16
Mengapa Kota-kota Ada,Tinjauan Kota-kota di Indonesia [email protected] A - 1 MENGAPA KOTA-KOTA ADA? TINJAUAN KOTA-KOTA DI INDONESIA Hendra Hendrawan Abstract The formation of the city caused by various factors. Various reviews and theories have been made to identify the factors forming the city from various perspectives. From an economic perspectives was mentioned that the occurrence of a town originated from the activities of trade and industry, where the selection of the location of activities based on customer location, the source of raw materials, ease of distribution and energy resources. By conducting the study and analysis of the economic base of cities in Indonesia it is known that industrial activity was a dominating factor whycities exist. Keywords : Cities, Trade, Industry,and Indonesia. I. PENDAHULUAN Kota merupakan sebuah tempat dimana berkumpulnya berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat yang heteregon dengan dukunganfasilitas dan infrastruktur yang lengkap. Berbagai macam kegiatan dilaksanakan di kota mulai dari kegiatan pendidikan, perdagangan, industri, jasa sampai kegiatan yang bersifat hiburan atau rekreasi. Infrastruktur yang ada dikota terdiri dari unit pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan, sarana dan prasanana transportasi, telekomunikasi, dan sistem infrastruktur lainnya yang mendukung keberlangsungan kehidupan di perkotaan. Sedangkan dari sisi kependudukan, penduduk kota terdiri dari masyarakat dengan berbagai macam ras, agama, dan suku,mulai dari ekonomiyang tergolong sangat miskin hingga yang tergolong sangat kaya. Selain ciri-ciri kota sebagaimana tersebut diatas, banyak definisi dan ciri tentang kota sesuai dengan sudut pandang kepakaran atau disiplin ilmu. Pengertian atau definisi kota tersebut antara lain menurut Dwight Sanderson (1942:664) : Kota adalah tempat yang berpenduduk 10.000 orang atau lebih (dalam Khairudin, 1992 :4-5). Harris dan Ullman (P.J.M. Nas, 1979:30) : Kota merupakan pusat untuk permukiman dan pemanfaatan bumi oleh manusia. Pertumbuhan yang cepat dan luasnya kota menunjukan cara yang unggul untuk mengekploitasi bumi. Max Weber (P.J.M Nas, 1979: 29) : Kota merupakan daerah dimana penghuninya dapat memenuhi kebutuhan ekonominya di pasar lokal.Ditjen Cipta Karya, 1997 (Nia K. Pontoh dan Iwan Kustiawan, 2008) : Kota merupakan permukiman yang berpenduduk relatif lebih besar, luas areal terbatas, pada umumnya bersifat nonagraris, kepadatan penduduk relatif tinggi, tempat sekelompok orang dalam jumlah tertentu dan bertempat tinggal dalam suatu wilayah geografis tertentu, cenderung berpola hubungan rasional, ekonomis dan individualistis. Dan banyak lagi definisi-definisi kota ditinjau dari berbagai macam kepakaran yang tidak dapat disebutkan semuanya disini. Secara formal menurut UU no. 26 Tahun 2007, Kawasan perkotaan di Indonesia adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Berdasarkan Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan (Lampiran PP No. 129 tahun 2000) kriteria umum kawasan perkotaan antara lain : - Memiliki fungsi kegiatan utama budidaya bukan pertanian atau lebih dari 75% mata pencaharian penduduk di luar sektor pertanian; - Memiliki jumlah penduduk sekurang-kurangnya 10.000 jiwa; - Memiliki kepadatan penduduk sekurang-kurangnya 50 jiwa per hektar; - Memiliki fungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi pelayanan barang dan jasa dalam bentuk sarana dan prasarana pergantian moda transportasi.

Mengapa kota-kota Ada, tinjauan kota-kota di Indonesia Mengapa kota-kota Ada

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Mengapa kota-kota Ada, tinjauan kota-kota di Indonesia, Suatu Studi pendekatan

Citation preview

Page 1: Mengapa kota-kota Ada, tinjauan kota-kota di Indonesia Mengapa kota-kota Ada

Mengapa Kota-kota Ada,Tinjauan Kota-kota di Indonesia

[email protected] A - 1

MENGAPA KOTA-KOTA ADA?

TINJAUAN KOTA-KOTA DI INDONESIA

Hendra Hendrawan

Abstract The formation of the city caused by various factors. Various reviews and theories have been made to identify the factors forming the city from various perspectives. From an economic perspectives was mentioned that the occurrence of a town originated from the activities of trade and industry, where the selection of the location of activities based on customer location, the source of raw materials, ease of distribution and energy resources. By conducting the study and analysis of the economic base of cities in Indonesia it is known that industrial activity was a dominating factor whycities exist. Keywords : Cities, Trade, Industry,and Indonesia.

I. PENDAHULUAN

Kota merupakan sebuah tempat dimana berkumpulnya berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat yang heteregon dengan dukunganfasilitas dan infrastruktur yang lengkap. Berbagai macam kegiatan dilaksanakan di kota mulai dari kegiatan pendidikan, perdagangan, industri, jasa sampai kegiatan yang bersifat hiburan atau rekreasi. Infrastruktur yang ada dikota terdiri dari unit

pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan, sarana dan prasanana transportasi, telekomunikasi, dan sistem infrastruktur lainnya yang mendukung keberlangsungan kehidupan di perkotaan. Sedangkan dari sisi kependudukan, penduduk kota terdiri dari masyarakat dengan berbagai macam

ras, agama, dan suku,mulai dari ekonomiyang tergolong sangat miskin hingga yang tergolong sangat kaya.

Selain ciri-ciri kota sebagaimana tersebut diatas, banyak definisi dan ciri tentang kota sesuai dengan sudut pandang kepakaran atau disiplin ilmu. Pengertian atau definisi kota tersebut antara lain menurut Dwight Sanderson (1942:664) : Kota adalah tempat yang berpenduduk 10.000 orang atau

lebih (dalam Khairudin, 1992 :4-5). Harris dan Ullman (P.J.M. Nas, 1979:30) : Kota merupakan pusat untuk permukiman dan pemanfaatan bumi oleh manusia. Pertumbuhan yang cepat dan luasnya kota menunjukan cara yang unggul untuk mengekploitasi bumi. Max Weber (P.J.M Nas, 1979: 29) : Kota

merupakan daerah dimana penghuninya dapat memenuhi kebutuhan ekonominya di pasar lokal.Ditjen Cipta Karya, 1997 (Nia K. Pontoh dan Iwan Kustiawan, 2008) : Kota merupakan permukiman yang berpenduduk relatif lebih besar, luas areal terbatas, pada umumnya bersifat

nonagraris, kepadatan penduduk relatif tinggi, tempat sekelompok orang dalam jumlah tertentu dan bertempat tinggal dalam suatu wilayah geografis tertentu, cenderung berpola hubungan rasional, ekonomis dan individualistis. Dan banyak lagi definisi-definisi kota ditinjau dari berbagai macam kepakaran yang tidak dapat disebutkan semuanya disini.

Secara formal menurut UU no. 26 Tahun 2007, Kawasan perkotaan di Indonesia adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat

permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Berdasarkan Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan (Lampiran PP No. 129 tahun 2000) kriteria umum kawasan perkotaan antara lain :

- Memiliki fungsi kegiatan utama budidaya bukan pertanian atau lebih dari 75% mata pencaharian penduduk di luar sektor pertanian;

- Memiliki jumlah penduduk sekurang-kurangnya 10.000 jiwa;

- Memiliki kepadatan penduduk sekurang-kurangnya 50 jiwa per hektar; - Memiliki fungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi pelayanan barang dan jasa dalam bentuk

sarana dan prasarana pergantian moda transportasi.

Page 2: Mengapa kota-kota Ada, tinjauan kota-kota di Indonesia Mengapa kota-kota Ada

Mengapa Kota-kota Ada,Tinjauan Kota-kota di Indonesia

[email protected] A - 2

Dari berbagai definisi diatas, ditinjau dari aspek ekonomi dapat dijelaskan bahwa sebuah kota

memiliki karakteristik jumlah penduduk yang besar dengan pemusatan kegiatan non pertanian yaitu terpusat pada kegiatan industri dan perdagangan, dengan infrastruktur pendukung untuk kegiatan ekonomi berupa pasar dan lembaga ekonomi baik formal maupun informal.

Berdasarkan tinjauan aspek ekonomi diatas, terdapat dua sektor utama dalam pembentuk sebuah kota yaitu sektor industri dan perdagangan. Pada kelanjutannya sektor-sektor tersebut dalam

perkembangannya tidak sama, tergantung dari kompetensi daerahnya, baik sumber daya alam, energi, manusia dan teknologi. Dengan adanya informasi mengenai jenis kota-kota di Indonesia berdasarkan sektor pembentuknya, kota pabrik atau kota perdagangan, dapat memberikan masukan

kepada pemerintah untuk lebih fokus pada sektor yang dimaksud. Keterbatasan data dan informasi mengenai sejarah pembentukan kota di Indonesia sering kali menjadi hambatan dalam mengambil kebijakan untuk pengembangan ekonomi suatu daerah. Untuk itu diperlukan suatu analisis atau

kajian yang dapat membantu menjelaskan sektor mana yang lebih dominan dalam pembentukan kota di Indonesia, dengan menggunakan data distribusi kegiatan ekonomi yang ada.

Tulisan ini akan membahas tentang teori Urban Economics, Arthur O’Sullivan, edisi ke tujuh tahun 2009 dan tinjauan kota-kota yang ada di Indonesia melalui analisis cluster dan skalogram. Bahasan dari tulisan ini terdiri dari lima bagian utama yaitu diawali dengan menjelaskan definisi perkotaan

dan persoalan mengenai bentuk kota dilihat dari aspek ekonomi. Bagian kedua menguraikan tentang kenapa kota-kota ada berdasarkan tulisan Arthur O’Sullivan ,Urban Economics edisi ketujuh tahun 2009, yang menjelaskan tentang dasar-dasar kenapa kota ada. Bagian ketiga menjelaskan tentang salah satu pembentukan kota di Indonesia yaitu mengambil contoh kasus kota Cimahi. Bagian

kempat menjelaskan distribusi kegiatan ekonomi kota-kota di Indonesia dan analisis untuk menentukan sektor dominan yang mendorong pembentukan kota-kota di Indonesia. Bagian terakhir yaitu kelima marupakanmerupakan kesimpulan dari seluruh tulisan ini.

Untuk menentukan jenis kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam sektor ekonomi perlu dilakukan kajian atau analisis sektor pembentuk kota. Banyak cara untuk melakukan kajian atau

analisis ini. Karena keterbatasan data dan informasi mengenasi sejarah pembentukan kota, penulis mencoba melakukan analisis cluster dan skalogram dengan menggunakan data distribusi kegiatan ekonomi yang ada untuk menentukan sektor mana yang lebih dominan dalam pembentukan kota.

Meskipun hasil dari analisis ini tidak menggambarkan secara sesungguhnya sejarah pembentukan kota di Indonesia, namun dapat memberikan gambaran sektor mana saja yang dominan dalam pembentukan kota-kota di Indonesia mengingat perkembangan kota di Indonesia tidak banyak

berubah sejak pembentukannya.

II. TEORI EKONOMI PERKOTAAN “KENAPA KOTA-KOTA ADA?”

Keseluruhan bagian ini, teori kenapa kota-kota ada, menjelaskan dan menganalisa kenapa kota-kota ada berdasarkan perspektif Athur O’Sullivan dalam bukunya Urban Economics, edisi ketujuh, tahun 2009 dan teori lokasi (Marsudi Djojodipuro, 1992). Menurut Arthur O Sullivan kemunculan sebuah

kota ditinjau dari sisi ekonomi disebabkan oleh ketidakmampuan individu yang ada di sebuah kawasan tersebut untuk memenuhi memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini mendorong adanya spesialisasi kerja dan penggunaan apa yang diperolehnya untuk mendapatkan apa yang tidak

mampu dipenuhi sendiri. Untuk menjelaskan kenapa kota-kota ada, Arthur O’Sullivan memulai dengan memodelkan bahwa kota tidak akan pernah muncul dengan menggunakan beberapa asumsi dibawah ini :

1. Produktifitas yang sama, dimana setiap lahan dan pekerja mampu memproduksi semua jumlah produk yang sama.

2. Skala transaksi yang tetap. Biaya unit transaksi (Biaya untuk melakukan satu transaksi

termasuk biaya transportasi) tetap, tidak tergantung pada berapa kali transaksi. 3. Skala produksi yang tetap. Jumlah produksi perjam tetap, tidak tergantung pada berapa

banyak produk yang dihasilkan oleh setiap pekerja.

Page 3: Mengapa kota-kota Ada, tinjauan kota-kota di Indonesia Mengapa kota-kota Ada

Mengapa Kota-kota Ada,Tinjauan Kota-kota di Indonesia

[email protected] A - 3

Dengan menggunakan asumsi satu tersebut maka kemungkinan terjadinya transaksi antar individu

menjadi tidak ada, karena individu tidak memperoleh keuntungan dari spesialisasi kerja dan produksi dalam jumlah yang besar. Setiap individu mempunyai produktifitas yang sama efisiennya dengan industri. Tidak terjadinya transaksi menjamin keseragaman distribusi penduduk. Dengan

keseragaman distribusi penduduk maka setiap lahan akan memiliki harga yang sama. Apabila asumsi satu dihapus, maka akan terdapat perbedaan dalam jumlah barang yang dihasilkan. Sehingga setiap individu memiliki keunggulan komparatif dalam menghasilkan produk yang akan mendorong

terjadinya sebuah transaksi. Individu yang mampu menghasilkan biaya peluang dan transaksi yang lebih rendah cenderung memproduksi barang dalam jumlah yang besar. Hal ini menyebabkan lahirnya sebuah kotaperdangangan.

Dengan menggunakan asumsi kedua yaitu skala transaksi yang tetap setiap industri rumah tangga (individu) memiliki tingkat efisiensi yang sama dalam hal melakukan transaksi dengan perusahaan

perdagangan.Dengan kata lain tidak ada alasan untuk membayar perusahaan perdagangan dalam melakukan transaksi. Perusahaan perdagangan akan muncul jika ada skala ekonomis dari transaksi dan perdagangan. Perusahaan perdagangan akan menggunakan input yang tidak dapat dibagi

seperti truk untuk transportasi. Karena perusahaan perdagangan memiliki biaya transaksi yang rendah, individu rumah tangga akan membayar perusahaan perdagangan untuk menangani transaksi. Munculnya perusahaan perdagangan akan menyebabkan tumbuhnya kota perdagangan.

Untuk meningkatkan skala ekonomis, perusahaan perdagangan akan memilih lokasi yang efisien untuk mengumpulkan dan mendistribusikan produk dalam jumlah yang besar. Perdagangan yang terpusat akan menyebabkan pekerja memilih untuk mendapatkan lahan dekat lokasi tempat bekerja, akibatnya harga lahan semakin tinggi dan penduduk semakin padat. Kota perdagangan berkembang

ketika keunggulan komparatif dikombinasikan dengan skala ekonomis dalam transportasi dan transaksi. Contoh kota perdagangan yang besar dalam sejarah dunia adalah kota Athena dan Roma.

Asumsi ketiga dari teori Arthur O’Sullivan yaitu skala produksi yang tetap. Dalam asumsi ini setiap individu menghasilkan jumlah produk yang sama. Apabila suatu individu membuat sebuah kelompok atau menggunakan mesin jumlah produk yang dihasilkan masih tetap, akibatnya tidak ada keinginan

untuk menambah jumlah pekerja dan spesialisasi kerja. Dengan menghilangkan asumsi diatas, setiap individu akan menggunakan mesin dan melakukan spesialisasi kerja sehingga diperolehnya hasil yang besar dan biaya yang rendah (skala ekonomi lebih murah). Asumsi ini menyebabkan

timbulnya sebuah kota pabrik. Dengan kata lain sebuah kota pabrik timbul karena adanya skala ekonomis dimana biaya produksi pabrik lebih murah daripada rumah tangga. Selain dari skala ekonomis beberapa hal yang mendorong semakin berkembangnya sebuah kota pabrik adalah

adanya inovasi baik inovasi manufaktur, inovasi transportasi, inovasi sistem pertanian dan kemajuan dalam teknologi energi.Dalam sistem kota pabrik, sebuah perusahaan akan memilih lokasi untuk melakukan proses produksi dan melakukan monopoli terhadap daerah di sekitar pabrik.Perusahaan

tersebut akan terus menguasai area pasar sampai laba ekonominya nol.

Gambar 1. Sistem Dari Kota Pabrik

Sumber : Arthur O’Sulliva, 2009

Page 4: Mengapa kota-kota Ada, tinjauan kota-kota di Indonesia Mengapa kota-kota Ada

Mengapa Kota-kota Ada,Tinjauan Kota-kota di Indonesia

[email protected] A - 4

Gambar di atas memperlihatkan tentang beberapa pabrik yang masing-masing memiliki area pasar

sejauh 16 mil. Terlihat bahwa harga sebuah produk dipengaruhi oleh jaraknya terhadap pabrik. Semakin jauh dari pabrik harga produk semakin mahal. Harga produk yang diberlakukan adalam hal ini adalah harga ditambah dengan biaya transportasi terjauh. Selama jarak pasar masih dalam area

pasar dari pabrik tersebut maka pabrik masih memiliki skala ekonomis dibandingkan rumah tangga Ditinjau dari biaya transportasi terdapat dua jenis industri yaitu indutri yang berorientasi pasar dan

industri yang berorientasi sumber daya. Pengabaian biaya transportasi material mentah dan berasumsi bahwa material mentah terdapat dimana-mana merupakan keadaan ekstrim dari industri berorientasi pasar. Dalam hal ini industri tersebut relatif memiliki biaya yang tinggi dalam

transportasi produk daripada transportasi bahan. Sedangkan keadaan dimana biaya transportasi bahan lebih mahal daripada transportasi produk merupakan keadaan ekstrim dari industri berorientasi sumber daya.

Dalam proses pengolahan, sebuah industri akan mengolah input secara terpisah dan mengunakan faktor substitusi. Jika produksi naik, biaya rata-rata pengolahan turun. Harga bersih adalah harga

yang dibayarkan oleh pengolah dikurangi harga transportasi dari produsen ketempat pengolahan. Semakin jauh dari tempat pengolahan maka harga yang dibayarkan kepada produsen atau petani semakin murah.

Gambar 2. Sistem Dari Kota Pengolah

Sumber : Arthur O’Sullivan, 2009

Lokasi tempat pengolahan bahan baku mendorong pengembangan sistem di kota pengolah. Masyarakat yang bekerja dekat dengan pengolahan menghemat biaya pulang pergi sehingga

berdampak pada kenaikan harga lahan dan semakin padatnya didaerah dekat pengolahan. Tempat pengolahan berlokasi dekat dengan tempat dihasilkannya bahan baku dan membentuk area pasar bahan baku dalam setiap wilayah pertumbuhan bahan baku.Industri yang menghasilkan produk

dimana biaya transportasi produk mahal cenderung membentuk monopoli lokal dengan pelanggan yang dekat dengan industri.Sedangkan industri yang menghasilkan bahan baku dimana biaya transportasi bahan baku lebih mahal cenderung membentuk monopsony lokal dengan produsen

yang menjual bahan bakunya dekat dengan lokasi penghasil bahan baku.Pengolah akan memilih lokasi dekat dengan tempat dihasilkannya bahan baku untuk penghematan biaya transportasi. Ketika alternatif bahan baku lain dibuat, pengolah cenderung berpindah ke lokasi lain dimana bahan

alternatif bahan baku tersebut diperoleh. Pemilihan lokasi tempat industri berorientasi sumber daya menyebabkan perkembangan kota pengolahan. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kemunculan sebuah kota disebabkan oleh terjadinya pemusatan transaksi dan pemusatan produksi.

Untuk perusahaan berorientasi pemindahan atau transfer, faktor yang mendominasi lokasi adalah biaya transportasi input dan output. Perusahaan memilih lokasi untuk meminimalisasi total biaya transportyaitu total dari jumlah biaya perolehan dan distribusi. Biaya perolehan diartikan sebagai

biaya transportasi bahan baku dari sumber bahan baku ketempat produksi. Biaya distribusi adalah biaya transportasi dari perusahaan penghasil produk ke tempat pemasaran.Model klasik dari

Page 5: Mengapa kota-kota Ada, tinjauan kota-kota di Indonesia Mengapa kota-kota Ada

Mengapa Kota-kota Ada,Tinjauan Kota-kota di Indonesia

[email protected] A - 5

perusahaan berorientasi pemindahan, memiliki empat asumsi yang membuat biaya transportasi

merupakan variabel dominan terhadap penentuan lokasi. 1. Satu produk yang ditransferkan. Perusahaan menghasilkan jumlah yang tetap dari satu produk,

yang dipindahkan dari tempat produksi ketempat pemasaran.

2. Satu bahan baku atau input yang dipindahkan. Perusahaan boleh menggunakan berbagai macam bahan baku atau input, tapi hanya satu bahan baku yang dipindahkan dari tempat bahan baku dihasilkan ke tempat produksi. Semua bahan baku yang lain tersedia dimana saja

dan memiliki harga yang sama. 3. Proporsi faktor yang tetap. Perusahaan menghasilkan jumlah produk yang tetap dengan jumlah

bahan baku yang tetap. Dengan kata lain perusahaan menggunakan satu komposisi yang tetap

untuk mengahasilkan produk, tidak dipengaruhi harga dari bahan baku dan tidak ada faktor pengganti.

4. Harga yang tetap. Perusahaan sangat kecil sehingga dan tidak mempengaruhi harga bahan

baku maupun produk. Dibawah asumsi ini, perusahaan memaksimalkan keuntungan dengan meminimalisir ongkos transportasi. Keuntungan perusahaan sama dengan total pengembalian (harga dikalikan jumlah

produk) dikurangi biaya bahan baku dan transportasi. Biaya bahan baku sama disemua lokasi karena perusahaan membeli dalam jumlah yang sama dari masing-masing bahan baku dengan harga yang tetap. Harga yang berubah-ubah hanya biaya transportasi bahan baku dan produk. Itu sebabnya

perusahaan akan mencari lokasi untuk meminimalisir biaya transportasi. Pemilihan lokasi dipengaruhi oleh hasil dari perang tarikan. Perusahaan berorientasi sumber daya didefinisikan sebagai perusahaan yang memiliki biaya yang

tinggi untuk ongkos tranport bahan baku. Sehingga cenderung memilih lokasi yang dekat dengan sumber daya bahan baku. Hal yang menyebabkan tingginya biaya transport bahan baku karena berat, kemudahan bahan baku untuk rusak sehingga diperlukan sistem yang lebih baik agar bahan

baku bertahan lama. Gambar dibawah ini menjelaskan pengaruh lokasi sumber bahan baku dan pasar terhadap harga. Semakin jauh dari sumber bahan baku maka total biaya transportasi akan semakin tinggi.

Gambar 3. Pertimbangan Pemilihan Lokasi Berdasarkan Sumber Bahan Baku

Sumber : Athur O’Sullivan, 2009

Perusahaan berorientasi pasar didefinsikan sebagai perusahaan yang memiliki biaya tinggi untuk transportasi produk ke pasar. Hal ini disebabkan produknya cenderung mahal untuk ditransportasikan karena besar, tidak tahan lama, mudah pecah dan berbahaya.

Page 6: Mengapa kota-kota Ada, tinjauan kota-kota di Indonesia Mengapa kota-kota Ada

Mengapa Kota-kota Ada,Tinjauan Kota-kota di Indonesia

[email protected] A - 6

Gambar 4. Pertimbangan Pemilihan Lokasi Berdasarkan Jarak Pasar

Sumber : Arthur O’Sullivan, 2009

Gambar diatas menjelaskan semakin dekat dengan pasar dan semakin jauh dari sumber bahan baku maka biaya transportasi semakin rendah.Pada umumnya setiap pergerakan yang menjauh dari lokasi

pertengahan akan menyebabkan pertambahan jarak terhadap komsumen yang lebih banyak akan menyebabkan semakin bertambahnya jarak pengiriman. Jarak antara konsumen tidak sama dengan pemilihan lokasi perusahaan. Prinsip dari lokasi pertengahan menyediakan penjelasan lain kenapa

kota besar semakin besar. Perusahaan cenderung memilih daerah dengan konsumen yang lebih banyak dimana permintaan barang tinggi dan untuk meminimalisasi biaya pengirimana, jadi kota besar akan terus semakin berkembang. Prinsif dari lokasi pertengahan juga menjelaskan kenapa

perusahaan industri berlokasi dekat dengan tempat bongkar muat, Titik bongkar muat didefinisikan sebagai lokasi dimana barang dipindahkan dari satu moda transportasi ke moda lainnya. Perusahaan akan cenderung berada dilokasi bongkar muat atau pelabuhan karena menyediakan berbagai macam

bahan baku yang diperlukan untuk perusahaan. Kesimpulan dari tulisan dalam buku Urban Economics, Arthur O’Sullivan, edisi ke tujuh tahun 2009,

yaitu bahwa kota muncul karena keuntungan dari pemusatan transaksi (kota pedagangan) dan pemusatan produksi (kota industri dan kota pengolah). Kesimpulan lainnya yaitu : 1. Kota perdagangan berkembang ketika keuntungan komparatif dikombinasikan dengan skala

ekonomis dalam transaksi

2. Kota industri berkembang ketika ada skala ekonomis dalam produksi. 3. Revolusi industri menyebabkan urbanisasi besar-besaran akibat inovasi dalam pertanian,

transportasi dan produksi.

4. Perubahan teknologi energi merubah keputusan lokasi perusahaan. Tenaga air mensuplai energi industri disepanjang aliran air, tenaga uap mensuplai energi industri disepanjang sungai dan rel kerata api, dan tenaga listrik membuat perusahaan berlokasi dimana saja.

5. Kompetisi ruang diantara perusahaan membuat area pasar untuk setiap perusahaan dan sistem kota.

III. EKONOMI PERKOTAAN DAN PEMBENTUKAN KOTA : “STUDI KASUS KOTA CIMAHI”

Kota Cimahi merupakan kota otonom, berdiri pada tanggal 21 Juni 2001, secara geografis, kota

Cimahi terletak diantara 1070 30’30’’ BT – 107034’ 30’’ dan 6050’ 00’’ – 60 56’ 00’’ Lintang Selatan. Berdasarkan ketinggiannya, secara rata-rata kota Cimahi berada pada ketinggian 712 meter dpl. Dilihat dari batas-batas adminitrastif berdasarkan UU no. 9 tahun 2001 maka kota Cimahi terletak

diantara Kab, Bandung, Kab, Bandung Barat dan Kota Bandung. Luas wilayah kota Cimahi kurang lebih 4.025,73 ha dengan penggunaan lahan sebagai berikut : Permukiman 1.609 ha (39,21%), lahan militer 375 ha (9,14%), industri 700 ha (17,06%), persawahan 326 ha(7,94%), tegalan 382 ha (9,31%), kebun campur 367 ha (8,94%), pusat perdagangan 140 ha (3,41%), lain-lain 124

ha(4,99%).

Page 7: Mengapa kota-kota Ada, tinjauan kota-kota di Indonesia Mengapa kota-kota Ada

Mengapa Kota-kota Ada,Tinjauan Kota-kota di Indonesia

[email protected] A - 7

Sejarah pembentukan kota Cimahi dimulai pada tahun 1811, dimana pada saat itu Gubernur Jendral

Herman Willem Daendels memerintahkan pembangunan jalan dari jalan Anyer sampai Panarukan. Jalan yang melintasi kota Cimahi tersebut sekarang dinamakan jalan Jenderal Amir Machmud yang sebelumnya bernama jalan Raya Cibabat Cimahi. Awal pembangunan kota Cimahi dimulai dari

pembangunan loji atau pos tempat pengawasan para pekerja dan tempat peristirahatan pejabat-pejabat disana. Loji tersebut pada perkembangannya sampai saat ini menjadi pusat kegiatan (alun-alun kota Cimahi) dimana pada lokasi tersebut berdiri masjid agung, gedung DPR, taman dan pusat-

pusat perbelanjaan. Selain pembangunan jalan dari Anyer sampai Panarukan, faktor pendorong awal pembentukan kota

Cimahi yaitu pembangunan rel kereta api Bandung-Cianjur , tahun 1874. Rel kereta api dibangun untuk mengangkut logistik dan persediaan keperluan militer Belanda pada saat itu. Berdasarkan lokasinya yang strategis diantara jalan Anyer-Panarukan dan rel kereta api Bandung-Cianjur,

sekarang Cimahi Tengah, dilokasi ini dimulai pembangunan fasilitas-fasilitas militer diantaranya stasiun, markas militer, pusat pendidikan militer dan rumah sakit. Akses yang mudah dan banyaknya pendatang dari luar terutama untuk bekerja sebagai buruh atau mengikuti pendidikan militer,

menyebabkan pertumbuhan penduduk di Cimahi semakin pesat. Cimahi ditetapkan menjadi sebuah kecamatan pada tahun 1935, kewedaan pada tahun 1962, dan kota administratif pada tahun 1975 dengan sektor utama yaitu pertanian sebesar 36,2% dari PDRB.

Setelah pembangunan kawasan industri pada tahun 1981 di Cimahi Selatan, dimana pada saat itu telah berdiri industri sebanyak 32 perusahaan dan terus berkembang menjadi 132 perusahaan pada tahun 1996, mendorong perubahan sektor ekonomi Cimahi yang semula pertanian menjadi industri.

Pemilihan lokasi Cimahi sebagai pusat kegiatan industri disebabkan ketersediaan sumber daya air dan akses infrastruktur jalan yang menghubungkan kawasan industri Cimahi dengan kawasan industri di Soreang dan kawasan agribisnis di Lembang. Industri yang berkembang di Cimahi adalah

industri yang bergerak di bidang tekstil (66%), logam (7%), plastik (6%), kulit (3%), farmasi (3%) dan lainnya 15%.Pertumbuhan industri yang pesat mendorong terjadinya arus urbanisasi yang cukup besar dimana laju pertumbuhan penduduk di Cimahi Selatan meningkat dari 3,28% menjadi

4,19%. Pertumbuhan penduduk dan perkembangan sektor industri, mendorong percepatan pembangunan fasilitas-fasilitas publik mulai unit layanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dll), infrastruktur jalan (akses tol, jembatan layang cimindi), dan pusat-pusat pendidikan (universitas)

serta pusat-pusat perdagangan (samudera mall, dll). Ditinjau dari asfek ekonomi, sosial, politik serta asfek fisik (infrastruktur dan fasilitas penunjang), pada tahun 2001, Cimahi layak dan berubah status dari semula kota administratif menjadi kotamadya.

Kriteria yang digunakan untuk menguji kelayakan Cimahi menjadi sebuah kota,adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Kriteria Penilaian Kelayakan Cimahi Menjadi Kota

Page 8: Mengapa kota-kota Ada, tinjauan kota-kota di Indonesia Mengapa kota-kota Ada

Mengapa Kota-kota Ada,Tinjauan Kota-kota di Indonesia

[email protected] A - 8

No Aspek Kriteria Kondisi Real

(Tahun 2001)

Penilaian Sumber

Definisi Memenuhi Tidak

Memenuhi

1 Sektor

Ekonomi

75% mata pencaharian

diluar sektor pertanian

Petanian 6,99%,

Sektor lainnya 93,01%

PP No.129 Tahun 2000

dan Badan Pusat Statistik

2 Jumlah

Penduduk

Penduduk

>10.000 jiwa

Jumlah penduduk

483.242 jiwa

√ PP No.129

Tahun 2000

3 Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk > 50 jiwa/ha

12,015 jiwa perhektar

PP No.129 Tahun 2000 dan Badan Pusat

Statistik

4 Fasilitas

Memiliki sarana dan prasarana

pergantian moda

Terminal, stasiun, jalan dan rel kereta

api

√ PP No.129 Tahun 2000

Memiliki sarana: 8 jenis ataulebih

fasilitas dari 14 fasilitas yang dipersyaratkan

14 fasilitas yang dipersyaratkan : Angkutan

Umum, Bioskop, SD, SMP, SMA, Klinik, Klinik

Bersalin, Puskesmas, Kantor Pos,

Bank, Pasar, Toko, Hotel, dan tempat penyewaan

√ Badan Pusat

Statistik

Kriteria tersebut dalam praktiknya sukar untuk diterapkan secara dogmatis, Diperlukan metodologi kombinasi untuk menilai hasilnya (Nia K. Pontoh dan Iwan Kustiawan, 2009). Namun berdasarkan kriteria tersebut diatas penulis menilai bahwa Cimahi layak menjadi sebuah kota bila dilihat dari

sektor ekonomi, jumlah penduduk dan fasilitas tanpa melihat kepadatan penduduk yang bersifat relatif dimana kepadatan bergantung kepada distribusi penduduk.

Berdasarkan sejarah pembentukan dan pekermbangan Cimahi menjadi sebuah kota ada beberapa kesimpulan yang dapat ditarik : 1. Pembangunan kawasan industri di Cimahi akibat adanya aglomerasi dan pemilihan lokasi

berdasarkan sumber daya air, bahan baku dan akses infrastruktur.

2. Perkembangan Cimahi menjadi kota didorong oleh pembangunan kawasan Industri 3. Pembangunan kawasan industri telah mendorong perubahan sektor ekonomi yang semula

agrobisnis menjadi industri

4. Perubahan sektor ekonomi dari pertanian menjadi industri telah mendorong terjadinya laju pertumbuhan penduduk yang tinggi akibat adanya urbanisasi maupun jumlah kelahiran.

5. Pertumbuhan penduduk yang padat mendorong terjadinya pembangunan fasilitas-fasilitas

publik dan kegiatan perekonomian.

Page 9: Mengapa kota-kota Ada, tinjauan kota-kota di Indonesia Mengapa kota-kota Ada

Mengapa Kota-kota Ada,Tinjauan Kota-kota di Indonesia

[email protected] A - 9

Dari kesimpulan diatas, merujuk kepada teori Urban Economics, Arthur O’Sullivan, maka dapat

menjawab pertanyaan kenapa kota Cimahi ada yaitu akibat adanya Skala ekonomis dalam produksi. IV. TINJAUAN KOTA-KOTA DI INDONESIA : KOTA PABRIK ATAU KOTA PERDAGANGAN

Kota-kota di Indonesia memiliki karakteriktik yang berbeda baik dari jumlah penduduk, mata pencaharian, sumber daya alam, luas daerah dan kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya yang

menunjang pembangunan daerahnya. Berdasarkan data distribusi kegiatan ekonomi terhadap kota-kota di Indonesia, maka diperoleh kota-kota di Indonesia pada umumnya bergerak di sektor Industri dan Perdagangan.Perkembangan yang berbeda antara kedua sektor tersebut disebabkan oleh

adanya perbedaan kemampuan kota baik dari sumber daya alam, ketersediaan tenaga kerja, pendidikan, infrastruktur, dan sumber daya energi. Dengan menggunakan asumsi bahwa tidak terjadi perubahan secara signifikan dari sektor industri ke perdagangan atau sebaliknya setelah

pembentukannya,maka dapat analisis berdasarkan distribusi kegiatan ekonominya untuk menentukan sektor pembentuknya, industri atau perdagangan, berdasarkan teori Urban Economics.

Tabel 2. Kota-kota di Indonesia dan Basis Kegiatan Ekonomi

No. Kota Industri Perdagangan Pertanian Jasa

1 Banda Aceh 6,86 22,80 18,19 52,15

2 Pematang Siantar 40,60 21,86 3,41 34,13

3 Sibolga 14,88 16,46 28,58 40,08

4 Tanjung Balai 22,93 16,92 28,97 31,18

5 Medan 26,36 35,02 4,83 33,79

6 Sawah Lunto 54,82 9,58 4,00 31,60

7 Bukit Tinggi 14,28 18,23 5,53 61,96

8 Padang 20,04 23,29 3,85 52,82

9 Padang Panjang 14,55 11,95 11,96 61,54

10 Pekanbaru 7,95 23,93 1,35 66,77

11 Jambi 28,92 23,39 2,72 44,97

12 Palembang 38,77 22,68 0,75 37,80

13 Bengkulu 3,55 26,61 3,86 65,98

14 Bandar Lampung 32,39 23,11 2,85 41,65

15 Cirebon 42,12 30,44 0,40 27,04

16 Bandung 30,58 35,00 0,46 33,96

17 Cimahi 36,16 23,58 3,67 36,59

18 Bekasi 48,84 28,75 1,27 21,14

19 Semarang 28,97 40,96 1,84 28,23

20 Magelang 8,71 7,08 3,65 80,56

21 Surakarta 31,63 24,97 1,86 41,54

22 Salatiga 24,9 18,99 5,43 50,68

23 Yogyakarta 12,64 22,90 1,22 63,24

24 Kediri 78,62 17,53 0,20 3,65

Page 10: Mengapa kota-kota Ada, tinjauan kota-kota di Indonesia Mengapa kota-kota Ada

Mengapa Kota-kota Ada,Tinjauan Kota-kota di Indonesia

[email protected] A - 10

No. Kota Industri Perdagangan Pertanian Jasa

25 Surabaya 36,99 31,71 0,22 31,08

26 Malang 38,1 30,70 0,70 30,50

27 Proboliggo 30,04 28,37 10,09 31,50

28 Pasuruan 23,91 34,24 5,42 36,43

29 Mojokerto 18,46 35,15 1,38 45,01

30 Madiun 29,96 19,09 2,64 48,31

31 Jakarta 16,63 21,58 0,08 61,71

32 Pontianak 5,74 21,61 0,83 71,82

33 Palangkaraya 9,74 15,75 7,36 67,15

34 Banjarmasin 33,12 15,69 0,89 50,30

35 Samarinda 34,46 23,92 2,38 39,24

36 Balikpapan 43,73 32,7 2,35 21,22

37 Tarakan 20,2 42,92 10,08 26,80

38 Kendari 10,31 20,75 2,3 66,64

39 Bitung 27,4 6,40 11,30 54,90

40 Manado 7,77 22,89 3,3 66,04

41 Palu 21,27 12,95 4,16 61,62

42 Makassar 28,48 27,96 2,14 41,42

43 Denpasar 15,48 34,58 8,36 41,58

44 Ambon 6,57 13,41 30,55 49,47

45 Kupang 7,34 32,51 4,54 55,61

46 Cilegon 74,29 11,07 3,36 11,28

47 Ternate 7,52 30,95 13,52 48,01

48 Gorontalo 8,63 30,44 11,7 49,23

Rendah 3,55 s.d 28,57 6,4 s.d 18,57 0,08 s.d 10,24 3,65 s.d 29,29

Sedang 28,58 s.d 53,6 18,58 s.d 30,75 10,25 s.d 20, 39 29,30 s.d 54,92

Tinggi 53,7 s.d 78,62 30,76 s.d 42,92 20,40 s.d 30,55 54,92 s.d 80,56 Sumber : Ernes, 2003

Tabel 2 diatas menunjukan kota-kota yang ada di Indonesia dengan empat distribusi kegiatan ekonomi utama yaitu industri, perdagangan, pertanian dan jasa. Untuk sektor industri terdiri dari tiga sub sektor utama yaitu industri pengolahan, pertambangan atau penggalian, listrik, air dan gas.

Pertambangan, penggalian, listrik, air dan gas masuk kedalam sektor industri karena dilihat dari beberapa kriteria yaitu penggunaan sumber daya alam, teknologi, dan jumlah tenaga yang diserap dan pembentukan kegiatan ini karena adanya skala ekonomis dalam produksi. Sektor perdagangan terdiri dari tiga sub sektor yaitu perdagangan, hotel dan restaurant. Untuk sektor jasa terdiri dari

pemerintahan, angkutan, komunikasi dan lain-lain. Data tersebut, selanjutnya dianalisis dengan metode skalogram dan analisis cluster. Analisis

skalogram dilakukan dengan menggunakan bantuan software Microsoft Excel 2007.Tujuan dari analisis ini yaitu untuk merengking dan mengindentifikasi sektor yang paling dominan. Analisis ini dilakukan dengan cara melakukan iterasi pada matrik kategori sehingga diperoleh nilai error paling

Page 11: Mengapa kota-kota Ada, tinjauan kota-kota di Indonesia Mengapa kota-kota Ada

Mengapa Kota-kota Ada,Tinjauan Kota-kota di Indonesia

[email protected] A - 11

kecil. Dari hasil analisis skalogram yang telah dilakukan,diperoleh nilai error terkecil atau

Reproductibility sebesar 27,8%. Nilai ini menunjukan menunjukan bahwa sektor perdagangan memegang peranan penting dalam perkembangan kota-kota di Indonesia dengan taraf kepercayaan sebesar 72,2%.

Tabel 3. Tabel Hasil Iterasi Analisis Skalogram

Keterangan : I = Industri ; P = Pertanian ; Pt = Pertambangan.

Analisis selanjutnya yaitu analisis cluster, dilakukan dengan menggunakan bantuan software PSAW 18. Analisis cluster adalah analisis untuk membagi sekumpulan objek kedalam sub kumpulan yang relatif homogen berdasarkan pada kesamaan dan kemiripan/similarity objek. Tujuan dari analisis ini

yaitu untuk mengetahui sektor mana yang paling dominan dalam proses pembangunan dan

Page 12: Mengapa kota-kota Ada, tinjauan kota-kota di Indonesia Mengapa kota-kota Ada

Mengapa Kota-kota Ada,Tinjauan Kota-kota di Indonesia

[email protected] A - 12

pekembangan suatu daerah menjadi kota. Pada analisis ini sektor jasa tidak dimasukan walaupun

secara distribusi kegiatan ekonomi, sektor ini memiliki persentase yang cukup besar dengan rata-rata sumbangan terhadap PDRB diatas sektor lain. Alasan tidak dimasukan sektor jasa karena sektor jasa merupakan sektor bangkitan. Sektor bangkitan adalah sektor yang berkembang setelah kota

tersebut terbentuk atau sektor utama lain berkembang.

Gambar 5. Alur proses Analisis Cluster

Sumber : Sawitri, 2007

Analisis cluster berusaha untuk membentuk kelompok yang berbeda satu dengan yang lain, input data akan diubah ke dalam Matrik Similarity, selanjutnya dirumuskan formasi kelompok dengan

prinsip variasi dalam kelompok lebih kecil daripada variasi antar kelompok. Similarity atau Proximity antara pasangan objek dilakukan dengan tiga tahapan yaitu pengukuran jarak, pengukuran kecocokan dan perhitungan koefisien korelasi. Analisis cluster secara detail tidak akan dibahas pada tulisan ini,harus dibahas pada topik khusus mengenai analisis cluster.Berikut adalah hasil yang

diperoleh dari analisis cluster dengan menggunakan software PSAW 18.

Grafik 1. Distribusi Cluster (Hasil Analisis Cluster dengan PSAW 18)

Input : Objek Vs

Variabel

Matriks

Similarity

Formasi

Kelompok

Page 13: Mengapa kota-kota Ada, tinjauan kota-kota di Indonesia Mengapa kota-kota Ada

Mengapa Kota-kota Ada,Tinjauan Kota-kota di Indonesia

[email protected] A - 13

Gambar 6. Peta Dendogram (hasil Analisis Cluster dengan PSAW 18)

Page 14: Mengapa kota-kota Ada, tinjauan kota-kota di Indonesia Mengapa kota-kota Ada

Mengapa Kota-kota Ada,Tinjauan Kota-kota di Indonesia

[email protected] A - 14

Tabel 4. Cluster 1

No. Kota Industri Perdagangan Pertanian

1 Pematang Siantar S S R

2 Medan R T R

3 Padang R S R

4 Pekanbaru R S R

5 Jambi S S R

6 Palembang S S R

7 Bengkulu R S R

8 Bandar Lampung S S R

9 Cirebon S S R

10 Bandung S T R

11 Cimahi S S R

12 Bekasi S S R

13 Semarang S T R

14 Surakarta S S R

15 Salatiga R S R

16 Yogyakarta R S R

17 Surabaya S T R

18 Malang S S R

19 Proboliggo S S R

20 Pasuruan R T R

21 Mojokerto R T R

22 Madiun S S R

23 Jakarta R S R

24 Pontianak R S R

25 Banjarmasin S R R

26 Samarinda S S R

27 Balikpapan S T R

28 Tarakan R T R

29 Kendari R S R

30 Manado R S R

31 Makassar R S R

32 Denpasar R T R

33 Kupang R T R

34 Ternate R T S

35 Gorontalo R S S

Keterangan : T = Tinggi ; S = Sedang ; R = Rendah. Kolom yang diblok : Nilai sektor industri dan pertanian diatas sektor perdagangan

Page 15: Mengapa kota-kota Ada, tinjauan kota-kota di Indonesia Mengapa kota-kota Ada

Mengapa Kota-kota Ada,Tinjauan Kota-kota di Indonesia

[email protected] A - 15

Cluster satu merupakan kelompok kota dimanasektor perdagangan memiliki kategori sedang dan

tinggi dibandingkan kota-kota lainnya di Indonesia. Ini menunjukan secara distribusi total ke tiga puluh lima kota pertumbuhan ekonominya didominasi sektor perdagangan dibandingkan kota-kota lain di Indonesia, meskipun terdapat lima belas kota dimana nilai sektor perdagangannya dibawah

nilai sektor industri dan sektor pertanian tetapi dari sisi kategori memiliki rangking yang sama.

Tabel 5. Cluster 2

No. Kota Industri Perdagangan Pertanian

1 Sawah Lunto T R R

2 Kediri T R R

3 Cilegon T R R

Keterangan : T = Tinggi ; S = Sedang ; R = Rendah.

Cluster dua menunjukan kelompok kota dimana sektor industri memiliki kategori tinggi dibandingkan kota-kota lain yang ada di Indonesia. Dari kategori tersebut dapat diketahui bahwa sektor industri untuk ketiga kota tersebut memegang peranan penting dalam kemajuan ekonomi daerahnya.

Tabel 6. Cluster 3

No. Kota Industri Perdagangan Pertanian

1 Banda Aceh R S S

2 Sibolga R R T

3 Tanjung Balai R R T

4 Bukit Tinggi R R R

5 Padang Panjang R R S

6 Magelang R R R

7 Palangkaraya R R R

8 Bitung R R S

9 Palu R R R

10 Ambon R R T

Keterangan : T = Tinggi ; S = Sedang ; R = Rendah.

Cluster tiga menunjukan kelompok dimana sektor industri dan perdagangan berada pada kategori rendah dibandingkan kota-kota yang ada di Indonesia. Dari tabel diatas menunjukan nilai sektor

pertanian berada pada kategori tinggi. Meskipun sektor pertanian berada pada kategori tinggi terhadap kota-kota lain di Indonesia, namun bila dilihat dari distribusi kegiatan ekonomi untuk masing-masing kota menunjukan nilai sektor pertanian sangat rendah dibandingkan sektor

perdagangan dan industri, hal ini sesuai dengan definisi kota dimana mata pencaharian penduduk 75% non pertanian.

Page 16: Mengapa kota-kota Ada, tinjauan kota-kota di Indonesia Mengapa kota-kota Ada

Mengapa Kota-kota Ada,Tinjauan Kota-kota di Indonesia

[email protected] A - 16

V. KESIMPULAN

Berdasarkan teori Urban Economics, Arthur O’Sullivan dan contoh kasus pembentukan kota Cimahi serta tinjauan kota-kota di Indonesia, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Kota perdagangan muncul akibat adanya skala ekonomis dalam transaksi. 2. Kota industri muncul akibat adanya skala ekonomis dalam produksi 3. Kota Cimahi merupakan salah satu contoh kota di Indonesia yang berkembang akibat adanya

perkembangan sektor industri, sejak awal pembentukan kota sampai saat ini. 4. Pembentukan kota-kota di Indonesia tidak terlepas dari sejarahmasa kerajaan

dankolonialisme. Bukti-bukti sejarah menunjukan adanya jalur-jalur perdagangan yang ramai

didaratan maupun dilautan Nusantara, untuk mendistribusikan hasil pertanian berupa rempah-rempah.

5. Berdasarkan teori Urban Economics serta hasil analisis cluster dan skalogram,menunjukan

bahwa kota-kota di Indonesia lebih didominasi oleh kota Perdagangan dan bukan kota Industri.

DAFTAR PUSTAKA O’Sullivan, Arthur. 2009. Urban Economics. New York : The McGraw Hill Companies, 2009.

Ernes. 2003. 30 Provinsi di Indonesia. Jakarta, 2003. Nia K Pontoh dan Iwan Kustiwan. 2009. Pengantar Perencanaan Perkotaan. Penerbit ITB, 2009. Nas, PJM, 1977. Kota di Dunia Ketiga. Bhratara, Jakarta. Khairuddin (1992). Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta. Penerbit Liberty.

Tarigan, Drs. Robinson.2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta. 2006 Djojodipuro, Marsudi.1992. Teori Lokasi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1992. Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum. Kamus Tata Ruang. 1997.

Dewi Sawitri. Modul kuliah, Powerpoint :Metode Analisis Perencanaan Lanjut. Badan Pusat Statistik, Statistik Daerah Kota Cimahi, 2010. Badan Pusat Statistik, Profil Pemerintahan Kota Cimahi, 2010.

UU No. 9 Tahun 2001tentang pembentukan kota Cimahi. PP No. 129 Tahun 2000 tentang tentang Persyaratan Pembentukan Dan Kriteria Pemekaran,

Penghapusan, Dan Penggabungan Daerah

www. Cimahikota.go.id