Upload
tranduong
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL
ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN DI TOKO
SAHABAT YOGYAKARTA
Skripsi
Ditulis Oleh :
Nama : Fitriani Mutohharoh
Nomor Mahasiswa : 144215213
Jurusan : Akuntansi
Bidang Konsentrasi : Sistem Pengendalian Internal
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI WIDYA WIWAHA
YOGYAKARTA
2018
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
ii
EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL ATAS
PERSEDIAAN BARANGAN DAGANGAN DI TOKO SAHABAT
YOGYAKARTA
Skripsi
Ditulis Dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Ujian Akhir Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Strata-1 Di Program Studi Akuntansi
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Wiwaha
Ditulis Oleh :
Nama : Fitriani Mutohharoh
Nomor Mahasiswa : 144215213
Jurusan : Akuntansi
Bidang Konsentrasi : Sistem Pengendalian Internal
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI WIDYA WIWAHA
YOGYAKARTA
2018
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Fitriani Mutohharoh
Nomor Mahasiswa : 144215213
Jurusan : Akuntansi
Bidang Konsentrasi : Sistem Pengendalian Internal
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul Evaluasi
Sistem Pengendalian Internal Atas Persediaan Barang Dagangan Di Toko Sahabat
Yogyakarta yang dibimbing oleh Dra.Sulastiningsih,M.SI adalah benar
merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan jiplakan dari hasil karya
orang lain. Apabila kemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar saya
sanggup menerima hukuman atau sanksi apapun sesuai peraturan yang berlaku.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan saya
ucapkan terima kasih.
Yogyakarta,27 Februari 2018
Peneliti
Fitriani Mutohharoh
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
iv
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :Fitriani Mutohharoh
Nomor Mahasiswa :144215213
Jurusan :Akuntansi
Bidang Konsentrasi :Sistem Pengendalian Internal
Judul skripsi : Evaluasi Sistem Pengendalian Internal Atas Persediaan
Barang Dagangan Di Toko Sahabat Yogyakarta
Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dan disajikan dalam sidang ujian
skripsi Sarjana tanggal
Yogyakarta, 27 Februari 2018
Telah di setujui dan disahkan oleh
Dosen Pembimbing
Dra.Sulastiningsih,M.SI
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
v
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN
Telah dipertahankan/ diujikan dan disahkan untuk memenuhi syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Strata-1 program studi Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Widya Wiwaha
Nama : Fitriani Mutohharoh
Nomor Mahasiswa : 144215213
Program Studi : Akuntansi
Bidang Konsentrasi : Sistem Pengendalian Internal
Yogyakarta,
Disahkan oleh
Penguji / Pembimbing skripsi
Penguji 1 :
Penguji 2 :
Mengetahui
Ketua STIE Widya Wiwaha
Drs.Muhammad Subkhan,MM
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
vi
ABSTRAK
Penelitian yang berjudul evaluasi sistem pengendalian in ternal atas persediaan barang dagangandi Toko Sahabat Yogyakarta ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, sedangkan yang menjadi fokus penelitian adalah sistem pengendalian internal atas persediaan barang dagangan. Tahapan analisis data dalam penelitian ini yaitu mendiskripsikan implementasi sistem pengendalian internal dan mengevaluasi efektivitas sistem pengendalian internal atas persediaan barang dagangan pada Toko Sahabat Yogyakarta. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pengendalian internal atas persediaan barang dagangan pada Toko Sahabat Yogyakarta belum dilakukan dengan efektif, dimana tidak digunakannya kartu stock di gudang. Sebaiknya Toko Sahabat Yogyakarta menggunakan kartu stock dalam upaya pengendalian persediaan.
Kata Kunci : Pengendalian Internal, PersediaanBarang Dagangan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrokhim
Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang
senantiasa melimpahkan berkat rahmat-Nya, sehingga penulisan skripsi yang
berjudul Evaluasi Sistem Pengendalian Internal Atas Persediaan Barang
Dagangan Di Toko Sahabat Yogyakarta dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi jurusan akuntansi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya
Wiwaha. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini
peneliti sampaikan kepada :
1. Bapak Trubusdan Bu Partiyah selaku kedua orang tua yang senantiasa
mendampingi dari kecil hingga dewasa dan memberikan kasih sayang,
semangat, doa, dan pendidikan yang tidak terhitung nilainya.
2. M.Hafizh Athtahir yang selalu memberikan semangat, doa dan
dukungannya.
3. Ibu Dra.Sulastiningsih,M.SI. selaku dosen pembimbing materi dan teknis
yang telah meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk memberikan
bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Drs.Muhammad Subkhan,MM selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Widya Wiwaha.
5. Ibu Khoirunisa Cahya Firdarini, SE, M.Si selaku ketua jurusan Akuntansi.
6. Bapak Daliman selaku pemilik Toko Sahabat Yogyakarta.
7. Bapak dan Ibu dosen beserta staff Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya
Wiwaha Yogyakarta.
8. Teman-teman kelas Akuntansi angkatan 2014 khususnya kepada Nursita
Rini, Siti Deka Nurlail, Rutin Sri Rahayu, Risti Nariswari, Elsa
Widianawati, Eli Rapih yang selalu memberikan semangat dan
dukungannya selama ini.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
viii
Saya menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, untuk itu
sayamengharapkan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.
Harapan saya semoga penulisan skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat
dengan baik.
Yogyakarta,27 Februari 2018
Saya
Fitriani Mutohharoh
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
ix
DAFTAR ISI
Halaman judul...........................................................................................................i
Halaman sampul depan skripsi................................................................................ii
Halaman pernyataan ..............................................................................................iii
Halaman persetujuan skripsi...................................................................................iv
Halaman pengesahan ujian.......................................................................................v
Abstrak ...................................................................................................................vi
Kata pengantar.......................................................................................................vii
Daftar isi..................................................................................................................ix
Daftar tabel..............................................................................................................xi
Daftar gambar........................................................................................................xii
Daftar lampiran.....................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah......................................................................................1 1.2 Rumusan masalah...............................................................................................5 1.3 Batasan masalah.................................................................................................5 1.4 Pertanyaan penelitian.........................................................................................5 1.5 Tujuan penelitian................................................................................................6 1.6 Manfaat penelitian..............................................................................................6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hasil penelitian terdahulu..................................................................................8
2.2 Landasan teori..................................................................................................12
2.2.1 Definisi persediaan..................................................................................13 2.2.2 Fungsi persediaan....................................................................................15 2.2.3 Biaya persediaan.....................................................................................16 2.2.4 Jenis-jenis persediaan..............................................................................18 2.2.5 Metode pencatatan persediaan................................................................20 2.2.6 Metode penilaian persediaan...................................................................24 2.2.7 Pengertian sistem pengendalian internal.................................................25 2.2.8 Fungsi pengendalian internal..................................................................29 2.2.9 Tujuan Sistem pengendalian internal......................................................29 2.2.10 Elemen-elemen sistem pengendalian internal.......................................35
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
x
2.2.11 Efektivitas.............................................................................................39 2.2.12 Sistem pengendalian internal persediaan..............................................40 2.2.13 Prosedur dalam sistem persediaan........................................................40 2.2.14 Bagan alir (Flowchart)..........................................................................45 2.2.15 Elemen-elemen sistem pengendalian internal persediaan.....................50
BAB III METODA PENELITIAN
3.1 Lokasi penelitian..............................................................................................53
3.2 Sumber dan jenis data yang digunakan............................................................53
3.3 Analisa data......................................................................................................56
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran umum Toko Sahabat Yogyakarta...................................................59
4.1.1 sejarah singkat Toko Sahabat Yogyakarta..............................................59 4.1.2 Struktur organisasi..................................................................................60
4.2 Jenis-jenis persediaan barangan dagangan di Toko Sahabat Yogyakarta........63
4.3 Sistem pengendalian internal atas persediaan barang dagangan di Toko Sahabat Yogyakarta........................................................................................65
4.4 Prosedur pengendalian internal atas persediaan barang dagangan Toko Sahabat Yogyakarta........................................................................................75
4.5 Analisis sistem pengendalian internal atas persediaan barang dagangan di Toko Sahabat Yogyakarta...............................................................................77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan......................................................................................................87
5.2 Saran.................................................................................................................89
Daftar pustaka........................................................................................................91
Lampiran................................................................................................................96
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
xi
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1 Penelitian terdahulu............................................................................................8
4.1 Jenis barang dagangan......................................................................................63
4.2 Penilaian efektivitas sistem pengendalian internal persediaan barang dagangan.........................................................................................................84
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Bagan alir sistem pembelian barang persediaan..............................................46
2.2 Bagan alir sistem penerimaan dan bagan alir sistem utang.............................47
2.3 Bagan alir bagian gudang.................................................................................48
2.4 Bagan alir sistem penjualan.............................................................................49
4.1 Struktur organisasi Toko Sahabat Yogyakarta.................................................61
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Struktur organisasi Toko Sahabat Yogyakarta...........................................94 2. Daftar pertanyaan wawancara....................................................................95 3. Toko Sahabat Yogyakarta..........................................................................97 4. Jumlah stok barang dagangan....................................................................98 5. Proses wawancara......................................................................................99
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
i
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Persaingan dunia usaha pada era globalisasi menuntut pengusaha untuk
melakukan efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan usahanya untuk dapat
terus memperoleh laba yang maksimal dalam rangka mempertahankan
kelanjutan hidupnya, memajukan dan mengembangkan usahanya ke tingkat
yang lebih tinggi lagi. Untuk mengembangkan usaha tersebut perusahaan
harus mempunyai modal kerja yang cukup.
Menurut Muslich (2000:143) modal kerja memiliki beberapa arti penting
bagi perusahaan. Pertama modal kerja menunjukan besarnya investasi yang
dilakukan perusahaan dalam aktiva lancar dan klaim atas perusahaan yang
diwakili oleh hutang lancar. Kedua, investasi dalam aktiva likuid, piutang dan
persediaan barang adalah sensitif terhadap tingkat produksi dan penjualan.
Menurut Sawi (2003:129) modal kerja adalah aktiva lancar yang digunakan
untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari, misalnya untuk pembelian
persediaan yang meliputi bahan baku. Menurut Sawir (2005:154) modal kerja
adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan atau dapat
pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan
operasional perusahaan sehari-hari.
Menurut Sutrisno (2009:101) modal kerja merupakan salah satu unsur
aktiva yang sangat penting dalam perusahaan karena tanpa modal kerja
perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk menjalankan aktivitasnya.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
2
Tanpa adanya persediaan perusahaan akan mengalami hambatan setiap
harinya.
Persediaan adalah barang dagangan yang dibeli kemudian disimpan untuk
dijual dalam periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang
masih dalam proses atau pengerjaan produksi, atau persediaan bahan baku
yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Persediaan
merupakan bagian aktiva lancar yang menjadi sumber penghasilan atas barang
yang tersedia untuk dijual khususnya perusahaan trading dan distribusi,
manufaktur. Hal inilah yang membuat persediaan barang dagang menjadi
prioritas untuk menjadi fokus dalam efektivitas dan efisiensi. Dalam
persediaan tentunya diperlukan manajemen persediaan untuk mengatur
persediaan.
Manajemen persediaan memegang peranan penting dalam penetapan
besarnya persediaan. Pengelompokan suatu jenis barang dagang berdasarkan
kriteria atas barang dagang yang fast moving (laris atas permintaan
konsumen) dan slow moving (yang tingkat penjualannya rendah) diperlukan
pengendalian internal yang baik untuk mengawasi persediaan tersebut.
Kuantitas dan jenis persediaan yang cukup harus dipertahankan untuk
memenuhi permintaan konsumen, tapi dari sisi lain harus diperhitungkan juga
biaya yang timbul akibat dari penyimpanan persediaan. Agar dapat stabil
harus dapat menetapkan jenis atau item barang yang dibutuhkan untuk dapat
menentukan jumlah minimal persediaan perusahaan dalam suatu periode
tertentu.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
3
Kuantitas dan jenis persediaan yang disimpan terlalu banyak akan
memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan persediaan. Sebaliknya
jika persediaan terlalu kecil dikhawatirkan tidak mampu memenuhi
permintaan konsumen. Maka tingkat persediaan harus dijaga agar tidak terlalu
tinggi dan juga tidak terlalu rendah. Keseimbangan persediaan akan berjalan
baik dengan adanya sistem pengendalian internal yang baik pula.
Sistem pengendalian internal menurut Mulyadi (2010:163) adalah suatu
perencanaan yang terdiri dari struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran
untuk menjaga dan mengarahkan jalan perusahaan agar bergerak sesuai
dengan tujuan dan program perusahaan dan mendorong efisiensi serta
dipatuhinya kebijakan. Menurut Krismiaji (2010:218) pengendalian internal
(internal control) adalah rencana organisasi dan metode yang digunakan untuk
menjaga atau melindungi aktiva dan menghasilkan informasi yang akurat dan
dapat dipercaya. Sistem pengendalian internal persediaan barangan adalah
suatu sistem yang digunakan dalam sebuah perusahaan untuk mengatur dan
mengendalikan atas semua barang-barang yang keluar untuk dijual dan barang
yang masuk. Sistem pengendalian internal memiliki elemen-elemen yang
perlu diperhatikan.
Elemen-elemen sistem pengendalian internal menurut Widjaja (2010:196)
terdiri dari lingkungan pengendalian (control environtment), aktivitas
pengendalian (control activities), pengukuran resiko (risk assesment), sistem
informasi dan komunikasi (information and comunication system), dan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
4
pemantauan (monitoring). Pengendalian internal pada Toko Sahabat
Yogyakarta cukup mendukung operasional perusahaan.
Toko Sahabat Yogyakarta adalah perusahaan dagang yang menjual
makanan seperti makanan kecil, minuman, dan bahan pokok lainnya yang
berlokasi di jalan Sidokarto, Godean, Sleman. Pelanggannya meliputi seluruh
wilayah godean. Perusahaan belum memiliki prosedur pengelolaan persediaan
yang baku. Tanpa adanya prosedur yang cukup baik maka belum tercipta
efektivitas dalam pengelolaannya dan berpotensi menimbulkan
penyimpangan.
Pengendalian internal akan persediaan barang dagangan merupakan hal
yang penting mengingat arti penting persediaan barang dagangan bagi suatu
perusahaan dagang. Kesuksesan perusahaan dipengaruhi oleh baik atau
buruknya pengawasan atas persediaan barang dagang yang dimiliki namun
terkadang perusahaan tidak menyadarinya. Meskipun pengendalian internal
telah dirancang, namun pada praktiknya tidak dilakukan secara konsisten.
Mulyani (2010:298) berasumsi bahwa penanganan persediaan barang
dagangan tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya pengendalian internal.
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil kesimpulan penelitiannya yang dilakukan
di PT.Grokindo. Asumsi yang sama juga diungkapkan oleh Nurmalisa
(2009:312) bahwa pengendalian internal barang dagangan harus ditangani
dengan baik, serta harus terus dipantau agar fungsinya tetap efektif.
Nurjanah (2013:297) menyatakan hasil penelitian yang dilakukannya pada
Toko Wulan Salatiga dan mengungkapkan kesimpulan bahwa sistem
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
5
pengendalian internal yang dilakukan pada Toko Wulan Salatiga tersebut
sudah diterapkan, namun masih dalam bentuk yang sederhana dan kurang
efektif. Hal yang sama pun diungkapkan oleh Handayani (2014:198) yang
meneliti pengendalian internal persediaan pada Toko Kesongo Tuntang, masih
banyak terdapat kekurangan pada sistem pengendalian internal persediaan
yang terdapat pada toko tersebut.
Pengendalian atas persediaan barang dagangan harus benar-benar
dijalankan dengan baik agar berjalan dengan efektif dapat melakukan
pengendalian atas persediaan barang dagangan. Berdasarkan uraian pada latar
belakang diatas, maka penelitian ini berjudul “Evaluasi sistem pengendalian
internal atas persediaan barang dagangan di Toko Sahabat Yogyakarta”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka rumusan
masalahnya adalah sistem pengendalian internal atas persediaan barang
dagangan pada Toko Sahabat Yogyakarta belum berjalan dengan efektif.
1.3 Batasan Masalah
Menyadari luasnya ruang lingkup penelitian, maka penelitian ini dibatasi
pada masalah sistem pengendalian internal atas persediaan barang dagangan
terhadap barang dagangan jenis makanan kecil atau snak pada Toko Sahabat
Yogyakarta
1.4 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka pertanyaan penelitiannya
adalah :
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
6
1. Bagaimana implementasi sistem pengendalian internal atas
persediaan barang dagangan di Toko Sahabat Yogyakarta?
2. Apakah sistem pengendalian intenal atas persediaan barang
dagangan di Toko Sahabat Yogyakarta sudah berjalan secara
efektif?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mendiskripsikan implementasi sistem pengendalian internal
atas persediaan barangan dagang di Toko Sahabat Yogyakarta.
b. Untuk mengevaluasi efektivitas sistem pengendalian internal atas
persediaan barang dagangan di Toko Sahabat Yogyakarta.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan
konsep praktek pengendalian internal terutama pada persediaan
barang dagangan.
b. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat
menyumbangkan pemikiran terhadap pemecahan masalah yang
berkaitan dengan masalah persediaan barang dagangan.
Memberikan kontribusi untuk managemen pada Toko Sahabat
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
7
Yogyakarta. Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan menjadi
acuan bagi penyusun program pemecahan masalah persediaan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Berikut ini ringkasan hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan
penelitian yang sedang dilakukan adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Penelitian Hasil
1. Rapina dan
Leo (2011)
Peranan sistem
pengendalian
internal dalam
meningkatkan
efektifitas dan
efisiensi kegiatan
operasional pada
siklus persediaan
dan pergudangan
Kegiatan operasional dalam siklus
persediaan dan pergudangan pada
PT.Ultrajaya Milk Industri dan
Trading Company,Tbk sudah efektif
dan efisien. Hal ini dapat dilihat dari
hasil kuisisoner yang ada dimana
perusahaan telah melaksanakan
kegiatannya dengan efektif,
perusahaan telah dengan baik
melaksanakan prosedur yang terkait
dengan sistem pengendalian internal
pada siklus persediaan dan
pergudangan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
9
2. Oktaviani
dan Lilis
(2011)
Pengujian
pengendalian
persediaan barang
dagang di CV.
Kamandatu
Palembang
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan dan pembahasan maka
dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut : prosedur pengendalian intern
persediaan barang dagang pada CV.
Kamandatu sudah efektif, belum
adanya kepatuhan karyawan CV.
Kamandatu dalam menjalankan
prosedur pengendalian intern
persediaan barang dagang yang telah
ditetapkan CV. Kamandatu
3. Nurjanah
Siti (2013)
Analisis sistem
pengendalian
internal persediaan
pada toko Wulan
Salatiga
Kesimpulan dari penelitian ini adalah
struktur organisasi di Toko Wulan
Salatiga sudah bagus karena sudah ada
pemisahan yang jelas antara tugas dan
kewajiban dari setiap bagiannya.
Bagian persediaan dan bagian
akuntansi adalah bagian yang
memiliki resiko paling besar untuk
melakukan kesalahan dalam
melakukan tugasnya. Tidak adanya
perhitungan fisik, jumlah dan kualitas
barang yang dikirimkan oleh pemasok
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
10
sebelum barang tersebut masuk
gudang. Tidak adanya kegiatan stok
opname yang seharusnya dilakukan
oleh pemilik toko sehingga pemilik
toko tidak tahu pasti apakah jumlah
persediaan yang tercatat sesuai dengan
fisik persediaan tersebut atau tidak.
Kurangnya dokumen-dokumen yang
seharusnya digunakan dalam sistem
pembelian barang persediaan. Tidak
ada aturan baku dalam pemilihan
supplier, hal ini memperbesar resiko
kemungkinan kesalahan dalam
memilih supplier. Untuk pengendalian
persediaan yang terdapat di toko
dengan menggunakan CCTV sudah
cukup baik, akan tetapi hal tersebut
belum maksimal karena CCTV tidak
mampu mengendalikan barang
persediaan sepenuhnya.
4. Alfons
(2015)
Efektivitas
pengendalian
internal atas
Pengendalian Internal atas persediaan
barang dagang pada PT Orindo Studio
belum dilakukan dengan efektif. Hal
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
11
persediaan barang
dagang pada PT
Orindo Studio
tersebut dapat dilihat dari pemisahan
fungsional dalam struktur organisasi
namun terdapat rangkap jabatan,
adanya kebijakan stockopname secara
rutin setiap bulan dalam menjaga
ketersediaan persediaan barang
dagang namun tidak didukung oleh
penggunaan kartu stock sebagai dasar
pengendalian persediaan harian, dan
pelaksanaan informasi dan komunikasi
dan pemantauan didominasi hanya
oleh direktur. Sehingga saat direktur
tidak ada, tidak ada lagi yang dapat
mengambil keputusan. Prosedur
pengelolaan persediaan barang dagang
telah dilaksanakan sesuai dengan
standarisasi PT Orindo Studio. Setiap
aktivitas dilakukan sesuai prosedur,
seperti prosedur penjualan dan
perhitungan fisik.
5. Ummil
Mu’minin
Analisis
pengendalian
Dari penelitian ini menghasilkan
bahwa pengendalian internal terhadap
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
12
(2015) internal atas barang
dagang (studi kasus
di Distributor
Centre cabang
Bekasi)
persediaan barang dagang belom
dilakukan secara efektif. Hal ini
dibuktikan dengan tidak adanya
pemisahan tugas karyawan yang bisa
disebut juga dengan tenaga serabutan
yang mengakibatkan penumpukan
tugas dan bercampurnya tugas antara
karyawan yang satu dengan yang
lainnya.
Dari beberapa hasil penelitian di atas, maka dapat digambarkan beberapa
persamaan dan perbedaannya. Persamaan penelitian ini dengan hasil penelitian
terdahulu adalah pada salah satu variabel yang digunakan dalam membahas pokok
permasalahan, yaitu variabel pengendalian internal.
Sedangkan perbedaan antara penelitian ini dengan hasil penelitian
terdahulu adalah pada kaitan pembahasan variabel pengendalian internal. Pada
penelitian ini kajian lebih difokuskan untuk menjelaskan secara deskriptif sistem
pengendalian internal atas persediaan barang dagang. Adanya persamaan dan
perbedaan yang terdapat dalam penelitian ini dengan hasil penelitian sebelumnya
tentu membawa konsekuensi pada hasil penelitian yang diperoleh.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
13
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Definisi persediaan
Persediaan merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam kegiatan
operasional, baik untuk perusahaan dagangan maupun untuk perusahaan
manufaktur. Tanpa adanya persediaan maka perusahaan dagangan tidak akan
dapat beroperasi.Tingginya jumlah persediaan dapat memenuhi semua kebutuhan
konsumen, namun jumlah persediaan yang tinggi dapat menghambat kegiatan
perusahaan karena sebagian besar dana perusahaan tertanam dalam persediaan dan
tidak dapat dilakukan perputaran modal. Namun sebaliknya jika jumlah
persediaan terlalu kecil akan membuat perusahaan tidak mampu memenuhi
kebutuhan konsumennya. Perusahaan harus dapat memperhitungkan jumlah
persediaan yang dimiliki dalam jumlah yang optimum, tidak terlalu banyak dan
juga tidak terlalu sedikit karena akan mempengaruhi tingkat keuntungan
perusahaan.
Menurut Reeve (2008:452), “Persediaan didefinisikan sebagai aktiva yang
tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal dalam proses produksi atau
yang dalam perjalanan bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk
digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa”. Menurut Mulyadi
(2008:197) persediaan terdiri dari persediaan produk jadi, persediaan produk
dalam proses, persediaan bahan baku, persediaan bahan penolong, persediaan
bahan habis pakai pabrik, persediaan suku cadang.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
14
Pengertian persediaan menurut Suharli (2006:22) adalah barang yang dibeli
untuk dijual lagi sebagai aktivitas utama perusahaan untuk memperoleh
pendapatan. Menurut Warren (2005:440) yang telah diterjemahkan oleh
Farahmita persediaan adalah barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual
lagi dalam operasi bisnis perusahaan dan bahan yang digunakan dalam proses
produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu. Menurut Mulyadi (2010:214)
adalah aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal perusahaan,
aktiva dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan atau dalam bentuk bahan
baku atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberi
jasa.
Menurut IAI 14 (2015:14.2) didefinisikan sebagai berikut : “Persediaan adalah
asset : (a) tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa; (b) dalam proses
produksi untuk penjualan tersebut; atau (c) dalam bentuk bahan atau perlengkapan
untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.” Pengertian lain
dalam PSAK 14 (2015:14.2) “Persediaan meliputi barang yang dibeli dan dimiliki
untuk dijual kembali termasuk, sebagai contoh, barang dagangan yang dibeli oleh
pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk
dijual kembali. Persediaan juga meliputi barang jadi yang diproduksi, atau barang
dalam penyelesaian yang sedang diproduksi, oleh entitas serta termasuk bahan
serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi.”
Menurut Stice dan Skousen (2009:571), “Persediaan adalah istilah yang
diberikan untuk aktiva yang akan dijual dalam kegiatan normal perusahaan atau
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
15
aktiva yang dimasukkan secara langsung atau tidak langsung ke dalam barang
yang akan diproduksi dan kemudian dijual.” Dari beberapa pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa pengertian persediaan adalah barang-barang yang
dimiliki untuk dijual kembali atau digunakan dalam proses produksi atau dipakai
untuk keperluan non produksi dalam siklus kegiatan normal.
2.2.2 Fungsi Persediaan
Menurut Siagian (2006:162) fungsi persediaan terbagi menjadi empat jenis
yaitu :
a. Fungsi pemisahan wilayah.
b. Fungsi decoupling.
c. Fungsi penyeimbangan dan permintaan.
d. Fungsi penyangga.
Menurut Rangkuti (2004:15) persediaan memiliki beberapa fungsi,
diantaranya:
a. Agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi terjadi.
b. Untuk menyeimbangkan produksi dengan distribusi.
c. Untuk memperoleh keuntungan dari potongan kuantitas, karena
membeli dalam jumlah yang banyak ada diskon.
d. Untuk hedging dari inflasi dan perubahan harga.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
16
e. Untuk menghindari kekurangan persediaan yang dapat terjadi
karena cuaca, kekurangan pasokan, mutu, dan ketidaktepatan
pengiriman.
f. Untuk menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan
dalam proses.
2.2.3 Biaya Persediaan
Persediaan membutuhkan biaya yang tidak sedikit tentunya. Biaya persediaan
menjadi penting untuk diperhatikan karena biaya persediaan mempengaruhi
tingkat keuntungan yang akan diperoleh perusahaan. Menurut Hansen dan Mowen
(2009:584), “Adapun biaya yang timbul karena persediaan adalah :
1. Biaya penyimpanan, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menyimpan
persediaan. Terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi langsung dengan
kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar
apabila kuantitas persediaan semakin banyak. Biaya yang termasuk dalam
biaya penyimpanan antara lain :
a. Biaya sewa gudang
b. Biaya administrasi pergudangan
c. Gaji pelaksana pergudangan
d.
e. Biaya listrik
f. Biaya modal yang tertanam dalam persediaan
g. Biaya asuransi
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
17
h. Biaya kerusakan
i. Biaya penyusutan
2. Biaya pemesanan, yaitu biaya yang ditanggung perusahaan untuk setiap
kali melakukan pemesanan bahan baku. Biaya pemesanan total per periode
sama dengan jumlah pemesanan yang dilakukan dalam satu periode dikali
biaya per pesanan. Biaya pemesanan dapat meliputi:
a. Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi
b. Upah
c. Biaya telepon
d. Pengeluaran surat menyurat
e. Biaya pengepakan dan penimbangan
f. Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan
g. Biaya pengiriman ke gudang
3. Biaya penyiapan, yaitu biaya yang diperlukan apabila bahan-bahan tidak
dibeli, tetapi diproduksi sendiri. Biaya penyiapan total per periode adalah
jumlah penyiapan yang dilakukan dalam satu periode dikali biaya per
penyiapan.
4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan, yaitu biaya yang timbul ketika
persediaan tidak mencukupi permintaan proses produksi. Biaya
kekurangan bahan sulit diukur dalam praktek terutama dalam kenyataan
bahwa biaya ini merupakan opportunity cost yang sulit diperkirakan secara
objektif.”
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
18
2.2.4 Jenis-jenis Persediaan
Persediaan dapat diklasifikasikan menurut beberapa kategori tergantung pada
jenis kegiatan usaha perusahaan, apakah perusahaan itu merupakan perusahaan
dagang atau manufaktur. Menurut Keiso (2002:444) persediaan dapat
diklasifikasikan berdasarkan kegiatan usahanya yaitu sebagai berikut :
1. Perusahaan dagang
Dalam perusahaan dagang, perusahaan hanya mengenal satu jenis
persediaan yaitu barang dagangan yang siap untuk dijual.
2. Perusahaan manufakur
Terdapat tiga jenis barang yaitu :
a. Persediaan bahan baku untuk diproduksi
Meliputi bahan baku yang diperoleh dari sumber daya alam ataupun
beberapa jenis produk yang dibeli dari perusahaan lain.
b. Persediaan barang dalam proses
Meliputi produk-produk yang telah dimasukkan ke dalam proses
produksi, namun belum selesai diolah.
c. Persediaan barang jadi
Meliputi produk olahan yang siap dijual kepada pelanggan.
Jenis persediaan dalam setiap perusahaan akan berbeda tergantung dengan
bidang atau kegiatan normal yang dilakukan perusahaan. Pada perusahaan
manufaktur, persediaan dibedakan menjadi persediaan bahan baku (raw
material), barang dalam proses (work in process), barang jadi (finish goods),
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
19
dan bahan pembantu (factory supplies) yang digunakan dalam prose produksi.
Pada perusahaan dagang, persediaan adalah barang yang dibeli lalu dijual
kembali tanpa mengubah bentuk barang dagang tersebut. Berdasarkan definisi
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa persediaan dapat dibedakan jenisnya
menjadi :
1. Persediaan bahan baku (raw material)
Yaitu barang-barang yang diperoleh untuk digunakan dalam proses
produksi. Beberapa bahan baku diperoleh dari sumber-sumber alam,
akan tetapi lebih sering bahan baku diperoleh dari perusahaan lain
yang menghasilkan bahan baku untuk produk akhir. Sebagai contoh
kertas cetak merupakan bahan baku dari perusahaan percetakan.
Meskipun istilah bahan baku dapat digunakan secara luas untuk
mencukupi seluruh bahan baku yang digunakan dalam proses
produksi, namun sebutan bahan baku sering dibatasi untuk barang-
barang fisik yang dimasukkan dalam produk yang dihasilkan.
Sedangkan istilah bahan penolong atau pembantu (factory supplies)
digunakan untuk menyebut bahan tambahan yaitu bahan baku yang
diperlukan dalam proses produksi tetapi tidak secara langsung
dimasukkan dalam produk.
2. Barang dalam proses (goods in process)
Atau dapat disebut juga dengan pekerjaan dalam proses (work in
process) terdiri dari bahan baku yang sebagian telah diproses dan perlu
dikerjakan lebih lanjut sebelum dijual.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
20
3. Barang jadi (finished goods)
Merupakan produk atau barang yang telah selesai diproduksi dan
menjadi persediaan perusahan untuk dijual.
Persediaan dalam operasi normal perusahaan dagang merupakan
komponen yang sangat aktif, yang dibeli dan dijual kembali secara terus.
Persediaan barang dagangan dalam perusahaan dagang, biasanya dalam
bentuk siap pakai untuk dijual kembali kepada pembeli dan melaporkan
harga perolehan dari barang dagangan yang belum terjual sebagai
persediaan.
2.2.5 Metode Pencatatan Persediaan
Dalam sebuah perusahaan, persediaan akan mempengaruhi laporan
posisi keuangan dan laporan laba rugi komprehensif. Oleh sebab itu
persediaan disebut sebagai akun ganda. Dalam laporan posisi keuangan,
persediaan pada umumnya merupakan nilai yang paling signifikan dalam
aset lancar. Dalam laporan laba rugi komprehensif, persediaan menjadi
penting dalam menentukan hasil operasi perusahaan dalam periode
tertentu.
Pertama-tama perusahaan harus menentukan metode apa yang
diterapkan dalam pencatatan persediaan. Terdapat dua metode dalam
mencatat persediaan, yaitu :
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
21
1. Metode Fisik/Periodik (Periodic/Physical Inventory System)
Kieso (2017:405) mengatakan mengenai metode persediaan
secara periodik sebagai berikut: “ Menurut sistem periodik
(periodic inventory system), kuantitas persediaan ditangan
ditentukan, seperti yang tersirat oleh namanya, secara periodik.
Semua pembelian persediaan selama periode akuntansi dicatat
dengan mendebet akun pembelian. Total akun pembelian pada
akhir periode akuntansi ditambah ke biaya persediaan ditangan
pada awal periode untuk menemukan total biaya yang tersedia
untuk dijual selama periode berjalan. Kemudian total biaya
barang yang tersedia untuk dijual dikurangi dengan persediaan
akhir untuk menentukan harga pokok penjualan.
Harga pokok penjualan adalah jumlah residu yang
tergantung pada hasil perhitungan persediaan akhir secara fisik.
Perhitungan fisik persediaan (physical inventory count) yang
diharuskan oleh sistem persediaan periodik dilakukan satu
tahun pada setiap akhir tahun.
Dalam metode ini pencatatan persediaan hanya dilakukan
pada akhir periode akuntansi melalui ayat jurnal penyesuaian.
Transaksi yang mempengaruhi persediaan, dicatat masing-
masing dalam perkiraan tersendiri dalam: pembelian, retur
pembelian, penjualan dan retur penjualan. Untuk mendapatkan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
22
nilai persediaan secara periodik maka dilakukanlah perhitungan
fisik (Stock Opname).
Dewasa ini, metode ini sudah mulai ditinggalkan karena
tidak mendukung integrasi sistem dimana data mengenai posisi
persediaan tidak dapat tersedia sepanjang periode akuntansi.
Hal inilah yang menyebabkan data bagian akuntansi kurang
mendukung operasional. Laporan posisi keuangan dan laporan
laba rugi komprehensif tidak akan dapat dibuat sebelum nilai
persediaan diketahui.
2. Metode Perpetual (Continual Inventory System)
Kieso (2017:404) menyatakan “menurut sistem persediaan
perpetual (perpetual inventory system), catatan yang
berkelanjutan menyangkut perubahan persediaan dicerminkan
dalam akun persediaan yaitu semua pembelian dan penjualan
(pengeluaran) barang dicatat langsung ke akun persediaan pada
saat terjadi. Karakteristik akuntansi dari sistem perpetual
adalah :
a. Pembelian barang dagangan untuk dijual atau
pembelian bahan baku untuk produksi didebet ke
persediaan dan bukan ke pembelian.
b. Biaya transportasi masuk, retur pembelian dan
pengurangan harga, serta diskon pembelian dicatat
dalam persediaan bukan dalam akun terpisah.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
23
c. Harga pokok penjualan diakui untuk setiap penjualan
dengan mendebet akun harga pokok penjualan dan
mengkredit persediaan.
d. Persediaan merupakan akun pengendali yang didukung
oleh buku besar pembantu yang berisi catatan
persediaan individual. Buku besar pembantu
memperlihatkan kuantitas dan biaya dari setiap jenis
persediaan.
Dalam penelitian sebelumnya oleh Gunawan, Alvina
dan Yunus (2011:167) menyebutkan keuntungan
penggunaan pencatatan secara perpectual yaitu
mempermudahkan dalam penyusunan laporan keuangan
baik itu neraca ataupun daftar laba rugi setiap saat
diperlukan, karena tidak perlu lagi menunggu pelaksanaan
fisik. Namun demikian setidak-tidaknya pemeriksaan fisik
harus tetap dilaksanakan sekali dalam setahun, hal itu perlu
untuk membandingkan antara catatan buku pembantu
persediaan dan buku besar atau buku kontrol dengan fisik
yang sebenarnya. Selain itu pemeriksaan sekali waktu
diperlukan sebagai alat kontrol keadaan persediaan yang
ada didalam gudang.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
24
Dalam metode ini pencatatan persediaan dilakukan
setiap terjadi transaksi yang mempengaruhi persediaan.
Saldo akun persediaan akan menunjukan saldo persediaan
yang sebenarnya. Maka penyusunan laporan keuangan
tidak memerlukan jurnal penyesuaian. Pencatatan
persediaan kedalam akun persediaan dilakukan
berdasarkan harga pokok, baik transaksi pembelian
maupun transaksi penjualan.
Metode ini akan dapat menampilkan saldo persediaan
pada setiap saat laporan posisi keuangan dibutuhkan.
Metode ini harus didukung dengan pencatatan persediaan
dengan menggunakan sistem. Walaupun metode perpetual
menyediakan data persediaan secara terus menerus namun
tetap saja dibutuhkan perhitungan fisik yang berfungsi
untuk mencocokan fisik dengan catatan dalam sistem.
2.2.6 Metode Penilaian Persediaan
Setelah menentukan metode pencatatan, perusahaan dagang harus
menentukan metode untuk menilai persediaan yang memiliki tujuan untuk
menelaah laporan keuangan. Menurut PSAK 14 (2015:14.4) dikatakan bahwa
metode penilaian persediaan yang diperkenankan untuk digunakan di Indonesia
adalah rumus biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP / FIFO) dan biaya
rata-rata tertimbang (Average).
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
25
1. Metode Harga Rata-rata (Average)
Metode ini membebankan biaya rata-rata yang sama ke setiap unit.
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang terjual seharusnya
dibebankan dengan biaya rata-rata, yaitu rata-rata tertimbang dari jumlah
unit yang dibeli pada tiap harga. Metode rata- rata mengutamakan yang
mudah terjangkau untuk dilayani, tidak peduli apakah barang tersebut
masuk pertama atau masuk terakhir.
2. Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama (FIFO)
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa unit yang terjual adalah
unit yang terlebih dahulu masuk. Selain itu, didalam FIFO (first in first
out) unit yang tersisa pada persediaan akhir adalah unit yang paling akhir
dibeli, sehingga biaya uang dilaporkan akan mendekati atau sama dengan
biaya penggantian diakhir periode.
Menurut Michell (2006:235) metode penilaian persediaan dapat berdasarkan
harga perolehan (cost valuation) atau bukan berdasarkan harga perolehan (non-
cost valuation)
1. Metode penilaian berdasarkan harga perolehan tergantung dengan sistem
pencatatan persediaan yang dilaksanakan perusahaan, apakah sistem
periodik atau perpectual.
Sistem periodik memiliki alternatif metode penilaian, masuk pertama
keluar pertama (first in first out), rata-rata sederhana (simple avarage) dan
identifikasi khusus (specific identification). Sedangkan pencatatan dengan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
26
sistem perpectual tersedia alternatif metode penilaian FIFO, LIFO, atau
rata-rata bergerak (moving avarage)
2. Metode penilaian berdasarkan bukan harga pokok perolehan yaitu mana
lebih rendah antara harga perolehan dan harga pasar (lower cost or market/
LCM/LCOM). Untuk menentukan nilai LCM perlu dicari dahulu harga
perolehan (cost) dan harga pasar (market). Ketika mencari harga perolehan
maka kembali menilai persediaan berdasarkan harga perolehan (cost
valuation) sebagaimana dijabarkan diatas. Metode lain pada penilaian
bukan berdasarkan pada harga perolehan adalah estimasi. Yaitu metode
harga eceran (at retailmethod) dan metode laba kotor (gross profit method)
2.2.7 Pengertian Sistem Pengendalian Internal
Pengertian pengendalian internal menurut Arens dan Loebecke (2008:355)
adalah sebagai berikut : “Internal control is a process designed to provide
reasonable assurance the achievement of management’s objective in the following
categories : a. Reliability of financial reporting, b. Effectiveness and efficiency of
operations,c. Compliance with applicable laws and regulation”. Menurut Warren
yang diterjemahkan oleh Farahmita (2008:235) mengatakan “Pengendalian
internal (internal control) adalah kebijakan dan prosedur yang melindungi aktiva
perusahaan dari kesalahan penggunaan, memastikan bahwa informasi usaha yang
disajikan akurat dan meyakinkan bahwa hukum serta peraturan telah diikuti.”
Menurut Mulyadi (2008:163) “Mendefinisikan sistem pengendalian internal
meliputi struktur organisasi, metode, ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
27
menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data
akuntansi,mendorong efisiensi, dan mendorong dipatuhinya kebijakan
manajemen. Menurut Krismiaji (2010:218) pengendalian internal (internal
control) adalah rencana organisasi dan metode yang digunakan untuk menjaga
atau melindungi aktiva dan menghasilkan informasi yang akurat dan dapat
dipercaya.
Menurut Tunggal (2010:195) pengendalian internal adalah suatu proses yang
dijalankan oleh dewan komisaris, menegemen, dan personal entitas lain yang
didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan
tujuan berikut ini yaitu: keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efeisiensi
operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Selain itu
pendapat lain diungkapkan oleh Hall (2011:180) pembuatan dan pemeliharaan
sistem pengendalian internal adalah kewajiban pihak managemen yang penting.
Aspek mendasar dari tanggungjawab penyediaan informasi pihak managemen
adalah untuk memberikan jaminan yang wajar bagi pemegang saham bahwa
perusahaan dikendalikan dengan baik. Selain itu pihak managemen bertanggung
jawab untuk melengkapi pemegang saham serta investor dengan informasi
keuangan yang andal dan tepat waktu.
Dari definisi-definisi tersebut, pengendalian internal menekankan pada konsep
dasar berikut :
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
28
1. Pengendalian internal merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu.
Pengendalian internal bukan merupakan suatu tujuan melainkan suatu
rangkaian tindakan yang bersifat menyebar dan menjadi bagian yang tidak
dapat dipisahkan bukan hanya sebagai tambahan dari infrastruktur entitas.
2. Pengendalian internal dilakukan oleh manusia.
Pengendalian internal bukan hanya terdiri dari pedoman kebijaksanaan dan
formulir, namun dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi, yang
mencakup dewan direksi, manajemen, dan personalia lain yang berperan di
dalamnya.
3. Pengendalian internal diharapkan hanya dapat memberikan keyakinan yang
memadai, bukan keyakinan mutlak bagi manajemen dan dewan direksi
perusahaan.
Hal ini disebabkan karena keterbatasan bawahan yang melekat dalam
semua sistem pengendalian internal dan pertimbangan manfaat dan dan
pengorbanan dalam pencapainan tujuan pengendalian.
4. Pengendalian internal disesuaikan dengan pendacapaian pelaporan keuangan,
kepatuhan, dan operasi yang saling melengkapi.
Pengendalian internal merupakan salah satu alat bagi manajemen untuk
memastikan bahwa kegiatan perusahaan telah sesuai dengan kebijakan dan
prosedur yang ada sehingga operasi perusahaan dapat berjalan lancar, aktiva
perusahaan dapat terjamin kamanannya, dan kecurangan (fraud) serta
pemborosan dapat dicegah.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
29
2.2.8 Fungsi Pengendalian Internal
Pengendalian internal memiliki tiga fungsi penting menurut Mulyadi
(2010:179), yaitu :
1. Preventive control yaitu pengendalian untuk pencegahan, mencegah
timbulnya suatu masalah sebelum masalah muncul.
2. Detective control yaitu pengendalian untuk pemeriksaan, dibutuhkan
untuk mengungkap masalah begitu masalah tersebut muncul.
3. Corrective control, pengendalian korektif. Memecahkan masalah yang
ditemukan oleh pengendalian untuk pemeriksaan.
2.2.9 Tujuan Sistem Pengendalian Internal
Dalam Standar Profesional Akuntan Publik pada SA 319 par 06
dikemukakan bahwa pengendalian intern adalah proses yang
dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas
yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang
pencapaian tiga tujuan berikut ini menurut Widjaja (2010:126) yaitu:
1. Menjaga keandalan pelaporan keuangan entitas.
Agar dapat menyelenggarakan operasi usahanya,
manajemen memerlukan informasi yang akurat. Oleh
karena itu dengan adanya pengendalian internal diharapkan
dapat menyediakan data yang dapat dipercaya, sebab
dengan adanya data atau catatan yang andal akan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
30
memungkinkan akan tersusunnya laporan keuangan yang
dapat diandalkan.
2. Menjaga efektivitas dan efisiensi operasi yang dijalankan.
Pengendalian internal dimaksudkan untuk
menghindarkan pengulangan kerjasama yang tidak perlu
dan pemborosan dalam seluruh aspek usaha serta mencegah
penggunaan sumber daya yang tidak efisien.
3. Menjaga kepatuhan hukum dan peraturan yang berlaku.
Pengendalian internal dimaksudkan untuk
memastikan bahwa segala peraturan dan kebijakan yang
telah ditetapkan manajemen untuk mencapai tujuan
perusahaan dapat ditaati oleh karyawan perusahaan.
Tujuan sistem pengendalian internal juga dikemukakan oleh Mulyadi
(2010:163) yaitu:
1. Menjaga kekayaan oganisasi
Kekayaan suatu perusahaan dapat dicuri, disalahgunakan atau
hancur karena kecelakaan kecuali jika kekayaan tersebut dilindungi
dengan pengendalian yang memadahi. Begitu juga dengan kekayaan
perusahaan yang tidak memiliki wujud fisik seperti piutang dagang akan
rawan oleh kekurangan jika dokumen penting dan catatan tidak dijaga.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
31
2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi
Managemen memer lukan informasi keuangan yang diteliti dan
andal untuk menjalankan kegiatan usahanya. Banyak informasi akuntansi
yang digunakan oleh managemen untuk dasar pengambilan keputusan
yang penting. Pengendalian internal dirancang untuk memberikan jaminan
proses pengolahan data akuntansi akan menghasilkan informasi keuangan
yang teliti dan andal karena data akuntansi mencerminkan perubahan
kekayaan perusahaan.
3. Mendorong efisiensi
Pengendalian internal ditujukan untuk mencegah duplikasi usaha
yang tidak perlu atau pemborosan dalam segala hal kegiatan bisnis
perusahaan dan untuk mencegah penggunaan sumber daya perusahaan
yang tidak efisien.
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan managemen
Untuk mencapai tujuan perusahaan, managemen menetapkan
kebijakan dan prosedur. Pengendalian internal ini ditujukan untuk
memberikan jaminan yang memadai agar kebijakan managemen dipatuhi
oleh karyawan.
Menurut tujuannya sistem pengendalian internal dibedakan menjadi:
1. Pengendalian Internal Akuntansi (Internal Accounting Control)
Pengendalian internal akuntansi meliputi struktur organisasi,
metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
32
menjagakekayaan organisasi dan dapat dipercayainya catatan akuntansi
serta dirancang untuk meyakinkan dalam hal berikut :
a. Transaksi-transaksi dilaksanakan sesuai dengan persetujuan atau
wewenang manajemen.
b. Transaksi dicatat agar memudahkan penyiapan laporan keuangan
yang sesuai dengan prinsip yang berlaku umum dan dalam
mengadakan pertanggungjawaban manajemen.
c. Penggunaan harta atau aktiva diberikan atas persetujuan
manajemen.
d. Jumlah aktiva yang terdapat dalam laporan keuangan sesuai
dengan kenyataan yang ada.
Untuk dapat mencapai tujuan pengendalian akuntansi, suatu sistem
harus mempunyai enam prinsip dasar, yaitu : pemisahan fungsi, prosedur
pemberian wewenang, prosedur dokumentasi, prosedur catatan dan
akuntansi, pengawasan fisik atas aktiva dan catatan akuntansi,
pemeriksaan intern secara bebas. Pengendalian internal akuntansi yang
baik akan menjamin kekayaan para investor dan kreditur yang ditanamkan
dalam perusahaan dan akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat
dipercaya dan diandalkan.
2. Pengendalian Internal Administratif (Internal Administrative Control)
Pengendalian internal administratif meliputi struktur organisasi,
metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
33
mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen. Pengendalian
administrasi berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dan
mengarah pada otorisasi transaksi. Tujuan pengendalian administrasi
diutamakan pada pencapaian tujuan operasional seperti hubungan
masyarakat, efisiensi operasi atau pabrik, efektivitas operasi dan
efektivitas manajemen. Pengendalian internal administrasi mempunyai
pengaruh langsung terhadap pengendalian akuntansi karena merupakan
titik awal untuk menciptakan pengendalian akuntansi, meskipun
pengaruhnya terhadap keandalan pelaporan keuangan kecil.
Pengendalian Internal Menurut COSO/The Committe of Sponsoring
Organizations (2013:4) mengidentifikasi sistem pengendalian internal yang
efektif meliputi lima komponen yang saling berhubungan untuk mendukung
pencapaian tujuan entitas, yaitu:
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Merupakan pondasi dari komponen lainnya dan meliputi beberapa
faktor diantaranya : integritas dan etika, komitmen untuk meningkatkan
kompetensi, dewan komisaris dan komite audit, filosofi manajemen dan
jenis operasi, kebijakan dan praktek sumber daya manusia. COSO/The
Committe of Sponsoring Organizations menyediakan pedoman untuk
mengevaluasi tiap faktor tersebut diatas. Misal, Filosofi manajemen dan
jenis operasi dapat dinilai dengan cara menguji sifat dari penerimaan risiko
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
34
bisnis, frekuensi interaksi dari tiap subordinat, dan pengaruhnya terhadap
laporan keuangan.
2. Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Terdiri dari identifikasi risiko dan analisis risiko.Identifikasi risiko
meliputi pengujian terhadap faktor-faktor eksternal seperti perkembangan
teknologi, persaingan, dan perubahan ekonomi. Faktor internal diantaranya
kompetensi karyawan, sifat dari aktivitas bisnis, dan karakteristik
pengelolaan sistim informasi. Sedangkan analisis risiko meliputi
mengestimasi signifikasi risiko, menilai kemungkinan terjadinya risiko,
dan bagaimana mengelola risiko.
3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
Terdiri dari kebijakan dan prosedur yang menjamin karyawan
melaksanakan arahan manajemen. Aktivitas pengendalian meliputi review
terhadap sistem pengendalian, pemisahan tugas, dan pengendalian
terhadap sistem informasi. Pengendalian terhadap sistem informasi
meliputi dua cara yaitu General controls, mencakup kontrol terhadap
akses, perangkat lunak, dan system development dan Application controls,
mencakup pencegahan dan deteksi transaksi yang tidak terotorisasi.
Berfungsi untuk menjamin kelengkapan, akurasi, otorisasi and validasi
dari proses transaksi.
4. Informasi dan komunikasi
COSO/The Committe of Sponsoring Organizations menyatakan
perlunya untuk mengakses informasi dari dalam dan luar,
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
35
mengembangkan strategi yang potensial dan system terintegrasi, serta
perlunya data yang berkualitas. Sedangkan diskusi mengenai komunikasi
berfokus kepada menyampaikan permasalahan pengendalian internal, dan
mengumpulkan informasi pesaing.
5. Pengawasan (Monitoring)
Karena pengendalian internal harus dilakukan sepanjang waktu,
maka COSO/The Committe of Sponsoring Organizations menyatakan
perlunya manajemen untuk terus melakukan pengawasan terhadap
keseluruhan sistem pengendalian internal melalui aktivitas yang
berkelanjutan dan melalui evaluasi yang ditujukan terhadap aktivitas atau
area yang khusus.
2.2.10 Elemen-elemen Sistem Pengendalian Internal
Unsur pokok sistem pengendalian menurut Mulyadi (2008:187),
sistem pengendalian memiliki unsur- unsur pokok sebagai berikut :
1. Stuktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab
fungsional secara tegas
Tanggung jawab fungsional ini dipisahkan
berdasarkan prinsip-prinsip berikut:
a. Adanya pemisahan fungsi-fungsi operasi dan
penyimpanan dari fungsi akuntansi. Fungsi operasi
merupakan fungsi yang mempunyai wewenang
untuk melaksanakan suatu kegiatan, sedangkan
fungsi penyimpanan merupakan fungsi yang
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
36
memiliki wewenang untuk menyimpan aktiva
perusahaan.
b. Suatu fungsi tidak boleh diberi sebuah tanggung
jawab penuh untuk melaksanakan semua tahap
suatu transaksi. Empat hal yang harus diperhatikan
dalam pemisahan tanggung jawab, yaitu :
1) Bagian penyimpanan aktiva harus
dipisahkan dari bagian akuntansi.
2) Bagian yang melakukan otorisasi harus
dipisahkan dengan bagian yang menyimpan.
3) Adanya pemisahan fungsi operasi dan
pencatatan.
4) Pemisahan dalam bagian pencatatan dan
akuntansi.
c. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang
memberikan perlindungan yang cukup terhadap
kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.
Dalam suatu organisasi setiap transaksi
hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang
berwenang untuk menyetujui terjadinya transaksi
tersebut. Oleh karena itu dalam suatu organisasi
perlu dibuat sistem yang mengatur pembagian
wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
37
transaksi. Sistem otorisasi diharapkan dapat
menjamin dihasilkannya dokumen pembukuan yang
dapat dipercaya, sehingga akan menjadi masukan
yang dapat dipercaya bagi proses akuntansi.
Prosedur pencatatan yang baik akan menghasilkan
informasi yang teliti dan dapat dipercaya mengenai
kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya suatu
organisai.
2. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi
setiap unit organisasi.
Praktik yang sehat sering diartikan sebagai
pelaksanaan aturan-aturan yang telah ditentukan dalam
lingkungan perusahaan. Praktik yang sehat juga diartikan
sebagai alat untuk menerapkan suatu rencana yaitu suatu
hal yang arus dilaksanakan agar rencana yang telah dibuat
dapat dicapai. Pembagian tanggung jawab fungsional dan
sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang telah
ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak
diciptakan cara-cara untuk menjamin praktik yang sehat
dalam pelaksanaannya. Adapun cara-cara perusahaan dalam
mencapai praktik yang sehat antara lain:
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
38
a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang
pemakaiannya harus dipertanggungjawabkan oleh
yang berwenang.
b. Pemeriksaan mendadak (surprised audit).
c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal
sampai akhir oleh satu orang atau satu unit
organisasi, tanpa ada campur dari orang atau unit
organisasi lain.
d. Perputaran jabatan (job rotation).
e. Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang
berhak.
f. Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk
mengecek efektivitas unsur-unsur pengendalian
internal yang lain.
g. Secara periodik dilakukan pencocokan fisik antara
kekayaan dan catatan.
3. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung
jawabnya.
Unsur karyawan yang mutunya sesuai dengan
tanggung jawabnya memegang peranan penting sebab
pelaksana dari sistem pengendalian internal ini nantinya
adalah karyawan, jadi jika perusahaan memiliki karyawan
yang kompeten dan jujur,unsur pengendalian yang lain
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
39
dapat dikurangi sampai batas yang minimum perusahaan
tetap mampu menghasilkan pertanggungjawaban keuangan
yang andal. Suatu sistem dikatakan baik apabila sistem
yang ada itu memadai dan didukung manusia yang
menjalankan sistem tersebut. Karena itu dalam penarikan
tenaga kerja harus diarahkan agar mendapat calon pegawai
yang memadai yaitu melalui prosedur pengujian yang ketat,
pendidikan dan latihan yang cukup serta pengukuran
prestasi atas tanggung jawab yang diberikan.
2.2.11 Efektivitas
Pengertian efektivitas menurut Arens, dkk (2008:738) adalah :
“Effectiveness refers to accomplishment of objective, where as
efficiency refers to the resources used to achieve those objectives.”
Menurut Kurniawan (2005:109), “Efektivitas adalah kemampuan
melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi)
daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan
atau ketegangan diantara pelaksanaannya”.
Menurut Zahnd (2006:200), “Efektivitas yaitu berfokus pada
akibatnya, pengaruhnya atau efeknya, sedangkan efisiensi berarti tepat
atau sesuai untuk mengerjakan sesuatu dengan tidak membuang-
buang waktu, tenaga dan biaya” Sehubungan dengan hal-hal yang
dikemukakan di atas, maka secara singkat pengertian daripada efisiensi
dan efektivitas adalah, efisiensi berarti melakukan atau mengerjakan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
40
sesuatu secara benar, “doing things right”, sedangkan efektivitas
melakukan atau mengerjakan sesuatu tepat pada sasaran “doing the
right things”.
2.2.12 Sistem Pengendalian Internal Persediaan
Pengendalian internal atas persediaan merupakan hal yang penting
karena persediaan adalah bagian yang sangat penting dari suatu
perusahaan dagang. Perusahaan yang sukses biasanya amat berhati hati
dalam melakukan pengawasan atas persediaannya. Pengendalian
internal atas persediaan barang dagang meliputi penghitungan fisik
yang harus dilakukan setiap tahun karena dengan cara itulah suatu
perusahaan dapat mengetahui secara pasti jumlah persediaan yang ada.
Prosedur pencatatan yang diterapkan dengan benar mampu
memberikan perlindungan terhadap persediaan yang diterapkan yang
ada di perusahaan.
Pemisahan tanggung jawab fungsional serta sistem otorisasi dan
prosedur pencatatan yang telah diterapkan juga harus didukung dengan
adanya praktek yang sehat dalam setiap pelaksanaanya. Dengan
diterapkannya unsur-unsur pengendalian internal dalam pengelolaan
persediaan barang dagang, maka sistem pengendalian internal bisa
terlaksana dan berjalan dengan baik.
2.2.13 Prosedur Dalam Sistem Persediaan
Sistem pengendalian internal persediaan barang dagang berkaitan erat
dengan:
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
41
1. Prosedur pembelian (Pengadaan)
Barang pembelian barang dagang merupakan kegiatan
pengadaan barang dagangan yang diperlukan bagi operasional
perusahaan. Pembelian barang dagang dapat dilakukan secara tunai
maupun kredit.
Menurut Mulyadi (2008:226) transaksi pembelian
mencakup prosedur sebagai berikut :
a. Fungsi gudang mengajukan permintaan pembelian kepada
fungsi pembelian.
b. Fungsi pembelian meminta penawaran harga dari berbagai
pemasok.
c. Fungsi pembelian melakukan pemilihan pemasok.
d. Fungsi pembelian membuat order pembelian kepada
pemasok yang dipilih.
e. Fungsi penerimaan memeriksa dan menerima branag yang
dikirim oleh pemasok.
f. Fungsi penerimaan menyerahkan barang yang diterima
kepada fungsi gudang untuk disimpan.
g. Fungsi penerimaan melaporkan penerimaan barang kepada
fungsi akuntansi.
h. Fungsi akuntansi menerima faktur tagihan dari pemasok
dan mencatat kewajiban yang timbul dari transaksi
pembelian tersebut.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
42
2. Prosedur retur pembelian
Retur pembelian dilakukan jika barang yang telah dibeli
tidak sesuai dengan pesanan yang tercantum dalam surat order
pembelian. Ketidaksesuaian itu bisa dikarenakan barang yang
dikirim oleh pemasok tidak sesuai dengan spesifikasi yang
tercantum dalam order pembelian, barang yang diterima
mengalami kerusakan saat pengiriman, barang yang diterima
melewati batas waktu pengiriman yang dijanjikan pemasok.
Menurut Mulyadi (2008:300) prosedur retur pembelian
mencakup :
a. Prosedur perintah retur pembelian.
Retur pembelian terjadi atas perintah fungsi
pembelian kepada fungsi pengiriman untuk
mengirimkan kembali barang yang telah diterima
oleh fungsi penerimaan kepada pemasok yang
bersangkutan. Dokumen yang digunakan untuk
memerintahkan fungsi pengiriman mengembalikan
barang ke pemasok adalah memo debit yang dibuat
oleh fungsi pembelian.
b. Prosedur pengiriman barang.
Fungsi pengiriman mengirimkan barang
kepada pemasok sesuai dengan perintah retur
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
43
pembelian yang tercantum dalam memo debit dan
membuat laporan pengiriman barang.
c. Prosedur pencatatan utang.
Fungsi akuntansi memeriksa dokumen-
dokumen yang berhubungan dengan retur
pembelian (memo debit dan laporan pengiriman
barang) dan menyelenggarakan pencatatan
berkurangnya utang dalam kartu utang atau
mengarsipkan dokumen memo debit sebagai
pengurang utang.
3. Prosedur pengitungan fisik persediaan.
Penghitungan fisik persediaan digunakan oleh perusahaan
untuk menghitung secara fisik persediaan yang disimpan di
gudang yang hasilnya digunakan untuk meminta
pertanggungjawaban bagian gudang mengenai pelaksanaan
penyimpanan, dan pertanggungjawaban bagian kartu
persediaan mengenai keandalan catatan persediaan yang
diselenggarakannya, serta untuk melakukan penyesuaian
terhadap catatan persedian di bagian kartu persediaan.
Prosedur penghitungan fisik persediaan antara lain :
a. Prosedur penghitungan fisik.
Prosedur ini diawali dengan pembagian
kartu penghitungan fisik kepada penghitung dan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
44
pengecek oleh pemegang kartu penghitungan fisik.
Lalu semua jenis persediaan dihitung oleh
penghitung dan pengecek mencatat hasilnya pada
kartu penghitungan fisik.
b. Prosedur kompilasi.
Dalam prosedur ini pemegang kartu
penghitungan fisik mencocokkan data yang
dihasilkan oleh penghitung pada bagian ketiga kartu
pengitungan fisik dan pengecek yang terdapat dalam
bagian kedua kartu penghitungan fisik. Jika data
yang dihasilkan sama pemegang kartu penghtungan
fisik juga bertugas mencatat data yang tercantum
dalam bagian kedua kartu penghitungan fisik ke
dalam daftar hasil penghitungan fisik. Jika hasil
penghitungan antara penghitung dan pengecek
terdapat perbedaan maka harus dilakukan
penghitungan ulang.
c. Prosedur penentuan harga pokok persediaan.
Bagian kartu persediaan mengisi harga
pokok per satuan tiap jenis berdasar informasi yang
terdapat dalam kartu persediaan serta mengalikan
harga pokok per satuan tersebut dengan kuantitas
hasil penghitungan fisik persediaan untuk
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
45
mendapatkan harga pokok persediaan yang
dihitung.
d. Prosedur penyesuaian.
Pada prosedur ini bagian kartu persediaan
melakukan penyesuaian terhadap data persediaan
yang tercantum dalam kartu persediaan berdasar
daftar hasil penghitungan fisik persediaan. Bagian
gudang juga melakukan penyesuaian terhadap data
kuantitas persediaan yang tercatat dalam kartu
gudang.
2.2.14 Bagan Alir (Flowchart)
Menurut Krismiaji (2010:213), Bagan Alir atau flowchart
merupakan tehnik analitis yang digunakan untuk menjelaskan aspek-
aspek sistem informasi secara jelas, tepat, dan logis. Bagan alir
menggunakan serangkaian simbol standar untuk menguraikan prosedur
pengolahan transaksi yang digunakan oleh sebuah perusahaan,
sekaligus menguraikan aliran data dalam sebuah sistem.
A. Bagan Alir Dokumen (Document Flowchart)
Bagan alir dokumen (document flowchart) atau disebut dengan
bagan alir formulir (form flowchart) atau paperwork
flowchart merupakan bagan alir yang menunjukkan arus dari
laporan dan formulir termasuk tembusan-tembusannya. Bagan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
46
alir dokumen ini menggunakan simbol-simbol yang sama
dengan yang digunakan didalam bagan alir sistem.
B. Bagan Alir Sistem Pembelian Barang Persediaan
Gambar 2.1
Bagan alir sistem pembelian barang persediaan
Bagian Pembelian
Dari pemasok
Dikirim ke pemasok
1
4
3
2
LPB
5
Sarat permintaan pembelian
Laporan penerimaan
barang
Faktur
Membuat surat order
Membandingkan
Mengirim faktur
1 surat order pembelian
2 3
A
Faktur
7
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
47
Gambar 2.2
Bagan alir sistem penerimaan Bagan alir sistem utang
LPB 4
SOP 3
SOP 2
4
3
2 Faktur
2
5
6
8
T T
7 3
3 2
Surat order pembelian
2
Surat order pembelian
3
Laporan penerimaan barang
faktur
Menerima barang dari pemasok
Membuat laporan
penerimaan
membandingkan
Membuat bukti kas
keluar
Laporan penerimaan barang
4
Register bukti kas
keluar
Bukti kas keluar
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
48
Gambar 2.3
Bagan alir bagian gudang
Mulai
2
1
T
T
Membuat surat
permintaan
Surat permintaan pembelian
Laporan penerimaan
barang
6
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
49
Gambar 2.4
Bagan alir sistem penjualan
ditanda tangani dan
dicap lunas
diarsip
untuk bukti
sore hari
konsumen
Mulai
Membuat faktur
Faktur penjualan tunai
Faktur penjualan tunai
Faktur
penjualan
tunai
Menyerahkan barang
konsumen
Menerima kas dari konsumen
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
50
2.2.15 Elemen-elemen sistem pengendalian internal persediaan
Elemen-elemen sistem pengendalian internal persediaan yang
efektif menurut COSO (The Committe of Sponsoring Organizations)
sebagai berikut :
1. Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian ini sangat penting karena
menjadi dasar keefektifan unsur-unsur pengendalian internal
yang lain. Adapun faktor yang membentuk lingkungan
pengendalian meliputi :
a. Integritas dan nilai etika
b. Komitmen terhadap kompetensi
c. Dewan direksi dan komite audit
d. Filosofi dan gaya operasi managemen
e. Struktur organisasi
f. Penetapan wewenang dan tanggung jawab
g. Kebijakan dan praktik sumberdaya manusia
2. Penilaian resiko
Mekanisme yang ditetapkan untuk mengidentifikasi,
menganalisis, dan mengelola resiko-resiko yang berkaitan
dengan berbagai aktivitas dimana organisasi beroperasi.
Berkaitan dengan penilaian resiko, managemen juga harus
mempertimbangkan hal-hal khusus yang dapat muncul dari
perubahan kondisi, seperti :
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
51
a. Perubahan dalam lingkungan operasi
b. Personil baru
c. Sistem informasi yang baru atau dimodifikasi
d. Pertumbuhan yang cepat
e. Teknologi baru
f. Lini, produk, atau aktivitas baru
g. Operasi diluar negeri
h. Pernyataan akuntansi
3. Informasi dan komunikasi
Informasi dan komunikasi merupakan elemen-elemen
penting dari pengendalian internal perusahaan, sebab sistem ini
memungkinkan entitas memperoleh informasi yang diperlukan
untuk menjalankan, mengelola, dan mengendalikan operasi
perusahaan.
4. Aktivitas pengendalian
Aktivitas pengendalian ditetapkan untuk menstandarisasi
proses kerja untuk menjamin tercapainya tujuan perusahaan
dan mencegah terjadinya hal-hal yang tidak beres/salah.
Aktivitas pengendalian ini dapat dikategorikan melalui :
a. Pemisahan tugas yang bermanfaat untuk mencegah
adanya tindak kecurangan
b. Pengendalian pemrosesan informasi
c. Pengendalian fisik
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
52
d. Review kerja
5. Pemantuan
Sistem pengendalian intern yang dipantau maka
kekurangan dapat ditemukan dan efektivitas pengendalian
meningkat. Pemantauan atau monitoring penting karena berkaitan
dengan pencapaian target
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
53
BAB III
METODA PENELITIAN
3.1 Lokasi penelitian
Proses pelaksanaan penelitian dilakukan di Toko Sahabat Yogyakarta, yang
beralamatkan di jalan Sidokarto, Nogosari, Sidokarto, Godean, Sleman,
Yogyakarta. Toko Sahabat Yogyakarta adalah perusahaan dagangan yang
bergerak dalam penjualan makanan dan minuman yang berlangsung dari 24
september 2010.
3.2 Sumber dan jenis data yang digunakan
Penelitian ini menggunakan data primer berupa informasi yang didapat
dari manajemen Toko Sahabat Yogyakarta. Data primer dapat berupa opini
subyek, hasil observasi terhadap suatu perilaku atau kejadian, dan hasil
pengujian menurut Supomo (2002:146-147). Keseluruhan data didapatkan dari
wawancara langsung dengan pemilik toko dan karyawan Toko Sahabat
Yogyakarta serta observasi dan dokumentasi.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan data.
Dalam memperoleh data tersebu maka teknik yang digunakan sebagai berikut:
1. Wawancara
Teknik melalui wawancara merupakan teknik pengumpulan
data yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek
penelitian dalam hal ini adalah pihak-pihak yang berhubungan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
54
dengan sistem pengendalian internal pada persediann barang
dagang. Teknik wawancara dilakukan ketika peneliti memerlukan
komunikasi atau hubungan guna memperoleh data dan keterangan
yang berlandaskan tujuan penelitian menurut Supomo (2002:152).
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu
pewawancara (interviewner) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu menurut Meleong (2012:186). Terdapat beberapa
tujuan diadakannya wawancara antara lain :
a. Mengkonstruksi orang, kejadian, organisasi, motivasi,
tuntutan, dan kepedulian.
b. Merekonstruksi kejadian-kejadian di masa lalu.
c. Memproyeksikan peristiwa-peristiwa masa lalu dengan
peristiwa yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.
d. Memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang
diperoleh dari orang lain.
Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara
yang berstruktur dan wawancara mendalam. Wawancara yang
terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya
menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang akan
diajukan. Format wawancara terstruktur dengan menyusun
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
55
pertanyaan-pertanyaan sebelumnya dan didasarkan atas
masalah dalam rancangan penelitian.
Wawancara mendalam secara umum adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan
informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman wawancara, di mana pewawancara dan
informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif menurut
Bungin (2007:111).
2. Observasi
Observasi didefinisikan sebagai suatu proses melihat,
mengamati, dan mencermati serta merekam perilaku secara
sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Menurut Herdiansyah
(2013:143) observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat
digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis.
Menurut Bungin (2007:118) observasi atau pengamatan
adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca
indra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainnya
seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Karena itu, observasi
adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya
melalui hasil kerja panca indra lainnya.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
56
Ditinjau dari model, observasi dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu :
1. Observasi langsung (direct observation) yang
dilakukan untuk menelaah subyek atau obyek
penelitian yang sulit diprediksi.
2. Observasi mekanik (mechanical observation) yaitu
suatu model observasi yang dilakukan dengan
bantuan peralatan mekanik, seperti vidio, kamera,
dan lainnya.
3. Dokumentasi
Dalam pengumpulan data, metode dokumentasi ini yaitu
metode mencari data yang berasal dari bukti, catatan, laporan
historis yang telah tersusun dalam arsip atau tulisan lain yang
berkaitan dengan variabel penelitian seperti profil perusahaan,
dokumen-dokumen keuangan, seperti nota, kuitansi serta laporan
keuangan harian perusahaan dari obyek yang diteliti untuk
memperoleh data yang diperlukan menurut Supomo (2002:147).
3.3 Analisa Data
Adapun teknik analisa data yang dipakai menggunakan teknik deskriptif
kualitatif yaitu menganalisa data mengenai informasi sistem pengendalian
internal atas persediaan barang dagangan di Toko Sahabat Yogyakarta,
dibandingkan dengan sistem pengendalian internal standar menurut COSO
(The Commite of Sponsoring Organization)
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
57
Tahap-tahap analisis data sebagai berikut :
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data dengan mencatat semua data secara
obyektif dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan
wawancara dengan pemilik dan karyawan Toko Sahabat
Yogyakarta.
b. Reduksi data
Reduksi data yaitu memilih hal-hal pokok yang sesuai
dengan fokus peneliti. Reduksi data merupakan suatu bentuk
analisis yang menggolongkan, mengarahkan, membuang yang
tidak perlu dan mengorganisasikan data-data yang direduksi.
Memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan
dan mempermudah untuk mencari sewaktu-waktu diperlukan.
c. Penyajian data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.
d. Pengambilan simpulan atau verifikasi
Pengambilan keputusan dengan mencari pola model, tema,
hubungan, persamaan, hal-hal yang sering muncul, hipotesis dan
sebagainya, jadi dari data tersebut peneliti mencoba mengambil
kesimpulan. Verifikasi dapat dilakukan dengan keputusan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
58
didasarkan pada reduksi data dan penyajian data yang merupakan
jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
59
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Toko Sahabat Yogyakarta
4.1.1 Sejarah Singkat Toko Sahabat Yogyakarta
Sejarah singkat Toko Sahabat Yogyakarta adalah perusahan
dagang yang bergerak dalam bidang distribusi makanan dan minuman
seperti makanan kecil, kue-kue, minuman kemasan, minuman botol, dan
berbagai jenis makanan dan minuman lainnya. Toko Sahabat Yogyakarta
berlokasi di jalan Sidokarto, Nogosari, Sidokarto, Godean, Sleman,
Yogyakarta. Toko Sahabat Yogyakarta didirikan oleh Bapak Daliman
pada 24 September 2010, bertepatan dengan tanggal kelahiran pemilik
toko.
Pada awalnya toko ini didirikan untuk menggantikan usaha
keluarga yang bangkrut. Orang tua Bapak Daliman memiliki toko yang
menjual DVD namun mengalami kebangkrutan. Beliau sudah tidak mau
mengurus toko tersebut lagi dan beliau memberikan sedikit modal kepada
anaknya yaitu Bapak Daliman untuk memulai usaha sendiri. Akhirnya
Bapak Daliman mendirikan Toko Sahabat dengan membuat toko pertama
yang bernama “Sahabat” berlokasi di jalan Bantulan, Godean. Seiring
berjalannya waktu, toko ini terus berkembang dan sampai saat ini sudah
memiliki satu cabang di lokasi yang berbeda dengan nama toko “Sahabat
2.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
60
Semakin meningkatnya kemajuan teknologi, alat-alat pendukung di
Toko Sahabat juga mulai dilengkapi dari komputer untuk proses
pembayaran dikasir, alat sensor, dan alat-alat pendukung lainnya. Barang
yang diperjual belikan tidak hanya sebatas makanan ringan saja tetapi
juga menyediakan aneka jenis minuman, aneka jenis makanan, dan bahan
pokok lainnya.
4.1.2 Struktur Organisasi
Baik perusahaan besar maupun perusahan kecil tidak dapat
dipisahkan dari struktur organisasi yang merupakan suatu kerangka kerja
bagi semua individu yang ada dalam organisasi untuk mencapai tujuan
sehingga segala macam pengorbanan yang terjadi dalam usaha mencapai
tujuan dapat diatur sedemikian rupa sehingga pengorbanan yang dilakukan
seminimal mungkin. Tujuan penyusunan struktur organisasi adalan untuk
menciptakan koordinasi, komunikasi, dan kerjasama yang baik diantara
para pelaksana organisasi, agar dapat menunjang dan mencapai tujuan
perusahaan. Untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut, dalam struktur
organisasi perlu dijelaskan juga pembagian tugas, penetapan batas
wewenang dan tanggung jawab yang jelas diantara para pelaksana.
Toko Sahabat Yogyakarta belum mempunyai struktur organisasi
yang baku. Peneliti mencoba membuat struktur tersebut berdasarkan
pengamatan dan wawancara dengan karyawan Toko Sahabat Yogyakarta.
Adapun struktur organisasi pada Toko Sahabat Yogyakarta dapat dilihat
pada Gambar 4.1.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
61
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Toko Sahabat Yogyakarta
Adapun pembagian tugas, tanggung jawab dan wewenang dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Pemilik toko
Pemilik toko yang merangkap sebagai manager toko bertanggung jawab
untuk:
a. Mengawasi pekerjaan setiap anggota.
b. Meminta pertanggungjawaban mengenai perkembangan usaha
kepada manager dan kasir.
c. Mengambil keputusan yang sangat penting bagi perkembangan
usahanya.
d. Mencari dan menyeleksi karyawan baru.
e. Membuat order pembelian dan mencatat jumlah pembelian.
Pemilik/Manager
Daliman
Kasir
Arif
Pramuniaga
Sopir
Gudang
Gandung
Keuangan
Haryatun
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
62
f. Memilih dan mekukan koordinasi langsung dengan supplier.
g. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan secara keseluruhan
terhadap semua jenis sediaan yang ada.
h. Menerima barang yang dikirim oleh pemasok dan mengecek
kualitas dan kuantitas barang yang dikirim.
2. Keuangan dan administrasi
Bagian keuangan dan administrasi bertanggung jawab untuk :
a. Membuat, memeriksa, dan mengarsip faktur, nota supplier, laporan
untuk memastikan status hutang atau piutang.
b. Menerima, memeriksa tagihan dari vendor dan membuat rekapan
untuk memastikan pembayaran terkirim tepat waktu.
c. Memeriksa rangkuman kas kecil untuk memastikan penggunaan
dan ketersediaan kas kecil yang efektif.
d. Menginput pembayaran ke supplier dengan tepat waktu dan akurat.
e. Memeriksa laporan rekonsiliasi untuk memastikan data terinput
dengan benar.
f. Mengarsip seluruh dokumen transaksi dan melakukan stock
opname.
3. Kasir
Seorang kasir harus bertanggung jawab terhadap :
a. Melaukan pembayaran atas pembelian sediaan.
b. Menerima pembayaran dari aktivitas pembelian oleh pelanggan.
c. Mengatur keluar masuknya uang dalam pengawasan pemilik toko.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
63
4. Pramuniaga
Adapun tanggung jawab seorang pramuniaga adalah :
a. Melayani pelanggan
b. Menjaga kebersihan toko
c. Mengatur dan merapikan tata letak sediaan
5. Gudang atau persediaan
a. Mengecek barang yang masuk dan barang yang keluar
b. Mengecek barang yang rusak
c. Membuat laporan keluar masuknya barang sediaan
6. Supir
Seorang supir bertanggung jawab untuk :
a. Bertanggung jawab atas distribusi barang ke toko cabang
b. Membantu mengantar karyawan untuk ke toko dengan lokasi yang
berbeda
4.2 Jenis-jenis Persediaan Barang Dagang di Toko Sahabat Yogyakarta
Persediaan barang yang dimiliki Toko Sahabat Yogyakarta
termasuk jenis persediaan barang dagang yang dibeli untuk dijual kembali.
Adapun produk yang dijual belikan tertera pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1
Jenis barang dagang
No Jenis Nama dan Merk
1. Minuman Sari Kacang Ijo, Buavita, Ultra Milk Strowberry,
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
64
ABC, Pocari Sweat. Jahe wangi, Milo, Anlene, Teh
kotak, Hydro coco, Boneto, Cleco, You C100,
Cratingdaeng, Good day, Dancow, Nu Greentea, Nu
Milk Tea, Big Cola, Mizone, Sprite, Fanta, Super
O2, Aqua 300ml, Aqua 600ml, Aqua 1lt, Lasegar
500ml, Vit, Yuzu, Kiranti, Teh Gelas, Torabika,
ABC Espo, Cafelate, Minute Pulpi, Child Go,
Cimori, Teh Pucuk, Ale-ale, Oki Jelly Drink, Teh
Rio, Teh Jawa, Isoplus, Jahe wangi
2. Makanan
ringan
Tango, Klop, Beng-beng, Top, Nissin, Oreo,
Timtam, Momogi, Malkis Abon, Roma Malkish,
Malkish Crackers, Trenz, Shapes, Rheches, Waffle,
Nextar, Sari Roti, Taro, Citato, Twister, Chotos,
Qtela, Lays, Rocki, Nyam-nyam, Kitkat, Kinderjoy,
Richoco, Chokolatos, Fullo
3. Bahan
makanan
Tepung terigu, Tepung meizena, Telur, Gula pasir,
Gula jawa, Fermipan, Ovalet, Beras, Minyak goreng,
Tepung panir, Keju, Ragi, Mentega, Susu
4. Lain-lain Pentene, Sunsilk, Clear, Tresemme, Rejoice, Dove,
Emeron, Head and shoulders, Nature, Sari ayu, Didi,
Jonsions, Cusson, Attack, Daia, Rinso, Soklin,
Biore, Emperial, Lifeboy, Lux, Pepsoden, Close up,
Sunlight, Mama lime, Slike, Hit, Viva, Indomie,
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
65
SGM, Lactogen, Frisian Flag, Sikat gigi,
Garam,Walls, Lourier, Charm, Citra, Tesa, Mito,
Kopi kapal api.
4.3 Sistem Pengendalian Internal Atas Persediaan Barang Dagang Toko
Sahabat Yogyakarta
Terdapat lima unsur sistem pengendalian internal atas persediaan barang
dagang di Toko Sahabat Yogyakarta menurut COSO (The Committe of
Sponsoring Organizations), antara lain :
1. Lingkungan Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagang
Pengendalian Internal Toko Sahabat Yogyakarta terhadap persediaan
barang dagang dapat dapat dijelaskan berdasarkan faktor-faktor yang
menyusun pengawasan di bawah ini.
a. Falsafah dan Gaya Manajemen Operasi
Falsafah manajemen merupakan aktivitas yang memberikan
parameter bagi perusahaan dan karyawan tentang pentingnya
pengendalian. Pada Toko Sahabat Yogyakarta, falsafah manajemen
dikondisikan dengan adanya keyakinan pemilik toko untuk
menciptakan hubungan bisnis yang baik. Dalam hal ini semua
karyawan ditekankan untuk bertindak jujur kepada konsumen,
pemasok, dan semua pihak yang berhubungan dengan toko.
Kepuasan pelayanan kepada para pelanggan sangat perlu
diperhatikan. Pemilik Toko Sahabat Yogyakarta mengutarakan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
66
bahwa apabila ada kebutuhan dan keinginan dari para
pelangganterhadap produk-produk yang dibeli, maka karyawan
toko akan secepat mungkin melayani mereka agar tidak terjadi
penggantian oleh produk-produk lain. Pengiriman produk yang
dipesan oleh toko cabang dilakukan dengan cepat supaya tidak
terjadi kekosongan barang yang ada di toko cabang.
b. Struktur Organisasi
Struktur organisasi disusun secara fungsional, yang terdiri
dari fungsi keuangan dan administrasi toko, dan fungsi logistik
atau gudang. Penyusunan struktur organisasi berdasarkan fungsi ini
sesuai untuk perusahaan dagang seperti Toko Sahabat Yogyakarta
karena terlihat cukup jelas pembagian tugas dan wewenang dari
setiap fungsional yang ada di toko, sehingga pengendalian dapat
dilakukan. Pembagian tugas dan fungsi dalam organisasi sudah
jelas.
c. Fungsi Audit Internal
Toko Sahabat Yogyakartatidak mempunyai Auditor
Internal. Audit hanya dilakukan terhadap persediaan, dimana audit
dilakukan oleh bagian gudang dan disaksikan oleh pemilik toko.
Bagian gudang akan melakukan pengecekan peresediaan dengan
melakukan stock opname pada waktu tertentu.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
67
d. Penetapan Wewenang dan Tanggung Jawab
Penetapan wewenang dan tanggung jawab merupakan
pengembangan dari struktur organisasi, yang secara garis besar
diwujudkan dalam bentuk pemisahan fungsi-fungsi. Pemisahan
fungsi pada Toko Sahabat Yogyakarta juga telah diadakan, yaitu
fungsi pemasaran, fungsi keuangan dan administrasi, fungsi
operasional toko, dan fungsi logistik. Selain pemisahan fungsi,
Toko Sahabat Yogyakartajuga telah menerapkan pendelegasian
wewenang sesuai dengan struktur organisasi toko. Namun semua
keputusan terhadap berbagai hal masih diputuskan oleh pemilik
toko.
e. Praktek dan Kebijakan Karyawan
Penerimaan pegawai atau staff di Toko Sahabat
Yogyakartadan penggajian ditangani langsung oleh pemilik toko
atau manager, sedangkan untuk pencatatan dan penyimpanan data
pegawai dilakukan di bagian keuangan dan administrasi.
2. Penilaian Resiko Persediaan Barang Dagang
Toko Sahabat Yogyakarta menilai persediaan barang dagangan
dengan memperhatikan masa kadaluarsa untuk seluruh makanan ringan
dan minuman, serta makanan dan minuman keluaran terbaru. Persediaan
yang akan mendekati masa kadaluarsa harus cepat terjual untuk
mengurangi risiko kerugian akibat persediaan yang tidak terjual. Toko
Sahabat Yogyakarta mensiasati penjualan makanan ringan yang sudah
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
68
mendekati masa kadaluarsa dengan memberikan diskon lebih untuk
mengurangi resiko tidak terjualnya persediaan tersebut. Untuk mengatasi
resiko tersebut Toko Sahabat Yogyakarta membuat kebijakan stock
opname sekali dalam sebulan. Kegiatan ini dipimpin oleh bagian gudang,
yang juga turut diperiksa oleh pemilik toko, serta karyawan gudang
lainnya. Tim penghitung fisik ini tidak hanya memeriksa jumlahnya saja,
tetapi juga masa pakainya agar jangan sampai terjadi kadaluwarsa dan
penumpukan barang yang berlebihan.
3. Aktivitas Pengendalian Persediaan Barang Dagang
Aktivitas pengendalian persediaan barang dagang pada Toko Sahabat
Yogyakarta meliputi kebijakan dan prosedur yang dibuat oleh toko ini
untuk memberikan kemungkinan yang memadai bahwa sistem
pengendalian persediaan barang dagang yang ditetapkan telah
dilaksanakan dalam beberapa kategori seperti diuraikan berikut:
A. Pemisahan tugas yang cukup
Struktur organisasi merupakan rangkaian pembagian tugas
kegiatan pokok perusahaan dagang, tujuan pemisahan fungsi ini
adalah untuk mencegah kesalahan dan agar dapat dilakukannya
deteksi segera atas kesalahan dan ketidakberesan dalam
pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada seseorang. Pada
penjualan barang dagangan dilakukan pemisahan tugas-tugas yang
jelas, antara lain :
a. Menerima pesanan penjualan oleh pemilik toko.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
69
b. Melakukan penjualan oleh pemilik toko.
c. Mengeluarkan barang oleh salah satu satu petugas gudang.
d. Mengirimkan barang oleh supir.
e. Mencatat penjualan oleh bagian keuangan dan
administrasi.
Pada perhitungan fisik barang dagang ada pembagian tugas
yang jelas antara :
a. Melaporkan jumlah persediaan barang dagang di
gudang oleh admin gudang.
b. Menghitung fisik persediaan barang dagang oleh staf
gudang.
c. Membuat laporan perhitungan fisik oleh admin gudang.
B. Otorisasi yang pantas atas transaksi dan aktivitas
Toko Sahabat Yogyakarta melakukan penyediaan barang dagang
berdasarkan penerimaan kiriman barang dagang dari pemasok.
Arus prosedur otorisasi terhadap penerimaan kiriman barang
dagang dari pemasok diuraikan sebagai berikut :
a. Bagian gudang akan menerima barang kiriman dari
pemasok apabila jenis dan jumlah barang sesuai dengan
perincian di surat pengiriman barang serta surat pemesanan
barang.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
70
b. Bagian gudang melaporkan penerimaan barang tersebut ke
bagian keuangan dan administrasi.
c. Bagian keuangan dan administrasi membuat laporan
penerimaan. Toko Sahabat Yogyakarta tidak memiliki
kartu stock, sehingga pencatatan keluar masuk barang
hanya berdasarkan Purchase Order dari konsumen dan
Invoice dari pemasok. Pengambilan persediaan sebagai
barang sampel tidak terdokumentasi dengan baik, bagian
penjualan hanya memberikan secarik kertas memo atas
persediaan yang diambil untuk dijadikan sampel.
4. Informasi dan Komunikasi Persediaan Barang Dagang
Sistem informasi dan komunikasi dalam pelaksanaan transaksi
pemesanan, penerimaan, perhitungan, dan pengeluaran persediaan barang
dagangan melibatkan beberapa fungsi terkait, prosedur yang harus diikuti,
dokumen dan catatan yang diperlukan serta laporan yang dihasilkan.
Pencatatan ke dalam catatan akuntansi harus didasarkan atas laporan
sumber yang dilampiri dengan dokumen pendukung yang lengkap yang
telah diotorisasi oleh pihak yang berewenang. Informasi mengenai
persediaan barang yang dianggap rahasia, seperti harga beli persediaan
barang dagang hanya diketahui oleh pemilik toko atau manager.
Hal ini menyebabkan informasi yang akan dihasilkan oleh bagian
administrasi dan keuangan hanya seputar jumlah penjualan dan
pengeluaran rutin toko saja sedangkan harga pokok penjualan hanya
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
71
dikerjakan dan diketahui oleh pemilik toko. Pengendalian terhadap
persediaan barang dagang biasanya dianggap merupakan bagian dari siklus
penjualan dan penerimaan kas.Dalam hal ini Toko Sahabat Yogyakarta
membuat kebijaksanaan terhadap sistem penjualan tunai dan sistem
penjualan kredit. Berikut dijelaskan sistem informasi dan komunikasi
terkait dengan sistem penjualan dan penerimaan kas.
A. Sistem informasi dan komunikasi penjualan tunai
Penjualan tunai dilakukan oleh pelanggan dengan cara
pelanggan melakukan pembayaran terlebih dahulu sebelum barang
diberikan oleh perusahaan kepada pelanggan. Fungsi-fungsi yang
terkait dalam penjualan tunai ini adalah fungsi pemasaran, fungsi
keuangan dan akuntansi dan fungsi gudang. Dokumen-dokumen
yang dipergunakan dalam sistem penjualan tunai adalah :
a. Sales Order, yaitu permohonan barang dagangan oleh
pelanggan yang diisi menurut kebutuhan pelanggan.
b. Faktur penjualan tunai, yaitu faktur yang menunjukkan
penjualan tertentu yang mencakup jumlah penjualan,
syarat- syarat penjualan dan tanggal penjualan.
c. Delivery order, yaitu formulir yang digunakan untuk
menunjukan perincian dan tanggal pengiriman.
d. Surat jalan, yaitu formulir yang menunjukan nama produk,
ditujukan ke bagian pengiriman untuk diantarkan ke tujuan
pelanggan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
72
e. Kwitansi, yaitu formulir yang dipergunakan sebagai bukti
bahwa pembayaran telah diterima dari pelanggan dengan
cap “lunas”.
f. Form penerimaan kas, yaitu semacam daftar uang tunai dan
dokumen bank (seperti cek dan bilyet giro) yang
merupakan laporan jumlah yang diterima kasir untuk
selanjutnya disetor ke bank.
B. Sistem informasi dan komunikasi penjualan kredit.
Pesanan penjualan kredit dapat dilakukan melalui salesman
yang disetujui bagian penjualan. Dokumen yang dipergunakan
dalam sistem penjualan kredit adalah sebagai berikut:
a. Sales order, yaitu permohonan barang dagangan oleh
pelanggan yang diisi menurut kebutuhan pelanggan.
b. Faktur penjualan kredit, yaitu faktur yang menunjukan
penjualan kredit tertentu yang mencakup jumlah penjualan,
tanggal penjualan dan lain-lain.
c. Delivery order, yaitu formulir yang dipergunakan untuk
menunjukkan perincian produk, jumlah dan alamat
penerima.
d. Bukti pembayaran, yaitu dokumen yang berisi bukti
pembayaran oleh debitur terhadap piutangnya.
e. Memo kredit, dikeluarkan jika terjadi pengembalian barang
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
73
f. Bukti pengembalian barang berada di gudang untuk
mencatat barang yang dikembalikan.
g. Bukti memorial untuk menghapus piutang jika terjadi
pengembalian barang.
C. Sistem informasi dan komunikasi penerimaan kas
Penerimaan kas terjadi diperoleh melalui penjualan tunai
maupun penjualan kredit. Dokumen yang dipergunakan dalam
sistem penerimaan kas adalah sebagai berikut :
a. Faktur penjualan, yaitu faktur yang menunjukkan jumlah
penjualan syarat, tanggal, dan lain-lain.
b. Kas dan penerimaan kas yaitu daftar uang tuani dan
dokumen bank.
c. Bukti penagihan, yaitu dokumen untuk menagih kepada
debitur.
d. Bukti penyetoran oleh debitur tentang pembayaran
sejumlah piutang.
Secara periodik bagian keuangan dan administrasi harus
membuat beberapa laporan penjualan. Bagian gudang akan
membuat laporan penerimaan barang dari pemasok, laporan
retur barang yang dijual, daftar pesanan, dan laporan
pengiriman barang. Laporan alokasi persediaan antar-cabang
dibuat apabila ada kiriman barang dari cabang lain dan ada
pengeluaran barang untuk pengiriman barang ke cabang lain.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
74
Apabila cabang Toko Sahabat 2 mengalami kehabisan
persediaan dan dalam waktu secepatnya harus disediakan untuk
memenuhi permintaan konsumen maka Toko Sahabat 1 akan
mengirimkan persediaannya atas persetujuan kantor pusat.
Laporan penjualan beberapa tahun lalu dibuat jika
diperlukan untuk menjadi suatu pertimbangan dalam membuat
kebijaksanaan dan keputusan yang berkaitan dengan
pengendalian persediaan barang dagang. Laporan mengenai
jumlah persediaan dibuat oleh bagian logistik yang disebut
dengan laporan posisi stock (buffer stock), sedangkan laporan
stock opname dibuat atas kegiatan perhitungan fisik persediaan
barang dagang yang disiapkan oleh komputer bagian gudang.
5. Pemantauan Persediaan Barang Dagang
Pemantauan yang dilakukan oleh Toko Sahabat Yogyakarta
sehubungan dengan pelaksanaan transaksi penerimaan dan
pengeluaran barang dagangan adalah dengan memantau dan
memeriksa secara rutin pelaksanaan kerja dari fungsi-fungsi yang
terkait, apakah telah sesuai dengan metode dan prosedur.
Pemantauan atas persediaan barang dagang secara khusus meliputi
penilaian dan penganalisaan laporan stock opname setiap bulan
untuk disesuaikan dengan perkembangan permintaan konsumen.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
75
Jika manajemen toko menemukan penyimpangan dalam
pelaksanaan transaksi yang berhubungan dengan barang dagang
sehingga menimbulkan keluhan dari konsumen, maka manajemen
akan melakukan perbaikan seperlunya yang disesuaikan dengan
perubahan kondisi. Hal ini dilakukan untuk menciptakan
pengendalian internal yang memadai dalam perusahaan.
4.4 Prosedur Pengendalian Internal Atas Persediaan Barang Dagang Toko
Sahabat Yogyakarta
Prosedur untuk penjualan tunai dan perhitungan fisik persediaan
barang dagang pada Toko Sahabat Yogyakarta dapat dijelaskan di bawah
ini :
1. Penjualan Tunai
a. Pelanggan datang ke Toko Sahabat Yogyakarta, atau dapat
juga melalui pemilik toko untuk memesan barang. Bagian
pemesanan dalam hal ini pemilik toko akan membuat sales
order dalam dua rangkap yaitu untuk diberikan ke
pelanggan untuk pembayaran di kasir dan untuk diarsipkan.
b. Selanjutnya pemilik toko membuat delivery order sebanyak
empat lembar, yaitu untuk pelanggan, pemilik toko, admin
gudang, dan keuangan. Jika berdasarkan delivery order
tersebut bagian gudang dapat memenuhinya, maka barang
dipersiapkan untuk diserahkan kepada pelanggan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
76
c. Sesuai dengan delivery order, bagian keuangan akan
membuat faktur penjualan sebanyak empat lembar, yaitu
untuk diberikan ke pelanggan beserta delivery order, untuk
bagian akuntansi, untuk pemilik toko, dan diarsipkan.
d. Supir menerima barang yang telah dikeluarkan dari gudang
beserta faktur penjualan untuk pelanggan dan dikirimkan ke
alamat tujuan atau diserahkan langsung ke pelanggan.
e. Bagian keuangan akan menyetor uang setiap hari dari hasil
penjualan secara tunai ke bank dan mengarsipkan buktinya.
2. Perhitungan Fisik
a. Bagian gudang memberikan laporan fisik kepada admin
atau kepala gudang dan admin gudang mengadakan
perhitungan atas persediaan, kemudian membuat laporan
stock opname dan menandatanganinya.
b. Admin gudang mengeluarkan daftar stock berdasarkan
komputer (software) dan menyerahkannya ke keuangan.
c. Bagian keuangan membandingkan dan melakukan
perhitungannya berdasarkan fisik persediaan dan daftar
stock dari software.
d. Laporan diberikan kepada pemilik toko dan pemilik toko
mengambil tindakan apabila ditemukan selisih yang
signifikan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
77
4.5 Analisis Sistem Pengendalian Internal Atas Persediaan Barang Dagang
Toko Sahabat Yogyakarta
Peneliti akan melakukan pembahasan hasil penelitian mengenai sistem
pengendalian internal persediaan barang dagang dalam menunjang
efektivitas pengelolaan persediaan barang dagang dengan cara
membandingkan antara hasil penelitian yang diperoleh peneliti dengan
landasan teori yang ada sebagai berikut :
A. Lingkungan Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagangan
Manajemen Toko Sahabat Yogyakarta menganggap bahwa
pengendalian atas persediaan barang dagangan itu sangat penting.
Lingkungan pengendalian persediaan barang dagangan pada Toko
Sahabat Yogyakarta akan dianalisa dan di evaluasi berdasarkan faktor-
faktor yang menyusun lingkungan pengendalian dari perusahaan.
a. Falsafah dan Gaya Manajemen Operasi
Falsafah manajemen yang diterapkan Toko Sahabat
Yogyakartadalam melaksanakan transaksi penjualan
barang dagangan sangat mendukung dalam menciptakan
lingkungan pengendalian yang memadai. Hal ini dapat
dilihat dengan adanya komitmen pemilik toko untuk
membangun hubungan bisnis yang baik dengan para
pelanggannya.
Gaya operasi manajemen menekankan pentingnya
laporan- laporan yang menunjukkan informasi yang benar
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
78
atau wajar tentang transaksi yang berhubungan dengan
persediaan barang dagangan, baik laporan penjualan,
laporan penerimaan barang, laporan stock opname dan
laporan lainnya. Dalam hal ini laporan-laporan tersebut
dihasilkan melalui prosedur-prosedur yang telah ditetapkan
serta sudah didukung oleh bukti-bukti yang cukup. Namun
untuk laporan harga pokok penjualan tidak disertakan
bukti-bukti yang cukup karena dianggap sebagai informasi
yang rahasia sehingga hanya pemilik toko dan bagian
keuangan yang mengetahui hal tersebut.
b. Struktur Organisasi
Struktur organisasi perusahaan ini telah dirancang
dan disusun secara sederhana namun baik, yaitu secara
fungsional yang terdiri dari fungsi pemasaran, fungsi
keuangan dan akuntansi, dan fungsi persediaan. Dari hasil
pengamatan penelitipemisahan fungsi pada Toko Sahabat
Yogyakarta sudah baik dan tidak adanya rangkap jabatan.
c. Fungsi Audit Internal
Umumnya auditor internal di dalam suatu
perusahaan sangatlah dibutuhkan untuk mengaudit
perusahaan itu terutama perusahaan dagang. Namun pada
Toko Sahabat Yogyakarta tidak memerlukan seorang
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
79
auditor internal karena Toko Sahabat Yogyakarta adalah
milik perseorangan.
d. Penetapan Wewenang dan Tanggung Jawab
Penetapan wewenang dan tanggung jawab dalam
pengendalian persediaan sudah baik dilakukan oleh
manajemen Toko Sahabat Yogyakarta.
e. Praktek dan Kebijakan Karyawan
Kebijakan dan prosedur staf dan kepegawaian di
toko ini diterapkan kurang baik, padahal hal ini memegang
peranan yang penting bagi jalannya pengawasan karena
karyawan merupakan komponen yang penting dalan
pelaksanaan pengendalian internal perusahaan. Dalam hal
ini toko Sahabat belum mempunyai kebijakan perekrutan,
pelatihan dan memberi penghargaan sesuai dengan
tanggung jawan setiap karyawan yang berprestasi. Kondisi
ini belum cukup baik untuk membina kualitas karyawan
yang jujur, terampil dan memiliki loyalitas terhadap
perusahaan.
B. Penilaian Risiko Persediaan Barang Dagangan
Penilaian resiko yang dilakukan oleh manajemen agar
penyajian informasi persediaan barang dagang adalah wajar dan
tepat waktu sudah cukup baik. Manajemen telah mengenali dan
mempelajari resiko-resiko yang ada, serta membentuk aktivitas-
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
80
aktivitas pengendalian yang diperlukan untuk menghadapi hal
tersebut. Penentuan resiko persediaan barang dagang yang ada
pada Toko Sahabat Yogyakarta dilakukan atas pertimbangan tren
pasar, sehingga mengakibatkan berkurangnya penjualan atau
menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Untuk mengatasi hal tersebut, perusahaan mengadakan
stock opname yang memeriksa kebenaran atau kewajaran jumlah
dan tren pasar dari setiap produk, supaya barang yang pertama
masuk yang seharusnya pertama keluar, sehingga resiko
ketinggalan tren dapat diperkecil. Menurut peneliti, manajemen
cukup tanggap terhadap resiko-resiko yang telah ditentukan dan
perubahan-perubahan yang harus dilakukan untuk bisa bersaing di
era globalisasi ini, baik dari segi teknologi, sistem informasi,
peraturan dan standar baru yang harus diikuti.
C. Aktivitas Pengendalian Persediaan Barang Dagangan
1. Otorisasi transaksi
Otorisasi atas transaksi dan aktivitas dilakukan
dengan pembubuhan tanda tangan oleh orang yang
berwenang pada dokumen untuk transaksi tersebut,
misalnya : laporan penerimaan barang dan pengeluaran
barang diotorisasi oleh admin gudang. Menurut peneliti,
pemberian otorisasi atas transaksi dan aktivitas ini sudah
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
81
cukup memadai dalam melaksanakan pengendalian internal
persediaan barang dagangan.
2. Pemisahan tugas
Toko Sahabat Yogyakarta telah mengadakan
pemisahan tugas yang cukup pada setiap transaksi atau
kegiatan yang berkaitan dengan persediaan barang dagang.
Satu diantaranya adalah pada kegiatan perhitungan fisik
persediaan barang dagang, dilihat bahwa adapembagian
tugas yang jelas, yakni : melaporkan jumlah persediaan
barang dagang gudang oleh staf gudang, menghitung fisik
persediaan oleh bagian gudang bersama beberapa staf
gudang, serta membuat laporan perbandingan fisik dan
komputer.
3. Catatan akuntansi
Toko Sahabat Yogyakarta telah membuat dokumen-
dokumen dan catatan-catatan yang bertujuan untuk
pengawasan persediaan, namun dokumen-dokumen
tersebut tidak mempunyai nomor urut tercetak. Menurut
peneliti, tidak adanya nomor urut tercetak ini akan
melemahkan pengendalian internal pada perusahaan karena
hal ini dapat menyebabkan karyawan kurang berhati-hati
atau kurang bertanggung jawab dalam dalam penggunaan
formulir dan bukti transaksi lainnya lebih dari satu kali.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
82
4. Pengendalian akses
Perlindungan fisik atas persediaan barang dagangan
pada perusahaan ini cukup memadai, yaitu tersedianya
gudang sebagai tempat penyimpanan dan tetapi tidak
dilengkapi dengan tabung gas untuk menanggulangi bahaya
kebakaran, serta dikunci oleh staf gudang yang berwenang
setelah jam kerja selesai. Perlindungan fisik terhadap
dokumen dan catatan kurang memadai. Walaupun tersedia
blinder map sebagai tempat penyimpanan masing-masing
dokumen, namun catatan yang rusak baik dalam komputer
maupun catatan manual tidak diperbaiki. Selain itu,
perusahaan juga telah melakukan pengawasan fisik
terhadap komputer, yaitu dengan memilih jaringan
komputer. Menurut peneliti, kebijakan perusahaan dalam
mewujudkan pengawasan dan perlindungan fisik terhadap
persediaan dan catatan, serta aktiva perusahaan masih perlu
ditingkatkan dalam mewujudkan pengendalian internal
yang baik.
5. Pengecekan independen atas pelaksanaan
Perusahaan ini telah melaksanakan pemisahan fungsi yang
berhubungan dengan pengawasan persediaan namun tidak
dikerjakan oleh orang yang berbeda, sehingga tidak adanya
independensi dalam pengecekan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
83
D. Informasi dan Komunikasi Persediaan Barang Dagangan
Sistem informasi dan komunikasi yang dilakukan oleh
Toko Sahabat Yogyakarta masih perlu ditingkatkan. Hal ini dapat
dilihat dari penyusunan prosedur yang jelas di dalam perusahaan,
termasuk dalam prosedur pengawasan persediaan barang dagang
yang melibatkan beberapa fungsi terkait, dokumen dan catatan
yang diperlukan serta laporan yang dihasilkan dan pencatatan ke
dalam catatan akuntansi harus didasarkan atas laporan sumber yang
melampiri dengan dokumen pendukung yang lengkap yang telah
diotorisasi oleh pihak yang berwenang. Namun sumber-sumber
laporan tersebut tidak didokumentasikan dengan baik, sehingga
masih perlu perbaikan.
E. Pemantauan Persediaan Barang Dagang
Pemantauan dilakukan agar dapat membantu manajemen untuk
mengetahui ketidakefektifan pelaksanaan unsur-unsur pengendalian
yang lain. Toko Sahabat Yogyakarta melakukan pemantauan
persediaan barang dagangan dengan melakukan stock opname setiap
bulannya untuk disesuaikan dengan tren pasar dan perkembangan
permintaan konsumen, serta memperhatikan keluhan-keluhan
pelanggan. Evaluasi agar penyimpangan yang ditemukan juga
merupakan tanggapan yang baik dan mencerminkan adanya kesadaran
akan pentingnya pengendalian yang tertanam dalam diri manajemen.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
84
Aktivitas pemantauan langsung dilakukan oleh pemilik toko, sehingga
bisa disimpulkan aktivitas ini cukup mendukung pengendalian internal.
Tabel 4.2
Penilaian efektivitas sistem pengendalian internal persediaan
barang dagangan
No Elemen Sub elemen Hasil
1. Lingkungan
pengendalian
internal
persediaan
barang
dagangan
Falsafah dan gaya
managemen operasi
Pemilik toko selalu
menciptakan hubungan
bisnis yang baik dan semua
karyawan ditekankan untuk
bertindak jujur kepada
konsumennya dan semua
pihak yang berhubungan
dengan toko.
Struktur organisasi Struktur organisasi pada
Toko Sahabat Yogyakarta
sudah disusun secara
fungsional.
Fungsi audit internal Toko Sahabat Yogyakarta
tidak mempunyai audit
internal karena toko milik
perseorangan.
Penetapan wewenang Toko Sahabat Yogyakarta
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
85
dan tanggung jawab telah menerapkan
pendelegasian wewenang
sesuai dengan struktur
organisasi toko, namun
semua keputusan ada pada
pemilik Toko Sahabat
Yogyakarta.
2. Penilaian resiko
persediaan
barang
dagangan
Terpenuhi dengan adanya
stock opname dalam sebulan
sekali yang dilakukan oleh
bagian gudang disertai
pemilik toko
3. Aktivitas
pengendalian
persediaan
barang dagang
Pemisahan tugas
yang cukup
Sudah terpenuhi dengan
karyawan yang menjalankan
masing-masing tugas
Otorisasi yang pantas
atas transaksi dan
ativitas
Belum terpenuhi, hal ini
dibuktikan dengan tidak
adanya dokumentasi dengan
baik mengenai keluar
masuknya barang
persediaan.
4. Informasi dan Belum terpenuhi, hal ini
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
86
komunikasi
persediaan
barang
dagangan
dibuktian dengan laporan-
laporan penjualan yang
hanya dibuat jika diperlukan
saja
5. Pemantauan
persediaan
barang
dagangan
Terpenuhi dengan adanya
stock opname setiap sebulan
sekali
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
87
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah menganalisis dan mengevalusi sistem pengendalian internal atas
persediaan barang dagang pada Toko Sahabat Yogyakarta yang telah diuraikan
pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Implementasi sistem pengendalian internal atas persediaan barang
dagangan pada Toko Sahabat Yogyakarta dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Lingkungan pengendalian internal persediaan barang dagang :
1) Pemilik Toko Sahabat Yogyakarta selalu menciptakan
hubungan bisnis yang baik dengan bertindak jujur kepada
konsumen, pemasok, dan semua pihak yang berhubungan
dengan toko.
2) Struktur organisasi pada Toko Sahabat Yogyakarta sudah
memisahkan tanggungjawab fungsional secara tegas.
3) Toko Sahabat Yogyakarta belum memerlukan seorang audit
internal karena toko milik perseorangan.
4) Toko Sahabat Yogyakarta telah menerapkan pendelegasian
wewenang sesuai dengan struktur organisasi toko, namun
semua keputusan ada pada pemilik Toko Sahabat
Yogyakarta.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
88
b. Penilaian risiko persediaan barang dagangan: adanya stock opname
dalam sebulan sekali yang dilakukan oleh bagian gudang disertai
pemilik toko.
c. Aktivitas pengendalian persediaan barang dagangan :
1) Pemisahan tugas yang cukup dengan karyawan yang
menjalankan masing-masing tugas.
2) Belum adanya dokumentasi dengan baik mengenai keluar
masuknya barang persediaan.
d. Informasi dan komunikasi persediaan barang dagangan : laporan-
laporan penjualan dibuat jika diperlukan saja untuk kepentingan
tertentu.
e. Pemantauan persediaan barang dagangan dengan adanya stock
opname setiap sebulan sekali
2. Sistem pengendalian internal atas persediaan barang dagangan pada Toko
Sahabat Yogyakarta belum berjalan secara efektif, hal tersebut dapat
dilihat dari :
a. Adanya kebijakan stock opname secara rutin setiap bulan dalam
menjaga ketersediaan persediaan barang dagang namun tidak
didukung oleh penggunaan kartu stock sebagai dasar pengendalian
persediaan harian.
b. Pelaksanaan informasi dan komunikasi dan pemantauan
didominasi hanya oleh pemilik Toko Sahabat Yogyakarta,
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
89
sehingga saat pemilik toko tidak ada, tidak ada lagi yang dapat
mengambil keputusan.
c. Toko Sahabat Yogyakarta belum menggunakan kartu stok untuk
pengendalian barang dagangan yang disimpan didalam gudang,
sehingga mengakibatkan tidak ada pengendalian barang dagangan
yang ada di gudang.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan yang
telah dikemukakan, berikut ini adalah beberapa saran yang diharapkan
dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan didalam sistem
pengendalian internal atas persediaan barang dagangan pada Toko Sahabat
Yogyakarta. Adapun saran-saran yang dapat berikan adalah sebagai
berikut :
1. Toko Sahabat Yogyakarta dapat mulai menggunakan kartu stock
untuk pengendalian persediaan barang dagangan harian.
2. Disarankan untuk pemilik Toko Sahabat Yogyakarta dapat
mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab pengambilan
keputusan dalam hal masalah-masalah kecil yang ada di Toko
Sahabat Yogyakarta kepada orang tertentu yang dapat
menggantikan jika pemilik toko sedang tidak ada.
Dengan mempertimbangkan saran ini diharapkan pelaksanaan
prosedur pengelolaan persediaan ini lebih menunjang efektivitas
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
90
pengendalian internal atas persediaan barang dagangan pada Toko Sahabat
Yogyakarta
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
91
DAFTAR PUSTAKA
Alfons. 2015. Efektivitas Pengendalian Internal Atas Persediaan Barang Dagang Pada PT.Orindo. Skripsi Tidak Dipublikasikan : Jakarta
Amin, Widjaja Tunggal.2010. Teori Dan Praktek Auditing. Harvindo : Jakarta
Arens, Alvin A, et.,al. 2008. Auditing dan Jasa Assurance. Ed 12. Jilid 2. Terjemahan Herman Wibowo. Salemba : Jakarta
Arikuntono, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT.Rineka Cipta : Jakata
Bungin, Burhan H.M, 2007. Penelitian Kualitatif. Kencana Premana Media Grub: Jakarta
COSO. 2013. Internal Control-Integrated Framework. Executive Summary : Durham North Carolina
Hall, James. 2007. Accounting Information System, edisi 4. Salemba Empat: Jakarta
Handayani, Siti. 2014.Evaluasi Pengendalian Internal Sediaan Barang Dagang Pada Toko Kesongo Tuntang. Perpustakaan Universitas Dian Nuswantoro. Skripsi Tidak Dipublikasikan:Semarang
Hansen dan Mowen. 2009.Management Accounting. Ed 8.Salemba Empat:Jakarta
Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Standar Akuntansi Keuangan,Salemba Empat:Jakarta,2013.Standar Profesi Akuntan Publik, Salemba Empat:Jakarta
Ikatan Akuntansi Keuangan Indonesia. 2013. PSAK 14. Persediaan. Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI
Indriantoro, Nur. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. BPFEE : Yogyakarta
Jusuf, Amir Abadi. 2003. Auditing Pendekatan Terpadu. Edisi Indinesia Buku Satu. Salemba Empat : Yogyakarta
Keiso, Donald E. 2002. Akuntansi Internediate. Edisi X. Jilid 1. Erlangga : Jakarta
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
92
Krismiaji. 2010. Sistem Informasi Akuntansi. UPP STIM YKPN : Yogyakarta
Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Pembaharuan : Yogyakarta
Markus, Zahnd. 2006. Perencanaan Kota Secara Terpadu. Salemba Empat : Jakarta
Meleong, L.J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Putra : Bandung
Mukminin, Ummil. 2015. Analisis Pengendalian Internal Atas Persediaan Barang Dagang Di Distributor Resmi. Skripsi Tidak Dipublikasikan : Bekasi
Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Salemba Empat : Jakarta
Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Keenam. Salemba Empat : Jakarta
Mulyadi. 2008. Sistem Akuntansi. Ed 3. Cetakan 3. Salemba Empat : Jakarta
Muslich, Muhammad. 2000. Managemen Keuangan Modern. Bumi Askara : Jakarta
Nurjanah, Siti. 2013. Analisis Sistem Pengendalian Internal Persediaan Pada Toko Wulan Salatiga. Skripsi Tidak Dipublikasikan : Salatiga
Prihatiningsih, Oktaviani dan Lili Syafitri. 2011. Pengujian Pengendalian Persediaan Barang Dagang Di CV.Camandatu. Skripsi Tidak Dipublikasikan : Palembang
Pujiati. 2014. Internal COSO. Artikel. Pujiati71. Blogspot. Com
Rangkuti, Freddy. 2004. Manajemen Persediaan. Ed 2. PT.Raja Grafindo : Jakarta
Rangkuti, Freddy. 2000. Manajemen Persediaan. PT.Raja Grafindo Persada : Jakarta
Rapina dan Leo Christyanto. 2011. Peranan Sistem Pengendalian Internal Dalam Meningkatkan Efektivitas dan Efisieni Kegiatan Operasional Pada Siklus Persediaan dan Pergudangan.Skripsi Tidak Dipublikasikan : Jakarta
Sawi, Agnes. 2003. Analisis Laporan Keuangan Edisi Empat. Bumi Askara : Jakarta
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
93
Stice dan Skousen. 2009. Akuntansi Intermediate. Ed 16. Buku 1.Salemba Empat : Jakarta
Suharli, M. 2006. Akuntansi untuk Bisnis Jasa dan Dagang. Edisi Pertama. Graha Ilmu : Yogyakarta
Supomo, Bambang. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis (Untuk Akuntansi dan Managemen). Ghalia Indonesia : Yogyakarta
Sutrisno. 200. Managemen Keuangan. Ekonosia : Yogyakarta
Tamodia, Widya. 2013. Evaluasi Penerapan Sistem Pengendalian Intern Untuk Persediaan Barang Dagang Pada PT. Laris Manis Utama Cabang Manado.Jurnal Akuntansi ISSN2303-1174. Universitas Sam Ratulangi Manado
Warren S. Carl, James M, Reeve dan Philip E. Fees. 2008. Pengantar Akuntansi. Edisi 21. Salemba Empat : Jakarta
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at