Upload
imam-hidayat
View
49
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Bahasa Indonesia di Universitas Paramadina.
Citation preview
MENDETEKSI KEBOHONGAN MELALUI
BAHASA TUBUH
Disusun untuk memenuhi tugas makalah Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Mokhamad Syamsul Latief Imam Hidayat
210000027
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS ILMU REKAYASA
UNIVERSITAS PARAMADINA
TAHUN 2012
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan hidayahnya
sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah yang berjudul, Mendeteksi
Kebohongan Melalui Bahasa Tubuh ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Reny Budi Lestari selaku dosen pengajar Mata Kuliah Bahasa Indonesia
di Universitas Paramadina yang telah memberikan bimbingan pada penulisan
makalah ini.
2. Orang tua penulis yang telah memberikan dorongan dan semangat dalam
mengerjakan makalah ini.
3. Teman-teman rekan seperjuangan di Teknik Informatika Universitas
Paramadina yang telah ikut bersusah payah memberikan masukan untuk
makalah ini.
4. Pihak lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Tiada gading yang tak retak, maka layaknya setiap karya yang terbit, tidaklah
mungkin akan terlepas dari cacat ataupun kesalahan. Karena itu penulis menerima
seluruh kritik, saran serta masukan yang berhubungan dengan makalah ini dengan
tangan terbuka dan ucapan terima kasih.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan
bagi pembaca.
Jakarta, 12 Januari 2012
Mokhamad Syamsul Latief Imam Hidayat
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………… ii
Daftar Isi………………………………………………………………………. iii
Daftar Gambar………………………………………………………………… v
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………. 1
I.1 Latar Belakang……………………………………………………. 1
I.2 Tujuan Penulisan………………………………………………….. 2
I.3 Ruang Lingkup…………………………………………………… 2
I.4 Landasan Teori…………………………………………………… 2
BAB II OBJEK PENELITIAN………………………………………… 3
II.1 Bahasa Tubuh……………………………………………………. 3
II.1.1 Ekspresi Wajah…………………………………………… 3
II.1.2 Gerakan dan Posisi Anggota Badan……………………… 3
II.1.3 Intonasi, Penekanan Suara dan Suara Non-verbal………... 3
II.1.4 Gerak Mata……………………………………………….. 4
BAB III ANALISIS………………………………………………………. 5
III.1 Komunikasi dan Bahasa Tubuh………………………………….. 5
III.2 Kebohongan dan Analisis Bahasa Verbal………………………... 6
III.3 Motif Kebohongan……………………………………………….. 7
III.4 Kebohongan dan Perilaku yang Mengiringinya………………….. 7
III.5 Bahasa Tubuh Gugup…………………………………………….. 8
III.5.1 Gugup Pada Perokok……………………………………... 8
III.5.2 Menutup Mulut…………………………………………… 8
III.5.3 Duduk Gelisah……………………………………………. 8
III.5.4 Berdehem…………………………………………………. 8
III.6 Arah Pandangan Mata dan Maknanya…………………………… 9
III.6.1 Pandangan Mata ke Kiri Atas…………………………….. 9
III.6.2 Pandangan Mata ke Kanan Atas………………………….. 9
III.6.3 Pandangan Mata ke Kiri………………………………….. 10
iv
III.6.4 Pandangan Mata ke Kanan………………………………. 10
III.6.5 Pandangan Mata ke Kiri Bawah…………………………. 10
III.6.6 Pandangan Mata ke Kanan Bawah………………………. 10
III.7 Kebohongan dan Kontak Mata…………………………………… 10
III.8 Menggabungkan Keseluruhan Bahasa Tubuh untuk Mendeteksi
Kebohongan……………………………………………………… 11
BAB IV KESIMPULAN………………………………………………… 12
IV.1 Kesimpulan………………………………………………………. 12
IV.2 Saran……………………………………………………………... 12
Daftar Pustaka………………………………………………………………... 14
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Wajah dan kemungkinan arah pandang mata, dilihat langsung dari
sisi orang yang berada di depannya………………………………. xx
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Setiap hari, manusia dan manusia lain saling berkomunikasi tiada henti dalam
berbagai suasana dan kondisi. Komunikasi yang dilakukan seolah terlihat
keseluruhannya adalah komunikasi verbal, yakni komunikasi yang menggunakan
kata-kata sebagai perantaranya. Namun sebenarnya, ketika manusia berkomunikasi
dengan manusia lainnya, selain menggunakan kata, manusia juga menampilkan
bahasa tubuh tertentu, yang dapat mewakili apa yang sedang mereka pikirkan, atau
perasaan yang sedang mereka rasakan.
Charlie Chaplin, beberapa dekade silam, dengan film bisunya dapat membuat
orang tertawa hanya dengan memeragakan sesuatu yang ia ingin sampaikan tanpa
kata-kata (pantomime). Komedi tersebut laris mengundang tawa, padahal tidak
menggunakan kata-kata sama sekali. Namun setiap orang yang menontonnya
mengerti arti yang ingin disampaikan oleh si pelaku komedi ini.
Arti dari bahasa tubuh atau komunikasi non-verbal yang ada pada manusia
hampir seluruhnya memiliki kesamaan. Walaupun ada individu-individu tertentu
yang memiliki bahasa tubuh tersendiri saat merasakan atau menyampaikan sesuatu,
sebagian besar bahasa tubuh bersifat universal.
Pengetahuan tentang bahasa non-verbal ini bermanfaat untuk membaca situasi
saat melakukan diskusi atau diplomasi. Dalam pengembangannya, pengetahuan ini
juga dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi kebohongan seseorang saat
menyampaikan sesuatu. Makalah ini membahas tentang mendeteksi kebohongan
seseorang lewat bahasa tubuh yang mereka tampakkan.
2
I.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan
kepada pembaca agar pembaca dapat mendeteksi kebohongan lewat kata-kata
seseorang lewat bahasa tubuh yang tampak pada dirinya.
I.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam pembahasan makalah ini adalah manusia dewasa dalam
interaksi sosial pada umumnya. Makalah ini tidak membahas populasi tertentu, umur
tertentu ataupun kriteria tertentu, namun secara khusus membahas tentang bahasa
tubuh yang timbul pada seseorang ketika ia berkomunikasi secara langsung (tatap
muka).
Bahasa tubuh yang dibahas pada makalah ini terkonsentrasi untuk dijadikan
dasar dari suatu tindakan investigasi untuk mendeteksi kebohongan seseorang ketika
menyampaikan sesuatu.
I.4 Landasan Teori
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan teori yang terdapat pada
buku dan artikel-artikel online, serta beberapa modul-modul pembelajaran psikologi
dan komunikasi.
3
BAB II
OBJEK PENELITIAN
II.1 Bahasa Tubuh
Pada makalah ini, penulis menjadikan bahasa tubuh sebagai objek utama
penelitian dalam merumuskan metode untuk mendeteksi kebohongan. Bahasa tubuh
sendiri terdiri dari beberapa elemen. Tentang hal ini, dalam bukunya, Ribbens dan
Thompson menjelaskan, “…by means of physical posture, gestures, facial expression,
tone and strength of voice, and nonverbal sounds.”1
II.1.1 Ekspresi Wajah
Ekspresi wajah tergambar pada kontraksi otot yang terjadi di wajah
seseorang. Ekspresi yang ditunjukkan dapat berupa senyuman, marah dan
lainnya. Ekspresi wajah adalah hal yang paling mudah terlihat saat bertatap
mata dengan lawan bicara.
II.1.2 Gerakan dan Posisi Anggota Badan
Gerakan anggota badan yang diperhatikan di sini adalah pergerakan baik
signifikan ataupun tidak dari anggota tubuh yang tampak, seperti gerakan
tangan, kepala dan kaki. Posisi dari anggota tubuh ini juga merupakan sesuatu
yang diperhatikan dalam makalah ini.
II.1.3 Intonasi, Penekanan Suara dan Suara Non-verbal
1 Ribbens dan Thompson, Understanding Body Language, Great Britain: Hodder & Stoughton
International. 2001:3.
4
Intonasi dan penekanan suara juga merupakan elemen bahasa tubuh, yang
membantu untuk menegaskan kata-kata. Sifatnya seperti tanda baca pada
paragraf. Karena dengan adanya tanda baca, terdapat penekanan dan penegasan
serta tambahan makna. Seperti itu pula bahasa tubuh secara keseluruhan.2
II.1.4 Gerak Mata
Gerak mata tergambar dari gerakan bola hitam pada mata yang juga bisa
berupa kerlingan, kedipan dan lainnya. Setiap isyarat mata memiliki kaitan
dengan bayangan yang terkonstruksi pada otak.
2 Ribbens dan Thompson, Understanding Body Language, Great Britain: Hodder & Stoughton
International. 2001:3.
5
BAB III
ANALISIS
III.1 Komunikasi dan Bahasa Tubuh
Bahasa tubuh merupakan salah satu faktor komunikasi yang memegang
persentase ketersampaian informasi hingga 55% dibanding dengan nada suara yang
memegang persentase 38% dan kata-kata yang bahkan hanya memegang persentase
7%.3
Lebih lanjut tentang bahasa tubuh, dalam bukunya Putra mengatakan
Tubuh sesungguhnya adalah sebuah 'benda' yang sangat unik karena
seluruh gerakannya merupakan sebuah aplikasi dari semua yang kita
pikirkan. Pada saat tidak mengucapkan sepatah kata pun, tubuh tetap
saja akan memunculkan gerakan sesuai dengan apa yang ada dalam
pikiran. Semua ucapan yang keluar dari mulut, secara otomatis didukung
oleh respons alamiah tubuh berikut nada suaranya. (2010:20-21)
Dari hal tersebut, bahasa tubuh dapat dijadikan suatu parameter yang bisa
diperhatikan untuk menentukan maksud sebenarnya dari seseorang ketika
menyampaikan sesuatu.
Tentang kebohongan dikatakan lebih lanjut, “Gerakan paling menonjol dapat
kita lihat saat seseorang berbohong. Bahasa tubuh yang terjadi adalah timbulnya
suatu ketidakselarasan antara perkataan dengan apa yang dipikirkan.” (Putra,
2010:21)
3 Putra. Membaca Pikiran Orang Lewat Bahasa Tubuh. Jakarta: PT. Mizan Publika. 2010:18-19.
6
Berangkat dari gagasan ini, bahasa tubuh merupakan parameter yang paling
tepat untuk menentukan apakah seseorang menyampaikan kebenaran atau tidak
(dalam kasus deteksi kebohongan) karena bahasa tubuh tidak dapat direkayasa,
karena dihasilkan secara alami dari pikiran.
III.2 Kebohongan dan Analisis Bahasa Verbal
Deteksi kebohongan yang dimaksud dalam makalah ini menekankan pada
pengecekan keselarasan antara perkataan seseorang tentang sesuatu dengan peristiwa
asli yang sebenarnya terjadi. Tentunya, analisis awal dari deteksi kebohongan ini
berangkat terlebih dahulu dari kata-kata yang disampaikan oleh lawan bicara yang
ingin dideteksi kebenaran perkataannya.
Untuk dapat mendeteksinya, dibutuhkan analisis logika terlebih dahulu
terhadap permasalahan yang disampaikan. Hal ini merupakan pengetahuan dasar
yang harus dimiliki oleh seseorang yang ingin mengetahui kebohongan seseorang
sebelum melanjutkan analisisnya ke bahasa tubuh.
Secara alami, seseorang yang menyampaikan kebenaran akan menyampaikan
kata-katanya dengan penekanan-penekanan tertentu dan jelas. Sedangkan, seorang
yang berbohong lebih bertele-tele dalam menyampaikan argumennya.
Untuk menjebak pelaku kebohongan juga perlu dilakukan modifikasi dan
melakukan rekayasa pada pertanyaan-pertanyaan tertentu. Salah satu hal yang bisa
diandalkan dalam hal ini adalah menjebak pelaku kebohongan untuk membahas
sesuatu yang lebih detail, sehingga membuat pelaku kebohongan harus mengarang
lebih jauh. Pada tahap ini, kecemasan si pelaku akan melonjak drastis dan akan lebih
mudah menguji kebenaran kata-katanya.
Pengujian lain yang bisa dilakukan adalah dengan mengubah topik pembicaraan
secara tiba-tiba. Orang yang berbohong secara langsung akan mengikuti perubahan
topik, dan akan terlihat (banyak atau sedikit) menunjukkan ekspresi lega karena
pergantian topik tersebut. Sedangkan orang yang tidak berbohong akan merasa
terganggu dengan bergantinya topik secara tiba-tiba tersebut.
7
III.3 Motif Kebohongan
Tentang motif kebohongan sendiri, Feldman seorang psikolog mengatakan,
“We find that as soon as people feel that their self-esteem is threatened, they
immediately begin to lie at higher levels.”4
Penting bagi penganalisa yang ingin mendeteksi kebohongan untuk mengetahui
motif kebohongannya, untuk lebih memastikan tentang penyebab kebohongan yang
terjadi. Dengan mengetahui motif ini, akan terlihat lebih jelas di mana letak
kebohongannya.
III.4 Kebohongan dan Perilaku yang Mengiringinya
Saat menceritakan suatu kebohongan, terdapat beberapa perilaku tertentu yang
mengiringinya. Pelaku kebohongan menunjukkan perasaan bersalah dan gugup saat
menyampaikannya. Orang-orang tertentu yang yakin dengan kebohongannya atau
dengan kata lain memiliki kesiapan khusus sebelum berbohong pun tidak akan
terlepas dari perasaan-perasaan ini. Mereka mungkin memiliki perasaan yakin tentang
kebohongan yang telah mereka susun, namun perasaan yakin yang mereka miliki
adalah perasaan yakin yang dibuat-buat.
Saat mendeteksi kebohongan seseorang, secara umum dibutuhkan pengamatan
khusus terhadap pembicaraan dan kata-kata yang digunakan. Selain itu, juga
dibutuhkan pengamatan yang baik terkait perilaku, gerak-gerik dan tatapan matanya
saat menyampaikan hal tersebut. Mendeteksi kebohongan bisa merupakan sesuatu
yang kompleks jika tidak terbiasa melakukan pengamatan terhadap hal-hal tersebut.
Seseorang yang sedang menyampaikan kebohongan menampakkan beberapa
perilaku saat bicara yaitu menghindari kontak mata dengan penanya, menutup mulut
atau daerah sekitar wajah dan menyentuh belakang telinga.
Dalam pengamatan tertentu, seseorang yang berbohong cenderung memiliki
gerak anggota badan yang kaku saat bicara, serta memiliki ekspresi yang dipaksakan.
Saat tersenyum misalnya, terdapat perbedaan antara senyum alami dan senyum yang
dipaksakan. Selain itu, ekspresi reaksi seseorang yang tengah berbohong biasanya
4 http://www.blifaloo.com/info/lying-why.php
8
tertunda selama beberapa waktu (tidak langsung seperti seharusnya), durasinya lebih
lama dari biasanya dan pada akhirnya berhenti tiba-tiba.5
III.5 Bahasa Tubuh Gugup
Ada banyak penanda perasaan gugup dari seseorang yang ditunjukkan lewat
bahasa tubuh. Karena beragamnya situasi yang mungkin terjadi, berikut adalah
beberapa penanda adanya perasaan gugup pada seseorang.
III.5.1 Gugup Pada Perokok
Pada situasi yang membuat gugup, seorang perokok sering menunjukkan
perilaku-perilaku tertentu. Pada beberapa hasil observasi, seorang perokok yang
gugup cenderung untuk tidak merokok. Jika terdapat rokok ditangannya, rokok
tersebut hanya dibiarkan menyala tanpa dihisap.6 Dalam beberapa situasi lain,
perokok yang gugup juga bisa meletakkan rokok di asbak tanpa mematikannya.
III.5.2 Menutup Mulut
Bahasa tubuh menutup mulut saat bicara menunjukkan perasaan gugup
atau perasaan takut karena menceritakan sesuatu yang salah. Bahasa tubuh ini
mirip dengan situasi di mana seseorang ingin menghentikan kata-kata yang
telah terucap namun tidak dapat menghentikannya.
III.5.3 Duduk Gelisah
Seseorang yang gugup dalam posisi duduk biasanya tidak dapat duduk
tenang dan diam. Hal ini ditunjukkan dengan adanya gerakan kecil yang
mengesankan ketidaknyamanan posisi duduknya, atau gerakan seperti
memperbaiki celana.
III.5.4 Berdehem
5 http://www.blifaloo.com/info/lies.php
6 Nierenberg, Membaca Bahasa Tubuh Seperti Membaca Buku. Jakarta: Gramedia. 2010: 115.
9
Perilaku berdehem juga menunjukkan rasa gugup. Walau ada
kemungkinan lain yang bisa terjadi, namun hal ini juga dapat menjadi pengenal
ketika terdapat rasa gugup. Terkadang berdehem dilakukan ketika ingin
mengucapkan kata-kata tertentu, dan hal tersebut mengisyaratkan kegugupan
dari sang pembicara saat ingin mengucapkannya.
III.6 Arah Pandangan Mata dan Maknanya
Pandangan mata merupakan elemen dalam komunikasi yang dilakukan saat
berhadapan muka. Kenyataannya, arah pandangan mata saat berbicara menyiratkan
arti tertentu.
Gambar 1. Wajah dan kemungkinan arah pandang mata, dilihat langsung dari sisi
orang yang berada di depannya.7
III.6.1 Pandangan Mata ke Kiri Atas
Arah pandangan mata ke arah kiri atas menunjukkan konstruksi citra
secara visual (Visually constructed image atau Vc pada gambar). Jika seseorang
ditanya, “bayangkan seekor sapi dengan warna pink”, maka kemungkinan besar
arah pandang matanya akan menuju ke arah tersebut.
III.6.2 Pandangan Mata ke Kanan Atas
7 http://www.blifaloo.com/images/eye_cues.gif
10
Arah pandangan mata ke arah kanan atas menunjukkan konstruksi ingatan
terhadap suatu citra (Visually remembered image atau Vr pada gambar). Jika
seseorang ditanya, “Apa warna rumah Anda?” maka kemungkinan ke arah
tersebutlah pandangan mata akan tertuju.
III.6.3 Pandangan Mata ke Kiri
Arah pandangan mata ke arah kiri menunjukkan konstruksi suara
(Auditory constructed atau Ac pada gambar). Mata lawan bicara kemungkinan
akan mengarah ke titik tersebut jika diminta untuk membayangkan suatu suara
di dalam otaknya.
III.6.4 Pandangan Mata ke Kanan
Arah pandangan mata ke arah kanan menunjukkan konstruksi ingatan
terhadap suatu suara (Auditory remembered atau Ar pada gambar). Mata lawan
bicara kemungkinan akan mengarah ke titik tersebut jika diminta untuk
mengingat suatu suara.
III.6.5 Pandangan Mata ke Kiri Bawah
Arah pandangan mata ke arah kiri bawah menunjukkan suatu konstruksi
perasaan atau kinestetik terhadap suatu hal. Arah pandangan mata kemungkinan
akan mengarah tersebut jika lawan bicara diminta untuk membayangkan suatu
bau, perasaan, atau rasa.
III.6.6 Pandangan Mata ke Kanan Bawah
Arah pandangan mata ke arah kanan bawah mengindikasikan bahwa
lawan bicara sedang berbicara dengan dirinya sendiri.
III.7 Kebohongan dan Kontak Mata
Mendeteksi kemungkinan terjadinya kebohongan melalui kontak mata
membutuhkan pengetahuan tentang maksud arah pandangan mata seperti yang
11
dibahas sebelumnya. Hal yang dilakukan selanjutnya adalah mencocokkan
pertanyaan yang diajukan kepada lawan bicara yang ingin dideteksi kemungkinan
kebohongannya dan mencocokkan arah pandangan matanya tersebut.
Misalnya, saat menanyakan tentang ingatan terhadap suatu tempat atau sesuatu
yang sifatnya visual seperti warna dan lainnya, seharusnya arah pandangan lawan
bicara adalah ke arah kanan atas, yang menunjukkan terjadinya konstruksi ingatan
terhadap suatu citra di dalam otak. Jika ternyata tidak, maka hal tersebut dapat
dijadikan catatan untuk menduga kemungkinan terjadinya kebohongan.
Dalam hal ini elemen kontak mata saja tidak dapat dijadikan landasan yang
kuat dalam menduga apakah seseorang itu berbohong atau tidak. Untuk itu,
dibutuhkan pengetahuan lain, terkait dengan bahasa tubuh yang dinampakkan orang
tersebut saat menunjukkan model kontak mata tersebut.
III.8 Menggabungkan Keseluruhan Bahasa Tubuh untuk Mendeteksi
Terjadinya Kebohongan
Dari beberapa kajian pada subbab sebelumnya, maka dapat dirumuskan suatu
metode gabungan untuk melakukan deteksi kebohongan pada seseorang. Pengamat
harus memiliki pengamatan dan penangkapan informasi yang baik saat ingin menguji
kebenaran pernyataan seseorang ditinjau dari bahasa tubuhnya.
12
BAB IV
KESIMPULAN
IV.1 Kesimpulan
Untuk melakukan deteksi kebohongan pada seseorang, pengamat harus
memperhatikan seluruh elemen komunikasi pada lawan bicara yang ingin dideteksi
kebenaran pernyataannya.
Elemen komunikasi yang harus diperhatikan antara lain adalah kata-katanya,
gerak dan posisi tubuh, intonasi, serta tatapan matanya. Seseorang yang
menyampaikan kebohongan seringnya diiringi dengan rasa gugup dan cemas, tatapan
mata yang tidak sesuai maknanya dengan pembicaraannya, serta pembicaraannya
yang tidak langsung pada intinya.
Pengamat harus mengkolaborasikan kemampuan dalam mengamati bahasa
tubuh ini, dan mengamati dengan teliti untuk menyimpulkan apakah seseorang
sedang membicarakan kebohongan atau tidak. Hal ini merupakan sesuatu yang harus
dilakukan secara hati-hati karena rawan terhadap penafsiran ganda atau salah
penafsiran yang dapat berakhir pada tuduhan yang tidak tepat.
IV.2 Saran
Tinjauan terhadap hal yang dibahas dalam karya tulis ini masih dalam konteks
yang sangat luas. Dalam praktik nyatanya, terdapat banyak faktor lain yang
mempengaruhi pola bahasa tubuh seseorang seperti etnis, letak geografis, anomali
kepribadian tertentu dan hal lain. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap analisis
yang ada pada makalah ini.
13
Untuk hal itu, dibutuhkan tinjauan yang lebih dalam, serta pemahaman tertentu
terhadap lawan bicara yang diamati seperti latar belakang psikologis dan
kepribadiannya. Orang yang ingin mendeteksi kebohongan menggunakan analisis
yang ada pada tulisan ini harus menyadari bahwa metode deteksi seperti ini rentan
terhadap salah penafsiran dan pengamatan yang salah jika dilakukan tanpa
pengetahuan yang cukup.
14
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Nierenberg, Gerald I.
2008. Membaca Bahasa Tubuh Seperti Membaca Buku. Jakarta: Ragam Media.
Putra, Dianata Eka
2010. Membaca Pikiran Orang Lewat Bahasa Tubuh. Jakarta: PT. Mizan
Publika.
Ribbens, Geoff dan Richard Thompson
2001. Understanding Body Language. Great Britain: Hodder & Stoughton
International.
Artikel Internet
How to Detect Lies.
http://www.blifaloo.com/info/lies.php (diakses 30 Oktober 2011, 23:01)
Mengungkap Arti Bahasa Tubuh.
http://kesehatan.kompas.com/read/2010/04/22/07365969/Mengungkap.Arti.Bah
asa.Tubuh-14 (diakses 20 Oktober 2011, 13:04)
Why People Lie - and The Psychology of Lying
http://www.blifaloo.com/info/lying-why.php (diakses 11 Januari 2011, 22:01)