Upload
yudhistira-trisna
View
72
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
I. Pemeriksaan Dengan Acara Biasa
1. Bagaimana akibat hukum ketidakhadiran penggugat atau tergugat di
persidangan ?
Jawab :
- Akibat hukum ketidakhadiran penggugat di persidangan yaitu Majelis
Hakim akan menyuruh untuk penggilan kedua dan apabila tidak datang
juga maka dipanggil untuk ketiga kalinya dan jika penggugat tidak hadir
kembali maka pengadilan akan menggugurkan gugatan.
- Akibat hukum ketidakhadiran tergugat yaitu apabila pada panggilan
pertama tidak hadir maka dipanggil lagi untuk kedua kalinya dan apabila
pada siding kedua dan ketiga tidak hadir maka majelis meminta kepada
kantor atau atasannya
2. Apakah gugagatan bisa dilakukan perubahan atau bisa dicabut dan
apakah jawaban bisa dirubah ?
Jawab :
- Gugatan bisa dilakukan perubahan karena :
a. Karena, Penggugat dapat mengubah alasan yang mendasari gugatan
hanya sampai dengan replik, asal disertai yang cukup serta tidak
merugikan kepentingan tergugat,dan hal tersebut harus dipertimbangkan
dengan seksama oleh Hakim. Dan tergugat dapat mengubah alasan yang
mendasari jawabannya hanya sampai dengan duplik, asal disertai alasan
yang cukup serta tidak merugikan kepentingan penggugat dan hal
tersebut harus dipertimbangkan dengan seksama oleh Hakim.
b. Karena, Penggugat dapat sewaktu – waktu mencabut gugatannya
sebelum tergugat memberikan jawaban, dan apabila tergugat sudah
memberikan jawaban atas gugatan itu, penggugat mencabut gugatannya,
maka pengadilan akan mengabulkannya apabila disetuji oleh tergugat.
3. Bagaimana masuknya pihak ketiga dalam pemeriksaan atau intervensi
?
Jawab :
- Intervensi khusus,
Dalam masuknya pihak ketiga dalam proses pemeriksaan sengketa Tata
Usaha Negara yang berjalan adalah atas prakarsa hakim yang memeriksa
sengketa tersebut. Disini pihak ketiga ditarik dalam proses pemeriksaan
suatu sengketa Tata Usaha Negara yang sedang berjalan, bergabung
dengan tergugat sebagai tergugat II intervensi. Sifat khusus dari
intervensi ini adalah karena ikut sertanya pihak ketiga dalam sengketa
yang sedang berjalan tersebut adalah perintah hakim, guna
mempermudah penyelesaian sengketa yang bersangkutan.
- Tussenkomst
Dalam hal ini pihak ketiga dengan kemauan sendiri dapat
mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk ikut serta dalam
proses pemeriksaan sengketa Tata Usaha Negara yang sedang berjalan,
guna mempertahankan atau membela hak dan kepentingan sendiri, agar
ia jangan sampai dirugikan oleh putusan pengadilan. jika permohonan ini
dikabulkan, pihak ketiga tersebut berkedudukan sebagai penggugat
intervensi, sebagai pihak yang mandiri dalam proses pemeriksaan
sengketa tersebut dan disebut intervenient.
- Voeging
Dalam hal ini ikut sertanya pihak ketiga dalam proses pemeriksaan
sengketa Tata Usaha Negara yang sedang berjalan adalah permintaan
salah satu pihak yang bersengketa, yaitu tergugat dan penggugat.
Permohonan diajukan oleh pihak yang berkepentingan kepada
pengadilan agar pihak ketiga yang dimaksud agar dapat diikut sertakan
dalam proses pemeriksaan sengketa Tata Usaha Negara yang sedang
berjalan, untuk bergabung dengan pihak pemohon guna
memperkuat posisi hukum pihak yang memohon.
4. Hapertun apakah memungkinkan adanya diajukan gugatan rekopensi ?
Jawab :
Dalam Acara Peradilan Tata Usaha Negara tidak dikenal adanya
gugat balik atau gugat rekovensi, atau dengan kata lain seorang pejabat
Tata Usaha Negara yang merasa dirugikan baik moril maupun materiil
karena adanya gugatan dari warga masyarakat atau badan hukum
perdata, tidak dapat mengajukan gugat balik atau gugat rekovensi, hal
ini disebabkan karena sengketa Tata Usaha Negara tersebut adalah
berkenaan dengan masalah sah atau tidaknua suatu Keputusan Tata
Usaha Negara yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara.
5. Apa yang dimaksud dengan Eksepsi dan tentang apa saja yang dapat
diajukan ?
Jawab :
- Eksepsi adalah suatu tangkisan yang tidak menyangkut pokok
perkara. Suatu eksepsi di susun dan di ajukan berdasarkan kepada
gugatan yang di buat oleh penggugat dengan mencari kelemahan
kelemahan atau hal hal lain di luar gugatan yang ada hubunganya dengan
gugatan yasng di maksud. Yang dapat menjadi alasan menolak atau tidak
di terimanya gugatan tersebut.
- Macam-macam eksepsi :
a. Eksepsi kompetensi absolut
Yaitu eksepsi yang dapat atau tidak ada pihak – pihak yang
mengajukan dan kebetulan hakim mengetahui tentang hal itu, karena
jabatannya, hakim berhak menyatakan bahwa pengadilan tidak
berwenang memeriksa dan memutus sengketa yang bersangkutan.
b. Eksepsi kompetensi relatif
Yaitu eksepsi yang dapat diajukan sebelum disampaikan jawaban atas
pokok
sengketa dan eksepsi tersebut harus diputus sebelum pokok sengketa
diputus, eksepsi kompetensi relatif dapat disebut juga dengan distribusi
kekuasaan menyangkut masalah pembagian kekuasaan antara badan –
badan pengadilan dari tiap jenis pengadilan.
c. Eksepsi prosesual
Yaitu eksepsi yang tidak termasuk dalam mengadili, antara lain :
* Eksepsi nebis in idem
Bahwa perkara yang sama telah pernah diputus dan putusan tersebut
telah mempunyai kekuatan hukum tetap, atau sengketa yang
bersangkutan sedang diperiksa oleh Pengadilan Tata Usaha Negara lain
atau masih dalam proses banding atau kasasi atau eksepsi yang
menyatakan salah satu pihak tidak mempunyai kualifikasi untuk
bertindak.
d. Eksepsi materiil
Yaitu eksepsi yang didasarkan pada hukum materiil, dapat berupa :
* Eksepsi declatoir
Yaitu eksepsi yang mengenai tuntutannya yang diajukan dalam gugatan
sebenarnya telah terpenuhi oleh Keputusan Tata Usaha Negara, yaitu :
1. Eksepsi tentang kekhusussan surat kuasa istimewa :
- Disebutkan para pihak ( nama , alamat, dll ),
- Diajukan diajukan ke Pengadilan mana,
- Perihal apa,
- Memakai kertas,
- Materai, dan di tulis tanggal, bulan, dan tahunnya di kertas materai
tersebut,
- Ditanda tangani
- Stempel
2. Eksepsi tentang tentang penggunaan materai diatur dalam UU NO.
13Tahun 1985, dan Peraturan Menteri Keuangan.
* Eksepsi prematur:
Yaitu digugat belum pada waktunya
e. Eksepsi kadarluwarsa:
Yaitu eksepsi yang diajukan telah lampau waktu atau lewat waktu
yang ditetapkan ( kadarluwarsa ).
f. Eksepsi yang dilihat apakah gugatan ini memenuhi aturan hukum
atau tidak , sesuai dengan dasar hukumnya : ada hubungan hukum antara
penggugat dan obyek gugatan ( putusan Tata Usaha Negara ).
g. Eksepsi yang gugatannya harus berhubungan dengan petitum yang
harus berdasarkan dengan posita.
h. Eksepsi obcuurlibe:
Yaitu eksepsi yang dakwaannya ngawur atau kabur atau tidak jelas.
i. Eksepsi atau gugatan yang bertentangan dengan hukum yang
berlaku dan asas kepatutan dan melanggar hak asasi manusia.
6. Uraikan jalannya proses pemeriksaan sengketa atau gugatan !
1. Proses pemeriksaan sengketa :
Peradilan Tata Usaha Negara mempunyai kekhusussan dalam memeriksa
sengketa Tata Usaha Negara, yaitu :
A. Pemeriksaan Pendahuluan :
a) Rapat Permusyawaratan ( Pasal 62 UUPTUN )
Yaitu disebut dengan Dismissel process, atau tahap penyaringan. Ketua
Pengadilan berwenang memutuskan dengan suatu penetapan yang
dilengkapi dengan pertimbangan – pertimbangan bahwa gugatan yang
diajukan itu dinyatakan tidak diterima tau tidak mendasar, yaitu dalam
hal :
- Pokok gugatan tersebut nyata – nyata tidak termasuk kedalam
wewenang peradilan.
- Syarat – syarat gugatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 56
tidak dipenuhi oleh penggugat sekalipun ia telah diberi tahu dan
diperingatkan.
- Gugatan tersebut tidak didasarkan pada alasan – alasan yang
layak.
- Apa yang dituntut dalam gugatan sebenarnya sudah terpenuhi
oleh keputusan Tata Usaha Negara yang digugat.
- Gugatan yang diajukan sebelum waktunya atau telah lewat
waktunya ( pasal 62 ayat ( 1 )).
Penetapan ketua Pengadilan Tata Usaha Negara mengenai hal ini
diucapkan dalam rapat permusyawaratan sebelum hari persidangan
ditentukan dengan memanggil kedua belah pihak ( dengan surat tercata
oleh panitera atas perintah Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara ) untuk
mendengarkannya.
b) Rapat persiapan
Mengenai pemeriksaan persiapan ini diatur dalam pasal 63 Undang –
Undang Nomor 5 Tahun 1986 yang berbunyi :
1) Sebelum pemeriksaan pokok sengketa dimulai, hakim wajib
mengadakan pemeriksaan persiapan untuk melengkapi gugatan yang
kurang jelas.
2) Dalam pemeriksaan persiapan sebagaimana dimaksud dalam ayat
( 1 ) :
- Wajib memberi nasehat kepada penggugat untuk memperbaiki
gugatan dan melengkapinya dengan data yang diperlukan dalam jangka
waktu 30 hari.
- Dapat meminta penjelasan kepada Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara yang bersangkutan.
- Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 2
) huruf a, penggugat belum menyempurnakan gugatannya, maka hakim
menyatakan dengan putusan bahwa gugatannya tidak dapat diterima;
- Terhadap putusan sebagaimana diatur dalam ayat ( 3 ) tidak dapat
digunakan upaya hukum, tetapi dapat diajukan gugatan yang baru.
B. Pemeriksaan di tingkat pertama
Pemeriksaan ditingkat pertama pada umumnya dilakukan di Pengadilan
Tata Usaha Negara, kecuali untuk sengketa yang menurut peraturan
perundang – undangan diselesaikan terlebih dahulu melalui upaya
administratif, maka pemeriksaan ditingkat pertama ini dapat dilakukan
dengan melalui dua cara yaitu :
a) Pemeriksaan dengan acara biasa
Dalam pemeriksaan dengan acara biasa pengadilan memeriksa dan
memutus sengketa tata usaha negara dengan suatu majelis yang terdiri
dari tiga orang hakim dan salah seorang diantaranya sebagai hakim ketua
sidang yang bertugas memimpin sidang dan wajib menjaga supaya tata
tertib persidangan tetap ditaati setelah orang dan segala perintahnya
dilaksanakan dengan baik. Apabila pada hari sidang pertama ternyata
penggugat atau kuasanya tidak hadir, maka dilakukanlah pemanggilan
kedua, setelah pemanggilan kedua disampaikan secara patut ternyata
penggugat atau kuasanya tetap tidak hadir tanpa alasan yang dapat
dipertanggung jawabkan, gugatan dinyatakan gugur penggugat berhak
mengajukan gugatannya sekali lagi dengan membayar uang muka biaya
perkara ( pasal 71 UUPTUN ).
Apabila tergugat atau kuasanya berturut – turut dua kali sidang tidak
hadir walaupun dipanggil secara patut atau tidak menanggapi gugatan
tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan, maka hakim ketua
sidang dengan surat penetapan meminta atasan tergugat untuk hadir dan
menanggapi gugatan. Setelah lewat waktu 2 bulan sejak dikirimkannya
penetapan tersebut, ternyata tidak ada berita, baik dari tergugat maupun
dari atasan tergugat, maka hakim ketua sidang menetapkan hari sidang
berikutnya dan pemeriksaan sengketa dilanjutkan menurut acara biasa
tanpa hadirnya tergugat ( in absensia). Dalam persidangan in absensia ini
putusan terhadap pokok gugatan dapat dijatuhkan setelah pemeriksaan
mengenai segi pembuktiannya dilakukan secara tuntas ( pasal 71 UUPTUN
).
Setelah sidang dibuka oleh hakim ketua sidang, pemeriksaan sengketa
dimulai dengan membacakan gugatan dan surat yang memuat
jawabannya oleh hakim ketua sidang.
Apabila belum ada jawaban dari tergugat, maka pihak tergugat diberi
kesempatan untuk mengajukan jawaban secara langsung.
Selanjutnya hakim ketua sidang memberi kesempatan kedua belah pihak
untuk menjelaskan seperlunya hal yang diajukan masing – masing ( pasal
74 UUPTUN ). Dalam pemeriksaan sengketa Tata Usaha Negara
perubahan gugatan dan jawaban gugatan masih dapat dilakukan sampai
dengan replik dan duplik, asal disertai dengan alasan yang cukup dan
tidak merugikan pihak lawan.
b) Pemeriksaan dengan acara cepat
Dalam ada hal kepentingan penggugat yang cukup mendesak,penggugat
dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan supaya pemeriksaan
sengketa di percepat baik proses pemeriksaan dan keputusannya.
Kepentingan yang cukup mendesak ini dapat mengyimpulkan alasan -
alasan penggugat yang dikemukakan dalam permohonannnya ( pasal 98
UUPTUN ).
2. Proses gugatan perkara Tata Usaha Negara :
a. Pada sidang pertama ( pembacaan gugatan ) :
* Apabila kedua belah pihak ( penggugat dan tergugat ) hadir , “ tidak
perlu membacakan isi gugatan cukup menganggap tergugat sudah
memahami atau mengerti. Setelah itu meminta tergugat memberikan
jawaban atas gugatan, ( apabila tergugat belum membuat jawaban, maka
hakim ketua sidang akan memberikan waktu 1 minggu ).
* Apabila tergugat sudah mempunyai jawaban , maka jawaban
tersebut tidak hanya menjawab pokok – pokok perkara tetapi harus ada
eksepsinya.
* Setelah itu sidang replik ;
Yaitu sangkalan terhadap dalil – dalil tergugat :
1. Mempertahankan atau mendukung dalil – dalil gugatan.
2. Membatah dalil – dalil jawaban.
* Tanggapan terhadap replik yaitu duplik ialah sangkalan atau
sanggahan dari dalil – dalil replik :
1. Membantah dalil – dalil replik dengan menguatkan dalil – dalil duplik.
* Setelah itu sidang selanjutnya yaitu sidang pembuktian dari
penggugat ;
a. Surat – surat ( lembaran – lembaran kertas surat ) atau dokumen
baik berupa obyek atau tambahan yang berkaitan atau yang mendukung
obyek yang akan menjadi bukti.
b. Berupa fotokopyan dan diberi materai
( dicocokkan bukti yang telah di fotokopy dengan bukti yang asli ).
c. Saksi yang melihat, mendengar, dan mengalaminya sendiri.
d. Ahli atau keterangan ahli : hanya mendasarkan pada keahlianya.
( keterangan ahli tidak mengikat hakim )
e. Pengakuan para pihak
f. Pengetahuan hakim
* Kesimpulan yaitu segala proses dari awal pemeriksaan di
persidangan sampai akhir pemeriksaan mengenai pembuktian.
- Sidang hakim membuat putusan
- Menang / kalah.
- Bagi yang kalah dapat mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi
Tata Usaha Negara.
7. Sebutkan ada berapa alat pembuktian ? apa saja jenisnya dan
jelaskan surat,ahli,pengakuan makna dalam bukti-bukti tersebut !
Jawab :
Beberapa alat pembuktian :
a. Surat – surat ( lembaran – lembaran kertas surat ) atau dokumen
baik berupa obyek atau tambahan yang berkaitan atau yang mendukung
obyek yang akan menjadi bukti.
b. Berupa fotokopyan dan diberi materai
( dicocokkan bukti yang telah di fotokopy dengan bukti yang asli ).
c. Saksi yang melihat, mendengar, dan mengalaminya sendiri.
d. Ahli atau keterangan ahli : hanya mendasarkan pada keahlianya.
( keterangan ahli tidak mengikat hakim )
e. Pengakuan para pihak
f. Pengetahuan hakim
Yaitu hak yang olehnya diketahui dan diyakini kebenaran
8. Apa yang dibuat dalam kesimpulan para pihak ?
Jawab :
- Kesimpulan yaitu segala proses dari awal pemeriksaan di
persidangan sampai akhir pemeriksaan mengenai pembuktian yang di
tuliskan atau dicatat di kertas.
9. Hakim dalam memeriksa perkara bersifat aktif,jelaskan apa yang
dimaksud dengan asas keaktifan hakim !
Jawab :
- Asas keaktifan hakim ( dominus litis ). Keaktifan hakim dimaksudkan
untuk mengimbangi kedudukan para pihak yang tidak berimbang .
- Pasal 58 UUPTUN :
“ Apabila dipandang perlu Hakim berwenang memerintahkan kedua belah
pihak yang bersengketa datang menghadap sendiri ke persidangan,
sekalipun sudah diwakili oleh seorang kuasa “.
- Pasal 63 aya ( 1 ) UUPTUN :
“ Sebelum pemeriksaan pokok sengketa dimulai, Hakim wajib
mengadakan pemeriksaan persiapan untuk melengkapi gugatan yang
kurang jelas “
- Pasal 63 ayat ( 2 ) UUPTUN :
“ Dalam pemeriksaan persiapan sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1 )
Hakim :
a. Wajib memberi nasihat kepada penggugat untuk memperbaiki gugatan
dan melengkapinya dengan data yang diperlukan dalam jangka waktu 30
hari.
b. Dapat meminta penjelasan kepada Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara yang bersangkutan. “
- Pasal 80 UUPTUN :
“ Demi kelancaran pemeriksaan sengketa, Hakim Ketua Sidang berhak di
dalam sidang memberikan petunjuk kepada para pihak yang bersengketa
mengenai upaya hukum dan alat bukti yang dapat digunakan oleh mereka
dalam sengketa “.
- Pasal 85 UUPTUN :
“ Untuk kepentingan pemeriksaan apabila Hakim Ketua Sidang
memandang perlu ia dapat memerintahkan pemeriksaan terhadap surat
yang dipegang oleh Pejabat Tata Usaha Negara, atau pejabat lain yang
menyimpann surat, atau meminta penjelasan dan keterangan tentang
sesuatu yang bersangkutan dengan sengketa “.
II. Pemeriksaan Dengan Acara Cepat dan
Acara Singkat
1. Apa yang dimaksud pemeriksaan dengan acara cepat ? Uraikan tata
caranya atau proses pemeriksaannya !
Jawab :
- ) Pemeriksaan dengan acara cepat
Dalam ada hal kepentingan penggugat yang cukup mendesak, penggugat
dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan supaya pemeriksaan
sengketa di percepat baik proses pemeriksaan dan keputusannya.
Kepentingan yang cukup mendesak ini dapat menyimpulkan alasan -
alasan penggugat yang dikemukakan dalam permohonannnya ( pasal 98
UUPTUN ).
Apabila alasan tersebut dapat diterima, maka Ketua Pengadilan dalam
jangka waktu 14 hari mengeluarkan penetapan berisi dikabulkannya
permohonan tersebut.
Pemeriksaan dengan acara cepat diperiksa dan diputus oleh hakim,
tinggal dilaksanakan dalam jangka waktu 7 hari setelah dikeluarkannya
penetapan tersebut menentukan hari dan tempat sidang dan tidak harus
melalui acara pemeriksaan persiapan.
Sedangkan jawab – menjawab pembuktian dan bagi para pihak hanya
dibatasi masing – masing pihak tidak melebihi 14 hari.
2. Apa yang dimaksud pemeriksaan dengan acara singkat ? Uraikan atau
jelaskan tata caranya !
Jawab :
- ) Pemeriksaan dengan acara biasa
Dalam pemeriksaan dengan acara biasa pengadilan memeriksa dan
memutus sengketa tata usaha negara dengan suatu majelis yang terdiri
dari tiga orang hakim dan salah seorang diantaranya sebagai hakim ketua
sidang yang bertugas memimpin sidang dan wajib menjaga supaya tata
tertib persidangan tetap ditaati setelah orang dan segala perintahnya
dilaksanakan dengan baik. Apabila pada hari sidang pertama ternyata
penggugat atau kuasanya tidak hadir, maka dilakukanlah pemanggilan
kedua, setelah pemanggilan kedua disampaikan secara patut ternyata
penggugat atau kuasanya tetap tidak hadir tanpa alasan yang dapat
dipertanggung jawabkan, gugatan dinyatakan gugur penggugat berhak
mengajukan gugatannya sekali lagi dengan membayar uang muka biaya
perkara ( pasal 71 UUPTUN ).
Apabila tergugat atau kuasanya berturut – turut dua kali sidang tidak
hadir walaupun dipanggil secara patut atau tidak menanggapi gugatan
tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan, maka hakim ketua
sidang dengan surat penetapan meminta atasan tergugat untuk hadir dan
menanggapi gugatan. Setelah lewat waktu 2 bulan sejak dikirimkannya
penetapan tersebut, ternyata tidak ada berita, baik dari tergugat maupun
dari atasan tergugat, maka hakim ketua sidang menetapkan hari sidang
berikutnya dan pemeriksaan sengketa dilanjutkan menurut acara biasa
tanpa hadirnya tergugat ( in absensia). Dalam persidangan in absensia ini
putusan terhadap pokok gugatan dapat dijatuhkan setelah pemeriksaan
mengenai segi pembuktiannya dilakukan secara tuntas ( pasal 71 UUPTUN
).
Setelah sidang dibuka oleh hakim ketua sidang, pemeriksaan sengketa
dimulai dengan membacakan gugatan dan surat yang memuat
jawabannya oleh hakim ketua sidang.
Apabila belum ada jawaban dari tergugat, maka pihak tergugat diberi
kesempatan untuk mengajukan jawaban secara langsung.
Selanjutnya hakim ketua sidang memberi kesempatan kedua belah pihak
untuk menjelaskan seperlunya hal yang diajukan masing – masing ( pasal
74 UUPTUN ). Dalam pemeriksaan sengketa Tata Usaha Negara
perubahan gugatan dan jawaban gugatan masih dapat dilakukan sampai
dengan replik dan duplik, asal disertai dengan alasan yang cukup dan
tidak merugikan pihak lawan.
III. Putusan
1.Bagaimana proses memutuskan sengketa tun oleh majelis hakim ?
Jawab :
a. Datang ke ke panitera Pengadilan Tata Usaha Negara mendaftarkan
gugatan, setelah itu mendapat 1 ( satu ) salinan No. Registrasi, menunggu
panggilan sidang pertama.
b. Sidang pertama atau dismissel proses ( Pasal 62 UUPTUN ) ;
c. Sidang pemeriksaan persiapan ( Pasal 63 UUPTUN ) ;
d. Pemeriksaan dalam sidang ( Pasal 68 UUPTUN dan Pasal 98 UUPTUN
) ;
e. Setelah selesai seluruh rangkaian proses pemeriksaan sengketa
Tata Usaha Negara, Hakim Ketua Sidang pemeriksaan sengketa Tata
Usaha Negara memberikan kesempatan kepada pihak – pihak untuk
menyampaikan kesimpulannya masing – masing.
f. Sesudah itu Hakim Ketua Sidang menunda sidang untuk
memberikan kesempatan kepada Majelis Hakim untuk bermusyawarah
dalam ruang tertutup guna mempertimbangkan putusannya. Dalam
musyawarah yang dipimpin Hakim Ketua Sidang putusan merupakan hasil
permufakatan bulat, kecuali setelah diusahakan dengan sungguh –
sungguh tidak dapat dicapai mufakat bulat, putusan dapat diambil dengan
suara terbanyak dan apabila dalam permusyawarahan tersebut tidak juga
diperoleh putusan melaui suara terbanyak, maka suara Hakim Ketua
Sidang yang akan menentukan ( Pasal 97 UUPTUN ).
2. Jelaskan elemen-elemen yang harus ada dalam putusan tun !
Jawab :
- Elemen – elemen yang harus ada dalam putusan Tata Usaha
Negara :
· Pasal 108 UUPTUN :
Ayat ( 1 ) :
“ Putusan Pengadilan harus diucapkan dalam sidang terbuka
untuk umum “.
Ayat ( 2 ) :
“ Apabila salah satu pihak atau kedua belah pihak tidak hadir pada waktu
Putusan Pengadilan diucapkan, atas perintah Hakim Ketua Sidang
salainan putusan itu disampaikan dengan surat tercatat kepada yang
bersangkutan “.
· Pasal 109 ayat ( 1 ) UUPTUN :
a. Kepala Putusan yang berbunyi :
“ DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA “
b. Nama, jabatan, kewarganegaraan, tempat kediaman, atau tempat
kedudukan para pihak yang bersengketa ;
c. Ringkasan gugatan dan jawaban tergugat yang jelas ;
d. Pertimbangan dan penilaian setiap bukti yang diajukan dan hal yang
terjadi dalam persidangan sengketa itu diperiksa ;
e. Alasan hukum yang menjadi dasar putusan ;
f. Amar putusan tentang sengketa dan biaya perkara ;
g. Hari, tanggal putusan, nama Hakim yang memutus, nama panitera,
serta keterangan tentang hadir atau tidak hadirnya para pihak.
3. Apa akibat tidak dipenuhinya elemen-elemen yang harus ada dalam
putusan Tun ?
Jawab :
- Apabila elemen – elemen yang yang harus ada dalam putusan Tata
Usaha Negara , yang terdapat dalam :
a. Berdasarkan Pasal 108 AYAT ( 3 )
“ Tidak terpenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat ( 1 ) berakibat Putusan Pengadilan tidak sah dan tidak mempunyai
keuatan hukum.
b. Berdasarkan pasal 109 ayat ( 2 ) :
“ Tidak terpenuhinya salah satu ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dapat menyebabkan batalnya putusan Pengadilan.”
IV. Upaya Hukum Dalam Pengadilan Tun
1. Ada berapa upaya hukum ?
Jawab :
Upaya hukum ada 2 ( dua ), antara lain :
1. Upaya hukum biasa, yang terdiri dari :
a. Perlawanan terhadap dissmisal proses ( Pasal 62 Ayat ( 3 ) Undang
– Undang No. 5 Tahun 1986 ).
b. Banding ( Pasal 122 sampai dengan Pasal 130 Undang – Undang No.
5 Tahun 1986 ).
c. Kasasi ( Pasal 131 Undang – Undang No. 5 Tahun 1986 ).
2. Upaya hukum luar biasa, yang terdiri dari :
a. Peninjauan kembali.
b. Kasasi demi kepentingan hukum.
2. Apakah upaya hukum Banding itu ?
Jawab :
- Pemeriksaan banding merupakan upaya yang dapat diminta oleh pihak
yang berkepentingan, supaya putusan peradilan tingkat pertama
diperiksa lagi dalam peradilan tingkat banding. Jadi secara yuridis
formal,undang-undang memberi upaya kepada pihak yang
berkepentingan untuk mengajukan permintaan pemeriksaan putusan
peradilan tingkat pertama di peradilan tingkat banding.
3. Apa yang harus dilakukan oleh pemohon banding atau pembanding ?
Jawab :
- Penerimaan permohonan banding dialukan atas alasan permintaan
memenuhi persyaratan undang-undang. Permohonan banding yang
memenuhi syarat dalam ketentuan Pasal 233 ayat(2) sebagai berikut:
a. Permohonan diajukan atau disampaikan kepada panitera Pengadilan
Negeri yang memutus perkara tersebut.Sekalipun permintaan banding
diajuka ke Pengadilan Tinggi, namun permohonan dilakukan oleh
pemohon melalui panitera Pengadilan Negeri yang memutus perkara,
tidak dapat langsung diajukan ke Pengadilan Tinggi
b. Permohonan banding diajukan terhadap putusan yang dapat diminta
banding
c. Permintaan diajukan dalam tenggang waktu yang ditentukan.
- Yang berhak mengajukan permohonan banding yaitu:
a. terdakwa, atau
b. orang yang khusus dikuasakan terdakwa, atau
c. penuntut umum, atau
d. terdakwa dengan penuntut umum sekaligus sama-sama
mengajukan banding.
4. Apa yang harus dilakukan oleh termohon banding atau terbanding ?
Jawab :
Kewajiban termohon banding atau terbanding membuat kontra memori
banding. Kontra memori banding adalah dalil-dalil yang berisi sangkalan,
perlawanan, atau bantahan terhadap dalil dalil memori banding.
Isi kontra memori banding
- Bantahan dalil-dalil memori banding dengan menyatakan antara
lain: bahwa terbanding mendukung putusan yang di mohonkan banding.
- Dalil-dalil keberadaan dalam memori banding adalah merupakan
pengulangan dari hal-hal atau fakta hukum yang terungkap dipersidangan
dan telah dipertimbangkan oleh majelis dengan cermat menurut
kepentingan hukum.
- Meminta permohonan banding ditolak dan menguatkan putusan
yang dibanding dan menolak permohonan ba
5. Apakah upaya hukum kasasi ?jelaskan tata cara mengajukan kasasi !
Jawab :
- Upaya kasasi adalah hak yang diberikan kepada terdakwa maupun
kepada penuntut umum. Tergantung kepada mereka untuk
mempergunakan hak terrsebut. Seandainya mereka dapat menerima
putusan yang dijatuhkan, dapat mengesampingkan hak itu, tetapi apabila
keberatan atas putusan yang diambil, dapat mempergunakan hak untuk
mengajukan permintaan kasasi kepada Mahkamah Agung.
- Tata cara mengajukan kasasi :
Permohonan kasasi diajukan oleh pihak yang bersengketa atau wakilnya
yang khusus dikuasakan untuk dalam sengketa Tata Usaha Negara yang
telah diperikasa dan diputus oleh Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
( Pasal 44 UUMA ).
- Alasan – alasan yang dapat dipergunakan daam permohonan
kasasi adalah ( pasal 30 UUMA ) :
1. Pengadilan yang bersangkutan tidak berwenang atau telah
melampaui batas wewenangnya dalam memeriksa dan memutus
sengketa yang bersangkutan.
2. Pengadilan telah salah di dalam menerapkan hukum atau telah
melanggar hukum yang berlaku.
3. Pengadilan lalai dalam memenuhi syarat – syarat yang diwajibkan
oleh peraturan perundang – undangan, yang mengancam kelalaian itu
dengan pembatalan putusan yang bersangkutan.
- Permohonan kasasi disampaikan secara tertulis atau lisan melalui
panitera.
- Pemohon wajib menyampaikan memori kasasi yang memuat alasan –
alasan, dalam tenggang waktu 14 ( empat belas ) hari, setelah itu
permohonan tersebut dicatat dalam buku daftar, selanjutnya panitera
akan memberikan tanda terima atas penerimaan memori kasasi dan
menyampaikannya pada pihak lawan dalam waktu selambat – lambatnya
30 ( tiga puluh ) hari.
- Pihak lawan setelah menerima salinan memori kasasi dari panitera,
membuat surat jawaban atas memoeri kasasi , dan diberikan ke panitera
dalam tenggang waktu 14 ( empat belas ) hari sejak tanggal penerimaan
memori kasasi tersebut ( Pasal 47 UUMA ).
- Setelah panitera menerima memori kasasi dan jawaban terhadap
memori kasasi tersebut, panitera mengirimkan permohonan kasasi,
memori kasasi, dan jawaban atas memori kasasi, serta berkas sengketa
ke Mahkamah Agung dalam waktu selambat lambatnya 30 ( tiga puluh )
hari.
- Setelah permohonan kasasi beserta berkasnya diterima oleh
Panitera Mahkamah Agung mencatat permohonan kasasi tersebut dalam
buku daftar dengan nomor urut menurut tanggal penerimaannya,
membuat catatan singkat tentang isinya dan melaporkannya pada
Mahkamah Agung.
- Pemeriksaan ditingkat kasasi dilakukan hanya berdasarkan surat –
surat, hanya jika dipandang perlu Mahkamah Agung dapat mendengar
sendiri para pihak atau para saksi atau memerintahkan Pengadilan Tata
Usaha Negara atau Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara yang
memutus sengketa tersebut untuk men dengar kembali para pihak atau
para saksi ( Pasal 50 UUMA ).
- Apabila Mahkamah Agung mengabulkan permohonan kasasi dengan
alasan Pengadilan yang memeriksa dan memutus sengketa tersebut telah
salah menerapkan atau telah melanggar hukum yang berlaku atau lalai
memenuhi syarat – syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang –
undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang
bersangkutan, maka Mahkamah Agung akan memeriksa dan memutus
sendiri sengketa yang dimohonkan kasasi tersebut ( Pasal 51 UUMA ).
- Salinan putusan Mahkamah Agung terhadap sengketa yang dimohon
kasasi tersebut dikirimkan kepada Ketua Pengadilan yang memeriksa dan
memutus sengketa tersebut pada tingkat pertama, dan oleh Pengadilan
tingkat pertama tersebut diberitahukan kepada para pihak yang
bersengketa selambat – lambatnya 30 ( tiga puluh ) hari setelah putusan
dan berkas sengketa diterima kembali oleh Pengadilan tingkat pertama
tersebut ( pasal 53 UUMA ).
6. Apa yang dilakukan oleh pemohon kasasi ?
Yang harus dilakukan oleh pemohon kasasi yaitu :
a. Permohonan kasasi diajukan oleh pihak yang bersengketa atau
wakilnya yang khusus dikuasakan untuk dalam sengketa Tata Usaha
Negara yang telah diperikasa dan diputus oleh Pengadilan Tinggi Tata
Usaha Negara ( Pasal 44 UUMA ).
b. Permohonan kasasi disampaikan secara tertulis atau lisan melalui
panitera.
c. Pemohon wajib menyampaikan memori kasasi yang memuat alasan
– alasan, dalam tenggang waktu 14 ( empat belas ) hari, setelah itu
permohonan tersebut dicatat dalam buku daftar, selanjutnya panitera
akan memberikan tanda terima atas penerimaan memori kasasi dan
menyampaikannya pada pihak lawan dalam waktu selambat – lambatnya
30 ( tiga puluh ) hari.
7. Apa yang harus dilakukan oleh termohon kasasi ?
Yang harus dilakukan oleh termohon kasasi yaitu :
Pihak termohon kasasi, setelah menerima salinan memori kasasi dari
panitera, membuat surat jawaban atas memoeri kasasi , dan diberikan ke
panitera dalam tenggang waktu 14 ( empat belas ) hari sejak tanggal
penerimaan memori kasasi tersebut ( Pasal 47 UUMA ).
8. Upaya Hukum luar biasa peninjauan kembali :
a. sebutkan alasan PK !
b. berapa lama tenggang waktu untuk mengajukan PK dari masing-
masing enam macam alasan tersebut ?
Jawab :
Menurut pasal 67 :
1) a. apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu
muslihat pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau
didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh hakim pidana dinyatakan
palsu;
2) b. apabila setelah perkara diputus, ditemukan surat-surat bukti yang
bersifat menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat
ditemukan;
3) c. apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih
dari pada yang dituntut;
4) d. apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan belum diputus
tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya;
5) e. apabila antara pihak-pihak yang sama mengenai suatu soal yang
sama, atas dasar yang sama oleh Pengadilan yang sama atau sama
tingkatnya telah diberikan putusan yang bertentangan satu dengan yang
lain;
6) f. apabila dalam suatu putusan terdapat suatu kekhilafan Hakim
atau suatu kekeliruan yang nyata.
Berapa lama tenggang waktu untuk mengajukan peninjauan kembali dari
masing – masing alasan tersebut ?
Jawab :
Menurut pasal 69
Tenggang waktu pengajuan permohonan peninjauan kembali yang
didasarkan atas alasan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 67 adalah
180 (seratus delapan puluh) hari untuk:
a. yang disebut pada huruf a sejak diketahui kebohongan atau tipu
muslihat atau sejak putusan Hakim pidana memperoleh kekuatan hukum
tetap, dan telah diberitahukan kepada para pihak yang berperkara;
b. yang disebut pada huruf b sejak ditemukan surat-surat bukti, yang hari
serta tanggal ditemukannya harus dinyatakan di bawah sumpah dan
disahkan oleh pejabat yang berwenang;
c. yang disebut pada huruf c, d, dan f sejak putusan memperoleh
kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan kepada para pihak yang
berperkara;
d. yang tersebut pada huruf e sejak putusan yang terakhir dan
bertentangan itu memperoleh kekuatan hukum tetap dan telah
diberitahukan kepada pihak yang berperkara.
V. EKSEKUSI
1. Apa yang dimaksud dengan eksekusi ?
Jawab :
- Pengertian eksekusi yaitu pelaksanaan putusan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap, yaitu suatu putusan yang tidak
dapat diubah lagi melalui suatu upaya hukum ( Pasal 115 UUPTUN ).
2. Bagaimana tata cara mengajukan permohonan eksekusi ?
Jawab :
- tata cara mengajukan permohonan eksekusi :
1. Penyampaian salinan putusan Pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap oleh Panitera atas perintah Ketua Pengadilan yang
mengadilinya pada tingkat pertama kepada para pihak dengan surat
tercatat selambat – lambatnya dalam waktu 14 ( empat belas ) hari.
2. Setelah 4 ( empat ) bulan sejak salinan putusan Pengadilan tersebut
dikirimkan kepada tegugat tidak melaksanakan kewajibannya
sebagaimana dimaksud dalam pasal 97 ayat ( 9 ) huruf a, yaitu mencabut
Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan, maka Keputusan Tata
Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan tidak mempunyai
kekuatan hukum lagi.
3. Sesudah 3 ( tiga ) bulan sejak putusan Pengadilan tersebut
diberitahukan kepada tergugat ternyata kewajiban tersebut tidak
dilaksanakan oleh tergugat, maka penggugat mengajukan permohonan
kepada Ketua Pengadilan yang besangkutan agar Ketua Pengadilan
memerintahkan tergugat untuk melaksanakan putusan Pengadilan
tersebut.
4. sesudah tergugat diperintahkan oleh Ketua Pengadilan untuk
melaksanakan putusan Pengadilan tersebut, ternyata tidak mau
melaksanakan putusan Pengadilan tersebut, ternyata tidak
mau melaksanakan, maka Ketua Pengadilan mengajukan hal ini kepada
instansi atasan tergugat menurut jenjang jabatan.
5. Dua bulan sesudah instansi tersebut menerima pemberitahuan dari
Ketua Pengadilan, harus telah memerintahkan kepada Pejabat
bawahannya ( tergugat ) untuk melaksanakan putusan pengadilan
tersebut. ( Pasal 116 UUPTUN ).
6. Sesudah melibatkan instansi atasan dari tergugat, ternyata putusan
Pengadilan tersebut belum bisa dilaksanakan, maka dalam hal ini
terpaksa adanya campur tangan dari Presiden sebagai Kepala
Pemerintahan. Apabila kegagalan pelaksanaan putusan Pengadilan
tersebut disebabkan karena instansi atasan dari tergugat setelah lewat
waktu 2 ( dua ) bulan tetap tidak memerintahkan Pejabat bawahannya
( tergugat ) untuk melaksanakan putusan Pengadilan tersebut, maka
Ketua Pengadilan yang besangkutan mengajukan hal ini kepada Presiden.
7. Apabila tidak juga dilaksanakan juga maka dapat dikorankan
3. Bagaimana tatacara ketua pengadilan melaksanakan atau eksekusi
putusan pengadilan ?
Jawab :
- Tata cara Ketua Pengadilan melaksanakan eksekusi putusan
Pengadilan :
1. Ketua Pengadilan memerintahkan kepada Panitera untuk
penyampaian salinan Putusan Pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap, kepada para pihak dengan surat tercatat selambat
– lambatnya dalam waktu 14 ( empat belas ) hari.
2. Ketua Pengadilan memrintahkan kepada Panitera untuk
mengirimkan Putusan Pengadilan tersebut kepada tergugat apabila
setelah 4 ( empat ) bulan tidak melaksanakan kewajibannya sebagimana
yang dimaksud dalam Pasal 97 ayat ( 9) huruf a.
3. Apaila setelah 3 ( tiga ) bulan setelah putusan Pengadilan tersebut
diberitahukan kepada tergugat tetapi tergugat tidak juga melaksanakan,
maka Ketua Pengadilan yang bersangkutan akan memerintahkan trgugat
untuk melaksanakan putusan Pengadilan tersebut.
4. Ketua Pengadilan akan mengajukan kepada instansi atasan tergugat
menurut jenjang jabatannya.
5. Apabila masih juga belum dilaksanakan putusan Pengadilan tersebut
oleh tergugat, setelah diajukan kepada instansi atasan tergugat, maka
Ketua Pengadilan akan mengajukan hal ini kepada Presiden.
4. Bagaimana apabila pejabat TUN tidak melaksanakan putusan
pengadilan ?
Jawab :
a. Apabilla Sesudah 3 ( tiga ) bulan sejak putusan Pengadilan tersebut
diberitahukan kepada tergugat ternyata kewajiban tersebut tidak
dilaksanakan oleh tergugat, maka penggugat mengajukan permohonan
kepada Ketua Pengadilan yang besangkutan agar Ketua Pengadilan
memerintahkan tergugat untuk melaksanakan putusan Pengadilan
tersebut.
b. Sesudah tergugat diperintahkan oleh Ketua Pengadilan untuk
melaksanakan putusan Pengadilan tersebut, ternyata tidak mau
melaksanakan putusan Pengadilan tersebut, ternyata tidak
mau melaksanakan, maka Ketua Pengadilan mengajukan hal ini kepada
instansi atasan tergugat menurut jenjang jabatan.
c. Dua bulan sesudah instansi tersebut menerima pemberitahuan dari
Ketua Pengadilan, harus telah memerintahkan kepada Pejabat
bawahannya ( tergugat ) untuk melaksanakan putusan pengadilan
tersebut. ( Pasal 116 UUPTUN ).
d. Sesudah melibatkan instansi atasan dari tergugat, ternyata putusan
Pengadilan tersebut belum bisa dilaksanakan, maka dalam hal ini
terpaksa adanya campur tangan dari Presiden sebagai Kepala
Pemerintahan. Apabila kegagalan pelaksanaan putusan Pengadilan
tersebut disebabkan karena instansi atasan dari tergugat setelah lewat
waktu 2 ( dua ) bulan tetap tidak memerintahkan Pejabat bawahannya
( tergugat ) untuk melaksanakan putusan Pengadilan tersebut, maka
Ketua Pengadilan yang besangkutan mengajukan hal ini kepada Presiden.
e. Apabila tidak juga dilaksanakan juga maka dapat dikorankan.
5. Bagaimana eksekusi pembayaran ganti rugi ?
Jawab :
- Dalam hal putusan Pengadilan berisi kewajiban membayar ganti rugi, 3
( tiga ) hari sesudah putusan memperoleh kekuasaan hukum tetap,
salinan putusan tersebut dikirimkan kepada penggugat dan tergugat,
dalam waktu yang sama salinan putusan tersebut juga dikirimkan kepada
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang dibebani kewajiban ganti
rugi tersebut.
- Menurut pasal 120 ayat ( 3 ) Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1986,
besarnya ganti rugi beserta tata cara pelaksanaan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat ( 10 ) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah ( Pasal 120 UUPTUN ).
- Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang ganti rugi ini adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1991, :
“ pemerintah menetapkan besarnya ganti rugi yang dapat diberikan,
paling kecil Rp. 250.000,- ( dua ratus lima puluh ribu rupiah ), dan paling
besar Rp. 5.000.000,- ( lima juta rupiah ).
Ganti rugi yang dibebankan kepada Badan – badan Tata Usaha Negara
Pusat, dibayar melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
sedangkan ganti rugi yang dibebankan kepada Badan – badan Tata Usaha
Daerah ( APBD ). Tata cara pembayaran ganti rugi yang dibayar melalui
APBN lebih lanjut akan diatur oleh Menteri Keuangan, sedangkan tata cara
pembayaran ganti rugi yang dibayar melalui APBD, lebih lanjut akan
diatur oleh Menteri Dalam Negeri.
6. Bagaimana eksekusi rehabilitasi ?
Jawab :
- Dalam suatu sengketa kepegawaian gugatan dikabulkan dengan
disertai memberikan rehabilitasi, maka dalam waktu 3 ( tiga ) hari, salinan
putusan Pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap
dikirimkan kepada penggugat dan tergugat, dan salinan putusan
tersebuut dikirimkan ke Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang akan
melaksanakan rehabilitasi tersebut dalam waktu 3 ( tiga ) hari setelah
putusan tersebut mempunyai kekuatan hukum tetap.
- Rehabilitasi ini diberikan dengan tujuan untuk memulihkan hak
penggugat dalam kemampuan, harkat dan martabatnya sebagai
Pegawai Negeri seperti semula dan dalam hal ini termasuk hak yang
menyangkut suatu jabatan ( Pasal 121 UUPTUN).