Upload
marlintan-sukma-ambarwati
View
43
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jiwa
Citation preview
LAPORAN KASUS
F31.1 GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR
EPISODE KINI MANIK TANPA GEJALA PSIKOTIK
Dokter Pembimbing :
dr. Tendry Septa, Sp.KJ (K),
Disusun oleh :
Fajar Al-Habibi
Indah Dwi Pratiwi
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI LAMPUNG
2014
LAPORAN KASUS
F31.1 GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR
EPISODE KINI MANIK TANPA GEJALA PSIKOTIK
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. YTW
Tanggal lahir : 11 Juni 1976
Umur : 37 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : S1
Pekerjaan : -
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Mongolia
Alamat : Jl. Gotong Royong no.1 RT.15 imo puro,
Metro Pusat
Status perkawinan : Menikah, memiliki satu anak
Nomor CM : 00-08-06
Tanggal Pemeriksaan : 29 Januari 2014. Pukul 11.00 WIB
ANAMNESIS PSIKIATRI (Heteroanamnesis pada tanggal 29 Januari 2014)
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan Utama dan Alasan MRS
Marah-marah tanpa sebab, sering tidak berpakaian di tempat terbuka, ingin
menjual tanah keluarga diam-diam dengan harga yang sangat murah
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Keluhan dan gejala dialami kurang lebih sejak empat hari sebelum masuk
rumah sakit. pasien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa karena Marah-marah tanpa
sebab, sering tidak berpakaian di tempat terbuka, ingin menjual tanah keluarga
diam-diam dengan harga yang sangat murah. Pasien sering mondar-mandir,
dan sering bicara sendiri dengan kata kata kasar dan sulit dimengerti.
– Tahun 1984
Menurut pasien, dia sering ditampar oleh ayah kandungnya, dan pasien
merasa ibunya pilih kasih terutama dalam pembagian porsi makanan, sejak
saat itu pasien merasa diperlakukan tidak adil oleh kedua orang tuanya dan
pasien merasa stress.
– Tahun 1990
Pada tahun 1990 ketika pasien duduk di bangku kelas II SMP, menurut pasien,
dia dipermalukan oleh gurunya di depan kelas, selain itu ia juga kecewa
terhadap nilai beberapa mata pelajaran di sekolah yang diperoleh yang
diyakini oleh pasien tidak sesuai dengan kemampuan dia. Pasien merasa
seharusnya ia mendapatkan nilai yang lebih baik, sejak itu pasien merasa
stress, susah tidur, sering menangis sendiri dan suka mudah marah tanpa
sebab, kemudian pasien dipindahkan sekolah ke Salatiga. Di Yogyakarta,
pasien dibawa berobat ke RS Puri Nirmala oleh keluarganya dan pasien
mendapatkan obat yang diminum selama satu tahun, lalu ia kembali dibawa ke
Lampung dan melanjutkan pendidikannya di Metro.
- Tahun 1991-1992
Pasien tidak mengalami keluhan berarti dan dapat menjalani aktivitas sehari-
hari dengan baik. Pasien mengisi waktunya dengan melanjutkan
pendidikannya.
–Tahun 1992
Pasien dipisahkan dengan teman dekat lelaki pasien oleh orang tuanya, sejak
saat itu pasien stress, susah tidur dan cenderung mengurung diri dikamar dan
sering tiba-tiba menagis sendiri. Pasien banyak bicara dan tidak jelas. Lalu
keluarga membawa pasien ke RS Jiwa Daerah Provinsi Lampung dan dirawat
selama 1 minggu. Setelah 1 minggu dirawat, pasien pulang, dalam keadaan
tenang, rutin kontrol dan makan obat teratur.
- Tahun 1992-1998
Pasien mengalami fase naik turun dalam perjalanan penyakitnya. Pada tahun
1993 pasien merasa sembuh tidak dan membutuhkan obat untuk tidur.
Setahun berikutnya pasien kambuh lagi dan sempat ingin bunuh diri. Pasien
dibawa berobat kembali keluarganya dan diberi obat. Selama setahun minum
obat pasien mengalami perbaikan. Selama setahun pasien tidak mengonsumsi
obat dan dapat tidur. Kemudian seterusnya pasien mengalami episode
kekambuhan sedih, murung dan beberapa bulan kemudian pasien merasa
dirinya bahagia dan menjadi semangat dan optimis. Setelah itu pasien merasa
dirinya biasa saja dapat tidur nyenyak dan tidak merasa depresi dan senang
sewajarnya. Dari tahun 1994-1998 pasien mengalami fase sembuh dan
kambuh dengan jarak 1 tahun.
- 1998-2008
Pasien tidak mengalami gangguan dan keluhan yang berarti. pasien menjalani
kehidupan dengan normal. Pasien sedih dan senang sewajarnya. Pasien dapat
melanjutkan pendidikannya dari dari tamat SMA sampai lulus sarjana.
Bahkan pada tahun 2004 pasien menikah dengan seorang laki-laki. Pada awal
pernikahannya pasien hidup harmonis dengan suaminya, namun setelah
melahirkan, penyakitnya menjadi lebih sering kambuh. Pasien juga
menambahkan bahwa suaminya mengalami skizofrenia. Ia sering dimarahi
dan pernah ingin ditusuk oleh suaminya. Menurutnya Hal inilah yang
membuat ia dan suaminya berpisah. Sejak saat itu pasien menjadi sulit tidur,
merasa depresi, menyalahkan diri sendiri, tidak ada hasrat untuk hidup dan
penuh dengan penyesalan bahkan merasa ingin mati saja.
– Tahun 2008
Pasien kembali dibawa berobat oleh keluarganya ke RS Jiwa Daerah Provinsi
Lampung dikarenakan pasien sulit tidur dan terlalu gembira. Pasien dirawat
selama 2 bulan. Setelah 2 bulan dirawat, pasien pulang, dalam keadaan tenang,
rutin kontrol dan makan obat teratur.
–Tahun 2012 (Januari)
Pasien dibawa oleh keluarganya dirawat di RS. Jiwa Daerah Provinisi Lampung
karena ia tidak dapat diatur, dan pasien dirawat selama 5 bulan.
- 2012-sekarang
Lima bulan sebelum masuk rumah sakit, menurut pasien, dia diusir oleh
suaminya. Kemudian pasien pulang ke rumah sakit. Pasien merasa sangat sedih,
susah tidur, dan malas beraktivitas. Lalu selama 3 bulan pasien minum obat dari
RSJ, setiap hari pasien tidur 18-24 jam. Pasien merasa sembuh total karena
sedikit demi sedikit dapt tidur tanpa harus meminum obat. Namun, tiba-tiba
kakak kandung pasien datang ke tempatnya dan marah-marah kepada pasien
karena pasien mau menjual tanah keluarga dengan harga yang sangat murah.
Kemudian pasien mulai marah-marah tanpa sebab yang jelas, sering berbicara
sendiri, bahkan sering tidak berpakaian di tempat terbuka. Empat hari kemudian
pasien dibawa ke RSJPL. Hingga sekarang pasien telah dirawat selama kurang
lebih 2 bulan.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Riwayat gangguan jiwa sebelumnya: pasien pernah dirawat tahun 2009
dengan keluhan yang sama
Riwayat penyakit dahulu : trauma (-) infeksi (-), kejang (-)
Riwayat penggunaan zat psikoaktif (-), merokok (-), alkohol (-)
D. Riwayat Pramorbid
· Riwayat kehamilan dan persalinan: menurut keluarga lahir normal, cukup
bulan, dibantu oleh dukun, tidak ada kecacatan waktu lahir·
Riwayat bayi dan balita: menurut keluarga sesuai dengan bayi seusianya
Riwayat anak dan remaja: menurut keluarga, pasien merupakan anak yang
cenderung pendiam jika ada masalah selalu dipendam.
E. Riwayat Pendidikan
- SD : SD, tamat 6 tahun.
- SMP : SMP Xaverius Teluk Betung, SMP Satwa Wacana
Salatiga, dan SMP Kartika Tamat Metro tamat 3 tahun
- SMA : Tamat sekolah 3 tahun
- Sarjana : Mengaku tamat sarjana ISIP
Pasien mengaku selalu mendapatkan peringkat teratas di kelasnya.
E. Riwayat Perkawinan
Pasien pernah menikah sekali pada tahun 2004 dan memiliki seorang anak.
Pada awal pernikahannya pasien hidup harmonis dengan suaminya, namun
setelah melahirkan, penyakitnya menjadi lebih sering kambuh. Pasien juga
menambahkan suaminya mengalami skizofrenia. Ia sering dimarahi dan pernah
ingin ditusuk oleh suaminya. Hal ini membuat ia dan suaminya berpisah.
F. Riwayat Pekerjaan
Pasien belum pernah bekerja dan hanya menjadi ibu rumah tangga.
G. Riwayat Kehidupan Keluarga
Pasien merupakan anak keenam dari 6 bersaudara. Sejak usia 3 bulan, ia
dibesarkan oleh orang tua angkat. Ia mempunyai seorang kakak dan seorang
adik angkat. Ia hidup dengan ekonomi yang pas-pasan karena orang tua
angkatnya mengalami kebangkrutan. Hubungan pasien baik dengan orang tua
angkatnya.
Pada usia 13 tahun, pasien baru mengetahui statusnya sebagai anak angkat.
Sejak sakit ini, pasien dikembalikan kepada orang tua kandungnya karena
masalah ekonomi untuk pengobatannya. Pasien mengatakan orang tua
kandungnya adalah orang yang kaya. Hubungan pasien dengan keluarga
kandungnya tidak begitu harmonis. Pasien merasa orang tua kandungnya pilih
kasih dan tidak pernah mendengarkannya.
Pasien memiliki seorang anak laki-laki. Namun, sejak kecil ia tidak
mengenalkan dirinya sebagai orang tua. Ia menganggap lebih baik menjadi
sahabat bagi anaknya karena takut anaknya malu dengan keadaan dirinya
sebagai orang gila. Pasien merasa anaknya tetap menyayanginya.
Skema pohon keluarga :(kandung) (angkat)
Keterangan:: Laki-laki
: Wanita
: pasienH. Situasi Sekarang
Pasien tinggal bersama kakak eluarga dan kakak kandungnya di metro.
Sebelumnya pasien tinggal dengan suaminya di daerah Rajabasa.
I. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien merasa dirinya sakit dan mengerti tentang penyakitnya yang
membutuhkan pengobatan.
II. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan : Seorang perempuan memakai seragam RSJ, baju kaos orange
motif polos dan celana panjang hitam, perawakan gemuk, kulit kuning
langsat, rambut sepinggang tampak lembab tersisir rapi, kuku pendek dan
cukup bersih.
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Perilaku dan aktivitas prikomotor : pasien sering bergerak, berbicara
sambil menulis
4. Pembicaraan : Spontan, lancar, intonasi sedang, volume cukup.
5. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
B. Keadaan Afektif
1. Mood : elevated mood
2. Afek : meningkat
3. Keserasian : appropriate
C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : Sesuai dengan
taraf pendidikan
2. Daya konsentrasi : Cukup
3. Orientasi (waktu, tempat, dan orang) : Baik
4. Daya ingat : Jangka panjang baik, jangka pendek baik, dan jangka segera
baik.
5. Pikiran abstrak : Baik
D. Gangguan Persepsi :
Halusinasi : Tidak ada
Ilusi : Tidak ada
Depersonalisasi : Tidak ada
Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berpikir :
1. Arus pikiran :
a. Produktivitas : Cukup
b. Kontinuitas : Relevan, koheren
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi pikiran
Tidak ada gangguan
F. Daya Nilai
1. Norma sosial : Terganggu
2. Uji daya nilai : Tidak terganggu
3. Penilaian realitas : Tidak terganggu
G. Tilikan : Tilikan 6, pasien merasa dirinya sakit, mengerti tentang
penyakitnya yang memerlukan pengobatan
H. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya
III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital:
TD = 130/80 mmHg
N = 76x/menit
P = 22x/menit
S = 37◦C
Mata : Konjungtiva tidak anemis
Hidung : Tidak ditemukan kelainan
Telinga : Tidak ditemukan kelainan
Paru : Tidak ditemukan kelainan
Jantung: Tidak ditemukan kelainan
Abdomen : Tidak ditemukan kelainan
IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien TN. YTW, 38 tahun, berpenampilan sesuai dengan usianya, cara
berpakaian rapi dan perawatan diri baik. Dibawa ke RS. Jiwa dengan keluhan
marah-marah tanpa sebab, sering berbicara sendiri tidak, dan tidak berpakaian
ditempat terbuka.. Pasien dibentak oleh kakak kandungnya karena ingin
menjual tanah. Lima Bulan yang lalu pasien merasa sangat sedih, susah tidur,
dan malas beraktivitas karena diusir oleh suaminya.
Pasien juga merasa diperlakukan tidak adil oleh kedua orang tuanya terutama
dalam pembagian porsi makanan, ia merasa kakaknya lebih disayang
dibandingkan dengan dirinya. sering menangis dan merenung bila setelah
sholat dan saat berdoa. Diakui pasien, dia ingat tentang kematian kedua orang
tuanya. Menurut istri pasien hal tersebut hanya berlangsung beberapa hari
saja.
Pada status mental didapatkan: pada gambaran umum, perawatan diri baik,
bersikap kooperatif selama wawancara. Mood elasi (hipertim), Afek,
appropriate, serasi. Bicara spontan dan lancar, logorrhea, volume keras. Isi
pikir terdapat gagasan yang berlebihan dan waham kebesaran. Tidak ada
halusinasi. Penilaian realita terganggu, dengan tilikan derajat 5.
V. FORMULASI DIAGNOSIS
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan suasana perasaan yang bermakna
serta menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability (hendaya)
dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien, sehingga dapat disimpulkan
bahwa pasien ini mengalami gangguan jiwa.
Aksis I
Berdasarkan data-data yang didapat memelalui anamnesis, pemeriksaan fisik
dan neurologis, dan rekam medik, tidak ditemukan riwayat trauma kepala,
demam tinggi atau kejang sebelumnya ataupun kelainan organik. Tidak
pernah ada riwayat penggunaan zat psikoaktif. Hal ini dapat menjadi dasar
untuk menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik dan penggunaan zat
psikoaktif.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dengan pasien. Didapat: pasien
banyak bicara, sering marah, cenderung berlebihan, pekerjaannya terganggu,
mengalami masalah dengan orang-orang disekitarnya, pernah mengalami
periode depresi; mood elasi (hipertim) dan afek luas, serasi; logorrhea..
Perilaku pasien dalam menjawab pertanyaan terkadang hiperaktif. Sehingga
berdasarkan PPDGJ-III, diagnosis F 31.2 Gangguan afektif bipolar, episode
kini manik tanpa gejala psikotik dapat ditegakkan.
Aksis II
Pada pasien didapatkan memiliki suatu rasa kepercayaan diri yang besar
(misalnya, merasa paling pintar dibandingkan sadara kandungnya). Pasien
mengaku bahwa ia adalah "spesial" memiliki IQ 141. Pernyataan tersebut
merupakan ciri kepribadian narsisistik.
Aksis III
Tidak ada
Aksis IV
Memiliki masalah dengan kakak kandungnya. Pasien kecewa dikarenakan
kakak kandungnya membentak pasien oleh karena pasien ingin menjual tanah
yang diakui miliknya.
Aksis V
Penilaian terhadap kemampuan pasien untuk berfungsi dalam kehidupannya
menggunakan skala GAF (Global Assessment of Functioning). Pada saat
dilakukan wawancara, skor GAF 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik). GAF tertinggi
selama satu tahun terakhir adalah 80-71 (gejala ringan, disabilitas ringan).
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis : F 31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa
gejala psikotik
Aksis II : Kesan ciri kepribadian campuran dengan dominan narsisistik
Aksis III : Tidak ada
Aksis IV : interaksi sosial dalam keluarga buruk
Aksis V : GAF 70 – 61 (saat ini)
GAF 60 – 51 (HLPY)
VII. DAFTAR PROBLEM
1. Organobiologik: Tidak ditemukan adanya kelinan fisik yang bermakna, tetapi
di duga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter maka pasien
memerlukan psikofarmakologi.
2. Psikologik: Tidak ditemukan hendaya dalam menilai realita tapi tampak
adanya gejala mania sehingga pasien membutuhkan psikoterapi.
3. Sosiologik: Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial pasien butuh
sosioterapi.
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Dubia ad malam
Quo ad sanationam : Dubia ad malam
IX. PEMBAHASAN/TINJAUAN PUSTAKA
Pada pasien ditegakkan diagnosis gangguan afektif bipolar, epidose kini
manik dengan gejala psikotik, dengan diagnosis banding skizoafektif tipe
manik. Hal ini disesuaikan dengan PPDGJ III, di mana episode sekarang
memenuhi kriteria mania tanpa gejala psikotik:
Gangguan ini ditandai oleh episode berulang (sekurang – kurangnya dua
episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada
waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan
aktivitas (mania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai
pengurangan energi dan aktivitas (depresi) . Yang khas adalah bahwa
biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode.
Episode harus berlangsung sekurang – kurangnya 1 minggu, dan cukup berat
sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas
sosial yang biasa dilakukan. Perubahan afek harus disertai dengan energiu
yang bertambah sehingga terjadi aktivitas berlabihan, percepatan dan
kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang berkurang, ide – ide perihal
kebesaran/ “grandiose ideas” dan terlalu optimistik. Harga diri yang
membumbung dan gagasan kebesaran. Pada pasien ini dapat diberikan terapi :
Karbamazepin
Pada pasien ini dapat diberikan karbamazepin yang dapat digunakan untuk
bangkitan parsial kompleks dan bangkitan tonik-klonik (antikonvulsan) dan
sebagai mood modulator. Saat ini karbamazepin merupakan antiepilepsi
utama di Amerika Serikat. Karbamazepin juga dapat digunakan sebagai
antimania dan terapi profilaksis. Indikasi penggunaan terapeutik penggunaan
karbamazepin adalah :
- Epilepsi
- Gangguan bipolar (mania, depresi)
- Skizofrenia dan gangguan skizoafektif
- Gangguan depresif
- Gangguan pengendalian impuls
Karbamazepin biasanya dimulai dengan dosis 200-400 mg per hari dalam 3
atau 4 dosis dan ditingkatkan menjadi 800-1000 mg per hari pada akhir
minggu pertama pengobatan. Seperempat dari jumlah pasien yang diobati
mengalami efek samping gejala intoksikasi akut karbamazepin dapat berupa
stupor atau koma, kejang dan depresi nafas.
Valproat
Valproat (depakene) juga disebut asam valproat karena obat ini dengan cepat
diubah menjadi bentuk asam di dalam lambung. Pertama kali diperkenalkan
sebagai obat anti epileptik yang efektif di tahun 1963. Di samping itu valproat
dan karbamazepin telah terbukti efektif dalam terapi gangguan bipolar.
Indikasi pemberian asam valproat adalah :
- Epilepsi
- Gangguan bipolar
- Gangguan skizoafektif
Asam valproat tersedia dalam bentuk kapsul 250 mg dan bentuk sirup 250 per
5 ml. Dosis hari pertama adalah 250 mg diberikan bersama makanan. Dosis
dapat dinaikkan sampai 250 mg per oral 3 kali per hari selama 3 sampai 6
hari. Toksisitas asam valproat berupa gangguan saluran cerna, sistem saraf,
hati, ruam kulit dan allopesia.
Risperidon
Risperidon sebagai antipsikotik atipikal pada pasien ini dengan pertimbangan
efektivitasnya dalam mengatasi gejala positif maupun gejala negatif yang
sama baik serta efek samping yang lebih kecil disbanding antipsikotik tipikal.
Penggunaan antipsikotik atipikal kini merupakan lini pertama untuk mengatasi
gejala psikotik. Obat ini tidak memiliki efek samping ekstrapiramidal, kecil
kemungkinan dalam peningkatan berat badan dan lebih kecil dalam
menyebabkan terjadinya sindrom metabolik. Dosis terapi risperidon adalah 2-
8 mg yang setara dengan dosis haloperidol 5-20 mg, dengan dosis efektif 6
mg/hari.
IX. RENCANA TERAPI
1. Psikofarmaka : Karbamazepin 3x100mg (fisrt line bipolar) ,
Risperidone 2x1mg, THP 3x2mg
2. Atau serequele (first line bipolar)
3. Psikoterapi Supportif
a. Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menceritakan keluhan dan isi hati sehingga pasien menjadi lega
b. Konseling memberikan pengertian kepada pasien tentang
penyakitnya dan memahami kondisinya lebih baik dan
menganjurkan untuk berobat teratur
c. Sosioterapi : memberikan penjelasan pada keluarga pasien dan
orang sekitar pasien untuk memberikan dorongan dan menciptakan
lingkungan yang kondusif
X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta
efektivitas terapi dan kemungkinan terjadinya efek samping dari obat yang
diberikan.
AUTOANAMNESIS TANGGAL 29 Januari 201 4
Dokter Muda (DM), Pasien (P)
DM : Siang mba saya Fajar dan ini Indah. kami dokter muda di sini,
mau ngobrol sebentar bisa?
P :Bisa. Mau ngobrol disini (di ruang rawat) apa mau di luar ? Di luar
aja ya sebab di dalam panas.
DM : iya boleh mba. Silahkan duduk. Nama mba siapa?
P : Yulia Titi Wijaya, kamu boleh panggil Tiwi, Wiwi, Yuli atau
whatever lah supaya akrab (benar)
DM : Umurnya mba Yuli sekarang berapa ya?
P : 38 tahun, tapi masih keliatan muda kan? Pasti kalian berfikir saya
seumuran kalian kan? (tertawa) (benar)
DM : memang mba Yuli lahir tanggal berapa?
P : tanggal 11 Juni 1976 (benar)
DM : mba tinggalnya dimana?
P : Metro (Benar)
DM : Terakhir sekolah atau kuliah?
P : Kuliah sarjana ISIP dengan IPK 3,34
DM : Mba Yuli biasanya kalau sehari hari kerjanya apa?
P : ibu rumah tangga ajah, paling masak, ama beres-beres. (benar)
DM : mba yuli dari kapan disini ?
P : sejak tanggal 21 Desember 2013 (benar)
DM : Mba Yuli tau atau tidak kenapa dibawa kesini ?
P : Iya tau, jadi waktu itu gue mau ngejual tanah gue yang dikasih
sama bokap gue, terus gue dimarahin sama abang gue, setelah
dimarahin gue sedih banget sampe badan gue tremor. Gue paling
gak bisa dimarahin sama orang yang paling gue sayang. Buat gue,
hal tersedih adalah dimarahin orang yang paling gue sayang dan
yang paling gue sayang itun adalah abang gue
DM : yang membawa Yuli kesini siapa?
P : Semua keluarga. Jadi ceritanya waktu itu gue mau ke bandung,
gue udah packing terus tiba-tiba ditengah jalan gue dibilang mau
dianter ke Rumah Sakit Jiwa. Gue langsung teriak-teriak gak mau,
habis itu gue langsung nyanyi lagu rohani kenceng-kenceng dan
pelung koko yang bentak gue tadi sambil bisikin ”koko Yuli
sayang banget sama koko” dari situ koko gue keluar air mata.
DM : dulu pernah diceritain ga lahirnya mba Yuli gimana?
P : gak taulah lupa..
DM : dulu pernah ga kebentur atau pingsan gitu?
P : ga kayaknya
DM : Mba Yuli tau kalau mba yuli sakit ?
DM : Iya tau, gue sakit bipolar kini manik kan ? gue juga tau kalo
Penyakit gue gak bisa sembuh.
DM : Mba Yuli tau apa bipolar kini manik ? Tau dari siapa ?
P : Tau, jadi bipolar kini manik itu kadang-kadang sedih sekali,
Kadang sangat bahagia iya kan ? gue tau dari dokter gue dari
kecil dan searching di internet
DM : Mba Yuli bisa cerita gimana awalnya mba yuli sakit ?
P : Iya, catet ya.. Jadi awalnya pas gue umur 13 tahun gue mulai sakit.
Waktu itu gue masih SMP, sebenernya yang buat gue sakit adalah
keluarga gue sendiri. Waktu kecil ayah kandung gue suka
namparin gue, ya dari situ gue sakit
DM : Memang Yuli ada berapa ayah ?
P : Gue belum cerita ya? Jadi gue dititipin ke orang tua angkat gue
dari kecil tapi semenjak gue sakit gue dibalikin lagi ke orang tua
kandung gue.
DM : Mba Yuli sering kambuh ? kalau kambuh karena apa ? dari umur
13 tahun itu sering sakit ?
P : Iya catet ya, jadi gue itu umur 13 kambuh, 14 sembuh, 15 kambuh,
16 sembuh, 17 sakit, 18 sembuh, terus dari tahun 1995-2004
sembuh kambuh lagi setelah melahirkan karena sebenernya gue
kan gak boleh hamil sama dokter udah gitu gue ngelahirinnya gak
disesar berarti gue makin besar dong kemungkinan gue buat
kambuh, udah gitu suami gue skizofrenia juga, kan skizofrenia
bisa mencetuskan gangguan bipolar iya kan ? biasanya gue paling
sering kambuh setelah putus cinta apalagi waktu sama Noe letto.
DM : Noe letto ? artis ?
P : Iya, tau kan ? Yang nyanyi lagu (menyanyi lagu letto) itu kan
liriknya gue yang ngarang makanya di albumnya itu ada tulisan
kepada jiwa yang sakit, itu gue.
DM : selama sekolah ada ga masalah?
P : Pernah waktu gue SMP kelas 2 gue dipermalukan sama guru
bahasa lampung gue di depan kelas cuma gara-gara gue nanya
susu terus gue dipanggil ke depan kelas dari situ gue stress gue
kambuh lagi sakitnya (stressor).
DM : mba dewi sudah menikah?
P : sudah tahun 2004 udah 10 tahun, tapi suami gue skizofrenia juga
DM : mba dewi sudah punya anak?
P : sudah satu orang laki-laki
DM : sekarang hubungan dengan suami mba gimana?
P : udah ga pernah ketemu lagi soalnya dia sakit juga, anak gue aja
tinggalnya sama orang tua gue
DM : Kalau anak Yuli gimana? Dia tau Yuli ibunya?
P : Gak, dia kalo kesini panggil gue tante. Gue gak mau anak seperti
ayah ataupun ibunya. Gue mau jadi sahabat dia aja, gue cukup
memperhatikan dia dari jauh dan jadi temen cerita gue. Buat gue
yang terpenting anak gue hidup bahagia di masa depan (mata
berkaca-kaca)
DM : mba Yuli sempet kerja?
P : ngga, kan gue gila (stresor)
DM : kalau mba dengan kakak-kakak mba sering ribut ga?
P : enggak
DM : kalau dengan tetangga gimana mba? Baik-baik ga?
P : gini ya prinsipnya gue ga akan marah kalo orang itu gak macem-
macem sama gue, kalo dia macem-macem y ague marah
DM : dirumah dulu ada orang yang sakit kayak Yuli ga? (familly
history)
P : ada kakaknya mamah gue sakit juga dia skizofrenia (herediter)
DM : mba Yuli selama disini apa yang dirasakan?
P : Senang punya teman teman tapi kangen dengan orang tua tiri gue
karena dia lebih perhatian sama gue. (mood baik)
DM : mba kayanya ga suka ngerokok ya?
P : ga bisa saya (rokok -)
DM : kalo minum kayanya enggak pernah..
P : ga pernah, ga suka. (alkohol -)
DM : kalo obat obat-obatan gitu juga, ama ngirup aibon gamungkin lah
yah.
P : ga pernah saya kaya gitu gitu.. (psikotropika -)
DM : mba pernah denger bisikan-bisikan gak?
P : ga pernah.(halusinasi akustik -)
DM : kalau liat seperti bayangan atau setan gitu pernah ga mba?
P : ga pernah juga (halusinasi visual -)
DM : pernah mencium bau-bauan tapi ga ada sumber baunya?
P : ga pernah (halusinasi olfaktorik -)
DM : kalau ngerasa ada yang jalan-jalan di kulit?
P : ga pernah (halusinasi taktil -)
DM : pernah ngerasa apa yang mba pikirin itu orang lain bisa tau ga mba?
P : ngga..
DM : mba dewi ngerasa punya kelebihan ga dibanding orang lain?
P : iya gue lebih pinter disbanding kakak-kakak gue, orang gue
ranking terus dari SD. IPK gue aja 3,34, gue suka belajar bahasa
inggris yang bukunya tebel-tebel (Waham kebesaran).
DM : lalu merasa ada orang lain yang ingin berbuat jahat ga sama mba
yuli?
DM : terimakasih mba
P : ya terimakasih