4
I Gede Wardana Putra (1404205077) 1) , Widiastuti 2) , dan Ida Bagus Gde Primayatna 3) Pengolahan Sampah Terpadu di TPA Suwung, Bali 233 WISATA EDUKASI DINOSAURUS DI BANGLI, BALI Penerapan Konsep Zoning I Gede Wardana Putra 1) , Widiastuti 2) , dan Ida Bagus Gde Primayatna 3) 1) Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana [email protected] 2) Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana [email protected] 3) Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana [email protected] ABSTRACT Dinosaur was an ancient animal which belonged to the Dinosaurian group. It appeared 230 years ago and was a dominant animal living on earth for 135 years before it finally got extinct. It cannot be separated from the development of the animal s which used to be dominant on earth before it finally became extinct; therefore, it is interesting to be learned by people of all ages. Its visual form and physical body can be used as a new recreational and tourist attraction. Based on the educa- tional and recreational activities related to the dinosaur, the Dinosaur Educational Tour is designed. The Dinosaur Educa- tional Tour is a tour which is intended to give the knowledge of what the dinosaur looked like in detail and includes educa- tional facilities. It is designed in such a way that the participants will look as if they were in the era when the dinosaur lived. The site is made to be located on Windu Sara Street, Kintamani District, Bangli Regency. The situation is made in such a way that Mount Batur, Geopark and Lake Batur form the view, causing the zoning concept to be made to include the whole view. The zoning concept is also used to place the main and supporting facilities in such a way that all the activities can be done optimally. Keywords: Dinosaurs, Education Tour, Zoning Concept. ABSTRAK Dinosaurus adalah hewan purbakala dari klas Dinosauria yang pertama kali muncul sekitar 230 juta tahun yang lalu dan makhluk hidup dominan di bumi selama 135 juta tahun hingga akhirnya punah. Dinosaurus bagian sejarah dunia tentang perkembangan makhluk hidup yang pernah dominan di bumi hingga akhirnya punah sehingga menarik dipelajari oleh semua usia. Bentuk visual dan ukuran tubuh dinosaurus yang beragam dapat digunakan sebagai wahana rekreasi serta destinasi wisata baru. Berdasarkan aktivitas edukasi dan rekreasi dinosaurus maka dirancang Wisata Edukasi Dinosaurus. Wisata Edukasi Dinosaurus adalah perjalanan wisata yang memberikan gambaran, studi perbandingan ataupun pengetahuan mengenai dinosaurus secara detail dan dilengkapi wahana rekreasi. Lingkungan fasilitas edukasi dan rekreasi dinosaurus akan dirancang menyerupai zaman dinosaurus, sehingga tapak dipilih berada di Jalan Windu Sara, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Kondisi tapak memiliki view Gunung Batur, Geopark dan Danau Batur sehingga diperlukan konsep zoning untuk memanfaatkan view secara optimal. Konsep zoning juga digunakan untuk menempatkan fasilitas utama, fasilitas penunjang dan fasilitas pelengkap sesuai dengan aktivitas serta hubungan masing-masing aktivitas sehingga seluruh aktivitas dapat dilakukan secara optimal. Kata Kunci: Dinosaurus, Wisata Edukasi, Konsep Zoning. PENDAHULUAN Perkembangan zaman yang semakin maju memudahkan manusia untuk mengakses berbagai informasi di dunia, salah satunya mengenai dinosaurus. Dinosaurus sudah banyak dikenal melalui berbagai media seperti film, buku, majalah, aksesoris serta mainan anak-anak yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar. Walaupun dinosaurus sudah banyak dikenal melalui berbagai media dan produk, masih banyak orang yang belum mengetahui dinosaurus dengan benar dan spesifik bahkan terkadang salah informasi sehingga perlu fasilitas edukasi yang membahas segala informasi dan pengetahuan mengenai dinosaurus. Mempelajari di- nosaurus dapat memberikan pengetahuan mengenai makhluk hidup yang pernah hidup dominan di dunia hingga akhirnya punah sebelum manusia hidup. Dinosaurus dapat dipelajari dari berbagai usia serta memiliki

WISATA EDUKASI DINOSAURUS DI BANGLI, BALI Penerapan … · Zoning dapat dibagi menjadi be- berapa zona yaitu, zona utama, zona penunjang, dan zona pelengkap yang nantinya dibagi berdasarkan

Embed Size (px)

Citation preview

I Gede Wardana Putra (1404205077)1), Widiastuti2), dan Ida Bagus Gde Primayatna3)–Pengolahan Sampah Terpadu di

TPA Suwung, Bali 233

WISATA EDUKASI DINOSAURUS DI BANGLI, BALI

Penerapan Konsep Zoning

I Gede Wardana Putra1), Widiastuti2), dan Ida Bagus Gde Primayatna3)

1)Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana

[email protected] 2)Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana

[email protected] 3)Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana

[email protected]

ABSTRACT

Dinosaur was an ancient animal which belonged to the Dinosaurian group. It appeared 230 years ago and was a

dominant animal living on earth for 135 years before it finally got extinct. It cannot be separated from the development of

the animal s which used to be dominant on earth before it finally became extinct; therefore, it is interesting to be learned

by people of all ages. Its visual form and physical body can be used as a new recreational and tourist attraction. Based

on the educa- tional and recreational activities related to the dinosaur, the Dinosaur Educational Tour is designed. The

Dinosaur Educa- tional Tour is a tour which is intended to give the knowledge of what the dinosaur looked like in detail

and includes educa- tional facilities. It is designed in such a way that the participants will look as if they were in the era

when the dinosaur lived. The site is made to be located on Windu Sara Street, Kintamani District, Bangli Regency. The

situation is made in such a way that Mount Batur, Geopark and Lake Batur form the view, causing the zoning concept to

be made to include the whole view. The zoning concept is also used to place the main and supporting facilities in such a

way that all the activities can be done optimally.

Keywords: Dinosaurs, Education Tour, Zoning Concept.

ABSTRAK

Dinosaurus adalah hewan purbakala dari klas Dinosauria yang pertama kali muncul sekitar 230 juta tahun

yang lalu dan makhluk hidup dominan di bumi selama 135 juta tahun hingga akhirnya punah. Dinosaurus

bagian sejarah dunia tentang perkembangan makhluk hidup yang pernah dominan di bumi hingga akhirnya

punah sehingga menarik dipelajari oleh semua usia. Bentuk visual dan ukuran tubuh dinosaurus yang

beragam dapat digunakan sebagai wahana rekreasi serta destinasi wisata baru. Berdasarkan aktivitas edukasi

dan rekreasi dinosaurus maka dirancang Wisata Edukasi Dinosaurus. Wisata Edukasi Dinosaurus adalah

perjalanan wisata yang memberikan gambaran, studi perbandingan ataupun pengetahuan mengenai

dinosaurus secara detail dan dilengkapi wahana rekreasi. Lingkungan fasilitas edukasi dan rekreasi

dinosaurus akan dirancang menyerupai zaman dinosaurus, sehingga tapak dipilih berada di Jalan Windu Sara,

Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Kondisi tapak memiliki view Gunung Batur, Geopark dan Danau

Batur sehingga diperlukan konsep zoning untuk memanfaatkan view secara optimal. Konsep zoning juga

digunakan untuk menempatkan fasilitas utama, fasilitas penunjang dan fasilitas pelengkap sesuai dengan

aktivitas serta hubungan masing-masing aktivitas sehingga seluruh aktivitas dapat dilakukan secara optimal.

Kata Kunci: Dinosaurus, Wisata Edukasi, Konsep Zoning.

PENDAHULUAN Perkembangan zaman yang semakin maju memudahkan manusia untuk mengakses berbagai informasi di dunia, salah satunya mengenai dinosaurus. Dinosaurus sudah banyak dikenal melalui berbagai media seperti film, buku, majalah, aksesoris serta mainan anak-anak yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar. Walaupun dinosaurus sudah banyak dikenal melalui berbagai media dan produk, masih banyak orang yang belum mengetahui dinosaurus dengan benar dan spesifik bahkan terkadang salah informasi sehingga perlu fasilitas edukasi yang membahas segala informasi dan pengetahuan mengenai dinosaurus. Mempelajari di- nosaurus dapat memberikan pengetahuan mengenai makhluk hidup yang pernah hidup dominan di dunia hingga akhirnya punah sebelum manusia hidup. Dinosaurus dapat dipelajari dari berbagai usia serta memiliki

234 e-Jurnal Arsitektur Universitas Udayana-Volume (7) Nomor (1) Edisi Januari 2019-ISSN No. 9 772338 505117

ukuran dan bentuk menarik. Fasilitas edukasi saja tentunya kurang menarik minat pengunjung khususnya anak-anak sehingga perlu ditambahkan fasilitas wisata berupa rekreasi yang dilengkapi wahana bermain.

Untuk mewadahi kegiatan edukasi dan rekreasi mengenai dinosaurus maka dirancang Wisata Edukasi Dino- saurus. Wisata Edukasi Dinosaurus akan dirancang menyerupai keadaan alam pada zaman dinosaurus hidup yang lingkungannya didominasi hutan, pegunungan, danau dan gunung api. Menyesuaikan dengan kebutuhan lingkungan tersebut maka lokasi tapak yang dipilih berada di Jalan Windu Sara, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Lingkungan sekitar tapak didominasi lahan hijau serta terdapat akses jalan windu sara pada arah utara, timur dan barat tapak serta arah selatan tapak berupa lahan kosong. Arah utara dan timur terdapat view Gunung Batur, Geopark dan Danau Batur. Arah barah dan selatan terdapat view pegunungan. Kondisi tapak bertransis dengan titik tertinggi tapak berada di arah barat menurun ke arah timur.

Wisata Edukasi Dinosaurus terdiri fasilitas utama, fasilitas penunjang dan fasilitas pelengkap. Fasilitas utama berupa edukasi dan rekreasi. Fasilitas edukasi terdiri dari ruang edukasi dan ruang edukasi outdoor. Ruang edukasi dilengkapi area fosil dinosaurus, area organ tubuh dinosaurus, area galeri dan area edukasi melalui media layar. Area edukasi outdoor menampilkan alat peraga berupa robot atrimatonik dinosaurus yang dapat bergerak otomatis dan dilengkapi ruang edukasi outdoor di setiap jenis robot dinosaurus yang ditampilkan. Ruang edukasi outdoor dilengkapi area galeri dan edukasi melalui media layar yang membahas jenis robot dinosaurus secara detail. Terdapat dua puluh jenis dinosaurus yang ditampilkan, yaitu : Allosaurus, Ankylo- saurus, Brachiosaurus, Coelophysis, Citipati, Edmontosaurus, Eoraptor, Huayangosaurus, Irritator, Monolo- phosaurus, Pachycephalosaurus, Pentaceratops, Plateosaurus, Sinraptor, Spinosaurus, Stegosaurus, The- codontosaurus, Triceratops, Tyrannosaurus Rex, dan Velociraptor. Fasilitas rekreasi terdiri dari ruang rekreasi, ruang bermain anak, ruang audio visual, dan ruang motorized dinosaurs. Fasilitas penunjang terdiri dari restoran, lobby dan parkir. Fasilitas pelengkap berupa ruang pengelola, ruang service dan ruang MEP.

KONSEP ZONING

Konsep zoning adalah pembagian kawasan ke dalam beberapa zona sesuai dengan fungsi dan karakteristik semula atau diarahkan bagi pengembangan fungsi-fungsi lain (Zubir, 2000). Zoning dapat dibagi menjadi be- berapa zona yaitu, zona utama, zona penunjang, dan zona pelengkap yang nantinya dibagi berdasarkan fungsi-fungsi bangunannya (Widajanti, 2002). Setiap zona memiliki keterkaitan sehingga dapat saling melengkapi aktivitas yang ada pada setiap zona. Menurut Bromberek (2009), penataan zoning berfungsi untuk mengontrol tangka kebisingan yang ada di dalam tapak yang nantinya disesuaikan dengan kebutuhan ruang. Bangunan-bangunan pada tapak dapat dibagi menjadi tiga zona berdasarkan fungsi bangunan dan pola ak- tifitas pengguna bangunan, yaitu zona publik, zona semi-publik dan zona privat. Masing-masing zona memiliki tingkat privasi sesuai dengan civitas dan aktivitas di dalamnya. Zoning juga dapat dipengaruhi oleh kondisi tapak. Menurut Lawson (1995), dalam menciptakan suatu citra wisata yang menarik adalah dengan me- manfaatkan sumber daya alam dan kekhasan sesuatu tempat sebaik mungkin. Sehingga dalam pendekatan lansekap, potensi, faktor tanah, kualitas pemandangan dan kondisi alam sangat berpengaruh dalam menen- tukan analisa zoning. Area terbaik pada tapak dapat dimanfaatkan sebagai area untuk fasilitas utama se- dangkan area terburuk pada tapak dapat digunakan untuk fasilitas pelengkap.

Kondisi tapak yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan zoning yaitu; (1) Lokasi berupa peta kota, peta

kecamatan, peta lingkungan sekitar yang memperlihatkan lokasi tapak yang berhubungan dengan peta terse-

but serta dapat memperlihatkan jarak dan waktu tempuh menuju lokasi; (2) Tautan lingkungan yang meng-

gambarkan lingkungan disekitar tapak dan kondisi-kondisinya yang mungkin menimbulkan suatu dampak

pada rancangan; (3) Ukuran dan tata wilayah yaitu ukuran tapak, batas-batas tapak, lokasi dan dimensi jalan,

garis sempadan, dan batas ketinggian; (4) Keistimewaan fisik alamiah meliputi kontur, kondisi tapak dan

ketinggian tapak, pola-pola drainase, tipe tanah, pepohonan, batu-batuan, sungai, lembah, dan danau; (5)

Keistimewaan fisik buatan meliputi bangunan, lampu, dan jalan; (6) Iklim meliputi arah angin, cuaca lintasan

matahari, kelembaban (White, 1985).

PENERAPAN KONSEP ZONING

Penerapan konsep zoning pada rancangan disesuaikan dengan aktivitas dan civitas pada setiap fasilitas. Fasilitas pada rancangan dibagi menjadi fasilitas utama, fasilitas penunjang dan fasilitas pelengkap. Fasilitas utama berupa ruang edukasi, ruang edukasi outdoor dan ruang rekreasi yang membutuhkan view untuk memperkuat suasana dinosaurus. Fasilitas utama nantinya hanya dapat diakses oleh pengunjung yang memiliki tiket sehingga membutuhkan sedikit privasi namun tidak membutuhkan ketenangan sehingga akan bersifat semi publik. Fasilitas penunjang terdiri dari restoran, lobby dan parkir yang tidak terlalu membutuhkan view. Fasilitas penunjang nantinya dapat diakses oleh semua orang serta tidak membutuhkan ketenangan sehingga akan bersifat publik. Fasilitas pelengkap berupa ruang pengelola, ruang service dan ruang MEP

I Gede Wardana Putra (1404205077)1), Widiastuti2), dan Ida Bagus Gde Primayatna3)–Pengolahan Sampah Terpadu di

TPA Suwung, Bali 235

Fasilitas pelengkap tidak membutuhkan view dan membutuhkan privasi yang hanya diakses oleh pengelola sehingga bersifat privat. Kebutuhan masing-masing fasilitas akan disesuaikan dengan keadaan tapak se- hingga didapatkan zoning yang tepat sesuai kebutuhan. Tapak berbentuk trapesium dengan luas 15000 m2. Batas tapak pada arah timur laut, barat laut dan barat daya berupa jalan windu sara, sedangkan arah tenggara berbatasan dengan lahan kosong. Sempadan pada arah tenggara sebesar 2.00 m karena berbatasan dengan lahan kosong, sementara arah timur laut, barat laut dan barat daya tapak yang berbatasan dengan Jalan Windu Sara memiliki sempadan sebesar 7.50 m. Luas tapak setelah dikurangi sempadan yaitu 14975 m2. Fasilitas pada rancangan didominasi dengan fasilitas outdoor sehingga koefisien dasar bangunan yang digunakan sebesar 10% sehingga pemanfaatan ruang luar lebih optimal. Akses menuju tapak dapat dicapai melalui Jalan Windu Sara dengan lebar 5.00 m serta memiliki 2 arah sehingga memadai untuk dilalui ken- daraan. Belum terdapat pedestrian sepanjang jalan Windu Sara. Tapak beriklim tropis dengan angin musim yang terdapat dua musim yaitu musim kemarau dengan angin timur (Juni-Desember) dan musim hujan dengan angin barat (September-Maret). Suhu rata-rata 150C – 300C dengan suhu tahunan 240C. Curah hujan 2.500-3.000 mm ke arah selatan. Lahan sekitar tapak masih kosong sehingga pencahayaan dan penghawaan alami optimal. View menarik pada arah barat, utara dan timur tapak yaitu view Gunung Batur, Geopark Batur, Gunung Abang dan Danau Batur. View pada arah selatan kurang menarik berupa view jalan raya. Tingkat kebisingan pada arah timur laut, barat laut dan barat daya tapak tingkat kebisingan tinggi yang berasal dari kebisingan kendaraan yang lewat pada jalan utama. Arah tenggara tapak memiliki tingkat kebisingan rendah karena berupa lahan kosong dengan banyak vegetasi yang meminimalisir kebisingan. Titik tertinggi tapak terletak di area barat daya menurun ke arah timur laut tapak. Area terendah akan digunakan sebagai parkir untuk memudahkan akses sehingga entrance berada di arah timur laut tapak. Dilihat dari kondisi lingkungan tapak maka dapat ditentukan zoning pada tapak dibagi menjadi 3 zona, yaitu; (1) Zona publik; (2) Zona semi publik; (3) Zona privat. Penerapan konsep zoning berdasarkan kondisi tapak dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Penerapan konsep zoning berdasarkan kondisi tapak

Zoning tapak kemudian disesuaikan dengan fungsi masing-masing fasilitas dengan mepertimbangkan kebutuhan ruang dan aktivitasnya. Pembagian fungsi fasilitas yang terdiri dari fasilitas utama, fasilitas penunjang dan fasilitas pelengkap. Fasilitas utama membutuhkan view dan tidak membutuhkan ketenangan serta memiliki privasi yang ahanya dapat diakses oleh pengunjung yang memiliki tiket serta pengelola sehingga fasilitas utama akan berada pada zona semi publik. Fasilitas penunjang membutuhkan sedikit view dan tidak membutuhkan privasi sehingga akan berada pada area publik. Fasilitas pelengkap tidak membutuhkan view serta membutuhkan privasi sehingga akan berada pada zona privat. Penerapan konsep zoning berdasarkan fungsi dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Penerapan konsep zoning berdasarkan fungsi

236 e-Jurnal Arsitektur Universitas Udayana-Volume (7) Nomor (1) Edisi Januari 2019-ISSN No. 9 772338 505117

Penempatan fasilitas yang masih global kemudian dilanjukan dengan penempatan bangunan secara detail pada masing-masing area yang telah ditentukan pada tapak. Pemilihan pola massa cluster digunakan karena kondisi tapak yang luas sehingga penyebaran bangunan dapat merata. Bangunan nantinya dikelompokkan pada area yang telah disesuaikan dengan kondisi tapak dan fungsinya sehingga dapat memenuhi kebutuhan masing-masing ruang serta masing-masing fasilitas dapat saling berintegrasi. Penempatan bangunan dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3. Penempatan Bangunan

SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penjabaran di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep zoning pada rancangan Wisata Edukasi Dinosaurus di Bangli sangat penting dalam menentukan letak masing-masing fasilitas menurut fungsi serta tuntutan ruangnya. Letak fasilitas yang tepat dapat mendukung aktivitas yang ada di dalamnya secara optimal khususnya akses dari satu fasilitas ke fasilitas lainnya. Zoning juga dipengaruhi oleh kondisi tapak maupun kondisi sekitar tapak. Kondisi tapak disesuaikan dengan kebutuhan fasilitas sehingga pemanfaatan tapak dapat optimal serta kelengkapan fasilitas dapat terpenuhi. Oleh sebab itu diperlukan sebuah perencanaan zoning yang tepat agar seluruh kegiatan yang diwadahinya dapat berjalan dengan baik serta tuntutan ruang terpenuhi.

DAFTAR PUSTAKA Bromberek, Zbigniew. 2009. Eco-Resorts: Planning and Design for the Tropic. UK: Architectural Press. Lawson, Fred. 1995. Hotels & Resorts Planning Design and Refurbishment. London: Bath Press, Avon. Putra, I Gede Wardana. 2018. Wisata Edukasi Dinosaurus di Bangli. Seminar Tugas Akhir. Program Studi

Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. Badung. Putra, I Gede Wardana. 2018. Wisata Edukasi Dinosaurus di Bangli. Studio Tugas Akhir. Program Studi

Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana. Badung. White, Edward T. 1985. Analisa Tapak. Bandung: Intermarta. Widajanti, Andjar. 2002. Modul: Perancangan Tapak, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan

Universitas Mercu Buana. Jakarta. Zubir, Ismail. 2000. Zoning Regulation: Instrimen yang Diperlukan Dalam Rangka Reformasi Penataan Ruang,

BKPRN. Jakarta.