49
i LAPORAN KEGIATAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DIKLAT PENGEMBANGAN PERANGKAT PENDIDIKAN KARAKTER TERINTEGRASI PEMBELAJARAN FISIKA MELIBATKAN GURU-GURU FISIKA SMA DI KABUPATEN BULELENG Oleh Prof. Dr. I Wayan Santyasa, M.Si Prof. Dr. I Wayan Sadia, M.Pd Gede Saindra Santyadiputra, S.T., M.Cs Made Juniantari, S.Pd., M.Pd UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 18 OKTOBER 2017

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

i

LAPORAN KEGIATAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER

DIKLAT PENGEMBANGAN PERANGKAT PENDIDIKAN

KARAKTER TERINTEGRASI PEMBELAJARAN FISIKA

MELIBATKAN GURU-GURU FISIKA SMA

DI KABUPATEN BULELENG

Oleh

Prof. Dr. I Wayan Santyasa, M.Si

Prof. Dr. I Wayan Sadia, M.Pd

Gede Saindra Santyadiputra, S.T., M.Cs

Made Juniantari, S.Pd., M.Pd

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

18 OKTOBER 2017

Page 2: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

ii

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

1. Judul Pengabdian : Diklat pengembangan perangkat pendidikan

karakter terintegrasi pembelajaran fisika

melibatkan guru-guru fisika SMA di

Kabupaten Buleleng

2. Ketua Tim Pengusul :

a. N a m a : Prof. Dr. I Wayan Santyasa, M.Si

b. NIP/NIDN : 19611219 198702 1 001 / 0019126106

c. Bidang Keahlian : Pendidikan Fisika

d. Jabatan/Pangkat/Golongan : Guru Besar/Pembina Utama/IVE

e Jurusan/Fakultas : Pendidikan Fisika / MIPA

f. Alamat Rumah

g. Telp/HP

:

:

Jl. Srikandi Gang Durian I/8 Singaraja

(0362)23182/08179723988

3. Jumlah Anggota Tim : 3 orang

a. Identitas Anggota 1

Nama Lengkap : Prof. Dr. I Wayan Sadia, M.Pd

NIP : 19490805 197710 1 001

Jabatan/Pangkat/Gol : Guru Besar/Pembina Utama/IVE

b. Identitas Anggota 2

Nama Lengkap : Gede Saindra Santyadiputra, S.T., M.Cs

NIP : 19870802 201404 1 001

Jabatan/Pangkat/Gol : Asisten Ahli/Penata Tk 1/IIIB

c. Identitas Anggota 3

Nama Lengkap : Made Juniantari, S.Pd., M.Pd

NIP : 19870606 201504 2 001

Jabatan/Pangkat/Gol : Asisten Ahli/Penata Tk 1/IIIB

4. Lokasi Kegiatan : Kabupaten Buleleng

5. Jumlah biaya yang diusulkan : Rp 9.500.000,00 (Sembilan Juta Lima ratus

Ribu Rupiah)

Singaraja, 18 Oktober 2017

Mengetahui: Ketua Pelaksana,

Dekan FMIPA Undiksha,

Prof. Dr. I Nengah Suparta, M.Si Prof. Dr. I Wayan Santyasa, M.Si

NIP. 19650711 199003 1 003 NIP. 19611219 198702 1 001

Menyetujui:

Ketua LPPM Undiksha,

Prof. Dr. I Nengah Suandi, M.Hum

NIP. 19561231 198303 1 022

Page 3: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

iii

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGEMBANGAN PERANGKAT

PENDIDIKAN KARAKTER TERINTEGRASI PEMBELAJARAN

FISIKA MELIBATKAN GURU-GURU FISIKA SMA

DI KABUPATEN BULELENG

Oleh

I Wayan Santyasa, I Wayan Sadia, I Gede Saindra Santyadiputra, Made Juniantari

Universitas Pendidikan Ganesha

Abstrak. Kegiatan Diklat pengembangan perangkat pendidikan karakter terintegrasi

pembelajaran fisika (PPKTPF) melibatkan guru-guru fisika SMA di kabupaten Buleleng

ini dilakukan dengan tujuan: (1) Mendeskripsikan proses pendidikan dan pelatihan para

guru fisika SMA di Kabupaten Bueleng dalam pengembangan PPKTPF. (2)

Mendeskripsikan kualitas produk PPKTPF yang dihasilkan oleh para guru fisika SMA

melalui program pendidikan dam pelatihan yang dilakukan. (3) Mendeskripsikan

tanggapan para guru fisika SMA di Kabupaten Bueleng terhadap PPKTPF. (4)

Mendeskripsikan tanggapan para guru fisika SMA di Kabupaten Bueleng terhadap

program pendidikan dam pelatihan pengembangan PPKTPF. Diklat ini dilakukan selama

4 (empat) hari, tanggal 1 September 2017, 8 September 2017, 15 September 2017, dan 22

September 2017 bertempat di Ruang MGMP Fisika SMA di SMA Negeri 1 Singaraja.

Kegiatan diklat diikuti oleh 15 orang guru fisika SMA yang tergabung dalam

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Kabupaten Buleleng. Kegiatan dilakukan

dengan empat tahapan, yaitu seminar dan tanya jawab, pelatihan, pembimbingan, dan

pendampingan penyusunan PPKTPF, presentasi dan diskusi, dan evaluasi. Data yang

dikumpulkan dalam kegiatan ini adalah (1) data mengenai proses pendidikan dan

pelatihan, (2) data tanggapan guru peserta diklat terhadap PPKTPF, (3) data tanggapan

guru peserta diklat terhadap program pendidikan dan pelatihan yang dilakukan, dan (4)

data kualitas produk diklat. Data pertama, kedua, dan ketiga dikumpulkan berdasarkan

pengamatan dari hasil diskusi, tanya jawab, dan pendampingan, sedangkan data keempat

dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data

dianalisis secara deskriptif. Hasil diklat adalah sebagai berikut. Pertama, proses

pendidikan dan pelatihan berlangsung secara interaktif dan menantang. Kedua, tanggapan

para guru terhadap gagasan pengembangan PPKTPF adalah berkategori baik. Ketiga,

tanggapan para guru terhadap program pendidikan dan pelatihan ini adalah berkategori

baik. Keempat, kualitas produk pendidikan dan pelatihan adalah berkategori baik. Secara

umum, pendidikan dan pelatihan mencapai kriteria keberhasilan, baik dalam proses

pelaksanaan, dalam menghasilkan produk pengembangan PPKTPF, maupun dalam

membangun sikap positif para guru terhadap gagasan pengembangan PPKTPF dan

terhadap program pelatihan yang diikutinya. Para guru menunjukkan sikap interaktif dan

tertantang dalam pendidikan dan pelatihan tersebut.

Kata-kata Kunci: perangkat pendidikan karakter, pembelajaran fisika

Page 4: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

iv

THE EDUCATION AND TRAINING OF DEVELOPING

THE CHARACTER EDUCATION TOOLS INTEGRATED WITH THE

LEARNING PHYSICS INVOLVED PHYSICS TEACHERS OF SENIOR

HIGH SCHOOL IN BULELENG REGENCY

by

I Wayan Santyasa, I Wayan Sadia, I Gede Saindra Santyadiputra, Made Juniantari

Universitas Pendidikan Ganesha

Abstract. The education and training on the development of character education tools

integrated with the physics learning (CETIFL) involving high school physics teachers in

Buleleng regency was conducted with the aim of: (1) Describe the process of education

and training of high school physics teachers in Bueleng Regency in developing CETIFL.

(2) Describe the quality of CETIFL products produced by high school physics teachers

through education and training programs undertaken. (3) Describe the responses of high

school physics teachers in Bueleng Regency to CETIFL. (4) Describe the responses of

high school physics teachers in Bueleng Regency to education programs and training on

PPKTPF development. This training is conducted for 4 (four) days, September 1, 2017,

September 8, 2017, September 15, 2017, and September 22, 2017 at SMA Negeri 1

Singaraja. The education and training activities were attended by 15 high school physics

teachers who were members of the Subject Mater Teachers Discussion (SMTD) of

Buleleng Regency. The activities are conducted with four stages, namely seminar and

question and answer session, training, guidance, and mentoring of CETIFL preparation,

presentation and discussion, and evaluation. The data collected in this activity are (1) data

on education and training process, (2) data of teachers' training responses to CETIFL, (3)

teacher training data for education and training program, and (4) quality data training

product. Data were analyzed descriptively. The result of the education and training is as

follows. Firstly, the education and training process is interactive and challenging. Second,

teachers' responses to the idea of developing CETIFL are categorized well. Third,

teachers' responses to this education and training program are categorized well. Fourth,

the quality of education and training products is categorized well. In general, education

and training achieve success criteria, both in the implementation process, in generating

CETIFL development products, as well as in building positive attitudes of teachers

towards the idea of developing CETIFL and on the training programs they attend.

Teachers show an interactive and challenging attitude in the education and training.

Key Words: character education tools, learning physics

Page 5: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Ida Sanghyang Widhi Wasa, Tuhan Yang

Maha Esa, karena atas berkat-Nya, laporan kegiatan pengabdian pada masyarakat dalam

bentuk “Pendidikan dan pelatihan pengembangan perangkat pendidikan karakter

terintegrasi pembelajaran fisika melibatkan Guru-Guru Fisika SMA di Kabupaten

Buleleng” dapat diselesaikan tepat waktu.

Laporan pengabdian pada masyarakat ini telah dikerjakan secara optimal, namun

hasilnya masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang konstruktif dari

para kolega sangat diharapkan untuk penyempurnaan lebih lanjut.

Terlaksananya kegiatan pengabdian pada masyarakat ini telah mendapat uluran

tangan dari berbagai pihak, baik moral maupun finansial. Oleh sebab itu, pada kesempatan

ini kami menghaturkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.

1. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Universitas

Pendidikan Ganesha (Undiksha) atas dukungan finasial, moral, dan ijin yang diberikan

serta atas koordinasinya dalam pemerolehan hibah dari dana DIPA Undiksha;

2. Dekan MIPA Universitas Pendidikan Ganesha atas ijin dan dukungan moral yang

diberikan dalam pelaksanaan kegiatan ini;

3. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng atas ijin dan dukungan moral yang

diberikan dalam pelaksanaan kegiatan ini;

4. Ketua MGMP Fisika SMA Kabupaten Buleleng atas koordinasi dan dukungan moral

serta kesediaan menugaskan guru-guru terlibat dalam pelaksanaan kegitan ini;

5. Staft LPPM Undiksha atas dukungan moral dan bantuan administrasi yang diberikan

demi kelancaran terlaksananya kegiatan ini;

6. Rekan-rekan panitia pelaksana dan tim monitoring kegiatan ini atas partisipasinya;

7. Rekan-rekan guru fisika SMA di Kabupaten Buleleng yang terlibat dalam kegiatan ini

atas antusiasme dan partisipasinya yang baik.

Akhirnya, atas kerja samanya yang baik, semoga Tuhan senantiasa memberkati dan

kita sekalian diberikan kesejahteraan lahir dan bathin.

Semoga laporan pengabdian pada masyarakat ini dapat memberikan manfaat yang

optimal dalam pengembangan sumber daya manusia di Indonesia, khusunya sumber daya

manusia di bidang pendidikan di Kabupaten Buleleng.

Singaraja, 18 Oktober 2017.

Penulis.

Page 6: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

vi

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

ABSTRAK iii

ABSTRACT iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Rasional 1

1.2 Analisis Situasi 2

1.3 Identifikasi dan Perumusan Masalah 3

1.4 Tujuan Kegiatan 4

1.5 Manfaat Kegiatan 5

1.6 Kerangka Pemecahan Masalah 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7

2.1 Hakikat Fisika dan Pembelajarannya 7

2.2 Pendidikan Karakter 9

2.3 Karakteristik dan Tujuan Pendidikan Karakter 11

2.4 Konten Pendidikan Karakter 12

2.5 Komponen Psikologi Karakter 14

2.6 Pendekatan Pengembangan Karakter 15

2.7 Strategi Pembelajaran Pengembangan Karakter 16

2.8 Evaluasi Proses dan Produk Pengembangan Karakter 21

BAB III METODE KEGIATAN 23

3.1 Khalayak Sasaran 23

3.2 Keterkaitan 23

3.3 Prosedur Kegiatan 24

3.4 Rancangan Evaluasi 24

3.5 Teknik Analisis Data 26

BAB IV HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN 27

4.1 Hasil Kegiatan 27

4.2 Pembahasan 38

BAB V PENUTUP 41

5.1 Simpulan 41

5.2 Saran-Saran 41

DAFTAR RUJUKAN 43

LAMPIRAN-LAMPIRAN 44

Page 7: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Rasional

Pendidikan dalam praksisnya selalu dilaksanakan melalui pembelajaran. Oleh sebab

itu, peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu faktor penentu peningkatan

kualitas pendidikan. Peningkatan kualitas pembelajaran, merupakan tuntutan logis dari

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Ipteks) yang semakin pesat. Bagi

Indonesia, salah satu upaya menuju ke arah itu adalah melakukan pengembangan

kurikulum secara terprogram. Kurikulum terbaru yang sedang diuji cobakan di Inodensia

adalah Kurikulum 2013 (K-13). Salah satu karakteristik K-13 adalah menghendaki

diterapkannya pendekatan ilmiah (scientific approach) sebagai suatu pijakan dalam

pembelajaran. Di samping itu, K-13 juga mengisyaratkan pencapaian Kompetensi Inti

(KI), yang dibedakan atas, KI-1 tentang sikap spiritual, KI-2 tentang sikap sosial, KI-3

tentang pengetahuan, dan KI-4 tentang keterampilan.

Secara implementatif, untuk mencapai KI-1 dan KI-2, pembelajaran harus

dirancang dan dilaksanakan dengan upaya pencapaian KI-3 dan KI-4. Kurikulum

Nasional sebelumnya, yaitu KTSP mengamanatkan himbauan pengintegrasian pendidikan

karakter dalam pembelajaran bidang studi, termasuk dalam pembelajaran fisika. Dengan

kata lain, pendidikan karakter disertakan terintegrasi dalam perancangan pencapaian KI-

3 dan KI-4 dalam konteks K-13. Oleh sebab itu, perancangan pendidikan karakter

terintegrasi dalam pembelajaran fisika tidak hanya bertujuan membangun karakter yang

baik bagi peserta didik, tetapi juga dalam rangka mencapai KI-1 dan KI-2 dalam konteks

K-13. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran fisika dapat menyediakan peluang yang

optimal bagi peserta didik dalam membangun kompetensi intelektual, praktikal, sosial,

dan spiritual. Kuantitas dan kualitas peluang tersebut sangat bergantung pada upaya

mengejawantahkan pembelajaran fisika yang humanis berbasis pada pemberdayaan

potensi diri siswa.

Harapan agar pembelajaran fisika khususnya di SMA untuk dapat diwujudkan

secara humanis berbasis pada pemberdayaan potensi diri siswa dalam pencapaian

Page 8: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

2

karakter yang baik bagi siswa termasuk pencapaian keempat KI dalam K-13, tampaknya

belum terjadi secara optimal. Penelitian Santyasa et al (2014) dan Santyasa et al (2016)

menyatakan bahwa pembelajaran fisika cenderung bertahan dengan pola regularitas,

perangkat pembelajaran yang mendukung upaya pencapaian keempat KI belum tampak

secara sistematis, perangkat pembelajaran yang mendukung upaya mengintegrasikan

pendidikan karakter ke dalam pembelajaran fisika cenderung sangat minimal. Temuan ini

mengindikasikan bahwa empat kompetensi yang telah dimiliki guru-guru fisika, yaitu (1)

kompetensi pedagogi (2) kompetensi profesional, (3) kompetensi sosial, dan (4)

kompetensi kepribadian, belum mampu secara optimal mengakomodasi tagihan

kurikulum, khususnya pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran fisika.

Pernyataan ini mengindikasikan bahwa kompetensi guru seyogyanya ditingkatkan secara

berkelanjutan agar akomodatif terhadap perkembangan zaman, khususnya dalam rangka

memenuhi tagihan kurikulum yang berlaku di Indonesia.

Peningkatan kompetensi guru merupakan tanggung jawab moral bagi para guru di

sekolah, termasuk para guru fisika. Upaya peningkatan keempat kompetensi tersebut,

salah satu cara yang dapat dilakukan adalah pelatihan penyusunan perangkat pendidikan

karakter terintegrasi dalam pembelajaran fisika. Lebih-lebih dengan diberlakukannya K-

13 yang mewajibkan para guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah,

pelatihan pengembangan perangkat pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran

fisika menjadi sangat strategis, yang memiliki harapan besar untuk mendukung

pencapaian empat KI dalam K-13.

1.2 Analisis Situasi

Kompetensi guru-guru fisika SMA di Kota Singaraja belum mampu secara optimal

mengakomodasi pentingnya pengembangan perangkat pendidikan terintegrasi

pembelajaran fisika. Hal ini terbukti dari respon empat Kepala SMA dan Ketua

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Fisika SMA di Kabupaten Buleleng, yang

menyatakan bahwa banyak hal yang perlu didiskusikan terkait dengan pendidikan

karakter terintegrasi pembelajaran fisika. Pada tataran implementasi kurikulum, kepala

sekolah menghimbau para guru fisika mengembangkan perangkat pendidikan karakter,

namun mereka belum sepenuhnya dapat membimbing para guru mengembangkan

Page 9: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

3

perangkat tersebut. Padahal dalam konteks supervisi, seyogyanya masalah tersebut tidak

terjadi. Masalah tersebut juga dirasakan oleh Ketua MGMP guru fisika yang secara tegas

menyatakan perlunya diskusi secara intensif tentang perangkat pendidikan karakter

terintegrasi pembelajaran fisika, baik secara teoretis maupun teknis, sehingga guru-guru

fisika dapat mengembangkan perangkat pembelajarannya yang sesuai dengan tagihan

kurikulum.

Fakta tersebut menunjukkan bahwa Ketua MGMP Fisika mewakili para guru fisika

SMA di Kabupaten Buleleng memiliki persepsi dan sikap positif dan sekaligus

menginginkan adanya program-program pendidikan dan pelatihan pengembangan

perangkat pendidikan karakter terintegrasi pembelajaran fisika, termasuk di dalamnya

pendekatan saintifik pada tataran implementatif. Komitmen tersebut didukung oleh semua

kepala sekolah dari empat sekolah yang menyatakan responnya. Mereka menyatakan

komitmennya mengikuti pendidikan dan pelatihan secara optimal jika terdapat program

yang mampu mengakomodasi kebutuhan tersebut, lebih-lebih dalam rangka implementasi

K-13.

Berdasarkan analisis situasi pembelajaran fisika SMA di Kabupaten Buleleng dan

agar dapat memenuhi kebutuhan para guru tersebut, pendidikan dan pelatihan

pengembangan perangkat pendidikan karakter terintegrasi pembelajaran fisika melibatkan

para guru fisika SMA tampak sangat penting untuk segera dilakukan.

1.3 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan analisis situasi dan fakta yang terungkap dari hasil survey di lapangan,

teridentifikasi masalah-masalah sebagai berikut.

Di Kabupaten Buleleng terdapat 50 orang guru fisika yang terhimpun dalam MGMP

Fsika Kabupaten Buleleng, yang bertugas pada 17 SMA Negeri dan 5 SMA Swasta. Ketua

MGMP Fisika yang mewakili guru-guru fisika tersebut sangat tertarik meningkatkan

pemahaman secara optimal konsep inovasi terutama yang berkaitan dengan perangkat

pendidikan karakter terintegrasi pembelajaran fisika, agar pemahaman yang terbatas

menurut mereka tidak menjadi hambatan dalam penyusunan perangkat pembelajaran

dalam pencapaian empat KI dalam inmplementasi Kurikulum 2013 (K-13).

Page 10: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

4

Guru-guru fisika SMA di Kabupaten Buleleng sangat tertarik mengikuti pendidikan

dan pelatihan pengembanganperangkat pendidikan karakter terintegrasi pembelajaran

fisika secara intensif, karena mereka merasakan belum memahami secara mendalam

tentang perangkat pendidikan karakter terintegrasi pembelajaran fisika, baik secara

konseptual maupun praktek mengembangkan rencana dan pelaksanaan pembelajaran

(RPP), lembaran kerja siswa (LKS), dan format-format asesmennya.

Berdasarkan identifikasi permasalahan tersebut, berikut diajukan rumusan masalah

yang akan diupayakan pemecahannya dalam pelaksanaan program pengabdian pada

masyarakat melalui pendidikan dan pelatihan. Rumusan masalah tersebut adalah sebagai

berikut.

1. Bagaimana proses diklat yang dapat dilakukan terhadap para guru fisika SMA di

Kabupaten Bueleng dalam pengembangan perangkat pendidikan karakter terintegrasi

pembelajaran fisika?

2. Bagaimana kualitas produk perangkat pendidikan karakter terintegrasi pembelajaran

fisika yang dihasilkan oleh para guru fisika SMA melalui program diklat ini?

3. Bagaimana tanggapan para guru fisika SMA di Kabupaten Bueleng terhadap

perangkat pendidikan karakter terintegrasi pembelajaran fisika?

4. Bagaimana tanggapan para guru fisika SMA di Kabupaten Bueleng terhadap program

diklat ini?

1.4 Tujuan Kegiatan

Tujuan pelaksanaan pengabdian pada masyarakat dengan pola pendidikan dan

pelatihan pengembangan perangkat pendidikan karakter terintegrasi pembelajaran fisika

bagi para guru fisika SMA di Kabupaten Bueleng adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan proses diklat para guru fisika SMA di Kabupaten Bueleng dalam

pengembangan perangkat pendidikan karakter terintegrasi pembelajaran fisika.

2. Mendeskripsikan kualitas produk perangkat pendidikan karakter terintegrasi

pembelajaran fisika yang dihasilkan oleh para guru fisika SMA melalui program

diklat ini.

3. Mendeskripsikan tanggapan para guru fisika SMA di Kabupaten Bueleng terhadap

perangkat pendidikan karakter terintegrasi pembelajaran fisika.

Page 11: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

5

4. Mendeskripsikan tanggapan para guru fisika SMA di Kabupaten Bueleng terhadap

program diklat ini.

1.5 Manfaat Kegiatan

Manfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan pendidikan dan pelatihan

pengembangan perangkat pendidikan karakter terintegrasi pembelajaran fisika di

Kabupaten Buleleng adalah sebagai berikut.

1. Dalam jangka pendek, pendidikan dan pelatihan pengembangan perangkat

pendidikan karakter terintegrasi pembelajaran fisika sangat bermanfaat bagi guru

fisika dalam rangka mengemas pembelajaran yang akomodatif terhadap kebutuhan

pengembangan karakter bangsa melalui pendidikan formal. Pengemasan

pembelajaran fisika dengan mengintegrasikan pendidikan karakter merupakan suatu

kewajiban guru fisika untuk mengakomodasi tagihan KTSP dan sekaligus memenuhi

pencapaian KI-1 dan KI-2 dalam K-13.

2. Dalam jangka panjang, pendidikan dan pelatihan pengembangan perangkat

pendidikan karakter terintegrasi pembelajaran fisika sangat bermanfaat meletakkan

landasan yang kuat bagi para guru fisika di Kabupaten Buleleng dalam mengeman

tugas keseharian, karena imbas pengetahuan konseptual dan operasional pendidikan

karakter terintegrasi pembelajaran fisika melalui pelatihan ini diyakini dapat

menggugah kesadaran mereka untuk selalu melakukan refleksi berbasis praktek

sehari-hari. Bangkitnya kesadaran tersebut akan memberikan peluang bagi mereka

untuk melakukan olah pikir, rasa, raga sebagai hasil kristalisasi tanggung jawab moral

dalam melaksanakan tugas sebagai abdi negara.

3. Pembimbingan dalam pengemasan perangkat pendidikan karakter terintegrasi

pembelajaran fisika dapat membiasakan para guru fisika dalam mengemas alur

berpikir ilmiah, sehingga sebagai tenaga profesi mereka akan berada pada posisi

selalu siap menjalani ivent-ivent ilmiah, seperti lomba penulisan karya ilmiah, lomba

penelitian, dan sebagainya, yang pada gilirannya akan sangat membantu mereka

dalam proses kenaikan pangkat ke jenjang kepangkatan yang lebih tinggi.

4. Kegiatan pelatihan ini akan memberikan manfaat yang sangat strategis bagi

Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), karena di satu sisi kegiatan pelatihan

Page 12: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

6

merupakan pengejawantahan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu

pengabdian pada masyarakat, di sisi lain dapat menjalin kerja sama yang saling

menguntungkan antara Undiksha dengan sekolah, dinas pendidikan kabupaten, dan

pemerintah daerah. Bagi sekolah, dinas pendidikan kabupaten, dan daerah,

keuntungan yang dapat dipetik, adalah terklaksananya program peningkatan

kualifikasi non gelar yang praktis bagi guru fisika di daerahnya. Bagi Undiksha,

keuntungan yang dapat dipetik adalah tertemukannya data aktual menyangkut

kompetensi guru yang pada gilirannya dapat dijadikan refleksi dalam melaksanakan

program-program otentik kelembagaan untuk menunjang peningkatan kualitas

pendidikan dalam jabatan dan prajabatan.

1.6 Kerangka Pemecahan Masalah

Untuk memecahkan masalah yang diajukan dan sekaligus mencapai tujuan kegiatan

pendidikan dan pelatihan ini, maka ditetapkan kerangka pemecahan masalah seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Kerangka pelaksanaan diklat pengembangan pendidikan

karakter terintegrasi pembelajaran fisika SMA

Orientasi Lapangan

Identifikasi Masalah

Pemecahan secara Teoretik Pengembangaan Perangkat

Pendidikan Karakter

Kajian Konseptual Pembimbingan

Revisi Perangkat

Evaluasi Program

Seminar dan Diskusi

Page 13: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Fisika dan Pembelajarannya

Pembelajaran fisika dipandang sebagai suatu proses untuk mengembangkan

kemampuan memahami konsep, prinsip maupun hukum-hukum fisika sehingga dalam

proses pembelajarannya harus mempertimbangkan strategi atau metode pembelajaran

yang efektif dan efisien. Pembelajaran fisika di SMA dapat menjadi wahana bagi siswa

untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Dalam pembelajaran fisika, pengalaman

proses fisika dan pemahaman produk fisika dalam bentuk pengalaman langsung akan

sangat berarti dalam membentuk konsep siswa. Hal ini juga sesuai dengan tingkat

perkembangan mental siswa SMA yang tela memasuki fase formal, akan sangat

memudahkan siswa jika pembelajaran fisika mengajak anak untuk belajar merumuskan

konsep secara induktif berdasar fakta-fakta empiris di lapangan.

Dalam pembelajaran akan ada komunikasi antara guru dengan siswa. Segala sesuatu

yang menyangkut pembelajaran merupakan proses komunikasi. Komunikasi dalam

pembelajaran merupakan komunikasi timbal balik yang terjadi tidak dengan sendirinya

tetapi harus diciptakan oleh guru dan siswa.

Santyasa (2014) menyatakan bahwa fisika pada hakekatnya merupakan sebuah

kumpulan pengetahuan (a body of knowledge), cara atau jalan berpikir (a way of thinking),

dan cara untuk penyelidikan (a way of investigating). Dengan mengacu kepada pernyataan

ini ternyata bahwa, pandangan kebanyakan orang, pandangan para ilmuwan, dan

pandangan para ahli filsafat yang dikemukakan di atas tidaklah salah, melainkan masing-

masing hanya merupakan salah satu dari tiga hakikat fisika.

Istilah lain yang juga digunakan untuk menyatakan hakekat fisika adalah fisika

sebagai produk untuk pengganti pernyataan fisika sebagai sebuah kumpulan pengetahuan,

fisika sebagai sikap untuk pengganti pernyataan fisika sebagai cara atau jalan berpikir, dan

fisika sebagai proses untuk pengganti pernyataan fisika sebagai cara untuk penyelidikan. Jadi

pada hakekatnya, fisika adalah sebagai produk, fisika sebagai sikap, dan fisika sebagai proses.

Berikut ini akan dikemukakan lebih rinci mengenai hakekat fisika itu.

Page 14: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

8

1. Fisika Sebagai Produk

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan manusia, terjadi interaksi antara manusia

dengan alam lingkungannya. Interaksi itu memberikan pembelajaran kepada manusia

sehinga menemukan pengalaman yang semakin menambah pengetahuan dan

kemampuannya serta berubah perilakunya. Dalam wacana ilmiah, hasil-hasil penemuan

dari berbagai kegiatan penyelidikan yang kreatif dari pada ilmuwan diinventarisir,

dikumpulkan, dan disusun secara sistematik menjadi sebuah kumpulan pengetahuan yang

kemudian disebut sebagai produk atau “a body of knowledge”. Pengelompokkan hasil-

hasil penemuan itu menurut bidang kajian yang sejenis menghasilkan ilmu pengetahuan

yang kemudian disebut sebagai fisika. Dengan demikian, fisika merupakan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, rumus, teori, dan model.

2. Fisika Sebagai Proses

Fisika sebagai proses atau juga disebut sebagai “a way of investigating” memberikan

gambaran mengenai bagaimana para ilmuwan bekerja melakukan penemuan-penemuan.

Jadi fisika sebagai proses memberikan gambaran mengenai pendekatan yang digunakan

untuk menyusun pengetahuan. Berdasarkan uraian tersebut, bahwa pemahaman fisika

sebagai proses sangat berkaitan dengan kata-kata kunci fenomena, dugaan, pengamatan,

pengukuran, penyelidikan, dan publikasi. Pembelajaran yang merupakan tugas guru

termasuk ke dalam bagian mempublikasikan itu. Dengan demikian pembelajaran fisika

sebagai proses hendaknya berhasil mengembangkan keterampilan proses fisika pada diri

siswa.

3. Fisika Sebagai Sikap

Berdasarkan penjelasan mengenai hakikat fisika sebagai produk dan hakekat fisika

sebagai proses di atas, tampak bahwa penyusunan pengetahuan fisika diawali dengan

kegiatan-kegiatan kreatif seperti pengamatan, pengukuran dan penyelidikan atau

percobaan, yang kesemuanya itu memerlukan proses mental dan sikap yang berasal dan

pemikiran. Jadi dengan pemikirannya orang bertindak dan bersikap, sehingga akhirnya

dapat melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah itu. Pemikiran-pemikiran para ilmuwan yang

bergerak dalam bidang fisika itu menggambarkan, rasa ingin tahu dan rasa penasaran

Page 15: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

9

mereka yang besar, diiringi dengan rasa percaya, sikap objektif, jujur dan terbuka serta

mau mendengarkan pendapat orang lain. Sikap-sikap itulan yang kemudian memaknai

hakikat fisika sebagai sikap atau “a way of thinking”.

2.2 Pendidikan Karakter

Menurut UU nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Definisi tersebut mengindikasikan bahwa pendidikan tidak hanya diarahkan pada

pengembangan intelektual dan praktikal manusia, tetapi juga menyangkut spiritual,

pengendalian diri, kepribadian, dan ahlak mulia, yang justru lebih penting karena

menyangkut etika moral manusia.

Satu hal yang terpenting dalam pengembangan etika manusia akhir-akhir ini telah

memusatkan perhatian pada karakter. Hal ini tampak pada diskusi-diskusi di sekolah,

berita-berita di media masa, dan percakapan keseharian masyarakat dan pemerintah semua

fokus pada karakter yang mungkin dimiliki oleh para pemimpin, warga negara terpelajar,

dan anak-anak kita. Lebih-lebih dunia sekarang telah memasuki abad pengetahuan, dan

khususnya Indonesia memasuki Era Masyarakat Ekonomi Asian (MEA), yang

memungkinkan terjadi arus transformasi nilai-nilai budaya yang sangat pesat yang

berpeluang menguntungkan atau justru merugikan, maka pendidikan karakter menjadi

sangat penting dikaji sebagai landasan berpikir, berkata, dan bertindak. Terkait dengan hal

karakter manusia, Psikiater Pittman (1992:62) mengungkapkan pernyataan berikut

The stability of our lives depends upon our character. It is charakter, not poisson,

that keep marriages together long enough to do their work of raising children into

mature, responsible, productive citizens. In this imperfect world, it is character that

enables people to survive, to endure, and to transcend their misfortunes.

Secara bebas, pernyataan tersebut dapat diterjemahkan sebagai berikut:

Kesetabilan hidup kita bergantung pada karakter kita. Yang mampu memelihara

kelanggengan pernikahan, keluarga dapat membesarkan anak-anak dan

menjadikannya matang, bertanggung jawab, dan menjadi warga negara yang

Page 16: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

10

produktif, adalah karakter keluarga, bukan nafsu. Di dunia yang tidak sempurna ini

karakter itulah yang memungkinkan orang bertahan hidup, kekal, dan melampui

nasib mereka yang malang.

Barangkali beranjak dari pendapat Pittman tersebut, kini perhatian pendidikan

cenderung mengarah pada pengembangan karakter manusia, sehingga sering diistilahkan

pendidikan karakter. “Pendidikan karakter didefinisikan sebagai upaya untuk

mempertimbangkan pengembangan kebajikan”(Lichona, 1999). Menurut Yahya Khan

(2010:1), pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan berprilaku yang

membantu individu untuk hidup dan bekerja sama sebagai keluarga, masyarakat, dan

bernegara dan membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat

dipertanggungjawabkan. Di samping itu, Raka et al (2011: xi) menyatakan bahwa

pendidikan karakter diperlukan agar setiap individu menjadi orang yang lebih baik,

menjadi warga masyarakat yang lebih baik, dan menjadi warga negara yang lebih baik.

Ketiga pendapat tersebut tidak jauh berbeda. Intinya, bahwa pendidikan karakter sangat

penting diformulasikan dan dilakukan untuk mengembangkan kebaikan dan kebajikan

masyarakat. Kebajikan secara objektif adalah kualitas manusia yang baik, baik dalam

perkembangan, dan baik dalam kehidupan individu dan di masyrakat. Oleh karena secara

intrinsik baik, kebajikan melampui waktu dan budaya; keadilan (justice), kejujuran

(honesty), dan keramahan (kindness) selalu dimiliki dan selalu menjadi bajik.

Secara filosofis, pendidikan karakter menuntut realitas kebenaran moral objektif,

anggapan bahwa sesuatu itu diakui benar atau salah secara jujur. Kebenaran objektif,

sebagaimana pandangan filsuf Kreeft dan Tacelli (1994), bahwa kebenaran itu tidak

bergantung pada orangnya. Sebagai contoh, menolong orang yang sedang menderita

secara objektif adalah benar, sementara perzinahan (adultery) adalah salah, meyakini suku

sendiri lebih unggul dibandingkan dengan yang lain (rasism) adalah salah, menganiaya

(torture) adalah salah, perampokan atau pemerkosaan (rape) adalah salah, berbuat curang

(cheating) adalah salah, mengambil keputusan tidak adil (unjust) terhadap orang yang

tidak bersalah adalah salah. Semua perbuatan tersebut termasuk kebenaran moral objektif,

yang memiliki claim pada hati nurani dan prilaku kita.

Page 17: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

11

2.3 Karakteristik dan Tujuan Pendidikan Karakter

Gerakan pendidikan karakter ditentukan oleh beberapa faktor (Kilpatrick, 1992;

Lickona, 1991): (1) kelemahan keluarga dalam sosialisasi pada anak-anaknya, (2)

pengaruh negatif budaya media masa sebagai pembentuk nilai-nilai masa muda, (3)

persepsi masyarakat bahwa negara dalam suatu periode tertentu tidak peduli dengan

pembinaan moral dan spiritual, (4) kecemasan terhadap anak muda yang cenderung

menunjukkan meningkatnya kekerasan, ketidakjujuran, penyalahgunaan obat bius,

pengutamaan diri sendiri, dan aktivitas seksual. Pendidikan karakter juga suatu reaksi

untuk memerangi metode pendidikan yang lebih banyak mengutamakan nilai-nilai

kognitif, banyak perintah, dan kurang proses yang humanis. Dalam kontek kurikulum

yang lebih menekankan pengembangan kompetensi, hendaknya jangan dilupakan muatan

pendidikan karakter di dalamnya, sehingga pembangunan manusia seutuhnya dapat

diwujudkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Raka et al (2011:18), bahwa kompetensi

membuat seseorang bisa melakukan tugasnya dengan baik, namun karakterlah yang

membuatnya bertekad mencapai yang terbaik dan selalu ingin lebih baik; Orang-orang

dengan kompetensi yang tinggi tanpa disertai karakter yang baik dapat menjadi sumber

masalah bagi lingkungannya.

Pendidikan karakter adalah suatu pendidikan yang memberikan keyakinan dalam

membantu siswa untuk memperoleh kebajikan melalui pembelajaran. Hal ini sangat

penting, mengingat siswa oleh dirinya sendiri tidak mungkin dapat mambangun karakter

secara optimal, misalnya berkaitan dengan pengambilan keputusan yang dapat dikatakan

benar atau salah. Oleh sebab itu, pendidikan karakter tidak penting hanya untuk

dipikirkan, dibicarakan, dan didiskusikan, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan yang

aktual. Pendidikan karakter harus menjadi tanggung jawab semua sekolah dalam rangka

membangun masyarakat yang bajik. Prilaku-prilaku siswa seperti: sikap hormat (respect),

tanggung jawab (responsibility), kejujuran (honesty), keramahan (kindness), kerajinan

atau ketekunan (diligence), dan kontrol diri (self-control) perlu dimodelkan, diajarkan,

dihormati, dipuji, dan secara kontinu dipraktekkan dalam setiap berinteraksi di sekolah.

Suatu prinsip teoretik yang dapat memberikan petunjuk praktis penerapan

pendidikan karakter di sekolah adalah pendapat Aristoteles, yaitu: Virtues are not mere

thoughts but habits we develop by performing virtuous actions. We be come kind by doing

Page 18: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

12

kind deeds, self-controlled by exercising self-control. Petunjuk tersebut sangat penting

untuk dimengerti dan diterapkan secara berkelanjutan dalam upaya membantu siswa

menampilkan keramahan, kesopanan (courteous), dan disiplin diri, sampai secara relatif

mudah bagi mereka untuk melakukannya dan secara relatif mereka dapat menentang hal-

hal yang tidak diinginkan sebagai akibat pembiasaan berprilaku.

Tujuan pendidikan karakter di sekolah adalah untuk menciptakan 3 (tiga) hal, yaitu

(1) rakyat yang baik, (2) sekolah yang baik, dan (3) masyarakat yang baik. Tujuan pertama

diarahkan agar semua manusia memiliki karakter yang baik. Dua hal penting berikut

adalah suatu keniscayaan menjadi muatan pendidikan untuk membantu pertumbuhan

kematangan manusia, yaitu (1) kekuatan pikiran, hati, kebaikan, pertimbangan-

pertimbangan yang baik, kejujuran, empati, kepedulian, usaha keras, (2) disiplin diri

dalam upaya menjadi cerdas membangun cinta kasih dan kerja.

Tujuan kedua diarahkan agar sekolah dapat mewujudkan karakter yang baik.

Sekolah adalah tempat yang lebih baik, tentunya akan menjadi tempat yang lebih kondusif

dalam proses pembelajaran, apabila sekolah tersebut dapat menyemaikan pembangunan

kemanusiaan, kepedulian, dan memiliki standar tinggi dalam pencapaian kehidupan

sekolah yang lebih baik.

Tujuan ketiga, menyatakan bahwa pendidikan karakter esensial dalam

membangun suatu masyarakat bermoral. Masalah-masalah masyarakat, seperti kekerasan,

ketidakjujuran, kerakusan, kehancuran rumah tangga, pertumbuhan jumlah anak yang

hidup melarat, dan tindak kekerasan terhadap perempuan, serta tindakan-tindakan amoral

lainnya memiliki akar yang kuat di masyarakat yang senantiasa memelukan solusi. Tetapi

tidak mungkin dapat dibangun masyarakat yang bajik, jika kebajikan tidak ada dalam

pikiran, hati, dan jiwa dalam kehidupan individu. Pembangunan karakter yang baik akan

dapat diwujudkan apabila individu, keluarga, sekolah, masyarakat, dan tempat-tempat

beribadah benar-benar dapat berfungsi secara optimal sebagai tempat persemaian karakter

yang baik.

2.4 Konten Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter dimulai dengan proposisi, bahwa pengembangan karakter

bertujuan mempercepat terbentuknya kebajikan pada diri seseorang, dan kebajikan itu

Page 19: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

13

adalah kualitas baik bagi manusia itu sendiri. Proposisi umum tersebut mengarahkan ke

pertanyaan yang lebih spesifik: “kebajikan yang bagaimana yang menjadi landasan

karakter yang baik bagi seseorang yang dapat disosialisasikan melalui pembelajaran di

sekolah?”

Dalam makalah ini, pembangunan karakter peserta didik mengacu pada teori

Isaacs (dalam Lickona, 1999), bahwa terdapat 24 kebajikan yang perlu dikembangkan

sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik. (1) Umur 0-7 tahun, taat pada aturan

(obedience), ketulusan atau keikhlasan hati (sincerity), dan penggunaan waktu secara baik

(orderliness). (2) Umur 8-12 tahun, ketahanan (fortitude), usaha keras (perseverance),

kerajinan (industriusness), kesabaran (patience), tanggungjawab (responsibility),

keadilan (justice), dan kemurahan hati (generosity). (3) Umur 13-15 tahun, kesopanan

(modesty), tidak ekstrim atau memiliki kontrol diri yang kuat (moderation), sederhana

(simplisity), sanggup berinteraksi sosial yang baik (socialbility), bersahabat (friendship),

rasa hormat (respect), rasa cinta pada tanah air (patriotism). (4) Umur 16-18 tahun,

kebijaksanaan (prudence), fleksibel (flexibility), memahami (understanding), kesetiaan

(loyalty), keberanian mengambil resiko untuk kebaikan (audacity), kerendahan hati

(humility), dan optimis berbasis keyakinan pada Yang Maha Pencipta (optimism).

DeMarco (dalam Lickona, 1999) merekomendasikan 28 kebajikan dengan menambahkan

4 kebajikan terhadap 24 butir yang ditawarkan oleh Isaacs, yaitu kepedulian (care),

kesucian (chastity), menghindari minuman keras (temperance), dan kebijaksanaan

(wisdom).

Lickona (1999) membedakan pendidikan karakter atas dua jenis, (1) kebajikan

keras (hard virtue), yaitu disiplin diri, kerja keras, ketekunan, kontrol diri, dan (2)

kebajikan lunak (soft virtue), yaitu empati, keramahan (kindness), perasaan iba

(compassion), dan toleransi. Konten karakter yang disebut sebagai kebajikan tersebut

hendaknya disosialisasikan kepada peserta didik secara komprehensif dan objektif. Dalam

konteks masyarakat demokratis, pendidikan karakter secara logika mencakup kebajikan

demokratis, misalnya homat terhadap hak individu, menjalankan kebaikan, nalar dalam

berdialog, menghargai proses, toleransi terhadap perbedaan pendapat, berpartisipasi

secara sukarela dalam kehidupan bermasyarakat.

Page 20: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

14

2.5 Komponen Psikologi Karakter

Secara psikologi, karakter mencakup kognitif, afektif, dan aspek moral prilaku.

Aspek moral prilaku mencakup moral knowing, moral feeling, dan moral action. Karakter

yang baik mencakup knowing the good, desiring the good, dan doing the good. Doing the

good terdiri dari habits of the mind, habits of the heart, dan habits of the behavior. Peserta

didik diharapkan agar bisa mempertimbangkan mana yang benar, peduli secara mendalam

tentang benar, dan kemudian mampu mengerjakan yang disebut dengan benar.

Menurut Lickona (1999), sisi kognitif karakter mencakup 6 (enam) komponen,

yaitu (1) kewaspadaan moral (moral alertness), (2) paham terhadap kebajikan, (3)

kemenarikan dalam perspektif, (4) penalaran moral, (5) pengambilan keputusan yang

bernalar, dan (6) kematangan moral.

Sisi emosional karakter berfungsi sebagai jembatan antara pertimbangan moral

dan tindakan moral. Sisi emosional moral mencakup 5 (lima) komponen, yaitu (1)

mencintai dan bertindak keadilan, (2) menghormati diri sendiri, (3) empati, (4) mencintai

kebaikan, dan (5) mengakui dan mengoreksi secara rela dan penuh kerendahan hati

terhadap kesalahan moral.

Tindakan moral mencakup 3 (tiga) komponen, yaitu (1) moral competence

(mendengarkan, mengkomunikasikan, bekerja sama, memecahkan konplik), (2) moral

will (yang memobilisasi pertimbangan dan energi yang merupakan inti dari kontrol diri),

dan (3) moral habit (merespon dengan cara yang baik dan konsisten).

Suyanto (2010), menyatakan terdapat 9 (sembilan) pilar karakter yang berasal dari

nilai-nilai luhur universal, yaitu (1) karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, (2)

kemandirian dan tanggungjawab, (3) kejujuran/amanah, (4) diplomatis, (5) hormat dan

santun, (6) dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama, (6) percaya

diri dan pekerja keras, (7) kepemimpinan dan keadilan, (8) baik dan rendah hati, dan (9)

karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan. Sementara Puskurbuk (2011: 3)

memformulasikan 18 nilai-nilai pendidikan karakter yang bersumber dari agama,

Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1) Religius, (2) Jujur, (3)

Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8)Demokratis, (9) Rasa

Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai

Page 21: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

15

Prestasi, (13) Bersahabat/ Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca,(16)

Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, & (18) Tanggung Jawab.

Formulasi konten pendidikan karakter tersebut menjadi sangat penting sebagai

acuan bagi para teoretisi dan praktisi di semua jenjang pendidikan dalam mengemas

pembelajaran berorientasi pada pengembangan karakter peserta didik.

2.6 Pendekatan Pengembangan Karakter

Dalam mengembangkan karakter, baik kognitif, emosional, maupun dimensi-

dimensi prilaku, dibutuhkan pendekatan yang komprehensif. Pendekatan tersebut

bertujuan (1) mengidentifikasi peluang perkembangan karakter dalam kehidupan kelas

dan sekolah, (2) merencanakan cara-cara penanganan untuk menggunakan peluang

tersebut untuk mempercepat perkembangan karakter dan meminimalisasi praktik-praktik

sekolah yang bertentangan dengan karakter yang baik.

Pendekatan pembelajaran untuk mengembangkan karakter peserta didik perlu

dikaji untuk mempermudah menetapkan strategi pembelajarannya. Secara umum terdapat

dua jenis pendekatan pengembangan karakter peserta didik, yaitu pendekatan langsung

dan pendekatan tak langsung. Pendekatan langsung (konten kurikulum) dapat dilakukan

dengan menjelaskan kebajikan, pemodelan kebajikan, mengarahkan peserta didik dalam

proses studi kebajikan, dan mendorong peserta didik untuk praktik kebajikan. Pendekatan

tak langsung (konteks lingkungan moral yang positif) dapat dilakukan dengan

menyediakan pengalaman-pengalaman moral yang real seperti pembelajaran koperatif,

resolusi konflik, pembelajaran pelayanan untuk membantu peserta didik memahami dan

praktik kebajikan. Di samping pendekatan-pendekatan langsung dan tak langsung

tersebut, terdapat pula pendekatan-pendekatan yang lain, misalnya pembelajaran

pengembangan otoritas pribadi dan tanggung jawab, pembelajaran pengembangan

berpikir kritis, dan pembelajaran membantu peserta didik mengerjakan sesuatu yang benar

dalam kasus-kasus yang pasti dan membantu mereka menggambarkan solusi terpadu

tentang masalah moral menyangkut konflik kebajikan. Pembelajaran melawan upaya

destruktif terhadap lingkungan, misalnya pemecahan masalah tentang praktik aborsi untuk

menghormati kehidupan sebelum lahir dan dukungan terhadap kaum perempuan,

termasuk pendekatan pengembangan karakter.

Page 22: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

16

2.7 Strategi Pembelajaran Pengembangan Karakter

Lickona (1999) menganjurkan 9 (sembilan) strategi pembelajaran untuk

mengembangkan karakter peserta didik, yaitu (1) guru sebagai pemberi kepedulian, model

moral, dan penasehat moral, (2) menciptakan komunitas kelas yang peduli, (3) penegakan

disiplin moral, (4) menciptakan lingkungan kelas yang demokratis, (5) pengajaran

kebajikan sesuai konten kurikulum, (6) pembelajaran kooperatif, (7) pembelajaran hati

nurani, (8) refleksi etik, dan (9) pengajaran resolusi konflik.

Guru sebagai pemberi kepedulian, model moral, dan penasehat moral

Dalam kelas, moral guru memiliki pengaruh secara langsung terhadap

pertumbuhan moral peserta didik. Kadar pertumbuhan moral tersebut sangat bergantung

pada kualitas hubungan yang mampu diciptakan oleh guru pada peserta didik selama

pembelajaran berlangsung di kelas. Melalui hubungan-hubungan yang mampu diciptakan,

guru dapat mengerahkan pengaruh moral positif dalam tiga cara, yaitu menghormati dan

memperdulikan peserta didiknya, memberikan contoh yang baik, dan menyediakan

bimbingan moral secara langsung.

Menciptakan komunitas kelas yang peduli

Peserta didik sangat perlu untuk peduli tidak hanya terhadap orang yang lebih tua,

tetapi juga terhadap teman sebayanya. Apabila mereka memiliki perasaan saling memiliki,

maka mereka akan saling memperdulikan satu sama lainnya. Untuk tujuan tersebut, guru

dapat menciptakan komunitas kelas yang memiliki kepedulian, dan guru membantu

peserta didik untuk (1) mengetahui satu sama lain sebagai individu, (2) menghormati dan

peduli satu sama lain, (3) merasakan suatu nilai sebagai anggota kelompok. Membangun

komunitas kelas seperti itu akan berkontribusi terhadap tumbuhnya suasana kelas yang

mengikat peningkatan partisipasi peserta didik dalam diskusi.

Penegakan disiplin moral

Penegakan disiplin dapat menjamin tumbuh kembangnya karakter peserta didik.

Oleh sebab itu, guru hendaknya membantu mereka mengembangkan penalaran moral,

Page 23: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

17

disiplin diri, dan hormat kepada orang lain. Aturan hendaknya ditegakkan dengan cara

yang memungkinkan peserta didik melihat standar moral (misalnya kesopanan (courtesy)

dan kepedulian (caring)) yang ditetapkan dalam aturan tersebut. Hal yang perlu

diperhatikan, bahwa jangan sampai menjanjikan hadiah atau mengancam dengan

hukuman, karena kedua hal ini bersifat pemicu ekstrinsik. Guru yang menggunakan

disiplin moral dalam pembelajaran di kelas dapat menjamin bahwa peserta didiknya

memahami dasar moral tersebut terkait dengan peraturan yang ditetapkan di kelas. Dalam

menetapkan aturan kelas tersebut, guru perlu menjelaskan, bahwa tujuannya bukan untuk

mencari kesalahan, namun untuk menanamkan kejujuran, keterbukaan, dan kerelaan

untuk mengambil tanggungjawab atas segala sesuatu yang dilakukan. Dengan demikian,

peserta didik senantiasa belajar bahwa ketika mereka melakukan kesalahan akan memiliki

kesanggupan untuk memperbaiki kesalahan tersebut dengan penuh kesadaran

Menciptakan lingkungan kelas yang demokratis

Strategi ini melibatkan keikutsertaan peserta didik dalam pengambilan keputusan

yang mampu meningkatkan tanggungjawab mereka untuk membuat kelas menjadi tempat

belajar yang baik. Strategi yang dapat dilakukan untuk menciptakan lingkungan kelas

yang demokratis adalah dengan mengadakan pertemuan-pertemuan kelas dalam rangka

mengerjakan pekerjaan rumah. Gagasan pertemuan kelas, bahwa hal tersebut membuat

peserta didik merasakan alasan-alasan mereka dalam diskusi masuk akal dan bermanfaat,

sehingga mereka dapat membantu pemecahan masalah. Pertemuan-pertemuan kelas

sangat perlu dilakukan untuk mengajak peserta didik berdemokrasi melalui kesadaran

bertanggung jawab atas segala sesuatu yang harus dikerjakan. Moto yang perlu diikuti,

bahwa “jika guru menginginkan siswa mengembangkan tanggung jawab, mereka harus

memiliki tanggung jawab”.

Pengajaran kebajikan sesuai konten kurikulum

Terkait dengan pengajaran kebajikan melalui konten kurikulum, guru perlu

mencermati tingkatan kelas. Yang perlu diperhatikan oleh guru adalah: ”pertanyaan moral

yang bagaimana dan pelajaran karakter yang bagaimana yang ada dalam mata pelajaran

Page 24: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

18

yang saya ampu? Bagaimana mungkin saya membuat pertanyaan-pertanyaan dan

pelajaran tersebut menjadi penting bagi peserta didik?

Guru sains dapat mendesain pelajarannya agar peserta didik dapat menampilkan

ketelitian dan kebenaran pelaporan data dan menyajikan temuan secara ilmiah. Guru ilmu

sosial dapat mempertanyakan tentang keadilan sosial, dilema moral aktual yang diungkap

oleh sejarah, dan tindakan terpuji bagi masyarakat sebagai warga negara. Guru sastra

dapat mengajak peserta didiknya menganalisis keputusan moral, kekuatan dan kelemahan

moral terkait dengan karakter novel atau ceritera singkat. Guru matematika dapat

menugaskan peserta didiknya untuk melakukan penelitian dan membuat grafik

kecenderungan masyarakat yang baik secara moral. Semua guru dapat mengajak peserta

didik mempelajari kaum laki-laki atau perempuan yang telah mampu mencapai perbedaan

moral atau intelektual dalam kehidupan mereka masing-masing.

Pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif mengajak peserta didik untuk praktik mengembangkan

kompetensi-kompetensi sosial dan moral, seperti kebiasaan memikirkan “perlunya rasa

hormat” terhadap orang lain, kemampuan bekerja sebagai bagian dari sebuah tim, dan

kapasitas untuk mengapresiasi orang lain, dalam waktu yang sama bahwa mereka

mempelajari materi akademik. Pembelajaran kooperatif juga berkontribusi terhadap

perkembangan kohesivitas dan kepedulian komunitas kelas dengan memperkecil jurang

pemisah sebagai akibat perbedaan etnik, ras, dan hambatan-hambatan sosial lain dan

dengan mengintegrasikan setiap siswa ke dalam struktur sosial yang kecil dari kelompok

kooperatif.

Agar efektif sebagai strategi pengembangan akademik dan karakter peserta didik,

pembelajaran kooperatif harus didesain mencakup saling ketergantungan dan tanggung

jawab individu (Borich, 2007). Setiap anggota kelompok harus dibutuhkan, dan setiap

orang harus secara bebas menunjukkan penguasaan materi dari suatu kesimpulan hasil

kerja sama. Waktu harus disediakan untuk mengajar peserta didik keterampilan dan

aturan-aturan yang mereka perlukan untuk kerjasama secara efektif. Waktu juga harus

disediakan untuk mengajak mereka dalam merefleksi kerja kooperatif yang baik yang

harus dilakukan terkait dengan tugas-tugas yang diberikan dan bagaimana mereka

Page 25: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

19

menampilkan kemajuan yang dibutuhkan pada waktu berikutnya. Kelas dapat

mengembangkan panduan yang membantu mencegah masalah dan menyediakan kriteria

untuk merefleksikan upaya-upaya mereka. Contoh panduan kerja sama adalah “anggota

kelompok memiliki kontribusi terbaik”, apabila (1) setiap anggota ramah satu sama lain,

(2) tidak ada anggota yang tidak bekerja, (3) setiap anggota mendengarkan dan

menghargai gagasan setiap anggota kelompok, (4) setiap anggota memiliki tugas masing-

masing, (5) tidak ada anggota yang meninggalkan tugasnya, (6) tidak ada yang protes, dan

(7) selalu saling memuji. Pembelajaran kooperatif dapat mengajak peserta didik untuk

berubah paradigma dari i alone atau i instead of you menjadi i as well as you.

Pembelajaran hati nurani

Karakter pribadi kita sering mempengaruhi kehidupan orang lain melalui kualitas

kerja yang kita lakukan. Ketika kita mengerjakan pekerjaan dengan baik, orang lain

merasakan manfaat yang baik, ketika kita mengerjakannya secara buruk, orang lain

merasakan kerugian. Satu yang terpenting, adalah “suara” dari “hati nurani”, sehingga hati

nurani yang menunjukkan kesanggupan, suara itu menyatakan “do a good job”. Hal itu

menandakan karakter manusia.

Peserta didik memiliki kesanggupan untuk mengembangkan hati nurani yang baik

dan pekerjaan yang berkaitan dengan berbagai kualitas karakter, yaitu (1) disiplin diri,

mencakup kemampuan menunda keadaan yang menyenangkan untuk mengejar tujuan-

tujuan berikutnya, (2) ketekunan, (3) ketergantungan untuk bekerja yang baik, (4)

kecerdasan, dan (5) tanggung jawab. Guru membantu peserta didik mengembangkan

pekerjaan terkait dengan kualitas karakter apabila mereka mampu menunjukkan contoh

tanggungjawab kerja yang baik melalui pembelajarannya (menyiapkan pembelajaran

dengan baik dan tepat waktu, mengembalikan pekerjaan siswa dengan segera dengan

balikan yang tepat, dan memberikan bantuan ekstra apabila diperlukan),

mengkombinasikan harapan dan dukungan yang tinggi, menyediakan kurikulum yang

mendorong semua siswa, dan menugaskan siswa dengan pekerjaan rumah yang bermakna.

Page 26: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

20

Refleksi etik

Strategi ini fokus pada pengembangan karakter dari sisi kognitif, khususnya

memberikan pembelajaran kepada siswa tentang kebajikan, bagaimana mereka bisa

memiliki kebiasaan praktik yang memuaskan kehidupan, dan bagaimana mengambil

tanggungjawab mengembangkan karakter masing-masing. Peserta didik didorong untuk

menunjukkan tujuan sehari-hari dalam memperbaiki praktik mereka mengenai kebajikan

yang esensial, seperti hormat (respect), kerjasama (cooperative), dan kemurahan hati

(generosity). Di akhir hari itu, mereka melakukan penilaian diri sendiri, apabila mereka

memilih, rekam kemajuan mereka dalam jurnal pribadi. Penunjukan tujuan harian ini

merupakan hal yang cukup penting untuk mengembangkan kebiasaan dan kerelaan diri

yang baik.

Pengajaran resolusi konflik

Pembelajaran resolusi konflik tanpa intimidasi adalah bagian yang sangat penting

dalam pengembangan karakter peserta didik. Rasionalnya, adalah (1) konflik tidak pasti

mengubah dengan jujur mengikis suatu komunitas moral dalam kelas, (2) tanpa

keterampilan resolusi konflik, peserta didik akan cacat secara moral dalam hubungan

interpersoal mereka dalam kehidupannya sekarang dan kemudian hari dan barangkali

berujung pada kekerasan di sekolah dan di masyarakat.

Terdapat banyak cara mengajar keterampilan resolusi konflik dalam kelas. Ketika

dua orang peserta didik mengalami koflik, guru segera memberhentikan tindakan mereka

yang menyebabkan konflik tersebut dan menggunakannya sebagai momen pembelajaran.

Guru dapat meminda dua peserta didik yang lain yang tidak terlibat dalam konflik tersebut

untuk tampil di depan kelas untuk memerankan suatu solusi positif terhadap konflik

tersebut. Guru lalu menganjurkan seluruh peserta didik dalam kelas untuk memberikan

saran. Dua peserta didik yang terlibat dalam konflik diminta untuk bertindak yang bukan

merupakan solusi positif yang merepresentasikan apa yang mereka lihat dan dengar.

Keterampilan-keterampilan tersebut menjadi bagian karakter peserta didik yang telah

dipelajari sebelumnya dan sering dipraktekkan.

Page 27: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

21

2.8 Evaluasi Proses dan Produk Pengembangan Karakter

Evaluasi proses dan produk pengembangan karakter ditujukan pada 3 (tiga) hal,

yaitu (1) Kemajuan karakter peserta didik yang dapat diamati atau yang dapat

didokumentasi dalam lingkungan kelas, (2) pengaruh-pengaruh karakter di luar

lingkungan sekolah, dan (3) aktivitas kehidupan peserta didik setelah mereka tamat.

Evaluasi terhadap kemajuan karakter peserta didik yang dapat diamati atau

yang dapat didokumentasi dalam lingkungan kelas

Sekolah seyogyanya memiliki program pendidikan karakter. Hal ini penting agar

sekolah dapat menjadi tempat yang lebih baik bagi peserta didik. Program tersebut dapat

mempengaruhi terjadinya perubahan yang positif sikap dan prilaku peserta didiknya.

Dalam konteks ini, evaluasi dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan

(1) Sudahkah keikutsertaan peserta didik berlangsung? Pertentangan dan penskorsan

dihentikan? Perusakan karya-karya seni berkurang? Kejadian-kejadian pembiusan

diminimalisasi? Sikap menentang penjiplakan, dan laporan diri tentang penjiplakan dapat

ditingkatkan? Guru dapat menilai seperti itu sebelum dan setelah program dijalankan

dengan pencatatan prilaku-prilaku yang dapat diamati atau dengan angket tanpa nama.

Tujuannya adalah untuk mengukur pertimbangan moral peserta didik. Misalnya, apakah

mencontek pada saat ulangan adalah tindakan keliru? Tujuan lainnya, juga untuk

mengukur komitmen moral mereka. Apakah anda akan mencontek jika anda yakin dengan

hal-hal yang tidak mengerti? Angket juga bertujuan untuk mengukur prilaku moral terkait

dengan laporan diri. Berapa kali anda telah mencontek dalam ulangan akhir semester?

Evaluasi terhadap pengaruh-pengaruh karakter di luar lingkungan sekolah

Dalam hal ini, evaluasi dapat dilakukan terhadap prilaku-prilaku peserta didik di

luar kelas, misalnya keterlibatan mereka dalam aktivitas prososial, termasuk membantu

orang lain jika dibutuhkan, juga termasuk upaya mempertahankan keyakinan moral.

Upaya untuk menahan diri tidak melakukan perbuatan mencuri di toko dengan pura-pura

sebagai pembeli. Menahan diri dari prilaku-prilaku yang beresiko tinggi, seperti peminum.

Sama halnya dengan prilaku di sekolah, prilaku-prilaku tersebut dapat dinilai berdasarkan

surve laporan diri.

Page 28: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

22

Evaluasi terhadap aktivitas kehidupan peserta didik setelah mereka tamat

Hal ini merupakan pengukuran jangka panjang terhadap karakter peserta didik.

Apa yang bisa dilakukan oleh peserta didik setelah mereka lulus, misalnya menjadi orang

tua yang bertanggung jawab, menjadi warga negara yang baik, menjadi anggota

komunitas yang produktif, semuanya dapat dinilai melalui penelitian jangka panjang di

luar kapasitas sekolah. Penelitian dilakukan untuk mengukur sisi prilaku karakter,

misalnya sifat penolong, sisi kognitif karakter, misalnya menjadi pemikir yang baik dalam

upaya menemukan resolusi konflik di masyarakat, sisi sikap atau emosional karakter,

misalnya menampilkan nilai-nilai demokratis di masyarakat, seperti keyakinan bahwa

semua anggota kelompok memiliki hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan

keputusan yang dapat mempengaruhi aktivitas kelompok.

Page 29: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

23

BAB III

METODE KEGIATAN

3.1 Khalayak Sasaran

Berdasarkan data yang ada di Organisasi MGMP fisika Kabupaten Buleleng,

terdapat 50 orang guru fisika yang tersebar di berbagai SMA pada 9 kecamatan. Kegiatan

pendidikan dan pelatihan pengembangan perangkat pendidikan karakter terintegrasi

pembelajaran fisika ini melibatkan sampel 2 orang guru fisika SMA dari masing-masing

kecamatan di Kabupaten Buleleng, sehingga jumlah guru fisika yang terlibat adalah 18

orang. Evaluasi akhir program berdasarkan tanggapan peserta 18 orang guru fisika

tersebut berpotensi menjadi dasar pelaksanaan program selanjutnya yang memungkinkan

melibatkan guru fisika dalam jumlah yang lebih besar.

3.2 Keterkaitan

Kegiatan pendidikan dan pelatihan pengembangan perangkat pendidikan karakter

terintegrasi pembelajaran fisika yang merupakan kegiatan pengabdian pada masyarakat

ini melibatkan institusi-institusi berikut.

1. Universitas Pendidikan Ganesha melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada

Masyarakat (LPPM) yang menyediakan tenaga pelatih untuk memfasilitasi para guru

fisika SMA dalam berlatih pengembangan perangkat pendidikan karakter terintegrasi

pembelajaran fisika. Guru-guru sampel yang berlatih dipastikan dapat memberikan

imbas yang positif untuk rekannya dalam organisasi MGMP Fisika di Kabupaten

Buleleng, karena proses pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi pembelajaran

fisika di kelas yang sesungguhnya dapat dilakukan secara kolaboratif dalam

kelompok-kelompok guru bidang studi.

2. Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui Dinas Pendidikan Kabupaten yang akan

memberikan dorongan moral dan finansial dalam rangka peningkatan kualitas dan

kuantitas pengetahuan dan keterampilan para guru fisika SMA, khususnya di bidang

pengembangan perangkat pendidikan karakter terintegrasi pembelajaran fisika.

Page 30: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

24

3.3 Prosedur Kegiatan

Kegiatan pendidikan dan pelatihan pengembangan perangkat pendidikan karakter

terintegrasi pembelajaran fisika ini dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu (1) tahapan

pendidikan konseptual dan teknik operasional tentang pendidikan karakter terintegrasi

pembelajaran fisika, (2) tahapan pelatihan pengembangan perangkat pendidikan karakter

terintegrasi pembelajaran fisika, dan (3) tahapan evaluasi.

Tahapan pertama, dilakukan dengan metode seminar dan tanya jawab. Fasilitator

dari Universitas Pendidikan Ganesha akan tampil sebagai pemrasaran, sedangkan para

guru akan berperan sebagai peserta. Antara pemrasaran dan peserta secara berkolaborasi

menjalankan peran sebagai learning community, sehingga secara psikologis tidak ada

jurang pemisah antara keduanya. Kegiatan ini dilaksanakan di Ruang Pertemuan MGMP

Fisika Kabupaten Buleleng.

Tahapan kedua, dilakukan dengan metode diskusi terbimbing dalam proses

pengembangan perangkat pendidikan karakter terintegrasi pembelajaran fisika. Proses ini

dijalankan dengan praktek pengembangan perangkat pendidikan karakter terintegrasi

pembelajaran fisika yang dilakukan oleh para guru dibimbing langsung oleh fasilitator.

Kegiatan ini dilaksanakan di Ruang Pertemuan MGMP Fisika Kabupaten Buleleng.

Fasilitator menjalankan perannya sebagai pelayan guru, sehingga proses berlangsung

secara terbuka dan bebas.

Tahap ketiga, dilakukan dengan metode pengujian secara tertulis dan portofolio.

Pengujian tertulis bertujuan mengevaluasi kemampuan guru mengaitkan antara teori

pendidikan karakter terintegrasi pembelajaran dan praktek pengembangan perangkatnya.

Pengujian dengan portofolio lebih difokuskan untuk menilai perangkat-perangkat yang

telah dikembangkan oleh guru. Proses evaluasi dilakukan di Ruang Pertemuan MGMP

Fisika Kabupaten Buleleng.

3.4 Rancangan Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat)

pengembangan perangkat pendidikan karakter terintegrasi pembelajaran fisika ini

dibedakan atas dua jenis, evaluasi sebelum diklat dan evaluasi setelah diklat. Evaluasi

sebelum diklat bertujuan mengungkap pengetahuan awal guru mengenai pendidikan

Page 31: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

25

karakter terintegrasi pembelajaran fisika secara konseptual, sedangkan evaluasi setelah

diklat bertujuan mengungkap dampak diklat terhadap pengembangan pengetahuan dan

keterampilan guru tentang pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran

fisika. Evaluasi setelah pelatihan dilakukan dengan dua model, yaitu pengujian tertulis

dan portofolio. Deskripsi tentang instrumen evaluasi dan kriteria keberhasilan diklat

pengembangan perangkat pendidikan karakter terintegrasi pembelajaran fisika disajikan

pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Deskripsi data, instrumen, dan kriteria keberhasilan diklat

No Jenis Data Sumber

Data

Instrumen Indikator Kriteria

Keberhasilan

1 Proses diklat

pengembangan

pendidikan

karakter

terintegrasi

pembelajaran

fisika

Guru Pengamatan Peserta antusias

dalam

pendidikan dan

latihan

Terungkapnya

aktivitas guru yang

mencerminkan

antusiasnya baik

dalam proses

pendidikan maupun

dalam pelatihan

berkategori baik

2 Tanggapan guru

terhadap

konsepsi

pendidikan

karakter

terintegrasi

pembelajaran

fisika setelah

diklat

Guru Angket Tanggapan guru

teradap konsepsi

pendidikan

karakter

terintegrasi

pembelajaran

fisika positif

Terungkapnya

tanggapan guru

teradap konsepsi

pendidikan karakter

terintegrasi

pembelajaran fisika

mencapai kategori

baik

3 Tanggapan guru

terhadap

program diklat

pengembangan

perangkat

pendidikan

karakter

terintegrasi

pembelajaran

fisika setelah

diklat

Guru Angket Tanggapan guru

teradap program

diklat

pengembangan

perangkat

pendidikan

karakter

terintegrasi

pembelajaran

fisika positif

Terungkapnya

tanggapan guru

teradap program

diklat pengembangan

perangkat pendidikan

karakter terintegrasi

pembelajaran fisika

mencapai kategori

baik

4 Kualitas produk

program diklat

pengembangan

perangkat

Guru Portofolio Kualitas produk

program diklat

pengembangan

perangkat

Terungkapnya

kualitas produk

program diklat

pengembangan

Page 32: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

26

pendidikan

karakter

terintegrasi

pembelajaran

fisika setelah

diklat

pendidikan

karakter

terintegrasi

pembelajaran

fisika

berkategori

tinggi

perangkat pendidikan

karakter terintegrasi

pembelajaran fisika

mencapai kategori

baik

3.5 Teknik Analisis Data

Data yang diperlukan dalam diklat pengembangan pendidikan karakter terintegrasi

pembelajaran fisika ini terdiri dari (1) Proses diklat pengembangan pendidikan karakter

terintegrasi pembelajaran fisika, (2) Tanggapan guru terhadap konsepsi pendidikan

karakter terintegrasi pembelajaran fisika setelah diklat, (3) Tanggapan guru terhadap

program diklat pengembangan perangkat pendidikan karakter terintegrasi pembelajaran

fisika setelah diklat, dan (4) Kualitas produk program diklat pengembangan perangkat

pendidikan karakter terintegrasi pembelajaran fisika setelah diklat. Semua data tersebut

dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Page 33: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

27

BAB IV

HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Kegiatan

Seperti yang telah dijelaskan pada Bab 3, bahwa kegiatan Diklat ini dilakukan

dalam tiga tahapan, yaitu (1) tahapan pendidikan konseptual dan teknik operasional

tentang pendidikan karakter terintegrasi pembelajaran fisika, (2) tahapan pelatihan dan

pendampingan pengembangan perangkat pendidikan karakter terintegrasi pembelajaran

fisika, dan (3) tahapan pendampingan lanjutan dan evaluasi.

Tahapan pertama, dilaksanakan pada Jum’at, 1 September 2017 bertempat di

Ruang Pertemuan MGMP Fisika Kabupaten Buleleng yang bertempat di SMA Negeri 1

Singaraja. Kegiatan ini dilakukan dengan metode seminar dan tanya jawab. Fasilitator

berperan sebagai pemrasaran, sedangkan para guru sebagai peserta, mereka bekerja secara

berkolaborasi menjalankan peran sebagai learning community, secara psikologis tidak ada

jurang pemisah antara keduanya. Gambar 4.1 adalah tayangan nara sumber sebelum

seminar dilakukan.

Gambar 4.1 Tayangan power point nara sumber

Selanjutnya disajikan Gambar 4.2(a) dan 4.2(b) yang menunjukkan nara sumber

sedang memberikan materi konseptual sebagai landasan palatihan.

Page 34: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

28

(a)

(b)

Gambar 4.2 Nara sumber sedang memberikan materi konseptual sebagai landasan

pelatihan

Page 35: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

29

Peserta tampak antusias memperhatikan, menganggapi, bertanya, dan mengajukan

pendapat secara intensif.

(b)

(b)

Gambar 4.3(a) dan (b) Peseta menuliskan pertanyaan yang akan diajukan

Page 36: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

30

Pertanyaan-pertanyaan kritis yang muncul dalam kegiatan ini adalah (1) Dalam

membangun karakter bangsa, di antara lembaga pendidikan keluarga, masyarakat, dan

sekolah, mana yang paling bertanggung jawab? Di sekolah, guru berhadapan dengan

siswa beragam, bagaimana mndidik mereka agar memiliki karakter yang baik? (2) Apa

yang bisa dilakukan agar pembelajaran fisika sekaligus bisa membangun karakter yang

baik pada siswa, terutama dalam hal mengatasi pengaruh pergaulan yang tidak baik? (3)

Bagaimana cara mengintegrasikan penguatan pendidikan karakter seperti religius dan

gotong royong ke dalam pembelajaran fisika? Saking banyaknya karakter bangsa yang

perlu dibangun pada siswa, yang tentunya memerlukan waktu banyak, bagaimana cara

memilah dan memilih agar pembelajaran fisika tidak sampai kekurangan waktu? (4) Guru

yang memberi hukuman ada siswa harus berurusan dengan polisi, bahkan sampai

dipenjara, padahal guru sering berhadapan pada siswa yang sering berprilaku kebablasan,

bagaimana caranya mengkiati hal-hal seperti itu? (5) Mengapa siswa sekarang sering

berprilaku yang cenderung bertentangan dengan aturan sekolah? (6) Mengapa siswa pada

umumnya sekarang kurang memiliki kepedulian? (7) Bagaimana cara mengevaluasi nilai-

nilai karakter siswa? (8) Jika siswa yang kita didik belum berhasil memiliki karakter yang

baik, apa yang bisa kita lakukan sebagai guru? (9) Jika kita memnerikan sangsi pada siswa

yang lenaggar, apakah cara kita itu termasuk upaya membantu siswa membangun karakter

yang baik? (10) Mengajar itu ibarat kita menabur benih yang kemungkinan jatuhnya di

batu cadas, di semak belukar, di tanah subur, bagaimana caranya mengajar agar benih

jatuh di tanah subur, sehingga memungkinkan tumbuhnya karakter yang baik pada siswa?

(11) Bagaimana caranya mengaar fisika agar bisa mnesinergikan penguasaan pengetahuan

dan teknologi dengan sikap sosialnya di lingkungan masyarakat? (12) Apakah pendidikan

karakter bisa diintegrasikan pada semua model pembelajaran dan semua materi pelajaran?

(13) Secara teknis, bagaimana caranya mengembangkan karakter baik siswa dalam proses

pembelajaran? (14) Bagaimana caranya menanamkan pendidikan karakter pada anak-

anak yang cenderung berprilaku menyimpang? (15) Terkait dengan sistem penilaian

karakter, sampai saat ini belum pernah dilakukan remidi di sekolah, karena guru langsung

menyimpulkan siswa memiliki karakter baik, mohon penjelasan!

Secara umum, terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut, nara sumber memberikan

jawaban secara konfrontatif, tujuannya agar peserta kembali memikirkan pertanyaan-

Page 37: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

31

pertanyaan tersebut secara bersama-sama. Untuk itu, peserta diklat kemudian

dikelompokkan untuk mendiskusikannya, sekaligus menemkan rancangan pendidikan

karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran fisika. Aktivitas-aktivitas diskusi tersebut

disajikan pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 (a) Nara sumber mengarahkan peserta berdiskusi kelompok

Peserta dibagi dalam 2 kelompok, masing mendikusikan semua pertanyaan-

pertanyaan yang telah diindetifikasi di atas. Pada diskusi tersebut, anggota kelompok juga

diajak mengeksplorasi nilai-nilai karakter yang secara logika bersumber dari konsep dan

prinsip fisika, sehingga dapat disertakan sebagai bahan pengayaan pendidikan karakter

terontegrasi dalam pembelajaran fisika.

Page 38: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

32

Gambar 4.4(b) Nara sumber memberikan teknik diskusi

Gambar 4.4(c) Salah satu kelompok diskusi sedang mendengarkan arahan

Page 39: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

33

Gambar 4.4(d) Salah satu kelompok diskusi mulai berdiskusi

Gambar 4.4(e) Dua kelompok diskusi tampak mulai diskusi

Page 40: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

34

Gambar 4.4(f) Satu kelompok tampak bingung dan kelompok yang lain lancar

Gambar 4.4(g) Kelompok yang bingung sudah mulai menemukan cara

Page 41: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

35

Gambar 4.4(h) Salah satu kelompok tampak diskusi secara intensif

Gambar 4.4(i) Kelompok ini cukup inten berdiskusi

Page 42: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

36

Gambar 4.4(j) Nara sumber menjelaskan pada salah satu kelompok

Gambar 4.4(k) Kelompok ini menindalanjuti arahan nara sumber

Page 43: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

37

Gambar 4.4(l) Nara sumber memberi penjelasan pada kelompok yang lain

Gambar 4.4(m) Nara sumber menjelaskan lebih lanjut berdasarkan pertanyaan

kelompok ini

Page 44: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

38

Tahapan kedua, dilaksanakan pada Jum’at, 8 September 2017. Kegiatan diskusi

terbimbing sangat intensif dilakukan dalam proses pengembangan perangkat pendidikan

karakter terintegrasi pembelajaran fisika. Pelatihan pengembangan perangkat pendidikan

karakter terintegrasi pembelajaran fisika dilakukan oleh para guru dibimbing langsung

oleh fasilitator. Kegiatan ini dilaksanakan di Ruang Pertemuan MGMP Fisika Kabupaten

Buleleng. Peran sebagai fasilitator yang dilakukan oleh instruktur membuat proses

pelatihan berlangsung secara terbuka dan bebas. Tahapan pendampingan berikutnya

dilakukan pada Jum’at, 15 September 2017 dilaksanakan di Ruang Pertemuan MGMP

Fisika Kabupaten Buleleng. Pada kegiatan ini instruktur mengajak para guru melakukan

penyempurnaan terkait dengan perangkat-perangkat pendidikan yang telah dihasilkan.

Tahap ketiga, dilakukan pada Jum’at, 22 September 2017, dengan aktivitas

pendampingan lanjutan yang diakhiri dengan evaluasi. Pendampingan dilakukan terutama

mendiskusikan solusi-solusi terbaik terhadap kendala-kendala yang ditemukan oleh guru

ketika perangkat ini diimpleentasikan dalam pembelajaran. Evaluasi dilakukan dengan

pengamatan terhadap tanggapan guru melalui diskusi dan tanya jawab dan dengan

portofolio. Pengujian dengan pengamatan berkaitan dengan proses diklat, tanggapan guru

terhadap materi diklat, dan tanggapan guru terhadap proses diklat. Evaluasi dengan

portofolio dilakukan terhadap produk perangkat pendidikan karakter terintegrasi

pembelajaran fisika yang dihasilkan oleh para guru.

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa tanggapan guru-guru sebagai peserta diklat

terhadap proses diklat adalah berkategori baik. Tanggapan guru-guru terhadap materi

diklat adalah berkategori baik, demikian pula terhadap program diklat ini adalah

berkategori baik. Hasil penilaian portofolio menunjukkan bahwa produk perangkat

pendidikan karakter terintegrasi pembelajaran fisika yang dihasilkan oleh para guru adalah

berkategori baik.

4.2 Pembahasan

Pelatihan pengembangan perangkat pendidikan karakter terintegrasi pembelajaran

fisika (PPKTPF) bagi para guru dipandang sangat strategis dalam memfasilitasi mereka

untuk mengembangkan profesi. Namun, guru-guru fisika SMA di Kabupaten Buleleng

belum pernah mengikuti pelatihan pengembangan PPKTPF melalui kegiatan pengabdian

Page 45: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

39

pada masyarakat, baik yang dilakukan atas kerja sama Pemerintah Kabupaten Buleleng

dengan Universitas Pendidikan Ganesha, maupun dengan universitas lainnya. Oleh sebab

itu, kegiatan pelatihan pengembangan PPKTPF ini sangat perlu dilakukan.

Hasil kegiatan menunjukan bahwa awalnya para guru menunjukkan keragu-raguan

tentang upaya mengintegrasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran fisika. Hal ini

terbukti dari banyak munculnya pertanyaan-pertanyaan fisimis. Fakta ini

mengindikasikan, bahwa kegiatan diklat pengembangan PPKTPF bagi para guru fisika

SMA di Kabupaten Buleleng sangat penting untuk dilakukan.

Setelah dilakukan diklat pengembangan PPKTPF, peserta menunjukkan

pemahaman mereka tentang PPKTPF dengan berkategori baik. Kualitas pemahaman

peserta pelatihan tersebut menunjukkan bahwa proses diklat ini berlangsung dengan baik.

Hal ini juga tampak dari sikap antisiasme para guru dalam mengikuti diklat. Ketika

dilakukan diskusi kelompok, peserta diklat juga menunjukan keseriusannya dalam

memecahkan permasalahan. Lebih-lebih dalam proses pendampingan, peserta diklat

semakin menunjukkan pengetahuan yang memadai terkait dengan upaya pengambangan

PPKTPF.

Walaupun peserta pelatihan telah mencapai kriteria baik tentang dalam proses

pengembangan PPKTPF, namun kemampuan itu masih perlu ditingkatkan, sehingga

berikutnya ada peluang mencapai kualifikasi yang lebih tingi. Kebutuhan pengembangan

PPKTPF ini sangat diperlukan secara berkelanjutan. Hal yang sangat positif ditemukan

dalam diklat ini adalah bahwa peserta menunjukkan antusiasme tinggi dalam pelatihan

pengembangan PPKTPF, terbukti dari banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang esensial

tentang pendidikan karakter dalam pembelajaran fisika dilontarkan oleh peserta ketika

seminar.

Ketika pedampingan, peserta tampak menunjukkan upaya-upaya yang sangat serius,

namun karena pendeknya waktu diklat, menyebabkan proses pengembangan PPKTPF

terutama RPP dan LKS tidak terjadi secara optimal. Namun, sikap keseriusan peserta

terlibat dalam pembimbingan dan pendampingan diklat ini mengindikasikan adanya

peluang untuk melakukan pelatihan pengembangan PPKTPF berikutnya, baik pada subjek

yang sama maupun pada subjek yang berbeda.

Page 46: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

40

Dilihat dari kemampuan peserta dalam mengemas PPKTPF selama pelatihan,

tampak bahwa peserta telah menunjukkan kualifikasi baik. Kualifikasi ini memang telah

melampaui kriteria keberhasilan minimal yang ditargetkan dalam diklat. Hal ini juga

merupakan suatu peluang bagi pelaksanaan diklat berikutnya. Apabila diklat sejenis

dilakukan pada subjek yang sama, yaitu yang menjadi responden kali ini, dan bila

memungkinkan dilakukan pendampingan di kelas dalam waktu relatif lamanya, dapat

dipastikan diklat pengembangan PPKTPF berikutnya akan memberikan peluang kepada

peserta untuk menghasilkan produk lebih baik dan mampu mengimplementasikannya di

kelas secara lebih optimal. Pernyataan ini diperkuat oleh temuan dalam pelatihan ini,

bahwa tanggapan peserta diklat terhadap proses diklat berkategori baik, demikian pula

tanggapan mereka terhadap progra diklat ini juga berkategori baik.

Implikasi dari temuan-temuan dan pembahasan kegiatan diklat pengembangan

PPKTPF ini, bahwa diklat pengembangan PPKTPF bagi peserta yang sama tidak cukup

sekali pelaksanaan, namun memerlukan proses yang berulang. Semakin sering diklat

dilakukan pada subjek yang sama, semakin besar peluang keberhasilannya. Lebih-lebih

jika pelatihan pengembangan PPKTPF dilanjutkan dengan proses pendampingan secara

intensif dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Hal ini sangat penting untuk dilakukan,

karena pelaksanaan pembelajaran pembelajaran fisika yang mengintegrasikan pendidikan

karakter merupakan salah satu cara yang efektif untuk memfasilitasi guru dalam

peningkatan profesionalisme, meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah, dan sekaligus

mengajak para guru belajar sepanjang hayat.

Page 47: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

41

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil diklat pengembangan perangkat pendidikan karakter

terintegrasi pembelajaran fisika (PPKTPF) dan pembahasan yang telah dipaparkan

sebelumnya, dapat ditarik simpulan-simpulan berikut: (1) tanggapan guru-guru sebagai

peserta diklat terhadap proses diklat pengembangan PPKTPF kali ini adalah berkategori

baik. (2) Tanggapan guru-guru terhadap materi diklat pengembangan PPKTPF adalah

berkategori baik. (3) Tanggapan guru-guru terhadap program diklat pengembangan

PPKTPF adalah berkategori baik.(4) Hasil penilaian portofolio menunjukkan bahwa

produk pengembangan PPKTPF yang dihasilkan oleh para guru adalah berkategori baik.

5.2 Saran-Saran

Diklat pngembangan PPKTPF bagi peserta yang sama tidak cukup sekali

pelaksanaan, tetapi memerlukan proses yang berulang. Semakin sering pelatihan

dilakukan pada subjek yang sama, semakin besar peluang keberhasilannya. Oleh sebab

itu, disarankan kepada Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui Dinas Pendidikan

Kabupaten agar melakukan koordinasi dan kerja sama yang terprogram dengan instansi-

instansi terkait, terutama dengan Undiksha melalui Lembaga Penelitian dan Lembaga

Pengabdian pada Masyarakat dalam rangka memfasilitasi para guru mengembangkan

profesionalisme melalui kegiatan diklat pengembangan PPKTPF secara lebih intensif.

Untuk menambah pengetahuan praktikal guru dalam pengembangan PPKTPF,

diklat pengembangan PPKTPF seyogyanya dilanjutkan dengan proses pendampingan

secara intensif. Untuk itu, disarankan kepada Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui

Dinas Pendidikan Kabupaten agar kegiatan-kegiatan pelatihan para guru khususnya diklat

pengembangan PPKTPF dilakukan dengan program lengkap hingga pendampingan yang

intensif dalam proses praktik, sehingga pengetahuan guru akan menjadi lengkap.

Pengetahuan guru yang lengkap lebih memiliki peluang keberhasilan dalam

Page 48: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

42

meningkatkan kemampuannya melayani anak-anak di sekolah, sehingga diharapkan dapat

membantu meningkatkan kualitas pendidikan.

Pelaksanaan diklat pengembangan PPKTPF bagi para guru merupakan salah satu

cara yang efektif, tidak hanya untuk memfasilitasi guru dalam peningkatan profesi, tetapi

juga meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah dan sekaligus mengajak para guru belajar

sepanjang hayat. Untuk tujuan-tujuan tersebut, disarankan kepada pemerintah yang

berwewenang, agar selalu memprogramkan berikut anggarannya untuk melaksanakan

kegiatan-kegiatan guru produktif, seperti pengembangan PPKTPF, misalnya melalui

aktivitas seminar, pelatihan, work shop, pendampingan, dan yang paling penting

memberikan hibah kepada para guru melalui jalur-jalur prestatif melalui proses kompetitif

yang objektif. Kegiatan-kegiatan lomba karya ilmiah juga perlu diprogram dan

dianggarkan untuk para guru. Program berikutnya, pemerintah bisa meningkatkan tagihan

kepada para guru dalam proses pembelajaran, pelaporan hasil pembelajaran, kenaikan

pangkat, dan sertifikasi. Program-program tersebut diyakini akan memiliki dampak yang

sangat positif untuk meningkatkan kinerja guru, menambah portofolio guru dan sekolah

yang bersifat otentik, memajukan proses dan hasil belajar siswa, yang pada akhirnya akan

berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan.

Page 49: UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHAfisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/3...dikumpulkan melalui penilaian produk PPKTPF yang dihasilkan oleh guru. Data dianalisis secara deskriptif

43

DAFTAR PUSTAKA

Borich, G. D. 2007. Effective teaching methode: Research based practice. Sixth edition.

New Jersey, Columbus, Ohio: Pearson Prentice Hall.

Lickona, T. 1999. Character education: The cultivation of virtue. In Regeluth, C. M. (Ed.):

Instructional design theories and model: A new paradigm of instructional theory.

591-612. United States of America: Lawrence Erlboum Associates, Inc.

Koesoema, D. 2007. Pendidikan karakter: Strategi mendidik anak di zaman global.

Jakarta: PT. Grasindo.

Raka, G., Mulyana, Y., Markam, S. S., Semiawan, C. R., Hasan, S. H., Bastaman, H. D.,

& Nuracham, N. 2011. Pendidikan karakter di sekolah: Dari gagasan ke tindakan.

Jakarta: Elex Media Komputindo.

O'Sullivan, S. 2004. Books to live by: Using children's literature for character education.

The Reading Teacher. 57(7). 640-645. http://vnweb.hwwilsonweb.com.jerome.

stjohns.edu:81.

Santyasa, I W. 2014. Asesmen dan evaluasi pembelajaran fisika. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Santyasa, I W., Sukra Warpala, I W., & Tegeh, I M. 2014. Analisis kebutuhan

pengembangan model-model student centetered learning untuk meningkatkan

penalaran dan karakter siswa SMA. Jurnal Pendidikan Indonesia. 3(1). 299-312.

Santyasa, I W., Suastra, I W., & Astawan, I G. 2016. Pengembangan buku ajar dan

perangkat pembelajaran fisika SMA berbasis model-model student centered

learning: Mengaitkan konsep dan prinsip fisika dengan nilai-nilai karakter, sikap

sosial, dan sikap spiritual. Laporan penelitian komepetensi. Lembaga Penelitian

dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha.

Sudrajat, A. 2010. Konsep pendidikan karakter. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/

2010/09/15/konsep-pendidikan-karakter/

Suyanto, 2010. Urgensi pendidikan karakter. http://waskitamandiribk.wordpress.com/

2010/06/02/urgensi-pendidikan-karakter/.

Yahya Khan, D. 2010. Pendidikan karakter berbasis potensi diri mendongkrak kualitas

pendidikan. Yogyakarta: Pelangi.