57
PRESENTASI KASUS DENGAN PERSIAPAN TINEA FASIALIS MODUL PRAKTIK KLINIK IK KULIT DAN KELAMIN 2013 Benedicta Mutiara S Calvin Kurnia M Mario Markus N Michael Christian 0906639713 0906639726 0906639801 0906554352 Narasumber Prof. dr. Sjaiful Fahmi Daili, SpKK (K)

PRESENTASI KASUS DENGAN PERSIAPAN TINEA …xa.yimg.com/kq/groups/86529852/569046836/name/Slide+PKP+Tinea...PRESENTASI KASUS DENGAN PERSIAPAN TINEA FASIALIS MODUL PRAKTIK KLINIK IK

  • Upload
    vucong

  • View
    243

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

PRESENTASI KASUS DENGAN PERSIAPAN

TINEA FASIALIS

MODUL PRAKTIK KLINIK

IK KULIT DAN KELAMIN 2013

Benedicta Mutiara S Calvin Kurnia M Mario Markus N Michael Christian

0906639713 0906639726 0906639801 0906554352

Narasumber

Prof. dr. Sjaiful Fahmi Daili, SpKK (K)

Identitas

Nama : Tn. K Jenis kelamin : Laki - laki Usia : 65 tahun Alamat : Tangerang Bangsa : Indonesia Agama : Islam Pendidikan : Tamat SMA Pekerjaan : Pensiunan sopir Tanggal pemeriksaan : 1 Mei 2013

Keluhan Utama

• Bercak-bercak merah yang gatal di pipi kiri sejak 1 bulan SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang

• Bercak merah, sangat gatal pada pipi kiri sejak 1 bulan SMRS.

• Gatal bertambah hebat saat cuaca panas dan berkeringat.

• Sebelumnya, telah berobat beberapa kali ke dokter umum →obat minum, krim dan salep racikan, juga dianjurkan mengganti sabun mandi dengan sabun antiseptik → gatal tidak sembuh, bercak merah juga makin luas.

Riwayat Penyakit Sekarang

• Sehari-hari bekerja di dalam rumah (buka warung) → pengap dan panas → banyak berkeringat

• Kebiasaan mandi: 2x sehari dengan air dingin dan sabun antiseptik

• Riwayat diabetes mellitus disangkal • Riwayat alergi makanan ada (udang), riwayat asma

bronkial dan bersin-bersin di pagi hari disangkal. Namun, pasien sudah sejak lama tidak pernah memakan udang lagi.

Riwayat Penyakit Keluarga

• Keluhan serupa tidak ada pada keluarga yang tinggal serumah.

• Riwayat atopi dalam keluarga tidak diketahui oleh pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu

• Riwayat sakit kuning disangkal

Status Generalis

• Keadaan umum : Tidak tampak sakit • Kesadaran : Kompos mentis • Tanda Vital :

TD 110/80 mmHg Nadi 85 kali/menit Napas 18 kali/menit Suhu afebris

• Keadaan gizi : kesan baik, BB 57 kg • Jantung,paru,abdomen : kesan dalam batas

normal

• Ekstremitas : akral hangat, tidak ada deformitas, edema -/-

• Kelenjar getah bening : tidak teraba adanya pembesaran KGB colli

• Lain-lain : sklera tidak ikterik

Status Dermatologikus

Pada regio fasialis sinistra, terdapat plak eritematosa berukuran numular hingga plakat, berbatas tegas dengan tepi polisiklik, jumlah multipel, distribusi lokal, penyebaran diskret.

Pada regio colli dekstra, terdapat plak eritematosa berukuran lentikuler hingga plakat, berbatas tegas dengan tepi polisiklik, tampak central healing, jumlah multipel, distribusi lokal, penyebaran diskret.

Pemeriksaan Laboratorium

• Kerokan kulit KOH 20%: Ditemukan hifa panjang dan spora

• Pemeriksaan anjuran:

Fungsi hati (SGPT/SGOT), tidak diperlukan jika tidak ada riwayat hepatitis

DIAGNOSIS

TINEA FASIALIS

Tatalaksana

Non-medikamentosa Edukasi untuk menjaga hygine : mandi teratur,

mencuci muka dengan sabun terutama bila berkeringat.

Tidak menggunakan handuk atau pakaian berganti-gantian (mencegah penularan).

Mengganti sabun antiseptik dengan sabun non-antiseptik, misalnya sabun sulfur.

Medikamentosa Sistemik: Ketokonazol 1 x 200 mg Cetirizin 1 x 10 mg Topikal: Krim mikonazol 2%

Dioleskan dua kali sehari pada pipi kiri dan leher kanan sesudah mandi

Prognosis

Ad vitam : bonam Ad sanationam : dubia ad bonam Ad fungsionam : bonam

TINJAUAN PUSTAKA

TINEA FASIALIS

Mikosis Profunda Superfisialis

Dermatofitosis Non- dermatofitosis

Budimulja U. Mikosis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed- 5. Jakarta: Penerbit FKUI; 2007.p.92-99

Dermatofitosis

Dermatofitosis: penyakit pada jaringan zat tanduk karena dermatofita.

Dapat ditemukan pada stratum korneum, rambut, dan kuku.

Terdapat 3 spesies dermatofita: Epidermophyton Microsporum Trichophyton

Budimulja U. Mikosis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed- 5. Jakarta: Penerbit FKUI; 2007.p.92-99

Patogenesis

3 tahap infeksi dermatofita: Adherensi Penetrasi Timbulnya respon host

Wolff K, et al. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Ed-7. Vol 1-2. New York: McGraw-Hill

Klasifikasi

Tinea kapitis Tinea barbe Tinea kruris Tinea pedis et manum Tinea unguium Tinea korporis

Tinea fasialis Tinea aksilaris Tinea imbrikata Tinea favosa Tinea akuarta Tinea inkognito

Budimulja U. Mikosis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed- 5. Jakarta: Penerbit FKUI; 2007.p.92-99

Tinea Korporis

Dermatofitosis pada daerah kulit tidak berambut (glab-rosa) selain telapak tangan, telapak kaki, dan skrotum

Sering pada anak Bentuk menahun disebabkan

Trychophyton rubrum Bentuk khusus: tinea fasialis,

tinea imbrikata

Temuan klinis: • Lesi bulat, lonjong,

berbatas tegas • Eritema, skuama • Vesikel dan papul • Lesi polisiklik

Wolff K, et al. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Ed-7. Vol 1-2. New York: McGraw-Hill

Tinea Fasialis

Dermatofitosis pada kulit tidak berambut pada wajah

Penampakan seringkali atipikal

Dapat ditularkan dari binatang peliharaan

Predileksi: pipi, hidung, periorbital, dagu, dan dahi

Temuan klinis: • Bercak eritematosa tunggal

atau multipel • Biasanya tidak ditemukan

struktur anular • Kadang serpiginosa

Szepietowski JC. Tinea Faciei. Medscape. 2012. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/1118316-overview

Tinea Pedis

Nama lain: athlete’s foot, kutu air Dermatofitosis pada kaki, teru-tama

sela- sela jari dan telapak kaki Pada tangan: tinea manus Terdapat 3 jenis:

Interdigitalis Moccasin foot Subakut

Faktor risiko: Sepatu tertutup, perawatan kaki buruk, kaki sering basah

Temuan klinis: • Gatal • Fisura dengan sisik

halus dan tipis • Maserasi • Papul, vesikel,

vesikopustul • koleret

Budimulja U. Mikosis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed- 5. Jakarta: Penerbit FKUI; 2007.p.92-99

Tinea Kapitis

Dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala

Lesi bersisik, kemerahan, alopesia

3 bentuk klinis: Grey patch ringworm Kerion Black dot ringworm

Tinea Kruris

Dermatofitosis pada daerah lipat paha, perineum, dan sekitar anus

Lesi berbatas tegas, tepi lesi lebih aktif

Efluorosensi polimorf, papulovesikel eritematosa

Kronik berupa bercak hitam dengan sedikit sisik

Budimulja U. Mikosis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed- 5. Jakarta: Penerbit FKUI; 2007.p.92-99 Wolff K, et al. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Ed-7. Vol 1-2. New York: McGraw-Hill

Tinea Unguium

Dermatofitosis pada kuku 3 bentuk klinis:

Subungual distal Subungual proksimal Leukonikia trikofita

Budimulja U. Mikosis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed- 5. Jakarta: Penerbit FKUI; 2007.p.92-99

Pemeriksaan Penunjang

Lampu wood Kerokan kulit, rambut, atau kuku

Dilakukan pada tepi kelainan sampai sedikit di luar menggunakan bagian tumpul skalpel

Untuk rambut, dicabut dengan pinset, kulit sekitar rambut dikerok

Kuku dipotong hingga mengenai seluruh tebal kuku Dilakukan pemeriksaan dengan KOH 10%, 20%, atau

30% Biakan dengan agar saboraud dengan AB

kloramfenikol Budimulja U. Mikosis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed- 5. Jakarta: Penerbit FKUI; 2007.p.92-99

Pengobatan

Lama pengobatan tergantung pada lokasi penyakit dan keadaan penderita

Griseofulvin 10-25 mg/kgBB dimakan bersama makanan berlemak

Ketokonazol 200 mg/hari selama 10 hari- 2 minggu

Itrakonazol 2 x 100- 200 mg/hari selama 3 hari Terbinafrin, bersifat fungisidal, 62, 5- 250 mg/hari Topikal: asam salisil 2-4%, sulfur, tolnafat, tolsiklat

TINJAUAN PUSTAKA

DERMATITIS SEBOROIK

Gejala Klinis

Kelainan umum: eritema dan papuloskuama, membentuk plakat

eritroskuamosa Tempat predileksi:

Alis dan nasolabial Scalp Retroaurikuler Sternal terutama daerah V Interskapula Aksila Umbilikus Genito-krural

Usia 2 minggu - 1 tahun. Tidak gatal. Daerah scalp krusta

dapat menebal dan menyerupai topi.

Meluas eritroderma, Disertai anemia, diare,

muntah, infeksi sekunder bakteri sindrom Leiner.

Kelainan kulit lebih kering.

Tempat predileksi: Daerah berambut

atau kepala. Gatal terutama bila

berkeringat atau udara panas.

BAYI & ANAK DEWASA

Sugito TL, Hakim L, Suseno LSU, Suriadiredja AS, Toruan TL, Alam TN. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perdoski. Jakarta: Perdoski; 2011.

Penatalaksanaan

Non-medikamentosa Hindari faktor pencetus dan faktor yang memperberat. Perbaiki pola hidup, terutama makanan berlemak/pedas, hidup

seimbang. Medikamentosa

Prinsipnya menghilangkan dan mengeluarkan skuama dan krusta, menghambat kolonisasi jamur, mengontrol infeksi sekunder, mengurangi eritema dan gatal.

Pilihan terapi: Antijamur

Topikal: Imidazol Oral: Ketokonazol, Itrakonazol, Terbinafin

Metrodinazol Topikal: Metrodinazol 1 – 2% (gel, krim) atau 0,75% (lotion) sebanyak 1 – 2

kali sehari..

Sugito TL, Hakim L, Suseno LSU, Suriadiredja AS, Toruan TL, Alam TN. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perdoski. Jakarta: Perdoski; 2011.

Penatalaksanaan

Inhibitor kalsineurin: Salap takrolimus atau krim pimekrolimus

Analog Vitamin D: Kalsipotriol (krim, lotion atau salap), takalsitol salap

Isotretinoin: Isotretinoin oral: 0,05 – 0,10 mg/kgBB/hari selama beberapa bulan.

Fototerapi: Narrow band UVB atau Psoralen dan UVA untuk yang luas

Konsultasi Ke psikolog atau psikiatri jika ada stress. Ke dokter anak atau IPD jika ada kelainan sistemik.

Sugito TL, Hakim L, Suseno LSU, Suriadiredja AS, Toruan TL, Alam TN. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perdoski. Jakarta: Perdoski; 2011.

TINJAUAN PUSTAKA

PSORIASIS

Definisi

Peradangan pada kulit yang bersifat kronik residitif, ditandai dengan plak eritematosa dengan skuama kasar di atasnya yang transparan, berlapis- lapis.

Terdapat fenomena tetesan lilin, Aispitz, dan Koebner.

Sugito TL, Hakim L, Suseno LSU, Suriadiredja AS, Toruan TL, Alam TN. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perdoski. Jakarta: Perdoski; 2011.

Paling umum terjadi. Bentuk:

Plak eritematosa berbatas tegas dengan skuama berwarna keperakan.

Daerah predileksi: Siku, lutut, kepala, celah

intergluteal, palmar, plantar, genitalia.

Onset mendadak sering paska infeksi

streptokokal pada saluran napas atas.

Bentuk: Menyerupai tetesan air,

plak berwarna merah muda dengan skuama.

Daerah predileksi: Badan dan ekstremitas.

Psoriasis Tipe Plak Psoriasis Guttata

Sugito TL, Hakim L, Suseno LSU, Suriadiredja AS, Toruan TL, Alam TN. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perdoski. Jakarta: Perdoski; 2011.

Bentuk: Pustul steril yang dapat

membentuk gabungan pustul + kumpulan pus.

Terdapat gejala sistemik Daerah predileksi:

Area tubuh dan ekstremitas.

Bentuk: Pustul yang dapat

terletak di atas plak. Daerah predileksi:

Palmar dan plantar.

Psoriasis Pustularis

Generalisata

Psoriasis Pustularis

Lokalisata

Sugito TL, Hakim L, Suseno LSU, Suriadiredja AS, Toruan TL, Alam TN. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perdoski. Jakarta: Perdoski; 2011.

Bersifat generalisata dan berat.

Bentuk: Eritema luas + skuama.

Fungsi perlindungan kulit hilang, rentan infeksi, temperatur tubuh tidak terkontrol, kehilangan cairan banyak, membahayakan jiwa.

Gejala sistemik berupa demam dan malaise.

Psoriasis Eritroderma

Sugito TL, Hakim L, Suseno LSU, Suriadiredja AS, Toruan TL, Alam TN. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perdoski. Jakarta: Perdoski; 2011.

Riwayat

Usia awitan: 16 – 22 tahun dan 57 – 60 tahun. Infeksi, terutama streptokokus dapat sebagai

pemicu. Obat, seperti litium, anti malaria, alkohol, dan

beta-blocker dapat sebagai pemicu.

Sugito TL, Hakim L, Suseno LSU, Suriadiredja AS, Toruan TL, Alam TN. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perdoski. Jakarta: Perdoski; 2011.

Penatalaksanaan

Edukasi Pasien Inti edukasi adalah meyakinkan pasien bahwa penyakit ini

banyak dijumpai dan dapat dikontrol dengan terapi yang baik namun tidak dapat disembuhkan.

Fototerapi / Fotokemoterapi Ultraviolet B (UVB) broadband (BB) Ultraviolet B (UVB) narrowband (NB) PUVA Soak / bath PUVA Laser 308-nm excimer

Sugito TL, Hakim L, Suseno LSU, Suriadiredja AS, Toruan TL, Alam TN. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perdoski. Jakarta: Perdoski; 2011.

Emollen Kortikosteroid Ditranol (Antralin) Keratolitik Retinoid Analog Vitamin D Tar

Metroteksat Siklosporin Retinoit Hidroksiurea Mikofenolat mofetil Sulfasalazin Alefacept Efalizumab

Terapi Topikal Terapi Sistemik

Sugito TL, Hakim L, Suseno LSU, Suriadiredja AS, Toruan TL, Alam TN. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perdoski. Jakarta: Perdoski; 2011.

TINJAUAN PUSTAKA

PITIRIASIS ROSEA

Gejala Klinis

Muncul lesi pertama (herald patch) pada 50 – 90% kasus. Bentuk: oval / bulat dengan warna salmon / eritematosa atau

hiperpigmentasi, berdiameter 2 – 4 cm, berbatas tegas , dengan skuama halus di bagian dalam tepi perifer plak.

Lokasi: bagian badan yang tertutup baju, leher, wajah, penis. Lesi sekunder muncul pada 2 minggu setelah plak primer.

Erupsi simetris terutama pada badan, leher, dan ekstremitas proksimal.

2 tipe utama: Plak kecil menyerupai plak primer, sejajar dengan aksis panjang lines

of cleavage dengan pola distribusi menyerupai bentuk pohon cemara. Papul kecil yang biasanya berwarna kemerahan, tanpa skuama.

Sugito TL, Hakim L, Suseno LSU, Suriadiredja AS, Toruan TL, Alam TN. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perdoski. Jakarta: Perdoski; 2011.

Penatalaksanaan

Kausatif tidak ada penyakit swasirna.

Pruritus kortikosteroid topikal potensi sedang.

Fototerapi efektif efek samping berupa

hiperpigmentasi pasca inflamasi.

Sugito TL, Hakim L, Suseno LSU, Suriadiredja AS, Toruan TL, Alam TN. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perdoski. Jakarta: Perdoski; 2011.

• Bercak merah yang gatal di pipi kiri dan leher kanan

• Semakin membesar • Riwayat pengobatan

sebelumnya • Lingkungan kerja

pengap dan panas hingga berkeringat1,2

• Eritema dan gatal • Glabrous skin1

Dermatomikosis (Tinea Fasialis)

• Eritema, tidak gatal, skuama berminyak

• Daerah seboroik2

Dermatitis seboroik

• Kronik • Sclap, ekstensor,

lumbosakral2

Psoriasis

• Herald patch, gatal ringan

• Sediaan KOH (-)2

Pitiriasis rosea

1. Budimulja U. Mikosis. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit FKUI; 2007. 2. Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit FKUI; 2007.

• Status generalis dalam batas normal • Status dermatologis:

• Lesi pada regio fasialis sinistra tidak khas untuk tinea kecurigaan pengaruh pengobatan sebelumnya (tinea incognito) • Kortikosteroid topikal yang poten dan tidak tepat

• Lesi regio colli dekstra lebih khas dengan tampilan central healing (tepi lesi lebih aktif)

Regio colli dekstra

Tinea tipikal1

Pada pasien

Regio fasialis sinistra

Tinea inkognito

Pada pasien 1. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine

Volume Two [ebook]. 7th ed.

Tinea fasialis, sering tidak

khas

Kesalahan diagnosis

Pemberian KsT tidak

tepat

Tinea inkognito,

pertumbuhan jamur

ekstensif

Pemeriksaan

penunjang

sediaan langsung

(KOH)

1. DermNetz NZ. Tinea incognito [internet]. DermNetz NZ. 2012 [cited 2013 May 4]. Available on: http://dermnetnz.org/fungal/tinea-incognito.html

• Dermatitis dan dermatomikosis superfisialis (dermatofitosis) keduanya muncul ruam kemerahan dan gatal • Dermatitis: gejala subjektif gatal + ruam polimorfik • Tinea korporis/fasialis: tepi lesi lebih aktif

• Kortikosteroid topikal (KsT) responsif pada dermatitis, namun kontraindikasi pada infeksi • Tinea seakan-akan responsif, setelah dihentikan akan

timbul peradangan lebih hebat yang memicu penggunaan KsT oleh pasien

1. DermNetz NZ. Tinea incognito [internet]. DermNetz NZ. 2012 [cited 2013 May 4]. Available on: http://dermnetnz.org/fungal/tinea-incognito.html

• Perubahan status dermatologis pada tinea inkognito: • Tepi lesi tidak terlalu

meninggi • Skuama lebih sedikit • Dapat pustular • Lebih ekstensif dan

iritabel • Efek samping dari KsT1

• Pada pasien • ada riwayat pengobatan

sebelumnya dan tidak membaik: • dapat pula karena edukasi

dan pengobatan tidak adekuat

• Beberapa lesi yang tidak khas tinea pada regio fasialis kiri,

1. DermNetz NZ. Tinea incognito [internet]. DermNetz NZ. 2012 [cited 2013 May 4]. Available on: http://dermnetnz.org/fungal/tinea-incognito.html

• Faktor risiko • Lingkungan panas dan lembab (pengap) lingkungan

yang sesuai untuk tumbuhnya jamur1

• Higiene personal kebiasaan mencuci muka dan leher serta membersihkan wajah ketika kotor

• Hasil sediaan langsung dengan KOH 20%: • Hifa panjang dan spora positif • Artospora terutama pada lesi lama atau sudah diobati1

1. Budimulja U. Mikosis. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit FKUI; 2007.

Tinea fasialis

Gejala

Perjalanan penyakit dan

riw.pengobatan

Faktor risiko

Status dermatologis

Pemeriksaan KOH 20%

• Nonfarmakologis • Menjaga higiene kulit: cuci muka dan daerah leher, mandi dengan

sabun sulfur, membersihkan wajah bila berkeringat • Mencegah penularan melalui alat pribadi • Menghentikan obat sebelumnya

• Farmakologis • Prinsip terapi sama dengan tinea pada umumnya • Sistemik:

• Pilihan utama: griseofulvin 10-25 mg/kg BB/hari • Derivat azol: ketokonazol 1 x 200 mg selama 2 minggu • Efek samping ketokonazol: tanya riwayat sakit kuning, pemeriksaan

fisik, uji fungsi hati (SGOT/SGPT) • Keluhan gatal: cetirizin 1 x 10 mg, tidak sedatif

• Topikal • Pilihan utama: gol.alilamin • Derivat azol: mikonazol 2% dua kali sehari seusai mandi selama 2-4

minggu1,2

1. Budimulja U. Mikosis. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit FKUI; 2007. 2. Sugito TL, Hakim L, Suseno LSU, Suriadiredja AS, Toruan TL, Alam TN. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit

dan Kelamin. Perdoski. Jakarta: Perdoski; 2011.

• Ad vitam: bonam • Ad sanationam: bonam

• Dengan edukasi adekuat mengenai pencegahan dan penularan kembali • Ad fungsionam: bonam

Daftar Pustaka

1. Budimulja U. Mikosis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit FKUI; 2007. p.92-9.

2. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine Volume Two [ebook]. 7th ed. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.

3. Szepietowski JC. Tinea Faciei [internet]. Medscape. Date published unknown [Last updated: 2012; cited: 2013 May 3]. Available on: http://emedicine.medscape.com/article/1118316-overview.

4. Sugito TL, Hakim L, Suseno LSU, Suriadiredja AS, Toruan TL, Alam TN. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perdoski. Jakarta: Perdoski; 2011.

5. Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit FKUI; 2007. p.189-203.

6. DermNetz NZ. Tinea incognito [internet]. DermNetz NZ. 2012 [cited 2013 May 4]. Available on: http://dermnetnz.org/fungal/tinea-incognito.html