Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
TUGAS TRIWULAN I
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SBI 561)
“Konversi Sistem Informasi : Macam dan Kendalanya”
Oleh :
Nudiya Khairunnisa
K25161100
Untuk memenuhi salah satu persyaratan kurikuler pada Program Studi Magister
Manajemen dan Bisnis Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor
PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS
SEKOLAH BISNIS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, penulis yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Bekasi, Februari 2017
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. iii
I. PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2. Tujuan............................................................................................................................... 1
II. PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 2
2. 1. Sistem Informasi .............................................................................................................. 2
2. 2. Sistem Informasi Manajemen........................................................................................... 3
2. 3. Konversi Sistem ............................................................................................................... 6
2.3.1. Metode untuk Mengkonversi Sistem ........................................................................... 6
2.3.2. Metode untuk Mengkonversi File Data yang Ada....................................................... 9
2. 4. Kendala Implementasi Konversi Sistem Informasi ........................................................ 10
III. PENUTUP.......................................................................................................................... 13
3.1. Kesimpulan..................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 13
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Konversi dari suatu sistem ke sistem baru sering kali dilakukan, baik berupa pergantian
perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software). Konversi dilakukan oleh user atau
manajemen tentunya dengan harapan adanya peningkatan performa dan kinerja sistem informasi.
Namun pada kenyataannya, tidak semua proses konversi berjalan dengan baik. Kegagalan dalam
proses konversi dapat menimbulkan kekecewaan dan butuh waktu yang lama untuk
memperbaikinya. Tindakan antisipasi wajib dilakukan sebelum memulai konversi sistem, yakni
dengan mempersiapkan proses konversi dengan baik dan mengacu pada metode-metode yang
sudah dikaji sebelumnya.
Faktor utama yang mengacu kegagalan konversi adalah proses mengkonversi yang dilakukan
dengan tidak benar. Banyak yang menganggap remeh migrasi dan konversi data sehingga saat
sistem go life untuk pertama kalinya muncul kekacauan. Tak hanya itu, belum siapnya sumber
daya dalam pengaplikasian sistem baru menjadi kendala lainnya. Kesalahan prosedur dan tidak
sesuainya sistem yang ada dengan kegunaan user akan mempersulit kinerja yang sudah ada dan
pada akhirnya memerlukan banyak waktu. Oleh karena itu proses implementasi biasanya
memerlukan usaha Project Management yang harus mendukung rencana proyek mencakup
tanggung jawab kerja, jadwal tahap-tahap utama, dan anggaran keuangan.
Dalam memimpin proyek konversi tentunya seorang Project Manager harus memahami
proses konversi untuk menetapkan tujuan projectnya. Melalui makalah ini penulis mencoba
mengulas tentang konversi sistem informasi, proses, dan kendala yang akan dihadapi.
1.2. Tujuan
a. Mengetahui pengertian dan tahapan konversi sistem.
b. Mengetahui jenis-jenis konversi dan kendala dalam proses konversi sistem.
2
II. PEMBAHASAN
2. 1. 2.1. Sistem Informasi
Sistem Informasi adalah kombinasi dari teknologi informasi dan aktivitas orang yang
menggunakan teknologi itu untuk mendukung operasi dan manajemen. Sistem informasi
merupakan gabungan dari berbagai resources baik hardware, software, netware, brainware, dan
data. Dalam sistem informasi juga ada input, model, proses, output, penyimpanan dan control,
sehingga sistem informasi dapat digunakan untuk merencanakan, mengolah, mengendalikan serta
meracik data dalam suatu organisasi berdasarkan critical sukses untuk menentukan keberhasilan
perusahaan.
Sistem informasi memiliki banyak peranan dalam suatu organisasi/institusi/perusahaan
diantaranya adalah: turut serta dalam pelaksanaan tugas rutin; mengaitkan perencanaan,
pengerjaan, dan pengendalian dalam sistem; mengkoordinasikan subsistem-subsistem; dan
mengintegrasikan subsistem-subsistem yang ada. Selain memiliki banyak peranan, sistem
informasi memiliki banyak kemampuan juga, dimana dengan kemampuan yang dimiliki
diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya-biaya tertentu, meningkatkan
servis terhadap konsumen, dan yang tidak kalah pentingnya adalah adanya peningkatan dalam
pengambilan keputusan. Kemampuan yang dimiliki oleh sistem informasi, antara lain:
1. Melaksanakan komputasi numerik, bervolume besar dengan kecepatan tinggi
2. Menyimpan informasi dalam jumlah besar ke dalam ruang yang kecil dan mudah diakses.
3. Menyajikan informasi dengan jelas
4. Meng-otomatisasi proses-proses yang manual
5. Menyediakan komunikasi dalam dan antar organisasi yang murah, akurat, dan cepat.
Secara garis besar sistem informasi dikelompokkan menjadi 2, yaitu sistem informasi
digunakan untuk mendukung operasional dan sistem informasi yang mendukung manajemen.
Secara lebih jelas dapat terlihat pada Gambar 1.
3
2. 2. 2.2. Sistem Informasi Manajemen
Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan sistem informasi yang digunakan untuk
mendukung manajemen. Output dari SIM berupa informasi dalam bentuk laporanlaporan yang
disajikan untuk level manajemen tertentu. Karena SIM ini merupakan salah satu sistem informasi
yang mendukung kerja manajerial, maka perlu diketahui hal-hal yang berkaitan dengan
manajemen dimulai dari pembagian level manajemen sampai dengan tipe informasi yang disajikan
bagi level manajemen tertentu. Ini menjadi bagian yang sangat penting terutama jika dikaitkan
dengan bagaimana merancang suatu sistem informasi manajemen bagi organisasi/instansi/
institusi/perusahaan.
Membangun Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Metodologi pengembangan sistem merupakan metodologi yang digunakan untuk
mengembangkan suatu sistem informasi, yaitu suatu proses standar yang diikuti untuk
melaksanakan seluruh langkah yag diperlukan untuk menganalisa, merancang,
mengimplementasikan, dan memelihara sistem informasi. Daur hidup dari pengembangan sistem
ini disebut dengan daur hidup pengembangan sistem (SDLC = System Development Life Cycle).
Tahapan-tahapan dalam SDLC dapat terlihat di Gambar 2.
4
Analisis Sistem
Analisis sistem dilakukan karena adanya permintaan sistem yang baru. Tujuan utama analisis
sistem adalah menentukan hal-hal detil terkait dengan apa yang akan dikerjakan oleh sistem. Tahap
Analisis Sistem ini meliputi studi kelayakan dan analisis kebutuhan. Studi kelayakan meliputi:
1. Penentuan masalah
2. Pembentukan sasaran sistem
3. Pengidentifikasian pemakai sistem
4. Pembentukan lingkup sistem
Analisis kebutuhan dimaksudkan untuk menghasilkan spesifikasi kebutuhan, yaitu
spesifikasi rinci tentang hal-hal yang akan dilakukan oleh sistem ketika diimplementasikan.
Analisis kebutuhan diperlukan, karena dengan adanya analisis kebutuhan diharapkan dapat untuk
menentukan:
a. Masukan yang diperlukan sistem
b. Keluaran yang dibutuhkan
c. Lingkup proses
d. Volume data yang ditangani sistem
Gambar 2.
5
e. Kategori pemakai sistem
f. Kontrol sistem
Desain Sistem
Desain sistem dilakukan setelah proses analisis sistem dikerjakan. Perancangan sistem ini
dibagi menjadi dua kelompok :
1. Perancangan konsepsual :
a. Evaluasi alternatif rancangan menentukan alternatif-alternatif rancangan yang bisa dipakai
b. Penyiapan spesifikasi rancangan meliputi keluaran, penyimpan data, masukan, prosedur
pemrosesan dan operasi
c. Penyiapan laporan
2. Perancangan fisik :
a. Rancangan keluaran : bentuk laporan dan rancangan dokumen
b. Rancangan masukan : rancangan layar untuk pemasukan data
c. Rancangan antar muka : sistem - pemakai
d. Rancangan platform : perangkat lunak dan perangkat keras
e. Rancangan basisdata
f. Rancangan modul : cara sistem bekerja
g. Rancangan kontrol : validasi dan otorisasi
h. Dokumentasi : awal proses – perancangan fisik
i. Rencana pengujian : rencana untuk menguji sistem
j. Rencana konversi : sistem lama à sistem baru
Implementasi Sistem
Aktivitas-aktivitas yang ada dalam fase implementasi sistem meliputi :
1. Pemrograman dan pengujian
2. Instalasi perangkat keras dan perangkat lunak
3. Pelatihan/training kepada pemakai
4. Pembuatan dokumentasi : pengembangan, operasi, pemakai
5. Konversi : konversi paralel, konversi langsung, konversi pilot, konversi modular/bertahap
6
2. 3. 2.3. Konversi Sistem
Konversi sistem merupakan tahapan yang digunakan untuk mengoperasikan sistem baru
dalam rangka menggantikan sistem yang lama atau proses pengubahan dari sistem lama ke sistem
baru. Derajat kesulitan dan komplesitas dalam pengkonversian dari sistem lama ke sistem baru
tergantung pada sejumlah faktor. Jika sistem baru merupakan paket perangkat lunak terbungkus
(canned) yang akan berjalan pada komputer yang baru, maka konversi relatif mudah. Jika konversi
memanfaatkan perangkat lunak terkostumisasi baru, database baru, perangkat komputer dan
perangkat lunak kendali baru, jaringan baru dan perubahan drastis dalam prosedurnya, maka
konversi menjadi agak sulit dan menantang.
2.3.1. Metode untuk Mengkonversi Sistem
Ada empat metode konversi sistem, yaitu :
1) Konversi langsung (Direct Conversion),
2) Konversi parallel (Parallel Conversion),
3) Konversi bertahap (Phase-In Conversion),
4) Konversi Pilot (Pilot Conversion).
Gambar 3. Representasi Grafik Metode Konversi Sistem
7
A. Konversi Langsung (Direct Conversion)
Konversi ini dilakukan dengan cara menghentikan sistem lama dan menggantikannya dengan
sistem baru. Cara ini merupakan yang paling beresiko tetapi biayanya cukup rendah. Konversi
langsung adalah pengimplementasian sistem baru dan pemutusan jembatan sistem lama, yang
kadang-kadang disebut dengan pendekata cold turkey. Apabila konversi telah dilakukan, maka
tidak ada cara untuk kembali ke sistem lama. Pendekatan atau cara konversi ini akan bermanfaat
bila :
Sistem tersebut tidak mengganti sistem lain
Sistem yang lama sepenuhnya tidak bernilai
Sistem yang baru bersifat kecil atau sederhana atau keduanya
Rancangan sistem baru sangat berbeda dari sistem lama, dan perbandingan antara sistem-
sistem tersebut tidak berarti
Kelebihan :
Relatif tidak mahal.
Kelemahan :
Mempunyai resiko kegagalan yang tinggi.
B. Konversi Paralel (Parallel Conversion)
Pada konversi ini sistem baru dan sistem lama sama-sama dijalankan. Setelah melalui masa
tertentu, jika sistem baru telah bisa diterima untuk menggantikan sistem lama, maka sistem lama
segera dihentikan. Cara seperti ini merupakan pendekatan paling aman, tetapi merupakan cara
paling mahal, karena user harus menjalankan dua sistem sekaligus. Konversi parallel merupakan
suatu pendekatan dimana baik sistem lama dan baru beroperasi secara serentak untuk beberapa
periode waktu. Metode ini merupakan kebalikan dari metode konversi langsung. Dalam metode
konversi parallel, output dari masing-masing sistem tersebut dibandingkan, dan perbedaannya
direkonsiliasi. Ketika proses konversi suatu sistem baru melibatkan operasi parallel, maka orang-
orang pengembangan sistem harus merencanakan untuk melakukan peninjauan berkala dengan
personel operasi dan pemakai untuk mengetahui kinerja sistem tersebut. Mereka harus menetukan
tanggal atau waktu penerimaan dalam tempo yang wajar dan memutus sistem lama.
8
Kelebihan :
Memberikan derajat proteksi yang tinggi kepada organisasi dari kegagalan sistem baru.
Kelemahan :
Besarnya biaya untuk penduplikasian fasilitas-fasilitas dan biaya personel yang memelihara
(maintain) sistem rangkap tersebut.
C. Konversi Bertahap (Phase-In Conversion)
Konversi dilakukan dengan menggantikan suatu bagian dari sistem lama dengan sistem baru.
Jika terjadi sesuatu, bagian yang baru tersebut akan diganti kembali dengan yang lama. Jika tidak
terjadi masalah, modul-modul baru akan dipasangkan lagi untuk mengganti modul-modul lama
yang lain. Dengan pendekatan seperti ini, akhirnya semua sistem lama akan tergantikan oleh sistem
baru. Konversi phase-in lebih aman daripada konversi langsung.
Dengan metode konversi phase-in, sistem baru diimplemetasikan beberapa kali, yang secara
sedikit demi sedikit menggati yang lama. Metode ini menghindarkan dari resiko yang ditimbulkan
oleh konversi langsung dan memberikan waktu yang banyak kepada pemakai untuk mengasimilasi
perubahan. Untuk menggunakan metode phase-in, sistem harus disegmentasi.
Contoh :
Aktivitas pengumpulan data baru diimplementasikan, dan mekanisme interface dengan sistem
lama dikembangkan. Interface ini memungkinkan sistem lama beroperasi dengan data input baru.
Kemudian aktivitas-aktivitas akses database baru, penyimpanan, dan pemanggilan
diimplementasikan. Sekali lagi, mekanisme interface dengan sistem lama dikembangkan. Segmen
lain dari sistem baru di-install sampai keseluruhan sistem diimplementasikan.
Kelebihan :
Kecepatan perubahan dalam organisasi tertentu bisa diminimasi, dan sumber-sumber pemrosesan
data dapat diperoleh sedikit demi sedikit selama periode waktu yang luas.
Kelemahan :
Keperluan biaya untuk mengembangkan interface temporer dengan sistem lama, daya terapnya
terbatas, dan terjadi kemunduran semangat di organisasi, sebab orang-orang tidak pernah merasa
menyelesaikan sistem.
9
D. Konversi Pilot (Pilot Conversion)
Pendekatan ini dilakukan dengan cara menerapkan sistem baru hanya pada lokasi tertentu
yang dilakukan sebagai pelopor. Jika konversi ini dianggap berhasil, maka akan diperluas ke
tempat-tempat lain. Ini merupakan pendekatan dengan biaya dan resiko yang rendah. Dengan
metode konversi pilot, hanya sebagaian dari organisasi yang mencoba mengembangkan sistem
baru. Jika metode phase-in mensegmentasi sistem, metode pilot mensegmentasi organisasi.
Contoh :
Salah satu kantor cabang atau pabrik, misalnya berfungsi sebagai ‘base’ tempat pengujian sistem
baru. Sebelum sistem baru diimplementasikan ke seluruh organisasi, sistem pilot harus
membuktikan diri di tempat pengujian tersebut.
Metode konversi ini lebih sedikit beresiko dibandingkan dengan metode langsung, dan lebih
murah dibandingkan dengan metode parallel. Segala kesalahan dapat dilokalisir dan dikoreksi
sebelum implementasi lebih jauh dilakukan. Apabila sistem baru melibatkan prosedur baru dan
perubahan yang drastis dalam hal perangkat lunaknya, metode pilot ini akan lebih cocok
digunakan. Selain berfungsi sebagai tempat pengujian (test site), sistem pilot juga digunakan untuk
melatih user dari organisasi dalam menghadapi lingkungan real/live sebelum sistem tersebut
diimplementasikan di lokasi mereka sendiri.
2.3.2. Metode untuk Mengkonversi File Data yang Ada
Keberhasilan konversi sistem sangat tergantung pada seberapa jauh profesional sistem
menyiapkan penciptaan dan pengkonversian file data yang diperlukan untuk sistem baru. Dengan
mengkonversi suatu file, maksudnya adalah file yang telah ada (existing) harus dimodifikasi
setidaknya dalam :
Format file tersebut
Isi file tersebut
Media penyimpanan dimana file ditempatkan
Dalam suatu konversi sistem, kemungkinan beberapa file bisa mengalami ketiga aspek
konversi tersebut secara serentak. Ada dua metode dasar yang bisa digunakan untuk menjalankan
konversi file :
10
Konversi File Total dapat digunakan bersama dengan semua metode konversi file
sistem
Konversi File Gradual digunakan untuk metode parallel dan phase-in. Dalam beberapa
contoh, konversi file ini juga digunakan dengan metode pilot. Umumnya metode
konversi file ini tidak bisa diterapkan untuk metode langsung.
2. 4. 2.4. Kendala Implementasi Konversi Sistem Informasi
Konversi sistem informasi yang lama menjadi sistem informasi baru bisa berhasil dan juga
bisa gagal. Hal itu dipengaruhi oleh stakeholder yang terlibat dalam pembuatan dan implementasi
sistem informasi tersebut. Misalnya dalam pembuatan sistem informasi berupa ERP. Ada beberapa
hal yang menjadi penyebab utama kegagalan proyek ERP. Dalam hampir semua kasus, para
manajer bisnis dan ahli TI dari perusahaan ini meremehkan kerumitan perencanaan,
pengembangan, dan pelatihan yang dibutuhkan untuk bersiap-siap menghadapi sistem ERP baru
yang akan secara radikal mengubah proses bisnis dan sistem informasi mereka.
Kegagalan untuk melibatkan para karyawan yang terkena dampak dalam tahap perencanaan
dan pengembangan serta program manajemen perubahan, atau mencoba untuk melakukan terlalu
banyak hal dengan cara yang terlalu cepat pada proses konversi, adalah penyebab-penyebab umum
dari kegagalan proyek ERP. Pelatihan yang tidak memadai dalam berbagai tugas pekerjaan baru
yang dibutuhkan oleh sistem ERP, dan kegagalan konversi data dan pengujian yang cukup atas
data, adalah penyebab lain dari kegagalan. Dalam banyak kasus, kegagalan ERP juga disebabkan
karena perusahaan atau manajemen TI terlalu mempercayai berbagai pernyataan yang diberikan
para penjual software ERP atau bantuan dari perusahaan konsultan prestisius yang dipekerjakan
untuk memimpin implementasi tersebut.
Pengalihan sistem informasi dari sistem yang lama ke sistem yang baru dapat berakibat fatal,
terjadi karena
1. Belum siapnya sumber daya untuk mengaplikasikan sistem yang baru.
2. Sistem baru sudah terpasang, namun terdapat kesalahan prosedur dalam pelaksanaanya,
sehingga perubahan tidak dapat terjadi. Sehingga keberadaan sistem baru justru
mempersulit kinerja yang sudah ada.
3. Perencanaan dan aplikasi sistem Informasi tidak memiliki arah dan tahapan yang baik.
11
4. Tidak ada komunikasi yang baik di antara vendor sebagai penyedia TI dengan perusahaan
sebagai pengguna, sehingga sistem baru yang terbentuk menjadi tidak sesuai dengan
kebutuhan pengguna.
5. Perusahaan memandang perubahan teknologi merupakan hal yang harus dilakukan agar
perusahaan tidak ketinggalan zaman. Namun sebenarnya perusahaan tidak membutuhkan
teknologi tersebut.
6. Level kematangan perusahaan terhadap TI masih rendah.
7. Fenomena ini terjadi karena dengan adanya perubahan dari sistem lama ke sistem baru
maka akan terjadi keadaan dimana karyawan menghadapi masa transisi yaitu keharusan
menjalani adaptasi yang dapat berupa adaptasi teknikal (skill, kompetensi, proses kerja),
kultural (perilaku, mind set, komitmen) dan politikal (munculnya isu efisiensi
karyawan/PHK,sponsorship/dukungan top management). Dengan adanya ketiga hal ini
maka terjadi saling tuding di dalam organisasi, dimana manajemen puncak menyalahkan
bawahan yang bertanggung jawab, konsultan, vendor bahkan terkadang peranti TI itu
sendiri.
Langkah-langkah preventif yang dilakukan agar kesalahan alih sistem informasi dapat
dihindari:
1. Lihat kembali dan koreksi visi yang ingin di bangun, pelajari implementasi apa yang belum
maksimal dan latih sumber daya manusia agar mampu mengoptimalkan peranti yang sudah
dibeli. Hal ini hanya akan mungkin untuk dilaksanakan apabila pimpinan perusahaan
mengetahui tentang TI/sedikit tentang TI, sehingga dia paham apa yang ingin dicapai
perusahaannya dengan mengaplikasikan TI ini.
2. Harus menciptakan sinergisme diantara subsistem-subsistem yang mendukung
pengoperasian sistem sehingga akan terjadi kerjasama secara terintegrasi diantara
subsistem-subsistem ini. Asumsi hanya akan tercapai apabila para perancang sistem ini
mengetahui masalah-masalah informasi apa yang ada di perusahaan dan yang harus segera
di selesaikan. Biasanya para perancang sistem ini akan mulai pada tingkat perusahaan,
selanjutnya turun ke tingkat-tingkat sistem.
3. Para perancang Sistem Informasi harus menyadari bagaimana rasa takut di pihak pegawai
maupun manajer dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan proyek pengembangan
dan sistem operasional. Manajemen perusahaan, dibantu oleh spesialis informasi, dapat
12
mengurangi ketakutan ini dan dampaknya yang merugikan dengan mengambil empat
langkah berikut :
a. Menggunakan komputer sebagai suatu cara mencapai peningkatan pekerjaan (job
enhancement) dengan memberikan pada komputer tugas yang berulang dan
membosankan, serta memberikan pada pegawai tugas yang menantang kemampuan
mereka.
b. Menggunakan komunikasi awal untuk membuat pegawai terus menyadari maksud
perusahaan. Pengumuman oleh pihak manajemen puncak pada awal tahap analisis
dan penerapan dari siklus hidup sistem merupakan contoh strategi ini.
c. Membangun hubungan kepercayaan antara pegawai, spesialisasi informasi dan
manajemen. Hubungan tersebut tercapai dengan sikap jujur mengenai dampak-
dampak dari sistem komputer dan dengan berpegang pada janji. Komunikasi formal
dan penyertaan pemakai pada tim proyek mengarah pada tercapainya kepercayaan.
Menyelaraskan kebutuhan pegawai dengan tujuan perusahaan. Pertama, identifikasi
kebutuhan pegawai, kemudian memotivasi pegawai dengan menunjukkan pada mereka bahwa
bekerja menuju tujuan perusahaan juga membantu mereka memenuhi kebutuhan mereka.
13
III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Tahap implementasi pada sebuah sistem informasi merupakan tahap di mana sistem yang
telah dirancang pada tahap sebelumnya diterapkan, baik berupa perangkat keras maupun perangkat
lunak yang digunakan. Dengan penerapan sistem yang dirancang, hasilnya dapat dioperasikan dan
digunakan secara optimal sesuai kebutuhan. Tahap konversi sistem bersifat urgen di mana
walaupun sistem telah didesain dan digunakan dengan baik, kesuksesan sistem informasi
tergantung dari seberapa baik konversi sistem yang dilakukan.
Dalam pemilihan pendekatan konversi implementasi sistem informasi manajemen, harus
menentukan sendiri strategi konversi yang mana yang cocok diterapkan pada perusahaan, karena
setiap perusahaan adalah unik dan memiliki kemampuan dan keterbatasan yang tidak sama.
Strategi mengurangi resiko kegagalan yang terjadi saat pengalihan atau konversi sistem yang dapat
dilakukan yaitu: Konversi Langsung (Direct Conversion/Plunge Strategy), Konversi Paralel
(Parallel Conversion), Konversi Bertahap (Phased Conversion), Konversi Pilot (Pilot
Conversion).
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, R, Sari, I. 2012. Sistem Informasi : Dari Konsep Dasar Menuju Pengadaannya.
www.jogjaprov.go.id (diakses 15 Februari 2017).
Cortada, J. W. 1995. Total Quality Management: Terapan dalam Manajemen Sistem Informasi.
McGraw-Hill Book Co. Yogyakarta.
Hall, J.A, Tommie S,. 2007. Information Technlogy Auditing and Assurance, 2nd ed. South-
Westerns. 5 Shenton Way. (Penerjemah : Fitriasari, D., Deny A. K,. 2007. Audit Teknologi
Informasi dan Assurance, Edisi 2. Penerbit Salemba Empat. Jakarta).
Jogiyanto, 2003. Sistem Teknologi Informasi : Pendekatan Terintegrasi: Konsep Dasar,
Teknologi, Aplikasi, Pengembangan dan Pengelolaan. Penerbit Andi Yogyakarta,
Yogyakarta.
O’Brien, J.A. & Marakas, G.M. (2006). Introduction to Information Systems, 7th Ed., McGraw-
Hill/Irwin. New York.
Raharjo. B. 2002. Memahami Teknologi Informasi. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta
http//:riyanti.gunadarma.ac.id. Konversi Sistem. (diakses 15 Februari 2017).