Upload
ekayuliakh
View
39
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Pendekatan Person Center
Pendekatan nondirective Rogers berfokus pada refleksi dan
mengklarifikasi temuan masing-masing klien. Rogers percaya bahwa melalui
hubungan menerima klien mampu memperoleh peningkatan wawasan mereka dan
kemudian mengambil tidakan konstruktif (membangun) berdasarkan pemahaman
diri mereka yang baru. Tahun 1950 , Rogers mengembangkan dan
menyempurnakan hipotesis untuk psikoterapi dan prinsip-prinsip ini kemudian
diterapkan pada kelompok. Rogers mengembangkan teori sistematis kepribadian
dan diterapkan dalam konseling individu yang disebut self teori , Rogers
mengubah self teori menjadi pendekatan perpusat pada klien (person Center).
Pendekatan Person Center adalahKonseling yang Berpusat pada Klien,
pendekatan ini menitikberatkan kemampuan dan tanggungjawab klien untuk
mengenali cara mengidentifikasikan dan cara menghadapi realitas secara lebih
akurat.Rogers menunjukkan kepercayaan yang mendalam pada manusia, la
memandang manusia tersosialisasi dan bergerak ke muka, berjuang untuk
berfungsi penuh, serta memiliki kebaikan yang positif pada intinya yang terdalam
(Gerald Corey, 2010:92). Manusia dapat membangun dirinya sendiri serta dapat
bekerja sama dengan orang lain. Tidak perlu ada pengendalian terhadap agresifitas
yang dimiliki manusia Pandangan tentang manusia yang positif ini memiliki
implikasi-implikasi yang berarti bagi praktik terapi client-centered.Berkat
pandangan filosfis bahwa individu memiliki kesanggupan yang inheren untuk
menjauhi maladjustment menuju keadaan psikologis yang sehat, terapis
meletakkan tanggung jawab utamanya bagi proses terapi pada klien (Gerald
Corey, 2010:92). Pendekatan client-centered menekankan bahwa manusia adalah
makhluk yang kreatif dan aktif sehingga dia mampu mengambil keputusan terbaik
bagi dirinya sendiri.
Pendekatan client-centered menitikberatkan kemampuan dan tanggung jawab
klien untuk mengenali cara pengidentifikasian dan cara menghadapi realitas
secara lebih akurat. Semakin baik klien mengenali dirinya, semakin besar
kemampuan mereka mengidentifikasi perilaku yang paling tepat untuk
dirinya (Gibson & Mitchell, 2011:213)
B. Konsep Konseling Kelompok Person Center
1. Kepercayaan Dalam Proses Kelompok
Rogers (1986) menjelaskan bahwa pendekatan person center bertumpu pada
kepercayaan manusia untuk menyadari potensi diri manusia tersebut.Terapi
person center didasarkan pada rasa kepercayaan yang mendalam dalam
kemampuan kelompok untuk mengembangkan potensi diri agar dapat
berkembang lebih baik.Dinamika kelompok dapat tercipta dalam konseling
kelompok Person Center dimana setian anggota kelompok harus dapat
mengembangkan penerimaan dan kepercayaan di dalam kelompok, anggota
dapat menunjukkan aspek-aspek dari diri mereka sendiri biasanya anggota
menyembuyikan perilaku asli dan pindah ke perilaku barunya. Sebagai
contoh :
a. Anggota bermain peran untuk mengekspresikan diri lebih langsung
b. Anggota bergerak dari yang relative tertutup untuk pengalaman menjadi
terbuka
c. Anggota yang kurang percaya diri menjadi lebih terbuka dan ekspresif
dengan orang lain
Anggota mulai merasakan bahwa dengan berada di dalam kelompok mereka
adalah bagian dari kelompok dan bersedia untuk berpartisipasi dalam proses
kelompok
2. Kondisi Terapeutik Untuk Pertumbuhan
Inti dari proses terapeutik adalah hubungan yang dibangun antara konselor
dan klien. pentingnya sikap klien dalam konseling ditekankan kondisi
terapeutik meneliti sikap dari konselor sebagai variabel dalam hubungan dan
bagaimana hubungan itu digunakan untuk membantu klien. Hubungan itu
penting dalam konseling dan psikoterapi karena merupakan media utama
untuk memunculkan perasaan dan penanganan permasalahan yang bertujuan
mengubah perilaku klien.Dengan demikian, kualitas hubungan tidak hanya
menentukan perubahan pada diri klien, tetapi juga meyakinkan klien untuk
melanjutkan konseling atau tidak.
Dalam hubungan konseling ada klien yang tidak bersedia melakukan
hubungan interpersonal yang efektif.Tugas dari para psikoterapis adalah
menciptakan hubungan yang baik dengan klien, sehingga antara keduanya
merasa nyaman.
3. Genuineness
Genuineness/Murni, adalah orang yang merasa nyaman dengan dirinya
sendiri (“at home”) sehingga dapat menjadi dirinya sendiri dalam setiap
interaksi. Ini berarti mereka tidak perlu berubah ketika bersama dengan orang
lain yang berbeda.Pemimpin kelompok dan anggota kelompok seharusnya
memiliki sikap genuineness yakni murni, asli menjadi diri sendiri tidak
menjadi orang lain (topeng) saat melakukan kegiatan kelompok.
4. Penerimaan Positif dan Tanpa Syarat
Penerimaan dan penghargaan dari orang lain. Konsep diri klien dapat ia ubah
apabila ia mengalami penghargaan positif tanpa syarat (unconditional positive
regard) dalam terapi.
5. Empati
Empati adalah respons afektif dan kognitif yang kompleks pada distres
emosional orang lain. Empati termasuk kemampuan untuk merasakan
keadaan emosional orang lain, merasa simpatik dan mencoba menyelesaikan
masalah, dan mengambil perspektif orang lain
6. Rintangan Terhadap Efektivitas Terapi
Hambatan yang terjadi didalam konseling kelompok akan mempengaruhi
efektivitas terapi, misalnya anggota resisten terhadap kelompok.
C. Tahapan Konseling Kelompok Person Center
1. Karakteristik Kelompok
Memahami karakteristik kelompok merupakan tahapan yang utama
dalam Konseling kelompok Person Center.. Karakteristik kelompok
meliputi keadaan psikis dan fisik anggota kelompok..Kegiatan ini
dilakukan agar pemimpin mampu memahami masing-masing karakter
karakteristik masing-masing kelomok sehingga pemimpin kelompok
dapat mengarahkan konseling kelompok dengan benar dan tujuan akhir
konseling kelompok dapat tercapai yakni masing-masing anggota
memiliki pengetahuan dan wawasan baru.
2. Keberlangsungan Proses Kelompok
a. Berkeliaran
Pemimpin kelompok dan anggota kelompok sering mengalami
kebingungan dan frustasi di awal pelaksanaan konseling kelompok.
b. Resistensi
Perlawanan terhadap usaha mengubah hal yang tidak disadari
menjadi hal yang disadari serta mobilisasi fungsi-fungsi
penindasan (represif) dan perlindungan (protektif) ego.
Sumber resistensi: internal (kekhawatiran pertumbuhan dan
ketidakmauan untuk mendiri), eksternal (akibat dari teknik yang
digunakan kurang tepat, kurangnya persiapan yang semestinya),
campuran (kelelahan, penyakit, kelelahan mental, hambatan bahas
asing, psikosis. Fungsi Positif resistensi: memberikan indikasi
kemajuan wawancara secara umum dan menjadi landasan bagi
perumusan diagnose dan prognosa dan petunjuk mengenai struktur
defensive klien yang menimbulkan, atau sebagai informasi bagi
konselor bahwa klien mau meneliti perasaan saat itu
c. Deskripsi perasaan masa lalu
Anggota kelompok masih ragu dan kurang percaya diri untuk
mengungkapkan pengalaman hidupnya dimasa lalu, anggota
kelompok merasa takut apabila rahasianya akan dibeberkan oleh
anggota kelompok yang lain, sehingga anggota kelompok masih
bersikap resisten di dalam kegiatan konseling kelompok.
d. Ekspresi perasaan negative
Sebagian anggota kelompok menggunakan ekspresi perasaan
negative sebagai bentuk kritik dan keraguan kepada pemimpin
kelompok.Ekspresi perasaan negative misalnya dengan
mengacuhkan pimpinan kelompok, memainkan tangannya saat
pemimpin kelompok menjelaskan kegiatan dan sebagainya.
e. Ekspresi dan eksplorasi pribadi
Apabila ekpresi perasaan negatef sebagai reaksi negative yang
diterima oleh kelompok, maka iklim kepercayaan terhadap anggota
kelompok akan muncul dan sebaliknya.
f. Ekspresi langsung dalam kelompok
Anggota kelompok cenderung melakukan ekspresi langsung
perasaan interpersonal di dalam kelompok, ini sebagai cara anggota
mengekspresikan perasaan di dalam kelompok.
g. Pengembangan penyembuhan dalam kelompok
Tujuan bimbingan kelompok salah satunya yakni kuratif
penyembuhan, artinya bahwa dari konseling kelompok diharapkan
anggota yang memiliki masalah dapat disembuhkan atau
mengurangi masalahnya yang ada di dalam kelompok.
h. Penerimaan
Anggota kelompok menerima pendapat, argument ,ide dari
masing-masing anggota kelompok secara utuh dan pemimpin
kelompok menerima masing-masing anggota secara utuh artinya
bahea pemimpin kelompok menerima keadaan anggota secara
keseluruhan baik karakteristiknya dan pendapatnya di dalam
kelompok.
i. Umpan Balik
Dalam proses menerima umpan balik, pemimpin harus dapat
mengelola dinamika kelompok sehingga anggota kelompok dapat
interaktif di dalam proses kelompok. Pemimpin kelompok harus
dapat mengontrol anggota kelompok, misalnya anggota yang
introvert diberi kesempatan untuk menggungkapkan pendapatnya
sedangkan anggota yang ekstrovet lebih dapat menekan agar tidak
menampakkan ekspresi yang berlebihan.
j. Konfrontasi
Konfrontasi yaitu teknik yang menantang konseli untuk melihat
adanya inkonsistensi antara perkataan dengan perbuatan atau
bahasa badan, ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan
kepedihan, dan sebagainya.
k. Membantu Hubungan di luar sesi grup
Melakukan tindak lanjut setelah bimbingan kelompok baik itu
dilanjutkan dengan konseling individu.
l. Ekspresi Perasaan Kedekatan
Ekspresi perasaan kedekatan sebagai bentuk ekspresi anggota
kelompok bahwa anggota sudah memasuki dinamika
kelompok.Dinamika kelompok sudah terwujud didalam kelompok.
m. Perilaku Perubahan Dalam Kelompok
Anggota mengalami perubahan peningkatan dalam
mengekspresikan perasaan dan perilaku dari yang semula negative
menjadi positive. Mereka cenderung bertindak secara terbuka
3. Beberapa Capaian Pengalaman Kelompok
a. Anggota menjadi lebih terbuka dan jujur
b. Anggota mampu memahami dan menerima diri dan anggota lain
c. Anggota lebih bisa menghargai diri sendiri dan anggota lain.
d. Anggota lebih percaya diri dalam mengungkapkan pendapatnya.
e. Anggota lebih kreatif karena mereka bersedia untuk menerima
keunikan masing-masing anggota.
f. Anggota menjadi lebih empatik dengan anggota lain
PENDEKATAN GESTALT UNTUK KONSELING KELOMPOK
LATAR BELAKANG PENDEKATAN GESTALT
KONSEP-KONSEP DASAR PENDEKATAN GESTALT
PROSEDUR KONSELING KELOMPOK BERDASARKAN
PENDEKATAN GESTALT (bu Us)
TEKNIK-TEKNIK KONSELING KELOMPOK
Terapi Gestalt menawarkan beragam intervensi yang didesain untuk mengintensif
apa yang anggota kelompok alami pada moment sekarang dengan tujuan untuk
meningkatkan kesadaran.
Melnick dan Nervis (2005) menyatakan bahwa metodologi Gestal
mengkombinasikan adat ketimuran berfokus pada kesadaran dan menyatu dalam
here dan now dengan kebaratan yang menekankan pada tindakan dan perilaku.
Gestalt mendorong pengalaman langsung dan tindakan dibanding pengungkapan
perasaan, konflik dan permasalahan. Dan untuk melaksanakan hal tersebut,
Gestalt menggunakan eksperimen yang perlu disesuaikan dengan masing-masing
individu dalam kelompok dengan aturan waktu, serta mewaspadai konteks yang
menawarkan kesimbangan antara dukungan dan resiko.
Peran Eksperimen (The Role of Experiments)
Sebelum membahas bagaimana peran eksperimen, perlu dipahami terlebih
dahulu penggunaan terminologi teknik dan ekperimen dalam pedekatan
terapi Gestalt.
Teknik merupakan latihan-latihan atau prosedur-prosedur yang
sering digunakan untuk membawa sebuah tindakan atau interaksi, kadang-
kadang ditentukan pencapaian dalam pikiran. Sedangkan eksperimen
didasarkan pada phenomenologikal, yang mengembangkan apa yang
muncul didalam diri anggota atau yang anggota alami di masa sekarang, dan
pencapaiannya tidak diketahui. Dalam eksperimen kelompok Gestalt,
anggota diundang untuk mencoba beberapa perilaku baru dan
memperhatikan apa yang mereka alami. Eksperimen tumbuh dalam
hubungan terapi dan menyediakan konteks yang aman bagi anggota untuk
meningkatkan kesadaran mereka dan mencoba pemikiran dan perilaku
dengan cara yang baru.
Perlu pula dibedakan antara latiahn kelompok (group exercises)
dan eksperimen kelompok (group experiments). Pemimpin menyiapkan
latihan kelompok (group exercises) sebelum pertemuan kelompok. Anggota
mungkin diminta untuk mengambil bagian dan berbicara, atau sebuah
katalis yang mungkin bisa dikenalkan pada kelompok untuk menyediakan
fokus yang spesifik untuk bekerja selama sesi kelompok.
Sebaliknya, eksperimen kelompok (group experiments) adalah
kejadian yang diciptakan yang menumbuhkan pengalaman kelompok; yang
sebelumnya tidak dapat diketahui dan pencapainnya juga tidak dapat
diprediksi.
Tugas pemimpin kelompok dalam pelaksanaan group experiments
adalah mengobservasi apakah eksperiman yang muncul terlalu aman
ataukah terlalu beresiko. Eksperimen yang tersedia dalam terapi kelompok
Gestalt sangat beragam dan terapis bertugas untuk memilihkan mana yang
baik untuk klien, bersama dengan kesepatak klien.
Dikarenakan eksperimen yang dilakukan selama proses kelompok
memiliki tingkat safety hanya dalam situai kelompok, pemimpin kelompok
perlu memberikan pemahaman umum kepada anggota tentang peran
eksperimen dalam proses kelompok. Kalimat semacam : “mari kita lakukan
ini dan apakah ini cocok untukmu”, “cobalah ini dan kita lihat apa yang
akan kamu peroleh”, merupakan sikap eksperimental yang perlu dimiliki
oleh pemimpin kelompok. Pesan yang tersampaikan dari hal ini adalah
bahwa pemimpin kelompok tidak mencoba untuk membuktikan satu point
dan bahwa anggota bebas untuk mencoba sesuatu yang baru dan
menentukan untuk dirinya sendiri apakah ini bekerja untuknya.
Anggota kelompok juga perlu untuk mempersiapkan diri dalam
mengambil bagian pada eksperimen. Daripada mendorong mereka untuk
melakukan eksperimen, lebih baik berfokus pada penemuan sesuatu yang
baru tentang diri mereka sendiri. Ini lebih esensial bahwa pemimpin
memulai dimana anggota kelompok berada. Dengan menggambar dukungan
di dalam anggota dan lingkungan kelompok, eksperimen dapat didesain
sehingga anggota dapat berpindah dalam upaya direction of becoming
daripada sekedar spontanitas.
Memberi perhatian pada Bahasa (Paying Attention to Language)
Pola bicara kita seringkali merupakan ekspresi perasaan, pikiran dan sikap
kita; dengan mengfokuskan pada kebiasaan berbicara, kita dapat
meningkatkan self-awareness kita (Passons, 1975; dalam Corey, 2010:304).
Terapi Gestalt memberikan perhatian pada bagaimana seseorang
berbicara dalam menggambarkan kepribadiannya. Hal ini mensyaratkan
pemimpin kelompok untuk memiliki ketrampilan dalam memperhatikan
pola bicara anggota kelompok, untuk kemudian diciptakan eksperimen apa
yang akan dilakukan oleh anggota untuk mengubah pola tersebut dan
meningkatkan kesadaran terhadap diri.
It. Penggunaan kata “it” berarti bahwa kita membuat jarak terhadap
pengalaman kita sendiri. Kalimat “Ini adalah hal yang menakutkan
bergabung dalam kelompok”, diubah dengan kalimat “Saya takut bergabung
dalam kelompok”. Penggunaan kata “Saya atau I” merupakan cara
pengasumsian tanggungjawab terhadap apa yang kita katakan.
You. Partisipan kelompok seringkali mengatakan “Kamu terluka
ketika seseorang menolakmu”. Penggunaan kata “You” atau “kamu”
membuat orang melepaskan diri mereka sendiri dari apapun yang mereka
rasakan. Kata “You” digantikan dengan kata “I” menyatakan pada diri kita
bahwa kita bertanggungjawab atas apa yang kita katakan, dan kata “you”
cenderung menempatkan yang lainnya pada defensive (pertahanan) dan
mengijinkan kita memungkiri pengalaman kita sendiri.
Questions/ pertanyaan. Dalam kelompok Gestalt, anggota
diminimalkan untuk mengajukan atau menggunakan pertanyaan. Pertanyaan
mengarahkan perhatian pada orang laian dan menjadi defens untuk dirinya
sendiri. Dan lagi dengan pertanyaan akan mengalihkan intrograsi terhadap
dirinya. Ada beberapa cara bereksperimen untuk membantu anggota yang
cenderung bertanya, misalnya : (1) dibanding membuat pertanyaan,
membuat statemen langsung terhadap personal dan membagikan motivasi
diri terhadap pertanyaan anggota; (2) hindari kata tanya “mengapa” karena
akan menciptakan serangkaian “mengapa/karena” selanjutnya. Gunakan
“bagaimana” dan “apa”; (3) Mempraktikkan membuat statement “Saya”.
Dengan begitu, anggota akan bertanggungjawab atas posisi, opini dan
preference anggota.
Penilai dan Penyangkal. Pengunaan kalimat “Saya sering kali
merasa tertekan, tetapi saya tidak tahu apa yang dapat saya lakukan untuk
mengubah situasi”, menandakan bahwa anggota kelompok cenderung
menilai sendiri statement yang dkatakan. Kata “tetapi” memberikan diskon
atas kalimat yang mendahuluinya. Dengan memberikan perhatian pada
penggunakan kata “tetapi” dan menilai pernyataan apa yang dikatakan dapat
meningkatakn kesadaran mereka bagaimana mereka menguasai kekuatan
pesan mereka.
Statemen “can’t”/ tidak bisa. Kata “saya tidak bisa”
mengisyaratkan “saya tidak mau”. Artinya, bahwa seseorang tidak ingin
mengambil resiko dari apa yang tidak ingin ia lakukan. Pemimpin kelompok
secara konsisten dan lembut mendampingi anggota mengganti kata “saya
tidak bisa” menjadi “saya tidak ingin” untuk membantu dirinya sendiri dan
menerima kekuatan mereka untuk bertanggungjawab terhadap
keputusannya.
“Seharusnya” dan “Sebaiknya”. Menggunakan kata “seharusnya”
atau “sebaiknya” adalah tak terbatas pada kehidupan seseorang. Menyadari
seberapa sering kita menggunakan kalimat ini akan membawa awareness
terhadap apa yang dirasakan oleh anggota dan ketidakberdayaannya yang
menyertai penggunaan kata itu. Anggota dapat diarahkan untuk mengubah
kalimat tersebut dengan kata “Saya memilih untuk ...” dalam rangka
menyadari keterbatasan yang ia miliki.
Bahasa Nonverbal (Nonverbal Language)
Ketrampilan yang perlu dimiliki konselor kelompok Gestalt tidak hanya
pada level komunikasi verbal, bahkan, makna pesan tersembunyi dari kata,
yang mana ditunjukkan pada voice tone, pitch, dan volume, kecepatan
menyampaikan dan lain sebagainya.
Seting kelompok menawarkan banyak peluang mengeksplorasi
makna pesan nonverbal. Beberapa eksplorasi dapat digunakan apabila
partisipan menunjukkan kebiasaan nonverbal yang tidak kongruen dengan
apa yang disampaikannya secara verbal. Pemimpin kelompok dapat
meminta anggota untuk berkeliling dari satu anggota ke anggota yang lain
dan menanyakan makna dari pesan nonverbal yang disampaikan oleh
tubuhnya.
Terapis yang kreatif dapat menawarkan banyak eksperimen yang
didesain untuk membantu partisipan menjadi meningkat secara
kesadarannya terhadap apa yang sedang mereka komunikasikan melalui
mata mereka, pola tubuh tertentu, gesture, nada suara, pergerakan tangan,
sama baiknya dengan keseluruhan badannya. Pemimpin kelompok perlu
menghindari melakukan interpretasi terhadap gesture atau pergerakan para
partisipan, karena beberapa budaya memiliki makna yang berbeda terhadap
beberapa gesture tubuh. Misalnya kontak mata langsung, dapat bermakna
sikap menentang untuk budaya tertentu, dapat pula menjadi sikap
memperhatikan oleh budaya lainnya.
Eksperimen dengan Dialog Internal (Experiments With Internal Dialogues)
Karena terapi Gestalt bertujuan untuk mencapai fungsi integral dan
penerimaan aspek kepribadian seseorang yang telah dipungkiri dan ditolak,
terapis memberikan perhatian untuk memisahkan dan polaritas dalam
fungsi-fungsi kepribadian. Dialog fantasi bermakna untuk mempromisikan
kesadaran internal memisah dan eventual integrasi kepribadian. Dialog ini
dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, misalnya dialog antara sisi yang
berkebalikan (seperti feminim dan maskulin, cinta dan kebencian, aktif dan
pasif, berani dan takut), atau dialog dengan orang tua atau seseorang yang
signifikan, membayangkan yang lain atau obyek mati.
Eksperimen dialog merupakan metode kuat dalam menghubungkan
bagian-bagian alami dari kita yang telah bekerja keras menjaga rahasia
diantara diri kita sendiri dengan yang lain. Mencoba berbicara dengan sisi
maskulin dan feminim adalah salah satu cara untuk membawa ke
permukaan konflik terdalam yang bisa jadi kita memiliki polaritas.
Eksperimen dialog juga dilakukan untuk menyadari introyeksi dan proyeksi
yang dilakukan oleh seseorang.
Berkeliling (Making Arrounds)
Metode berkeliling dapat digunakan untuk membantu anggota kelompok
mengenali ketakutan yang tersembunyi. Anggota didorong untuk berkeliling
ke masing-masing anggota kelompok dan mengatakan sesuatu yang tidak
bisa ia katakan secara verbal. Pada anggota satu, anggota yang bersangkutan
mengungkapkan sebuah kalimat, kemudian berpindah pada anggota lain,
dan mengungkapkan satu kalimat yang berbeda tentang ketakutannya pada
sesuatu hal dan diujung ditambahi kalimat yang sama, misalnya “tapi saya
bisa melakukan hal itu sendiri” yang digunakan untuk menguatkan dirinya
dan menyadari ketakutan. Kemudian anggota tersebut yang akan
memutuskan, apakah ia akan bertahan pada ketakutannya atau melakukan
perubahan untuk menjadi individu yang independen.
Pendekatan Fantasi (Fantasy Approaches)
Eksperimen denagn fantasi yang beragam situasi dalam kelompok dapat
mengarahkan pada pertumbuhan yang signifikan. Fantasi dapat mendorong
persona awareness dalam sejumlah cara, sebagai berikut :
1. Fantasi dapat digunakan ketika anggota merasa terlalu terancam untuk
menghadapi permasalahan dalam terminologi yang kongkrit. Misal,
seseorang yang tidak asertif dapat membayangkan situasi dimana ia bisa
bersikap asertif.Danmereka membandingkan rasanya berada pada posisi
tidak asertif dan posisi asertif.
2. Fantasi berguna dalam menghadapi ekspektasi negatif, yang seringkali
dihasilkan dalam sense of paralysis. Misal, seseorang yang takut
mengekspresikan apa yang meraka pikirkan dan rasakan kepada
seseorang dapat dibimbing melalui situasi fantasi diaman mereka dapat
mengatakan apapun yang mereka inginkan tapi tidak bisa diekspresikan.
3. Fantasi adalah cara yang berguna dan aman untuk mengeksplorasi
ketakutan anggota tentang keterlibatnnya dalam kelompok. Misal,
ketakutan anggota ditolak oleh kelompok, dapat diarahkan untuk
membayangkan bahwa kelompok menolak mereka semua, dan
kemudian mereka bekerja bersama asosiasi perasaan mereka dengan
fantasi.
Latihan berulang-ulang (Rehearsal)
Dengan melakukan partisipasi dalam rehearsal (latihan), mereka dapat
menyuarakan apa yang mereka pikir secara diam. Teknik ini secara spesial
dapat berguna ketika secara nyata anggota kelompok melakukan blocking
dan censoring dan ketika mereka mengatakan seperti secara hati-hati diukur
untuk efek yang nyata. Teknik ini perlu disesuaikan dengan waktu yang
tepat dan melihat situasi dimana anggota kuat untuk melakukan dalam
beberapa cara. Dalam kelompok Gestalt, partisipan membagikan
pengalaman latihan mereka satu dengan yang lain, menjadi lebih sadar
bahwa banyak yang harus dipersiapkan mereka untuk performansinya di
peran sosial.
Teknik Pernyataan yang dilebih-lebihkan (The Exaggeration Technique)
Teknik ini mengarahkan anggota menjadi sadar atas signal dan klue yang
ditunjukkan oleh bahasa tubuh. Anggota kelompok diminta untuk
mengulangi perilaku secara intensif yang bertujuan untuk membawa keluar
kesadaran emosional menuju kesadaran. Pergerakan, postur, dan gestur
dinyatakan secara berlebih-lebih sehingga makna yang dikomunikasikan
menjadi lebih jelas. Dengan menyatakan berlebih-lebih pergerakan atau
gestur secara berulang, seseorang mengalami perasaan yang berkaitan
dengan perilaku lebih intensif dan menjadi lebih sadar makan terdalam dari
perilakunya. Misalnya, jika pemimpin kelompok memberi catatan bahwa
anggota kelompok yang sering kali menganggukkan kepalanya dalam cara
menyetujui apa yang dikatakan orang lain, pemimpin dapat meminta
anggota kelompok untuk melakukan pencatatan atau menuliskan kata
denagn tindakannya sewaktu ia menganggukkan kepalanya.
Mimpi dalam Kelompok (Dream Work In Group)
Mimpi dalam pendekatan Gestalt tidak diinterpretasi dan dianalisis sebagai
perwujudakan masa lalu yang menghalangi perkembangan seseorang.
Mimpi digunakan sebagai titik awal anggota kelompok melakukan atau
mewujudkan mimpi tersebut pada saat sekarang.
Anggota kelompok diminta untuk mengidentifikasi dan
menarasikan mimpi mereka dengan perspektif subyektifnya. Anggota
kelompok diminta untuk mentransformasikan elemen kunci dari mimpinya
dalam dialog dan menjadikan bagian-bagian dari mimpi. Bersama anggota
kelompok lainnya, mimpi ini dapat dimainkan ulang. Dengan membuat
daftar detail dari mimpi, berkaitan dengan masing-masing person yang ada
dalam mimpi, kejadiaan, perasaan/mood- dan mengakyingkan ulang
masing-masing bagian mimpi secara penuh sebisa mungkin dapat
meningkatkan kesadaran seseorang pada sisi sebaliknya dan dalam range
perasaan seseorang. Pecahan-pecahan mimp ini akan memunginkan
terjadinya konflik, namun mengantarkan naggota kelompok pada asimilasi
dan integrasi.
Identifikasi tone perasaan bisa menjadi kunci dalam menemukan
makna mimpi. Bekerja dengan mimpi Gestalt style, pemimpi dapat
difokuskan pada pertanyaan : apa yang saya lakukan d dalam mimpi?, apa
yang saya rasakan? Apa yang saya inginkan dalam mimpi? Apa hubungan
saya dengan yang lain, obyek dan orang-orang didalam mimpi? Tindakan
apa yang akan saya abil sekarang? Dan apa yang diceritakan mimpi tentang
diri saya?
Pemeranan ulang dari mimipi salah satu anggota dapat menjadi
pendekatan yang dapat menyatukan dan menghubungkan pekerjaan satu
anggota degan yang lain. Bekerja denagn mimpi juga dapat menjadi sebuah
kesepakatan besar dalam mendealkan unfinished bussiness dengan anggota
kelompok yang lain.
PERANAN KONSELOR DALAM KONSELING KELOMPOK
Konselor sebagai pemimpin kelompok dalam pendekatan terapi Gestalt berperan
dalam mendorong pencapaian kesadaran para anggota kelompok dan
menperhatikan gaya mereka berhubungan (contact style). Pemimpin kelompok
mengambil peranan aktif dalam menciptakan eksperimen untuk membantu
anggota menggunakan sumber daya yang mereka miliki. Pemimpin kelompok
berfokus pada kesadaran, contact dan eksperimen.
Model proses terapis terhadap penggunaan interaksi dengan mendekatkan
kesadaran dan pengalaman mereka. Pemimpin kelompok secara aktif melibatkan
diri dengan anggota kelompok dan bisa menggunakan self-disclosure sebagai cara
untuk membangun hubungan dan menciptakan sense of mutuality di dalam
kelompok. Pemimpin kelompok dapat membagikan pengalaman mereka dalam
kelompok tanpa banyak memperlihatkan dirinya sendiri diluar kelompok. Dengan
mengungkapakan reaksi personel yang dirasakan oleh pemimpin kelompok,
termasuk bagaimana mereka dipengaruhi oleh apa yang mereka dengar dan
observasi, secara khusus ini akan berguna.
Fungsi konselor sebagai pemimpin kelompok adalah (1) menciptakan
sebuah atmosper dan struktur diman kelompok itu sendiri secara kreatif dan
intensif dapat menyatu; Terapis Gestalt berasumsi bahwa peran aktifnya sebagai
pemimpin kelompok dengan memperkaryakan rentangan luasnya intervensi dan
pengalama akan membantu anggota membangun kesadaran dan pengalaman
internal mereka dan konflik eksternal secara penuh. Terapis Gestalt menggunakan
dukungan hubungan terapeutik dan metode aktif untukmembantu anggota
menemukan bagaimana meraka memblock kesadaran dan personal function
mereka. Terapis Gestalt secara intensif mengundang anggota kelompok untuk
terlibat dalam eksperimen yang mengarahkan mereka pada pengalaman emosional
lebih fresh, dan insight baru.
Dan fungsi konselor sebagai pemimpin kelompok terapi Gestalt adalah
(2) sebagai guide dan catalys, yang mengarahkan eksperimen, dan membagi
observasi, yang merupakan dasar dari kerja eksplorasi yang dilakukan oleh klien.
Peran aktif untuk menciptakan sebuah klimaks dimana klien akan cukup bebas
untuk mencoba cara baru dalam menjadi (being) dan berperilaku.
Terapis yang kreatif memiliki latar belakang personal yang kaya,
membuka dirinya sendiri untuk merentangkan pengalaman kehidupannya dan
menjadi mampu merayakan kehidupannya dengan penuh (Zinker, 1978, 2008,
dalam Corey, 2012:299). Pendeknya, mereka mampu menggunakan dirinya
sendiri sama baiknya dengan mereka berfungsi sebagai terapis. Terapis yang
kreatif juga memiliki kapasitas yang pasti, kemmapuan dan ketrmapilan teknik.
Keluar dari bakat eksperimental, mereka menggunakan diri mereka sendiri,
anggota kelompok yang lain, dan objek serta kejadian dalam lingkungan
kelompok dalam pelayanan menemukan/ menciptakan sebuah misi bagi anggota
kelompok.
Dalam hubungan antara pemimpin kelompok dan anggotanya,
mensyaratkan pemimpin kelompok untuk memiliki latar belakang yang kuat.
Ketika pemimpin kelompok secara penuh terlibat dalam dunia anggota kelompok,
ini memungkinkan pemimpin kelompok menjadi larut dan kehilangan insightnya
sendiri. Hal ini yang perlu diwaspadai oleh pemimpin kelompok. Klien/anggota
kelompok akan menjadi autentik jika mereka berhadapan atau berhubungan
dengan terapis yang autentik pula. Terapis kontemporer menempatkan
peningkatan penekanan pada faktor berikut : kehadiran, dialog autentik,
kelembutan (gentleness), self-expression yang lebih dari terapis serta mengurangi
penggunaan stereotip latihan, kepercayaan yang besar terhadap pengalaman klien
dan minat yang penuh dalam menggunakan proses kelompok Gestalt.
Eksperimen yang sebenarnya akan tercipta dari hubungan kepercayaan
yang pemimpin ciptakan. Pendekatan ini melibatkan ekperimental yang genuine
dan mengijinkan kesepatakan yang besar terhadap kreativitas pada bagian
pemimpin kelompok dan anggotanya. Praktik Gestalt lebih menekankan pada
relasi antara terapis dan klien dibanding teknik dipisahkan dari konteks encounter
ini.
Kritik Terhadap Pendekatan Gestalt Dalam Konseling Kelompok Di Sekolah
Kontribusi dan Kekuatan dari Pendekatan Gestalt
Pada dasarnya, Perls menggunakan pendekatan Gestalt in untuk diterapkan
pada individu, tetapi penerapan Gestalt terapi dilakukan dalam bentuk
kelompok tahun-tahun terakhir. Hasil surveyyang dilakuakan oleh Feder dan
Frew’s (2006) menunjukkan bahwa para terapis pendekatan Gestalt percaya
dengan sangat pada pendekatan ini bekerja dalam kelompok, dengan
aplikasi populer paling banyak dalam psikoterapi, pelatihan dan supervisi
grup.
Cain (2002, dalam Corey, 2012:316) mengindentifikasi kontribusi
paling signifikan pendekatan Gestalt :
a. Pentingnya kontak dengan diri sendiri, orang lain , dan lingkungan
b. Peran sentral hubungan otentik dan dialog dalam terapi
c. Penekanan pada area teori, fenomenologi, dan kesadaran
d. Fokus terapi pada saat ini, pengalaman here and now klien
e. Penggunaan kreatif dan spontan dari percobaan aktif sebagai jalur masuk
menuju eksperensial pembelajaran.
Salah satu kekuatan dari pendekatan ini adalah menekankan pada
integritas teori, praktik dan penelitian. Strumpfel dan Goldman (2002)
mencatat bahwa proses dan pencapaian studi memberikan kemajuan pada
teori dan praktik pada pendelatan Gestalt ini. Strumpfel dan Goldman
merangkumkan sejumlah penemuan berdasarkan pecapaian penelitian :
1. Terapi Gestalt menunjukkan kesejajaran / equal atau keuntungan yang
lebih besar dibanding terapi-terapi lain untuk beragam gangguan
psikologis
2. Terapi Gestalt memiliki dmapak yang menguntungkan untuk orang
dengan gangguan kepribadian, permasalahan psikosomatis, dan kecandua
obat-obat kimia
3. Efek dari terapi Gestalt cenderung stabil dalam studi follow up 1 hingga
3 tahun setelah pemberian treatmen.
Terapi Gestalt adalah model yang humanis, eksistensial dan
holistik yang membawa prespektif kreatif dan segar untuk dipraktikkan
pada kelompok. Corey menemukan bahwa tema eksperimen dari
pendekatan Gestalt sangan kuat dan seringkali mengarahkan ekspesi emosi
dan mengekspresikan ulang perasaan yang sudah berlalu. Misalnya pada
teknik psikodramatis, metode present-centered (berfokus pada masa
sekarang) Gestalt untuk melakukan pengulangan terhadap pengalaman
hidup membawa vitalitas antara pekerjaan individu dan partisipan dalam
kelompok.
Tema lain dari terapi Gestalt yang juga memberi kontribusi dalam
praktik kelompok yaitu berpust pada tubuh, yang posture, pergerakan dan
pengalaman terkait body dapat digabungkan dalam praktik terapi Gestalt.
Apa yang terjadi pada tubuh (bodily experience) anggota kelompok
memberika banyak clue terhadap area yang anggota hindari, dan juga
menawarkan pada individu dalam melakukan kontak dengan kecemasan
yang dihadapinya. Apabila terapis memberitahu makna dari gesture, postus
dan simpton yang ditunjukkanoleh tubuh maka anggota akan mampu
bertahan pada apa yang mereka alami dan secara bertahap menemukan
makna dari diri mereka.
Keterbatasan Pendekatan Gestalt
Intervensi Gestalt secara frekuensi mendatangkan perasaan
partisipan, hal ini cenderung membuat pemimpin kelompok lebih memberi
perhatian pada perasaan dan kurang memberikan perhatian pada faktor
kognisi. Membantu partisipan dalam menemukan makna terdalam dari
pengalaman emosionalnya merpakan faktor yang signifikan dalam
memproduksi perubahan kepribadian yang akan ditekankan dalam
kelompok. Versi terkini dari pendekatan terapi Gestalt juga memberikan
perhatian pada faktor kognisi dan menyatukan dimensi perasaan dan kognisi
terhadap pemngalaman manusia. Dan terapi Gestalt kontemporer lebih
berfokus juga pada hubungan dan mengurangi teknik yang digunakan.
Terapis Gestalt disyaratkan untuk memiliki karakteristik yang
disebutkan oleh Zinker (1978), yaitu sensitivity, timing, inventiveness,
emphaty, dan respect terhadap klien, yang itu semua membuat terapis untuk
aktif. Keaktifan konselor ini justru dapat menjadi boomerang, khususnya
dalam menentukan eksperimen apa yang akan dilakukan oleh klien. Klien
akan cemderung melakukan eksperimen sesuai dengan ide atau asumsi yang
disampaikan terapis dibandingkan eksperimen yang mestinya klien pilih dan
digagas sendiri. Sehingga, hal ini harus menjadi perhatian bahwa
eksperimen yang akan dilakukan oleh klien merupakan ciptaan dari
pemimpin kelompok dan anggotanya.
Dengan pendekatan yang berdampak kuat pada anggotanya, bisa
jadi konstruktif dan bisa jadi destruktif, etis dalam berpraktis mensyaratkan
pelatihan dan supervisi terhadap pemimpin kelompok. Keterbatasan paling
kuat dari terapi Gestalt adalah pada kemampuan, pengetahun, pelatihan dan
penilain terhadap terapis. Yontef (1995) mengatakan bahwa terapis yang
kurang dilatih seringkali yang menggunakan teknik tanpa mengetaui tujuan
dari terapi, yang berpusat pada pengalaman klien, dan pada alternatif
metode apa yang pas. Beberapa terpis yang mengasumsikan gaya
mempesona, memungkinkan penyalahgunaan kekuatan. Pemimpin
kelompok yang tampil mempesona terhadap anggota lebih tertarik pada apa
yang mereka mau daripada apa yang anggota mau dari diri pemimpin.
Dalam jangkauan gaya mempesona ini, pemimpin kelompok kurang
memperhatikan pemahaman dan respect mereka terhadap pengalaman
anggota lalu mereka membuat sesuatu terjadi (Frew, 1992).
Terapis yang tidak layak menggunakan kekuatan intervensi untuk
mengaduk emosi dan membuka permasalahan yang anggota jaga dari
kesadaran penuh, hanya untuk melepaskan anggota suatu kali mereka
memanage katarsis dramatis. Beberapa pemimpin gagal membantu anggota
bekerja melalui apa yang mereka alami dan membawa beberapa penutupan
terhadap hal itu. Ini sangat penting bagi pemimpin untuk mampu tampil
secara psikologis ketika anggota mengekspresikan emosinya. Jika pemimpin
teranca denagn emosi decara intensif, mereka mungkin melepaskan anggota
yang mengalami emosi. Pemimpin perlu belajar memanage eksprei perasaan
dengan kuat.
Juga sangat mudah melihat miss-aplikasi terapi Gstalt yang
menempatkan terapis pada posisi untuk menyembunyikan respon
personalnya dan melupakan tentang tema hubungan I/Thou, khususnya
pemimpin kelompok yang mengadopsi gaya mempesona. Melalui
penggunaan teknik konfrontasi, tanpa pemahaman yang jelas tentang teori
Gestalt, pemimpin dapat membuat lebih banyak kerusakan daripada
kebaikan. Ini sangat esensial untuk praktisioner Gestalt mempelajari
bagaimana mengintervensi dalam aturan/norma bahwa respect terhadap
keengganan klien dan kurangnya dukungan internal dan lingkungan untuk
melakukan perubahan yang lebih. Perpaduan dukungan dan ajakan untuk
resiko pada cara yang panjang dalam membuat jenis hubungan yang
memampukan klien mengeksplorasi tegangan universal – Saya ingin
berubah versus Saya ingin bertahan pada jalan yang sama.
Pemimpin kelompok Gestalt yang secara benar mengintegrasi
pendekatan terapi mereka menjadi cukup sensistif dalam mempraktikan
dalam cara yang fleksibel, Mereka memiliki kesolidan pelatihan dalam teori
dan praktik Gestalt, yang mengijinkan mereka mendesain eksperimen yang
akan memperdalam pekerjaan anggota. Kesensitifan untuk bertahan pada
kontak/hubungan dengan anggota mengalir terhadap pengalaman
memerlukan kemampuan untuk fokus pada person dan tidak bergantung
pada penggunaan teknik untuk mendapatkan dampak yang pasti.
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. 2012. Theory and Practice Of Group Counseling : Eight Edition.
USA ; Brooks/Cole