3
Nama : Asmoro Pribadi Dewo Nim : F1D213020 Prodi : Teknik Geologi Tugas Artikel Matakuliah Metodologi Penelitian Judul : Kelakuan Air pada Kawasan Kars Rumusan Masalah Bagaimana perilaku air pada kawasan kars ? Bagaimana proses yang terjadi pada air di suatu kawasan kars ? Ada berapa jenis aliran air pada kawasan kars ? Tujuan Untuk mempelajari kelakuan air pada kawasan kars Untuk mengetahui jenis-jenis aliran air pada kawasan kars Untuk mengetahui proses yang terjadi pada air di suatu kawasan kars Inti Sari Kawasan kars dicirikan oleh batuan penyusunnya berupa batuan karbonat atau batuan sedimen yang mengandung mineral karbonat atau mineral dengan komposisi kimia utama berupa senyawa CO3 lebih dari 50%, yaitu batu gamping dan dolomit. Air mengalir dalam batuan umumnya melalui dua media, yaitu ruang antar butir (porous media) dan media rekahan (fractured media). Porositas adalah volume ruang antar butir atau rongga dibandingkan dengan volume keseluruhan batuan tersebut. Pada

Tugas Artikel Metodologi Penelitian

Embed Size (px)

DESCRIPTION

q

Citation preview

Nama : Asmoro Pribadi DewoNim : F1D213020Prodi: Teknik GeologiTugas Artikel Matakuliah Metodologi Penelitian

Judul : Kelakuan Air pada Kawasan Kars

Rumusan Masalah Bagaimana perilaku air pada kawasan kars ? Bagaimana proses yang terjadi pada air di suatu kawasan kars ? Ada berapa jenis aliran air pada kawasan kars ?

Tujuan Untuk mempelajari kelakuan air pada kawasan kars Untuk mengetahui jenis-jenis aliran air pada kawasan kars Untuk mengetahui proses yang terjadi pada air di suatu kawasan kars

Inti Sari Kawasan kars dicirikan oleh batuan penyusunnya berupa batuan karbonat atau batuan sedimen yang mengandung mineral karbonat atau mineral dengan komposisi kimia utama berupa senyawa CO3 lebih dari 50%, yaitu batu gamping dan dolomit. Air mengalir dalam batuan umumnya melalui dua media, yaitu ruang antar butir (porous media) dan media rekahan (fractured media). Porositas adalah volume ruang antar butir atau rongga dibandingkan dengan volume keseluruhan batuan tersebut. Pada media pori seperti batupasir, porositasnya disebut sebagai porositas primer, yaitu porositas yang terbentuk selama proses pengendapan batuan itu. Di dalam media rekahan seperti batugamping pembentuk kars, air dalam jumlah yang signifikan mengalir melalui rongga-rongga yang terbentuk oleh pelarutan batuan tersebut. Inilah yang disebut porositas sekunder, yaitu porositas yang diperbesar oleh pelarutan batuan tersebut di dalam air yang melaluinya. Dimensi rongga semakin besar hingga berupa gua-gua. Terbentuknya rongga-rongga porositas sekunder itu berkaitan dengan air hujan dan kimia penyusun batu gamping. Air hujan berinteraksi dengan karbon dioksida di atmosfir dan ketika masuk ke dalam tanah menjadi semakin agresif karena mengandung asam karbonat (H2CO3). Selanjutnya, air asam ini berinfiltrasi melalui rekahan atau celahan dan melarutkan batuan karbonat (CaCO3) yang dilaluinya sehingga membentuk rongga saluran air. Di tempat lain, karbonat yang terlarut ini ini diendapkan kembali dalam bentuk stalaktit dan lain lain di gua. Celahan menjadi zona lemah tempat air masuk ke dalam sistem kars yang selanjutnya melarutkan batuan karbonat penyusun kars. Domenico dan Schwartz (1990) membagi komponen aliran di akuifer kars menjadi hanya dua, yaitu komponen aliran rembesan atau difusi (diffuse flow system) dan komponen aliran saluran (conduit flow system). Perilaku air tanah pada sistem aliran rembesan bersifat lambat dan laminar dengan gerakan fluida yang konstan melalui jaringan porositas batuan mengikuti hukum Darcy. Sedangkan pada sistem aliran saluran, aliran air tanah bersifat cepat dan turbulen atau tidak mengikuti hukum Darcy, tetapi mengikuti perilaku aliran dalam pipa yang diprediksi oleh bilangan Reynold yang memperhitungkan ciri fluida seperti kerapatan, kekentalan, dan kecepatan; serta karakteristik media yang dilaluinya. Peneliti lain, sebagaimana disebutkan oleh Adji (2011), berpendapat bahwa ada jenis aliran ketiga yang terjadi pada kawasan kars, yaitu aliran celahan yang mengalir melalui celah-celah (fissure) yang terbentuk. Selanjutnya, Adji (2011) menyimpulkan bahwa aliran rembesan merupakan pemasok penting aliran dasar (baseflow) pada kawasan kars. Aliran dasar adalah aliran air yang tetap mengalir meski musim kemarau sekalipun. Pada kars yang sudah sangat berkembang, aliran air melalui sistem saluran begitu dominan sehingga aliran air sangat merespon cuaca dan iklim. Untuk memanfaatkan sumber daya air kars secara lebih optimal, juga guna menghindari bencana seperti kematian para penelusur gua akibat banjir tiba-tiba, kita perlu lebih memahami kelakuan air pada kawasan kars.