LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI
Nama : Tn. N
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 45 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Alamat : Nirwana, Palembang
Suku bangsa : Jawa
MRS : 25 April 2014
II. STATUS INTERNUS
Keadaan Umum:
o Sensorium : Compos mentis
o Suhu : 36,7 oC
o Nadi : 80 x/menit
o Pernafasan : 20 x/menit
o Tekanan Darah : 120/80mmHg
o Turgor : Baik
o Status Gizi : Baik
Sistem Kardiovaskular : Tidak ada Kelainan
Sisem Respiratorik : Tidak ada kelainan
Sistem Gastrointestinal : Tidak ada kelainan
Sistem Urogenital : Tidak ada kelainan
Kelainan Khusus : Tidak ada
III. STATUS NEUROLOGIKUS
Urat Syaraf Kepala (Panca Indera) : Tidak ada kelainan
2
Gejala Rangsang Meningeal : Tidak ada kelainan
Gejala Peningkatan Tekanan Intrakranial : Tidak ada kelainan
Mata:
o Gerakan : Baik ke segala arah
o Persepsi Mata : Baik, diplopia tidak ada, visus normal
o Pupil : Bentuk bulat, sentral, isokor, Ø 3mm, reaksi
cahaya +/+, reaksi konvergensi +/+
o Refleks Kornea : +/+
o Pemeriksaan Oftalmoskopi : Tidak dilakukan
Motorik : - Tonus: Eutoni - Koordinasi: Baik
- Turgor: Baik - Refleks: Normal
- Kekuatan : +5/+5
Fungsi motorik Lka Lki Tka Tki
Gerakan C C K K
Kekuatan 5 5 2 2
Tonus N N
Klonus - - - -
Refleks Fisiologis N N
Refleks Patologis - - - -
Sensibilitas : Hipestesia sampai dua jari
di bawah umbilicus
Susunan Saraf Vegetatif : Tidak ada kelainan
Fungsi Luhur : Tidak ada kelainan
Kelainan khusus : Tidak ada
IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM YANG DIPERLUKAN
Ginjal Nilai Nilai normal
Ureum : 26 mg/dL 16,6-48,5 mg/dL
Kreatinin : 0,72 mg/dL 0,70-1,20 mg/dL
3
V. PEMERIKSAAN EEG
Tidak dilakukan
VI. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Tidak dilakukan
VII. STATUS PSIKIATRIKUS
A. ALLOANAMNESIS
Diperoleh dari : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 35 tahun
Alamat : Nirwana, Palembang
Pendidikan : SMA (tamat)
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hubungan dengan Pasien : Istri
Sebab Utama : Mendengar suara dari orang yang sudah
meninggal
Keluhan Utama : Tidak bisa tidur
Riwayat Perjalanan Penyakit :
± 17 hari yang lalu os dirawat di bangsal rawat inap
penyakit saraf dengan diagnosis paraparese inferior spastik +
hipestesi dari ujung jari kaki hingga 2 jari di bawah umbilicus
+ retensio urine e.c. suspek SOL metastase medula spinalis.
Semenjak dirawat, os tampak murung dan kurang bersemangat
dari biasanya, os lebih kurang berinteraksi dengan lingkungan
dibandingkan saat sebelum os sakit.
± 2 hari yang lalu os mengeluh susah tidur, pola tidur os
terganggu, tidur malam tidak nyenyak, tidak nafsu makan,
kadang kadang os merasa cemas dan gelisah.
4
± 1 hari yang lalu, os tampak lebih gelisah dan mulai
mendengar suara orang yang sudah meninggal (keluarga
“mbah”), kemudian os dikonsulkan ke poliklinik jiwa RSMH,
tetapi saat dianamnesis os dan keluarga os menyangkal.
Menurut pengakuan istrinya, os hanya memanggil nama
anaknya dikarenakan rindu, secara sadar tanpa ada suruhan dari
hal yang tidak nyata. Saat dianamnesa os tampak tenang dan
merespons pertanyaan dengan baik.
Riwayat penyakit dahulu:
Riwayat gejala dan gangguan jiwa sebelumnya disangkal
Riwayat hidup dan gambaran kepribadian premorbid
Bayi: os lupa dan istri os tidak tahu.
Anak anak: periang, mudah bergaul
Remaja : periang, memiliki banyak teman
Dewasa : periang, memiliki banyak teman
Riwayat perkembangan organobiologi
Riwayat kejang (-)
Riwayat demam tinggi yang lama (-)
Riwayat trauma kepala (-)
Riwayat alergi obat (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat diabetes melitus (-)
Riwayat Penggunaan Alkohol dan Obat-obatan
Riwayat konsumsi alkohol (-)
Riwayat penggunaan NAPZA: ganja (-), sabu-sabu (-),
ekstasi (-), inek (-)
Riwayat Keluarga
5
Tidak ada keluarga os yang menderita gejala dan tanda yang
sama dengan os.
Riwayat Pendidikan
SD: tamat dengan nilai baik, os tidak pernah tinggal kelas,
os tidak melanjutkan ke SMP atas dasar kekurangan biaya.
Riwayat Perkawinan
Os sudah menikah selama 15 tahun, suka sama suka tanpa
paksaan. Selama menikah, hubungan os, istri dan keluarga
baik-baik saja.
Riwayat Pekerjaan
Os bekerja sebagai petani.
Riwayat Sosial Ekonomi
Status ekonomi bawah.
B. AUTOANAMNESIS DAN OBSERVASI
(15 April 2013, Pkl 07.05 WIB)
Pemeriksa Pasien Interpretasi (Psikopatologi)
“Assalamualaikum, Bapak, kami dokter muda di sini. (sambil menatap dan menjabat tangan penderita)”
“Bapak namonyo siapo? (sambil menatap penderita)”
“Umur bapak berapo, Pak? Tinggal di mano?”
“Bapak tau ini siapo? (sambil menunjuk ke arah istri serta keponakan os)”
“Waalaikumsalam. (sambil menjabat tangan dan tidak menatap pemeriksa)”
“Nama saya Nahrowi, Dok. (dengan nada rendah dan tidak menatap pemeriksa)”
“Umur saya 42 tahun, saya tinggal di Nirwana. (melihat ke satu arah)”
“Iya, itu ponakan dan istri saya. (masih melihat ke
Kontak fisik adaKontak mata tidak ada
Daya ingat baik
Orientasi orang baik
6
“Bapak tau sekarang lagi di mano?
“Bapak tau dak ngapo di bawa ke sini?”
“Sakit apo, Pak?”
“Kiro-kiro sudah berapo lamo dirawat di sini, Pak?
“Ado keluhan dak sekarang, Pak?”
“Bapak katonyo semalem teriak-teriak yo? Ngapo Pak teriak?”
“Ngapo anaknyo pak?”
“Ado liat orang lain dak pak semalem ato denger bisikan bisikan?”
“Cakmano perasaannyo akhir akhir ini, Pak?”
“Gampang sedih dak?”
“Kenapo, Pak?”
“Selamo di rawat nafsu makannyo bagus dak, Pak?”
“Kalu tidurnyo cak mano, Pak?”
satu arah).”“Ini di rumah sakit, bagian saraf.”
“Ya, karena penyakit ini la, Dok.”
“Ya, sakit saraf samo tulang, Dok.”
“Sekitar 17 harian, Dok. (dengan nada rendah dan pelan)”
“Dak katek, Dok. (dengan nada datar)”
“Idak, Dok, aku cuma manggil namo anak aku bae. (dengan nada datar)”
“Kangen bae, Dok, suda lamo dak ketemu dio. (dengan nada lebih rendah)”
“Dak ado, Dok.”
“Ya cak itu la, Dok, namonyo orang sakit.”
“Yo, kadang-kadang galak sedih dewek.”
“Inget anak aku dirumah, Dok.”
“Namonyo orang sakit, Dok, kurang nafsu makan aku.”
“Kadang susah tidur be, yang paling susah duo hari ini.”
Orientasi tempat baik
Discriminative insight baik
Orientasi waktu dan daya ingat baik
Afek datar, halusinasi auditorik dan visual (-)
Mood hipotimik
Gangguan tidur (+)
7
“Semalem jam brpo tidurnyo, Pak?”
“Selamo dirawat, Bapak ngapoi bae?”
“Idak nyubo baco koran ato duduk, Pak?”
“Yosudah. Makasih yo, Pak. Cepet sembuh, biar cepet kumpul lagi samo keluargonyo. (sambil menatap dan menjabat tangan penderita)”
“Jam 3, Dok, baru pacak tidur.”
“Yo cak ini la, Dok. Cuma baring be.”
“Lemas, Dok.”
“Yo, sama-sama, Dok. (menjabat tangan dan masih tidak menatap pemeriksa)
Gangguan tidur (+)
Kontak fisik adaKontak mata tidak ada
IKHTISAR DAN KESIMPULAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI
(AUTOANAMNESIS DAN OBSERVASI)
KEADAAN UMUM
Kesadaran/sensorium : Compos mentis
Perhatian : Adekuat
Sikap : Kooperatif
Inisiatif : Ada
Tingkah Laku Motorik : Normoaktif
Ekspresi Fasial : Sedih
Verbalisasi : Jelas
Cara bicara : Lancar
Kontak Psikis
Kontak Fisik : Ada
Kontak Mata : Tidak ada
Kontak Verbal : Ada
8
KEADAAN KHUSUS (SPESIFIK)
1. Keadaan Afektif : afek wajar, mood hipotimik
2. Hidup Emosi
Stabilitas : Stabil Reaksi emosional : Dangkal
Pengendalian : Terkendali Adekuat-inadekuat : Adekuat
Echt-Unecht : Echt Skala diferensiasi : Menyempit
Einfuhlung : Dapat dirabarasakan Arus Emosi : Lambat
3. Keadaan dan Fungsi Intelektual
Daya ingat : Baik
Daya Konsentrasi : Baik
Orientasi
Tempat : Baik
Waktu : Baik
Personal : Baik
Luas Pengetahuan Umum dan Sekolah : Sesuai taraf pendidikan
Discriminative Insight : Baik
Discriminative Judgement : Baik
Dugaan Taraf Intelegensia : Rata-rata
Kemunduran Intelektual : Tidak ada
4. Kelainan Sensasi dan Persepsi
Ilusi : Tidak ada
Halusinasi : Halusinasi auditorik (-), halusinasi visual (-)
5. Keadaan Proses Berpikir
Psikomotilitas : Cepat
Mutu Proses Berpikir : Baik
Arus Pikiran
Flight of Ideas (-) Inkoherensi (-)
Sirkumstansial (-) Tangensial (-)
Terhalang (-) Terhambat (-)
Perserverasi (-) Verbigerasi (-)
9
Lain-lain : Asosiasi longgar (-), Neologisme (-)
Isi Pikiran
Pola sentral (-) Rasa permusuhan/dendam (-)
Waham (-) Kecurigaan (-)
Fobia (-) Hipokondria (-)
Konfabulasi (-) Perasaan inferior (-)
Perasaan berdosa (-) Lain-lain (-)
Pemikiran pikiran
Obsesi (-)
Alienasi (-)
Bentuk Pikiran
Autistik (-) Simbolik (-)
Paralogik (-) Simetrik (-)
Konkritisasi (-) Lain-lain (-)
6. Keadaan Dorongan Instinktual dan Perbuatan
Abulia/Hipobulia (-) Vagabondage (-)
Stupor (-) Pyromania (-)
Raptus/impulsivitas (-) Mannerism (-)
Kegaduhan umum (-) Autisme (-)
Deviasi seksual (-) Logore (-)
Ekopraksi (-) Mutisme (-)
Ekolalia (-) Lain-lain (-)
7. Kecemasan (anxiety) yang terlihat secara jelas (overt):
Tidak ada
8. Reality Testing Ability (RTA):
Tidak terganggu
PEMERIKSAAN LAIN-LAIN
1. Evaluasi psikologik (oleh Psikolog) : tidak dilakukan
2. Evaluasi social (oleh Ahli Pekerja Sosial) : tidak dilakukan
10
3. Evaluasi lain-lain tanggal : tidak dilakukan
VIII. RESUME
1. Identifikasi
Tn.N/laki-laki/45tahun/menikah/SD(Tamat)/Nirwana,Sako,
Palembang/Indonesia/MRS 25 April 2013.
2. Status Internus
a. Sensorium : Compos Mentis
b. Suhu : 36,7oC
c. Berat Badan : 68 kg
d. Nadi : 80 x/menit
e. Pernafasan : 20 x/menit
f. Tinggi Badan : 162 cm
g. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
h. Turgor : Baik
i. Status Gizi : Baik
3. Status neurologikus
Paraparese inferior spastik + hipestesi dari ujung jari kaki hingga 2 jari
di banwah umbilicus + retensio urine e.c. suspek SOL metastase
medula spinalis.
4. Status Psikiatrikus
Sebab utama : Mendengar suara dari orang yang sudah meninggal
Keluhan Utama : Tidak bisa tidur
Riwayat Perjalanan Penyakit :± 17 hari yang lalu os dirawat di bangsal rawat inap
penyakit saraf dengan diagnosis paraparese inferior spastik +
hipestesi dari ujung jari kaki hingga 2 jari di bawah umbilicus
+ retensio urine e.c. suspek SOL metastase medula spinalis.
Semenjak dirawat, os tampak murung dan kurang bersemangat
dari biasanya, os lebih kurang berinteraksi dengan lingkungan
dibandingkan saat sebelum os sakit.
11
± 2 hari yang lalu os mengeluh susah tidur, pola tidur os
terganggu, tidur malam tidak nyenyak, tidak nafsu makan,
kadang kadang os merasa cemas dan gelisah.
± 1 hari yang lalu, os tampak lebih gelisah dan mulai
mendengar suara orang yang sudah meninggal (keluarga
“mbah”), kemudian os dikonsulkan ke poliklinik jiwa RSMH,
tetapi saat dianamnesis os dan keluarga os menyangkal.
Menurut pengakuan istrinya, os hanya memanggil nama
anaknya dikarenakan rindu, secara sadar tanpa ada suruhan dari
hal yang tidak nyata. Saat dianamnesa os tampak tenang dan
merespons pertanyaan dengan baik.
Riwayat penyakit dahulu:
Riwayat gejala dan gangguan jiwa sebelumnya disangkal
Riwayat hidup dan gambaran kepribadian premorbid
Bayi: os lupa dan keluarga os tidak tahu
Anak anak: periang, mudah bergaul
Remaja : periang, memiliki banyak teman
Dewasa : periang, memiliki banyak teman
Riwayat perkembangan organobiologi
Riwayat kejang (-)
Riwayat demam tinggi yang lama (-)
Riwayat trauma kepala (-)
Riwayat alergi obat (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat diabetes melitus (-)
Riwayat Penggunaan Alkohol dan Obat-obatan
Riwayat konsumsi alkohol (-)
Riwayat penggunaan NAPZA: ganja (-), sabu-sabu (-),
ekstasi (-), inek (-)
12
Riwayat Keluarga
Tidak ada keluarga os yang menderita gejala dan tanda yang
sama dengan os.
Riwayat Pendidikan
SD: tamat dengan nilai baik, os tidak pernah tinggal kelas,
os tidak melanjutkan ke SMP atas dasar kekurangan biaya.
Riwayat Perkawinan
Os sudah menikah selama 15 tahun, suka sama suka tanpa
paksaan. Selama menikah, hubungan os, istri dan keluarga
baik-baik saja.
Riwayat Pekerjaan
Os bekerja sebagai petani.
Riwayat Sosial Ekonomi
Status ekonomi bawah.
5. Rangkuman Psikopatologi Keadaan umum: compos mentis, kooperatif, perhatian adekuat, kontak
mata (+), kontak fisik (+), kontak verbal (+), distrakbilitas (-), ekspresi
fasial tampak depresif,verbalisasi jelas dan cara bicara lancar.
Keadaan spesifik:
- Keadaan afek (mood) : sesuai; Mood : hipotimik
- Hidup emosi : stabil, dalam, terkendali, adekuat, echt, einfuhlung
masih dapat dirabarasakan, skala diferensiasi menyempit, arus
emosi lambat.
- Keadaan dan fungsi intelektual: Daya ingat baik, daya konsentrasi
baik, orientasi (waktu, tempat, orang) baik, luas pengetahuan
sesuai taraf pendidikan, discriminative insight baik,
13
discriminative judgement baik, dugaan taraf intelegensia sesuai,
kemunduran intelektual tidak ada.
- Kelainan sensasi dan persepsi: Halusinasi disangkal.
- Keadaan proses berpikir: Psikomotilitas cepat, mutu proses
berpikir jelas, waham tidak ada.
- Kecemasan yang terlihat secara jelas: Tidak ada.
- Reality Testing Ability (RTA): Baik
IX. FORMULASI DIAGNOSTIK
Seorang laki-laki berusia 45 tahun, menikah pendidikan terakhir SD
(tamat) bertempat tinggal di Nirwana, Palembang. Os merupakan pasien
yang dirawat inap di bangsal saraf sejak ± 17 hari yang lalu dengan
diagnosa paraparese inferior spastik + hipestesi dari ujung jari kaki hingga
dua jari di bawah umbilicus + retensio urine e.c. suspek SOL metastase
medula spinalis.
Semenjak dirawat, os tampak murung, kurang bersemangat dan
kurang berinteraksi dengan lingkungan. Os kemudian mengeluh susah
tidur, dan jika tertidur merasa tidak nyenyak. Os tidak nafsu makan dan
merasa cemas dan gelisah. ± 1 hari sebelum pemeriksaan, os mulai
mendengar suara orang yang sudah meninggal (keluarga “mbah”),
kemudian os dikonsulkan ke poliklinik jiwa RSMH, tetapi saat
dianamnesis os dan keluarga os menyangkal. Menurut istrinya, os sering
memanggil nama anaknya dikarenakan rindu, secara sadar, tanpa
halusinansi atau ilusi.
Atas dasar rangkaian gejala di atas, maka berdasarkan kriteria
PPDGJ-III dapat ditegakkan diagnosis “Episode Depresi Sedang Tanpa
Gejala Somatik”.
14
X. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I : F32.10 Episode Depresi Sedang Tanpa Gejala Somatik
Aksis II : R46.8 Diagnosis Aksis II Tertunda
Aksis III : G00-G99 Penyakit Susunan Saraf
Aksis IV : Masalah Akses ke Pelayanan Kesehatan
Aksis V : GAF Scale saat pemeriksaan 60-51
XI. DIAGNOSIS BANDING
F32.00 Episode Depresif Ringan Tanpa Gejala Somatik
F43.0 Reaksi Stres Akut
F51.0 Insomnia Non-organik
XII. TERAPI
Psikoterapi:
a. Individu: Menjalin komunikasi interpersonal dengan os sehingga
menimbulkan rasa percaya terhadap orang lain dan memotivasi
penderita untuk minum obat secara teratur.
b. Keluarga: Memberikan pengertian kepada keluarga bahwa pasien
membutuhkan dukungan dari keluarga, sehingga keluarga harus
menunjukkan kepedulian, kehangatan, dan keakraban terghadap
pasien. Menasehati keluarga agar membawa pasien berobat secara
teratur dan mengawasi minum obat secara teratur.
c. Lingkungan: Tidak menjauhi pasien dan memahami keadaannya.
Psikofarmakologi:
Fluoxetin Kapsul 20 mg 1x1
XIII. PROGNOSIS
Dubia ad Bonam
15
ANALISIS KASUS
Os adalah pasien dari bangsal rawat inap bagian saraf RSMH yang
dikonsulkan ke poliklinik jiwa RSMH dengan keluhan utama berupa mengengar
suara dari orang telah meninggal. Berdasarkan autoanamnesis serta alloanamnesis
yang dilakukan, kami tidak menemukan adanya pengakuan halusinasi tersebut
atau yang lainnya dari os dan keluarga os (istri dan keponakan). Keluhan ini tidak
terbukti dan diduga merupakan kesalahan pengertian antara pasien dan pemeriksa.
Selain halusinasi yang tidak terbukti, os dan keluarga os juga tidak menyebutkan
adanya ilusi atau waham pada os, maka berdasarkan ini, kecurigaan gangguan
psikotik dapat disingkirkan.
Sejak dirawat selama ± 17 hari sebelum pemeriksaan, os tampak murung,
kurang bersemangat dan kurang berinteraksi dengan lingkungan. Hal ini sesuai
dengan setidaknya 2 “gejala utama” dari episode depresif menurut PPDGJ-III,
yaitu (1) afek depresif, (2) kehilangan minat dan kegembiraan, serta (3)
berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah
yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas. Pada os, gejala
mudah lelah tidak jelas, sebab os selalu berbaring selama dirawat. Waktu rawatan
selama ± 17 hari merupakan kriteria diagnosis episode depresif lainnya, yaitu
minimal dialami selama sekurang-kurangnya 2 minggu, atau 14 hari.
Untuk menentukan jenis episode depresif (ringan, sedang atau berat),
diperlukan beberapa “gejala lainnya” berdasarkan PPDGJ-III, yaitu (1)
konsentrasi dan perhatian berkurang, (2) harga diri dan kepercayaan diri
berkurang, (3) gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, (4) pandangan
akan masa depan yang suram dan pesimistis, (5) gagasan atau perbuatan
membahayakan diri atau bunuh diri, (6) tidur terganggu, serta (7) nafsu makan
berkurang. Pada os, didapatkan setidaknya 3 dari gejala-gejala tersebut, yaitu
susah tidur dan jika tertidur merasa tidak nyenyak, tidak nafsu makan, serta
cenderung tidak melakukan kontak mata dengan pemeriksa saat wawancara
berlangsung, yang mengindikasikan kurangnya perhatian dan kepercayaan diri.
Berdasarkan ini, os didiagnosis mengalami episode depresif sedang.
16
Kriteria diagnostik lainnya untuk episode depresif sedang lainnya adalah
kesulitan yang nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan
rumah tangga. Hal ini ditegaskan dengan keadaan os yang kurang suka
berinteraksi dengan lingkungan, baik sosial maupun pekerjaan, sejak os dirawat di
rumah sakit. Namun, hal ini dapat terjadi bukan hanya dari kondisi psikis os saja,
tapi juga dari kondisi gangguan saraf yang diderita os.
Adanya gejala somatoform, yaitu keluhan penyakit organik yang tidak
terbukti secara klinis, tidak dikeluhkan oleh os. Karena itu, diagnosis lengkap
yang ditegakkan adalah episode depresif sedang tanpa gejala somatik, dengan
kode F32.10 berdasarkan PPDGJ-III.
Aksis III, dengan kode G00-G99, atau kelompok penyakit susunan saraf
ditegakkan berdasarkan keadaan medis umum dari os, yaitu paraparese inferior
spastik + hipestesi dari ujung jari kaki hingga dua jari di bawah umbilicus +
retensio urine e.c. suspek SOL metastase medula spinalis. Aksis IV, yaitu faktor
psikososial atau lingkungan yang mendasari gangguan psikologis os adalah
Masalah Akses ke Pelayanan Kesehatan, sebab keadaan depresi yang dialami os
diduga dicetuskan oleh masalah gangguan sarafnya dan diharuskannya os untuk
dirawat di rumah sakit. Aksis V atau penilaian fungsi secara global menunjukkan
skor GAF 60-51 saat pemeriksaan, yang berarti os memiliki gejala penyakit jiwa
sedang (moderate) disertai disabilitas yang sedang pula.
Diagnosis banding yang ditegakkan adalah Episode Depresif Ringan
Tanpa Gejala Somatik (F32.00), Reaksi Stres Akut (F43.0), dan Insomnia Non-
organik (F51.0). Episode depresif ringan ditegakkan berdasarkan adanya 1 dari
“gejala lainnya” yang tidak begitu jelas, yaitu perasaan cemas, gelisah dan
cenderung tidak melakukan kontak mata saat wawancara. Diagnosis ini juga
masih belum dapat disingkirkan mengingat kesulitan dalam kegiatan sosial dan
pekerjaan lainnya masih belum terbukti murni dari keadaan psikis os, atau akibat
dari keadaan gangguan saraf. Reaksi stres akut menjadi diagnosis banding
berdasarkan kejadian fisik pasien yang merupakan keadaan tidak nyaman
berkelanjutan, menyebabkan timbulnya gejala-gejala seperti sering termenung
(daze), depresi, rasa kecewa dan penarikan diri, yang tidak terjadi dalam waktu
17
lama dan pasien masih dapat dialihkan sehingga tidak menjadi berat. Insomnia
non-organik ditegakkan sebagai diagnosis banding berdasarkan 3 kriteria
diagnosis berikut, yaitu (1) kesulitan masuk tidur, kesulitan mempertahankan
tidur, atau kualitas tidur yang buruk, (2) gangguan minimal 3 kali dalam seminggu
selama minimal 1 bulan, (3) gangguan tidur mempengaruhi sosial dan pekerjaan,
seperti depresi, kecemasan atau obsesi. Namun untuk menegakkan diagnosis
insomnia non-organik masih memerlukan pengawasan pada os selama setidaknya
2 minggu ke depan, untuk menilai apakah gejala menetap selama 1 bulan.
Terapi yang diberikan pada os adalah terapi psikologis (psikoterapi) dan
farmakologis (psikofarmakologi). Psikoterapi yang dilakukan adalah terutama
dukungan dan edukasi pada individu (penderita) mengenai penyakitnya dan
pentingnya terapi. Selain itu, diberikan pengertian kepada keluarga sebagai
“primary support group” untuk menunjukkan kepedulian, kehangatan, dan
keakraban terghadap pasien, serta mengawasi pasien agar minum obat teratur.
Terapi psikofarmakologi yang diberikan adalan antidepresan berupa Fluoxetin
dengan sediaan kapsul 20 mg, dikonsumsi 1 kali dalam sehari.
Prognosis pada pasien ini cenderung baik (dubia ad bonam), sebab masih
dalam waktu yang relatif singkat dan belum berulang, di mana 50% penderita
masih dapat sembuh dalam tahun pertama setelah episode depresif timbul.
Namun, episode depresif dapat beranjut atau berulang jika stresor tidak
dikendalikan.