Upload
vucong
View
243
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
PRESENTASI KASUS DENGAN PERSIAPAN
TINEA FASIALIS
MODUL PRAKTIK KLINIK
IK KULIT DAN KELAMIN 2013
Benedicta Mutiara S Calvin Kurnia M Mario Markus N Michael Christian
0906639713 0906639726 0906639801 0906554352
Narasumber
Prof. dr. Sjaiful Fahmi Daili, SpKK (K)
Identitas
Nama : Tn. K Jenis kelamin : Laki - laki Usia : 65 tahun Alamat : Tangerang Bangsa : Indonesia Agama : Islam Pendidikan : Tamat SMA Pekerjaan : Pensiunan sopir Tanggal pemeriksaan : 1 Mei 2013
Keluhan Utama
• Bercak-bercak merah yang gatal di pipi kiri sejak 1 bulan SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
• Bercak merah, sangat gatal pada pipi kiri sejak 1 bulan SMRS.
• Gatal bertambah hebat saat cuaca panas dan berkeringat.
• Sebelumnya, telah berobat beberapa kali ke dokter umum →obat minum, krim dan salep racikan, juga dianjurkan mengganti sabun mandi dengan sabun antiseptik → gatal tidak sembuh, bercak merah juga makin luas.
Riwayat Penyakit Sekarang
• Sehari-hari bekerja di dalam rumah (buka warung) → pengap dan panas → banyak berkeringat
• Kebiasaan mandi: 2x sehari dengan air dingin dan sabun antiseptik
• Riwayat diabetes mellitus disangkal • Riwayat alergi makanan ada (udang), riwayat asma
bronkial dan bersin-bersin di pagi hari disangkal. Namun, pasien sudah sejak lama tidak pernah memakan udang lagi.
Riwayat Penyakit Keluarga
• Keluhan serupa tidak ada pada keluarga yang tinggal serumah.
• Riwayat atopi dalam keluarga tidak diketahui oleh pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat sakit kuning disangkal
Status Generalis
• Keadaan umum : Tidak tampak sakit • Kesadaran : Kompos mentis • Tanda Vital :
TD 110/80 mmHg Nadi 85 kali/menit Napas 18 kali/menit Suhu afebris
• Keadaan gizi : kesan baik, BB 57 kg • Jantung,paru,abdomen : kesan dalam batas
normal
• Ekstremitas : akral hangat, tidak ada deformitas, edema -/-
• Kelenjar getah bening : tidak teraba adanya pembesaran KGB colli
• Lain-lain : sklera tidak ikterik
Status Dermatologikus
Pada regio fasialis sinistra, terdapat plak eritematosa berukuran numular hingga plakat, berbatas tegas dengan tepi polisiklik, jumlah multipel, distribusi lokal, penyebaran diskret.
Pada regio colli dekstra, terdapat plak eritematosa berukuran lentikuler hingga plakat, berbatas tegas dengan tepi polisiklik, tampak central healing, jumlah multipel, distribusi lokal, penyebaran diskret.
Pemeriksaan Laboratorium
• Kerokan kulit KOH 20%: Ditemukan hifa panjang dan spora
• Pemeriksaan anjuran:
Fungsi hati (SGPT/SGOT), tidak diperlukan jika tidak ada riwayat hepatitis
Tatalaksana
Non-medikamentosa Edukasi untuk menjaga hygine : mandi teratur,
mencuci muka dengan sabun terutama bila berkeringat.
Tidak menggunakan handuk atau pakaian berganti-gantian (mencegah penularan).
Mengganti sabun antiseptik dengan sabun non-antiseptik, misalnya sabun sulfur.
Medikamentosa Sistemik: Ketokonazol 1 x 200 mg Cetirizin 1 x 10 mg Topikal: Krim mikonazol 2%
Dioleskan dua kali sehari pada pipi kiri dan leher kanan sesudah mandi
Mikosis Profunda Superfisialis
Dermatofitosis Non- dermatofitosis
Budimulja U. Mikosis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed- 5. Jakarta: Penerbit FKUI; 2007.p.92-99
Dermatofitosis
Dermatofitosis: penyakit pada jaringan zat tanduk karena dermatofita.
Dapat ditemukan pada stratum korneum, rambut, dan kuku.
Terdapat 3 spesies dermatofita: Epidermophyton Microsporum Trichophyton
Budimulja U. Mikosis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed- 5. Jakarta: Penerbit FKUI; 2007.p.92-99
Patogenesis
3 tahap infeksi dermatofita: Adherensi Penetrasi Timbulnya respon host
Wolff K, et al. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Ed-7. Vol 1-2. New York: McGraw-Hill
Klasifikasi
Tinea kapitis Tinea barbe Tinea kruris Tinea pedis et manum Tinea unguium Tinea korporis
Tinea fasialis Tinea aksilaris Tinea imbrikata Tinea favosa Tinea akuarta Tinea inkognito
Budimulja U. Mikosis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed- 5. Jakarta: Penerbit FKUI; 2007.p.92-99
Tinea Korporis
Dermatofitosis pada daerah kulit tidak berambut (glab-rosa) selain telapak tangan, telapak kaki, dan skrotum
Sering pada anak Bentuk menahun disebabkan
Trychophyton rubrum Bentuk khusus: tinea fasialis,
tinea imbrikata
Temuan klinis: • Lesi bulat, lonjong,
berbatas tegas • Eritema, skuama • Vesikel dan papul • Lesi polisiklik
Wolff K, et al. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Ed-7. Vol 1-2. New York: McGraw-Hill
Tinea Fasialis
Dermatofitosis pada kulit tidak berambut pada wajah
Penampakan seringkali atipikal
Dapat ditularkan dari binatang peliharaan
Predileksi: pipi, hidung, periorbital, dagu, dan dahi
Temuan klinis: • Bercak eritematosa tunggal
atau multipel • Biasanya tidak ditemukan
struktur anular • Kadang serpiginosa
Szepietowski JC. Tinea Faciei. Medscape. 2012. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/1118316-overview
Tinea Pedis
Nama lain: athlete’s foot, kutu air Dermatofitosis pada kaki, teru-tama
sela- sela jari dan telapak kaki Pada tangan: tinea manus Terdapat 3 jenis:
Interdigitalis Moccasin foot Subakut
Faktor risiko: Sepatu tertutup, perawatan kaki buruk, kaki sering basah
Temuan klinis: • Gatal • Fisura dengan sisik
halus dan tipis • Maserasi • Papul, vesikel,
vesikopustul • koleret
Budimulja U. Mikosis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed- 5. Jakarta: Penerbit FKUI; 2007.p.92-99
Tinea Kapitis
Dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala
Lesi bersisik, kemerahan, alopesia
3 bentuk klinis: Grey patch ringworm Kerion Black dot ringworm
Tinea Kruris
Dermatofitosis pada daerah lipat paha, perineum, dan sekitar anus
Lesi berbatas tegas, tepi lesi lebih aktif
Efluorosensi polimorf, papulovesikel eritematosa
Kronik berupa bercak hitam dengan sedikit sisik
Budimulja U. Mikosis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed- 5. Jakarta: Penerbit FKUI; 2007.p.92-99 Wolff K, et al. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Ed-7. Vol 1-2. New York: McGraw-Hill
Tinea Unguium
Dermatofitosis pada kuku 3 bentuk klinis:
Subungual distal Subungual proksimal Leukonikia trikofita
Budimulja U. Mikosis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed- 5. Jakarta: Penerbit FKUI; 2007.p.92-99
Pemeriksaan Penunjang
Lampu wood Kerokan kulit, rambut, atau kuku
Dilakukan pada tepi kelainan sampai sedikit di luar menggunakan bagian tumpul skalpel
Untuk rambut, dicabut dengan pinset, kulit sekitar rambut dikerok
Kuku dipotong hingga mengenai seluruh tebal kuku Dilakukan pemeriksaan dengan KOH 10%, 20%, atau
30% Biakan dengan agar saboraud dengan AB
kloramfenikol Budimulja U. Mikosis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed- 5. Jakarta: Penerbit FKUI; 2007.p.92-99
Pengobatan
Lama pengobatan tergantung pada lokasi penyakit dan keadaan penderita
Griseofulvin 10-25 mg/kgBB dimakan bersama makanan berlemak
Ketokonazol 200 mg/hari selama 10 hari- 2 minggu
Itrakonazol 2 x 100- 200 mg/hari selama 3 hari Terbinafrin, bersifat fungisidal, 62, 5- 250 mg/hari Topikal: asam salisil 2-4%, sulfur, tolnafat, tolsiklat
Gejala Klinis
Kelainan umum: eritema dan papuloskuama, membentuk plakat
eritroskuamosa Tempat predileksi:
Alis dan nasolabial Scalp Retroaurikuler Sternal terutama daerah V Interskapula Aksila Umbilikus Genito-krural
Usia 2 minggu - 1 tahun. Tidak gatal. Daerah scalp krusta
dapat menebal dan menyerupai topi.
Meluas eritroderma, Disertai anemia, diare,
muntah, infeksi sekunder bakteri sindrom Leiner.
Kelainan kulit lebih kering.
Tempat predileksi: Daerah berambut
atau kepala. Gatal terutama bila
berkeringat atau udara panas.
BAYI & ANAK DEWASA
Sugito TL, Hakim L, Suseno LSU, Suriadiredja AS, Toruan TL, Alam TN. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perdoski. Jakarta: Perdoski; 2011.
Penatalaksanaan
Non-medikamentosa Hindari faktor pencetus dan faktor yang memperberat. Perbaiki pola hidup, terutama makanan berlemak/pedas, hidup
seimbang. Medikamentosa
Prinsipnya menghilangkan dan mengeluarkan skuama dan krusta, menghambat kolonisasi jamur, mengontrol infeksi sekunder, mengurangi eritema dan gatal.
Pilihan terapi: Antijamur
Topikal: Imidazol Oral: Ketokonazol, Itrakonazol, Terbinafin
Metrodinazol Topikal: Metrodinazol 1 – 2% (gel, krim) atau 0,75% (lotion) sebanyak 1 – 2
kali sehari..
Sugito TL, Hakim L, Suseno LSU, Suriadiredja AS, Toruan TL, Alam TN. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perdoski. Jakarta: Perdoski; 2011.
Penatalaksanaan
Inhibitor kalsineurin: Salap takrolimus atau krim pimekrolimus
Analog Vitamin D: Kalsipotriol (krim, lotion atau salap), takalsitol salap
Isotretinoin: Isotretinoin oral: 0,05 – 0,10 mg/kgBB/hari selama beberapa bulan.
Fototerapi: Narrow band UVB atau Psoralen dan UVA untuk yang luas
Konsultasi Ke psikolog atau psikiatri jika ada stress. Ke dokter anak atau IPD jika ada kelainan sistemik.
Sugito TL, Hakim L, Suseno LSU, Suriadiredja AS, Toruan TL, Alam TN. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perdoski. Jakarta: Perdoski; 2011.
Definisi
Peradangan pada kulit yang bersifat kronik residitif, ditandai dengan plak eritematosa dengan skuama kasar di atasnya yang transparan, berlapis- lapis.
Terdapat fenomena tetesan lilin, Aispitz, dan Koebner.
Sugito TL, Hakim L, Suseno LSU, Suriadiredja AS, Toruan TL, Alam TN. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perdoski. Jakarta: Perdoski; 2011.
Paling umum terjadi. Bentuk:
Plak eritematosa berbatas tegas dengan skuama berwarna keperakan.
Daerah predileksi: Siku, lutut, kepala, celah
intergluteal, palmar, plantar, genitalia.
Onset mendadak sering paska infeksi
streptokokal pada saluran napas atas.
Bentuk: Menyerupai tetesan air,
plak berwarna merah muda dengan skuama.
Daerah predileksi: Badan dan ekstremitas.
Psoriasis Tipe Plak Psoriasis Guttata
Sugito TL, Hakim L, Suseno LSU, Suriadiredja AS, Toruan TL, Alam TN. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perdoski. Jakarta: Perdoski; 2011.
Bentuk: Pustul steril yang dapat
membentuk gabungan pustul + kumpulan pus.
Terdapat gejala sistemik Daerah predileksi:
Area tubuh dan ekstremitas.
Bentuk: Pustul yang dapat
terletak di atas plak. Daerah predileksi:
Palmar dan plantar.
Psoriasis Pustularis
Generalisata
Psoriasis Pustularis
Lokalisata
Sugito TL, Hakim L, Suseno LSU, Suriadiredja AS, Toruan TL, Alam TN. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perdoski. Jakarta: Perdoski; 2011.
Bersifat generalisata dan berat.
Bentuk: Eritema luas + skuama.
Fungsi perlindungan kulit hilang, rentan infeksi, temperatur tubuh tidak terkontrol, kehilangan cairan banyak, membahayakan jiwa.
Gejala sistemik berupa demam dan malaise.
Psoriasis Eritroderma
Sugito TL, Hakim L, Suseno LSU, Suriadiredja AS, Toruan TL, Alam TN. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perdoski. Jakarta: Perdoski; 2011.
Riwayat
Usia awitan: 16 – 22 tahun dan 57 – 60 tahun. Infeksi, terutama streptokokus dapat sebagai
pemicu. Obat, seperti litium, anti malaria, alkohol, dan
beta-blocker dapat sebagai pemicu.
Sugito TL, Hakim L, Suseno LSU, Suriadiredja AS, Toruan TL, Alam TN. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perdoski. Jakarta: Perdoski; 2011.
Penatalaksanaan
Edukasi Pasien Inti edukasi adalah meyakinkan pasien bahwa penyakit ini
banyak dijumpai dan dapat dikontrol dengan terapi yang baik namun tidak dapat disembuhkan.
Fototerapi / Fotokemoterapi Ultraviolet B (UVB) broadband (BB) Ultraviolet B (UVB) narrowband (NB) PUVA Soak / bath PUVA Laser 308-nm excimer
Sugito TL, Hakim L, Suseno LSU, Suriadiredja AS, Toruan TL, Alam TN. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perdoski. Jakarta: Perdoski; 2011.
Emollen Kortikosteroid Ditranol (Antralin) Keratolitik Retinoid Analog Vitamin D Tar
Metroteksat Siklosporin Retinoit Hidroksiurea Mikofenolat mofetil Sulfasalazin Alefacept Efalizumab
Terapi Topikal Terapi Sistemik
Sugito TL, Hakim L, Suseno LSU, Suriadiredja AS, Toruan TL, Alam TN. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perdoski. Jakarta: Perdoski; 2011.
Gejala Klinis
Muncul lesi pertama (herald patch) pada 50 – 90% kasus. Bentuk: oval / bulat dengan warna salmon / eritematosa atau
hiperpigmentasi, berdiameter 2 – 4 cm, berbatas tegas , dengan skuama halus di bagian dalam tepi perifer plak.
Lokasi: bagian badan yang tertutup baju, leher, wajah, penis. Lesi sekunder muncul pada 2 minggu setelah plak primer.
Erupsi simetris terutama pada badan, leher, dan ekstremitas proksimal.
2 tipe utama: Plak kecil menyerupai plak primer, sejajar dengan aksis panjang lines
of cleavage dengan pola distribusi menyerupai bentuk pohon cemara. Papul kecil yang biasanya berwarna kemerahan, tanpa skuama.
Sugito TL, Hakim L, Suseno LSU, Suriadiredja AS, Toruan TL, Alam TN. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perdoski. Jakarta: Perdoski; 2011.
Penatalaksanaan
Kausatif tidak ada penyakit swasirna.
Pruritus kortikosteroid topikal potensi sedang.
Fototerapi efektif efek samping berupa
hiperpigmentasi pasca inflamasi.
Sugito TL, Hakim L, Suseno LSU, Suriadiredja AS, Toruan TL, Alam TN. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perdoski. Jakarta: Perdoski; 2011.
• Bercak merah yang gatal di pipi kiri dan leher kanan
• Semakin membesar • Riwayat pengobatan
sebelumnya • Lingkungan kerja
pengap dan panas hingga berkeringat1,2
• Eritema dan gatal • Glabrous skin1
Dermatomikosis (Tinea Fasialis)
• Eritema, tidak gatal, skuama berminyak
• Daerah seboroik2
Dermatitis seboroik
• Kronik • Sclap, ekstensor,
lumbosakral2
Psoriasis
• Herald patch, gatal ringan
• Sediaan KOH (-)2
Pitiriasis rosea
1. Budimulja U. Mikosis. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit FKUI; 2007. 2. Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit FKUI; 2007.
• Status generalis dalam batas normal • Status dermatologis:
• Lesi pada regio fasialis sinistra tidak khas untuk tinea kecurigaan pengaruh pengobatan sebelumnya (tinea incognito) • Kortikosteroid topikal yang poten dan tidak tepat
• Lesi regio colli dekstra lebih khas dengan tampilan central healing (tepi lesi lebih aktif)
Regio colli dekstra
Tinea tipikal1
Pada pasien
Regio fasialis sinistra
Tinea inkognito
Pada pasien 1. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine
Volume Two [ebook]. 7th ed.
Tinea fasialis, sering tidak
khas
Kesalahan diagnosis
Pemberian KsT tidak
tepat
Tinea inkognito,
pertumbuhan jamur
ekstensif
Pemeriksaan
penunjang
sediaan langsung
(KOH)
1. DermNetz NZ. Tinea incognito [internet]. DermNetz NZ. 2012 [cited 2013 May 4]. Available on: http://dermnetnz.org/fungal/tinea-incognito.html
• Dermatitis dan dermatomikosis superfisialis (dermatofitosis) keduanya muncul ruam kemerahan dan gatal • Dermatitis: gejala subjektif gatal + ruam polimorfik • Tinea korporis/fasialis: tepi lesi lebih aktif
• Kortikosteroid topikal (KsT) responsif pada dermatitis, namun kontraindikasi pada infeksi • Tinea seakan-akan responsif, setelah dihentikan akan
timbul peradangan lebih hebat yang memicu penggunaan KsT oleh pasien
1. DermNetz NZ. Tinea incognito [internet]. DermNetz NZ. 2012 [cited 2013 May 4]. Available on: http://dermnetnz.org/fungal/tinea-incognito.html
• Perubahan status dermatologis pada tinea inkognito: • Tepi lesi tidak terlalu
meninggi • Skuama lebih sedikit • Dapat pustular • Lebih ekstensif dan
iritabel • Efek samping dari KsT1
• Pada pasien • ada riwayat pengobatan
sebelumnya dan tidak membaik: • dapat pula karena edukasi
dan pengobatan tidak adekuat
• Beberapa lesi yang tidak khas tinea pada regio fasialis kiri,
1. DermNetz NZ. Tinea incognito [internet]. DermNetz NZ. 2012 [cited 2013 May 4]. Available on: http://dermnetnz.org/fungal/tinea-incognito.html
• Faktor risiko • Lingkungan panas dan lembab (pengap) lingkungan
yang sesuai untuk tumbuhnya jamur1
• Higiene personal kebiasaan mencuci muka dan leher serta membersihkan wajah ketika kotor
• Hasil sediaan langsung dengan KOH 20%: • Hifa panjang dan spora positif • Artospora terutama pada lesi lama atau sudah diobati1
1. Budimulja U. Mikosis. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit FKUI; 2007.
Tinea fasialis
Gejala
Perjalanan penyakit dan
riw.pengobatan
Faktor risiko
Status dermatologis
Pemeriksaan KOH 20%
• Nonfarmakologis • Menjaga higiene kulit: cuci muka dan daerah leher, mandi dengan
sabun sulfur, membersihkan wajah bila berkeringat • Mencegah penularan melalui alat pribadi • Menghentikan obat sebelumnya
• Farmakologis • Prinsip terapi sama dengan tinea pada umumnya • Sistemik:
• Pilihan utama: griseofulvin 10-25 mg/kg BB/hari • Derivat azol: ketokonazol 1 x 200 mg selama 2 minggu • Efek samping ketokonazol: tanya riwayat sakit kuning, pemeriksaan
fisik, uji fungsi hati (SGOT/SGPT) • Keluhan gatal: cetirizin 1 x 10 mg, tidak sedatif
• Topikal • Pilihan utama: gol.alilamin • Derivat azol: mikonazol 2% dua kali sehari seusai mandi selama 2-4
minggu1,2
1. Budimulja U. Mikosis. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit FKUI; 2007. 2. Sugito TL, Hakim L, Suseno LSU, Suriadiredja AS, Toruan TL, Alam TN. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit
dan Kelamin. Perdoski. Jakarta: Perdoski; 2011.
• Ad vitam: bonam • Ad sanationam: bonam
• Dengan edukasi adekuat mengenai pencegahan dan penularan kembali • Ad fungsionam: bonam
Daftar Pustaka
1. Budimulja U. Mikosis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit FKUI; 2007. p.92-9.
2. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine Volume Two [ebook]. 7th ed. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
3. Szepietowski JC. Tinea Faciei [internet]. Medscape. Date published unknown [Last updated: 2012; cited: 2013 May 3]. Available on: http://emedicine.medscape.com/article/1118316-overview.
4. Sugito TL, Hakim L, Suseno LSU, Suriadiredja AS, Toruan TL, Alam TN. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perdoski. Jakarta: Perdoski; 2011.
5. Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit FKUI; 2007. p.189-203.
6. DermNetz NZ. Tinea incognito [internet]. DermNetz NZ. 2012 [cited 2013 May 4]. Available on: http://dermnetnz.org/fungal/tinea-incognito.html