Upload
sugianli
View
55
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER
HASIL HUTAN BUKAN KAYU
Oleh :
SUGIANLI RUSMEI SINGKALI, S.HUT
NIM. G2021131037
PROGRAM PASCASARJANA ILMU KEHUTANAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2014
1. Coba uraikan salah satu minyak atsiri asal Kalbar yang menurut saudara
berpotensi untuk dikembangkan. Jelaskan bagaimana potensinya ke depan,
metode pengolahannya, serta permasalahan dalam pengembangannya.
LITSEA CUBEBA OIL
Litsea cubeba oil atau May Chang Oil adalah minyak atsiri dari pohon Lemo (Litsea
cubeba Pers.), nama daerahnya Kilemo (Sunda), Krangean/Trawas (Jawa), dan
Antarasa/Attarasa (Batak). Di Cina yang merupakan produsen atsiri terbesarnya saat
ini disebut pohon May Chang.
Tumbuhan Lemo berbentuk perdu atau pohon dengan tinggi 5-15m dan diameter 6-
30cm. Bagian luar kulit berwarna kehijaun, serta bagian dalamnya kuning hijau dan
licin. Buah krangean yang berbau harum berbentuk seperti jantung dengan ukuran
kecil, tangkai buah besar, sedangkan ujung buahnya melebar seperti mangkuk. Daun
berwarna hijau dengan bentuk agak panjang seperti daun eukaliptus. Di Indonesia
tersebar di lereng-lereng pegunungan dengan ketinggian 700-2300m dpl di pulau
Sumatera, Jawa dan Kalimantan.
Kandungan dan Pemanfaatan Litsea cubeba oil
Hampir seluruh bagian dari tumbuhan ini dapat dimanfaatkan sebagai minyak atsiri,
mulai dari daun, buah, bunga, kulit batang sampai akarnya. Namun struktur dan
komposisi kandungannya berbeda-beda pada tiap bagian. Daun kilemo kering
sempurna asal Sukabumi menghasilkan minyak atsiri sebanyak 7,9% bahkan dapat
mencapai 14% tergantung metode penyulingan dan lingkungan tumbuhnya. Buah dapat
menghasilkan minyak atsiri 4%.
Litsea cubeba oil berwarna jernih sampai kuning muda dan beraroma lemon pada daun
dan buah, seperti minyak kayu putih pada kulit dan beraroma mawar pada atsiri bunga.
Memiliki kandungan utama: -pinen, mirsen, limonen, citronella, linalool, nerol,
geraniol, citronellol, dan karyofilen. Beberapa zat berfungsi sebagai antiparalatic (anti
lemas otot), antichepalagic (anti sakit kepala), splasmolitic (anti kejang), diuretic
(pelancar urine), karsinostatic (anti kanker), anti rayap, dan repellen nyamuk.
Manfaat dari minyak kilemo sangat banyak terutama untuk industri farmasi, wangi-
wangian, bahan tambahan makanan dan minuman, bahan sabun dan bahan pencampur
vitamin yang larut dalam lemak antara lain vitamin A dan D. Di China penyulingan
dalam skala besar telah dilakukan dari buah untuk bahan baku aromaterapi dalam
industri sabun, minyak pijat, minyak SPA, pewangi ruangan dan lain-lain yang dikenal
dengan nama May Chang Oil.
Potensi Pengembangan
Litsea cubeba oil merupakan 10 besar minyak essential yang dibutuhkan pasar dunia.
Negara pengimpor Litsea cubeba oil adalah USA, Jepang dan negara-negara di Eropa..
Menurut FAO (1995) Cina memproduksi Litsea cubeba oil sekitar 1500 ton/tahun,
sebanyak 500 ton diekspor dan sisanya untuk penggunaan domestik. Di Indonesia
Litsea cubeba oil merupakan minyak atsiri potensial untuk dikembangkan. Di
Kalimantan Barat sendiri Lemo dapat dikembangkan untuk produksi atsiri dari
tumbuhan ini. Tumbuhan ini kurang dikenal masyarakat sebagai penghasil atsiri,
kayunya banyak dimanfaatkan sebagai kayu bakar saja. Beberapa Suku dayak telah
menggunakan buahnya untuk mengobati demam dan mengatasi kedinginan.
Saat ini Cina memonopoli perdagangannya sebagai satu-satunya negara pengekspor
Litsea cubeba oil. Harganya pada perdagangan internasional sekitar USD 137,78/liter.
Indonesia berpeluang untuk menjadi salah satu eksportirnya, Kalimantan Barat
memiliki potensi sebagai produsen atau penyedia bahan baku dari atsiri ini. Dengan
pertimbangan bahwa peluang pasar masih terbuka lebar dan ketersediaan sumber daya
di alam serta dapat ditingkatkan dengan budidaya intensif.
Peluang pasar masih terbuka lebar karena Lemo dapat menghasilkan atsiri yang
berbeda-beda komposisi kandungannya pada setiap bagian tanaman sehingga
pemanfaatan bisa beragam. Negara-negara pengimpor tidak mau tergantung hanya
pada satu negara penyedia, mereka mencari sumber-sumber alternatif. Perkembangan
Industri di Cina meningkatkan kebutuhan Litsea cubeba oil untuk digunakan dalam
industri domestiknya sedangkan kebutuhan industri di USA, Jepang dan negara eropa
juga meningkat. Buah dari Lemo dapat digunakan sebagai penghasil biofuel, sehingga
berpotensi untuk pengembangan sumber energi alternatif.
Pada konteks ketersediaan sumber daya, Kalimantan Barat memiliki potensi Litsea
cubeba Pers yang tersebar dan tumbuh liar di alam, untuk kebutuhan skala luas dapat
dibudidayakan. Pembudidayaan dapat dilakukan dengan sistem tumpang sari, sehingga
dapat meningkatkan pendapatan petani, secara ekologis merupakan salah satu bentuk
konservasi lahan. Upaya budidaya dapat dilakukan dengan produksi anakan secara
generatif maupun vegetatif.
Metode Pengolahan
Untuk menghasilkan minyak atsiri pengolahan dilakukan dengan cara penyulingan.
Metode penyulingan berbeda-beda untuk masing-masing bagian yang akan ekstrak. Di
Indonesia pada skala industri kecil penyulingan dilakukan dengan cara kukus (steam
and water distillation) atau rebus (water distillation) untuk daun dan kulit. Sedangkan
pada skala industri seperti di Cina dengan cara penyulingan uap (steam distillation)
untuk seluruh bagian (daun, buah, kulit dan bunga).
Permasalahan dalam Pengembangan
Di Kalimantan Barat tumbuhan lemo berpotensi untuk dikembangkan, namun belum
dikenal secara luas sebagai penghasil atsiri. Masyarakat masih menggunakan kayunya
sebagai bahan bakar konvensional. Pada upaya budidaya secara generatif, daya
kecambah biji cepat menurun, viabilitas bibit rendah. Produksi atsirinya di Indonesia
hanya dari daun dan kulit batang yang kandungan sitralnya tidak sampai 75% sehingga
tidak memenuhi standar permintaan pasar dunia. Sehingga upaya produksi pada buah
dan bunga perlu dilakukan.
Umur berbuah tanaman berdasarkan penelitian di Jawa Barat pada kondisi tanpa
pemeliharaan intensif sekitar 6 tahun, namun dengan pemeliharaan intensif berbuah
pada umur 2 tahun. Belum tersedianya data mengenai daerah di Kalimantan Barat yang
memiliki potensi tumbuhan ini. Data yang diketahui bahwa tanaman ini telah
dimanfaatkan oleh masyarakat dayak sebagai obat dan kayu bakar.
Sebagaimana permasalahan pengembangan minyak atsiri lainnya di Kalimantan Barat,
teknologi dan peralatan penyulingan untuk produksi belum terjangkau oleh masyarakat
petani. Pemerintah belum melirik tumbuhan ini sebagai penghasil atsiri sehingga belum
ada upaya pengenalan lebih jauh kepada masyarakat.
2. Bambu merupakan salah satu tumbuhan yang potensial sebagai pengganti
kayu serta meningkatkan sosial ekonomi masyarakat
A. Coba saudara jelaskan pernyataan tersebut
B. Menurut saudara langkah apa yang harus ditempuh agar potensi tersebut
dapat terwujud?
A. Kerusakan hutan yang semakin parah telah berpengaruh pada iklim global, bencana
alam seperti banjir, longsor, kekeringan, badai dan cuaca ekstrim lainnya bahkan
kelaparan sudah semakin sering terjadi. Kerusakan hutan terjadi secara besar-
besaran akibat alih fungsi hutan dan eksploitasi kayu secara berlebihan tanpa
mentari kaidah konservasi untuk memenuhi permintaan pasar sebagai bahan
konstruksi bangunan, mebel dan industri lainnya yang berbahan baku kayu, dalam
bentuk kayu olahan, veneer, Plywood, dan pulp. Permintaan yang semakin tahun
semakin meningkat menyebabkan terjadinya kelangkaan kayu. Untuk mengurangi
pemanfaatan kayu dari hutan perlu alternatif pengganti kayu yang lebih ramah
lingkungan.
Bambu memiliki kandungan sifat kimia dan mekanika yang mirip dengan kayu,
sehingga sangat berpotensi sebagai substitusi kayu. Beberapa keuntungan bambu
sebagai pengganti kayu yaitu:
1) Pemanfaatan berkelanjutan tanpa harus memusnahkan rumpunnya, sehingga
tidak menghilangkan fungsi ekologisnya.
2) Mudah didapat dan harga terjangkau, karena bambu hampir dapat tumbuh pada
semua pulau di Indonesia. Yang tumbuh secara alami maupun budi daya.
3) Daur pemanenan cepat. Dibandingkan dengan kayu, bambu lebih cepat tumbuh
dan masak tebang.
4) Kuat dan tahan gempa, beberapa penelitian telah membuktikan karakter bambu
yang lentur dan elastis membuatnya tahan terhadap goncangan.
5) Alami, Material bambu memiliki nilai budaya dan estetika yang tinggi dan
memberikan nuansa alami dan bersahabat dengan alam. Berbagai jenis, ukuran,
warna dan karakteristik yang khas dari bambu dapat menghasilkan karya yang
unik dan menarik untuk dilihat.
6) Dapat diaplikasikan untuk berbagai kebutuhan. Bambu dapat digunakan sebagai
material untuk membuat bangunan, perabotan hingga kerajinan tangan
sebagaimana kayu. Semua komponen bangunan yang menggunakan kayu pada
prinsipnya juga dapat menggunakan bambu.
7) Tahan lama, dengan pengawetan yang tepat bambu dapat bertahan lama dalam
penggunaan.
Melihat banyaknya keuntungan dari penggunaan bambu sebagai pengganti kayu,
apalagi di daerah dengan frekuensi gempa yang tinggi, maka potensi
pemanfaatannya sebagai pengganti kayu menjadi sangat penting. Baik ditinjau dari
segi ekologi maupun ekonomi. Dari sisi sosial ekonomi, bambu berpotensi
meningkatkan perekonomian masyarakat, budi daya bambu yang memiliki masa
panen yang lebih cepat sehingga dapat dilakukan 3 kali dalam setahun, memberi
prospek yang menjanjikan bagi petani yang mau membudidayakannya. Industri
pengolahan bambu akan berkembang yang akan menyediakan lapangan pekerjaan
bagi masyarakat.
B. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk dapat mewujudkan pemanfaatan
bambu sebagai pengganti kayu, antara lain:
1) Teknik budidaya dan silvikultur tanaman bambu perlu terus dikembangkan
untuk meningkatkan mutu dan pertumbuhan bambu.
2) Pengembangan kreativitas dan inovasi desain pemanfaatan bambu, diversitas
produk bambu akan meningkatkan pemanfaatan dan pendapatan.
3) Penelitian mengenai pemanfaatan bambu sebagai pengganti kayu terus
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pemanfaatan dan kegunaan. Antara
lain teknik perekatan dan pembuatan bambu komposit atau bambu lapis.
4) Pengawetan bambu perlu dilakukan untuk menambah daya tahan bambu dari
serangan hama perusak.
5) Perlu dibuat standar nasional penggunaan bambu, sebagai acuan dalam
penggunaannya pada konstruksi bangunan.
6) Promosi perlu dilakukan untuk menjangkau pasar domestik maupun
mancanegara.
7) Penyediaan kredit usaha bagi petani yang akan mengelola bambu baik dalam
budidaya maupun industri pengolahan dan kerajinan.
3. Menurut saudara bagaimana potensi dan pemanfaatan gaharu di Indonesia
bila dibandingkan dengan dengan negara lain? Jelaskan jawaban saudara.
POTENSI DAN PEMANFAATAN GAHARU DI INDONESIA
Dalam perdagangan internasional Gaharu dikenal nama agarwood, aloewood atau
eaglewood. Gaharu berupa resin padat yang terdapat dalam jaringan kayu pada
dasarnya memiliki enam komponen utama yaitu furanoid sesquiterpene (a-agarofuran,
bagarofuran dan agarospirol), furanoid sesquiterpene, chromone (dari jenis A.
malacensis), sequiterpenoida, eudesmana, dan valencana. Kandungan tersebut
membuat ciri khas gaharu seperti chromone yang memberikan aroma yang harum.
Perkembangan teknologi kedokteran telah membuktikan secara klinis bahwa gaharu
dapat dimanfaatkan sebagai obat seperti anti asmatik, anti mikroba, stimulant kerja
syaraf dan pencernaan. Di Cina kuno, Gaharu digunakan sebagai obat sakit perur,
perangsang nafsu birahi, penghilang rasa sakit, kanker, diare, tersedak, ginjal, paru-
paru, dll. Di Eropa, gaharu diperuntukkan sebagai obat kanker. Di India, gaharu juga
dipakai sebagai obat tumor usus. Disamping itu di beberapa negara seperti Singapura,
Cina, Korea, Jepang, USA sudah menembangkan gaharu ini sebagai obat-obatan seperti
penghilang stres, gangguan ginjal, sakit perus, asma, hepatitis, sirosis, pembengkakan
liver dan limfa.
Pemanfaatan gaharu yang paling banyak adalah dalam bentuk bahan baku (kayu
bulatan, cacahan, bubuk). Aroma wangi atau harum dengan cara membakar secara
sederhana banyak dilakukan oleh masyarakat Timur Tengah (seperti Saudi Arabia, Uni
Emirat Arab, Yaman, Oman), sedangkan penggunaan yang lebih bervariasi banyak
dilakukan di Cina, Korea, dan Jepang seperti bahan baku industri parfum, obat-obatan,
kosmetika, dupa, dan pengawet berbagai jenis asesoris serta untuk keperluan kegiatan
relijius.
Pada akhir tahun 2000 export gaharu Indonesia mencapai 446 ton yang menghasilkan
devisa US 2,2 juta dollar. Namun sejak tahun 2002 terus menurun menjadi 300 ton /
thn yang hanya terpenuhi kuota export 10-15% bahkan sejak tahun 2004 dengan kuota
150 ton, tidak tercatat adanya data perdagangan expor gaharu indonesia karna telah
berkurangnya sumber gaharu yang di buru oleh pengusaha dan masyarakat.
Dari beberapa jenis dari Genus Aquilaria Spp (Alin, Bahasa Aceh) dan Gyrinops sp
tergolong jenis yang banyak ditebang sehingga mengancam kelestariannya, untuk
mengantisipasi berkembangnya nilai guna gaharu dan permintaan pasar dengan harga
jual tinggi, Indonesia sebagai produsen gaharu terbesar yang kaya akan sumber daya
jenis pohon penghasil merupakan sebagai peluang ekonomi masyarakat dan devisa
negara dan perlu untuk upaya teknis pelestarian sumber daya dan produksi gaharu.
Indonesia memiliki tumbuhan yang menghasilkan gaharu paling besar dari segi
keragaman jenis. Luas Indonesia mendukung untuk dilakukan pembudidayaan gaharu
dalam skala mega proyek. Pemerintah saat ini telah mendukung upaya peningkatan
kualitas dan kuantitas gaharu baik pada skala produksi kecil, menengah maupun besar.
Gaharu sudah ditetapkan oleh pemerintah sebagai produk unggulan nasional. Penelitian
terkait budi daya, teknologi inokulan bahkan eksplorasi jenis-jenis lain penghasil
gaharu. Saat ini sudah ada dua hak paten di Indonesia terkait teknik inokulasi gaharu,
yang dimiliki oleh Dinas Perkebunan Dan Kehutanan Kab. Bangka Tengah dan Pusat
Penelitian Dan Pengembangan Konservasi Dan Rehalibitasi.
4. Review artikel tentang energi biomassa : biodiesel dan briket arang. (masing-
masing min 3). Menurut saudara bagaimana peluang pemanfaatan energi
biomassa non kayu tersebut di Indonesia? Jelaskan.
POTENSI DAN PELUANG PEMANFAATAN BIOMASSA NON KAYU
SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI INDONESIA
(BIO DIESEL DAN BRIKET ARANG)
1. PENDAHULUAN
Pemanfaatan energi fosil telah mendegradasi ketersediaannya, semakin berkurangnya
di alam menyebabkan peningkatan harga yang signifikan. Energi bahan bakar fosil
seperti minyak bumi dan batu bara tidak dapat diperbaharui, sehingga jika
dimanfaatkan secara terus menerus akan menipis bahkan habis. Untuk mengurangi
pemanfaatannya perlu upaya mencari sumber energi alternatif sebagai pengganti.
Alternatif saat ini adalah penggunaan energi gas alam, namun masyarakat masih
meragukan keamanannya dan juga harganya yang fluktuatif, selain itu energi gas alam
tidak dapat diperbaharui.
Indonesia berada di daerah tropis yang memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan yang
membentuk hutan tropis dari Aceh sampai Papua. Biomassa yang melimpah ini
merupakan potensi untuk pengembangan energi alternatif terbarukan. Biomassa dapat
diartikan sebagai bahan organik hasil dari proses fotosintetis, dapat berupa produk atau
buangan. Beberapa penelitian sudah dilakukan untuk mencari tumbuhan yang dapat
diolah menjadi sumber energi baru. Selain itu bahan organik buangan (limbah) juga
telah dilirik karena jumlahnya yang besar dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber
energi.
Konversi biomassa menjadi bioenergi dapat melalui beberapa cara yaitu Pembakaran
Langsung, Konversi Termokimiawi, dan Konversi Biokimiawi. Konversi Termokimiawi
pada akhirnya menghasilkan bahan bakar cair dan biodiesel, konversi biokimiawi
dengan cara pencernaan kimiawi menghasilkan gas metan sedangkan konversi
biokimiawi dengan fermentasi hidrolisis menghasilkan etanol.
Bentuk pemanfaatan biomassa sebagai sumber energi alternatif yang berpotensi untuk
dikembangkan yaitu: Biofuel dan briket arang. Biofuel diperoleh dari pemanfaatan dari
bagian tumbuhan yang diolah menjadi minyak lemak yang dapat menggantikan atau
dicampurkan dengan minyak fosil. Biofuel dapat berupa Bioetanol yaitu alternatif
pengganti/campuran bensin, dan biodiesel sebagai alternatif pengganti/campuran
solar. Sedangkan briket arang sendiri merupakan pemanfaatan bahan organik buangan
yang dikarbonasi melalui pembakaran, kemudian dapat digunakan sebagai bahan bakar
pengganti minyak tanah dan kayu.
2. BIODIESEL
Pertumbuhan pesat industri bahan bakar nabati (BBN, liquid biofuels) memasok sekitar 10%
dari kebutuhan energi dunia dan merupakan 78% dari seluruh pasokan energi terbarukan.
Kebutuhan energi dalam negeri selama ini dipasok dari produksi dalam negeri dan
sebagian impor, yang kini terus cenderung meningkat. Kemampuan produksi lapangan
minyak bumi cenderung menurun, sehingga tingkat produksinya pun terbatas.
Menurunnya produksi ini selain karena penuaan sumur yang ada juga akibat
keterlambatan investasi untuk eksplorasi dan eksploitasi sumber minyak baru. Menurut
BP Migas, 85% sumur minyak di Indonesia sudah tua dan mengalami penurunan
produksi rata-rata 15% dalam setahun
Peluang untuk mengembangkan potensi biodiesel di Indonesia cukup besar terutama
untuk substitusi minyak solar mengingat saat ini penggunaan minyak solar mencapai
sekitar 40% dari total penggunaan BBM untuk sektor transportasi. Sementara
penggunaan solar pada industri dan PLTD adalah sebesar 74% dari total penggunaan
BBM pada kedua sektor tersebut.
Biodiesel ini nama lain dari fatty acid methyl ester (FAME), merupakan ester/metil
asam-asam lemak. Dan cukup kompatibel dengan solar. Biodesel ini dapat digunakan
untuk campuran solar dan kemudian disebut sebagai BXX, misalnya B10 artinya dalam
setiap satuan volume bahan bakar yang digunakan kandungan solarnya 90% dan
biodieselnya 10%.
Indonesia adalah salah satu penghasil minyak sawit dan kelapa terbesar di dunia dan
dua macam tumbuhan minyak tersebut yang paling produktif. Dan Indonesia juga
memiliki puluhan tumbuhan penghasil minyak-lemak yang belum termanfaatkan
dengan baik, potensi dari tumbuhan-tumbuhan energi multiguna kawasan tropik
seperti : Kranji (Pongamia pinnata), Nyamplung (Calophyllum inophyllum), Mimba
(Azadirachta indica), Gatep Pait (Samadera indica), Jarak Pagar (Jatropha curcas), Kelor
(Moreinga oleifera), Kacang Hiris (Cajanus cajan), Sukun (Artocarpus altilis), Aren
(Arenga pinnata), Sagu (Metroxylon sp) dan aneka alga mikro. Selain itu negara
Indonesia ini juga berkawasan darat relatif amat luas, sehingga sangat mudah untuk
mengembangkan tanaman-tanaman tersebut.
3. BRIKET ARANG
Briket arang merupakan bahan bakar padat yang mengandung karbon, mempunyai nilai
kalori yang tinggi, dan dapat menyala dalam waktu yang lama. Bahan bakunya adalah
biomassa yang merupakan bahan organik sisa hasil ekstraksi atau pengolahan industri
(limbah), seperti: serbuk gergajian, kulit buah, ranting, daun, sekam padi, dll.
Penggunaan langsung biomassa sebagai bahan bakar dapat dilakukan namun nilai
kalornya hanya sekitar 3000 kkal. Jika diolah menjadi beriket arang nilai kalornya dapat
mencapai 5000 kkal bahkan lebih. Pengolahannya melalui proses pirolisis, yaitu proses
dekomposisi kimia dengan menggunakan pemanasan tanpa adanya oksigen, disebut
juga proses karbonasi yaitu proses untuk memperoleh karbon atau arang.
Briket arang salah satu sumber energi terbarukan (renewble), karena bahan baku
utamanya adalah biomassa yang dapat diperbaharui. Berpotensi dalam pengembangan
sebagai pengganti bahan bakar minyak dan gas alam yang semakin berkurang, langka
dan mahal. Peluang pemanfaatannya menjadi sangat strategis, melihat sumber daya
biomassa di Indonesia yang sangat melimpah, serta tingginya tingkat konsumsi energi
bahan bakar akibat pertambahan jumlah penduduk.
Biomassa yang saat ini telah diujicoba bahkan sebagian telah diproduksi secara massal,
antara lain: serbuk gergaji, sekam padi, kulit buah durian, kulit buah kakao, bongkol
jagung, cangkang sawit, tempurung kelapa bahkan sampah organik di kota-kota besar.
Selain memperoleh nilai ekonomis dari pengolahan briket arang ini, dampak ekologis
secara langsung juga sangat memberi pengaruh yaitu mengurangi pencemaran
lingkungan dari limbah produksi. Proses pembuatan dapat dilakukan dalam skala kecil
industri rumah tangga, sehingga secara sosial ekonomi dapat menciptakan lapangan
kerja baru bagi masyarakat yang akan memperbaiki taraf hidup mereka.
Sumber Referensi: Daud Patabang, 2011. Studi Karakteristik Termal Briket Arang Kulit Buah Kakao. Jurnal Mekanikal, Vol. 2
No. 1: Januari 2011: 23 31.
Dwi Suheryanto danTri Haryanto, 2004. Arang Briket Biomasa Dari Sampah Kota Sebagai Bahan Bakar
Alternatif. Prosiding Seminar Nasional Rekayasakimia Dan Proses.
Endang Suarna. Prospek Dan Tantangan Pemanfaatan Biofuel Sebagai Sumber Energi Alternatif Pengganti
Minyak Di Indonesia. www.oocities.org/markal_bppt/publish/biofbbm /bisuar.pdf diakses
tanggal 27 Mei 2014
Anonim. Potensi Biodiesel Untuk Substitusi BBM Cukup Besar. www.esdm.go.id/berita/ 37-umum/459-
potensi-biodiesel-untuk-substitusi diakses tanggal 27 Mei 2014
Anonim. Briket Kearifan Potensi Lokal. http://diditsetyopamuji.wordpress.com/2013/03/19/briket-
kearifan-potensi-lokal.html tanggal akses 27 Mei 2014
Anonim. Inovasi Proses Untuk Pengembangan Biodiesel Sebagai Energi Alternatif. http://teknologi.
kompasiana.com/terapan/2013/04/19/inovasi-proses-untuk-pengembangan-biodiesel-
sebagai-energi-alternatif-552653.html tanggal akses 27 Mei 2014
Anonim. Definisi Bioenergi atau Energi Biomassa. http://pengertian-definisi.blogspot.com
/2011/11/definisi-bioenergi-atau-energi-biomassa.html tanggal akses 27 Mei 2014