BAB 2 TINJAUAN REFERENSI
2.1 Teori-teori Umum 2.1.1 Pengertian Jaringan Komputer
Menurut Maryono dan Istiana, B. (2008, pp. 19) Jaringan
komputer adalah dua, sepuluh, atau bahkan ribuan komputer yang
digabungkan bersama melalui saluran telekomunikasi (kabel atau
tanpa kabel “wireless”) untuk tujuan komunikasi dan sharing data.
Selain itu jaringan komputer memungkinkan terjadinya sharing atau
“berbagi” sumber daya seperti penggunaan sebuah printer secara
bersama-sama (printer sharing), CD-ROM, harddisk, program
aplikasi, dan sebagainya.
2.1.2 Tipe Jaringan Komputer Menurut MADCOMS (2015, pp. 3) Berdasarkan jangkauan
area atau lokasi, jaringan komputer dibedakan menjadi 3 tipe yaitu:
- Local Area Network (LAN)
Local Area Network (LAN) dijumpai pada wilayah
perkantoran, kampus maupun warnet. Tipe jaringan ini hanya
dapat menghubungkan sejumlah komputer yang ada dalam
suatu lokasi dengan jarak dekat dan terbatas (kurang lebih
beberapa kilometer) seperti dalam ruangan atau gedung. LAN
dapat menggunakan media penghubung seperti kabel serta
wireless (tanpa kabel).
Gambar 2.1 Jaringan LAN
- Metropolitan Area Network (MAN)
Sesuai dengan namanya, maka tipe jaringan komputer
yang satu ini mampu mencakup hingga wilayah yang lebih
luas (kurang lebih 50 kilometer) daripada tipe LAN. Selain itu
kemampuan transfer datanya pun bisa mencapai tingkat yang
sangat tinggi. MAN merupakan gabungan rangkaian beberapa
jaringan bertipe LAN, contohnya jaringan komputer antar
kota dan antar provinsi.
Gambar 2.2 Jaringan MAN
- Wide Area Network (WAN)
Tipe jaringan ini mencakup wilayah yang lebih luas
daripada tipe jaringan MAN. Cakupan wilayah WAN mampu
mencapai antar daerah dari negara yang berbeda. Tipe
jaringan WAN dapat disebut dengan jaringan internet atau
jaringan global karena dapat mencakup seluruh jaringan
komputer di dunia.
Gambar 2.3 Jaringan WAN
2.1.3 Terminologi Tipe Jaringan Menurut Husda, N. dan Wangdra (2002, pp. 75) Terdapat 2
model jaringan yang dapat digunakan dalam sebuah sistem jaringan
komputer yaitu: model jaringan Peer to Peer (P2P) serta model
jaringan Client to Server.
- Peer to Peer
Jaringan komputer peer to peer (PC to PC) adalah
jaringan komputer yang hanya menghubungkan dua komputer
dimana kedua komputer bisa menjadi server maupun client,
jadi tidak ada perbedaan antara client dan server. Pada tipe
jaringan tipe ini, setiap komputer yang terhubung dalam
jaringan dapat saling berkomunikasi dengan komputer lainnya
secara langsung tanpa perantara. Bukan hanya komunikasi
langsung tetapi juga sumber daya komputer dapat digunakan
oleh komputer lainnya tanpa ada pengendali dan pembagian
hak akses. Tipe jaringan ini cocok digunakan untuk
membangun jaringan komputer skala kecil seperti di rumah, di
dalam sebuah ruangan kerja, lab komputer sekolah dan lain-
lain.
- Client to Server
Pada jaringan komputer Client to Server ini, satu
komputer berfungsi sebagai pusat pelayanan (server) dan
komputer yang lain berfungsi meminta pelayanan (client).
Sesuai dengan namanya, Client Server berarti adanya
pembagian kerja pengelolaan data antara client dan server.
Server adalah komputer yang menyediakan fasilitas bagi
komputer-komputer lain didalam jaringan dan client adalah
komputer-komputer yang menerima atau menggunakan
fasilitas yang disediakan oleh server. Server dijaringan tipe
client-server disebut dengan Dedicated Server karena murni
berperan sebagai server yang menyediakan fasilitas kepada
workstation dan server tersebut tidak dapat berperan sebagai
workstation.
2.1.4 Perangkat Keras Jaringan Komputer Menurut MADCOMS (2015, pp. 19) Dalam membangun
sebuah sistem jaringan komputer khususnya jaringan, diperlukan
beberapa perangkat keras jaringan antara lain:
- Hub
Hub adalah sebuah perangkat keras jaringan yang
berfungsi menyatukan kabel-kabel jaringan. Selain itu hub
juga berfungsi sebagai penerima sinyal dari sebuah komputer,
kemudian mentransmisikan ke komputer lain pada sebuah
jaringan.
Dengan kata lain hub bekerja sebagai penyambung,
concentrator, dan sebagai penguat sinyal pada kabel jaringan.
Hub tidak mengenal MAC Address, sehingga tidak dapat
memilih data yang harus ditransmisikan dan yang tidak,
sehingga collision pada sebuah jaringan tidak dapat dihindari.
Collision (tabrakan) merupakan suatu kondisi apabila terdapat
dua device yang mengirim data pada saat bersamaan yang
akan berakibat hilangnya data. Hub bekerja pada layer 1 OSI
(Physical).
Gambar 2.4 Hub
- Switch
Switch hampir sama dengan HUB karena juga mampu
menganalisis alamat tujuan dari data yang dikirim, namun
memiliki port yang lebih banyak dan mampu untuk
membangun sebuah jaringan. Pengalamatan yang dilakukan
Switch yaitu berdasarkan alamat fisik atau MAC Address dari
setiap perangkat yang terhubung ke Switch. Selain itu Switch
mampu melakukan penyaringan data yang lewat untuk dicek
apakah ada yang rusak atau tidak, Pada jaringan yang lebih
besar atau yang ramai jalur komunikasinya lebih memilih
menggunakan Switch daripada HUB, karena dengan
menggunakan Switch jaringan bisa lebih cepat dan aman.
Switch bekerja pada layer 2 OSI (Data Link).
Gambar 2.5 Switch
- Repeater
Repeater merupakan perangkat yang digunakan untuk
menguatkan sinyal. Repeater digunakan apabila
menghubungkan perangkat dengan jarak yang berjauhan.
Repeater tidak hanya diperuntukkan bagi jaringan kabel saja,
namun sudah mendukung pada jaringan wireless. Repeater
bekerja pada layer 1 OSI (physical).
Gambar 2.6 Repeater
- Bridge
Bridge merupakan perangkat keras jaringan untuk
menghubungkan dua buah jaringan secara fisik yang
menggunakan protokol sama/sejenis. Bridge juga bertugas
untuk mengirimkan paket-paket data, sehingga Bridge
memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan HUB atau
Switch karena Bridge mampu mebagi-bagi arus paket data ke
segmen-segmen tertentu dengan sistem filtering traffic.
Selain itu, Bridge juga dapat dikatakan sebagai media
expander untuk menambah jangkauan dari sebuah jaringan
LAN dan menghubungkannya dengan jaringan lainnya pada
lokasi yang berbeda. Bridge bekerja pada layer 2 OSI (Data
Link).
- Router
Merupakan sebuah perangkat keras jaringan komputer
yang mengirimkan paket data melalui sebuah jaringan atau
internet menuju tujuannya, melalui sebuah proses yang
dikenal sebagai routing untuk menyambungkan jaringan LAN
atau WAN ke jaringan WAN (internet) atau menyambungkan
dua atau lebih jaringan yang berbeda kelas. Router bekerja
dengan melihat alamat asal dan alamat tujuan dari paket data
yang melewatinya dan memutuskan rute yang akan dilewati
paket data tersebut untuk sampai ke tujuan. Router mengetahui
alamat masing-masing komputer di lingkungan jaringan
lokalnya maupun router lainnya. Router bekerja pada layer 3
OSI (Network).
Gambar 2.7 Router
2.1.5 Media Transmisi Menurut Husda, N. dan Wangdra (2002, pp. 64) Beberapa kabel yang
dapat digunakan untuk mengaplikasikan jaringan komputer adalah:
- Kabel Coaxial
Yaitu kabel yang terbuat dari tembaga yang dikelilingi
oleh anyaman halus dan diantara keduanya terdapat isolasi.
Kabel ini sering digunakan sebagai kabel antena TV.
Gambar 2.8 Kabel Coaxial
- Kabel Twisted Pair
Kabel ini sering digunakan sebagai kabel telepon,
secara fisik kabel STP (Shielded Twisted Pair) dan
UTP(Unshielded Twisted Pair) memiliki ujung konektor yang
serupa tapi tak sama.
Tabel 2.1 Perbedaan Kabel UTP dan STP
Karakteristik
Kabel UTP Kabel STP
- Tidak memiliki pelindung (shield) alumunium pada bagian luarnya.
- Memiliki pelindung (shield) alumunium pada bagian luarnya.
- Dapat terkena
interferensi/gangguan dari luar
(gangguan elektromagnetik).
- Lebih susah terkena
gangguan elektromagnetik
karena telah terlindungi.
- Harganya lebih murah
dibanding STP.
- Harganya lebih mahal
dibanding UTP.
Gambar 2.9 Kabel UTP dan STP
- Kabel Serat Optik (Fiber Optic)
Media ini merupakan media terbaik untuk LAN. Harga nya
jauh lebih mahal dibandingkan dengan kabel UTP dan STP.
Kabel Serat Optik memilki jangkauan kerja lebih luas,
jangkaun frekuensi lebih tinggi, berukuran kecil, tidak ada
radiasi elektronik, kebal terhadap noise, dan isolasi ground
yang baik.
Gambar 2.10 Kabel Serat Optik
2.1.6 Topologi Jaringan Komputer Menurut MADCOMS (2015, pp. 6) Topologi jaringan
merupakan gambaran pola hubungan antara komponen-komponen
jaringan yang meliputi komputer server,komponen client/workstation,
hub/switch, pengkabelan, dan komponen jaringan yang lain. Terdapat
beberapa topologi jaringan yang dapat disesuaikan dengan kondisi di
lapangan. Toplogi jaringan dapat juga diartikan sebagai skema fisik
jaringan yang saling terhubung satu sama lain.
- Topologi Bus
Pada Topologi Bus ini terdapat satu jalur umum yang
berbentuk garis lurus. Ciri utama dari topologi ini adalah
bahwa setiap sambungan saling bergantung, artinya apabila
salah satu sambungan akan terputus dan susah untuk
terhubung kembali. Meskipun Topologi ini membentuk
jaringan yang saling terhubung namun tidak membentuk jalur
tertutup.
Gambar 2.11 Skema Topologi Bus
- Topologi Ring
Pada Topologi Ring, semua PC yang terhubung ke
jaringan akan saling dikaitkan sehingga membentuk satu
koneksi yang tidak terputus. Namun, sistem Topologi Ring ini
memiliki kelemahan, yaitu apabila terdapat kabel konektor
yang terputus atau mengalami gangguan pada dua arah
sekaligus, maka seluruh koneksi yang mengarah ke server juga
ikut berpengaruh.
Gambar 2.12 Skema Topologi Ring
- Topologi Star
Topologi ini mempunyai bentuk fisik seperti bintang,
dimana setiap node dihubungkan ke pusat. Jadi, setiap transfer
data selalu melalui pusat. Media transmisinya bersifat tertutup
dan setiap client memiliki kabel tersendiri untuk langsung
berhubungan dengan computer server, sehingga apabila salah
satu client mengalami kegagalan, maka client yang lain tetap
bisa berkomunikasi/terhubung dengan computer server.
Gambar 2.13 Skema Topologi Star
- Topologi Tree
Topologi Tree (pohon) adalah kombinasi karakteristik
antara Topologi Star dan Topologi Bus. Topologi ini terdiri
atas kumpulan Topologi Star yang dihubungkan dalam satu
Topologi Bus sebagai jalur-tulang punggung atau backbone.
Komputer-komputer dihubungkan ke hub, sedangkan hub lain
di hubungkan sebagai jalur tulang punggung.
Gambar 2.14 Skema Topologi Tree
- Topologi Mesh
Topologi Mesh adalah Topologi yang menyerupai
bentuk jaring-jaring atau jala yang digunakan pada desain
jaringan LAN, Topologi Mesh menggunakan salah satu dari
dua pengaturan koneksi apakah menggunakan mesh penuh
maupun mesh parsial. Meskipun Topologi Mesh ini dapat
diandalkan karena kemampuan interkoneksinya, namun juga
memiliki masalah redudansi (perulangan).
Gambar 2.15 Skema Topologi Mesh
2.1.7 Model OPEN SYSTEM INTERCONNECTION (OSI) Menurut MADCOMS (2015, pp. 37) Protokol OSI (Open
System Interconnection) adalah penggabungan dari berbagai protokol
standar yang ada dengan basis model OSI. Protokol ini dikembangkan
oleh lembaga internasional yang bergerak di bidang pengembang
protokol jaringan yang bisa beroperasi pada semua vendor jaringan
dan bisa melakukan komunikasi antar sistem jaringan yang dibuat.
OSI berkembang karena kebutuhan standar jaringan internasional dan
didesain untuk dapat menghubungkan hardware dan software yang
berbeda sistem operasi maupun aristekturnya. Pada bentuk yang
paling dasar, model referensi OSI membagi arsitektur jaringan
menjadi 7 lapisan (layer).
Yang dimaksud dengan lapisan adalah tingkat layanan dengan
fungsi tertentu. Setiap lapisan dipisahkan berdasarkan fungsinya,
namun jumlah lapisan dibuat sesedikit mungkin untuk menghindari
arsitektur yang luas dan rumit.
Menurut Ariawal dan Purbo, O. (2016, pp. 22) Protokol OSI
terdiri atas:
• Physical Layer (Layer 1)
Fungsi dari layer fisik adalah mendefinisikan media
fisik dari transmisi paket data. Contohnya mengubah
paket data menjadi sinyal elektrik yang ditransfer melalui
kabel UTP (kabel yang umum dipakai dalam
membangun sebuah jaringan komputer sebagai media
penghubung antara komputer dan peralatan jaringan),
NIC (kartu yang befungsi sebagai penguhubung
komputer ke sebuah jaringan) agar dapat berinteraksi
dengan media kabel/radio.
• Data Link Layer (Layer 2)
Fungsi dari layer data link adalah bagaimana paket
data didistribusikan melalui media tertentu (ethernet,
hub, switch), menentukan bagaimana bit-bit data
dikelompokan menjadi format yang disebut frame, dan
menentukan bagaimana perangkat jaringan seperti hub,
bridge, repeater dan switch beroperasi.
• Network Layer (Layer 3)
Fungsi layer network adalah mendefinisikan akhir dari
pengiriman paket data, mendefiniskan IP Address mana
yang harus dituju, dan untuk siapa pengirim paket tersebut,
kemudian melakukan routing via internetworking melalui
router.
• Transport Layer (Layer 4)
Fungsi dari layer transport adalah untuk memecah
data ke dalam paket-paket data serta memberikan nomor
urut ke paket-paket tersebut sehingga dapat disusun
kembali di sisi tujuan setelah diterima. Selain itu pada
layer ini juga dibuat sebuah tanda/pesan bahwa paket
diterima dengan sukses/komplit. Layer ini
mentransmisikan ulang paket-paket yang hilang di tengah
jalan. Layer ini mengatur arus koneksi dari satu ujung ke
ujung yang lain dan mengendalikan error dalam proses
pengiriman paket data.
• Session Layer (Layer 5)
Fungsi dari Layer Sesi adalah mendefinisikan
bagaimana koneksi dapat dimulai, dikontrol, dan
dihentikan dalam komunikasi antar-mesin.
• Presentation Layer (Layer 6)
Fungsi Layer ini adalah mendefinisikan format
(JPEG,HTML) data yang akan dikirimkan dari aplikasi
menuju jaringan. Format data ini dimanipulasi sehingga
dapat bisa dimengerti oleh penerima.
• Application Layer (Layer 7)
Fungsi dari layer application adalah sebagai
penghubung antarmuka yang mengatur bagaimana
aplikasi pada komputer terhubung dengan fungsional
jaringan. Application Layer adalah layer dimana user
akan beroperasi dan berfungsi sebagai interface antara
user dan komputer.
2.1.8 Protokol TCP/IP Menurut Hands of Lab Bina Nusantara Computer Network
(2011, pp. 22) Transmission Control Protocol/Internet Protocol
(TCP/IP) adalah suatu protokol (aturan) yang memungkinkan
kumpulan komputer dapat berkomunikasi dan bertukar data didalam
suatu jaringan. Fungsi umum TCP adalah memecah pesan-pesan
menjadi beberapa paket sehingga bisa dikirimkan dan juga
menyatukan kembali (reassemble) paket-paket itu kembali pada
stasiun tujuan. Fungsi umum IP adalah menangani alamat-alamat
yang ada pada paket yang dikirimkan sehingga dapat paket dapat
menuju tujuan yang benar.
TCP/IP terdiri atas:
- Application Layer
• HTTP: Hypertext Transfer Protocol, protokol untuk
web browsing.
• FTP: File Transfer Protocol, digunakan untuk file
transfer.
• TELNET: Network Terminal Protocol, yang
menyediakan remote login dalam jaringan.
• SMTP: Simple Mail Transfer Protocol, digunakan
untuk mengirimkan email.
- Transport Layer
Layer Transport, berisi protokol yang bertanggung
jawab untuk mengadakan komunikasi antara dua
host/komputer. Pada lapisan Transport menggunakan
Acknowledgement positif dan Acknowledgement negative
pada aliran datanya. Acknowlegment positif akan
memberitahukan pesan apabila data yang di transferkan
telah sampai sedangkan Acknowledgement negative jika
paket yang ditransfer tidak sampai ke tujuan maka akan
terjadi pengiriman ulang. Kedua protokol tersebut ialah
TCP (Transmission Control Protokol) dan UDP (User
Datagram Protocol).
- Internet Layer
Lapisan Internet bertanggung jawab dalam proses
pengiriman paket ke alamat yang tepat. Pada layer ini
terdapat tiga macam protokol, yaitu IP, ARP, dan ICMP.
IP (Internet Protocol) berfungsi untuk menyampaikan
paket data ke alamat yang tepat. ARP (Address Resulotion
Protocol) ialah protokol yang digunakan untuk
menemukan alamat hardaware dari host/komputer yang
terletak pada network yang sama. Sedangkan ICMP
(Internet Control Massage Protocol) ialah protokol yang
digunakan untuk mengirimkan pesan dan melaporkan
kegagalan pengiriman data.
- Network Interface Layer
Lapisan Network bertanggung jawab mengirim dan
menerima data dari media fisik. Media fisiknya dapat
berupa kabel, serat optik atau gelombang radio. Karena
tugasnya ini, protokol pada layer ini harus mampu
menterjemahkan sinyal listrik menjadi data digital yang di
mengerti oleh komputer, yang berasal dari peralatan lain
yang sejenis.
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Gambar 2.16 Perbandingan OSI Layer dan TCP/IP Layer
2.1.9 Hotspot Menurut Purbo, O. (2006, pp. 22) Hotspot adalah sebuah
wilayah terbatas yang dilayani oleh satu atau sekumpulan Access
Point Wireless LAN standar 802.11a/b/g. Dimana pengguna (user)
dapat masuk ke dalam Access Point secara bebas dan mobile
menggunakan perangkat sejenis notebook, laptop, PDA, dan
sebagainya
2.1.10 Wifi (Wireless Fidelity) Menurut Hands of Lab Bina Nusantara Computer Network
(2011, pp. 74) Wi-Fi (Wireless Fidelity) merupakan teknologi
jaringan tanpa kabel yang menggunakan gelombang radio untuk
mentransfer datanya. Wi-Fi tidak hanya digunakan pada komputer,
tetapi juga pada alat-alat lain seperti notebook, smartphone, mobile
device, multimedia device, dan lain-lain. Awalnya Wi-Fi ditujukan
untuk pengunaan perangkat nirkabel dan jaringan LAN, namun saat
ini lebih banyak digunakan untuk penggunaan internet.
2.1.11 Bandwidth Menurut Maryono dan Istiana, B. (2008, pp. 56) Bandwidth
adalah luas atau lebar cakupan frekuensi yang digunakan oleh sinyal
dalam media transmisi. Bandwidth dapat diartikan sebagai perbedaan
antara komponen sinyal frekuensi tinggi dan sinyal frekuensi rendah.
Di dalam jaringan komputer (termasuk Internet), bandwidth
(kecepatan transfer data) yaitu jumlah data yang ditransfer
(dikirimkan atau diterima) dari sebuah titik ke titik lain dalam jangka
waktu tertentu (pada umumnya adalah detik). Bandwidth ini biasanya
dinyatakan dalam ukuran bps (bits per second).
2.1.12 Network Development Life Cycle Menurut Stiawan, D (2009:2) di dalam artikel ilmiah
Internetworking Development & Design, tahapan pada Network
Development Life Cycle yaitu:
Gambar 2.17 NDLC
1. Analysis : Tahap awal ini dilakukan analisa kebutuhan, analisa
permasalahan yang muncul, analisa keinginan user, dan analisa
topologi / jaringan yang sudah ada saat ini. Metode yang biasa
digunakan pada tahap ini diantaranya :
a. Wawancara, dilakukan dengan pihak terkait melibatkan
dari struktur manajemen atas sampai ke level bawah /
operator agar mendapatkan data yang konkrit dan lengkap.
pada kasus di Computer Engineering biasanya juga
melakukan brainstorming juga dari pihak vendor untuk
solusi yang ditawarkan dari vendor tersebut karena setiap
mempunyai karakteristik yang berbeda.
b. Survey langsung kelapangan, pada tahap analisis juga
biasanya dilakukan survey langsung kelapangan untuk
mendapatkan hasil sesungguhnya dan gambaran seutuhnya
sebelum masuk ke tahap design, survey biasa dilengkapi
dengan alat ukur seperti GPS dan alat lain sesuai
kebutuhan untuk mengetahui detail yang dilakukan.
c. Membaca manual atau blueprint dokumentasi, pada
analysis awal ini juga dilakukan dengan mencari informasi
dari manual-manual atau blueprint dokumentasi yang
mungkin pernah dibuat sebelumnya. Sudah menjadi
keharusan dalam setiap pengembangan suatu sistem
dokumentasi menjadi pendukung akhir dari pengembangan
tersebut, begitu juga pada project network, dokumentasi
menjadi syarat mutlak setelah sistem selesai dibangun.
d. Menelaah setiap data yang didapat dari data-data
sebelumnya, maka perlu dilakukan analisa data tersebut
untuk masuk ke tahap berikutnya. Adapun yang bisa
menjadi pedoman dalam mencari data pada tahap analysis
ini adalah ;
• User/people : jumlah user, kegiatan yang sering
dilakukan, peta politik yang ada, level teknis user.
• Media H/W & S/W : peralatan yang ada, status
jaringan, ketersedian data yang dapat diakses dari
peralatan, aplikasi s/w yang digunakan.
• Data : jumlah pelanggan, jumlah inventaris sistem,
sistem keamanan yang sudah ada dalam
mengamankan data.
• Network : konfigurasi jaringan, volume trafik
jaringan, protocol, monitoring network yang ada
saat ini, harapan dan rencana pengembangan
kedepan.
• Perencanaan fisik : masalah listrik, tata letak, ruang
khusus, sistem keamanan yang ada, dan
kemungkinan akan pengembangan kedepan.
2. Design : Dari data-data yang didapatkan sebelumnya, tahap
Design ini akan membuat gambar design topology jaringan
interkoneksi yang akan dibangun, diharapkan dengan gambar ini
akan memberikan gambaran seutuhnya dari kebutuhan yang ada.
Design bisa berupa design struktur topology, design akses data,
design tata layout perkabelan, dan sebagainya yang akan
memberikan gambaran jelas tentang project yang akan dibangun.
Biasanya hasil dari design berupa ;
a. Gambar-gambar topology (server farm, firewall,
datacenter, storages, lastmiles, perkabelan, titik akses dan
sebagainya).
b. Gambar-gambar detailed estimasi kebutuhan yang ada.
3. Simulation Prototype : beberapa networker’s akan membuat dalam
bentuk simulasi dengan bantuan Tools khusus di bidang network
seperti BOSON, PACKET TRACERT, NETSIM, dan sebagainya,
hal ini dimaksudkan untuk melihat kinerja awal dari network yang
akan dibangun dan sebagai bahan presentasi dan sharing dengan
team work lainnya. Namun karena keterbatasan perangkat lunak
simulasi ini, banyak para networker’s yang hanya menggunakan
alat bantu tools VISIO untuk membangun topology yang akan di
design.
4. Implementation : di tahapan ini akan memakan waktu lebih lama
dari tahapan sebelumnya. Dalam implementasi networker’s akan
menerapkan semua yang telah direncanakan dan di design
sebelumnya. Implementasi merupakan tahapan yang sangat
menentukan dari berhasil / gagalnya project yang akan dibangun
dan ditahap inilah Team Work akan diuji dilapangan untuk
menyelesaikan masalah teknis dan non teknis. Ada beberapa
Masalah-masalah yang sering muncul pada tahapan ini,
diantaranya :
a. Jadwal yang tidak tepat karena faktor-faktor penghambat.
b. Masalah dana / anggaran dan perubahan kebijakan.
c. Team work yang tidak solid.
d. Peralatan pendukung dari vendor makanya dibutuhkan
manajemen project dan manajemen resiko untuk
menimalkan sekecil mungkin hambatan-hambatan yang
ada.
5. Monitoring : Setelah implementasi tahapan monitoring merupakan
tahapan yang penting, agar jaringan komputer dan komunikasi
dapat berjalan sesuai dengan keinginan dan tujuan awal dari user
pada tahap awal analisis, maka perlu dilakukan kegiatan
monitoring. Monitoring bisa berupa melakukan pengamatan pada ;
a. Infrastruktur hardware : dengan mengamati kondisi
reliability / kehandalan sistem yang telah dibangun
(reliability = performance + availability + security).
b. Memperhatikan jalannya packet data di jaringan
(pewaktuan, latency, peektime, troughput).
c. Metode yang digunakan untuk mengamati ”kesehatan”
jaringan dan komunikasi secara umum secara terpusat atau
tersebar Pendekatan yang paling sering dilakukan adalah
pendekatan Network Management, dengan pendekatan ini
banyak perangkat baik yang lokal dan tersebar dapat di
monitor secara utuh.
6. Management, di manajemen atau pengaturan, salah satu yang
menjadi perhatian khusus adalah masalah Policy, kebijakan perlu
dibuat untuk membuat / mengatur agar sistem yang telah dibangun
dan berjalan dengan baik dapat berlangsung lama dan unsur
Reliability terjaga. Policy akan sangat tergantung dengan
kebijakan level management dan strategi bisnis perusahaan
tersebut. IT sebisa mungkin harus dapat mendukung atau
alignment dengan strategi bisnis perusahaan
2.1.13 Fact Finding Whitten, J. (2007, pp. 215) metode Fact Finding yang
digunakan dalam penelitian adalah:
1. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan suatu bentuk teknik pengumpulan
data dimana dilakukan pengumpulan teori dari beberapa literatur
yang ada dan berkaitan dengan permasalahan. Dengan metode
studi pustaka ini maka akan didapatkan informasi tambahan guna
mendukung dalam hal proses penentuan solusi yang tepat.
2. Survei
Survei merupakan teknik pengumpulan data dimana memberikan
pertanyaan-pertanyaan pokok yang berkaitan dengan informasi
yang dibutuhkan. Informasi dapat dikumpulkan dari data sampel
yang dipilih dari populasi yang ada.
3. Wawancara
Teknik pencarian fakta dimana sistem analis mengumpulkan
informasi dari individu melalui interaksi tatap muka. Wawancara
pribadi umumnya diakui sebagai teknik pencarian fakta yang
paling penting dan paling sering digunakan. Wawancara
digunakan dalam segala kesempatan untuk menemukan berbagai
macam seperti:
a. Mencari fakta.
b. Verifikasi fakta.
c. Mengklarifikasi fakta.
d. Membangkitkan semangat.
e. Dapatkan pengguna akhir yang terlibat.
f. Mengidentifikasi kebutuhan.
g. Meminta ide dan opini.
4. Observasi
Merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan dengan
mengamati secara langsung kondisi yang nyata yang ada di
lapangan. Dengan teknik pengumpulan data ini maka akan
didapatkan data yang bersifat valid.
2.2 Teori-teori Khusus 2.2.1 Manajemen Bandwidth
Menurut Edwards, J. dan Bramante, R. (2006, pp. 225)
Manajemen Bandwidth merupakan suatu teknik yang digunakan untuk
memastikan bahwa terdapat bandwidth yang memadai untuk
mendukung kelancaran pertukaran data dalam suatu jaringan.
Manajemen Bandwidth berguna untuk mengatur pola pertukaran data
dengan memastikan bahwa semua data penting yang akan dikirimkan
sampai ke tujuannya, sehingga dengan pola pertukaran data yang telah
diatur tersebut, seluruh data dapat dikirimkan dan sampai ke
tujuannya meskipun besar bandwidth yang dimiliki jumlahnya
terbatas. Terdapat dua teknik untuk melakukan manajemen
bandwidth, antara lain:
1. Simple Queue
Merupakan teknik yang digunakan untuk melakukan
manajemen bandwidth dengan melimitasi kecepatan pertukaran
data untuk alamat IP komputer yang spesifik dan/atau berdasarkan
subnet yang telah diatur dalam suatu jaringan. Pada teknik simple
queue semua pengaturan bersifat global dimana setiap host diatur
limit pertukaran datanya sama, tidak ada host yang memiliki
pengaturan limit yang lebih besar atau lebih kecil dari pada host
lainnya. Pada teknik simple queue kecepatan pengiriman dan
penerimaan data dapat diatur dengan besaran yang sama secara
langsung saat tahap konfigurasi.
2. Queue Tree
Merupakan teknik yang digunakan untuk mengatur satu
arah pertukaran data secara spesifik, yaitu mengatur hanya untuk
besar limit pengiriman data atau penerimaan data saja. Pada teknik
queue tree dimungkinkan untuk melakukan pengaturan host
dengan limit pertukaran data yang berbeda beda dalam suatu
jaringan secara langsung saat tahap konfigurasi.
2.2.2 IP Address Menurut Hands of Lab Bina Nusantara Computer Network
(2011, pp. 22) IP Address (Alamat IP) adalah suatu bilangan yang
secara unik mendefinisikan setiap host yang ada pada jaringan IP.
IP Address terdiri dari 32-bit bilangan biner. Sebagai contoh,
IP Address dapat ditulis sebagai berikut:
11000000101010001000100000011100. Untuk mempermudah
penulisan, digunakan format notasi desimal bertitik (dotted-decimal
notation) yang mengelompokkan 32-bit menjadi 4 kelompok yang
masing-masing 8-bit (oktet atau byte) dan ditulis dalam bilangan
desimal. Dengan demikian, contoh di atas dapat ditulis menjadi
192.168.136.28.
Tujuan penggunaan IP Address adalah memungkinkan
komunikasi antar jaringan. Setiap IP Address terbagi menjadi dua
bagian:
- Network ID (netid): mengidentifikasikan di jaringan mana host
komputer itu berada.
- Host ID (hostid): mengidentifikasikan device spesifik pada
jaringan yang berada pada jaringan yang ditunjukkan oleh
Network ID.
2.2.2.1 Pembagian Kelas IP Address Protokol IP menggolongkan IP Address menjadi 5 kelas:
A, B, C, D, dan E. Kelas A hingga C berbeda dalam hal porsi
netid dan hostid. Kelas D digunakan untuk keperluan multicast,
sedangkan kelas E digunakan untuk kepentingan eksperimen.
- KELAS A. IP Address kelas A didesain untuk jaringan-
jaringan besar. Oktet (8-bit) pertama kelas A merupakan netid,
sedangkan 3 oktet sisanya adalah hostid. Dengan demikian,
kelas A dapat memiliki 126 jaringan dengan jumlah host
16777214 (224- 2) untuk setiap jaringannya.
- KELAS B. Dua oktet pertama kelas B merupakan netid,
sedangkan 2 oktet sisanya adalah hostid. Dengan demikian,
kelas B dapat memiliki 16384(64x256 atau 214) jaringan
dengan jumlah host sebanyak 65534(216-2) untuk setiap
jaringannya.
- KELAS C. Tiga oktet pertama kelas C merupakan netid,
sedangkan oktet terakhir adalah hostid. Dengan demikian,
kelas C dapat memiliki 2097152 (32x256x256 atau 221)
jaringan dengan jumlah host sebanyak 254(28-2) untuk setiap
jaringannya.
- KELAS D. Alamat IP kelas D dicadangkan untuk skema
multicast, yaitu kemampuan untuk mengirimkan sebuah paket
ke sekelompok perangkat yang tergabung ke dalam sebuah
grup multicast yangsama.
- KELAS E. Alamat IP kelas E dicadangkan untuk keperluan
eksperimen dan tidak digunakan.
2.2.3 Mikrotik Menurut Athailah (2013, pp. 18) Mikrotik adalah sebuah
merek dari sebuah perangkat jaringan, pada awalnya mikrotik
hanyalah sebuah perangkat lunak atau software yang di-install dalam
komputer yang digunakan untuk mengontrol jaringan, tetapi dalam
perkembangannya saat ini telah menjadi sebuah device atau perangkat
jaringan yang andal dan harga yang terjangkau, serta banyak
digunakan pada level perusahaan penyedia jasa Internet (ISP).
Gambar 2.18 Mikrotik
2.2.3.1 Fungsi Mikrotik Menurut Amiri, I. S. dan Soltanian, M. R. (2015, pp. 33)
Fungsi mikrotik antara lain adalah:
• Menyediakan teknik pengaturan yang luas, fleksibel, dan
dengan stabilitas yang baik untuk berbagai macam jenis
rooting dan data interface.
• Mikrotik dapat digunakan untuk menerapkan fitur Virtual
Private Network (VPN) untuk server dan client, firewall,
wireless access point function, bandwidth shaping, quality
of service, dan fitur fitur lainnya yang digunakan untuk
interkoneksi jaringan dan rooting.
• Mikrotik dapat digunakan untuk mengakomodasi suatu
teknik autentikasi dan pengamanan data yang lewat dari
network internal ke network eksternal, dimana tidak
mengizinkan adanya pertukaran data sebelum user
melakukan registrasi.
• Mengirimkan koneksi lewat telnet, FTP dan secure shell
(SSH) dan juga dapat melakukan akses langsung dari
aplikasi custom untuk melakukan management dan
monitoring traffic.
• Mikrotik dapat digunakan untuk mengumpulkan nilai-nilai
latency, menghitung jumlah paket data yang hilang,
mengetahui besaran nilai pengiriman dan penerimaan data,
mendeteksi apabila ada paket yang tidak sesuai (out-of-
order).
2.2.3.2 Fitur-fitur Mikrotik Menurut Athailah (2013, pp. 19) Fitur-fitur yang tersedia
pada mikrotik diantarnya adalah sebagai berikut:
• Firewall dan NAT.
• Routing-Static Routing.
• Hotspot.
• Point-to-point tunneling protocols (PPTP).
• Simple tunnels.
• IPSec.
• Web proxy.
• Chaching DNS client.
• DHCP.
• Universal Client.
• VRRP.
• Monitoring/Accounting.
• Dan Tools jaringan lainnya.
2.2.3.3 Mikrotik RouterOS
MikroTik RouterOS adalah sistem operasi dan perangkat
lunak yang dapat digunakan untuk menjadikan komputer menjadi
router network yang handal, mencakup berbagai fitur yang dibuat
untuk ip network dan jaringan wireless, cocok digunakan oleh ISP
dan provider hotspot.