerusakan Hepar Mencit

Page 9: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Gambar 2. Skema Langkah-Langkah Penelitian

Gambar 3. Fotomikrograf Zona Sentrolobuler Lobulus Hepar Kelompok

Kontrol (K) dengan Pengecatan HE dan Perbesaran 1000X

Gambar 4. Fotomikrograf Zona Sentrolobuler Lobulus Hepar Kelompok

Perlakuan 1 (P1) dengan Pengecatan HE dan Perbesaran

1000X

Gambar 5. Fotomikrograf Zona Sentrolobuler Lobulus Hepar Kelompok

Perlakuan 2 (P2) dengan Pengecatan HE dan Perbesaran

1000X

Gambar 6. Fotomikrograf Zona Sentrolobuler Lobulus Hepar Kelompok

Perlakuan 3 (P3) dengan Pengecatan HE dan Perbesaran

1000X

Gambar 7. Tikus Putih yang digunakan sebagai Sampel dalam Penelitian

Gambar 8. Mikroskop dan Slide Preparat yang Digunakan dalam

Pengambilan Data

Gambar 9. Sonde lambung

Gambar 10. Parasetamol

Gambar 11. Aquadest

Gambar 12. Jus semangka Merah

Gambar 13. Preparat yang Siap Diamati

Page 10: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan

Lampiran 2. Tabel Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Peroral

Lampiran 3. Tabel Berat Badan Subjek Penelitian

Lampiran 4. Hasil Pengamatan Preparat Histologis Hepar Tikus Putih

Lampiran 5. Hasil Uji Statistik untuk Skor Kerusakan Sel Hepar Tikus Putih

Lampiran 6. Foto Preparat

Lampiran 7. Gambar Alat dan Bahan Penelitian

Page 11: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Daging buah semangka yang berwarna merah mengandung

karotenoid yaitu likopen. Kandungan likopen yang terdapat dalam semangka

sebanyak 23-72 mikrogram/gram berat kering. Likopen merupakan

antioksidan yang lebih unggul dari vitamin C dan E (Syamsuhidayat dan

Hutapea, 1991).

Penulis memilih parasetamol untuk dipaparkan pada tikus putih

karena parasetamol termasuk dalam daftar obat bebas. Parasetamol aman

digunakan jika diberikan sesuai dosis yang ditetapkan. Di masyarakat, obat

ini banyak digunakan untuk mengatasi flu dan demam. Namun, akses yang

mudah ini dapat semakin meningkatkan penggunaan obat secara sendiri oleh

masyarakat sehingga akan memperbesar kemungkinan overdosis baik

sengaja atau tidak (Andra, 2006; Sunarsih, 1995).

Penggunaan parasetamol yang salah, dalam dosis tinggi dan waktu

yang lama dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, di

antaranya adalah efek hepatotoksis yang merusak sel-sel hepar (Sheen et al.,

2002). Kerusakan hepar terjadi karena pada dosis yang berlebihan, hasil

metabolisme parasetamol yang berupa N-asetil-p-benzokuinon (NAPQI)

tidak dapat dinetralisir semuanya oleh glutation hepar. NAPQI bersifat

Page 12: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

toksik dan dapat menyebabkan terjadinya reaksi rantai radikal bebas

(Correia dan Castagnoli, 1989).

Berdasarkan hal tersebut maka penulis ingin membuktikan apakah

jus semangka merah dapat mencegah kerusakan sel hepar tikus putih akibat

paparan parasetamol.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah pemberian jus semangka merah secara peroral dapat mencegah

kerusakan sel hepar tikus putih yang terpapar parasetamol ?

2. Apakah peningkatan dosis jus semangka merah dapat meningkatkan efek

proteksi terhadap kerusakan sel hepar tikus putih yang terpapar

parasetamol ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemberian jus

semangka merah secara peroral dapat mencegah kerusakan sel hepar tikus

putih yang terpapar parasetamol, dan apakah dengan peningkatan dosis jus

semangka merah dapat meningkatkan efek proteksinya.

Page 13: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik:

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

mengenai pengaruh jus semangka merah dalam mencegah kerusakan

sel hepar yang terpapar parasetamol.

b. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan acuan untuk

penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Aplikatif:

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi

masyarakat untuk menggunakan jus semangka merah sebagai obat

alternatif untuk mencegah kerusakan hepar akibat parasetamol.

Page 14: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

4

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Semangka merah (Citrullus vulgaris)

Klasifikasi :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledone

Ordo : Cucurbitales

Famili : Cucurbitaceae

Genus : Citrullus

Spesies : Citrullus vulgaris Schrad

Semangka merah Citrullus vulgaris termasuk divisi spermatophyta,

sub divisi angiospermae, kelas dicotyledonae, ordo cucurbitales, famili

cucurbitaceae, genus citrullus, spesies Citrullus vulgaris Schrad. Biji, daun,

dan kulit buah mengandung saponin. Bijinya juga mengandung polifenol

dan flavonoid serta daunnya mengandung polifenol. Biji kaya zat gizi

dengan kandungan minyak berwarna kuning 20-45%, protein 30-40%,

sitrullin, vitamin B12, dan enzim urease. Senyawa aktif kukurbositrin pada

Page 15: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

biji semangka dapat memacu kerja ginjal dan menjaga tekanan darah agar

tetap normal. Daging buah semangka rendah kalori dan mengandung air

sebanyak 93,4%, protein 0,5%, karbohidrat 5,3%, lemak 0,1%, serat 0,2%,

abu 0,5%, dan vitamin (A, C, dan E). Selain itu, juga mengandung asam

amino sitrullin (C6H13N3O3), asam aminoasetat, asam malat, asam fosfat,

arginin, betain, likopen (C4OH56), karoten, bromin, natrium, kalium, silvit,

lisin, fruktosa, dekstrosa, dan sukrosa. Sitrulin dan arginin berperan dalam

pembentukan urea di hati dari amonia dan CO2 sehingga keluarnya urin

meningkat. Kandungan kaliumnya cukup tinggi yang dapat membantu kerja

jantung dan menormalkan tekanan darah. Daging buahnya yang berwarna

merah mengandung karetenoid yaitu likopen. Kandungan likopen yang

terdapat dalam semangka sebanyak 23-72 mikrogram/gram berat kering.

Likopen merupakan antioksidan yang lebih unggul dari vitamin C dan E.

(Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991)

2. Stuktur Histologis Hepar

Hepar adalah organ pencernaan terbesar dalam tubuh dengan berat

antara 1,2 - 1,8 kg atau kurang lebih 25% berat badan orang dewasa. Hepar

merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh. Hepar terletak di rongga perut di

bawah diafragma dan menempati sebagian besar kuadran kanan atas

abdomen. Hepar merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi yang

sangat kompleks, di mana fungsi hepar dalam sistem sirkulasi adalah untuk

menampung, mengubah, menimbun metabolit, menetralisasi dan

Page 16: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

mengeluarkan substansi toksik yang terbawa oleh aliran darah. Sebagian

besar darah yang menuju ke hepar dipasok dari vena porta, dan sebagian

kecil dipasok dari arteri hepatika (Amirudin, 2007; Junqueira et al., 1995).

Secara makroskopis, hepar terbagi atas beberapa lobus dan tiap lobus

hepar terbagi menjadi struktur yang dinamakan lobulus, yang merupakan

unit mikroskopis dan fungsional organ. Secara mikroskopis, di dalam hati

manusia terdapat 50.000-100.000 lobuli. Setiap lobulus berbentuk

heksagonal yang terdiri atas lembaran sel hepar berbentuk kubus yang

tersusun radial mengelilingi vena sentralis. Di antara lembaran sel hepar

terdapat kapiler-kapiler yang disebut sinusoid, sinusoid merupakan cabang

vena porta dan arteri hepatika. Selain cabang-cabang vena porta dan arteri

hepatika yang melingkari bagian perifer lobulus hepar, juga terdapat saluran

empedu yang membentuk kapiler empedu, dinamakan kanalikuli empedu

yang berjalan di antara lembaran sel hepar (Amirudin, 2007; Price dan

Wilson, 1994).

a. Lobulus Hepar

Secara fungsional, lobulus hepar dibagi dalam tiga zona:

1) Zona 1: zona aktif, sel-sel paling dekat pembuluh darah,

akibatnya zona ini yang pertama kali dipengaruhi oleh

perubahan darah yang masuk.

2) Zona 2: zona intermedia, sel-selnya memberi respon kedua

terhadap darah.

Page 17: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

3) Zona 3: zona pasif, aktivitas sel-selnya rendah dan tampak aktif

bila kebutuhan meningkat (Leeson et al., 1996).

Lobulus hepar berbentuk poligonal dengan ukuran 0,7 x 2 mm.

Lobulus-lobulus ini dipisahkan oleh jaringan pengikat dan pembuluh darah.

Daerah ini disebut trigonum portae yang berisi cabang arteri hepatika,

cabang vena porta, cabang duktus biliferus, dan anyaman pembuluh limfe

(Junqueira et al., 1995).

b. Parenkim Hepar

Parenkim hepar terdiri atas sel-sel hepar (hepatosit). Hepatosit

tersusun berderet secara radier dalam lobulus hepar. Lempeng-lempeng

hepatosit ini secara radial bermula dari tepian lobulus menuju ke vena

sentralis sebagai pusatnya. Lembaran-lembaran ini bercabang-cabang dan

beranastomose secara bebas sehingga di antara lempeng-lempeng tersebut

terdapat ruangan sinusoid. Sel hepar berbentuk poligonal dengan 6 atau

lebih permukaan, berukuran sekitar 20-35 um, dengan membran sel yang

jelas, inti bulat atau lonjong dengan permukaan teratur dan besarnya

bervariasi. Permukaan sel hepar berkontak dengan dinding sinusoid melalui

celah Disse dan juga kontak dengan permukaan hepatosit lain (Junqueira et

al., 1995; Lesson et al., 1996).

c. Sinusoid Hepar

Sinusoid terdapat di antara lempeng-lempeng sel hepar dan

mengikuti percabangannya (Eroschenko, 2000). Sinusoid merupakan

pembuluh yang melebar tidak teratur dan hanya terdiri dari satu lapis endotel

Page 18: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

yang tidak kontinyu. Sinusoid mempunyai pembatas yang tidak sempurna

dan memungkinkan pengaliran makromolekul dengan mudah dari lumen ke

sel-sel hepar dan sebaliknya. Sinusoid dikelilingi dan disokong oleh

selubung serabut retikuler halus yang penting untuk mempertahankan

bentuknya. Sel-sel endotel dipisahkan dari hepatosit yang berdekatan oleh

celah subendotel yang disebut celah Disse. Sinusoid juga mengandung sel-

sel fagosit dari retikuloendotelial yang dikenal sebagai sel Kupffer,

berbentuk stelat dengan sifat histologis seperti vakuola jernih, lisosom dan

retikuloendoplasma granular tersebar di seluruh sitoplasma. Ini

membedakan sel-sel Kupffer dan sel-sel endotel (Junqueira et al., 1995).

Ruang-ruang sinusoid berbeda dengan kapiler yaitu garis tengahnya lebih

besar (9-12 um) dan sel pembatasnya tidak seperti endotel biasa. Lamina

basal sinusoid terputus-putus (Lesson et al., 1996).

d. Gambaran Kerusakan Hepar Setelah Pemberian Parasetamol

Kematian sel dan kematian jaringan pada tubuh yang hidup disebut

nekrosis. Nekrosis merupakan kematian sel lokal (Price dan Wilson, 1994).

Nekrosis juga dapat diartikan sebagai proses perubahan morfologi sebagai

akibat tindakan degenerasi progresif oleh enzim-enzim pada sel yang terjejas

letal. Hepar normal memiliki kapasitas regenerasi yang luar biasa karena

hepar merupakan organ tubuh yang paling sering menerima jejas. Pada jejas

ringan, hepar dapat segera beregenerasi kembali pada fungsi semula.

Namun, kapasitas cadangan hepar dapat habis apabila hepar terkena

Page 19: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

penyakit yang menyerang seluruh parenkim hepar sehingga timbul

kerusakan pada hepar (Robbins et al., 2003).

Kerusakan hepar yang berupa nekrosis dapat terjadi sebagai akibat

dari pemberian parasetamol dengan dosis yang berlebihan (dosis toksik)

(Insel, 1991). Umumnya perubahan-perubahan yang terjadi pada sel

nekrotik dapat terjadi pada semua bagian sel. Tetapi perubahan pada inti sel

adalah petunjuk yang paling jelas pada kematian sel. Bagian sel yang telah

mati intinya menyusut, batas tidak teratur dan berwarna gelap dengan zat

warna yang biasa digunakan oleh para ahli patologi anatomi. Proses ini

dinamakan piknosis dan intinya disebut piknotik (Price dan Wilson, 1994).

Nekrosis hati akibat peroksidase lipid maupun radikal bebas dapat

bersifat fokal, sentral, pertengahan, perifer atau masif. Kematian sel terjadi

bersamaan dengan pecahnya membran plasma. Perubahan morfologis awal

berupa edema sitoplasma, dilatasi retikulum endoplasma dan disagregasi

polisom. Terjadi akumulasi trigliserid sebagai butiran lemak dalam sel dan

terjadi pembengkakan mitokondria progresif dengan kerusakan krista

(Wenas, 1996). Stadium selanjutnya sel dapat mengalami degenerasi

hidropik, susunan sel yang terpisah-pisah, inti sel piknotik (kariopiknosis)

yaitu pengerutan inti sel dan kondensasi kromatin. Kemudian terjadi

karioreksis yaitu fragmentasi inti yang meninggalkan pecahan-pecahan sisa

inti berupa zat kromatin yang tersebar didalam sel. Selanjutnya terjadi

kariolisis yaitu kromatin basofil menjadi pucat. Dengan perjalanan waktu,

Page 20: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

terjadi penghancuran dan pelarutan inti sel sehingga inti sel sama sekali

menghilang, pecahnya membran plasma, dan nekrosis (Thomas, 1988).

3. Parasetamol

Parasetamol atau asetaminofen merupakan salah satu dari obat yang

sering digunakan. Parasetamol bertanggung jawab atas efek analgesiknya.

Parasetamol tidak termasuk golongan AINS karena efek antiinflamasinya

kecil sekali. Parasetamol bekerja dengan menghambat sintesa prostaglandin

dalam susunan saraf pusat yang mempengaruhi pusat hipotalamus untuk

pengontrolan suhu tubuh. Di Indonesia, parasetamol tersedia sebagai obat

bebas dan dapat dengan mudah mendapatkanya. Efek analgesik parasetamol

yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang seperti

nyeri kepala, mialgia, dan keadaan lain. Parasetamol tidak menimbulkan

gangguan pernafasan dan keseimbangan asam basa. Sebagai analgesik

sebaiknya parasetamol tidak diberikan terlalu lama karena menimbulkan

nefropati analgesik. Reaksi alergi karena parasetamol jarang terjadi.

Manifestasi dari reaksi alergi berupa eritem atau urtikaria. Parasetamol juga

menyebabkan anemia hemolitik, terutama pada pemakaian kronik. Hal ini

dapat terjadi karena mekanisme autoimun, defisiensi G6PD, dan metabolit

yang abnormal (Katzung, 1998; Wilmana dan Gunawan, 2007).

Parasetamol diberikan secara peroral. Absorbsinya cepat dan

sempurna melalui saluran cerna, tergantung pada kecepatan pengosongan

lambung (Katzung, 1998). Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai

Page 21: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

dalam waktu setengah jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini

tersebar ke seluruh cairan tubuh. Dalam plasma 25% parasetamol terikat

protein plasma dan sebagian dimetabolisme enzim mikrosom hepar. Pada

kondisi normal, parasetamol mengalami glukuronidasi dan sulfasi di mana

80% dikonjugasi dengan asam glukoronat dan sebagian kecil lainnya dengan

asam sulfat (Wilmana dan Gunawan, 2007). Hasil konjugasi ini akan

dieliminasi lewat urin (Parod dan Dolgin, 1992). Selain itu dalam jumlah

kecil (4%) diubah menjadi metabolit reaktif berupa senyawa antara yang

reaktif dan toksik yaitu N-asetil-p-benzoquinonimin (NAPQI) (Brunton et

al., 2006). NAPQI dibentuk dengan adanya bioaktivasi parasetamol melalui

sistem sitokrom P-450 (Klaassen dan Watkins, 2003). Metabolit tersebut

kemudian didetoksifikasi oleh glutation hati menjadi metabolit sistin dan

metabolit merkapturat yang non toksik. Pada dosis tinggi, jalur konjugasi

parasetamol menjadi jenuh sehingga banyak parasetamol menjadi metabolit

NAPQI, sebagai akibatnya terjadi deplesi glutation hepar, bahkan

kandungan glutation hepar dapat dihabiskan (paling tidak berkurang 20-30%

harga normal) (Rochmah, 2000). Akibatnya NAPQI akan membentuk ikatan

kovalen dengan protein sel hepar secara irreversibel sehingga akan

menyebabkan terjadinya kematian sel atau nekrosis sel hepar. Nekrosis

tubular ginjal dapat juga terjadi (Mycek et al., 1997). Metabolit ini juga

menyebabkan pengikatan kovalen pada makromolekul seperti DNA, RNA

dan protein. Jika demikian, maka akibat yang parah pada fungsi sel akan

segera terlihat dengan nyata (Murray et al., 2003).

Page 22: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Parasetamol aman diberikan dengan dosis 325-500 mg 4 kali sehari

pada orang dewasa dan untuk anak-anak dalam dosis yang lebih kecil yang

sebanding (Katzung, 1998). Pemberian parasetamol juga dapat

menimbulkan efek samping. Efek samping dari parasetamol tergantung pada

dosis yang diberikan. Akibat dari dosis toksik parasetamol yang paling

serius adalah nekrosis hepar, nekrosis tubulus renalis serta koma

hipoglikemi. Hepatotoksisitas dapat terjadi pada pemberian dosis tunggal

10-15 gram (200-250 mg/kg BB) setelah 48 jam menelan parasetamol.

Kerusakan yang timbul berupa nekrosis sentrolobularis (Wilmana dan

Gunawan, 2007). Dosis 20-25 gram atau lebih dapat berakibat fatal. Sekitar

10% pasien keracunan yang tidak mendapatkan pengobatan yang spesifik

berkembang menjadi kerusakan hepar yang hebat, dari yang disebutkan tadi,

10-20% akhirnya meninggal karena kegagalan fungsi hepar. Kegagalan

ginjal akut juga terjadi pada beberapa pasien (Suarsana dan Budiasa, 2005;

Insel, 1991 ). Hepatotoksisitas karena parasetamol pada manusia pertama

kali dilaporkan pada tahun 1966 (Sheen et al., 2002).

4. Mekanisme Kerusakan Hepar oleh Parasetamol dan Mekanisme

Hepatoprotektor Jus Semangka Merah

Pada kondisi normal, parasetamol yang diabsorbsi oleh tubuh

dikonjugasi dengan asam glukoronat dan asam sulfat, sebagian kecil

dihidroksilasi dengan sitokrom P-450 menjadi metabolit N-asetil-p-

benzoquinonimin (NAPQI). Metabolit NAPQI ini oleh glutation hepar

Page 23: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

diubah menjadi metabolit sistin dan merkapturat yang kemudian dibuang

melalui urin (Wilmana dan Gunawan, 2007).

Jika jumlah parasetamol yang dikonsumsi jauh melebihi dosis terapi,

maka asam glukoronat dan asam sulfat dalam hepar akan habis

cadangannya, kemudian terbentuklah metabolit reaktif NAPQI yang

berlebihan. Selama glutation tersedia untuk mendetoksifikasi NAPQI

tersebut, maka tidak akan terjadi reaksi hepatotoksisitas. Namun, bila

glutation terus terpakai, akhirnya terjadi pengosongan glutation dan terjadi

penimbunan metabolit NAPQI yang toksik dan reaktif. N-asetil-p-

benzoquinonimin (NAPQI) merupakan metabolit minor dari parasetamol

yang sangat aktif dan bersifat toksik bagi hepar dan ginjal. Metabolit ini

akan bereaksi dengan gugusan nukleofilik yang terdapat pada makromolekul

sel hepar, seperti protein, menimbulkan hepatotoksisitas yang menyebabkan

nekrosis hepar (Wilmana dan Gunawan, 2007; Katzung, 1998). Selain itu,

NAPQI dapat menimbulkan stres oksidatif, yang berarti bahwa NAPQI

dapat menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid

merupakan bagian dari proses atau rantai reaksi terbentuknya radikal bebas

(Rubin et al., 2005). Radikal bebas mampu mengubah suatu molekul

menjadi radikal bebas baru dan akan membentuk radikal bebas kembali

sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) (Widjaja, 1997).

Kerusakan hepar akibat parasetamol dapat terjadi karena reaksi

toksik, alergi dan radikal bebas. Biasanya kerusakan yang terjadi merupakan

Page 24: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

nekrosis di sekitar vena sentralis/nekrosis sentrolobularis karena sitokrom P-

450 paling banyak terdapat pada zona tersebut (Wenas, 1996).

Perubahan morfologis awal pada nekrosis hepar berupa edema

sitoplasma, dilatasi retikulum endoplasma dan disagregasi polisom. Terjadi

akumulasi trigliserid sebagai butiran lemak dalam sel dan terjadi

pembengkakan mitokondria progresif dengan kerusakan krista (Wenas,

1996). Stadium selanjutnya inti sel dapat mengalami piknosis, karioreksis

dan kariolisis (Thomas, 1988).

Jus semangka merah mengandung bermacam-macam zat aktif yang

berfungsi sebagai antioksidan dan dapat meningkatkan kadar glutation.

Dalam jus semangka terkandung enzim GST (Glutation S Transferase) yang

dapat meningkatkan glutation serum dan hepar. Karena glutation meningkat,

maka metabolit NAPQI yang bersifat toksik akan berikatan dengan

glutation, menghasilkan asam merkapturat yang non toksik (Greiner, 1990).

Komponen antioksidan jus semangka merah di antaranya adalah

vitamin C, E, likopen, dan beberapa antioksidan lain. Antioksidan tersebut

dapat meredam dampak negatif dari oksidan dengan cara memberikan

elektronnya pada oksidan (Bagiada, 1995). Antioksidan mampu mengubah

oksidan menjadi molekul yang tidak berbahaya. Antioksidan juga dapat

mencegah pembentukan radikal bebas dan memperbaiki kerusakan yang

ditimbulkannya (Widjaja, 1997). Melalui mekanisme antioksidan dan

peningkatan glutation ini jus semangka merah dapat mencegah kerusakan

histologis hepar.

Page 25: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

B. Kerangka Pemikiran

Likopen Vit A Vit C Vit E

Lipid peroxidase

Stres Oksidatif

Radikal bebas

Jalur glukuronidasi dan

sulfasi menjadi jenuh

Meningkatkan (NAPQI)

Bioaktivasi sitokrom P450

Meningkatkan glutathion hepar

Antioksidan

Deplesi glutathion

Ikatan kovalen NAPQI dengan gugusan

nukleofilik

Keterangan: : memacu : menghambat

Parasetamol dosis toksis Jus semangka merah

Kerusakan hepar

Variabel luar yang tak terkendali: kondisi psikologis, keadaan awal hepar dan reaksi

hipersensitivitas

glutathion

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Page 26: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

C. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah:

1. Pemberian jus semangka merah (Citrullus vulgaris) dapat mencegah

kerusakan sel hepar tikus putih (Rattus norvegicus) yang terpapar

parasetamol.

2. Peningkatan dosis jus semangka merah dapat meningkatkan efek

proteksi terhadap kerusakan sel hepar tikus putih yang terpapar

parasetamol.

Page 27: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

17

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

Peneliti mengadakan perlakuan terhadap sampel yang telah ditentukan yaitu

berupa hewan coba di laboratorium.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tanggal 6 Juli 2010 hingga 29 Juli

2010.

C. Subjek Penelitian.

1. Populasi :

2. Sampel :

(n-1)(t-1) > 15

(n-1)(4-1) > 15

3n-3 > 15

3n > 18

n > 6

Tikus Putih (Rattus norvegicus) jantan dengan galur Wistar

berusia ± 3 bulan dengan berat badan ± 200 gram.

Menurut Purawisastra (2001), jumlah sampel yang digunakan

berdasarkan rumus Federer yaitu :

Page 28: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Sampel Tikus Putih 28 Ekor

Bandingkan dengan uji

statistik

Pada penelitian ini, jumlah tikus putih minimal dalam tiap kelompok

ditentukan sebanyak 7 ekor (n > 6) dan jumlah kelompok tikus putih

sebanyak 4 kelompok sehingga jumlah total tikus putih yang digunakan

dalam penelitian ini sebanyak 28 ekor.

D. Teknik Sampling.

Teknik sampling yang dipakai adalah non-random sampling atau

incidental sampling. Sampel diperoleh dengan mengambil begitu saja subjek

penelitian yang ditemui dari populasi yang ada berdasarkan kriteria subjek

yang akan digunakan.

E. Rancangan Penelitian.

Rancangan penelitian ini adalah the post test only control group

design (Taufiqqurohman, 2003).

K O0

P1 O1

P2 O2

P3 O3

Gambar 2. Skema Rancangan Penelitian.

Keterangan:

K : Kelompok kontrol tanpa diberi jus buah semangka merah

maupun parasetamol. Pemberian aquades 2 ml/200 gr BB tikus

putih setiap hari selama 14 hari berturut-turut.

Page 29: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

P1 : Kelompok perlakuan 1, yang diberi parasetamol tanpa diberi jus

buah semangka merah. Pemberian aquades peroral sebanyak 2

ml/200 gr BB tikus putih setiap hari selama 14 hari berturut-turut

dan pada hari ke-12, 13 dan 14 diberi parasetamol 291,6 mg/200 gr

BB tikus putih perhari.

P2 : Kelompok perlakuan 2, jus buah semangka merah dosis I yaitu

2,7 gr semangka/200 gr BB tikus putih selama 14 hari berturut-

turut, di mana hari ke-12, 13 dan 14 diberikan juga parasetamol

dosis 291,6 mg/200 gr BB tikus putih 1 jam setelah pemberian jus

buah semangka merah.

P3 : Kelompok perlakuan 3, yang diberi jus buah semangka merah

dosis II yaitu 5,4 gr semangka/200 gr BB tikus putih selama 14

hari berturut-turut, di mana hari ke-12, 13 dan 14 diberikan juga

parasetamol dosis 291,6 mg/200 gr BB tikus putih 1 jam setelah

pemberian jus buah semangka merah.

O0 : Pengamatan jumlah inti sel hati piknosis, karyoreksis dan

karyolisis dari 100 sel di sentrolobuler hepar kelompok kontrol.

O1 : Pengamatan jumlah inti sel hati piknosis, karyoreksis dan

karyolisis dari 100 sel di sentrolobuler hepar KP1.

O2 : Pengamatan jumlah inti sel hati piknosis, karyoreksis dan

karyolisis dari 100 sel di sentrolobuler hepar KP2.

O3 : Pengamatan jumlah inti sel hati piknosis, karyoreksis dan

karyolisis dari 100 sel di sentrolobuler hepar KP3

Page 30: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Pengamatan jumlah inti sel hepar piknosis, karioreksis dan kariolisis

dilakukan pada hari ke-15 setelah perlakuan pertama dikerjakan.

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Pemberian jus semangka merah.

2. Variabel Terikat

Kerusakan sel hepar tikus putih.

3. Variabel luar

a. Variabel luar yang dapat dikendalikan

Variasi jenis tikus, jenis kelamin, umur, suhu udara, berat badan, dan

jenis makanan tikus putih berupa pelet semuanya diseragamkan.

b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan

Kondisi psikologis, reaksi hipersensitivitas dan keadaan awal hepar

tikus putih.

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian:

1. Variabel bebas.

a. Pemberian jus semangka merah

Jus semangka merah diberikan selama 14 hari berturut-turut secara per

oral dengan spuit pencekok dalam 2 dosis

Dosis I : 2,7 gr/200 gr BB tikus putih/hari diberikan pada tikus putih KP2.

Dosis II : 5,4 gr/200 gr BB tikus putih/hari diberikan pada tikus putih KP3.

Page 31: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Jus semangka merah yang digunakan diperoleh dengan cara

memasukkan daging buah semangka merah dengan biji ke dalam juicer,

di mana semangka yang digunakan adalah jenis semangka dengan biji.

Skala pengukuran variabel ini adalah ordinal.

2. Variabel terikat : Kerusakan sel hepar

Kerusakan sel hepar adalah gambaran mikroskopis sel hepar tikus

putih yang dipapar parasetamol setelah diberi jus semangka merah. Hal ini

dinilai dari jumlah sel hepar yang mengalami pyknosis, karyorhexis dan

karyolisis yang dihitung dari 100 sel pada zona sentrolobuler kemudian

dari jumlah sel yang mengalami kerusakan dalam 1 preparat dihitung

jumlah skor kerusakannya.

Adapun tanda-tanda kerusakan sel :

a. Sel yang mengalami pyknosis intinya kisut dan bertambah basofil,

berwarna gelap batasnya tidak teratur.

b. Sel yang mengalami karyorrhexis inti mengalami fragmentasi atau

hancur dengan meninggalkan pecahan-pecahan zat kromatin yang

tersebar di dalam sel.

c. Sel yang mengalami karyolisis yaitu kromatin basofil menjadi pucat,

inti sel kehilangan kemampuan untuk diwarnai dan menghilang begitu

saja (Price et al,. 1990).

Pada penelitian ini, prinsip perhitungannya adalah jumlah sel hepar yang

rusak.

Page 32: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

3. Variabel luar

a. Variabel luar yang dapat dikendalikan. Variabel ini dapat dikendalikan

melalui homogenisasi.

1) Variasi jenis tikus

Jenis hewan coba yang digunakan adalah tikus putih (Rattus

norvegicus) dengan galur Wistar.

2) Jenis kelamin

Jenis kelamin tikus putih yang digunakan adalah jantan, dengan

alasan metabolisme tikus putih jantan akan lebih stabil jika

dibandingkan betina.

3) Umur

Umur tikus putih pada penelitian ini adalah ± 3 bulan.

4) Suhu udara

Hewan percobaan diletakkan dalam ruangan dengan suhu udara

berkisar antara 25-28o C.

5) Berat badan.

Berat badan hewan percobaan + 200 gr.

6) Jenis makanan.

Makanan yang diberikan berupa pelet dan minuman dari aquades.

b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan : Kondisi psikologis, reaksi

hipersensitivitas dan keadaan awal hati tikus putih.

Page 33: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

1. Kondisi psikologis tikus putih dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.

Lingkungan yang terlalu ramai dan gaduh, pemberian perlakuan

yang berulang kali, dan perkelahian antar tikus putih dapat

mempengaruhi kondisi psikologis tikus putih.

2. Reaksi hipersensitivitas dapat terjadi karena adanya variasi

kepekaan tikus putih terhadap zat yang digunakan.

3. Keadaan awal hati tikus putih tidak diperiksa pada penelitian ini

sehingga mungkin saja ada tikus putih yang sebelum perlakuan

hatinya sudah mengalami kelainan.

H. Alat dan Bahan Penelitian.

1. Alat.

Alat yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Kandang tikus putih 5 buah masing-masing untuk 5 ekor tikus

putih.

b. Timbangan hewan.

c. Timbangan obat.

d. Alat bedah hewan percobaan (scalpel, pinset, gunting, jarum,

meja).

e. Spuit pencekok.

f. Alat untuk pembuatan preparat histologi.

g. Mikroskop cahaya medan terang.

h. Gelas ukur dan pengaduk.

Page 34: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

i. Juicer

j. Kamera Digital

2. Bahan.

Bahan yang akan digunakan adalah sebagai berikut :

a. Parasetamol.

b. Makanan hewan percobaan (pelet).

c. Aquades.

d. Bahan untuk pembuatan preparat histologi dengan pengecatan HE.

e. Daging buah semangka merah.

I. Cara Kerja

1. Dosis jus buah semangka.

Dosis yang dicobakan diberikan dengan 2 interval yaitu 100%,

200%, maka dosis yang digunakan dengan perincian sebagai berikut :

a. Untuk dosis I (100%), diperoleh sebagai berikut :

Dosis likopen yang disarankan untuk dikonsumsi manusia adalah

6 mg per hari (Giovannucci et al., 1995). Menurut Arab dan Steck

(2000), setiap 100 gr buah semangka mengandung 4 mg likopen, maka

dosis buah semangka yang dikonsumsi adalah 150 gr per hari. Dosis

tersebut dikonversikan pada tikus putih dengan faktor konversi 0,018,

maka dosis buah semangka yang diberikan :

Page 35: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

= Berat semangka merah x faktor konversi

= 150 g/70 kg BB manusia x 0,018

= 2,7 gr/200 gr BB tikus putih

Mengingat kapasitas lambung tikus putih maksimal 5 ml, maka

peneliti memberikan dosis 2,7 gr/hari tersebut dalam 2 ml/hari

(Ngatidjan, 1991). Untuk memperoleh kandungan likopen dosis 2,7

gr/200 gr BB tikus putih dalam 2 ml larutan, maka dilakukan

pengenceran dengan menggunakan aquades hingga didapatkan larutan

sebanyak 100 ml, sehingga semangka yang dibutuhkan sebanyak:

x gr 2,7 gr x = 135 gr

100 ml 2 ml

b. Dosis II adalah 200% dari dosis II, yaitu 5,4 gr/ 200 gr BB tikus putih

(4 ml)

Jadi jus buah semangka yang diberikan secara oral pada 1 ekor

tikus putih (200 gram) = 2 ml, dan 4 ml yang diberikan selama 14 hari

berturut-turut.

Di luar jadwal perlakuan, tikus putih diberi makan pelet dan

minum aquades ad libitum.

=

Page 36: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

2. Dosis dan pengenceran parasetamol.

Dosis Parasetamol yang diketahui dapat menyebabkan kematian

pada 50% tikus dari satu kelompok tikus percobaan (LD50) adalah

1944 mg/kg BB (Alberta, 2006).

Pada penelitian ini dipakai ¾ dosis di atas, yaitu 1944 mg/kg BB

x 0,75 = 1458 mg/kg BB = 291,6 mg/200 gr BB tikus putih, kemudian

dihitung pelarut air seperti berikut:

Parasetamol 500 mg dilarutkan dalam aquades hingga 1,71 ml,

sehingga dalam 1 ml larutan parasetamol mengandung 291,6 mg

parasetamol.

Parasetamol diberikan selama 3 hari berturut-turut yaitu pada

hari ke-12, 13, dan 14. Pemberian parasetamol dengan cara ini

dimaksudkan untuk menimbulkan kerusakan sel hepar pada daerah

sentrolobularis tanpa menimbulkan kematian pada tikus putih.

Menurut Wilmana dan Gunawan (2007).

3. Persiapan tikus putih

Tikus putih diadaptasikan selama tujuh hari di Laboratorium

Histologi Fakultas Kedokteran UNS, Surakarta. Sesudah adaptasi,

keesokan harinya dapat langsung dilakukan perlakuan.

500 = 291,6 x = 1,71 ml x 1

Page 37: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

4. Pengelompokan Subjek

Pada minggu kedua mulai dilakukan percobaan. Selanjutnya

subjek dikelompokkan menjadi empat kelompok secara random, dan

masing-masing kelompok terdiri dari 7 tikus putih. Adapun

pengelompokan subjek adalah sebagai berikut:

a. KK = Kelompok diberi aquades peroral sebanyak 2 cc/200 gr BB tikus

putih setiap hari selama 14 hari berturut-turut.

b. KP1 = Kelompok perlakuan I diberi aquades peroral sebanyak 2 cc/ 200

gr BB tikus putih setiap hari selama 14 hari berturut-turut dan

pada hari ke 12, 13 dan 14 juga diberi parasetamol 1 cc/200 gr

BB tikus putih peroral perhari.

c.KP2 = Kelompok perlakuan II diberi jus semangka merah dosis I peroral

yaitu 2 cc/200 gr BB tikus putih selama 14 hari berturut-turut,

di mana hari ke-12, 13 dan 14 diberikan juga parasetamol

dosis 1 cc/200 gr BB tikus putih setelah 1 jam pemberian jus

semangka merah.

d. KP3 = Kelompok perlakuan III diberi jus semangka merah dosis II

peroral yaitu 4 cc/200 gr BB tikus putih selama 14 hari

berturut-turut, di mana hari ke-12, 13 dan 14 diberikan juga

parasetamol dosis 1 cc/200 gr BB tikus putih setelah 1 jam

pemberian jus semangka merah.

Page 38: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Setiap sebelum pemberian parasetamol dan jus semangka merah,

tikus putih dipuasakan dahulu ± 5 jam untuk mengosongkan lambung.

Pemberian parasetamol dilakukan ± 1 jam setelah pemberian jus

semangka merah agar terabsorbsi terlebih dahulu.

Page 39: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

28 ekor tikus putih

1 ml parasetamol dosis 291,6 mg/200 gr BB pada hari ke-12, 13, dan 14

Perlakuan sampai hari ke-14. Pembuatan preparat hari ke-15.

4. Langkah-langkah Penelitian

Gambar 3. Skema Langkah-langkah Penelitian.

Kelompok kontrol

Kelompok perlakuan 1

Kelompok perlakuan 2

Kelompok perlakuan 3

Dipuasakan selama + 5 jam

Aquades 2 ml

2 ml jus buah semangka merah

dosis 2,7 gr semangka/200 gr

BB tikus putih

4 ml jus buah semangka merah

Dosis 5,4 gr semangka/200 gr

BB tikus putih

Setelah + 1 jam

Aquades 1 ml

Page 40: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

5. Pengukuran hasil.

Pada hari ke-15 setelah perlakuan pertama diberikan, semua

hewan coba dikorbankan dengan cara dislokasi vertebra servikalis,

kemudian organ hepar diambil untuk selanjutnya dibuat preparat

histologi dengan metode blok paraffin dengan pengecatan HE.

Pembuatan preparat dilakukan pada hari ke-15 agar efek perlakuan

tampak nyata. Lobus hepar yang diambil adalah lobus kanan dan irisan

untuk preparat diambil pada bagian tengah dari lobus tersebut. Hal ini

dilakukan untuk mendapatkan preparat yang seragam. Dari setiap

lobus kanan hepar, dibuat tiga irisan dengan tebal setiap irisan 3-8um.

Jarak antara irisan yang satu dengan yang lain kira-kira 25 irisan. Dari

tiga irisan tersebut, diambil salah satu preparat secara acak untuk

dilakukan pengamatan di zona sentrolobuler. Pengamatan preparat

dilakukan dengan perbesaran 100 kali dan 400 kali untuk mengamati

seluruh lapang pandang, kemudian ditentukan daerah yang akan

diamati pada zona sentrolobuler hepar. Dari tiap zona sentrolobuler

lobulus hepar tersebut, dengan perbesaran 1000 kali, ditentukan jumlah

inti yang mengalami piknosis, karioreksis, dan kariolisis dari tiap 100

sel, kemudian dilakukan penghitungan skor total. Jadi, misalnya pada

satu daerah zona sentrolobuler dari 100 sel yang diamati, ternyata

terdapat 25 sel dengan inti piknosis, 15 sel dengan karioreksis, dan 5

sel dengan kariolisis, maka jumlah skor dari satu daerah zona

sentrolobuler tersebut adalah 25+ 15 + 5 = 45. Jadi dari tiap kelompok

Page 41: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

akan mendapatkan 7 skor. Selanjutnya, rata-rata skor dari masing-

masing kelompok dibandingkan dengan uji Oneway ANOVA dan jika

terdapat perbedaan yang bermakna, maka dilanjutkan dengan uji Post

Hoc (As’ari, 2009).

J. Teknik Analisis Data Statistik

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan Uji

Oneway ANOVA (Analysis of Variant). Jika terdapat perbedaan yang

bermakna maka dilanjutkan dengan uji Post Hoc. Derajat kemaknaan

yang digunakan adalah α = 0,05 (Riwidikdo, 2007).

Syarat menggunakan uji One-Way ANOVA:

1. Variabel data berupa variabel numerik/kontinu/rasio. Data pada penelitian

ini adalah jumlah kerusakan histologis sel epitel tubulus proksimal ginjal

yang dinyatakan dengan skala rasio.

2. Sebaran data harus normal, dibuktikan dengan nilai uji Kolmogorov-

Smirnov atau Saphiro-Wilk yang memiliki nilai p lebih besar daripada nilai

alfa. Misal, alfa = 0,05 maka nilai p untuk uji sebaran data harus > 0,05.

3. Varians data harus sama. Hal ini dapat diketahui dengan menggunakan uji

Homogeneity of Variances, di mana untuk varians data yang sama akan

memiliki nilai p > nilai alfa.

Page 42: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Jika ketiga syarat di atas tidak terpenuhi maka dapat digunakan

uji hipotesis alternatif yaitu berupa uji hipotesis non-parametrik

Kruskall-Wallis (Dahlan, 2008).

Page 43: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Data Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai efek proteksi jus semangka

terhadap kerusakan sel hepar tikus putih yang diinduksi parasetamol,

didapatkan data hasil pengamatan preparat histologis hepar tikus putih pada

kelompok kontrol, kelompok perlakuan 1, kelompok perlakuan 2, dan

kelompok perlakuan 3. Data hasil penelitian ini berupa data rasio yaitu

jumlah sel hepar tikus putih yang mengalami kerusakan histologis yang

dihitung dari tiap 100 sel pada zona 3 (sentrolobuler). Hasil pengamatan

jumlah sel hepar tikus putih yang mengalami piknosis, karioreksis, dan

kariolisis untuk masing-masing kelompok dan jumlah total sel hepar yang

rusak disajikan pada lampiran 4. Hasil rata-rata jumlah kerusakan histologis

sel hepar tikus putih untuk masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel

6.

Tabel 1. Rata-Rata Jumlah Kerusakan Histologis Sel Hepar pada Masing-

Masing Kelompok Tikus putih

Kelompok Rata-Rata JumlahKerusakan K 20,86 P1 86,28 P2 47,43 P3 36,14

(Data Primer, 2010)

Page 44: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Keterangan:

K : Kelompok kontrol

P1 : Kelompok perlakuan 1

P2 : Kelompok perlakuan 2

P3 : Kelompok perlakuan 3

Kelompok K yang merupakan kelompok tanpa pemberian jus semangka

merah ataupun parasetamol memiliki nilai rata-rata jumlah kerusakan paling

rendah yaitu 20,86, sedangkan kelompok P1 yang merupakan kelompok

dengan pemberian parasetamol namun tanpa pemberian jus semangka merah

memiliki nilai rata-rata jumlah kerusakan paling tinggi yaitu 86,28.

Gambaran histologis zona sentrolobuler lobulus hepar tikus putih pada

kelompok K, P1, P2, dan P3 dapat dilihat pada lampiran 6.

B. Analisis Data

Sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 28 ekor tikus

putih sehingga peneliti menggunakan uji Saphiro-Wilk untuk menentukan

jenis sebaran data. Hasil uji Saphiro-Wilk dapat dilihat pada lampiran 5 tabel

10.

Nilai p dari hasil uji Saphiro-Wilk untuk kelompok K, P1, P2, dan P3

berturut-turut adalah 0,967; 0,537; 0,389; dan 0,948. Nilai p dari keempat

kelompok lebih besar dari alfa (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa

sebaran data kelompok K, P1, P2, dan P3 adalah normal.

Page 45: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Selanjutnya, peneliti melakukan uji Homogeneity of Variances untuk

mengetahui kesamaan varians data. Sebaran data secara deskriptif dapat

dilihat pada lampiran 5 tabel 11 dan hasil uji Homogeneity of Variances dapat

dilihat pada lampiran 5 tabel 12. Nilai p yang didapatkan dari uji

Homogeneity of Variances adalah 0,692. Nilai ini lebih besar dari 0,05 dan

dapat disimpulkan bahwa varians data antarkelompok sama. Ketiga syarat

penggunaan uji One-Way ANOVA telah terpenuhi sehingga uji One-Way

ANOVA bisa dilakukan.

Hasil uji One-Way ANOVA dapat dilihat pada lampiran 5 tabel 13.

Nilai p dari hasil uji One-Way ANOVA adalah 0,000 (p < 0,05). Nilai p yang

lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata

jumlah kerusakan sel hepar yang bermakna pada paling tidak dua kelompok

dan harus dilakukan analisis Post Hoc Multiple Comparisons untuk

mengetahui kelompok mana yang mempunyai perbedaan bermakna tersebut.

Uji Post Hoc Multiple Comparisons yang digunakan dalam penelitian

ini adalah uji LSD. Ringkasan hasil uji LSD tersebut dapat dilihat pada tabel

berikut:

Page 46: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji LSD (α = 0,05)

Kelompok p Perbedaan K – P1 0,000 Bermakna K – P2 0,000 Bermakna K – P3 0,000 Bermakna P1 – P2 0,000 Bermakna P1 – P3 0,000 Bermakna P2 – P3 0,000 Bermakna

(Data Primer, 2010) Nilai p yang semuanya lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan nilai rata-rata jumlah kerusakan sel hepar yang bermakna pada

semua pasangan antarkelompok data. Hasil uji LSD secara rinci dapat dilihat

pada lampiran 5 tabel 14.

Page 47: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

37

BAB V

PEMBAHASAN

Sel-sel hepar (hepatosit) yang normal berbentuk poligonal dengan

diameter antara 20 – 30µm. Inti hepatosit berukuran cukup besar, berbentuk

sferis, dan terletak di tengah sel. Pada potongan yang diwarnai dengan

hematoksilin eosin, sitoplasma hepatosit tercat eosinofilik terutama karena

mengandung banyak mitokondria dan retikulum endoplasma halus

(Junqueira dan Carneiro, 2005; Ross et al., 2003).

Berdasarkan teori, paparan parasetamol dosis toksik terhadap

hepatosit akan menyebabkan kematian sel yang disebut nekrosis. Nekrosis

adalah kematian sel atau jaringan pada tubuh yang hidup. Pada nekrosis,

perubahan paling jelas bermanifestasi pada inti sel. Perubahan inti sel

menunjukkan satu dari tiga pola (piknosis, karioreksis, kariolisis) yang

semuanya disebabkan oleh pemecahan nonspesifik DNA (Mitchell dan

Cotran, 2007).

Nekrosis berbeda dengan apoptosis. Apoptosis adalah kematian sel

per sel, sedangkan nekrosis melibatkan sekelompok sel. Membran sel yang

mengalami apoptosis akan mengalami penonjolan-penonjolan ke luar tanpa

disertai hilangnya integritas membran. Sedangkan sel yang mengalami

nekrosis mengalami kehilangan integritas membran. Sel yang mengalami

apoptosis terlihat atrofi, dan akan membentuk badan apoptosis. Sedangkan

Page 48: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

sel yang mengalami nekrosis akan terlihat oedem untuk kemudian

mengalami lisis. Sel yang mengalami apoptosis lisosomnya utuh, sedangkan

sel yang mengalami nekrosis terjadi kebocoran lisosom. Dengan mikroskop

akan terlihat kromatin sel yang mengalami apoptosis terlihat bertambah

kompak dan membentuk massa padat yang uniform. Sedangkan sel yang

mengalami nekrosis kromatinnya bergerombol dan terjadi agregasi. Pada

pemeriksaan histologi tidak terlihat adanya sel-sel radang di sekitar sel yang

mengalami apoptosis. Sedangkan pada nekrosis, terlihat respon peradangan

yang nyata di sekitar sel-sel yang mengalami nekrosis. Sel yang mengalami

apoptosis biasanya akan dimakan oleh sel yang berdekatan atau berbatasan

langsung dengannya dan beberapa makrofag. Sedangkan sel yang

mengalami nekrosis akan dimakan oleh makrofag (Thompson et al., 1992).

Kerusakan sel akibat paparan dosis toksik parasetamol paling berat

terjadi pada zona 3 (sentrolobuler) karena di zona ini paling banyak terdapat

retikulum endoplasma halus tempat enzim sitokrom P450 menghidroksilasi

fraksi parasetamol dan menghasilkan metabolit NAPQI yang reaktif dan

toksik (Cullen, 2005).

Parameter yang digunakan pada sistem penilaian derajat kerusakan

sel hepar dalam penelitian ini adalah jumlah inti sel yang mengalami

piknosis, karioreksis, dan kariolisis.

Gambaran histologis hepar tikus putih yang diberi parasetamol dosis

toksik ditambah jus semangka merah menunjukkan kerusakan hepatosit

yang lebih sedikit dibandingkan dengan tikus putih yang hanya diberi

Page 49: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

parasetamol dosis toksik tanpa jus semangka merah. Hal ini disebabkan oleh

efek hepatoprotektif jus semangka merah terhadap efek toksik parasetamol.

Tikus putih pada kelompok kontrol yang hanya diberi aquades sebagai

plasebo diharapkan hanya mengalami kerusakan hepatosit yang minimal dan

akan dianggap sebagai derajat normal. Kelompok kontrol digunakan sebagai

pembanding terhadap kelompok parasetamol dan kelompok perlakuan.

Gambaran inti piknosis, karioreksis, dan kariolisis yang ditemukan

pada kelompok kontrol terjadi karena adanya proses apoptosis yang secara

fisiologi dialami oleh semua sel normal. Setiap sel dalam tubuh akan selalu

mengalami penuaan yang diakhiri kematian sel dan digantikan oleh sel-sel

baru melalui proses regenerasi (Mitchell dan Cotran, 2007). Selain itu,

pengaruh variabel luar yang tidak dapat dikendalikan juga dapat menjadi

penyebabnya.

Dari hasil uji Oneway ANOVA, didapatkan perbedaan yang

bermakna dari nilai rata-rata jumlah kerusakan sel hepar tikus putih antara

keempat kelompok. Selanjutnya, hasil uji LSD menunjukkan perbedaan

bermakna pada semua pasangan antarkelompok data yaitu antara kelompok

K-P1, K-P2, K-P3, P1-P2, P1-P3, dan P2-P3.

Perbedaan bermakna dari nilai rata-rata jumlah kerusakan sel hepar

antara kelompok K dan kelompok P1 terjadi karena sel-sel hepar tikus putih

pada kelompok P1 mengalami kerusakan akibat pemberian parasetamol

dosis toksik, sedangkan sel-sel hepar tikus putih pada kelompok K relatif

normal. Hasil tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa

Page 50: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

parasetamol dosis toksik mampu menginduksi kerusakan sel hepar akibat

adanya metabolit NAPQI yang reaktif dan toksik.

Pembentukkan metabolit NAPQI yang berlebihan hingga

mengakibatkan deplesi glutation sel hepar akan menimbulkan reaksi

hepatotoksisitas. NAPQI akan membentuk ikatan kovalen dengan gugus

sulfhidril pada makromolekul hepatosit dan menimbulkan stres oksidatif.

Reaksi antara NAPQI dengan makromolekul hepatosit menyebabkan

disfungsi sistem enzim serta kekacauan struktural dan metabolik hepatosit.

NAPQI juga dapat memicu terbentuknya radikal bebas baru yang jika

bereaksi dengan asam lemak tak jenuh pada membran sel, maka akan

menyebabkan terjadinya proses peroksidasi membentuk lipid peroksid.

Kerusakan membran sel menyebabkan terganggunya metabolisme energi

dan hilangnya pengaturan volume yang dapat berujung pada kematian sel

(Goodman et al., 2006; Hoffman et al., 2007; Winarsi, 2007).

Kelompok P2 merupakan kelompok perlakuan dengan pemberian jus

semangka merah dosis 2,7gr semangka/200 gr BB tikus putih (dosis I) dan

parasetamol dosis toksik, sedangkan kelompok P3 merupakan kelompok

perlakuan dengan pemberian jus semangka merah dosis 5,4 gr

semangka/200 gr BB tikus putih (dosis II) dan parasetamol dosis toksik.

Hasil analisis data kerusakan sel hepar pada kelompok P2 dan kelompok P3

sama-sama menunjukkan perbedaan bermakna dengan kelompok K maupun

kelompok P1. Hal ini berarti bahwa pemberian jus semangka merah dengan

dosis I maupun dosis II selama 14 hari berturut-turut dapat mengurangi

Page 51: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

kerusakan sel hepar tikus putih akibat pemberian parasetamol dosis toksik,

tetapi tidak dapat mengembalikan sel hepar tikus putih ke kondisi normal

seperti pada kelompok K.

Derajat kerusakan sel hepar pada kelompok P2 lebih besar secara

bermakna daripada kelompok P3. Hal ini berarti bahwa peningkatan dosis

jus semangka merah dapat meningkatkan efek proteksinya terhadap

kerusakan sel hepar tikus putih yang diinduksi parasetamol meskipun tetap

tidak dapat mengembalikan sel hepar tikus putih ke kondisi semula.

Menurut Ismail et al. (2010), status stres oksidatif sangat berkaitan

dengan terjadinya kerusakan sel-sel hepar. Maellaro et al. (1990)

menyebutkan dalam penelitiannya bahwa kerusakan sel hepar yang

diinduksi oleh agen pendeplesi glutation dapat dikurangi dengan pemberian

zat-zat antioksidan. Sistem antioksidan, baik enzimatik maupun

nonenzimatik, akan mengeliminasi prooksidan dan radikal bebas yang

berbahaya bagi kelangsungan hidup sel (DiMascio et al., 1991).

Semangka mengandung antioksidan yang mampu mencegah dan

menghambat efek toksik parasetamol. Kandungan beberapa antioksidan

maupun zat yang berhubungan dengan antioksidan dalam semangka yaitu

vitamin C, vitamin A, enzim GST, dan likopen (Syamsuhidayat dan

Hutapea, 1991). Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu

elektron kepada senyawa oksidan, dalam hal ini radikal bebas, sehingga

aktivitas senyawa oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi, 2007).

Page 52: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Likopen menjadi inti dalam penelitian ini karena sebagai

antioksidan, likopen memiliki kemampuan mencegah reaksi oksidasi oleh

radikal bebas masing-masing dua kali dan sepuluh kali kemampuan beta-

karoten (vitamin A) dan alpha-tokoferol (vitamin E) (Siagian, 2005).

Antioksidan tersebut mampu memberikan elektron kepada molekul radikal

bebas dan memutus reaksi berantai dari radikal bebas sehingga dapat

mencegah terjadinya stres oksidatif (Almatsier, 2004). Enzim GST dapat

meningkatkan kadar glutathione tubuh. Peningkatan kadar glutathione akan

mengisi kembali kekosongannya di dalam tubuh dan dapat digunakan untuk

konjugasi NAPQI (Frank, 1995).

Zhang (1997) yang melakukan studi perbandingan kadar retinoid dan

beta-retinoid pada jaringan adiposa payudara dan pada penderita kanker

payudara, menunjukkan adanya kaitan antara kadar retionoid dan karotenoid

(termasuk likopen) dengan menurunnya risiko kanker payudara. Sementara

itu, Levy (1995) dari Bagian Biokimia Klinis, Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Ben Gurion, menemukan bahwa likopen berperan sebagai

penghambat proliferasi sel kanker pada manusia. Pentingnya likopen juga

diungkapkan sebuah riset yang dipublikasikan (Erhardt, 2003) dalam

American Journal of Clinical Nutrition, pasien dengan adenoma kolorektal

(sebuah polip yang merupakan cikal bakal kanker kolorektal) memiliki

kadar likopen 35 persen lebih rendah daripada yang tanpa polip. Dengan

kata lain, tubuh memerlukan kemampuan likopen untuk memproteksi sel

tubuh dari kerusakan.

Page 53: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Berdasarkan hasil penelitian ini, terbukti bahwa jus semangka merah

mempunyai efek proteksi terhadap kerusakan sel hepar yang diinduksi

parasetamol dan peningkatan dosis jus semangka merah dapat meningkatkan

efek proteksinya terhadap kerusakan sel hepar yang diinduksi parasetamol.

Namun, keadaan sel hepar tikus putih yang diberi jus semangka merah

selama 14 hari berturut-turut dan parasetamol dosis toksik tidak dapat

mencapai derajat normal seperti pada kelompok kontrol.

Page 54: EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

44

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Pemberian jus semangka merah peroral selama 14 hari berturut-turut dapat

mencegah kerusakan sel hepar tikus putih yang diinduksi parasetamol.

2. Peningkatan dosis jus semangka merah dari dapat meningkatkan efek

proteksi terhadap kerusakan sel hepar tikus putih yang diinduksi

parasetamol.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan dosis dan

lama pemberian jus semangka yang lebih bervariasi sehingga dapat

diketahui dosis dan lama pemberian jus semangka yang paling tepat dan

efektif untuk mencegah kerusakan sel hepar tikus putih yang diinduksi

parasetamol.

2. Untuk mendapatkan kandungan–kandungan murni dari semangka merah,

maka perlu juga dilakukan penelitian dengan menggunakan ekstrak

semangka merah.


Recommended