10
STRUKTUR KOTA SUMEDANG Pendahuluan Kemajuan pembangunan yang terjadi di Indonesia pada akhir dekade ini banyak menyebabkan perubahan bentuk dan struktur pada kota-kotanya. Perubahan tersebut tidak saja terjadi dikota-kota besar, seperti Jakarta, Semarang dan Surabaya, tapi juga melanda kota-kota yang lebih kecil seperti Sumedang. Sumedang dikenal sebagai kota kabupaten yang relatif tenang. Tulisan ini membahas tentang perencanaan Sumedang. Dengan mengetahui proses perkembangan kotanya dimasa lalu diharapkan bisa dipakai sebagai pegangan dalam pengembangan kota tersebut dimasa datang. Dalam pengembangan kota, tidaklah terlepas dari peran dan fungsi struktur kota yang merupakan bagian dari aktivitas- aktivitas kota. Arus pergerakan aktivitas kota yang ditimbulkan dari struktur kota akan membentuk adanya pola- pola/pattern kota. Kota adalah lingkungan binaan manusia yang sangat komplek. Oleh sebab itu kota bisa dibahas dari berbagai sudut pandang disiplin ilmu dan sekaligus juga merupakan bahasan yang tidak pernah selesai. Kota Sumedang akan dibahas dari sudut bentuk dan struktur kotanya. Para rasionalis baru Eropa memberikan beberapa arahan tentang bagaimana cara memandang morpologi kota, seperi yang disarikan oleh Parimin (1996:3), morfologi kota sebagai berikut: 1. Morfologi kota adalah realitas dari cara memandang dunia

irasugito.files.wordpress.com  · Web viewberikutnya ‘tumbuh dan mati’ dibagian lain dari kota (Parimin,1996:4). Jadi bentuk kota yang sesungguhnya berupa kolasi-kolasi sejarah

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: irasugito.files.wordpress.com  · Web viewberikutnya ‘tumbuh dan mati’ dibagian lain dari kota (Parimin,1996:4). Jadi bentuk kota yang sesungguhnya berupa kolasi-kolasi sejarah

STRUKTUR KOTA SUMEDANG

Pendahuluan

Kemajuan pembangunan yang terjadi di Indonesia pada akhir dekade ini banyak

menyebabkan perubahan bentuk dan struktur pada kota-kotanya. Perubahan tersebut

tidak saja terjadi dikota-kota besar, seperti Jakarta, Semarang dan Surabaya, tapi juga

melanda kota-kota yang lebih kecil seperti Sumedang. Sumedang dikenal sebagai kota

kabupaten yang relatif tenang. Tulisan ini membahas tentang perencanaan Sumedang.

Dengan mengetahui proses perkembangan kotanya dimasa lalu diharapkan bisa dipakai

sebagai pegangan dalam pengembangan kota tersebut dimasa datang.

Dalam pengembangan kota, tidaklah terlepas dari peran dan fungsi struktur kota yang

merupakan bagian dari aktivitas-aktivitas kota. Arus pergerakan aktivitas kota yang

ditimbulkan dari struktur kota akan membentuk adanya pola-pola/pattern kota.

Kota adalah lingkungan binaan manusia yang sangat komplek. Oleh sebab itu kota bisa

dibahas dari berbagai sudut pandang disiplin ilmu dan sekaligus juga merupakan

bahasan yang tidak pernah selesai. Kota Sumedang akan dibahas dari sudut bentuk dan

struktur kotanya. Para rasionalis baru Eropa memberikan beberapa arahan tentang

bagaimana cara memandang morpologi kota, seperi yang disarikan oleh Parimin

(1996:3), morfologi kota sebagai berikut:

1. Morfologi kota adalah realitas dari cara memandang dunia

2. Ruang publik kota. Dalam hal ini termasuk seperti alun-alun dan ruang-ruang kota

lainnya seperti jalan-jalan utama yang digunakan untuk prosesi kenegaraan atau

keagamaan dan lain-lainnya. Bentuk kota pada dasarnya terjadi akibat proses

interaksi antar penghuninya. Individu dalam masyarakat kota tidak terisolasi dalam

kegiatan individual, tapi terinteraksi dalam bentuk ruang kota (Parimin, 1996:4).

Oleh sebab itu dalam mengamati morfologi kota yang terpenting bukanlah bentuk

bangunan individual, tapi ruang-ruang publik kota.

3. Kota bukan ciptaan satu generasi, tapi terus tumbuh dari satu generasi ke generasi

lainnya. Jadi pada dasarnya bentuk kota yang sekarang adalah merupakan proses

interaksi antar generasi. Dalam pengalaman sejarah, kota tidak tumbuh menuju

suatu sistim tertentu milik suatu generasi yang dianggap unggul. Tapi ide dari satu

generasi ‘tumbuh dan mati’ dibagian suatu kota. Sementara ide dari generasi

Page 2: irasugito.files.wordpress.com  · Web viewberikutnya ‘tumbuh dan mati’ dibagian lain dari kota (Parimin,1996:4). Jadi bentuk kota yang sesungguhnya berupa kolasi-kolasi sejarah

berikutnya ‘tumbuh dan mati’ dibagian lain dari kota (Parimin,1996:4). Jadi bentuk

kota yang sesungguhnya berupa kolasi-kolasi sejarah. Dalam hubungannya dengan

Sumedang, pembahasan hanya ditekankan pada pertumbuhan bentuk kota saja.

Sumedang adalah kabupaten dengan 26 kecamatan, 270 desa dan 7 kelurahan dengan

luas 15.220 ha. Bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung, di bagian utara

berbatasan dengan Kabupaten Subang, di bagian timur berbatasan dengan Kabupaten

Majalengka dan di selatan berbatasan dengan Kabupaten Garut. Secara geografis

termasuk dalam area cekungan Bandung di beberapa kecamatan. Jumlah penduduk

pada tahun 2007 sebanyak 1.192.000 jiwa. Matapencaharian penduduknya beragam,

didominasi oleh sektor pertanian.

Gambar 1. Peta Jawa Barat

Sumber : Google map, 2009.

Gambar 2. Peta Kabupaten Sumedang

Sumber : Bappeda Kabupaten Sumedang, 2009.

Page 3: irasugito.files.wordpress.com  · Web viewberikutnya ‘tumbuh dan mati’ dibagian lain dari kota (Parimin,1996:4). Jadi bentuk kota yang sesungguhnya berupa kolasi-kolasi sejarah

Gambar 3. Peta Kecamatan Kecamatan di Sumedang

Sumber : Bappeda Kabupaten Sumedang, 2009.

Kota Sumedang sudah ada sejak jaman dahulu kala. Jaman dimana para raja berkuasa.

Kota sudah terstruktur rapi. Inti kota berupa sebuah alun-alun dan bangunan penting di

sekelilingnya yaitu rumah Raja/Bupati, mesjid agung lengkap dengan kaumnya (tempat

kaum sarungan atau para ulama dan santri), penjara, dan bangunan penting lainnya, di

luar daerah inti kota setempat,terdapat daerah hunian pedagang yang tinggal di pasar

domestik, baisanya mereka ini juga membangun hubungan mutualistik dengan para

Raja pada masa lalu atau pedagang lainnya. Jalan utama dari benteng istana raja/rumah

bupati ke alun-alun terlihat sudah dibuat.

Bentuk Kerangka Utama Kota

Bentuk kerangka utama kota Sumedang sebenarnya berupa segi empat yang kompak.

Tata letak kotanya tampak teratur dan simetri dengan patokan sumbu utama Utara-

Selatan yang sangat jelas. Pada ujung-ujung sumbu utama tersebut terdapat elemen kota

yang penting sebagai pusat kontrol kekuasaan administratif yaitu: kantor Bupati sebagai

pusat administratif pemerintahan.

Page 4: irasugito.files.wordpress.com  · Web viewberikutnya ‘tumbuh dan mati’ dibagian lain dari kota (Parimin,1996:4). Jadi bentuk kota yang sesungguhnya berupa kolasi-kolasi sejarah

Pada bagian Timur dan Barat dari sumbu utama terdapat jalan besar yang sejajar dan

jalan melintang yang memotong tegak lurus sumbu utama sehingga membentuk suatu

pola grid yang nyaris simetri. Jalan yang membentuk sumbu utama bisa berfungsi

sebagai penghubung pusat pemerintahan dengan lingkungan sekitar pusat kota.

Ke arah luar pusat kota, pola jalan menjadi searah, hal ini karena lalulintas belum terlalu

ramai dan untuk menghindari macet jika banyak pertemuan antara jalan (pola grid).

Gambar 4. Pola dan Struktur Ibukota Kabupaten Sumedang

Sumber : Google earth, 2009.

Perkembangan Kota

Setelah berdiri kawasan pendidikan di Kecamatan Jatinangor, maka perkembangan

kota Sumedang mendapat pengaruh yang besar. Arah pergerakan dan kegiatan bergeser

Kantor Bupati

DPRD

Mesjid Agung

Penjara

Alun alun

Page 5: irasugito.files.wordpress.com  · Web viewberikutnya ‘tumbuh dan mati’ dibagian lain dari kota (Parimin,1996:4). Jadi bentuk kota yang sesungguhnya berupa kolasi-kolasi sejarah

kearah barat dimana kawasan barat mempunyai peruntukan sebagai kawasan industri

perdagangan, industri dan pendidikan. Tarikan dari arah barat menyebabkan perubahan

struktur kota. Pembangunan lebih dominan dilakukan di barat atau kearah Kecamatan

Jatinangor, Cimanggung dan Tanjungsari. Struktur kota di bagian barat Sumedang ini

mengalami pergeseran, menjadi kota dengan hirarki yang lebih tinggi. Pusat

pelayanannya bukan hanya untuk wilayah sekitar, tetapi juga menjadi kota yang dapat

melayani wilayah yang lebih luasnya, bahkan dari pusat kota Sumedang pergerakan dan

kegiatan tertarik kearah Jatinangor.

Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan rencana pembangunan strategis,

direncanakan dibangun jalan tol Cisumdawu (Cileunyi,-Sumedang-Dawuan/Cirebon).

Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan aksesibilitas terhadap bandara Kertajati

di Majalengka dan Pelabuhan di Cirebon. Tetapi dengan pembangunan akses jalan tol

kearah Cirebon ini malah dapat menyebabkan kota Sumedang akan terlewati. Jika tidak

mempunyai keunggulan kompetitif dan komparatif yang sangat signifikan, maka

perkembangan kota dikhawatirkan akan mengalami hal yang sama dengan kota-kota

yang dilewati jalan tol sebelumnya, seperti Purwakarta yang terlewati tol Cipularang

dan menjadi kota yang ‘mati’.

Antisipasi hal tersebut diatas yang dapat dilakukan sebagai upaya menarik pergerakan

dan kegiatan dari tol kearah kota Sumedang, Pemerintah Kabupaten Sumedang dapat

menempuh berbagai cara, diantaranya dengan:

1. memperkokoh landasan ekonomi masyarakat,

2. menetapkan komoditas unggulan daerah dari berbagai aspek (fisik, ekonomi

termasuk pariwisata, sosial, budaya)

3. membuka akses/tol gate kearah kota,

4. membuat show window komoditas unggulan daerah di arena rest area

Penyebaran Penduduk

Penyebaran penduduk juga mengalami pergeseran. Di arah barat terjadi peningkatan

jumlah penduduk secara signifikan karena pertambahan dari luar (imigrasi) sebagai

pelajar dan mahasiswa, ditambah lagi adanya komuter (pekerja, pedagang) yang

menambah beban kota Jatinangor sebagai kota pendidikan.

Page 6: irasugito.files.wordpress.com  · Web viewberikutnya ‘tumbuh dan mati’ dibagian lain dari kota (Parimin,1996:4). Jadi bentuk kota yang sesungguhnya berupa kolasi-kolasi sejarah

Rencana Tata Ruang

Pola kependudukan yang bergeser di Jatinangor, menjadikan kota Kecamatan Jatinangor

bergeser pola struktur kotanya. Pusat pusat pelayanan tumbuh melayani kota Jatinangor

dan sekitarnya. Pola pergerakan, transportasi dan kegiatan menjadi lebih hidup dan

aktif. Jalan menjadi macet. Lahan beralih fungsi dari peranian/persawahan menjadi

permukiman yang tumbuh secara cepat, tidak terkendali bahkan tidak teratur. Pola dan

rencana tata ruang menjadi terabaikan. Padahal Jatinangor sudah mempunyai dokumen

dokumen tata ruang, diantaranya adalah :

1. Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan dan Kawasan Industri

2. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

Menurut buku rencana tersebut, Jatinangor merupakan kawasan industri, perdagangan,

jasa dan pendidikan. Pertanian tetap diperhatikan karena sebagian besar penduduk asli

bermatapencaharian di sektor pertanian. Lingkungan berfungsi sebagai kawasan

lindung di beberapa tempat karena merupakan daerah tangkapan air (catchment area)

atau daerah dengan kemiringan yang curam. Tetapi buku rencana tersebut hanya

menjadi dokumen belaka yang tidak terimplementasi secara optimal.

Gambar 5. Peta Jatinangor

Page 7: irasugito.files.wordpress.com  · Web viewberikutnya ‘tumbuh dan mati’ dibagian lain dari kota (Parimin,1996:4). Jadi bentuk kota yang sesungguhnya berupa kolasi-kolasi sejarah

Penutup

Seperti kebanyakan kota-kota di Indonesia, Sumedang pun mengalami 3 masa dalam

pembentukan kotanya. Yang pertama adalah jaman prakolonial, yang kebanyakan tidak

terdokumentasi sama sekali. Yang kedua adalah jaman kolonial. Yang ketiga adalah

jaman kemerdekaan. Dalam suatu perencanaan pembangunan kota yang baik,

diharapkan masa-masa pembangunan kota tersebut dapat dilihat sebagai suatu kolasi

kolasi tersendiri.

Kota Sumedang terstruktur dan terpola dengan rapi sudah sejak jaman dahulu dikala

raja raja berkuasa. Seiring dengan perkembangan jaman, kota Sumedang mengalami

perubahan struktur dan pola ruang kota. Kota kota padat di bagian barat berkembang

dengan cepat. Hirarki kota menjadi meningkat. Sedangkan pusat kota Sumedang sendiri

terancam menjadi kota mati dengan adanya pembangunan jalan tol Cisumdawu.

Adalah tugas seluruh lapisan masyarakat/stakeholder untuk menjaga struktur dan pola

kota agar tetap sesuai dengan rencana yang telah ada, baik itu rencana spasial maupun

aspasial. Kebijakan pemerintah diharap berpihak dan konsisten dalam menjaga

keberlanjutan kota. Perencanaan dan pengawasan sangat diperlukan dalam proses

pembangunan agar kota tetap terstruktur rapi. Peran serta masyarakat pun amat penting

dalam memelihara kota. Akhirnya semua diharap dapat bersinergi dalam membangun

kota, sehingga kota Sumedang dapat berfungsi dengan baik, apakah sebagai kota

perdagangan, industri, rekreasi, pendidikan atau bahkan menjadi kota pensiun yang

nyaman untuk dihuni. Semua berpulang pada kita.