1. Kita mengenal Hippocrates dan Galenus yang mengemukakan bahwa manusia bisa dibagi menjadi empat golongan menurut keadaan zat cair yang ada dalam tubuhnya. 1) Melancholicus (melankolisi), yaitu orang-orang yang banyak empedu hitamnya, sehingga orang-orang dengan tipe ini selalu bersikap murung atau muram, pesimistis dan selalu menaruh rasa curiga. 2) Sanguinicus (sanguinisi), yakni orang-orang yang banyak darahnya, sehingga orang-orang tipe ini selalu menunjukkan wajah berseri-seri, periang atau selalu gembira, dan bersikap optimistis. 3) Flegmaticus (flegmatisi), yaitu orang-orang yang banyak lendirnya. Orang- orang seperti ini sifatnya lamban dan pemalas, wajahnya selalu pucat, pesimis, pembawaannya tenang, pendiriannya tidak mudah berubah. 10
2. 4) Cholericus (kolerisi), yakni yang banyak empedu kuningnya. Orang bertipe ini bertubuh besar dan kuat, namun penaik darah dan sukar mengendalikan diri, sifatnya garang dan agresif.
3. Kutipan Buku : 4 Pola Watak Teori Kepribadian Hippocrates
4. Kembali ke zaman para filsuf Yunani purba, Hipocrates, bapak kedokteran modern, mulai mengobservasi para pasiennya. Dia menemukan bahwa sementara tidak ada 2 orang yang tepat sama, banyak yang mempunyai ciri khas serupa. Satu kelompok sering berbagi pola perilaku tertentu yang konsisten. Pada segi lain, kelompok lainnya memperlihatkan rangkaian perilaku yang yang sangat berbeda, walaupun mereka bertindak secara konsisten di dalam kelompoknya. Begitu Hippocrates dan rekan-rekan sekerjanya memperhatikan ke dalam kelompok mana seseorang cocok, mereka bisa dengan akurat meramalkan aspek-aspek lain tentang tanggapan orang itu terhadap kehidupan.
5. Mereka menyebut orang-orang yang ciri khasnya jelas suka ribut dan terlambat, optimistis, dan menyukai kesenangan "Sanguinis". Mereka menyebut orang-orang yang suka menjadi pemimpin kelompok dan cenderung sok berkuasa "Koleris". Orang-orang yang perlu agar seluruh kehidupannya teratur dan lebih pemurung dari pada lain-lainnya diberi nama "Melankolis". Dan akhirnya, mereka menunjuk orang-orang yang mudah menuju arah mana saja selama orang lain membuat pilihan sebagai "Phlegmatis".
Hippocrates tadinya merasa bahwa setiap kelompok berperilaku seperti itu karena adanya cairan tubuh tertentu. Kata "Sanguine" berarti darah serta berhubungan dengan energi tinggi dan optimisme. "Choleric" adalah empedu kuning yang berhubungan dengan kontrol dan kemarahan. "Melancholy" mewakili empedu hitam dan dipilih karena kedalaman intelegensi dan kecenderungan orang itu ke arah tekanan jiwa. "Phlegmatic" berasal dari phlegma (lendir) tubuh yang menjaga orang itu agar tetap damai, pasif, dan mantap. Lama berselang ilmu kedokteran sudah membuang aspek analisis Hippocrates tersebut. Tetapi observasi perilaku ini masih tetap kokoh selama bertahun-tahun sehingga mayoritas telaah kepribadian berakar dalam teori Hippocrates tentang empat pola watak walaupun mungkin mereka telah mengubah labelnya menjadi Sosialiser atau Lingsang.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seandainya dalam semua segi, setiap orang sama seperti kebanyakan atau bahkan
semua orang lain, kita bisa tahu apa yang diperbuat seseorang dalam situasi tertentu
berdasarkan pengalaman diri kita sendiri. Kenyataannya, dalam banyak segi, setiap
orang adalah unik, khas. Akibatnya yang lebih sering terjadi adalah kita mengalami
salah paham dengan teman di kampus, sejawat di kantor tetangga atau bahkan dengan
suami/istri dan anak-anak dirumah. Kita terkejut oleh tindakan di luar batas yang
dilakukan oleh seseorang yang biasa dikenal alim dan saleh, dan masih banyak lagi.
Oleh karena itu, kita membutuhkan sejenis kerangka acuan untuk memahami dan
menjelaskan tingkah laku diri sendiri dan orang lain.kita harus memahami defenisi dari
kepribadian itu, bagaimana kepribadan itu terbentuk. Selain itu kita membutuhkan
teori-teori tentang tingkah laku, teori tentang kepribadian agar tembentuk suatu
kepribadian yang baik. Sehingga gangguan-gangguan yang biasa muncul pada
kepribadian setiap individu dapat dihindari.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumsan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana konsep-konsep kepribadian?
2. Menjelaskan jenis-jenis gangguan kepribadian.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
1. Untuk memahami konsep-konsep kepribadian.
2. Untuk memahami jenis-jenis gangguan kepribadian.
D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini, yaitu:
1. Pendahuluan
2. Pembahasan
3. Penutup
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Kepribadian
Kata “kepribadian” (personality) sesungguhnya sesungguhnya berasal dari kata
latin: pesona. Pada mulanya kata personaini menunjuk pada topeng yang biasa
digunakan oleh pemain sandiwara di zaman romawi dalam memainkan perannya.
Lambat laun, kata persona (personality) berubah menjai satu istilah yang mengacu
pada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok masyarakat,
kemudian individu tersebut diharapkan bertingkah laku berdasarkan atau sesuai dengan
gambaran sosial yang diterimanya.
Kepribadian (Allport, 1971) adalah organisasi-organisasi dinamis dari sistem-sistem
psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik/khas dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Karena tiap-tiap kepribadian adalah unik, maka sukar sekali dibuat gambaran yang
umum tentang kepribadian. Yang dapat kita lakukan adalah mencoba mengenal
seseorang dengan mengetahui struktur kepribadiannya. Struktur kepribadian ini dapat
diketahui melalui pemeriksaan terhadap sejarah hidup, cita-cita, dan persoalan-
persoalan yang dihadapi seseorang.
B. Pembentukan Kepribadian
Mengenai pengalaman-pengalaman yang ikut membentuk kepribadian, kita dapat
membedakannya dalam dua golongan :
1. Pengalaman yang umum, yaitu yang dialami oleh tiap-tiap individu dalam
kebudayaan tertentu. Pengalaman ini erat hubungannya dengan fungsi dan
peranan seseorang dalam masyarakat. Misalnya, sebagai laki-laki atau wanita
seseorang mempunyai hak dan kewajiban tertentu. Beberapa dari peran itu dipilih
sendiri oleh orang yang bersangkutan tetapi masih tetap terikat pada norma-norma
masyarakat, misalnya jabatan atau pekerjaan. Meskipun demikian, kepribadian
seseorang tidak dapat sepenuhnya diramalkan atau dikenali hanya berdasarkan
pengetahuan tentang struktur kebudayaan dimana orang itu hidup. Hal ini
disebabkan karena :
a. Pengaruh kebudayaan terhadap seseorang tidaklah sama karena medianya
(orang tua, saudara, media massa dan lain-lain) tidaklah sama pula pada setiap
orang. Setiap orang tua atau media massa mempunyai pandangan dan
pendapatnya sendiri sehingga orang-orang yang menerima pandangan dan
pendapat yang berbeda-beda itu akan berbeda-beda pula pendiriannya.
b. Tiap individu mempunyai pengalaman-pengalaman yang khusus, yang terjadi
pada dirinya sendiri.
2. Pengalaman yang khusus, yaitu yang khusus dialami individu sendiri. Pengalaman
ini tidak tergantung pada status dan peran orang yang bersangkutan dalam
masyarakat.
Pengalaman-pengalaman yang umum maupun yang khusus di atas memberi
pengaruh yang berbeda-beda pada tiap individu-individu itu pun merencanakan
pengalaman-pengalaman tersebut secara berbeda-beda pula sampai akhirnya ia
membentuk dalam dirinya suatu stuktur kepribadian yang tetap (permanen). Proses
integrasi pengalaman-pengalaman ke dalam kepribadian yang makin lama makin
dewasa, disebut proses pembentukan identitas diri.
Proses pembentukan identitas diri harus melalui berbagai tingkatan. Salah satu
tingkat yang harus dilalui adalah identifikasi, yaitu dorongan untuk menjadi identik
(sama) dengan orang lain, misalnya dengan ayah, ibu, kakak, saudara, guru, dan
sebagainya. Pada masa remaja, tahap identifikasi ini dapat menyebabkan kebingungan
dan kekaburan akan peran sosial, karena remaja-remaja cenderung mengidentifikasikan
dirinya dengan beberapa tokoh sekaligus, misalnya dengan ayahnya, bintang film
kesayangannya, tokoh politik favoritnya dan sebagainya. Kalau kekaburan akan
peranan sosial ini tidak dapat dihapuskan sampai remaja itu menjadi dewasa, maka
besar kemungkinannya ia akan menderita gangguan-gangguan kejiwaan pada masa
dewasanya. Karena itu penting sekali diusahakan agar remaja dapat menentukan
sendiri identitas dirinya dan berangsur-angsur melepaskan identifikasinya terhadap
orang-orang lain untuk akhirnya menjadi dirinya sendiri.
C. Teori-Teori Kepribadian
Ada empat teori kepribadian utama yang satu sama lain tentu saja berbeda, yakni
teori kepribadian psikoanalisis, teori-teori sifat (trait), teori kepribadian behaviorisme,
dan teori psikoligi kognitif.
1. Teori Kepribadian Psikoanalisis
Dalam mencoba mamahami sistem kepribadian manusia, Freud membangun
model kepribadian yang saling berhubungan dan menimbulkan ketegangan satu
sama lain. Konflik dasar dari tiga sistem kepribadian tersebut menciptakan energi
psikis individu. Energi dasar ini menjadi kebutuhan instink individu yang menuntut
pemuasan. Tiga sistem tersebut adalah id, ego, dan superego.
Id bekerja menggunakan prinsip kesenangan, mencari pemuasan segera impuls
biologis; ego mematuhi prinsip realita, menunda pemuasan sampai bisa dicapai
dengan cara yang diterima masyarakat, dan superego (hati nurani;suara hati)
memiliki standar moral pada individu. Jadi jelaslah bahwa dalam teori psikoanalisis
Freud, ego harus menghadapi konflik antara id ( yang berisi naluri seksual dan
agresif yang selalu minta disalurkan) dan super ego (yang berisi larangan yang
menghambat naluri-naluri itu). Selanjutnya ego masih harus mempertimbangkan
realitas di dunia luar sebelum menampilkan perilaku tertentu.
Namun, dalam psikoanalisis Carl Gustav Jung, ego bukannya menghadapi
konflik antara id dan superego, melainkan harus mengelola dorongan-dorongan yang
datang dari ketidak sadaran kolektif (yang berisi naluri-naluri yang diperoleh dari
pengalaman masa lalu dari masa generasi yang lalu) dan ketidaksadaran pribadi
yang berisi pengalaman pribadi yang diredam dalam ketidaksadaran. Berbeda
dengan Freud, Jung tidak mendasarkan teorinya pada dorongan seks.
Bagi erikson, misalnya meskipun ia mengakui adanya id, ego, dan superego,
menurutnya, yang terpenting bukannya dorongan seks dan bukan pula koflik antara
id dan superego. Bagi Erikson, manusia adalah makhluk rasional yang pikiran,
perasaan, dan perilakunya dikendalikan oleh ego. Jadi ego itu aktif, bukan pasif
seperti pada teori freud, dan merupakan unsur utama dari kepribadian yang lebih
banyak dipengarihi oleh faktor sosial daripada dorongan seksual.
2. Teori-Teori Sifat (Trait Theories)
Teori sifat ini dikenal sebagai teori-teori tipe (type theories) yang menekankan
aspek kepribadian yang bersifat relatif stabil atau menetap. Tepatnya, teori-teori ini
menyatakan bahwa manusia memiliki sifat atau sifat-sifat tertentu, yakni pola
kecenderungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu. Sifat-sifat yang stabil ini
menyebabkan manusia bertingkah laku relatif tetap dari situasi ke situasi.
Allport membedakan antara sifat umum (general trait) dan kecenderungan
pribadi (personal disposition). Sifat umum adalah dimensi sifat yang dapat
membandingkan individu satu sama lainnya. Kecenderungan pribadi dimaksudkan
sebagai pola atau konfigurasi unik sifat-sifat yang ada dalam diri individu. Dua orang
mungkin sama-sama jujur, namun berbeda dalam hal kejujuran berkaitan dengan
sifat lain. Orang pertama, karena peka terhadap perasaan orang lain, kadang-kadang
menceritakan “kebohongan putih” bagi orang ini, kepekaan sensitivitas adalah lebih
tinggi dari kejujuran. Adapun orang orang kedua menilai kejujuran lebih tinggi, dan
mengatakan apa adanya walaupun hal itu melukai orang lain. Orang mungkin pula
memilki sifat yang sama, tetapi dengan motif berbeda. Seseorang mungkin berhati-
hati karena ia takut terhadap pendapat orang lain, dan orang lain mungkin hati-hati
karena mengekspresikan kebutuhannya untuk mempertahankan keteraturan hidup.
Termasuk dalam teori-teori sifat berikutnya adalah teori-teori dari Willim
Sheldom. Teori Sheldom sering digolongkan sebagai teori topologi. Meskipun
demikian ia sebenarnya menolak pengotakkan menurut tipe ini. Menurutnya,
manusia tidak dapat digolongkan dalam tipe ini atau tipe itu. Akan tetapi, setidak-
tidaknya seseorang memiliki tiga komponen fisik yang berbeda menurut derajat dan
tingkatannya masing-masing. Kombinasi ketiga komponen ini menimbulkan berbagai
kemungkinan tipe fisik yang isebutnya sebagai somatotipe. Menurut Sheldom ada
tiga komponen atau dimensi temperamental adalah sebagai berikut :
a. Viscerotonia. Individu yang memiliki nilai viscerotonia yang tinggi, memiliki sifat-
sifat, antara lain suka makan enak, pengejar kenikmatan, tenang toleran,
lamban, santai, pandai bergaul.
b. Somatotonia. Individu dengan sifat somatotonia yang tinggi memiliki sifat-sifat
seperti berpetualang dan berani mengambil resiko yang tinggi, membutuhkan
aktivitas fisik yang menantang, agresif, kurang peka dengan perasaan orang lain,
cenderung menguasai dan membuat gaduh.
c. Cerebretonia. Pribadi yang mempunyai nilai cerebretonia dikatakan bersifat
tertutup dan senang menyendiri, tidak menyukai keramaian dan takut kepada
orang lain, serta memiliki kesadaran diri yang tinggi. Bila sedang di rundung
masalah, Ia memiliki reaksi yang cepat dan sulit tidur.
3. Teori Kepribadian Behaviorisme
Menurut Skinner, individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan
tingkah lakunya melalui belajar. Dia bukanlah agen penyebab tingkah laku,
melainkan tempat kedudukan atau suatu poin yang faktor-faktor lingkungan dan
bawaan yang khas secara bersama-sama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang
khas pula pada individu tersebut.
Bagi Skinner, studi mengenai kepribadian itu ditujukan pada penemuan pola
yang khas dari kaitan antara tingkah laku organisme dan berbagai konsekuensi yang
diperkuatnya.
Selanjutnya, Skinner telah menguraikan sejumlah teknik yang digunakan untuk
mengontrol perilaku. Tekhnik tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1) Pengekangan fisik (psycal restraints)
Menurut skinner, kita mengntrol perilaku melalui pengekangan fisik.
Misalnya, beberapa dari kita menutup mulut untuk menghindari diri dari
menertawakan kesalahan orang lain. Orang kadang-kadang melakukannya dengan
bentuk lain, seperti berjalan menjauhi seseorang yang tealh menghina ita agar
tidak kehilangan kontrol dan menyerang orang tersebut secara fisik.
2) Bantuan fisik (physical aids)
Kadang-kadang orang menggunakan obat-obatan untuk mengontrol perilaku yang
tidak dinginkan. Misalnya, pengendara truk meminum obat perangsang agar tidak
mengatuk saat menempuh perjalanan jauh. Bantuan fisik bisa juga digunakan
untuk memudahkan perilaku tertentu, yang bisa dilihat pada orang yang memiliki
masalah penglihatan dengan cara memakai kacamata.
3) Mengubah kondisi stimulus (changing the stimulus conditions)
Suatu tekhnik lain adalah mengubah stimulus yang bertanggunggung jawab.
Misalnya, orang yang berkelebihan berat badan menyisihkan sekotak permen dari
hadapannya sehingga dapat mengekang diri sendiri.
4) Memanipulasi kondisi emosional (manipulating emotional conditions)
Skinner menyatakan terkadang kita mengadakan perubahan emosional dalam diri
kita untuk mengontrol diri. Misalnya, beberapa orang menggunakan tekhnik
meditasi untuk mengatasi stess.
5) Melakukan respons-respons lain (performing alternativeresponses)
Menurut Skinner, kita juga sering menahan diri dari melakukan perilaku yang
membawa hukuman dengan melakukan hal lain. Misalnya, untuk menahan diri
agar tidak menyerang orang yang sangat tidak kita sukai, kita mungkin melakukan
tindakan yang tidak berhubungan dengan pendapat kita tentang mereka.
6) Menguatkan diri secara positif (positif self-reinforcement)
Salah satu teknik yang kita gunakan untuk mengendalikan perilaku menurut
Skinner, adalah positive self-reinforcement. Kita menghadiahi diri sendiri atas
perilaku yang patut dihargai. Misalnya, seorang pelajar menghadiahi diri sendiri
karena telah belajar keras dan dapat mengerjakan ujian dengan baik, dengan
menonton film yang bagus.
7) Menghukum diri sendiri (self punishment)
Akhirnya, seseorang mengkin menghukum diri sendiri karena gagal mencapai
tujuan diri sendiri. Misalnya, seorang mahasiswa menghukum dirinya sendiri
karena gagal melakukan ujian dengan baik dengan cara menyendiri dan belajar
kembali dengan giat.
4. Teori Psikologi Kognitif
Menurut para ahli, teori psikologi kognitif dapat dikatakan berawal dari
pandangan psikologi Gestalt. Mereka berpendapat bahwa dalam memersepsi
lingkungannya, manusia tidak sekadar mengandalkan diri pada apa yang diterima
dari penginderaannya, tetapi masukan dari pengindraan itu, diatur, saling
dihubungkan dan diorganisasikan untuk diberi makna, dan selanjutnya dijadikan awal
dari suatu perilaku.
Pandangan teori kognitif menyatakan bahwa organisasi kepribadian manusia
tidak lain adalah elemen-elemen kesadaran yang satu sama lain saling terkait dalam
lapangan kesadaran (kognisi). Dalam teori ini, unsur psikis dan fisik tidak dipisahkan
lagi, karena keduanya termasuk dalam kognisi manusia. Bahkan, dengan teori ini
dimungkinkan juga faktor-faktor diluar diri dimasukkan (diwakili) dalam lapangan
psikologis atau lapangan kesadaran seseorang.
D. Tipe-Tipe Kepribadian
Pada dasarnya setisp orang memiliki kepribadian yang berbeda satu sama lain.
Penelitian tentang kepribadian manusia dilakukan para ahli sejak dulu kala. Kita
mengenal Hippocrates dan Galenus yang mengemukakan bahwa manusia bisa dibagi
menjadi empat golongan menurut keadaan zat cair yang ada dalam tubuhnya.
1) Melancholicus (melankolisi), yaitu orang-orang yang banyak empedu hitamnya,
sehingga orang-orang dengan tipe ini selalu bersikap murung atau muram, pesimistis
dan selalu menaruh rasa curiga.
2) Sanguinicus (sanguinisi), yakni orang-orang yang banyak darahnya, sehingga
orang-orang tipe ini selalu menunjukkan wajah berseri-seri, periang atau selalu
gembira, dan bersikap optimistis.
3) Flegmaticus (flegmatisi), yaitu orang-orang yang banyak lendirnya. Orang-orang
seperti ini sifatnya lamban dan pemalas, wajahnya selalu pucat, pesimis,
pembawaannya tenang, pendiriannya tidak mudah berubah.
4) Cholericus (kolerisi), yakni yang banyak empedu kuningnya. Orang bertipe ini
bertubuh besar dan kuat, namun penaik darah dan sukar mengendalikan diri,
sifatnya garang dan agresif.
C.G. Jung, seorang ahli penyakit jiwa dari Swiss, membuat pembagian tipe manusia
dengan cara lain lagi. Ia menyatakan bahwa perhaian manusia tertuju pada dua arah,
yakni keluar dirinya yang disebut extrovert, dan kedalam dirinya yang disebut introvert.
Jadi, menurut jung tipe manusia bisa dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu :
1) Tipe extrovert, yaitu orang-orang yang perhatiannya lebih diarahkan keluar dirinya,
kepada orang-orang lain dan kepada masyarakat.
2) Tipe introvert, orang-orang yang perhatiannya lebih mengarah pada dirinya.
Orang yang tergolong tipe extrovert mempunyai sifat-sifat: berhati terbuka, lancar
dalam pergaulan, ramah, penggembira, kontak dengan lingkungan besar sekali. Mereka
mudah memegaruhi dan mudah pula dipengaruhi oleh lingkungannya. Adapun orang-
orang yang tergolong introvert memiliki sifat-sifat : kurang pandai bergaul, pendiam,
sukar diselami batinnya, suka mnyendiri, bahkan sering takut kepada orang lain.
Kretschmer, ahli penyakit jiwa berkebangsaan Jerman, mengemukakan adanya
hubungan yang erat antara tipe tubuh dengan sifat dan wataknya. Ia memebagi
manusia dalam empat golongan menurut tipe atau bentuk tubuhnya masing-masing,
yaitu berikut ini :
1) Atletis, dengan ciri-ciri tubuh: besar, berotot kuat, kekar dan tegap, berdada lebar.
2) Astenis, dengan ciri-ciri: tinggi, kurus, tidak kuat, bahu sempit, lengan, dan kaki
kecil.
3) Piknis, dengan ciri-ciri: bulat, gemuk, pendek, muka bulat, leher pejal.
4) Displastis, merupakan bentuk tubuh campuran dari ketiga tipe diatas.
Tipe watak orang yang berbentuk atletis dan astenis adalah schizothim, yang
menurut Kretschmer mempunyai sifat-sifat, antara lain : sulit bergaul, mempunyai
kebiasaan yang tetap, sukar menyesuaikan diri dengan situasi baru, kelihatan sombong,
egoistis dan bersifat ingin berkuasa, kadang-kadang optimis, kadang pula pesimis,
selalu berpikir terlebih dahulu masak-masak sebelum bertindak.
Lain halnya dengan orang yang memiliki bentuk tubuh piknis, atau tipe wataknya
sering disebut siklithim. Sifat orang-orang ini adalah mudah bergaul, suka humor,
mudah berubah-ubah stemming-nya, mudah menyesuaikan diri dengan situasi yang
baru, lekas memaafkan kesalahan orang lain, tetapi kurang setia, dan tidak konsekuen.
Menurut teori Sheldon, manusia bisa digolongkan menjadi tiga macam tipe yaitu :
a. Tipe Endomorp
Menurut Sheldon, orang yang komponen endomorp-nya tinggi, sedangkan kedua
komponen lainnya rendah, ditandai oleh alat-alat dalam dan seluruh sistem digestif
(yang berasal dari endoderm) memegang peranan penting. Sheldom menyebut tipe
endomorph dengan kecenderungan pada kebulatan, keluwesan, kehalusan, dan
gemuknya tubuh, serta tangan-kaki yang lembut dan kecil.
b. Tipe Mesomorph
Dalam pandangan Sheldon, orang yang bertipe mesomorph, komponen
mesomorphnya tinggi, sedangkan komponen lainnya lagi rendah. Karena itu, bagian-
bagian tubuhnya yang berasal dari mesoderm relatif berkembang lebih baik
ketimbang yang lain-lain; misalnya: otot-ototnya dominan, pembuluh-pembuluh
darah kuat, jantung juga dominan. Orang tipe ini punya kecenderungan kokoh, keras,
otot tampak bersegi-segi, tahan sakit. Termasuk pada golongan tipe ini, misalnya,
para olahragawan, pengelana, dan tentara.
c. Tipe Ectomorph
Orang-orang yang termasuk pada golongan tipe ectomorph ini adalah organ-organ
mereka berasal dari ectoderm yang terutama berkembang, yaitu kulit, sistem saraf.
Kecenderungan tipe entomorph adalah pada tangan dan kaki yang lurus, tubuhnya
tampak lemah dan langsing, jangkung, dada pipih, dan otot-otot hampir tidak tampak
berkembang.
E. Pengukuran-Pengukuran Kepribadian
Sifat kepribadian biasa diukur melalui angka rata-rata pelaporan dari (self-
report)kuesioner kepribadian (untuk sifat khusus) atau penelusuran kepribadian
seutuhnya (personality inventory, serangkaian instrumen yang menyingkap sejumlah
sifat). Ada beberapa macam cara untuk mengukur atau menyelidiki kepribadian. Berikut
ini adalah beberapa diantaranya :
1. Observasi Direct
Observasi direk berbeda dengan observasi biasa. Observasi direk mempunyai
sasaran yang khusus , sedangkan observasi biasa mengamati seluruh tingkah laku
subjek. Observasi direk memilih situasi tertentu, yaitu saat dapat diperkirakan
munculnya indikator dari ciri-ciri yang hendak diteliti, sedangkan observasi biasa
mungkin tidak merencanakan untuk memilih waktu.
Observasi direct diadakan dalam situasi terkontrol, dapat diulang atau dapat
dibuat replikasinya. Misalnya, pada saat berpidato, sibuk bekerja, dan
sebagainya.Ada tiga tipe metode dalam observasi direk yaitu:
a. Time Sampling Method
Dalam time sampling method, tiap-tiap subjek diselidiki pada periode waktu
tertentu. Hal yang diobservasi mungkin sekadar muncul tidaknya respons, atau
aspek tertentu.
b. Incident Sampling Method
Dalam incident sampling method, sampling dipilih dari berbagai tingkah laku
dalam berbagai situasi. Laporan observasinya mungkin berupa catatan-catatan
dari Ibu tentang anaknya, khusus pada waktu menangis, pada waktu mogok
makan, dan sebgainya. Dalam pencatatan tersebut hal-hal yang menjadi
perhatian adalah tentang intensitasnya, lamanya, juga tentang efek-efek berikut
setelah respons.
c. Metode Buku Harian Terkontrol
Metode ini dilakukan dengan cara mencatat dalam buku harian tentang tingkah
laku yang khusus hendak diselidiki oleh yang bersangkutan sendiri. Misalnya
mengadakan observasi sendiri pada waktu sedang marah. Syarat penggunaan
metode ini, antara lain, bahwa peneliti adalah orang dewasa yang cukup
inteligen dan lebih jauh lagi adalah benar-benar ada pengabdian pada
perkembangan ilmu pengetahuan.
2. Wawancara (Interview)
Menilai kepribadian dengan wawancara (interview) berarti mengadakan tatap muka
dan berbicara dari hati ke hati dengan orang yang dinilai. Dalam psikologi
kepribadian, orang mulai mengembangkan dua jenis wawancara, yakni:
a. Stress interview
Stress interview digunakan untuk mengetahui sejauh mana seseorang dapat
bertahan terhadap hal-hal yang dapat mengganggu emosinya dan juga untuk
mengetahui seberapa lama seseorang dapat kembali menyeimbangkan
emosinya setelah tekanan-tekanan ditiadakan. Interviewer ditugaskan untuk
mengerjakan sesuatu yang mudah, kemudian dilanjutkan dengan sesuatu yang
lebih sukar.
b. Exhaustive Interview
Exhaustive Interview merupakan cara interview yang berlangsung sangat lama;
diselenggarakn non-stop. Cara ini biasa digunakan untuk meneliti para tersangka
dibidang kriminal dan sebagai pemeriksaan taraf ketiga.
3. Tes proyektif
Cara lain untuk mengatur atau menilai kepribadian adalah dengan menggunakan tes
proyektif. Orang yang dinilai akan memprediksikan dirinya melalui gambar atau hal-
hal lain yang dilakukannya. Tes proyektif pada dasarnya memberi peluang kepada
testee (orang yang dites) untuk memberikan makna atau arti atas hal yang
disajikan; tidak ada pemaknaan yang dianggap benar atau salah.
Jika kepada subjek diberikan tugas yang menunut penggunaan imajinasi, kita dapat
menganalisis hasil fantasinya untuk menguur cara dia merasa dan berpikir. Jika
melakukan kegiatan yang bebas, orang cenderung menunjukkan dirinya,
memantulkan (proyeksi) kepribadiannya untuk melakukan tugas yang kreatif. Jenis
yang termasuk tes proyektif adalah:
a. Tes Rorschach
Tes yang dikembangkan oleh seorang dkter psikiatrik Swiss, Hermann
Rorschach, pada tahun 1920-an, terdiri atas sepuluh kartu yang masing-masing
menampilkan bercak tintan yang agak kompleks. Sebagian bercak itu berwarna;
sebagian lagi hitam putih. Kartu-kartu tersebut diperlihatkan kepada mereka
yang mengalami percobaan dalam urutan yang sama. Mereka ditugaskan untuk
menceritakan hal apa yang dilihatnya tergambar dalam noda-noda tinta itu.
Meskipun noda-noda itu secara objektif sama bagi semua peserta, jawaban yang
mereka berikan berbeda satu sama lain. Ini menunjukkan bahwa mereka yang
mengalami percobaan itu memproyeksikan sesuatu dalam noda-noda itu.
Analisis dari sifat jawaban yang diberikan peserta itu memberikan petunjuk
mengenai susunan kepribadiannya.
b. Tes Apersepsi Tematik (Thematic Apperception Test/TAT)
Tes apersepsi tematik atau Thematic Apperception Test (TAT), dikembangkan di
Harvard University oleh Hendry Murray pada tahun 1930-an. TAT
mempergunakan suatu seri gambar-gambar. Sebagian adalah reproduksi
lukisan-lukisan, sebagian lagi kelihatan sebagai ilustrasi buku atau majalah. Para
peserta diminta mengarang sebuah cerita mengena tiap-tiap gambar yang
diperlihatkan kepadanya. Mereka diminta membuat sebuah cerita mengenai
latar belakang dari kejadian yang menghasilkan adegan pada setiap gambar,
mengenai pikiran dan perasaan yang dialami oleh orang-orang didalam gambar
itu, dan bagaimana episode itu akan berakhir. Dalam menganalisis respon
terhadap kartu TAT, ahli psikologi melihat tema yang berulang yang bisa
mengungkapkan kebutuhan, motif, atau karakteristik cara seseorang melakukan
hubungan antarpribadinya.
4. Inventori Kepribadian
Inventori kepribadian adalah kuesioner yang mendorong individu untuk melaporkan
reaksi atau perasaannya dalam situasi tertentu. Kuesioner ini mirip wawancara
terstruktur dan ia menanyakan pertanyaan yang sama untuk setiap orang, dan
jawaban biasanya diberikan dalam bentuk yang mudah dinilai, seringkali dengan
bantuan komputer. Menurut Atkinson dan kawan-kawan, investori kepribadian
mungkin dirancang untuk menilai dimensi tunggal kepribadian (misalnya, tingkat
kecemasan) atau beberapa sifat kepribadian secara keseluruhan. Investori
kepribadian yang terkenal dan banyak digunakan untuk menilai kepribadian
seseorang ialah: (a) Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI), (b) Rorced-
Choice Inventories, dan (c) Humm-Wadsworth Temperament Scale (H-W
Temperament Scale).
a. Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI)
MMPI terdiri atas kira-kira 550 pernyataan tentag sikap, reaksi emosional, gejala
fisik dan psikologis, serta pengalaman masa lalu. Subjek menjawab tiap
pertanyaan dengan menjawab “benar”, “salah”, atau “tidak dapat mengatakan”.
Pada prinsipnya, jawaban mendapat nilai menurut kesesuaiannya dengan
jawaban yang diberikan oleh orang-orang yang memiliki berbagai macam
masalah psikologi. MMPI dikembangkan guna membantu klinis dalam
mendiagnosis gangguan kepribadian. Para perancang tes tidak menentukan sifat
mengukurnya, tetapi memberikan ratusn pertanyaan tes untuk
mengelompokkan individu. Tiap kelompok diketahui berbeda dari normalnya
menurut kriteria tertentu. Kelompok kriteria terdiri atas individu yang telah
dirawat dengan diagnosis gangguan paranoid. Kelompok kontrol terdiri atas
orang yang belum pernah didiagnosis menderita masalah psikiatrik, tetapi mirip
dengn kelompok kriteria dalah hal usia, jenis kelamin, status sosioekonomi, dan
variabel penting lain.
b. Rorced-Choice Inventories
Rorced-Choice Inventories atau Inventori Pilihan-Paksa termasuk klasifikasi tes
yang volunter. Suatu tes dikatakan volunter bila subjek dapat memilih pilihan
yang lebih disukai, dan tahu bahwa semua pilihan itu benar, tidak ada yang
salah (Muhadjir,1992). Subjek, dalam hal ini, diminta memilih pilihan yang lebih
disukai, lebih sesuai, lebih cocok dengan minatnya, sikapnya, atau pandangan
hidupnya.
c. Humm-Wadsworth Temperament Scale (H-W Temperament Scale)
H-W Temperament Scale dikembangkan dari teori kepribadian Rosanoff
(Muhadjir, 1992). Menurut teori ini, kepribadian memiliki enam komponen, yang
lebih banyak bertolak dari keragaman abnomal, yaitu:
1) Schizoid Autistik, mempunyai tendensi tak konsisten, berpikirnya lebih
mengarah pada khayalan.
2) Schizoid Paranoid, mempunyai tendensi tak konsisten, dengan angan bahwa
dirinya penting.
3) Cycloid Manik, emosinya tidak stabil dengan semangat berkobar.
4) Cycloid Depress, emosinya tak stabil dengan retardasi dan pesimisme.
5) Hysteroid, ketunaan watak berbatasan dengan tendensi kriminal.
6) Epileptoid, dengan antusiasme dan aspirasi yang bergerak terus.
H-W Temperament Scale tersusun dalam sejumlah item yang berfungsi untuk
memilahkan kelompok yang patologik dari kelompok penderita hysteroid,
misalnya, diasumsikan memiliki mental kriminal.
F. Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian adalah suatu proses perkembangan yang timbul pada masa
kanak-kanak, masa remaja, dan berlanjut pada masa dewasa. Keadaan ini merupakan pola
perilaku yang tertanam dalam dan berlangsung lama, muncul sebagai respon yang kaku
terhadap rentangan situasi pribadi dan sosial yang luas. Penggolongan atau klasifikasi
gangguan kepribadian bermacam-macam, yaitu:
a. Kepribadian Paranoid
Kepribadian paranoid adalah gangguan kepribadian dengan sifat curiga yang
menonjol. Orang lain selalu dilihat sebagai agressor, ingin merugikan, ingin
menyakiti, ingin mencelakai, membahayakan, dan sebagainya, sehingga ia bersikap
sebagai pemberontak untuk mempertahankan harga dirinya. Sering ia mengancam,
memberontak, menolak, membuat keterangan yang tak masuk akal tentang
kesalahan-kesalahannya. Sering ia bersikap apriori, memvonis sesuatu tanpa
melakukan penyelidikan terlebih dahulu, tanpa dukungan data yang akurat,
melemparkan tanggung jawab dan kesalahannya pada orang lain. Penderita
umumnya ditinggalkan teman-temannya dan mendapatkan banyak musuh.
Gangguan kepribadian paranoid dibagi dua, yaitu:
- Kepribadian yang mudah tersinggung, bereaksi terhadap pengalaman sehari-hari
secara berlebihan dengan rasa menyerah dan rendah diri, serta cenderung
menyalahkan orang lain tentang pengalamannya itu.
- Kepribadian yang lebih agresif, kasar, serta sangat peka terhadap apa yang
dianggap haknya. Cepat tersinggun bila haknya dilanggar dan sangat gigih dalam
mempertahankan haknya tersebut.
Persamaan kedua kelompok tersebut adalah sifat curiga yang berlebihan, cepat
merasakan bahwa sesuatu itu tertuju pada dirinya dan adanya negatif, serta mudah
sekali tersinggung.
b. Kepribadian Afektif/Siklotim
Ciri utama dari kepribadian siklotim adalah keadaan perasaan dan emosinya yang
berubah-ubah antara depresi dan euforia. Penderita mungkin berhaasil menarik
banyak teman karena sifatnya yang ramah, gembira, semangat, hangat, tetapi
dikenal pula sebagai orang yang tak dapat diramalkan. Dalam keadaan depresi,
penderita dapat menjadi sangat cemas, khawatir, pesimis, bahkan nihilistik.
c. Kepribadian Skizoid
Sifat-sifat kepribadian ini adalah pemalu, perasa, pendiam, suka menyendiri,
menghindari kontak sosial dengan orang lain. Ciri utamanya adalah cara
menyesuaikan diri dan mempertahankan diri ditempuh dengan menarik diri,
mengasingkan diri, dan juga sering berperilaku aneh (ekstrinsik). Pemikirannya
autistik (hidup dalam dunianya sendiri), melamun berlebihan, dan ketidamampuan
menyatakan rasa permusuhan.
d. Kepribadian Eksplosif
Ciri utama tipe ini adalah diperlihatkannya sifat tertentu yang lain dari perilakunya
sehari-hari, yaitu ledakan-ledakan amarah dan agresivitas, sebagai reaksi terhadap
stres yang dialaminya (walaupun mungkin stresnya sangat kecil). Segera sesudah itu
biasanya ia menyesali perbuatannya.
e. Kepribadian Anankastik
Ciri utama tipe kepribadian ini adalah perfeksionisme dan keteraturan, kaku, pemalu,
disertai dengan pengawasan diri yang tinggi. Orangnya tdak kompromis serta sangat
patuh (bahkan berlebihan) pada nora-norma, etika, dan moral. Orang dengan
kepribadian ini sering terlambat unutk menikah, karena tuntutannya terlalu tinggi
dan takut/ragu-ragu dalam mengambil keputusan.
f. Kepribadian Histerik
Ciri utama kepribadian ini adalah sombong, egosentrik, tidak sabilnya emosi, suka
menarik perhatian denga afek yang labil, sering berdusta dan menunjukkan
pseudologika fantastika (menceritakan secara luas, terperinci, dan kelihatan masuk
akal padahal tanpa dasar fakta atau data. Ia dapat menyatakan perasaannya secara
tepat dan sering disertai dengan gerakan badaniah dalam berkomunikasi.
g. Kepribadian Astenik
Ciri utamanya hidup tidak bergairah, lemas, lesu, letih, lemah, tak ada tenaga
sepanjang kehidupannya. Orangnya tidak tahan terhadap stres hidup yang normal
dalam kehidupan sehari-hari. Vitalitas dan emosionalitasnya sangat rendah. Terdapat
abulia atau kurang kemauan dan anhedonia (kurang mampu menikmati sesuatu).
h. Kepribadian Anti Sosial
Ciri utamanya ialah bahwa perilakunya selalu menimbulkan konflik dengan ornag lain
atau lingkungannya. Tidak loyal pada kelompok dan norma-norma sosial, tidak
toleran terhadap kekecewaan atau frustasi, selalu menyalahkan ornag lain dengan
rasionalisasi. Ia egosentris, idka bertangung jawab, impulsif, agrsif, kebal terhadap
rasa sakit, dan idak mampu belajar dari pengalaman ataupun hukuman yang
diberikan.
i. Kepribadian Pasif-Agresif
Tipe ini dibagi menjadi dua, yaitu:
- Kepribadian pasif dependen, orang dengan tipe kepribadian ini selalu berpikir,
merasa, dan bertindak bahwa kebutuhannya akan ketergantungannya itu dapat
dipenuhi scara menakjubkan.
- Kepribadian pasif agresif, orang dengan tipe ini merasa bahwa kebutuhan akan
ketergantungan tidak pernah terpenuhi. Ia menunjukkan penangguhan dan sikap
keras agar diterima dengan murah hati apa yang diharapkannya degan sangat.
Tipe kepribadian ini ditandai dengan sifat pasif dan agresif. Agresifitas dapat
dinyatakan secara pasif dengan cara bermuka masam, malas, menyabot, dan
keras kepala. Perilaku ini merupakan pencerminan dari rasa permusuhan yang
dinyatakan secara tertutup, atau rasa tidak puas terhadap seseorang/sesuatu
yang kepadanya ia sangat menggantungkan dirinya.
j. Kepribadian Inadequat
Ciri utama tipe ini adalah ketidakmampuannya secara terus menerus atau berulang-
ulang untuk memenuhi harapan atau tuntutan teman atau sebayanya atau
kenalannya. Baik dalam respon emosional, intelektual, sosial, maupun fisik. Penderta
sendiri tidak merasakan sebagai bebean karena dianggapnya wajar dan harus
diterima sebagaimana adanya. Orang dengan tipe ini biasanya juga empunyai
kehidupan yang tak terprogram, tidak mampu melaksanakan tugas, serta tidak mau
dipaksa untuk melakukan sesuatu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kepribadian setiap individu berbeda satu sama lain. Untuk mengetahui kepribadian
seseorang kita perlu mempelajari struktur kepribadiannya. Ada beberapa hal yang
mempengaruhi pembentukan kepribadian yaitu pengetahuan umum dan pengetahuan
khusus. Sehingga terbentuklah beberapa jenis kepribadian unik dari setiap individu.
Penggolongan ini ada yang berdasarkan faktor eksternal dan internal.
Individu yang tidak dapat menghadapi masalah pribadi dan sosial yang timbul saat
ia masih kanak-kanak sampai dewasa dapat menimbulkan gangguan kepribadian. Oleh
kerena itu sejak dini kepribadian harus dibentuk dengan baik sehingga tidak mengalami
gangguan kepribadian pada masing-masing individu.
DAFTAR PUSTAKA
Sobur, Alex, Drs, M.Si. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Sarwono, Sarlito Wirawan, Dr. 2000. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: PT Bulan
Bintang.
Baihaqi, MIF, Drs, M.Si, dkk. 2005. Psikiatri Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan.
Bandung: PT Refika Aditama.
d. Menurut Spranger
Berdasarkan kuat lemahnya nilai-nilai dalam diri seseorang, R. Spranger
membagi watak/kepribadian manusia menjadi 6 tipe, yaitu:
1) Manusia teori
Orang-orang ini berpendapat ilmu pengetahuan paling penting, berada di atas
segala-galanya.
2) Manusia Ekonomi
Nilai yang paling penting bagi orang ini ialah uang (ekonomi)
3) Manusia sosial
Bagi orang ini, nilai-nilai sosial paling mempengaruhi jiwanya.
4) Manusia politik
Nilai yang terpenting bagi orang ini ialah politik
5) Manusia seni
Jiwa orang ini selalu dipengaruhi oleh nilai-nilai kesenian
6) Manusia
e. saleh
Orang ini pecinta nilai-nilai agama
Berdasarkan studi atas arah kecenderungan perilaku afektif yang dominant terhadap jenis-
jenis objek tertentu, Edward Spranger (Loree,1975:467-468) mengidentifikasi enam jenis
kecenderungan manusia, yang akan berkembang menjadi karakteristik kepribadiannya,
ialah tipe-tipe manusia sebagai berikut:
1.teoretis, cenderung menggandrungi dan mencari nilai kebenaran.
2.ekonomis, cenderung selalu menilai dari segi kemanfaatan, kepraktisan dan
pertimbangan untung-rugi.
3.estetis, cenderung ke arah menilai dan menikmati keindahan musik,artistic,
kesusastraan, ekspresi naturalistic (keindahan alam),bentuk dan harmonis.
4.Sosial, mengabdikan diri dan sangat mencintai masyarakat sesamanya,
5.politis,cenderung untuk memperoleh kekuasaan,dan berkuasa.
6.Religious,cenderung selaluberusaha memahami rahasia alam
semestadanmengabdikan dirinya kepada Sang Maha Penciptanya
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut English and English, emosi adalah “A complex feeling accompanied by
characteristic motor and glandular activies” ( suatu keadaan perasaan yang kompleks yang
disertai karakteristik kegiatan kelenjar dan motoris ). Sedangkan Sarlito Wirawan Sarwono
berpendapat bahwa emosi merupakan “setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai
warna afektif baik pada tingkat lemah ( dangkal ) maupun pada tingkat yang luas
( mendalam ).
Setiap anak memiliki emosi yang berbeda-beda dan biasanya hal itu tergantung dari
Susana hatinya dan kadang juga dipengaruhi dari situasi dilingkungannya. Perasaan emosi
anak ada yang negative ada pula yang positive. Perasaan marah dan takut merupakan
emosi negative pada anak sedangkan perasaan senang atau gembira merupakan emosi
positif pada anak.
Gejala- gejala emosional para anak seperti perasaan sayang, marah, takut, bangga
dan rasa malu, cinta dan benci, harapan-harapan dan putus asa, perlu dicermati dan
dipahami dengan baik. Sebagai pendidik mengetahui setiap aspek tersebut dan hal yang
lain merupakan sesuatu yang terbaik sehingga perkembangan remaja sebagai peserta didik
berjalan dengan normal dan mulus tanpa ada mengalami gangguan sedikitpun.
Emosi dapat juga didefinisikan sebagai suatu suasana yang kompleks dan getaran jiwa yang
menyertai atau muncul sebelum/sesudah terjadinya prilaku. Gejala-gejala seperti takut,
cemas, marah, dongkol, iri, cemburu, senang, kasih saying, simpati, dan sebagainya
merupakan proses manifestasi dari keadaan emosional pada diri seseorang.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengaruh emosi anak terhadap kecenderungan prilaku afektif anak?
2. Bagaimana pengaruh emosi terhadap kepribadian anak?
3. Bagaimana perkembangan prilaku social anak?
C. Prosedur Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah dalam makalah ini menggunakan prosedur sebagai berikut:
mengumpulkan data tertulis dari sumber-sumber dan pendapat para tokoh untuk menjawab
rumusan masalah, reduksi data dan menyimpulkan data.
D. Sistematika Uraian
Sistematika uraian makalah ini terdiri dari tiga bagian, yaitu pertama, pendahuluan yang
meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, prosedur pemecahan masalah dan
sistematika uraian. Kedua, isi atau kajian teori dari lingkugan pendidikan berdasarkan buku
sumber. Ketiga, kesimpulan.
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PEMBAHASAN
A. Pengertian Emosi
Emosi adalah sebagai sesuatu suasana yang kompleks (a complex feeling state) dan
getaran jiwa ( a strid up state ) yang menyertai atau munculnya sebelum dan sesudah
terjadinya perilaku. (Syamsudin, 2005:114). Sedangkan menurut Crow & crow (1958) (dalam
Sunarto, 2002:149) emosi adalah “An emotion, is an affective experience that accompanies
generalized inner adjustment and mental physiological stirred up states in the individual,
and that shows it self in his overt behavior.”
Jadi emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu
tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.
Menurut James & Lange, bahwa emosi itu timbul karena pengaruh perubahan
jasmaniah atau kegiatan individu. Misalnya menangis itu karena sedih, tertawa itu karena
gembira. Sedangkan menurut Lindsley bahwa emosi disebabkan oleh pekerjaan yang
terlampau keras dari susunan syaraf terutama otak, misalnya apabila individu mengalami
frustasi, susunan syaraf bekerja sangat keras yang menimbulkan sekresi kelenjar-kelenjar
tertentu yang dapat mempertinggi pekerjaan otak, maka hal itu menimbulkan emosi.
B. Pengaruh Emosi terhadap Kecenderungan Prilaku Afektif Anak
Dibawah ini adalah beberapa contoh tentang pengaruh emosi terhadap perilaku
afektif anak di antaranya sebagai berikut:
a. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil yang
telah dicapai.
b. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai
puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa (frustasi)
c. Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar, apabila sedang mengalami
ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup (nervous) dan gagap
dalam berbicara.
d. Terganggu penyesuaian social, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.
e. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan
mempengarui sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun
terhadap orang lain. (Yusuf, 2004 : 115).
C. Pengaruh Emosi Terhadap Kepribadian Anak
Emosional dapat diidentifikasikan pengaruhnya ke dalam berbagai kecenderungan bentuk
perilaku seperti sikap-sikapnya untuk menolak-menerima,mendekati-menjauh, berbuat-tidak
berbuat (diam), menghargai-tidak menghargai, mempercayai-tidak mempercayai, bahkan
lebih dalam lagi menyakiti-tidak menyakiti terhadap objek-objek (termasuk dirinya sendiri)
baik bersifat material maupun non material atau manusiawi dan non manusiawi.
Berdasarkan studi atas arah kecenderungan perilaku afektif yang dominant terhadap jenis-
jenis objek tertentu, Edward Spranger (Loree,1975:467-468) mengidentifikasi enam jenis
kecenderungan manusia, yang akan berkembang menjadi karakteristik kepribadiannya,
ialah tipe-tipe manusia sebagai berikut:
1.teoretis, cenderung menggandrungi dan mencari nilai kebenaran.
2.ekonomis, cenderung selalu menilai dari segi kemanfaatan, kepraktisan dan
pertimbangan untung-rugi.
3.estetis, cenderung ke arah menilai dan menikmati keindahan musik,artistic,
kesusastraan, ekspresi naturalistic (keindahan alam),bentuk dan harmonis.
4.Sosial, mengabdikan diri dan sangat mencintai masyarakat sesamanya,
5.politis,cenderung untuk memperoleh kekuasaan,dan berkuasa.
6.Religious,cenderung selaluberusaha memahami rahasia alam
semestadanmengabdikan dirinya kepada Sang Maha Penciptanya.
D. Perkembangan Prilaku Emosi Anak
Pada umumnya, ada empat kunci utama emosi pada anak yaitu :
1.perasaan marah
perasaan ini akan muncul ketika anak terkadang merasa tidak nyaman dengan
lingkungannya atau ada sesuatu yang mengganggunya. Kemarahan pun akan
dikeluarkan anak ketika merasa lelah atau dalam keadaan sakit. Begitu punketika
kemauannya tidak diturutioleh orangtuanya, terkadang timbulrasa marah pada
sianak.
2.perasaan takut
rasa takutini di rasakan anak semenjak bayi. Ketika bayi merekatakut akan suara-
suara yang gaduh atau rebut. Ketika menginjak masa anak-anak, perasaan takut
mereka muncul apabila di sekelilingnya gelap. Mereka pu mulai berfantasi dengan
adanya hantu, monster dan mahluk-mahluk yang menyeramkan lainnya.
3.perasaan gembira
perasaan gembira ini tentu saja muncul ketika anak merasa senang akan sesuatu.
Contohnya ketika anakdiberi hadiaholeh orang tuanya, ketika anak juara dalam
mengikuti suatu lomba, atau ketika anak dapat melakukan apa yang diperintahkan
orang tuanya. Banyak hal yang dapat membuat anak merasa gembira.
4.rasa humor
Tertawa merupakan hal yang sangat universal. Anak lebih banyak tertawa di
bandingkan orang dewasa. Anak akan tertawa ketika melihat sesuatu yang lucu.
Keempat perasaan itu merupakan emosi negatifdan positif. Perasaan marah dan ketakutan
merupakan sikap emosi yang negative sedangkan perasaan gembira dan rasa lucu atau
humor merupakan sikap emosi yang positif.
BAB III
KESIMPULAN
A. Perkembangan Emosi Anak
. Emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik.
Emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang
keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Jenis emosi yang
secara normal dialami antara lain: cinta, gembira, marah, takut, cemas, sedih dan
sebagainya.
Aspek emosional dari suatu perilaku, pada umumnya, selalu melibatkan tiga variable,
yaitu : rangsangan yang menimbulkan emosi ( the stimulus variable ), perubahan-
perubahan fisiologis yang terjadi bila mengalami emosi ( the organismic variable ), dan pola
sambutan ekspresi atas terjadinya pengalaman emosional itu ( the response variable ). Yang
mingkindapatdiubah dan dipengaruhi atau diperbaiki ( oleh para pendidik atau guru ) adalah
variabelpertama dan ketiga ( the stimulus-response variable ), sedangkan variable kedua
tidak mungkin di perbaiki karena merupakan proses fisiologis yangterjadi pada organisme
secara mekanis.
B. implikasi dari perkembangan emosi anak terhadap pendidikan dasar
Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan, guru dapat melakukan beberapa upaya
dalam pengembangan emosi remaja misalnya: konsisten dalam pengelolaan kelas,
mendorong anak bersaing dengan diri sendiri, pengelolaan diskusi kelas yang baik,
mencoba memahami remaja, dan membantu siswa untuk berprestasi.
Pemberian tugas - tugas yang dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab, belajar
menimbang, memilih dan mengambil keputusan yang tepat akan sangat menunjang bagi
pembinaan kepribadiannya. Cara yang paling strategis untuk ini adalah apabila para
pendidik terutama para orang tua dan guru dapat menampilkan pribadi-pribadinya yang
dapat merupakan objek identifikasi sebagai pribadi idola para remaja.
Semakin banyak kita mempelajari tentang perkembangan emosi anak, diperkirakan akan
semakin baik kita dalam membimbing dan mengembangkan emosi anak. Implikasi
perkembnagan emosi terhadap pendidikan dasar sangat berpengaruh sekali. Implikasinya
dari segi perkembangannya, apabila seorang anak dapat mengontrol emosinya, maka anak
tersebut akan melakukan tugas-tugasnya dengan baik. Apabila emosinya baik atau stabil,
maka belajarnya atau pendidikannya pun akan baik.