25

Click here to load reader

xa.yimg.comxa.yimg.com/.../86529852/1202507205/name/Makalah+TB.docx · Web viewdalam hal prevalensi TB, yang menempati urutan ketiga setelah India dan China berdasarkan laporan WHO

  • Upload
    dokiet

  • View
    226

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../86529852/1202507205/name/Makalah+TB.docx · Web viewdalam hal prevalensi TB, yang menempati urutan ketiga setelah India dan China berdasarkan laporan WHO

MAKALAH BEDSIDE TEACHING

Tuberkulosis Paru

Disusun oleh:

Benedicta Mutiara Suwita 0906639713

Calvin Kurnia Mulyadi 0906639726

Christopher Rico Andrian 0906554251

Deriyan Sukma Widjaja 0906554270

Dwi Wicaksono 0906487764

Evan Regar 0906508024

Faradila Keiko 0906508062

Farah Asyuri Yasmin 0906552611

Hanifah Rahmani Nursanti 0906487814

Herliani Dwi Putri Halim 0906487820

Rombongan E

Modul Praktik Klinik Pulmonologi

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Page 2: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../86529852/1202507205/name/Makalah+TB.docx · Web viewdalam hal prevalensi TB, yang menempati urutan ketiga setelah India dan China berdasarkan laporan WHO

BAB I

PENDAHULUAN

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular kronis yang sampai saat ini masih

menjadi masalah kesehatan utama yang belum terselesaikan. Pada tahun 1993, World Health

Organization (WHO) mencanangkan TB paru sebagai salah satu kegawatdaruratan dunia

(global emergency) dan merupakan bentuk re-emerging disease seiring dengan

berkembangnya resistensi kumar multidrug-resistance (MDR) TBdan seringkali berkomorbid

dengan infeksi HIV yang justru memperburuk perjalanan penyakit tersebut.

Indonesia termasuk ke dalam kelompok negara dengan beban penyakit tertinggi (high

burden countries) dalam hal prevalensi TB, yang menempati urutan ketiga setelah India dan

China berdasarkan laporan WHO tahun 2009. Kasus TB ditemukan sebanyak 275 kasus per

100.000 penduduk per tahun pada tahun 2006 dan turun menjadi 244 kasus per 100.000

penduduk per tahun pada tahun 2010. Namun, mengalami peningkatan pada tahun 2011

menjadi 289 kasus per 100.000 per tahun.

Besarnya masalah kesehatan TB ini telah menarik perhatian dunia sehingga WHO

mencanangkan tujuan keenam dari Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015,

yaitu untuk melawan HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya termasuk TB. Diharapkan

kemampuan mendiagnosis kasus TB dan kesuksesan dengan pengobatan berbasis Directly

Observed Treatment Shortcourse (DOTS) dapat meningkat. Pada tahun 2014, target case

detection rate (CDR) dan success rate (SR) masing-masing sebesar 90% dan 88%. Target

umum dari stop TB strategy adalah untuk menurunkan beban global dari TB pada tahun 2015

dibandingkan dengan prevalensi dan kematian dasar pada tahun 1990 sebanyak 50%. Pada

tahun 2050, tujuan akhir yang ingin dicapai adalah untuk mengeliminasi TB sebagai

problema kesehatan publik.

Meningkatnya kasus TB, disertai dengan bahaya resistensi, seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya membutuhkan perhatian dan usaha lebih dari petugas kesehatan, termasuk peran

dokter umum sebagai lini pertama dalam upaya kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu, lembar

kerja ini dibuat sebagai bentuk pembelajaran berkesinambungan mengenai kasus-kasus TB

yang ditemukan dalam praktik klinik sehari-hari.

2

Page 3: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../86529852/1202507205/name/Makalah+TB.docx · Web viewdalam hal prevalensi TB, yang menempati urutan ketiga setelah India dan China berdasarkan laporan WHO

BAB II

ILUSTRASI KASUS

2.1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn YP

Usia : 31 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Agama : Islam

Suku : Betawi

Status : Menikah

Pekerjaan : Tidak bekerja

Tanggal masuk RSP 5 November 2012

2.2. ANAMNESIS

Keluhan Utama

Batuk darah sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien batuk darah pada hari Jumat, 2 November 2012 sehingga dibawa ke RS

Rawamangun. Pasien masuk RS Persahabatan di ruang Soka hari Senin, 5 November

2012. Sebelumnya pasien batuk selama satu minggu dengan dahak berwarna

kehijauan. Kemudian, 3 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami batuk

darah. Pasien demam dengan suhu naik turun, tidak ada mual dan muntah. Pasien

merasa sesak ketika berjalan dengan jarak dekat seperti ke toilet. Sesak memberat

dengan aktivitas (Dyspnea on Effort, DOE (+)), mereda dengan istirahat. Namun,

sesak pada malam hari disangkal (Paroxysmal Nocturnal Dyspnea, PND (-)) dan tidur

dengan 2-3 bantal disangkal (Orthopnea, OP -). Pasien juga mengeluhkan adanya

nyeri dada, terutama ketika pasien sedang batuk. Pada saat pasien bernapas, tidak

terdapat mengi, dan keluhan sesak tidak dipengaruhi oleh cuaca/suhu. Pasien tidak

mengeluhkan adanya kaki bengkak, dan tidak ada keringat malam. Pasien pun

mengatakan mengalami penurunan berat badan yang awalnya 51 kg, dan sekarang

ketika berat badannya 44 kg. Pasien belum pernah diberikan Obat Anti Tuberkulosis

(OAT) sebelum masuk RS Persahabatan. Pasien memiliki riwayat hipertensi yang

tidak terkontrol.

3

Page 4: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../86529852/1202507205/name/Makalah+TB.docx · Web viewdalam hal prevalensi TB, yang menempati urutan ketiga setelah India dan China berdasarkan laporan WHO

Riwayat Penyakit Dahulu

Diabetes Mellitus (-), asma (-), alergi (-), gastritis (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

Hipertensi (-), Diabetes Mellitus (-), riwayat kontak pada keponakan yang

tuberkulosis (+), penyakit jantung (-)

Riwayat Sosial

Pasien tinggal dengan istri, dua anak, dan ibu pasien.

Di lingkungan rumah pasien tidak ada yang memiliki keluhan serupa.

Merokok (+): 3 bungkus/hari

2.3. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : sakit ringan

Kesadaran : kompos mentis

Tekanan darah : 150/110 mmHg

Nadi : 110 kali/menit

Suhu : 36,9oC

Pernapasan : 22 kali/menit

BB/TB : 44 kg/160 cm

Kepala : normal

Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)

THT : tidak diperiksa

Leher : JVP 5-2 cmH2O

KGB : tidak teraba

Dada : asimetris, kanan tertinggal

Jantung : BJ 1/2 N, murmur (-), gallop (-)

Paru :

- Inspeksi : bentuk dada pectus excavatum, asimetris dinamis

- Palpasi : pergerakan dada asimetris, kanan lebih tertinggal, fremitus kanan

lebih lemah dari kiri, tidak teraba massa.

- Perkusi : redup/sonor

- Auskultasi : vesikular (↓/+), ronkhi basah kasar (+/-), wheezing (-/-)

4

Page 5: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../86529852/1202507205/name/Makalah+TB.docx · Web viewdalam hal prevalensi TB, yang menempati urutan ketiga setelah India dan China berdasarkan laporan WHO

Abdomen : supel, lemas, hati dan limpa tidak teraba, bising usus (+) normal

Ekstremitas : akral hangat, tidak terdapat edema

2.4. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hasil Laboratorium pada tanggal 5 November 2012

Leukosit : 10110/mm3 (5-10)

Hitung Jenis

o Neutrofil : 67.8 % (50-70)

o Limfosit : 15.8 % (25-40)

o Monosit : 15.6 % (2-8)

o Eosinofil : 0.5 % (2-4)

o Basofil : 0.3 % (0-1)

Eritrosit : 3.92 juta/uL (4.5-6.5)

Hb : 10.3 g/dL (13.0-18.0)

Ht : 34 % (40-52)

MCV : 86.2 fL (80-100)

MCH : 26.3 pg (26-34)

MCHC : 30.5 % (32-36)

RDW-CV : 14.0 % (11.5-14.5)

Trombosit : 382 ribu/mm3 (150-440)

Analisa gas darah

o pH : 7.492 (7.34-7.44)

o pCO2 : 39.7 mmHg (35-45)

o pO2 : 70.4 mmHg (85-95)

o HCO3 : 29.8 mmol/L(22-26)

o TCO2 : 31.0 mmol/L(23-27)

o Base excess : 6.0 (-2.5-2.5)

o Std HCO3 : 29.9 mmol/L(22-26)

o Saturasi O2 : 95.3 % (96-97)

Gula darah sewaktu : 130 mg/dL (<180)

Elektrolit

o Natrium (Na) : 138.0 mmol/L (135-145)

5

Page 6: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../86529852/1202507205/name/Makalah+TB.docx · Web viewdalam hal prevalensi TB, yang menempati urutan ketiga setelah India dan China berdasarkan laporan WHO

o Kalium (K) : 2.05 mmol/L (3.5-5.5)

o Klorida (Cl) : 101.0 mmol/L (98-109)

Protein total : 7.3 g/dL (6-8)

Albumin : 2.6 g/dL (3.4-5)

Globulin : 4.7 g/dL (1.3-2.7)

Bilirubin total : 0.26 mg/dL (0.1-1.1)

Bilirubin direk : 0.15 mg/dL (0.1-0.4)

Bilirubin indirek : 0.11 mg/dL (0.1-0.7)

SGOT : 32 U/L (0-37)

SGPT : 55 U/L (0-40)

Ureum : 10 mg/dL (20-40)

Kreatinin : 0.7 mg/dL (0.8-1.5)

2.5. DIAGNOSA KERJA

- TB paru dengan hemoptisis

- Efusi pleura ec TB paru

2.6. RENCANA PEMERIKSAAN LANJUTAN

Sputum mikroorganisme, gram, kultur resistensi

Sputum BTA 3x, kultur resistensi

DPL, AGD

2.7. RENCANA PENGOBATAN

IVFD NaCl 500 cc 0.9 %/12 jam + asam traneksamat

Vitamin K 3x1 amp IV

Vitamin C 3x1 amp IV

Diet TKTP 1500 kkal

Edukasi batuk darah

BPMO

2.8. PROGNOSIS

Ad vitam : bonam

Ad functionam : bonam

6

Page 7: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../86529852/1202507205/name/Makalah+TB.docx · Web viewdalam hal prevalensi TB, yang menempati urutan ketiga setelah India dan China berdasarkan laporan WHO

Ad sanasionam : bonam

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Tuberculosis (TB) merupakan suatu penyakit yang disebabkan bakteri kompleks

Mycobacterium tuberculosis dan biasanya mengenai paru, meskipun organ-organ lain terlibat

dalam satu per tiga kasus. Jika diterapi dengan benar, TB yang disebabkan oleh galur yang

sensitif terhadap obat dapat disembuhkan pada hampir semua kasus. Penularan TB terjadi

melalui droplet nuclei yang dikeluarkan penderita TB yang disebarkan melalui udara

(airborne). Jika tidak diterapi, penyakit ini dapat menjadi fatal dalam 5 tahun pada 50-65%

kasus.

3.1 Epidemiologi TB

Gambar di bawah ini menyajikan penyebaran prevalensi TB di dunia pada tahun 2011

menurut laporan WHO.

Gambar 3.1 Penyebaran Prevalensi TB di Dunia pada tahun 2011

Merujuk pada peta persebaran prevalensi tersebut, Indonesia terletak pada rentang

prevalensi 150-299 per 100.000 populasi. Dengan jumlah populasi penduduk sekitar 242 juta,

angka mortalitas TB mencapai 27 per 100.000 penduduk, prevalensinya mencapai 281 per

100.000, insidensi sebesar 187 per 100.000 penduduk, disertai persentase komorbid infeksi

HIV sebesar 3,3%.

7

Page 8: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../86529852/1202507205/name/Makalah+TB.docx · Web viewdalam hal prevalensi TB, yang menempati urutan ketiga setelah India dan China berdasarkan laporan WHO

3.2 Definisi Kasus TB

Ada beberapa definisi yang harus diketahui dalam memperdalam kasus TB, yaitu sebagai

berikut:

Suspek TB: seseorang dengan gejala atau tanda TB.

Gejala umum: batuk produktif lebih dari 2 minggu yang disertai gejala pernapasan

dan/atau gejala tambahan

Kasus TB: Seseorang yang setelah dilakukan pemeriksaan penunjang untuk TB dan

didiagnosis TB oleh dokter dan diobati dengan paduan dan lama pengobatan yang

lengkap

Kasus TB pasti: pasien TB yang telah ditemukan Mycobacterium tuberculosis complex

yang diperoleh dari spesimen klinik dan biakan

3.3 Klasifikasi TB

Kasus TB juga diklasifikasikan berdasarkan lokasi anatomisnya, hasil pemeriksaan dahak

atau bakteriologi, riwayat pengobatan sebelumnya, dan status HIV dari pasien.

A. Berdasarkan lokasi anatomisnya

TB paru merujuk pada kasus TB yang melibatkan parenkim paru. Tuberkulosis milier

merupakan TB paru karena terdapat lesi pada paru. Pasien dengan TB paru dan TB

ekstraparu harus diklasifikasikan sebagai kasus TB paru.

TB ekstra paru merujuk pada TB yang mengenai organ selain paru.

B. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak atau bakteriologi

Terbagi dua, yakni TB paru dengan BTA (+) dan TB paru dengan BTA (-)

C. Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya

Pasien baru: pasien yang belum pernah memperoleh pengobatan untuk TB, atau yang

telah memperoleh obat anti-TB selama kurang dari 1 bulan.

Pasien yang telah memperoleh pengobatan sebelumnya: telah memperoleh

pengobatan TB selama 1 bulan atau lebih pada masa lampau.

D. Berdasarkan status HIV dari pasien (apakah positif atau negatif)

3.4 Patogenesis TB

Patogenesis TB pada orang yang imunokompeten dan sebelumnya tidak pernah terpajan

bergantung pada perkembangan imunitas selular terhadap mycobacterium, yang memberikan

pertahanan terhadap bakteri dan juga mengakibatkan munculnya hipersensitivitas terhadap

8

Page 9: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../86529852/1202507205/name/Makalah+TB.docx · Web viewdalam hal prevalensi TB, yang menempati urutan ketiga setelah India dan China berdasarkan laporan WHO

antigen mycobacterium. Granuloma kaseosa dan kavitasi yang terjadi pada TB merupakan

akibat dari hipersensitivitas yang berkembang bersamaan dengan respon imun protektif host.

TB primer merupakan suatu bentuk TB yang terjadi pada orang yang sebelumnya tidak

pernah terpajan (unsensitized person). Sekitar 5% orang yang baru terinfeksi TB primer

menunjukkan gejala klinik yang signifikan. Pada TB primer, sumber organismenya berasal

dari luar (eksogen). Pada sebagian besar orang, infeksi primer dapat diatasi, tetapi pada

sebagian kecil, TB primer bersifat progresif. Diagnosis dari TB primer progresif pada orang

dewasa sulit, sebab TB primer progresif seringkali mirip dengan pneumonia bakterial akut

(konsolidasi lobus bawah dan tengah, adenopati hilus, efusi pleura).

TB sekunder merupakan pola penyakit yang muncul pada host yang sebelumnya sudah

tersensitisasi. TB sekunder dapat terjadi mengikuti TB primer, tetapi seringkali TB sekunder

terjadi setelah beberapa tahun setelah infeksi pertama kali, biasanya ketika resistensi host

melemah. Seringkali berasal dari reaktivasi dari infeksi laten, tetapi juga dapat disebabkan

oleh reinfeksi eksogen bersamaan dengan melemahnya imunitas host atau ketika terpajannya

host dengan basil virulen dalam jumlah besar. Reaktivasi lebih sering terjadi pada area

dengan prevalensi rendah, sementara reinfeksi pada area dengan prevalensi tinggi.

TB paru sekunder mengenai apeks lobus atas pada satu atau kedua paru. Karena adanya

hipersensitivitas, basil mycobacterium menimbulkan respon jaringan yang kuat dan

cenderung untuk membatasi fokus infeksi. Oleh karena itu, kelenjar getah bening regional

tidak terlalu terlibat pada TB sekunder, berbeda dari TB primer. Namun, kavitas seringkali

muncul pada TB sekunder, berbeda dari TB primer. Erosi dari kavitas merupakan sumber

infeksi karena orang tersebut akan mengeluarkan batuk dengan dahak yang mengandung

bakteri.

3.5 Diagnosis TB

Diagnosis TB ditegakkan melalui gejala klinis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan

bakteriologi, radiologi, dan pemeriksaan penunjang lain.

- Gejala Klinis

TB merupakan penyakit kronis yang dapat menyerang banyak organ dan salah

satu manifestasi terseringnya adalah TB paru. TB ekstraparu juga dapat ditemukan

sebagai bentuk persebaran hematologi dari TB paru atau akibat infeksi langsung

kuman terhadap organ target. Dengan demikian, gejala yang ditimbulkan dapat

dibedakan menjadi 2 macam, yaitu gejala lokal dan gejala sistemik.

9

Page 10: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../86529852/1202507205/name/Makalah+TB.docx · Web viewdalam hal prevalensi TB, yang menempati urutan ketiga setelah India dan China berdasarkan laporan WHO

Apabila organ targetnya adalah paru, maka gejala lokal yang timbul adalah gejala

respiratori. Gejala respiratori khas yang sering ditemukan adalah batuk produktif

lebih dari 2 minggu, batuk darah, sesak napas, dan nyeri dada. Pada awal

perjalanan penyakit, batuk dapat bersifat nonproduktif, namun perlahan-lahan,

seiring dengan terjadinya nekrosis, maka sputum akan diproduksi. Bila bronkus

belum terlibat, maka gejala batuk mungkin belum ada. Batuk pertama terjadi

akibat iritasi bronkus dengan tujuan untuk membuang dahak ke luar. Batuk darah

(hemoptisis) terjadi akibat keterlibatan parenkim paru yang lebih ekstensif, namun

tidak mengindikasikan proses TB aktif. Hemoptisis juga dapat disebabkan oleh

bronkiektasis dari lesi TB residual atau yang sudah mengalami penyembuhan

ataupun dari ruptur pembuluh darah yang mengalami dilatasi pada kavitas.

Gejala sistemik yang sering ditemukan antara lain demam subfebris (low grade,

intermitten fever), malaise, keringat malam, anoreksia, dan berat badan menurun.

Gejala TB ekstraparu sering bermanifestasi sebagai limfadenitis TB, meningitis

TB, pleuritis TB, dan sebagainya.

- Pemeriksaan Fisis

Pada pemeriksaan fisis, dapat ditemukan kelainan yang sering bermanifestasi pada

regio lobus superior daerah apeks dan segmen posterior (S1 dan S2), serta daerah

apeks lobus inferior (S6). Kelainan yang ditemukan dapat berupa suara napas

bronkial, amforik, suara napas yang melemah, ronki basah, hingga tanda-tanda

penarikan paru yang dinilai dari deviasi trakea. Pada pleuritis TB, kelainan

pemeriksaan bergantung pada banyaknya cairan yang berefusi di rongga pleura,

diserta suara perkusi yang kerap menjadi redup/pekak, dan pada auskultasi suara

napas yang melemah sampai tidak terdengar. Pada limfadenitis TB, dapat

ditemukan pembesaran kelenjar getah bening (KGB) yang lambat dan tidak nyeri.

- Pemeriksaan Bakteriologis

Bahan pemeriksaan laboratorium bakteriologis untuk TB dapat berasal dari mana

saja, termasuk dahak, cairan pleura, cairan serebrospinal, bilasan bronkus, kurasan

bronkus, urin, feses, maupun jaringan hasil biopsi. Untuk TB paru, dilakukan

10

Page 11: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../86529852/1202507205/name/Makalah+TB.docx · Web viewdalam hal prevalensi TB, yang menempati urutan ketiga setelah India dan China berdasarkan laporan WHO

pemeriksaan dahak minimal sebanyak 2 spesimen yang berasal dari pengambilan

dalam waktu yang berbeda dan minimal salah satu di antaranya harus merupakan

dahak pagi hari. Spesimen dahak yang diperoleh dapat digunakan untuk

pemeriksaan mikroskopis dan biakan (kultur). Pemeriksaan mikroskopis yang

rutin dilakukan adalah pewarnaan basil tahan asam (BTA) dengan metode Ziehl-

Nielsen, sedangkan metode biakan kuman M. Tuberculosis rutin dilakukan dengan

media dasar telur Lowenstein-Jensen.

Hasil pemeriksaan mikroskopis dinilai dengan skala International Union Against

Tuberculosis and Lung Disease (IUATLD), sebagai berikut:

Lebih dari 10 BTA per lapang pandang dalam 20 lapang pandang 3+

1-10 BTA per lapang pandang dalam 50 lapang pandang 2+

10-99 BTA per 100 lapang pandang 1+

1-9 BTA per 100 lapang pandang - Tuliskan jumlah eksak dari BTA

Tidak ada BTA ditemukan pada 100 lapang pandang

- Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan radiologis sering dilakukan secara rutin setelah anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Kelainan radiologis sering ditemukan pada lobus superior pada

salah satu atau kedua paru. Kavitasi merupakan kelainan yang paling sering

ditemukan, dengan situs tersering di apeks dan segmen posterior dari lobus kanan

atas dan segmen apikoposterior pada lobus kiri atas. Lesi yang sembuh biasanya

akan berlanjut pada pembentukan jaringan fibrotik dengan penyusutan parenkim

paru, serta seringkali kalsifikasi. Pada progresi penyakit, dapat terjadi penyebaran

bronkogenik ke lobus yang lebih bawah dari paru yang terlibat. Selain itu, erosi

dari fokus parenkimal tuberkulosis ke dalam aliran darah atau limfatik akan

menyebabkan diseminasi dari organisme tersebut dan pola miliar pada foto toraks.

- Pemeriksaan Penunjang Lainnya

Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan dalam penatalaksanaan pasien

TB adalah analisis cairan pleura dengan uji Rivalta, pemeriksaan histopatologis

jaringan melalui biopsi, serta pemeriksaan darah, khususnya laju endap darah

(LED).

11

Page 12: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../86529852/1202507205/name/Makalah+TB.docx · Web viewdalam hal prevalensi TB, yang menempati urutan ketiga setelah India dan China berdasarkan laporan WHO

3.6 Tatalaksana Tuberkulosis Paru

Tatalaksana Farmakologis

Tujuan tatalaksana TB paru adalah sebagai berikut:

- Untuk menyembuhkan pasien dan mengembalikan kualitas hidup dan produktivitas

- Untuk mencegah kematian dari TB aktif atau efek jangka panjangnya

- Untuk mencegah kekambuhan TB

- Untuk mengurangi transmisi TB kepada orang lain

- Untuk mencegah perkembangan dan transmisi dari resistensi obat

Regimen standar jangka pendek dibagi dua fase, yakni fase inisial/bakterisidal dan fase

lanjutan/sterilisasi. Selama fase inisial, mayoritas basil tuberkel dieliminasi, gejala

menghilang, dan biasanya pasien menjadi tidak infeksius lagi. Fase lanjutan diperlukan untuk

mengeliminasi mycobacterium yang persisten dan mencegah kekambuhan. Pada umumnya

lama pengobatan adalah 6-8 bulan.

OAT terbagi menjadi obat lini pertama dan obat lini kedua. Obat lini pertama adalah INH,

rifampisin, pirazinamid, etambutol, dan streptomisin. Sementara itu obat lini kedua adalah

kanamisin, kapreomisin, amikasin, kuinolon, sikloserin, etionamid/protionamid, dan para-

amino salisilat. Penggunaan OAT lini kedua hanya untuk kasus resisten obat, terutama TB

multidrug resistant (MDR).

Pengobatan TB standar dibagi menjadi:

Pasien baru

Regimen yang dianjurkan adalah 2HRZE/4HR

Pasien dengan riwayat pengobatan TB lini pertama

Pengobatan berdasarkan hasil uji kepekaan antibiotik secara individual. Selama

menunggu hasil uji kepekaan diberikan paduan 2HRZE/HRZE/5HRE

Pasien MDR – rujuk ke pusat rujukan TB-MDR

Tatalaksana Nonfarmakologis

Terapi nonfarmakologis meliputi pengobatan suportif dan simptomatis dan pembedahan.

- Pengobatan suportif dan simptomatis

Pengobatan suportif diberikan melalui asupan nutrisi yang adekuat. Prinsip

pemberian nutrisi adalah melalui makanan yang bersifat tinggi kalori dan protein,

12

Page 13: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../86529852/1202507205/name/Makalah+TB.docx · Web viewdalam hal prevalensi TB, yang menempati urutan ketiga setelah India dan China berdasarkan laporan WHO

di mana protein hewani lebih superior. Mikronutrien yang diperlukan antara lain

zink, vitamin A, D, C, dan zat besi. Peningkatan pemakaian energi dan penguraian

jaringan akibat infeksi dapat meningkatkan kebutuhan mikroutrien seperti vitamin

A, E, B6, C, D, dan folat. Pada pasien yang demam, dapat diberikan obat penurun

panas, begitu pula dengan obat untuk mengatas gejala batuk, sesak napas, dan

keluhan lainnya.

- Terapi Pembedahan

Terapi ini diindikasikan secara mutlak bagi pasien batuk darah masif yang tidak

dapat diatasi secara konservatif atau pada pasien dengan fistula bronkopleura dan

empiema yang tidak dapat diatasi secara konservatif. Indikasi relatif untuk bedah

antara lain dahak negatif dengan batuk darah berulang, kerusakan satu paru atau

lobus disertai keluhan, serta sisa kavitas yang menetap.

Evaluasi Pengobatan

Evaluasi yang dilakukan meliputi evaluasi klinis, bakteriologi, radiologi, dan efek

samping obat, serta evaluasi keteraturan berobat.

- Evaluasi klinis

Pada evaluasi ini, pasien dievaluasi secara periodik mengenai respon pengobatan,

ada tidaknya efek samping, serta ada tidaknya komplikasi penyakit. Evaluasi ini

meliputi keluhan, berat badan, dan pemeriksaan fisik.

- Evaluasi bakteriologis

Evaluasi bakteriologi dilakukan pada bulan ke-0, ke-2, dan ke-6/8 pengobatan

dengan tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi dahak. Evaluasi ini

dilakukan sebelum pengobatan di mulai, setelah 2 bulan pengobatan, dan pada

akhir pengobatan.

- Evaluasi radiologi

Evaluasi foto toraks dilakukan saat sebelum pengobatan di mulai, setelah 2 bulan

pengobatan, dan pada akhir pengobatan. Evaluasi setelah dua bulan fase

pengobatan tidak dilakukan seperti panduan TB bilamana terdapat kecurigaan

akan keganasan.

13

Page 14: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../86529852/1202507205/name/Makalah+TB.docx · Web viewdalam hal prevalensi TB, yang menempati urutan ketiga setelah India dan China berdasarkan laporan WHO

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 ANAMNESIS

Pada anamnesis, pasien datang dengan keluhan utama batuk darah bercampur lendir

sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Sebelumnya pasien telah mengalami batuk produktif

dengan lendir berwarna kehijauan selama 1 minggu yang lalu. Dari batuk yang

dideskripsikan oleh pasien, dapat diperkirakan bahwa batuknya tidak masif dan

menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi dengan adanya riwayat batuk berdahak kehijauan.

Selain adanya batuk darah, pasien juga mengalami sesak napas yang memberat saat aktivitas

serta nyeri dada pada saat batuk, akan tetapi tidak berpengaruh dengan posisi tubuh sehingga

sesak akibat gagal jantung dapat disingkirkan. Pasien juga mengakui adanya penurunan berat

badan yang cukup signifikan yaitu sebanyak 7 kg. Melihat dari gejala-gejala yang dialami

pasien maka, tuberkolosis baru dapat dipikirkan sebagai diagnosis karena pasien belum

pernah mendapatkan pengobatan TB sebelumnya ataupun pernah mendapatkan OAT kurang

dari satu bulan.

4.2 PEMERIKSAAN FISIK

Pada pemeriksaan fisik, pasien terlihat sakit ringan, dengan kesadaran kompos mentis,

dari hasil tanda vital menunjukan sedikit peningkatan pada laju pernapasan dan jantung. Pada

pemeriksaan konjungtiva, terlihat anemis. Selain itu, pada inspeksi ditemukan bahwa bentuk

dada pasien adalah pectus excavatum. Pada palpasi, teraba pergerakan dada pasien asimetris

dimana bagian kanan terlihat lebih tertinggal daripada bagian kiri walaupun tidak teraba

adanya masa. Perkusi yang tidak terlalu menunjukkan bunyi yang jelas antara redup dan

sonor. Pada auskultasi, terdengar bunyi pernapasan yang vesikular menurun, dengan adanya

ronki basah kasar pada paru kanan tanpa adanya mengi.

4.3 LABORATORIUM

Leukosit : 10.11 ribu/mm3 (5-10)

Hitung jenis

o Limfosit : 15.8 % (25-40) limfositopenia

14

Page 15: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../86529852/1202507205/name/Makalah+TB.docx · Web viewdalam hal prevalensi TB, yang menempati urutan ketiga setelah India dan China berdasarkan laporan WHO

o Monosit : 15.6 % (2-8) monositosis

o Eosinofil : 0.5 % (2-4) eosinopenia

Eritrosit : 3.92 juta/uL (4.5-6.5)

Hb : 10.3 g/dL (13.0-18.0) anemia

Ht : 34 % (40-52)

MCHC : 30.5 % (32-36) hipokromik

Analisa gas darah

o pH : 7.492 (7.34-7.44) alkalosis

o pO2 : 70.4 mmHg (85-95)

o HCO3 : 29.8 mmol/L(22-26) alkalosis metabolik

o TCO2 : 31.0 mmol/L(23-27)

o Base excess : 6.0 (-2.5-2.5)

o Std HCO3 : 29.9 mmol/L(22-26)

Elektrolit

o Kalium (K) : 2.05 mmol/L(3.5-5.5) hipokalemia

Albumin : 2.6 g/dL (3.4-5) hipoalbumin

Globulin : 4.7 g/dL (1.3-2.7)

SGPT : 55 U/L (0-40)

Interpretasi

Alkalosis metabolik dengan kompensasi respiratorik

4.4 KESIMPULAN

Pada pasien ini, terdapat kecurigaan kuat untuk TB karena gejala-gejala umum TB

telah terpenuhi. Akan tetapi, belum adanya hasil BTA ataupun hasil biakan menyebabkan

diagnosis TB belum dapat ditegakkan. Selain itu, dibutuhkan pemeriksaan radiologi foto

thoraks pada pasien tersebut untuk dapat menunjang diagnosis TB. Dengan demikian, sambil

menunggu hasil pemeriksaan sputum BTA, pasien ini masih tergolong kasus suspek TB.

4.5 TATALAKSANA

Pasien datang diberikan beberapa pengobatan yaitu:

IVFD NaCl 0,9% 500 cc/12 jam + asam traknesamat

Vitamin K 3x1 amp IV

Vitamin C 3x1 amp IV

15

Page 16: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../86529852/1202507205/name/Makalah+TB.docx · Web viewdalam hal prevalensi TB, yang menempati urutan ketiga setelah India dan China berdasarkan laporan WHO

Diet TKTP 1500 kkal

Edukasi batuk darah

BPMO

Pemberian asam trakneksamat yang merupakan anti fibrinolitik ditujukan untuk

menghentikan pendarahan pada batuk darah pasien, begitu juga dengan pemberian vitamin K.

Diet TKTP (tinggi kalori tinggi protein) pada pasien ini bertujuan untuk mengimbangi

penurunan berat badan yang dialami oleh pasien dan mencukupi kebutuhan kalori dan protein

pada pasien.

16

Page 17: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../86529852/1202507205/name/Makalah+TB.docx · Web viewdalam hal prevalensi TB, yang menempati urutan ketiga setelah India dan China berdasarkan laporan WHO

Daftar Pustaka

Hopewell PC, Kato-Maeda M. Tuberculosis. In: Mason RJ, Broaddus VC, Martin TR,

Schraufnagel DE, Murray JF, editors. Murray and Nadel Textbook of Respiratory

Medicine. 5th ed. 2010. Philadelphia: Saunder Elsevier.

Isbaniyah F, Thabrani Z, Soepandi PZ, Burhan E, Reviono, Soedarsono, et al. Tuberkulosis:

Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. 2011. Jakarta: Perhimpunan

Dokter Paru Indonesia.

Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Aster JC, editors. Robbins and Cotran Pathologic Basis of

Disease. 8th ed. 2010. Philadelphia: Saunders Elsevier.

Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J, editors. Harrison’s

Principles of Internal Medicine. 18th ed. 2011. USA: The McGraw-Hill Companies.

Riset Kesehatan Dasar. Dinas Kesehatan. 2010. Available on:

http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/buku_laporan/lapnas_riskesdas2010/

Laporan_riskesdas_2010.pdf

World Health Organization. Global Tuberculosis Report. 2012. Available on:

http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/75938/1/9789241564502_eng.pdf

WHO. Treatment of Tuberculosis: GUIDELINES. 4th ed. 2010. Geneva: WHO Press.

17