73
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu sarana penunjang pelaksanaan pembangunan untuk mendorong pertumbuhan yang pesat di segala bidang termasuk pertumbuhan sektor industri. Keberadaan industri yang berkembang pesat di Indonesia ini menuntut tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, siap pakai di segala bidang dan dapat berperan aktif dalam pembangunan guna memenuhi kebutuhan tersebut. Selaras dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dan seiring dengan perkembangan serta kemajuan di bidang industri terutama dalam bidang permesinan, berbagai alat diciptakan untuk mempermudah dan menambah kenyamanan manusia dalam mencukupi kebutuhannya. Motor bakar merupakan jenis motor yang paling banyak digunakan pada saat ini, ada yang jenis konvensional dan ada pula yang sudah memiliki teknologi yang lebih canggih. Namun selain banyak membantu, penggunaan jenis 1 FIKRI ERIANTO

Laporan Praktikum Prestasi Mesin Sudah Dibagi Lagi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Praktikum prestasi mesin

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu sarana penunjang pelaksanaan pembangunan untuk mendorong pertumbuhan yang pesat di segala bidang termasuk pertumbuhan sektor industri. Keberadaan industri yang berkembang pesat di Indonesia ini menuntut tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, siap pakai di segala bidang dan dapat berperan aktif dalam pembangunan guna memenuhi kebutuhan tersebut. Selaras dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dan seiring dengan perkembangan serta kemajuan di bidang industri terutama dalam bidang permesinan, berbagai alat diciptakan untuk mempermudah dan menambah kenyamanan manusia dalam mencukupi kebutuhannya.

Motor bakar merupakan jenis motor yang paling banyak digunakan pada saat ini, ada yang jenis konvensional dan ada pula yang sudah memiliki teknologi yang lebih canggih. Namun selain banyak membantu, penggunaan jenis motor bakar ini juga menimbulkan beberapa permasalahan yang harus diatasi, masalah-masalah tersebut antara lain dengan penggunaan motor bakar tentunya akan dapat menimbulkan polusi dari emisi gas buangnya. Hal diatas sangat menuntut manusia untuk berfikir dan mempelajari tentang motor bakar itu sendiri, sehingga dalam penggunaanya dapat lebih efektif dan efisien. Pembelajaran dan inovasi dari motor bakar ini sudah banyak dilakukan saat ini untuk meningkatkan kinerja maupun efisiensinya. Pembelajaran secara teori telah dilakukan di berbagai universitas khususnya jurusan teknik mesin yang memegang peranan penting dalam hal ini. Selain pembelajaran secara teori tentunya untuk lebih mendalami dan mengusai tentang motor bakar ini, maka perlu dilakukan pengujian mengenai motor bakar itu sendiri. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian prestasi mesin yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan atau ketahanan maksimal dari kinerja suatu mesin yang diuji tersebut.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan percobaan ini adalah untuk menguji motor bensin, dalam bentuk genset, yang meliputi:

1. Mengetahui konsumsi bahan bakar sebagai fungsi daya output.

2. Mengetahui konsumsi bahan bakar spesifik sebagai fungsi daya output.

Mengetahui efisiensi sebagai fungsi daya output.

1.3 Manfaat Praktikum

Adapun manfaat dari praktikum prestasi mesin yaitu sebagai berikut:

1. Mahasiswa mampu mengoperasikan dan menganalisa kemampuan dari kinerja motor bakar, baik motor bakar jenis bensin maupun diesel.

2. Memberi bekal kepada mahasiswa mengenai pengujian prestasi mesin sehingga mampu menerapkannya di dunia industri.

5

FIKRI ERIANTO

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Motor Bensin

2.1.1 Landasan Teori

Motor bensin adalah jenis mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) yang menggunakan penyalaan busi (spark plug) pada proses pembakarannya, dan dirancang untuk menggunakan bahan bakar bensin atau sejenisnya.

Pada mesin bensin, langkah awal proses pembakaran dimulai ketika udara dan bahan bakar dicampur sebelum masuk ke ruang bakar, namun seiring perkembangan teknologi mesin bensin modern mengaplikasikan injeksi bahan bakar langsung ke silinder ruang bakar termasuk mesin bensin 2 tak untuk mendapatkan emisi gas buang yang ramah lingkungan. Pencampuran udara dan bahan bakar dilakukan oleh karburator atau sistem injeksi, keduanya mengalami perkembangan dari sistem manual sampai dengan penambahan sensor-sensor elektronik. Sistem Injeksi Bahan bakar di motor otto terjadi di luar silinder, tujuannya untuk mencampur udara dengan bahan bakar seproporsional mungkin. Hal ini dsebut EFI (Electronic Fuel Injection).

Pada motor bensin sebelum terjadinya proses pembakaran, suhu gas dalam silinder tidak boleh terlalu tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya detonasi dan pembakaran sendiri (self ignition). Oleh sebab itu maka perbandingan kompresi pada mesin bensin dibatasi dan biasanya sampai dibawah 10.

A. Motor Bensin 2 Langkah

Motor bensin 2 langkah adalah motor bensin yang setiap siklus kerjanya terjadi dalam 2 langkah torak (piston) atau 1 kali putaran poros engkol (crank shaft).

Gambar 2.1. Bagian-bagian mesin bensin 2 langkah

Sumber: http://qtussama.files.wordpress.com/2012/01/mesin-2-tak.jpg

Prinsip kerja motor bensin 2 langkah pada dasarnya yaitu melakukan dua langkah pada satu kali putaran poros engkol, langkah pertama yaitu isap dan kompresi, sedangkan langkah yang kedua adalah pembakaran dan buang.

Langkah awal proses pembakaran dimulai saat torak bergerak dari TMB (Titik Mati Bawah) ke TMA (Titik Mati Atas), saluran masuk terbuka dan campuran bensin dan udara masuk ke ruang engkol. Sementara itu di atas torak terjadi langkah kompresi sehingga menghasilkan suhu dan tekanan yang tinggi dan mengakibatkan torak terdorong ke TMB. Pada saat torak menuju TMB, torak menutup saluran masuk dan memperkecil ruang engkol. Hal ini mengakibatkan campuran bensin dan udara bergerak ke atas torak melalui saluran bilas. Pada saat torak sampai TMB, saluran bilas dan saluran buang terbuka sehingga campuran bensin dan udara dari ruang engkol masuk ke ruang bakar.

Gambar 2.2. Prinsip kerja mesin bensin 2 langkah

Sumber:http://smknews.net/wpcontent/uploads/2013/07/2tak.jpg

Keunggulan mesin 2 langkah diantaranya yaitu konstruksi mesin yang lebih sederhana menjadikan biaya pembuatannya lebih murah. Ukuran langkah torak dan kecepatan yang sama mampu menghasilkan daya lebih besar. Selain itu rasio berat terhadap tenaga (power to weight ratio) mesin dua tak lebih baik dibandingkan mesin empat tak. Namun, selain keunggulan tersebut mesin 2 langkah juga memiliki beberapa kekurangan, diantaranya pembuangan gas yang kurang sempurna mengakibatkan tingkat efisiensi yang rendah dan kesulitan untuk mempertinggi kecepatan.

B. Mesin Bensin 4 Langkah

Motor Bensin 4 Langkah adalah motor bensin yang setiap siklus kerjanya dalam 4 langkah torak atau 2 kali putaran poros

Gambar 2.3. Bagian-bagian mesin 4 langkah

Sumber: http://4.bp.blogspot.com/Cara+Kerja+Mesin+4+Tak.jpg

Langkah proses pembakaran pada mesin 4 langkah pada dasarnya serupa dengan langkah pada mesin 2 langkah, akan tetapi pada mesin 4 langkah setiap satu gerakan piston menghasilkan satu langkah proses.

Gambar 2.4. Prinsip kerja mesin bensin 4 langkah

Sumber: http://smknews.net/wp-content/uploads/2013/07/siklus-4tak.jpg

1. Langkah isap

Piston bergerak dari TMA ke TMB, posisi katup masuk terbuka dan katup keluar tertutup, mengakibatkan campuran udara dan bahan bakar terhisap masuk ke dalam ruang bakar.

2. Langkah kompresi

Piston bergerak dari TMB ke TMA, posisi katup masuk dan keluar tertutup, mengakibatkan udara atau gas dalam ruang bakar terkompresi. Beberapa saat sebelum piston sampai pada posisi TMA, waktu penyalaan (timing ignition) terjadi setelah adanya percikan bunga api oleh busi

3. Langkah usaha

Gas yang terbakar dalam ruang bakar akan meningkatkan tekanan dalam ruang bakar, mengakibatkan piston terdorong dari TMA ke TMB. Langkah ini adalah proses yang akan menghasilkan tenaga.

4. Langkah buang

Piston bergerak dari TMB ke TMA, posisi katup masuk tertutup dan katup keluar terbuka, mendorong sisa gas pembakaran menuju ke katup keluar yang sedang terbuka untuk diteruskan ke saluran pembuangan (exhaust)

Pembuangan gas yang lebih sempurna membuat pemakaian bahan bakar lebih hemat dan kerugian dari gas-gas yang terbuang kecil sekali. Namun di samping itu konstruksi mesin yang lebih rumit menjadikan biaya pembuatan lebih mahal. Selain itu dengan ukuran piston dan putaran yang sama menghasilkan daya yang lebih kecil.

C. Siklus Motor Bensin (Siklus Otto)

Dari segi termodinamis, secara teoritis, siklus mesin bensin adalah siklus volume konstan, yaitu proses pemasukan kalor berlangsung pada volume konstan. Namun dalam kenyataannya terjadi penyimpangan-penyimpangan dari silus tersebut.

Secara termodinamika, siklus otto memiliki 4 buah proses yang terdiri dari 2 buah proses isokhorik (volume tetap) dan 2 buah proses adiabatis (kalor tetap). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat diagram perbandingan tekanan (P) dengan volume (V) berikut:

Gambar 2.4. Siklus otto

Sumber: http://17racing.files.wordpress.com/2009/01/otto2.jpg?w=497

Proses yang terjadi adalah pada siklus ini adalah:

1-2 : Kompresi adiabatis

2-3 : Pembakaran isokhorik

3-4 : Ekspansi / langkah kerja adiabatis

4-1 : Langkah buang isokhorik

Campuran udara dan uap bensin masuk ke dalam silinder (1). Selanjutnya campuran udara dan uap bensin ditekan secara adiabatik (1-2). Perhatikan bahwa volume silinder berkurang (b-a). Campuran udara dan uap bensin dipanaskan pada volume konstan campuran dibakar (2-3). Gas yang terbakar mengalami pemuaian adiabatik (3-4). Pendinginan pada volume konstan gas yang terbakar dibuang ke pipa pembuangan dan campuran udara + uap bensin yang baru, masuk ke silinder (4-1).

Proses perubahan bentuk energi dan perpindahan energi pada mesin pembakaran dalam empat langkah di atas bisa dijelaskan sebagai berikut: ketika terjadi proses pembakaran, energi potensial kimia dalam bensin plus energi dalam udara berubah menjadi kalor alias panas. Sebagian kalor berubah menjadi energi mekanik batang piston dan poros engkol, lalu sebagian kalor dibuang melalui pipa pembuangan (knalpot). Sebagian besar energi mekanik batang piston dan poros engkol berubah menjadi energi mekanik kendaraan yang membuat kendaraan bergerak, dan sebagian kecil berubah menjadi kalor alias panas. Panas tersebut timbul akibat adanya gesekan.

2.1.2 Perhitungan Besaran-Besaran dan Konstanta

A. Daya Output

Daya output adalah daya yang dihasilkan oleh suatu motor bensin, dalam hal ini mesin yang diuji adalah generator. Daya output dapat ditentukan dengan persamaan:

........(2-1)

Dengan: E = tegangan listrik generator (Volt)

I = kuat arus (Ampere)

B. Daya Input

Daya input adalah daya yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar. Daya input ini dapat ditentukan dengan persamaan:

...(2-2)

Dengan: = debit aliran bensin (

= massa jenis bensin (750kg/

= nilai kalor bensin (40.000.000 J/kg)

Pada pengujian yang dilakukan, debit aliran bahan bakar ditentukan berdasarkan waktu yang diperlukan untuk pemakaian bahan bakar sebanyak sebanyak 5 strip (50cc) pada gelas ukur, dengan persamaan:

(2-3)

Atau:

..(2-4)

Dengan adalah waktu yang diperlukan untuk penurunan tiap 5 strip bahan bakar (sekon).

C. Efisiensi

Efisiensi merupakan ukuran tingkat penggunaan energi pada suatu mesin yang bekerja. Semakin sedikit energi yang digunakan maka semakin efisien kinerja mesin tersebut. Efisiensi dapat ditentukan dengan persamaan:

= ..(2-5)

D. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik

Konsumsi bahan bakar spesifik didefinisikan sebagai banyaknya bahan bakar yang terpakai perjam untuk menghasilkan setiap kilowatt (kW) suatu daya motor. Konsumsi bahan bakar spesifik dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan:

...............................(2-6)

10

SAKTI EKA PUTRA

2.2 Motor Diesel

2.2.1 Tujuan Praktikum

Tujuan percobaan ini adalah untuk menguji unjuk kerja motor diesel, yang dirangkai dalam bentukengine test bed, yang meliputi:

1. Momen puntir sebagai fungsi putaran

2. Daya output sebagai fungsi putaran

3. Konsumsi bahan bakar sebagai fungsi putaran

4. Konsumsi bahan bakar spesifik sebagai fungsi putaran

2.2.2 Landasan Teori

Motor bakar diesel biasa disebut juga dengan mesin diesel adalah motor bakar pembakaran dalam (internal combustien engine) yang menggunakan panas kompresi untuk menciptakan penyalaan dan membakar bahan bakar yang telah diinjeksikan ke dalam ruang bakar. Mesin ini tidak menggunakan busi seperti mesin bensin. Mesin ini ditemukan pada tahun 1892 oleh Rudolf Diesel, yang menerima paten pada 23 Februari 1893. Mesin diesel sendiri memilki dua tipe seperti halnya mesin bensin taitu tipe 2 langkah atau 4 langkah dengan efisiensi yang bisa mencapai sekitar 40 persen.

A. Cara Kerja Mesin Diesel

Prinsip kerja motor diesel adalah merubah energi kimia menjadi energi mekanis. Energi kimia didapatkan melalui proses reakasi kimia (pembakaran) dari bahan bakar (solar) dan oksidiser (udara) di dalam silinder (ruang bakar).

Pada motor diesel ruang bakarnya bisa terdiri dari satu atau lebih tergantung pada penggunaannya dan dalam satu silinder dapat terdiri dari satu atau dua torak. Pada umumnya dalam satu silinder motor diesel hanya memiliki satu torak.

Gambar 2.5. Prinsip kerja motor diesel (double piston)

Sumber: http://17racing.files.wordpress.com/2009/01/otto2.jpg?w=497

Tekanan gas hasil pembakaran bahan bakan dan udara akan mendorong torak yang dihubungkan dengan poros engkol menggunakan batang torak, sehingga torak dapat bergerak bolak-balik (reciprocating). Gerak bolak-balik torak akan diubah menjadi gerak rotasi oleh poros engkol (crank shaft), sebaliknya gerak rotasi poros engkol juga diubah menjadi gerak bolak-balik torak pada langkah kompresi.

Berdasarkan cara menganalisa sistim kerjanya, motor diesel dibedakan menjadi dua, yaitu motor diesel yang menggunakan sistim airless injection (solid injection) yang dianalisa dengan siklus dual dan motor diesel yang menggunakan sistim air injection yang dianalisa dengan siklus diesel (sedangkan motor bensin dianalisa dengan siklus otto).

Gambar 2.6. Diagram P-V siklus diesel

Sumber: https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images

Perbedaan antara motor diesel dan motor bensin yang nyata adalah terletak pada proses pembakaran bahan bakar, pada motor bensin pembakaran bahan bakar terjadi karena adanya loncatan api listrik yang dihasilkan oleh dua elektroda busi (spark plug), sedangkan pada motor diesel pembakaran terjadi karena kenaikan temperatur campuran udara dan bahan bakar akibat kompresi torak hingga mencapai temperatur nyala. Karena prinsip penyalaan bahan bakarnya akibat tekanan maka motor diesel juga disebut compression ignition engine sedangkan motor bensin disebut spark ignition engine.

Pada mesin diesel, dibuat ruangan sedemikian rupa sehigga pada ruang itu akan terjadi peningkatan suhu hingga mencapai titik nyala yang sanggup membakar minyak bahan bakar. Pemampatan yang biasanya digunakan hingga mencapai kondisi terbakar itu biasanya 18 hingga 25 kali dari volume ruangan normal.

Ketika udara dikompresi suhunya akan meningkat (seperti dinyatakan oleh Hukum Charles), mesin diesel menggunakan sifat ini untuk proses pembakaran. Udara disedot ke dalam ruang bakar mesin diesel dan dikompresi oleh piston yang merapat, jauh lebih tinggi dari rasio kompresi dari mesin bensin. Beberapa saat sebelum piston pada posisi Titik Mati Atas (TMA) atau BTDC (Before Top Dead Center), bahan bakar diesel disuntikkan ke ruang bakar dalam tekanan tinggi melalui nozzle supaya bercampur dengan udara panas yang bertekanan tinggi. Hasil pencampuran ini menyala dan membakar dengan cepat. Penyemprotan bahan bakar ke ruang bakar mulai dilakukan saat piston mendekati (sangat dekat) TMA untuk menghindari detonasi.

Penyemprotan bahan bakar yang langsung ke ruang bakar di atas piston dinamakan injeksi langsung (direct injection) sedangkan penyemprotan bahan bakar kedalam ruang khusus yang berhubungan langsung dengan ruang bakar utama dimana piston berada dinamakan injeksi tidak langsung (indirect injection).

Gambar 2.7. Pembakaran pada motor diesel

Sumber: https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images

Ledakan tertutup ini menyebabkan gas dalam ruang pembakaran mengembang dengan cepat, mendorong piston ke bawah dan menghasilkan tenaga linear. Batang penghubung (connecting rod) menyalurkan gerakan ini ke crankshaft dan oleh crankshaft tenaga linear tadi diubah menjadi tenaga putar. Tenaga putar pada ujung poros crankshaft dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.

Untuk meningkatkan kemampuan mesin diesel, umumnya ditambahkan komponen :

a. Turbocharger atau supercharger untuk memperbanyak volume udara yang masuk ruang bakar karena udara yang masuk ruang bakar didorong oleh turbin pada turbo/supercharger.

b. Intercooler untuk mendinginkan udara yang akan masuk ruang bakar. Udara yang panas volumenya akan mengembang begitu juga sebaliknya, maka dengan didinginkan bertujuan supaya udara yang menempati ruang bakar bisa lebih banyak.

Mesin diesel sulit untuk hidup pada saat mesin dalam kondisi dingin. Beberapa mesin menggunakan pemanas elektronik kecil yang disebut busi menyala (spark/glow plug) di dalam silinder untuk memanaskan ruang bakar sebelum penyalaan mesin. Lainnya menggunakan pemanas "resistive grid" dalam "intake manifold" untuk menghangatkan udara masuk sampai mesin mencapai suhu operasi. Setelah mesin beroperasi pembakaran bahan bakar dalam silinder dengan efektif memanaskan mesin.

Dalam cuaca yang sangat dingin, bahan bakar diesel mengental dan meningkatkan viscositas dan membentuk kristal lilin atau gel. Ini dapat mempengaruhi sistem bahan bakar dari tanki

15

AHMAD ZAINI

sampai nozzle, membuat penyalaan mesin dalam cuaca dingin menjadi sulit. Cara umum yang dipakai adalah untuk memanaskan penyaring bahan bakar dan jalur bahan bakar secara elektronik.

Untuk aplikasi generator listrik, komponen penting dari mesin diesel adalah governor, yang mengontrol suplai bahan bakar agar putaran mesin selalu para putaran yang diinginkan. Apabila putaran mesin turun terlalu banyak kualitas listrik yang dikeluarkan akan menurun sehingga peralatan listrik tidak dapat berkerja sebagaimana mestinya, sedangkan apabila putaran mesin terlalu tinggi maka bisa mengakibatkan over voltage yang bisa merusak peralatan listrik. Mesin diesel modern menggunakan pengontrolan elektronik canggih mencapai tujuan ini melalui elektronik kontrol modul (ECM) atau elektronik kontrol unit (ECU) yang merupakan "komputer" dalam mesin. ECM/ECU menerima sinyal kecepatan mesin melalui sensor dan menggunakan algoritma dan mencari tabel kalibrasi yang disimpan dalam ECM/ECU, dia mengontrol jumlah bahan bakar dan waktu melalui aktuator elektronik atau hidrolik untuk mengatur kecepatan mesin.

B. Motor Diesel Empat Langkah

Pada motor diesel empat langkah prinsip kerjanya untuk menyelesaikan satu siklus atau satu rangkaian proses kerja hingga menghasilkan pembakaran dan satu kali langkah usaha diperlukan empat langkah piston.

Gambar 2.4. Siklus Motor Diesel Empat Langkah

Sumber: https://encrypted tbn3.gstatic.com/images

Langkah pertama adalah langkah pemasukan. Pada langkah ini yang dimasukkan kedalam silinder adalah udara murni. Katup masuk terbuka sedangkan katup buang tertutup. Piston bergerak dari TMA ke TMB. Langkah kedua adalah langkah kompresi. Kedua katup yaitu katup masuk dan katup buang sama-sama tertutup. Piston bergerak dari TMB ke TMA. Yang dikompresikan adalah udara murni. Perbandingan kompresinya cukup besar yaitu 15-22 : 1. kompresi udara akan menghasilkan panas yang mampu menyalakan bahan bakar yang dimasukkan kedalam silinder pada akhir kompresi. Bahan bakar yang dimasukkan kedalam silinder adalah bahan bakar cair dalam bentuk kabut menggunakan pompa injeksi dan pengabut (nozzle). Setelah penginjeksian bahan bakar terjadilah percampuran udara dan bahan bakar dan disusul pembakaran bahan bakar.

Langkah berikutnya adalah langkah usaha. Proses pembakaran dan ekspansi merupakan langkah yang menghasilkan tenaga motor. Kedua katup yaitu katup masuk dan katup buang tertutup semuanya. Karena adanya proses pembakaran didalam silinder terjadilah kenaikan tekanan dan ekspansi dari gas (campuran udara dan bahan bakar). Piston didorong dari TMA ke TMB. Langkah selanjutnya adalah langkah pembuangan. Piston bergerak dari TMB ke TMA. Katup buang terbuka sedangkan katup masuk tetap tertutup. Gas bekas hasil pembakaran didorong keluar oleh piston yang bergerak dari TMB ke TMA. Gas bekas keluar silinder melalui saluran buang (exhaust manifold).

C. Motor Diesel Dua Langkah

Pada motor diesel dua langkah untuk menyelesaikan satu siklus proses kerja diperlukan dua langkah piston. Piston bergerak dari TMB ke TMA dan dari TMA ke TMB.Pada langkah pertama terjadi proses pemasukkan dan kompresi. Pada langkah kedua terjadi proses usaha dan pembuangan. Yang dimasukkan ke dalam silinder adalah udara murni.

Proses kerja motor diesel dua langkah adalah sebagai berikut. Dimulai dari piston berada di TMB. Udara murni dimasukkan ke dalam silinder motor melalui katup masuk. Untuk menghindari bentuk puncak piston pada motor dua langkah dibuat miring,

Hal tersebut berguna untuk mengarahkan aliran atau gerak dari udara yang baru masuk sekaligus untuk pembilasan ruang siinder dari gas bekas yang tadinya berada di dalam silinder. Selanjutnya piston bergerak dari TMB ke TMA. Lubang masuk belum tertutup oleh piston pemasukkan udara baru masih tetap berlangsung. Setelah lubang pemasukan tertutup oleh piston kemudian disusul pula tertutup lubang buang oleh piston yang bergerak dari TMB ke TMA lalu proses kompresi terjadi.

Udara yang dimampatkan atau dikompresikan dengan perbandingan yang cukup besar (15-22).Karena itu pada akhir kompresi dihasilkan panas yang cukup mampu memulai pembakaran bahan bakar. Penginjeksian ini menggunakan pompa injeksi yang dialirkan melalui pengabut (nozzle). Percampuran bahan bakar dengan udara dan disusul terjadinya pembakaran. Proses pembakaran dan ekspansi campuran udara dan bahan bakar menghasilkan tenaga panas dan naiknya tekanan daam silinder motor. Selanjutnya pada langkah kedua terjadi langkah usaha. Hasil proses pembakaran mendorong piston bergerak dari TMA ke TMB. Gerakan piston dari TMA ke TMB akhirnya membuka lubang buang yang berada pada dinding sisi TMB. Lubang buang terbuka maka gas yang bertekanan itu segea keluar melalui lubang buang kesaluran buang (exhaust manifold). Ada kemungkinan masih adanya gas yang tertinggal dalam silinder karena adanya pojok-pojok yang tidak terjangkau oleh udara yang masuk dan membilas ruang silinder. Ketidaksempurnaan pembilasan ini tentunya mengurangi jumlah udara baru yang masuk kedalam silinder. Hal tersebut mengurangi efisiensi volumetrik dari pengisian silinder dengan udara yang baru.

Motor bakar yang beroperasi dengan siklus operasi dua langkah digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.8. Siklus Motor Diesel 2 Langkah

Sumber: data:image/jpeg;base64

1. Langkah Pembilasan dan Kompresi

Pada awal langkah ini udara masuk silinder melalui lubang masuk pembilasan (port scavenging) yang terdapat di bagian bawah silinder. Lubang ini akan terbuka saat torak bergerak ke bagian bawah mendekati TMB dan akan tertutup saat torak bergerak ke atas meninggalkan TMB.

Pada saat lubang pembilasan tertutup oleh torak yang bergerak ke atas menuju TMA dan katup buang juga tertutup maka dimulailah proses kompresi. Gerakan torak ke atas akan menyebabkan tekanan udara dalam silinder meningkat sehingga temperatur udaranya juga naik. Dan beberapa derajat sebelum torak mencapai TMA bahan bakar mulai disemprotkan (dikabutkan) dengan injektor kedalam silinder, karena temperatur udara sangat tinggi sehingga bahan bakar yang dikabutkan tersebut akan terbakar.

Proses pembakaran ini akan menyebabkan kenaikan tekanan dan temperatur gas secara drastis, kondisi maksimal akan terjadi beberapa saat setelah torak mulai bergerak ke

20

FAKHDILAH BUSTUMI

bawah. Gas bertekanan tinggi ini akan mendorong torak bergerak ke bawah dan melalui batang torak akan memutar poros engkol.

2. Langkah Ekspansi dan Buang

Langkahekspansidanbuang dimulai setelah terjadinya tekanan maksimum di dalam silinder akibat terbakarnya campuran bahan bakar dengan udara.

Dan setelah terjadi tekanan maksimum dalam silinder piston akan terdorong menuju TMB dan katup buang mulai terbuka dan gas hasil pembakaran akan terdorong keluar akibat tekanan dalam silinder lebih besar dari pada tekanan udara luar dan juga akibat terdesak oleh udara segar yang dimasukkan dengan paksa melalui lubang pembilasan dengan blower pembilas (turbocharger).Pada saat katup buang sudah tertutup proses pemasukkan udara masih berlangsung untuk beberapa saat dengan bantuan kompresor pembilas sampai lubang pembilasan tertutup total oleh torak, hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas dan menaikkan tekanan udara pembilas dalam silinder.

Demikian kedua proses ini berlangsung terus menerus dan bergantian antara langkah pembilasan dan kompresi dengan langkah ekspansi dan buang oleh karena itu disebut operasi dua langkah.

D. Keunggulan Motor Diesel

Setelah melihat berbagai pemakaian dan variasi konstruksi motor diesel di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa keunggulan motor diesel dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, yaitu:

1. Motor diesel mempunyai reliabilitas tinggi.

Motor diesel mampu bekerja tidak hanya dalam ukuran jam tapi bisa dalam ukuran bulan, artinya sebuah motor diesel dapat bekerja dalam waktu satu bulan tanpa berhenti.

2. Biaya bahan bakar yang rendah.

Hal ini bila dikaitkan dengan ongkos produksi, sebab peringkatnya dalam prosuksi minyak tergolong lebih rendah dibandingkan dengan bensin.

3. Daya yang lebih besar tiap satuan berat mesin.

Dilihat dari beratnya, motor diesel jauh lebih berat dari motor bensin. Hal ini karena kuantitas dan kualitas bahan yang dipergunakan pada motor diesel memang lebih baik untuk mendukung operasionalnya.

4. Pemakaian bahan bakar yang lebih hemat.

Konsumsi bahan bakar pada motor diesel lebih hemat dibandingkan dengan motor bensin. Hal ini karena beberapa faktor yaitu: proses pembakaran yang lebih sempurna, tekanan kompresi yang lebih tinggi, nilai pembakaran bahan bakar yang lebih tinggi, distribusi bahan bakar antar silinder yang lebih merata (untuk motor yang lebih dari satu silinder), proses pembilasan yang lebih sempurna, dan sebagainya. Nilai pembakaran solar 139.500 cal per gallon sedangkan bensin 124.500 cal per gallon. Perbandingan campuran bahan bakar udara, motor diesel 40 : 1 (atau lebih), sedangkan motor bensin 18 : 1.

5. Lebih aman dari bahaya kebakaran.

Bensin lebih mudah menguap dan mempunyai titik nyala yang lebih rendah dibandingkan dengan solar. Sementara pada motor bensin lebih banyak kontak-kontak yang menghasilkan percikan bunga api dibandingkan dengan motor diesel. Kedua hal ini dapat menjadi dasar bahwa motor diesel lebih aman dari kebakaran dibandingkan dengan motor bensin

6. Momen mesin yang lebih tinggi.

Motor diesel cenderung menggunakan sistem long stroke, sementara motor bensin menggunukan sistem over square. Hal ini berarti motor diesel memiliki lengan yang lebih panjang dibandingkan dengan motor bensin. Sehingga akan menghasilkan momen yang berbeda, di mana motor diesel akan menghasilkan momen yang lebih besar dibandingkan dengan motor bensin. Sehingga motor bensin tepat untuk keperluan akselerasi, sementara motor diesel lebih tepat untuk beban.

E. Kelemahan Motor Diesel

Selain memilki keunggulan, mesin diesel juga mempunyai sejumlah kekurangan, antara lain:

1. Perbandingan tenaga terhadap berat motor masih lebih besar dibandingkan motor bensin.

2. Motor diesel tetap lebih sukar dihidupkan pertama kali dibandingkan motor bensin.

3. Harga inisial (dasar) motor diesel lebih mahal karena motor diesel lebih kompleks dan lebih berat dibandingkan motor bensin.

4. Perawatan dan servis pada umumnya tidak dapat dikerjakan oleh bengkel lokal.

2.2.3 Perhitungan Besaran-Besaran dan Konstanta

A. Torsi Mesin

Torsi mesin dihitung berdasarkan persamaan:

T = W.R (Nm) (2-7)

Dengan:

W= gaya tangensial pada dinamometer (W = m.g)

m= beban terbaca pada timbangan (kg)

g= percepatan gravitasi (9,8 m/det2)

R= jari-jari dinamometer (0,235 m)

B. Daya Mesin

Daya mesin dicari dengan persamaan:

P = T. (watt)(2-8)

Dengan:

T = torsi mesin (Nm)

= kecepatan sudut mesin (rad/det)

= 2n / 60

n = putaran mesin (rpm)

C. Kecepatan Aliran Udara Lewat Venturi

Kecepatan aliran udara lewat venturi dicari dengan persamaan:

v= (2-9)

Dengan:

a = massa jenis udara (= 1,1774 kg/m3)

u= massa jenis air (= 995,8 kg/m3)

= selisih ketinggian air pada manometer (m)

D. Konsumsi Udara

Konsumsi udara dicari dengan persamaan:

Mu = Av v (kg/det) (2-10)

Dengan :

Av= luas penampang venturi (6,6052 x 10-4 m2)

= massa jenis udara (= 1,1774 kg/m3)

E. Konsumsi Bahan Bakar

Konsumsi bahan bakar dicari dengan persamaan:

(2-11)

Dengan :

hg= penurunan bahan bakar di dalam gelas ukur diambil 10 cm

Ag= luas penampang gelas ukur (8,2958 cm2)

t= waktu penurunan bahan bakar di dalam gelas ukur (detik)

F. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik

Konsumsi bahan bakar spesifik dicari dengan persamaan:

..............................................(2-12)

25

ANTAN NORAIDI MAULANA

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum prestasi mesin ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 pukul 08.00 - 10.00 WITA. Bertempat di laboratorium Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.

3.2 Pengujian Unjuk Kerja Motor Bensin

3.2.1 Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah: generator set, bola lampu dan berbagai peralatan ukur yang disusun dalam panel.

1. Generator set yang digunakan memiliki spesifikasi:

Merk : Shark Petrol Generator Set

Type : Single Phase Petrol

Serial Number: SG3000W

Rated Voltage : 220 V

Rated Frequency : 50 Hz

Amperage : 9,1 A

Rated Output : 2,0 kW

Max. Output : 2,2 kW

Bahan bakar : Bensin (Petrol)

Power Factor : 1,0

2. Bola lampu yang digunakan sebanyak 10 buah dengan daya masing-masing 160 W dan tegangan 220 V.

3. Peralatan ukur yang digunakan: voltmeter, gelas ukur kecil, gelas ukur besar, stop-watch dan tachometer.

Gambar 3.1. Skema Alat yang Digunakan Dalam Pengujian Motor Bensin

Keterangan:

1. Lampu

2. Saklar

3. Ampere meter

4. Volt meter

5. Handle (saklar pemutus)

6. Gelas ukur

7. Filter bahan bakar

8. Generator

3.2.2 Prosedur Percobaan

A. Pemeriksaan awal

1. Pemeriksaan bahan bakar di dalam gelas ukur, tambahkan bahan bakar bilamana diperlukan.

2. Periksa alat-alat ukur, yaitu voltmeter, amperemeter, laporkan ke petugas bilamana terjadi kerusakan.

3. Periksa lampu-lampu beban.

B. Prosedur pengambilan data

1. Isi gelas ukur besar dengan bensin murni.

2. Matikan semua saklar lampu beban.

3. Hidupkan generator set.

4. Tunggu beberapa saat (kira-kira 5 menit), agar mesin panas.

5. Hidupkan stopwatch.

6. Catat kuat arus, tegangan dan putaran genset.

7. Tunggu hingga bahan bakar di dalam gelas ukur turun sampai 5 strip (50 cc).

8. Matikan stopwatch, catat penunjukan waktu di stopwatch.

9. Ulangi langkah 5 s/d 8 sebanyak 3 kali.

10. Tutup saklar beban.

11. Tunggu beberapa saat hingga putaran stabil.

12. Lakukan prosedur seperti pada langkah 5 s/d 8.

13. Lakukan prosedur seperti pada langkah 10 s/d 12 dengan berturut-turut menutup 2 s/d 10 saklar.

14. Ulangi lagi langkah percobaan di atas dengan beban mulai 10 sampai tak berbeban.

15. Bila telah selesai, matikan mesin dan kosongkan gelas ukur.

16. Catat data percobaan.

3.3 Pengujian unjuk Kerja Motor Diesel

3.3.1 Peralatan yang Digunakan

Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:

1. Mesin diesel

2. Instrumen

a. Manometer air, untuk mengukur penurunan tekanan udara yang melewati venturi.

b. Venturi, untuk mengukur aliran uadara, dengan ukuran D1 = 50 mm, D2 = 29mm.

c. Tachometer, untuk mengukur putaran mesin.

d. Iqnition switch.

e. Handle untuk mengatur pembukaan throttle.

f. Handle kopling.

g. Timbangan, untuk mengukur torsi.

h. Gelas ukur, untuk mengukur konsumsi bahan bakar.

i. Stopwatch, untuk mengukur waktu konsumsi bahan bakar.

3. Dinamometer, digunakan untuk mengukur torsi yang dihailkan oleh porois mesin. Alat ini menggunakan air sebagai media kerja untuk memberikanan tahanan hidrolis terhadap poros dan mendisipasikan daya menjadi panas.

3.3.2 Prosedur Percobaan

A. Pemeriksaan Awal

1. Pemeriksaan bahan bakar di dalam tangki, bilamana perlu tambahkan bahan bakar.

2. Pemeriksaan bahan bakar di dalam gelas ukur.

3. Pemeriksaan fluida ke dalam dynamometer.

4. Periksa air radiator.

5. Periksa aliran yang berasal dari tangki dengan mengatur kran bahan bakar.

B. Cara Start

a. Lepaskan kopling.

b. Putar kunci kontak sambil memperbesar throttle sampai mesin hidup, tunggu beberapa saat (5 menit) agar mesin panas.

c. Masukkan kopling hingga dinamometer berputar.

d. Atur pembukaan throttle hingga putaran mesin mencapai 800 rpm selama 2-3 menit.

e. Naikkan putaran mesin hingga 2500 rpm dan tunggu hingga 15-20 menit.

C. Pengambilan Data

a. Pengukuran dimulai dari putaran 2500 rpm.

b. Atur kran bahan bakar agar aliran berasal dari gelas ukur.

c. Catat putaran mesin, bebean dinamometer, sikap manometer dan waktu penurunan bahan bakar di dalam gelas ukur tiap 10 cm. Lakukan masing-masing 3 kali.

d. Turunkan putaran mesin hingga mencapai 2250 rpm dan tunggu kira-kira 5 menit.

e. Lakukan pencatatan seperti langkah c.

f. Lanjutkan percobaan ini pada putaran masing-masing 2000, 1750, 1500, dan 1000 rpm.

g. Bila telah selesai matikan mesin.

h. Susun data percobaan.

30

FAQIH HIDAYATULLAH

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Motor Bensin

4.1.1 Data Hasil Percobaan

Tabel 4.1. Data Hasil Pengujian Mesin Bensin

Jumlah Beban Lampu

Arus Listrik (ampere)

Tegangan (volt)

Waktu (sekon)

Putaran (rpm)

0

0

220

198,68

3122

3130

3137

1

0,75

220

194,08

3120

3110

3117

2

1,5

220

185,30

3105

3112

3117

3

2

220

180,05

3005

3107

3096

4

3

220

175,10

3090

3091

3096

5

3,75

220

169,20

3078

3086

3082

6

4,5

225

156,85

3068

3067

3066

7

5,25

225

129,11

3048

3049

3046

8

6,8

225

127,00

3025

3021

3029

9

6,8

225

123,08

2902

2887

2931

4.1.2 Analisa Data

Untuk beban lampu 1

Jumlah Beban Lampu

Arus Listrik (ampere)

Tegangan (volt)

Waktu (sekon)

Putaran (rpm)

1

0,75

220

194,08

3120

3110

3117

Diketahui : Waktu = 194,08 sekon

Kuat arus listrik = 0,75 ampere

Tegangan litrik generator = 220 volt

Pemakaian bahan bakar yang digunakan 50 cc

Ditanyakan : Pout, Pin, , dan SFC

Jawab : Daya output

Sebelum menentukan nilai daya input, terlebih dahulu mengetahui debit aliran bensin

Daya input

Efisiensi

Konsumsi bahan bakar

0,214

Konsumsi bahan bakar spesifik

48

Jumlah beban

t (s)

E (V)

Cb

(J/kg)

b

(kg/m3)

I (A)

Pout

(W)

Qb

(m3/s)

Pin

(W)

SFC

(cm3/J)

0

198,68

220

40.000

750

0

0

2,51x10-7

7,53

0

0,209

1

194,08

220

0,75

165

2,57x10-7

7,71

21,4

0,214

0,00156

2

185,30

220

1,5

330

2,69x10-7

8,07

40,89

0,224

0,00082

3

180,05

220

2

440

2,77x10-7

8,31

52,94

0,230

0,00063

4

175,10

220

3

660

2,85x10-7

8,55

77,19

0,237

0,00044

5

169,20

220

3,75

825

2,95x10-7

8,85

93,22

0,246

0,00036

6

156,85

225

4,5

1012,5

3,18x10-7

9,54

106,13

0,265

0,00032

7

129,11

225

5,25

1181,25

3,87x10-7

11,61

101,74

0,322

0,00033

8

127,00

225

6,8

1530

3,93x10-7

11,79

129,77

0,327

0,00026

9

123,08

225

6,8

1530

4,06x10-7

12,18

125,61

0,337

0,00027

Tabel 4.2. Data Hasil Perhitungan

4.1.3Grafik Hubungan Data

Gambar 4.1. Grafik Hubungan Antara Konsumsi Bahan Bakar (Qf) dengan Daya Output (Pout)

Gambar 4.2. Grafik Hubungan Antara Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC) dengan Daya Output (Pout)

Gambar 4.3. Grafik Hubungan Antara Efisiensi dengan Daya Output (Pout)

4.1.4 Pembahasan

Percobaan ini bertujuan untuk menguji unjuk kerja motor bensin dalam bentuk generator set dengan daya output maksimal sebesar 2,2 kilowatt.

Pengujian dilakukan untuk mengetahui konsumsi bahan bakar, konsumsi bahan bakar spesifik, daya output, dan efisiensi dari generator set tersebut dengan menggunakan 9 buah lampu sebagai pembebanan. Masing-masing lampu memiliki daya 160 watt dan tegangan 220 volt. Pengujian ini dilakukan dimulai dari tanpa beban (0 lampu) sampai pembebanan 9 lampu. Hasilnya adalah sebagai berikut:

a) Untuk pembebanan 0 lampu diperoleh konsumsi bahan bakar () sebesar 0,209 cm3/s, konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) tak terdefinisi, daya output (Pout) sebesar 0 watt, efisiensi sebesar 0.

b) Untuk pembebanan 1 lampu diperoleh konsumsi bahan bakar () sebesar 0,214, konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) sebesar 0,00156 cm3/J, daya output (Pout) sebesar 165 watt, dan efisiensi sebesar 21,4.

c) Untuk pembebanan 2 lampu diperoleh konsumsi bahan bakar () sebesar 0,224 cm3/s, konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) sebesar 0,00082 cm3/J, daya output (Pout) sebesar 330 watt, dan efisiensi sebesar 40,89

d) Untuk pembebanan 3 lampu diperoleh konsumsi bahan bakar () sebesar 0,230 m3/s, konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) sebesar 0,00063 cm3/J, daya output (Pout) sebesar 440 watt, dan efisiensi sebesar 52,94.

e) Untuk pembebanan 4 lampu diperoleh konsumsi bahan bakar () sebesar 0,237 m3/s, konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) sebesar 0,00044 cm3/J, daya output (Pout) sebesar 660 watt, dan efisiensi sebesar 77,19.

f) Untuk pembebanan 5 lampu diperoleh konsumsi bahan bakar () sebesar 0,246 m3/s, konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) sebesar 0,00036 cm3/J, daya output (Pout) sebesar 825 watt, dan efisiensi sebesar 93,22.

g) Untuk pembebanan 6 lampu diperoleh konsumsi bahan bakar () sebesar 0,265 m3/s, konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) sebesar 0,00032 cm3/J, daya output (Pout) sebesar 1012,5 watt, dan efisiensi sebesar 106,13.

h) Untuk pembebanan 7 lampu diperoleh konsumsi bahan bakar () sebesar 0,322 m3/s, konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) sebesar 0,00033 cm3/J, daya output (Pout) sebesar 1181,25 watt, dan efisiensi sebesar 101,74.

i) Untuk pembebanan 8 lampu diperoleh konsumsi bahan bakar () sebesar 0,327 m3/s, konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) sebesar 0,00026 cm3/J, daya output (Pout) sebesar 1530 watt, dan efisiensi sebesar 129,77.

j) Untuk pembebanan 9 lampu diperoleh konsumsi bahan bakar () sebesar 0,337 m3/s, konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) sebesar 0,00027 cm3/J, daya output (Pout) sebesar 1530 watt, dan efisiensi sebesar 125,61.

Kemudian dari grafik diperoleh untuk hubungan antara konsumsi bahan bakar () dengan daya output (Pout) terlihat bahwa makin besar nilai daya output maka akan semakin besar pula nilai konsumsi bahan bakar sampai pada batas yang telah dihitung.

Sedangkan untuk grafik hubungan antara konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) dengan daya output (Pout) terlihat bahwa makin besar nilai Pout maka akan semakin kecil nilai SFC, artinya nilai daya output berbanding terbalik dengan nilai konsumsi bahan bakar spesifik sampai pada batas yang telah dihitung.

Dan untuk grafik hubungan antara efisiensi motor bensin dengan daya output (Pout) terlihat bahwa makin besar nilai daya output maka akan semakin besar pula nilai efisiensi, artinya nilai efisiensi berbanding lurus dengan nilai Pout sampai pada batas yang telah dihitung.

4.2 Motor Diesel

4.2.1 Data Hasil Percobaan

Tabel 4.3. Data hasil pengujian motor diesel

No

Putaran (rpm)

W (newton)

h (m)

hg (cc)

t (sekon)

1

4030

12

0,010

10

38,31

2

4330

14

0,012

12

30,57

3

5030

16

0,014

13

30,34

4

5330

18

0,016

15

28,44

5

6030

18,5

0,018

17

23,81

6

6330

20

0,020

20

22,63

7

7030

25

0,022

23

21,65

8

7330

27,5

0,024

26

21,42

9

8030

28

0,025

28

19,57

10

8330

28

0,027

30

18,83

4.2.2 Analisa Data

Untuk putaran mesin 4030 rpm

Putaran (rpm)

W (newton)

h (m)

hg (cc)

t (sekon)

4030

12

0,010

10

38,31

Diketahui: n= 4030 rpm

W= 12 N

h= 10 cc

t= 38,31 s

R= 0,235 m

Ditanya: T, P, v, , , dan SFC

Jawab: Torsi mesin

T = W .R

T = 12x 0,235

T = 2,82 Nm

Daya mesin

P = T x

P = 2,82 x (2 x 3,14 x 4030 / 60)

P = 1189,49 watt

Kecepatan aliran udara lewat venturi

v =

=

= 0,015 m/s

Konsumsi udara

= . A.v

= 1,1774 x 6,6052 . 10-4 x 0,0152

= 1,17 . 10-5 kg/s

Konsumsi bahan bakar

= 3,178 . 10-6 m3/s

Konsumsi bahan bakar spesifik

No

Putaran

(rpm)

W (N)

h (m)

hg (cc)

t (s)

R

T (Nm)

P (watt)

mu (kg/s)

Qf (m3/s)

SFC (cm3/J)

1

4030

12

0,010

10

38,31

0,235

2,82

421,8

1189,49

0,0000117

2,16

0,00181

2

4330

14

0,012

12

30,57

0,235

3,29

453,2

1491,05

0,0000124

3,25

0,021

3

5030

16

0,014

13

30,34

0,235

3,76

526,47

1979,53

0,000014

3,55

0,000179

4

5330

18

0,016

15

28,44

0,235

4,23

557,87

2359,8

0,0000147

4,37

0,000185

5

6030

18,5

0,018

17

23,81

0,235

4,34

631,14

2739,14

0,0000155

5,92

0,000216

6

6330

20

0,020

20

22,63

0,235

4,7

662,54

3113,93

0,0000163

7,33

0,000235

7

7030

25

0,022

23

21,65

0,235

5,87

735,8

4319,18

0,0000171

8,81

0,000203

8

7330

27,5

0,024

26

21,42

0,235

6,46

767,2

4956,15

0,0000178

10,06

0,000202

9

8030

28

0,025

28

19,57

0,235

6,58

840,47

5530,31

0,0000186

11,86

0,000214

10

8330

28

0,027

30

18,83

0,235

6,58

871,87

5736,92

0,0000194

13,21

0,000230

Tabel 4.2 Data Hasil Perhitungan

4.2.3 Grafik Hubungan Data

Gambar 4.4. Grafik Hubungan Antara Torsi (T) dengan Putaran (n)

Gambar 4.4. Grafik Hubungan antara Daya (P) dengan Putaran (n)

Gambar 3.4. Grafik Hubungan Antara Konsumsi Udara (mu) dengan Putaran (n)

4.2.4Pembahasan

Dari grafik diperoleh untuk grafik hubungan antara torsi motor diesel (T) dengan putaran (n) terlihat bahwa makin besar nilai T maka akan semakin besar pula nilai n, artinya nilai T berbanding lurus dengan nilai n. Walaupun besar peningkatan nilai yang didapat bervariasi antara ke 10 data.

Untuk grafik hubungan antara daya output (P) motor diesel dengan putaran (n) terlihat bahwa semakin besar putaran maka akan semakin besar daya yang dihasilkan. Ini membuktikan bahwa prinsip karja kerja pada engine telah sesuai yaitu engine yang berputar semakin cepat akan mengghsilkan daya penggerak yang semakin besar pula.

Untuk grafik hubungan antara konsumsi bahan bakar (Qf) motor diesel dengan putaran (n) terlihat bahwa makin besar nilai Qf maka akan semakin besar pula nilai n, artinya nilai Qf berbanding lurus dengan nilai n. Indikasi putaran yang dihasilhkan tentu sangat berpengaruh pada tingkat konsumsi bahan bakar, jika ingin didapatkan putaran yang lebih cepat tentu konsumsi bahan bakar akan semakin besar diperlukan oleh engine.

Untuk grafik hubungan antara konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) motor diesel dengan putaran (n) terlihat bahwa pada putaran efisiensi bahan bakar ada yang rendah dan ada yang tinggi artinya besarnya konsumsi bahan bakar spesifik berfariasi pada data yang diperoleh, hal ini dikarenakan kinerja dari engine yang tidak selalu sama pada setiap putarannya. Sesuai dengan rumus yang dipakai yaitu konsumsi bahan bakar spesifik sama dengan besar konsumsi bahan bakar dibagi dengan daya yang diperoleh pada setiap tingkat putaran yang telah ditentukan. Besar daya yang semakin meningkat dan kunsumsi bahan bakar pada data akan mempengaruhi hasil dari konsumsi bahan bakar spesifik bervariasi.

Grafik Hubungan Antara Konsumsi Bahan Bakar (Qf)

dengan Daya Output (Pout)

Y-Values01653304406608251012.51181.25153015300.209000000000000210.214000000000000410.22400000000000020.230.237000000000000040.246000000000000410.265000000000000010.322000000000001060.327000000000001070.33700000000000124

Daya Output (Pout) (W)

Konsumsi Bahan Bakar (Qf) (cm3)

Grafik Hubungan Antara Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC)

dengan Daya Output (Pout)

Y-Values01653304406608251012.51181.25153015301.5600000000000063E-38.2000000000000042E-46.3000000000000133E-44.4000000000000218E-43.6000000000000154E-43.2000000000000182E-43.3000000000000092E-42.6000000000000112E-42.7000000000000136E-4

Daya Output (Pout) (W)

Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC) (cm3/J)

Grafik Hubungan Antara Efisiensi

dengan Daya Output (Pout)

Y-Values01653304406608251012.51181.2515301530021.440.8952.9477.1993.22106.13101.74000000000002129.76999999999998125.61

Daya Output (Pout) (W)

Efisiensi

Grafik Hubungan Antara Torsi (T)

dengan Putaran (n)

Column1

40304330503053306030633070307330803083302.823.293.76000000000000024.23000000000000044.344.75.876.466.586.58

n (rpm)

T (Nm)

Grafik Hubungan Antara Daya (P)

dengan Putaran (n)

Column1

40304330503053306030633070307330803083301189.491491.051979.532359.80000000000022739.143113.93000000000124319.184956.15000000000245530.315736.92

n (rpm)

P (watt)

Grafik Hubungan Antara Konsumsi Udara (mu)

dengan Putaran (n)

Column1

40304330503053306030633070307330803083301.1700000000000025E-51.2400000000000017E-51.4000000000000017E-51.470000000000002E-51.5500000000000024E-51.6300000000000034E-51.7099999999999999E-51.7800000000000026E-51.8600000000000032E-51.9400000000000034E-5

n (rpm)

mu (x 10-5 kg/s)