15
TUJUAN 6: MEMERANGI HIV DAN AIDS, MALARIA DAN PENYAKIT MENULAR LAINNYA

TUJUAN 6: MEMERANGI HIV DAN AIDS, MALARIA DAN … fileLaporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Sumatera Selatan 2013 | 76 TUJUAN 6: MEMERANGI HIV DAN AIDS, MALARIA DAN PENYAKIT

Embed Size (px)

Citation preview

TUJUAN 6: MEMERANGI HIV DAN AIDS, MALARIA

DAN PENYAKIT MENULAR LAINNYA

Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Sumatera Selatan 2013

| 76

TUJUAN 6: MEMERANGI HIV DAN AIDS, MALARIA DAN PENYAKIT MENULAR LAINNYA

Indikator Acuan dasar

Saat ini Target

MDGs 2015 Status Sumber

Target 6A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV dan AIDs hingga tahun 2015

6.1 Prevalensi HIV dan AIDS (persen) dari total populasi

- 0.3% (2013) Menurun ► SERO Survei

6.2

Penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko tinggi terakhir

12,80% (2002/03)*

30% (2013) Meningkat

*BPS, SKRRI

** Survei Cepat Perilaku oleh KPAP SUMSEL 2014

6.3

Proporsi jumlah penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV dan AIDS

- 21.25% (2013) Menurun ► SERO Survei

Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV DAN AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010

6.5 Proporsi penduduk terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses pada obat-obatan anti-retroviral

-

117%

(2013)

Karena capaian melebihi

darpada target

Meningkat ► Kemenkes

Status : ● Sudah Tercapai ►Akan Tercapai ▼Perlu Perhatian Khusus

KEADAAN DAN KECENDERUNGAN

Prevalensi kasus HIV di Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan data Ditjen PP dan PL

Kementerian Kesehatan pada tahun 2013 sebesar 0,3 per 100.000 penduduk. Angka

tersebut sudah jauh lebih rendah dibandingkan dengan Capaian Nasional Sebesar 18.38%.

Diperkirakan akan mencapai target MDGs (On-track) namun demikian masih perlu perhatian

khusus untuk menanganinya. Dalam rangka mengendalikan penyebaran HIV/AIDS perlu

upaya penemuan kasus di masyarakat mengingat hal ini seperti “fenomena gunung es”.

Kondisi ini menunjukkan perbaikan. Penurunan tingkat prevalensi ini disebabkan karena

TARGET 6A MENGENDALIKAN PENYEBARAN DAN MULAI MENURUNKAN JUMLAH KASUS BARU HIV DAN AIDS HINGGA TAHUN 2015

TARGET 6B MEWUJUDKAN AKSES TERHADAP PENGOBATAN HIV DAN AIDS BAGI SEMUA YANG MEMBUTUHKAN SAMPAI DENGAN TAHUN 2010

Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Sumatera Selatan 2013

| 77

upaya yang dilakukan oleh Permerintah Provinsi untuk memutus rantai penularan dengan

meningkatkan penemuan kasus melalui upaya peningkatan akses layanan HIV/AIDS, baik

VCT (Voluntary Concealing Testing), CST (Care Support and Treatment), PMTCT (Prevention

Mother To Chlild Transmision), dan pelayanan lainnya. Untuk upaya pengendalian dimasa

yang akan datang diperlukan kerja keras dari seluruh pihak dalam pengendalian dan

penurunan penyebaran HIV/AIDS di Sumatera Selatan terutama pada kota-kota besar di

Sumatera Selatan. Berdasarkan data Ditjen PP & PL Kemenkes RI (2013) angka

Gambar 6.1 menjelaskan bahwa kasus HIV/AIDS sejak tahun 1995 sampai dengan tahun

2012 terus menerus mengalami peningkatan. Pada tahun 2012, jika dikumulatifkan

ditemukan sebanyak 868 kasus yang terindikasi HIV (+) dan sudah sebanyak 514 kasus AIDS

yang telah ditemukan.

Gambar 6.1. Jumlah Penderita AIDS di Provinsi Sumatera Selatan 1995-2012 Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Sumatera Selatan

Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Sumatera Selatan 2013

| 78

Gambar 6.2 Jumlah Penderita HIV di Provinsi Sumatera Selatan 1995-2012

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Sumatera Selatan

Pada Gambar 6.2 terlihat bahwa penemuan HIV pada tahun 2012 berjumlah 147 kasus

meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2011 yang berjumlah 134 kasus. Peningkatan

kasus ini karena adanya klinik VCT yang telah dibentuk di beberapa kabupaten/kota seperti

di Palembang, Prabumulih, OKU, dan Musi Rawas, layanan dilakukan baik statis (di Rumah

Sakit) maupun mobile VCT untuk mendekatkan akses layanan ke kelompok resiko tinggi

tertular HIV. Sehingga cakupan penemuan kasus baru mengalami peningkatan yang

selanjutnya dapat mendapatkan layanan perawatan, dukungan dan pengobatan.

Penularan HIV dan AIDS disebabkan oleh hubungan seks yang beresiko dengan tidak

menggunakan kondom dan pemakaian narkoba melalui jarum suntik. Proporsi penduduk

usia 15 tahun ke atas yang memiliki pengetahuan tentang HIV dan AIDS pada tahun 2010

mencapai 11,6%, dan jumlah orang yang berumur 15 tahun atau lebih yang menerima

konseling dan testing HIV sebesar 2.423 orang persentase Kabupaten/Kota yang

melaksanakan pencegahan penularan HIV sesuai pedoman sebesar 75%, penggunaan

kondom pada kelompok hubungan seks berisiko tinggi sejumlah 17,2% (L=2,9, P=14,3%) dan

ODHA yang diobati/yang mendapatkan antiretoviral therapy sebesar 83 %.

Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Sumatera Selatan 2013

| 79

Keterangan:

1601 Ogan Komering Ulu 1609 OKU Timur

1602 Ogan Komering Ilir 1610 Ogan Ilir

1603 Muara Enim 1611 Empat Lawang

1604 Lahat 1671 Palembang

1605 Musi Rawas 1672 Prabumulih

1606 Musi Banyuasin 1673 Pagar Alam

1607 Banyuasin 1674 Lubuklinggau

1608 OKU Selatan

Gambar 6.3 Jumlah Penderita Baru HIV dan AIDS di Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2012 Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Sumatera Selatan

Jika dilihat per kabupaten/kota, pada tahun 2012 penemuan kasus HIV ataupun AIDS

terbanyak ada di Kota Palembang yaitu sebanyak 94 kasus HIV atau 63,95 persen dari

seluruh penemuan kasus HIV di Provinsi Sumatera Selatan, dan 66 kasus untuk AIDS atau

sebesar 55,46 persen dari penderita AIDS di Provinsi Sumatera Selatan. Daerah yang paling

banyak ditemukan kasus HIV selain Kota Palembang adalah Kabupaten Banyuasin (11 kasus)

dan Ogan Komering Ilir (9 kasus). Sementara itu selain Kota Palembang, kabupaten/kota

yang paling banyak menderita AIDS adalah di Kabupaten Ogan Komering Ilir (13 kasus),

Ogan Komering Ulu, dan Muara Enim (8 kasus).

Jika dilihat per kabupaten/kota, pada tahun 2012 penemuan kasus HIV ataupun AIDS

terbanyak ada di Kota Palembang yaitu sebanyak 94 kasus HIV atau 63,95 persen dari

seluruh penemuan kasus HIV di Provinsi Sumatera Selatan, dan 66 kasus untuk AIDS atau

sebesar 55,46 persen dari penderita AIDS di Provinsi Sumatera Selatan. Daerah yang paling

Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Sumatera Selatan 2013

| 80 banyak ditemukan kasus HIV selain Kota Palembang adalah Kabupaten Banyuasin (11 kasus)

dan Ogan Komering Ilir (9 kasus). Sementara itu selain Kota Palembang, kabupaten/kota

yang paling banyak menderita AIDS adalah di Kabupaten Ogan Komering Ilir (13 kasus),

Ogan Komering Ulu, dan Muara Enim (8 kasus).

Tabel 6.1

Laporan Uji Saring HIV di PMI Kota Palembang Tahun 2009

No Kelompok Umur Jumlah

Pemeriksaan

Hasil pemeriksaan

reaktif Prevalensi Rate

(1) (2) (3) (4) (5)

1 17 – 30 tahun 12.098 16 0.13

2 31 – 40 tahun 9.942 2 0.02

3 41 – 50 tahun 7.886 1 0.01

4 51 – 60 tahun 7.678 3 0.03

5 >60 tahun 314 0 0

Sumber : PMI UTDC Kota Palembang 2009

Pada Tabel 6.1 di atas terlihat bahwa Prevalensi Rate dari hasil uji saring (skrining) oleh PMI

Kota Palembang yaitu 0,05 % (22 orang) dari jumlah pemeriksaan skrining darah donor

sebanyak 37.918 orang pada tahun 2009. Skrining pada darah donor merupakan salah satu

upaya pencegahan penularan HIV kepada orang lain, sehingga upaya ini sangatlah penting

dilakukan, maka apabila darah tersebut mengandung HIV tidak akan didonorkan.

Tabel 6.2

Persentase Penduduk Berumur 15-24 tahun yang pernah Mendengar HIV/AIDS

Jenis Kelamin 2010 2012

(1) (2) (3)

Laki-Laki 60,1 84,4

Perempuan 62,3 83,8

Total 61,1

Sumber : SDKI 2010 dan SDKI 2012

Indikator lain yang digunakan untuk memantau pencapaian target dan dapat dikumpulkan

melalui Riskesdas 2010 dan SDKI 2012 adalah prevalensi penduduk umur 15-24 tahun yang

pernah mendengar tentang HIV/AIDS. Sedangkan mengenai pengetahuan komprehensif

tentang HIV/AIDS, kepada responden ditanyakan hal-hal yang terkait dengan pengetahuan

Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Sumatera Selatan 2013

| 81

HIV/AIDS. Hasil Riskesdas 2010 dapat dibandingkan dengan hasil dari Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 karena kedua survei ini menggunakan metode

pengumpulan data yang sama.

UPAYA PENTING UNTUK PERCEPATAN PENCAPAIAN TUJUAN

Dalam rangka mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV

dan AIDS, diperlukan upaya khusus yang difokuskan pada kelompok remaja. Upaya yang

dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan remaja terkait HIV dan AIDS melalui kampanye

"Aku Bangga Aku Tahu" (ABAT). Kampanye ABAT merupakan sosialisasi mengenai perilaku

seksual yang harus dihindari sebelum ada komitmen yaitu pernikahan dan penyadaran

tentang cara penularan penyakit HIV dan AIDS. Dengan demikian diharapkan, pemerintah,

dunia usaha, masyarakat, khususnya generasi muda, dapat lebih mengenal HIV dan AIDS,

dapat melindungi diri dan orang lain dari risiko penularan HIV dan AIDS.

Strategi dalam upaya untuk meningkatkan kualitas hidup ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)

adalah dengan dibentuknya layanan CST (Care, Support & Treatment/ Perawatan, Dukungan

dan Pengobatan) di 8 rumah sakit pelaksana CST yaitu RSMH Palembang, RS Ernaldi Bahar,

RS RK Charitas, RSUD Sobirin Musi Rawas, RSUD Ibnu Sutowo Baturaja, RSUD Kayu Agung,

RSUD Banyuasin, dan RSUD Prabumulih, yang dapat menunjang menurunkan angka

kesakitan dan angka kematian.

Upaya lainnya yakni peningkatan akses masyarakat terhadap pengobatan dan penyediaan

layanan terpadu/komprehensif HIV dan AIDS. Dengan upaya penyediaan layanan terpadu

tersebut, upaya pencegahan, perawatan, dan pelayanan kasus HIV dan AIDS termasuk

layanan konseling dan tes, layanan perawatan, dukungan dan pengobatan, serta

pengurangan dampak buruk dapat dilakukan di satu titik layanan.

Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Sumatera Selatan 2013

| 82

Indikator Acuan dasar

Saat ini Target

MDGs 2015 Status Sumber

Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015

6.6 Angka kejadian dan tingkat kematian akibat malaria

66.a Angka kejadian malaria (per 1,000 penduduk)

4,68 (1990)

0,47/1000 penduduk

(2013) Menurun ► Dinkes Sumsel, 2013

6.7 Proporsi anak balita yang tidur dengan kelambu berinsektisida

- 32.7%

(2013) Meningkat ► Dinkes Sumsel, 2013

6.8 Proporsi anak balita dengan demam yang diobati dengan obat anti malaria yang tepat

- 89.8% (2013)

Meningkat ►

Dinkes Sumsel, 2013

Status : ● Sudah Tercapai►Akan Tercapai▼Perlu Perhatian Khusus

KEADAAN DAN KECENDERUNGAN

Provinsi Sumatera Selatan adalah termasuk daerah endemis malaria. Seperti tahun-tahun

sebelumnya pada tahun 2012 ini, khusus Kota Palembang tetap dikategorikan daerah bebas

malaria, dalam arti bahwa kasus yang ada di Kota Palembang adalah kasus impor dari

kabupaten/kota lain. Dari Gambar 6.4 terlihat bahwa jumlah kasus malaria tahunan (AMI) di

Provinsi Sumatera Selatan cukup berfluktuasi dari tahun ke tahun. Penurunan tertinggi

terjadi pada tahun 2003 ke 2004, hal ini disebabkan berpisahnya Kepulauan Bangka

Belitung, ke dua daerah tersebut selama ini memberikan sharing tertinggi pada AMI Provinsi

Sumatera Selatan.

Gambar 6.4 Annual Malaria Incidence (AMI) di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2004 - 2012

Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan

TARGET 6C MENGENDALIKAN PENYEBARAN DAN MULAI MENURUNKAN JUMLAH KASUS BARU MALARIA DAN PENYAKIT UTAMA LAINNYA HINGGA TAHUN 2015

Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Sumatera Selatan 2013

| 83

Jumlah penderita malaria di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2012 berjumlah

18.541 orang, dimana penderita terbanyak di Kabupaten Banyuasin (3.579 orang),

Kabupaten Lahat (3.268), dan Kabupaten Ogan Komering Ilir (2.755 orang). Sementara

itu di Kota Palembang tidak terdapat penderita malaria dan Kota Pagar Alam hanya

terdapat 12 kasus penderita malaria. Banyaknya kasus malaria per 1.000 penduduk

(AMI) di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2012 sebesar 2,41 kasus. Kota Lubuk

Linggau mempunyai prevalensi malaria per 1.000 penduduk paling tinggi diantara

kabupaten/kota di Sumatera Selatan yaitu sebesar 9,99 kasus, selanjutnya adalah

Kabupaten Lahat (8,59) dan Musi Rawas (4,76).

Tabel 6.3

Jumlah Penderita Malaria, Jumlah yang Meninggal dan AMI Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2012

Kabupaten/Kota Jumlah

Penduduk

Jumlah Penderita Malaria

Jumlah yang Meninggal

Prevalensi (AMI)

(1) (2) (3) (4) (5)

1. OKU 338 369 240 0 0,71

2. OKI 752 906 2 755 0 3,66

3. Muara Enim 741 795 664 0 0,90

4. Lahat 380 398 3 268 0 8,59

5. Musi rawas 543 349 2 589 0 4,76

6. MUBA 587 325 388 0 0,66

7. Banyuasin 773 878 3 579 0 4,62

8. OKU Selatan 324 836 1 380 0 4,25

9. OKU Timur 628 827 525 0 0,83

10. Ogan Ilir 392 989 22 0 0,06

11. Empat Lawang 225 737 870 0 3,85

71. Palembang 1 503 485 0 0 0,00

72. Prabumulih 169 022 163 0 0,96

73. Pagar Alam 129 719 12 0 0,09

74. Lubuklinggau 208 893 2 086 0 9,99

SUMSEL 7 701 528 18 541 0 2,41

Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan

UPAYA PENTING UNTUK PERCEPATAN PENCAPAIAN TUJUAN

Upaya percepatan untuk mencapai target MDGs terkait dengan malaria dapat dilakukan

dengan peningkatan cakupan universal dan penguatan pelaksanaan strategi Gebrak Malaria,

melalui:

Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Sumatera Selatan 2013

| 84 1. Mobilisasi sosial yang berfokus pada meningkatkan kesadaran masyarakat tentang

intervensi pencegahan dan pengendalian malaria,

melalui: (i) pengembangan KIE dan pesan BCC disesuaikan dengan kondisi spesifik

daerah dan situasi masyarakat, (ii) pengembangan strategi mobilisasi sosial; (iii)

penguatan sistem informasi malaria; (iv) penguatan pemantauan kemajuan di tingkat

lokal; (v) penyediaan dan promosi penggunaan kelambu berinsektisida; (vi) peningkatan

pengendalian vektor; (vii) penguatan system surveilans epidemiologis dan kontrol

wabah; (viii) pengembangan model intervensi lintas sektoral seperti larvaciding

maupun biological control, dan (ix) pengembangan kapasitas untuk menilai efektivitas

upaya pengendalian malaria.

2. Memperkuat pelayanan kesehatan dalam pencegahan, pengendalian dan

pengobatan,

melalui : (i) promosi pencegahan dan pengendalian malaria pada masyarakat; (ii)

deteksi dini dan akses perawatan ke fasilitas kesehatan; (iii) manajemen kasus yang

tepat waktu; (iv) penguatan pos malaria desa; (v) integrasi program malaria dengan

program kesehatan ibu dan anak; (vi) penguatan diagnosis yang akurat dan cepat; dan

(vii) pengobatan malaria yang efektif.

Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Sumatera Selatan 2013

| 85

Status : ● Sudah Tercapai ►Akan Tercapai ▼Perlu Perhatian Khusus

KEADAAN DAN KECENDERUNGAN Untuk Capaian Indikator Proporsi jumlah kasus TBC yang diobati dan sembuh dalam

program DOTS berdasarkan data Dinas Kesehatan Prov.Sumsel (2013) sebesar 100%, dan

telah mencapai target MDGs (85.0%).

TARGET 6C MENGENDALIKAN PENYEBARAN DAN MULAI MENURUNKAN JUMLAH KASUS BARU MALARIA DAN PENYAKIT UTAMA LAINNYA HINGGA TAHUN 2015

Indikator

Acuan dasar

Saat ini Target MDGs 2015

Status Sumber

Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015

6.9 Angka kejadian, prevalensi dan tingkat kematian akibat Tuberkulosis

6.9a Angka kejadian Tuberkulosis(semua kasus/100.000 penduduk/tahun)

343 (1990)

160/100.000 Dihen-

tikan, mulai berku-rang

Laporan TB Global WHO, 2011

6.9b Tingkat prevalensi Tuberkulosis(per 100.000 penduduk)

443 (1990)

120 (2013)

6.9c Tingkat kematian karena Tuberkulosis (per 100.000 penduduk)

92 (1990)

146 (2013)

6.10 Proporsi jumlah kasus Tuberkulosis yang terdeteksi dan diobati dalam program DOTS

6.10a Proporsi jumlah kasus Tuberkulosis yang terdeteksi dalam program DOTS

20,0% (2000)*

1/100.000

(2012)

70,0% ● *Laporan TB Global WHO, 2009

**Laporan Kemenkes 2011 6.10b

Proporsi kasus Tuberkulosis yang diobati dan sembuh dalam program DOTS

87,0% (2000)*

100% 85,0% ●

Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Sumatera Selatan 2013

| 86 Gambar 6.5. Prevalensi Penemuan Pasien Tuberkulosis per 100.000 penduduk

dan Angka Penemuan Kasus (CDR) Tuberkulosis di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2012

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Sumatera Selatan

Gambar 6.5 memperlihatkan bahwa keadaan prevalensi penemuan kasus tuberkulosis di Provinsi

Sumatera Selatan pada tahun 2012 menunjukkan variasi yang cukup tinggi antar kabupaten/kota.

Angka prevalensi tertinggi terdapat di Kota Palembang yaitu mencapai 110 kasus dalam 100.000

penduduk, sedangkan yang terendah terdapat di Kabupaten OKU Timur, yaitu hanya 36 kasus.

Gambar 6.6 Angka Penemuan Kasus (CDR) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2000-2012 Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Sumatera Selatan

Pada Gambar 6.6, angka penemuan kasus atau Case Detection Rate (CDR) tuberkulosis

meningkat dari 23,45 persen di tahun 2000 menjadi 76,2 persen pada tahun 2010.

Namun demikian, terjadi penurunan angka penemuan kasus TB di tahun 2011 dan 2012

yaitu masing-masing 49,45 dan 47,01 persen. Angka ini menunjukkan bahwa angka CDR

di Sumatera Selatan masih di bawah target MDGs (70 persen) di tahun 2012.

Angka keberhasilan pengobatan atau Succes Rate (SR) tuberkulosis pada tahun 2000-

2008, mengalami peningkatan dari 80,30 persen pada tahun 2000, menjadi 87,19

persen di tahun 2008.

Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Sumatera Selatan 2013

| 87

Secara internasional, Indonesia adalah Negara pertama yang memiliki beban TB tinggi di

wilayah WHO Asia Tenggara yang mencapai target global untuk keberhasilan

pengobatan sebesar 85 persen.

Gambar 8.9 Angka Kesembuhan (SR) Pasien TB Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2000-2008

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Sumatera Selatan

Angka keberhasilan (SR) pengobatan penyakit TB pada tahun 2011 di Sumatera Selatan

sebesar 95,33 persen. Jika dilihat pada level kabupaten/kota, sebagian besar angka

kesembuhan pasien TB sudah lebih dari 85 persen (target angka kesembuhan dari

WHO), hanya Kota Pagar Alam yang angka kesembuhannya masih di bawah 85 persen

yaitu sebesar 80,17 persen.

Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Sumatera Selatan 2013

| 88

95.97

97.39

95.88

97.63

96.11

89.77

94.70

97.66

98.27

97.33

97.87

94.22

100.00

80.17

98.83

95.33

50.00

75.00

100.00

125.00

Gambar 8.9 Angka Kesuksesan (SR) Pengobatan Pasien TB di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2011 Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Sumatera Selatan

UPAYA PENTING UNTUK PERCEPATAN PENCAPAIAN TUJUAN

Berbagai upaya penting telah dilaksanakan dalam menurunkan angka kesakitan TB, yaitu

dengan peningkatan penemuan kasus dan memastikan kesembuhan dari kasus yang

ditemukan tersebut.

1. Peningkatan cakupan DOTS,

melalui: (i) peningkatan advokasi, komunikasi dan mobilisasi sosial; (ii) peningkatan

dukungan politik dan desentralisasi program; (iii) peningkatan akses pada layanan

kesehatan dan obat-obatan gratis; (iv) peningkatan sistem penyediaan dan manajemen

obat yang efektif; (v) peningkatan promosi aktif dalam pengendalian TB; (vi)

peningkatan komunikasi efektif kepada penderita TB, provider dan stakeholder; dan (vii)

Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Sumatera Selatan 2013

| 89

peningkatan sistem pengawasan dan evaluasi serta pengukuran dampak pengobatan

melalui DOTS.

2. Peningkatan kapasitas dan kualitas penanganan TB,

melalui: (i) penguatan kapasitas laboratorium diagnostik di seluruh sarana pelayanan

kesehatan; (ii) penerapan standar internasional penanganan TB; (iii) peningkatan

kemitraan yang melibatkan pemerintah, nonpemerintah dan swasta dalam

penanggulangan TB; (iv) penyediaan tenaga kesehatan yang memadai baik kuantitas

maupun kualitas; (v) penyediaan obat; (vi) peningkatan kerjasama program TB/HIV; (vii)

peningkatan promosi perawatan berbasis masyarakat; (viii) peningkatan cakupan

penemuan kasus dan layanan pengobatan untuk TB di seluruh pelayanan kesehatan; (ix)

peningkatan layanan dukungan konseling; dan (x) penyediaan sarana dan prasarana

pelayanan TB sesuai standar.

3. Penguatan kebijakan dan peraturan dalam pengendalian TB,

melalui : (i) penguatan system kesehatan untuk mencegah dan mengendalikan

penyakit; (ii) pengkajian dan penyesuaian pengendalian TB sesuai dengan kondisi lokal;

(iii) peningkatan layanan konsultasi untuk mendorong pencegahan dan pengobatan

yang tepat; (iv) penilaian secara periodik di tingkat daerah (desa/kelurahan, kecamatan

atau kabupaten/kota); (v) survei periodik untuk mengidentifikasi risiko-risiko khusus;

(vi) pengendalian mutu obat-obatan; (vii) pembinaan kerja sama antara sektor publik-

swasta; dan (viii) peningkatan kapasitas pengendalian TB di tingkat desa/kelurahan,

kecamatan atau kabupaten/kota.

4. Penguatan sistem informasi untuk mendukung monitoring dan evaluasi program TB,

melalui: (i) peningkatan penelitian TB; (ii) peningkatan jaringan uji mikroskopis; dan (iii)

pelaksanaan surveilans.

5. Mobilisasi alokasi sumber daya secara tepat, mulai dari tingkat daerah sampai pusat,

melalui: (i) peningkatan komitmen pembiayaan pemerintah dalam APBN dan APBD

untuk program TB; dan (ii) peningkatan komitmen pembiayaan pemerintah daerah

dalam APBD untuk program TB sebagai bagian dari pelaksanaan Standar Pelayanan

Minimum (SPM).