Upload
cipta-mandala-putra
View
334
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
TUGAS INDIVIDU KOREKSIONAL
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Tahanan Negara (disingkat RUTAN) adalah tempat tahanan yang masih dalam
proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi,
dan Mahkamah Agung sesuai dengan pasal 19 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 1983 yang mengacu pada landasan Pancasila (landasan filosofi), Landasan
Operasional, Landasan Konstitusional serta prinsip-prinsip dalam KUHAP yang tidak boleh
disimpangi.
Rumah Tahanan Negara merupakan unit pelaksana teknis dibawah Kementrian Hukum dan
Hak Asasi Manusia (dahulu dikenal dengan Departemen Kehakiman).
Konsep pemasyarakatan sebagaimana yang dicetuskan Menteri Kehakiman DR Sahardjo SH
di Blitar 12 Januari 1962, dan sebagaimana yang dibahas dalam Konperensi Dinas Direktorat
Pemasyarakatan yang pertama di Lembang, Bandung (27 April 1964), sebagai konsep yang
menggantikan “boei” peninggalan kolonial menjadi konsep dengan sepuluh prinsip
pemasyarakatan:
1) Pengayoman, dengan memberikan kepadanya bekal hidup sebagai warga yang baik dan
berguna dalam masyarakat.
2) Menjatuhi pidana bukan tindakan balas dendam dari negara.
3) Tobat tidak dapat dicapai dengan penyiksaan, melainkan dengan bimbingan.
4) Negara tidak berhak membuat seseorang lebih buruk/lebih jahat daripada sebelum ia
masuk lembaga.
5) Selama kehilangan kemerdekaan bergerak, narapidana harus dikenalkan dengan
masyarakat dan tidak boleh diasingkan dari masyarakat.
6) Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana tidak boleh bersifat mengisi waktu, atau
hanya diperuntukkan kepentingan jawatan atau kepentingan Negara sewaktu-waktu saja.
7) Bimbingan dan didikan harus berdasarkan Pancasila.
8) Tiap orang adalah manusia dan harus diperlakukan sebagai manusia, meskipun ia telah
tersesat.
9) Narapidana hanya dijatuhi pidana kehilangan kemerdekaan sebagai satu-satunya derita
yang dapat dialami.
10) Disediakan dan dipupuk sarana-sarana yang dapatmen dengan fungsi-fungsi rehabilitatif,
korektif dan edukatif dalam sistem Pemasyarakatan.
Yang menjadi hambatan untuk melaksanakan Sistem Pemasyarakatan, ialah warisan rumah-
rumah penjara yang keadaannya menyedihkan, yang sukar untuk disesuaikan dengan tugas
Pemasyarakatan, yang letaknya di tengah-tengah kota dengan tembok yang tinggi dan tebal.
B. Narapidana
Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga
Pemasyarakatan (UU No. 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan). Narapidana seperti
halnya manusia pada umumnya mempunyai hak-hak yang juga harus dilindungi oleh
hukum. Hak-hak yang harus dilindungi tersebut terutama hak-hak yang sifatnya non-
derogable, yakni hak – hak yang tidak dapat diingkari atau diganggu gugat oleh siapapun
dan dalam keadaan apapun.
Adapun hak-hak asasi tersebut dalam pasal 4 Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999
dirinci sebagai berikut: Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi,
pikiran, dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui
sebagai pribadi dan persamaan dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut. Selanjutnya, dijabarkan lagi dalam Undang-undang Nomor 12
Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, yakni di antaranya: hak untuk memperoleh remisi,
hak beribadah, hak untuk mendapat cuti, hak untuk berhubungan dengan orang luar secara
terbatas, hak memperoleh pembebasan bersyarat, dan hak-hak lainnya seperti yang
tercantum dalam pasal 14 Undang-undang Pemasyarakatan.
Hak-hak Asasi manusia yang telah tersebut di atas, kemudian dijabarkan lagi dalam pasal
14 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, yaitu :
1. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaan
2. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani
3. Mendapatkan pendidikan dan pengajaan
4. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak
5. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media masaa lainnya yang tidak
larangan
6. Mendapat upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan
7. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum atau orang tertentu lainnya
8. Mendapat pengurangan masa pidana (remisi)
9. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga
10. Mendapatkan pembebasan bersyarat
11. Mendapatkan cuti menjelang bebas
12. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundnag-undangan yang berlaku.
C. Peranan-Peranan Pekerjaan Sosial Koreksional
Peranan Pekerja Sosial yang utama adalah membantu narapidana, tidak membalas dendam
atau menghukum, Pekerja Sosial mendayagunakan pengetahuan dan keterampilan dalam
kegiatan koreksi rehabilitasi individu. Membantu klien agar dapat kembali dan menjadi
bahagian masyarakat serta membimbing mereka agar percaya dengan dengan diri mereka
sendiri dan rekan-rekannya.
Eliot Studt (1959) mengatakan bahwa tugas Pekerja Sosial koreksional adalah
mendefenisikan perubahan nilai klien agar tindakan mereka selaras dengan nilai-nilai
masyarakat.
Newman (1961) mengatakan bahwa membimbing dan mendidik kembali orang yang
melakukan tingkah laku antisocial dan illegal merupakan sesuatu yang komplek dan
memerlukan waktu serta keterampilan.
Pekerja Sosial koreksional bekerja sebagai bagian dari team, termasuk diantaranya petugas
probasi dan parol, psikolog, psikiatris, konselor vokasional pendidik dan pihak lain dalam
memberi pelayanan dan membantu napi merubah perilakunya.
Peran Pekerja Sosial dalam membantu napi merubah pola tingkah lakunya agar konstruktif
dengan orang lain dan lingkungan sosialnya dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Bekerja dengan individu untuk membantu mereka berubah melalui pemahaman yang baik
mengenai diri , kekuatan dan sumber-sumber dalam diri sendiri.
2. Modifikasi lingkungan menjadi iklim social yang sehat, dimana ia akan tinggal dan hidup.
Didalam bekerja dengan individu dan lingkungan, pekerja sosial selalu menjaga kedekatan
dengan unit keluarga peran pekerja sosial pada system pemasyarakatan antara lain sebagai
berikut :
a. Konselor
Membantu narapidana menyadari kesalahan yang diperbuat, menghilangkan perasaan-
perasaan yang menekan kehidupan narapidana serta memberikan keyakinan dan bimbingan
bagi penyesuaian diri narapidana dan memberikan alternative pemecahan masalah bagi klien.
b. Motivator
Memberikan dukungan dan menunmbuhkan semangat narapidana daam rangka memecahkan
masalah dan hambatan yang dihadapi dalam mengikuti kegiatan pembinaan yang
diselenggarakan
c. Ekspert
Memberikan informasi dan masukan-masukan yang dibutuhkan oleh narapidana serta
langkah-langkah yang harus ditempuh dalam memecahkan masalah
d. Therapist
Pekerja sosial mampu memberikan langkah-langkah terapi bagi perubahan kepribadian dan
prilaku narapidana selama berada dilingkungan lembaga pemasyarakatan
e. Broker
Pekerja social koreksional berusaha mengkaitkan permasalahan yang dihadapi narapidana
dengan system sumber yang dibutuhkan dala hal ini bertugas menghubungkan klien dengan
lembaga atau pihak lain yang diperlukan klien, guna mengatasi masalah serta mencapai
keberfungsian social.
f. Guru.
Peran utama berkaitan dengan upaya memperkuat kemampuan klien untuk melakukan
perubahan dalam situasi masalah
g. Peneliti sosial
h. Advokat
Peranan advokasi bagi klien yang masih bermasalah dengan hukum dan peradilan
(Pembelaan).
i. Mediator
Menjadi perantara (mediasi) dengan berbagai unit didalam Lembaga Pemasyarakatan.
j. Instruktur
Peran utama dari seorang instruktur adalah mengarahkan, membimbing klien didalam
kegiatan ketrampilan baik didalam maupun diluar Lembaga Pemasyarakatan.
Peran pekerja sosial pada saat menjalankan perannya:
a. Meningkatkan kapasitas orang atau warga binaan dalam mengatasi masalah yang
dihadapinya.
b. Menggali dan menghubungkan sumber-sumber yang tersedia di sekitar klien.
c. Meningkatkan jaringan pelayanan social.
d. Memperomosikan keadilan sosial melalui pengembangan kebijakan.
e. Teacher (guru).
f. Melakukan konseling/kerjasama dengan keluarga dan masyarakat/ tokoh masyarakat.
g. Dan lain-lain, yang sesuai dengan peran-peran profesi pekerjaan social pelayanan yang di
berikan benar-benar pelayanannya pembinaan yang di berikan untuk pembentukan
keperibadian, kemandirian dan tujuannya agar binaan jerah (tidak mau melakukan
kesalahannya lagi) dimana pendekatannya di lakukan dengan cinta dan bukan kekerasan.
BAB II
PROFIL RUTAN KLAS I KEBONWARU BANDUNG
A. Sejarah Singkat
Rumah Tahanan Negara Kels I Bandung dibangun tahun 1927, sebelumnya digunakan
untuk LAPAS Militer yang diperuntukan bagi tahanan politik dan militer dari tahun 1960
sampai dengan tahun 1980. Kemudian dipergunakan untuk LAPAS Kelas II A Banceuy,
pada tanggal 01 Juli 1990 resmi digunakan untuk RUTAN Kelas I Bandung.
Terletak di Jalan Jakarta Nomor 29 Bandung dengan luas areal sekitar 42.650 M2, sebelah
barat berbatasan dengan Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa
Barat, sebelah utara dan timur berbatasan dengan Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT)
Bandung, sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Jakarta.
B. Kedudukan, Tugas Pokok Dan Fungsi
1. Kedudukan : Rumah Tahanan Negara Klas I Bandung Merupakan Unit Pelaksanan Teknis
di bidang pelayanan Tahanan dalam rangka untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan sidang di pengadilan. Kedudukannya di bawah Kantor Wilayah Departemen
Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Barat, serta bertanggung jawab kepada Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI.
2. Tugas Pokok : Melaksanakan perawatan terhadap tersangka atau terdakwa sesuai dengan
peraturan perundang undangan yang berlaku
3. Fungsi : Melaksanakan pelayanan tahanan, pemeliharaan keamanan dan tata tertib,
pengelolaan dan tata usaha Rutan.
C. Visi, Misi Dan Tujuan1. Visi : Menjadi Institusi pelayanan hukum yang profesional, akuntabel, transfaran,
dalam mewujudkan sistem pemasyarakatan.
2. Misi : Melaksanakan perawatan Tahanan, Pembinaan dan pembimbingan Warga
Binaan Pemasyarakatan dalam rangka penegakan hukum dan Hak Asasi Manusia
melalui proses pemasyarakatan dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip
pengayoman.
3. Tujuan : (a) Membentuk WBP agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari
kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat
diterima kembali oleh masyarakat dan berperan aktif dalam pembangunan dan dapat
hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab (b) Memberi
jaminan perlindungan Hak Asasi Tahanan dalam rangka memperlancar proses
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan.
D. Sasaran
1. Perawatan dan Pembinaan : (a) Kualitas Ketakwaan Kepada Tuhan YME, (b) Kualitas
Intelektual, (c) Kualitas sikap dan perilaku, (d) Kualitas profesionalisme,
keterampilan, serta (e) kualitas kesehatan jasmani dan rohani.
2. Pelaksanaan : (a) Isi lebih rendah dari kapasitas, (b) Menurunkan angka pelarian dan
gangguan kamtib, (c) Meningkatkan secara bertahap jumlah Napi yang bebas
sebelum waktunya melalui proses asimilasi dan integrasi, (d) Semakin menurunnya
angka residivis, (e) Prosentase kematian dan sakit sama dengan prosentase yang ada
di masyarakat,(f) Biaya perawatan sama dengan kebutuhan minimal manusia pada
umumnya, (g) RUTAN dalam keadaan bersih dan terpelihara, (h)Semakin
terwujudnya lingkungan pembinaan yang menggambarkan proyeksi nilai-nilai
masyarakat dan semakin berkurangnya nilai-nilai sub kultur penjara.
E. Kondisi Bangunan
Luas bangunan mencapai 17.998 M2. Meliputi; bangunan utama, sarana ibadah dan olah
raga, halaman depan, halaman dalam, branggang yang dibatasi dengan tembok keliling.
Bangunan utama terdiri atas Ruang Perkantoran, Ruang Serba Guna, Ruang Kunjungan,
Rumah Sakit, Dapur, Gudang, Pos Jaga, Kantin, dan kamar-kamar hunian.
Kapasitas kamar hunian mencapai 1.016 orang terdiri atas 6 (lima) blok, yaitu Blok A, B,
C1,C2, C3 dan E dengan jumlah kamar sebanyak 86 kamar.
F. Kondisi Pegawai
Pegawai RUTAN Kelas I Bandung berjumlah 149 orang dengan kualifikasi sebagai berikut :
Golongan Pendidikan Jenis Kelamin
Golongan IV :
1
Golongan III :
95
Golongan II :
53
S2 : 9
S1 : 58
D3 : 9
SLTA : 69
SLTP : 4
Laki-
Laki :118
Perempuan :
31
Jumlah : 149 Orang
Dari jumlah tersebut diberdayakan ke dalam dua kategori, yaitu staf dan regu pengaman.
Staf sebanyak 81 orang sedangkan regu sebanyak 68 orang dibagi ke dalam 4 regu
pengamanan.
G. Kondisi Penghuni
NO TAHANAN DEWASA ANAK
1
2
3
4
5
6
Tahanan A I
Tahanan A II
Tahanan A III
Tahanan A IV
Tahanan A V
Tahanan
33
170
440
38
15
1
-
10
12
1
1
-
Asing
JUMLAH 697 24
NO NARAPIDANA DEWASA ANAK
1
2
3
4
5
Narapidana B I
Narapidana B II A
Narapidana B II B
Narapidana B III
Narapidana Asing
427
79
-
1
2
5
3
-
-
-
JUMLAH 669 8
TOTAL 1.398
H. Kerjasama Dan Sumber Pendukung
1. Lembaga Pemerintah :
a. Pemda Kota Bandung dalam berbagai bidang kegiatan
b. Polresta Bandung Tengah dalam kegiatan pengamanan
c. Kantor Departemen Agama Kota Bandung dalam kegiatan pembinaan rohani.
2. Lembaga Swadaya Masyarakat / LSM
a. KALYANA MANDIRA dalam kegiatan Keterampilan Anak
b. LEMBAGA ADVOKASI HAK ANAK /LAHA dalam perawatan anak yang
berkonflik dengan hukum
c. EDUKASIA dalam kegiatan pendidikan anak
d. GRAFIK dalam kegiatan perawatan Tahanan kasus narkoba
e. BKSPFKK ( Badan kerja Sama Pelayanan Firman Kristen Katolik) dalam kegiatan
pembinaan rohani Agama Kristen
f. Kantor Pengacara Efran Helmi Juni & Associates
I. Sarana Dan Prasarana Perawatan Serta Pembinaan
1. Penyuluhan
b. Penyuluhan hukum
c. Penyuluhan kesehatan dan kebersihan
d. Penyuluhan wawasan kebangsaan, persatuan dan kesatuan
2. Pemberian Remisi 17 Agustus dan Hari Raya Keagamaan
3. Pemberian Cuti Menjelang Bebas (CMB) dan Pembebasan Bersyarat (PB), Cuti
Bersyarat (CB).
4. Keagamaan
a. Pondok pesantren DAARUT TAUBAH
1. Belajar Iqra 1 s/d Iqra 6 dan Qiroat
2. Belajar Tauhid dan Fiqih, Belajar Nahwu dan Shorof
- Sholat Tarawih dan Tadarusan (Setiap Bulan Ramadhan)
- Kuliah Tujuh Menit / Kultum (Setiap bada Sholat berjamaah)
- Tsausyiah Dhuha (setiap bada Sholat Dhuha)
- Istigosyah / Doa bersama (setiap Hari Jumat)
- Yasinan / Membaca Surat Yassin bersama-sama
- Pelatihan Teknik berdakwah dan Retorika
- Kegiatan MTQ dan kegiatan ZIS dan Qurban
3. Latihan Pijat Refleksi, Latihan Dasar Kepemimpinan
4. Latihan Dasar Kepemimpinan, dan Penataran Pengajar
b. Kegiatan Agama Nasrani
5. Keterampilan
Keterampilan menjahit, Keterampilan potong rambut, Pertukangan / perkayuan,
Elektronika, Jasa setrika, Pengolahan Sampah, dan Perikanan
6. Olah raga dan kesenian
a. Senam pagi, Tenis meja, Bola Voly, Tenis lapangan
b. Waru Band, Qosidah
c. Latihan lagu-lagu rohani
7. Pendidikan
a. Pendidikan anak
b. Perpustakaan
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Penjelasan dibawah ini adalah mengenai gambaran salah satu klien di RUTAN Kebonwaru
yang sedang menjalani hukuman penjara, klien ini masih dapat di kategorikan anak karena
faktor usiannya yang masih di bawah 19 tahun. Hasil pertemuan selama dua kali
mempunyaigambaran penanganan dan bahasan kasus sebagai berikut :
1. Nama : Bona
2. Tempat/tanggal Lahir : Jakarta 30 Desember 1991
3. Umur : 22 tahun
4. Agama : Islam
5. Jenis Kelamin : Laki-laki
6. Status : Belum Menikah
7. Pekerjaan : Mahasiswa
8. Alamat Asal : Pesanggrahan Jakarta
9. Jenis pelanggaran :
Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) terdapat beberapa ketentuan yang
mengatur tentang Pengguna Narkoba. Yaitu undang-undang No. 22 tahun 1997 tentang
Narkotika, undang-undang no. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, undang-undang No. 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan, Undang-undang Bahan berbahaya. Ketentuan pidana atau
ancaman hukuman terhadap penyalahgunaan dan pengedar gelap narkotika, berikut ini
kutipan undang-undang no. 22 tahun 1997 tentang Narkotika dan Undang-undang no. 5
Tahun 1997 tentang Psikotropika yang sering kami lakukan untuk menjerat Pengguna dan
Pengedar Narkoba : Pasal 85 ayat 1 (a) Menggunakan narkotika golongan I bagi dirinya
sendiri,dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun.
I0. Cerita Kronologis :
Kisah ini berinisial “B”. Lahir pada tanggal 30 Desember 1991, bertempat tinggal di
Pesanggrahan Jakarta. “B” adalah anak dari pasangan MT Siahaan dan Hanna. Anak Bungsu dari lima
bersaudara ini, yang sekarang Mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Jakarta. Ayahnya
pensiunan Pegawai Negeri Sipil dan ibunya sebagai ibu rumah tangga.
Bona tidak pernah memiliki masalah dengan keluarganya dapat dikatakan bahwa
hubungannya dengan keluarganya baik-baik saja tidak walaupun memang ia kurang dekat dengan
ayahnya namun dengan semua anggota keluarga lain dia akrab begitu juga dengan lingkunganpun
tempat ia tinggal.
Saat itu yang Berinisial “B” duduk di bangku smp dia sudah mulai menggunakan napza yang
diawali seringnya dia berkumpul dengan teman – teman yang kurang baik dimana mereka sering
minum alcohol dan merokok. akibatnya dengan seringnya dia bergaul dengan dia menjadi sering
mabuk-mabukan dan di beberapa kejadian dia pulang kerumah dengan keadaan mabuk, dengan rasa
penasaran dan keingintahuan tentang Napza akhirnya dia mencoba ganja disinilah dimulainya dia
menggunakan napza. Setelah bertahun – tahun dia menggunkan napza dia sudah menggunakan semua
tipe zat adiktif kecuali memakai jarum suntik.
Tanpa sepengetahuan “B” keluarga telah mengetahui dia menggunakan narkoba. kakak
wanita yang ke empat mengetahui bahwa dia menggunakan jenis narkoba berupa ganja, dan ibunya
yang menemukan lintingan ganja di toilet.
setelah berkonsultasi dengan keluarganya yang bekerja di Kepolisian akhirnya di putuskan untuk
memasukan dia ke Rumah Tahanan Negara Kelas I Bandung tepatnya pada tanggal 9 November
2012.
I2. Keberfungsian sosial :
a. Asas Keberfungsian Sosial
Kalau mengkaitkannya dengan keberfungsian sosial selaku narapidana dulunya, dan kini
sebagai eks narapidana dengan status masih dalam masa percobaan dan pembebasan
bersyarat akan sangat besar yang harus dialami olehnya. Sebagaimana yang didefinisikan
oleh Achlis, 1992. Di mana Keberfungsian sosial adalah kemampuan seseorang dalam
melaksanakan tugas dan peranannya selama berinteraksi dalam situasi social tertentu berupa
adanya rintangan dan hambatan dalam mewujudkan nilai dirinnya mencapai kebutuhan
hidupnya.
Seperti halnya masih dalam bagian indikator manusia disebut sebagai makhluk sosial yang
masih berfungsi sosial dengan baik adalah manakala; mampu melaksanakan tugas dan
perannya, mampu menghadapi permasalahan yang dihadapi, mampu memenuhi kebutuhan
hidupnya dan relasinya dengan masyarakat dan kehidupan di sekitarnya juga baik. Kembali
pada proses berhenti mendadak yang dialami oleh Rijal dengan menjadi seorang tahanan
kemudian segala aktivitasnya harus di-offkan dan ini pasti juga terlaksana dengan mendadak
akan membawa dampak yang besar bagi optimalisasi kehidupannya.
Tugas dan perannya sebagai anak yang kemudian menjadi narapidana jelas tidak bisa
terpenuhi, sewajarnya seorang artis yang memiliki banyak job dan beribu penggemar harus
diisolasi dalam ruang tidak lebar dan berbaur dengan tahanan-tahanan lainnya dan hidup
dalam penjeraan. Kemampuannya untuk menghadapi permasalahan kehidupan juga sangat
riskan untuk bisa dipenuhinya, karena adanya hukuman pidana yang harus ia jalani sebagai
bentuk tanggung jawab atas tindakan yang dilakukan memberi dampak tertekan sendiri
baginya sehingga ada kesimpulan ringan yang bisa dikemukakan bahwa dengan Narapidana
maupun eks Narapidana yang mengalami guncangan psikis atas kondisi lingkungan yang
berbeda akan sangat sulit menyelesaikan permasalahan-permasalahan kehiduapannya yang
lain.
Kemudian dalam aspek pemenuhan kebutuhan, dengan posisi yang awalnya berprofesi
sebagai seorang artis yang mendatangkan income besar, harus menghabiskan waktu dan
menjalani hari di dalam jeruji tahanan dan melepaskan profesinya selama beberapa masa,
sehingga keadaan demikian juga menyebabkan adanya guncangan aspek pendapatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhannya.
b. Lampu Merah di Rambui Dengan Kuning
Seharusnya kalau masih ingin mengacu pada tata tertib rambu-rambu lalu lintas yang
diberikan oleh kepolosian lalu lintas Indonesia berupa lampu merah-kuning dan hijau tidak
lain berfungsi sebagai tanda agar wasapada. Tidak jalan dan berhenti semaunya, demikian
pula dalam ranah kehidupan. Meskipun dalam hidup diwarnai dengan kebebasan
berpendapat, dengan kebebasan untuk beraspirasi dan kebebasan-kebebasan hak lainnya tapi
harus tetap memperhatikan rambu-rambu, di mana kebebasan orang lain sedang diparkir.
Jangan sampai menabrak atau bahkan merusak dan melukainya. Kewaspadaan sangat
dituntut di sini, waspada dalam kebebasan. Dalam berkarier, dalam berpendidikan, dalam
berjalan, bertingkah, berlaga, berpolah ataupun yang lainnya.
c. Moral Di Pundak
Sebagai seorang public figure yang memiliki martabat rendah bagi para fans nya seiring itu
pulalah beban di pundak semakin tinggi besar dan membuncah. Beban moral semakin berat
membebani bagi mereka yang sudah diangkat tinggi oleh masyarakat. Mereka (para artis dan
orang ternama lainnya) menjadi idola dan percontohan masyarakat, dianggap sebagai sosok
yang sudah luar biasa, sosok tangguh dan pribadi berkompeten yang sayang untuk tidak
diikuti. Mereka layaknya benda yang dicerminkan dalam kaca dan masyarakat layaknya
bayangan dari pantulan cermin datar. Konsep dan teori modelling diterapkan dan berlaku
umum di sini.
d. Pilihan itu bukan kebetulan
Masalah yang menjerat manusia sampai dengan membawanya ke dalam penjara dan berbagai
bentuk tanggung jawab yang lainnya ada adalah ragam pilihan atas setiap tindakannya.
Bukan hanya untuk seorang Rijal namun juga pada setiap manusia. Dengan berhentinya
karier sebagai dampak, dengan banyaknya masala-masalah lain yang muncul mengiringi
adalah bentuk resiko yang akan menyertai dan keberadaannya menjadi pertimbangan dari
setiap tindakan.
I3. Pemecahan Masalah
a. Pembinaan berupa interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan antara pembinaan dengan yang di bina.
b. Pembinaan bersifat persuasif edukatif yaitu berusaha merubah tingkah lakunya melalui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesame mereka sehingga menggugah hatinya untuk hal-hal yang terpuji. Dengan menempatkan anak didik pemasyarakatan sebagai manusia yang memiliki potensi dan harga diri dengan hak-hak dan kewajiban yang sama dengan manusia lain.
c. Pembinaan berencana secara terus menerus dan sistematis.d. Pemeliharaan dengan peningkatan langkah – langkah keamanan yang disesuaikan
dengan keadaan yang dihadapi.e. Pendekatan individual dan kelompok.f. Untuk menambah kesungguhan, keikhlasan, dan tanggung jawab melaksanakan tugas
serta menanamkan kesetiaan dan keteladanan dalam pengabdian terhadap Negara, hokum, dan masyarakat. Petugas pemasyarakatan sebaiknya memiliki kode perilaku dan dirumuskan dalam “etos kerja” yang berisi petugas pemasyarakatan adalah abdi hokum, Pembina narapidanan atau anak-anak didik dan pengayom masyarakat.
BAB IV
KESIMPULAN
Kita telah kalah dalam perang melawan narkoba. Buktinya, jumlah dan kualitas penyalahgunaan
narkoba semakin meningkat.Dampak buruk penyalahgunaannya pun semakin
menyengsarakan.Sumber segala musibah ini adalah ketidaktahuan rakyat tentang narkoba ditengah
kegetiran hidup yang menghimpit.Pengetahuan tentang seluk-beluk narkoba harus dimiliki oleh
seluruh rakyat agar mereka tahu, sadar, dan karena itu dapat ikut berperang dan menang. Itulah kunci
sukses untuk memenangi perang melawan penyalahgunaan narkoba. Mencegah lebih baik daripada
mengobati. Harapan kami agar di negara kita terutama masyarakat umum menyadari akan bahaya
memakai atau mengkonsumsi Narkotika. Oleh karena itu, kita sebagai generasi muda seharusnya
lebih berhati-hati dalam memilih teman bergaul, sebab jika kita salah pilih teman lebih-lebih yang
sudah kita tahu telah menjadi pecandu hendaknya kita berfikir lebih dulu untuk bersahabat dengan
mereka. Jadi tujuan Pekerjaan Sosial Koreksional adalah membantu narapidana untuk
meningkatkan kemampuannya dalam mengatasi masalah-masalah yang dialaminya selama
menjalani hukumaan.