Upload
yoga-yudhistira
View
270
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS ANALISIS JURNAL
Understanding Respect : learning from patients
DISUSUN OLEH:
Natasya Ayu Ningrum 20120310190
Ninda Frymonalitza 20120310191
Radhiatun Nisa 20120310183
Rida Aswin Muhardian 20120310181
Taufik Andaru 20120310185
Yoga Yudhistira 20120310186
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Tahun Ajaran 2012/2013
BAB 1
PENDAHULUAN
Seorang dokter dalam menjalankan profesinya sebaiknya berupaya mencapai profesionalisme
dokter yang tertinggi. Profesionalisme sendiri memiliki beberapa pengertian, secara terminologis
dalam kamus besar bahasa indonesia profesionalisme yaitu mutu, kualitas dan tindak tanduk yang
merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional. Pengertian Professionalisme Menurut
Supriadi menunjuk pada derajat penampilan seseorang sebagai profesional atau penampilan suatu
pekerjaan sebagai suatu profesi, ada yang profesionalismenya tinggi, sedang dan rendah.
Profesionalisme juga mengacu kepada sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja
berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik profesinya.(Sumardi, 2001). Jurnal ilmiah
“Professional Attitudes and Behaviors: The “A’s and B’s” of Professionalism” tahun 2000 mengutip
Meriam-Webster yang memberi definisi bahwa profesionalisme adalah seperangkat sikap dan
kebiasaan yang diyakini sesuai dengan pekerjaan tertentu.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa profesionalisme merupakan mutu,
kualitas dan tingkah laku/perilaku yang diyakini, merupakan ciri suatu profesi atau orang yang
profesional, yang dapat diukur dalam ukuran tinggi, sedang maupun rendah, dari sikap dan komitmen
anggota profesi untuk bekerja mencapaiciri suatu profesi itu, yang dapat berupa standar profesi
ataupun kode etik profesinya.
Penilaian terhadap profesionalisme dapat dilihat dari usaha dan hasil dalam proses pencapaian
profesionalisme. Dokter dapat dinilai memiliki profesionalismenya tinggi, sedang ataupun rendah.
Jika rendah, setidaknya kita dapat menyebutnya seorang dokter tersebut dalam melakukan segala
tindakan atau berperilaku kurang mencerminkan ciri profesi dokter, namun jika faktanya sebaliknya,
dokter tersebut dapat dinyatakan telah berperilaku sesuai dengan yang seharusnya.
2
Perilaku Professional (Professional Behavior)
Professional Behavior secara bahasa (terminologi), merujuk pada bahasa inggris, yaitu
tingkah laku atau perilaku profesional. Sedangkan menurut luijk perilaku Profesional mengacu pada
perilaku yang terlihat yang merefleksikan standar dan nilai profesional, dibuktikan dengan perkataan,
kebiasaan, penampilan dan hal ini bersifat esensial dalam menetapkan dasar kepercayaan diantara
pasien dan profesional”(Luijk, 2005),Sehingga Jika pengertian tingkah laku/perilaku profesional dan
profesionalisme dikombinasikan, “standar dan nilai profesional” dapat disamakan dengan “ciri suatu
profesi” sehingga dapat diambil kesimpulan bahwaperilaku profesional (Professional Behavior)
merupakan salah satu komponen profesionalisme yaitu tindak tanduk atauperilaku yang terlihat yang
merefleksikan profesionalisme, ditunjukkan melalui segala tindakan maupun penampilan, dan bersifat
esensial dalam menetapkan dasar kepercayaan diantara pasien dan profesional.
Professional Behavior diteliti dan diidentifikasikan salah satunya dalam Konferensi AAMC
(Association of American Medical Colleges) dan NBME (National Board of Medical Examiners)
pada tahun 2002 di Baltimore, Maryland.
Konferensi yang dilaksanakan ini merupakan upaya untukmengidentifikasi perilaku-perilaku
yang termasuk dalam perilaku-perilaku profesional (Professional Behaviors) yang merefleksikan
profesionalisme seorang dokter yang baik dengan tujuan sebagai pedoman untuk menyiapkan
mahasiswa kedokteran agar berperilaku profesional dan mencukupi kontrak sosial implisit antara
dokter dan pasien serta publik, selain itu yang paling penting juga agar mahasiswa kedokteran dapat
menghadapi ancaman terhadap profesionalisme saat ini, seperti meningkatnya biaya pelayanan
kesehatan, meningkatnya kesadaran dan kuasa serta harapan pasien terhadap dokter, dan tekanan
dokter untuk menekan biaya dengan meningkatkan hasil pengobatan pasien. (AAMC, 2002)
Perilaku-perilaku profesional ini diidentifikasi atau dicari pada sesi pertama konferensi, yang
membahas tentang “perilaku-perilaku yang merefleksikan profesionalisme” oleh 100 lebih partisipan.
Beberapa contoh sebagai hasil dari perilaku-perilaku profesionalisme ini dilampirkan pada halaman
yang sama dan dikategorikan dalam beberapa kategori, antara lain:
3
I. Peduli dan Belas kasih(Care and Compassion)
1. Memperlakukan pasien sebagai individu, dengan mempertimbangkan gaya hidup,
keyakinan atau kepercayaan, keanehan pribadi, dan sistem pendukung.
2. Mengkomunikasikan berita buruk dengan ketulusan, kesungguhan hati dan perasaan
terharu.
3. Berurusan dengan penyakit, kematian dan sekarat dengan perilaku atau sikap yang
profesional kepada pasien dan anggota keluarganya.
4. Mendukung keseimbangan aktivitas pribadi dan aktivitas profesional untuk sejawat
dan bawahannya.
II. Kehormatan dan kejujuran(Honor and Integrity)
1. Terbuka dengan informasi; tidak menahan dan atau menggunakan informasi untuk
kekuasaan tertentu
2. Mengakui kesalahan
3. Berurusan terhadap informasi rahasia dengan hati-hati,bijaksana dan semestinya
4. Tidak menyalahgunakan sumber daya yang ada (contoh: komputer kampus/sekolah
dan makanan pasien)
III. Mementingkan orang lain atau rela berkorban(altruism)
1. Menawarkan bantuan kepada anggota tim yang sedang sibuk
2. Berkontribusi kepada profesi, seperti aktif di organisasilokal maupun nasional.
3. Tidak menggunakan altruisme sebagai alasan untuk tidak mempriortaskan atau untuk
merasionalkan beberapa perilaku, seperti “aku tidak bisa beada dengan keluargaku
karena pasien membutuhkanku”.
IV. Rasa hormat/menghargai(respect)
1. Menghormati staf institusional dan wakil-wakilnya, contohnya menghargai fakultas
selama sesi mengajar
2. Menghormati hak, harga diri, atau martabat pasien (privasi/kerahasiaan, persetujuan);
contohnya dengan mengetuk pintu, memperkenalkan diri, menutup tirai pasien dengan
benar, dan menunjukkan penghargaan terhadap kebutuhan privasi pasien.
3. Menunjukkan toleransi terhadap berbagai perilaku dan kepercayaan.
4. Tidak mengganggu dalam sesi kelompok kecil.
4
V. Bertanggung jawab dan dapat diminta pertanggung jawabannya dalam situasi yang
seharusnya(Responsibility and Accountability)
1. Menunjukkan kesadaran terhadap keterbatasan dirinya, dan mengidentifikasi
kebutuhan untuk pengembangan dan pendekatan-pendekatan untuk berbagai
peningkatan.
2. Peduli dengan diri sewajarnya dan tampil dengan perilaku seorang profesional (yaitu
seperti, sikap, pakaian, kebersihan)
3. Mengenali dan melaporkan kesalahan/perilaku yang buruk kepada teman sejawat
4. Memberitahukan yang lain ketika “tidak ada untuk memenuhi tanggung jawab” dan
memperoleh pengganti
5. Mengambil tanggung jawab untuk berbagi hal yang tepat dan pantas dari kerjasama
tim
6. Datang tepat waktu
7. Bertanggung jawab terhadap batas waktu; contohnya menyelesaikan tugas dan
tanggung jawab tepat waktu
8. Menjawab surat, e-mail, panggilan telepon dalam waktu yang tepat.
VI. keunggulan dan kepandaian(Excellence and Scholarship)
1. Menguasai teknik dan teknologi dalam belajar
2. Kritis terhadap diri sendiri dan mampu mengenali area dalam dirinya untuk belajar
atau latihan peningkatan.
3. Memiliki fokus dan arah internal, serta dapat menentukan tujuannya.
4. Mengambil inisiatif dalam mengorganisir, berpartisipasi, dan berkolaborasi dengan
grup belajar teman sejawat.
VII. Kepemimpianan(leadership)
1. Mengajarkan kepada yang lainnya
2. Membantu membangun dan menjaga budaya ataupun kebiasaan yang memfasilitasi
profesionalisme
3. Tidak mengacaukan kepemimpinan yang ada (misalnya, membuat gurauan-gurauan
berlebihan, dengan tidak tepat dan pantas melawan sosok-sosok pimpinan yang ada)
5
Selain itu, dalam panduan profesispesialis obstetri dan ginekologi olehperkumpulan obstetri dan ginekologi indonesia, perilaku profesional ini diringkas sebagai pedoman profesionalisme profesi spesialis obsgin, dan pengertiannya menjadi sebagai berikut:
1. Altruisme, yaitu sifat senantiasa menempatkan kepentingan pasien di atas kepentingan
pribadi
2. Integritas, yaitu perilaku berdasarkan keilmuan dan profesionalisme
3. Perilaku yang selalu menjunjung tinggi harkat dan martabat profesi
4. Kesejawatan, yaitu menghormati sejawat secara profesional
5. Akuntabilitas, yaitu dalam menjalankan profesinya dapat dipertanggungjawabkan
dengan pembuktian.
6. Bertanggung jawab terhadap semua tindakan dan perilaku dalam menjalankan
profesinya.
7. Excellence, yaitu senantiasa menjadi yang terbaik dan memberikan pelayanan terbaik
8. Senantiasa siap sedia menjalankan profesinya
9. Senantiasa mampu berkomunikasi secara profesional dengan berprinsip pada asah,
asih, Asuh
10. Sifat dan perilaku kepemimpinan, baik bagi dirinya, teman sekerja dan sejawat.
11. Seluruh Spesialis Obstetri dan Ginekologi dalam menjalankan profesinya senantiasa
menjalankan profesi Obstetri dan Ginekologi dengan memanfaatkan keterampilan ,
ilmu pengetahuan serta perilaku profesional yang setinggi-tingginya
(POGI, 2012)
Selain itu juga, ABIM (American Board of Internal Medicine) memberikan perilaku-
perilaku profesional yang mencerminkan profesionalisme yang dikutip oleh Pusat Ilmu
Kesehatan, Departemen Kedokteran, Universitas Negara bagian Lousiana dalam
presentasinya1antara lain:
1. Altruism (Altruisme)
a. Inti pokok dari profesionalisme
b. Memberikan perhatian terbaik bagi pasien ketimbang dirinya sendiri.
1http://goo.gl/5lyX5 6
2. Accountability (Akuntabilitas)
a. Sangat diperlukan bagi semua pihak, antara lain
1) bagi pasien – untuk memenuhi kontrak sosial antara dokter dan pasien
2) Bagi masyakarat – untuk menunjukkan kebutuhan kesehatan bagi
publik
3) Bagi profesi dokter – for adhering to medicine’s time honored ethical
precepts
3. Excellence (Keunggulan)
a. Menunjukkan upaya yang sungguh-sungguh untuk melampaui harapan yang
biasanya pasien/masyarakat/pemerintah harapkan serta membuat komitmen untuk
life-long learning (belajar sepanjang hayat).
4. Duty (Kewajiban)
a. Duty adalah Berkomitmen untuk pelayanan, dalam misalnya situasi tertentu antara
lain:
1) Harus ada dan responsif waktu ada panggilan profesi
2) Menerimaan kesulitan atau ketidakenakan waktu bertemu dengan
pasien pasien.
3) Menghadapi resiko yang tidak terhindarkan bagi dirinya ketika
keselamatan pasien dipertaruhkan
4) Mendukung pelayanan terbaik tanpa memperhatikan kemampuan
untuk membayar.
5) Berperan aktif dalam organisasi profesi.
6) Menyumbangkan kemampuannya dan keahliannya untuk keselamatan
komunitas
5. Honor and Integrity(Kehormatan dan kejujuran)
Honor and integrity adalah konsisten untuk mencapai standar tertinggi perilaku dan
menolak segala hal yang melanggar kode etik personal maupun profesi. Antara lain:
a. Adil, jujur, menjaga perkataannya, dan konsisten dalam perkataanya
b. Berkomitmen untuk terus maju
7
c. recognizing conflicts of interest and avoidance of relationships that allow personal
gain to supersede the best interest of the patient
6. Respect for others (menghargai orang lain)
a. Pasien, keluarga pasien, dokter lainnya
b. Kolega/teman sejawat/rekan kerja profesi seperti perawat, mahasiswa kedokteran,
residen , ataupun mahasiswa tingkat doktor.
Menghargai orang lain adalah Inti dari humanisme. (ABIM, 2001)
Kami juga mengutip sebuah contoh saat seorang dokter dapat menunjukkan aspek
profesionalisme mereka pada pasien, dari Richard Cruess OC, MD, FRCSC dan Sylvia Cruess MD,
CPSQ dari McGill University yang menyusun jurnal “Expectations and Obligations
Professionalismandmedicine’s social contract withsociety”dalam presentasi mereka mengenaihal
yang sama (profesionalisme)2,
Your daughter is scheduled to graduate from high school this afternoon. As you are
preparing to sign out to a colleague, one of your long time patients present in the ER
(emergency room) with chest pain. You enter the ER and a partner in your group practice
is already there to evaluate the situation. As you know that he is competent and
conscientious, you go to reassure your patient. He pleads with you to stay, Aspek
profesionalisme apakah yang mungkin diperlihatkan dalam situasi seperti ini?
Menurut kami, aspek profesionalisme dari cerita diatas yang didemonstrasikan adalah
altruisme yangmerupakan salah satu sikap/perilaku profesional diatas yaitu mengorbankan
kepentingan sendiri untuk kepentingan orang lain. seandainya sang dokter memilih untuk tetap
tinggal bersama pasiennya.
2http://fhs.mcmaster.ca/macortho/documents/Day1WhatisProfessionalism.ppt8
Kontrak Sosial
Kontrak sosial dalam konteks hubungan antara masyarakat dan pemerintahan memiliki
pengertian “The rights and duties of the state and itscitizens are reciprocal and the recognition ofthis
reciprocity constitutes a relationship whichby analogy can be called a social contract”Gough, “The
Social Contract”, 1957. Selain itu kontrak sosial dapat diartikan juga sebagai, “A basis for
legitimating legal and political power in the idea of a contract. Contracts arethings that create
obligations, hence if we can view society as organized “as if” a contract has been formed between
the citizen and the sovereign power, this will ground the nature of the obligations, each to the other.”
Oxford Dictionary of Philosophy (1996)
Sehingga dalam kontrak sosial terdapat hak dan kewajiban yang dimiliki masing-masing pihak
dalam suatu hubungan, yang harus dipenuhi. Seorang dokter sendiri dalam melakukan pekerjaannya
menjalankan kontrak sosial juga dengan masyarakat, dimana masyarakat memberikan hak untuk
melakukan pengobatan dan memberikan kepercayaan kepada dokter. Dengan adanya pemberian
kepercayaan ini maka dokter memiliki kewajiban untuk bekerja dengan kemampuan terbaiknya dan
berkewajiban secara moral untuk mencari kesembuhan bagi pasien.
Kontrak sosial yang ada melibatkan masyarakat pemerintah dan dokter, ketiga-tiganya satu
sama lain memiliki ekpektasi/harapanyang akan menjelma menjadi hak dan kewajibannya menurut
masing-masing pihak.(Cruess & Sylvia R., 2008). Hak dan kewajiban ini menuntut dokter untuk
berperilaku tertentu sesuai dengan hak dan kewajiban yang diharapkan pasien, sehingga dokter
maupun pihak lain terdorong untuk menciptakan perilaku yang sesuai (Professional Behavior) dengan
hak dan kewajiban ini, yang harus diidentifikasi perilakunya dan dipergunakan, yang nantinya dapat
mencerminkan ciri khas suatu profesi yan disebut profesionalisme, sehingga siapa saja yang melihat
perilakunya tahu bahwa ia seorang dokter yang baik dan sesuai harapan masyarakat/pemerintah
dalam kontrak sosialnya.
Cruess menyebutkan kontrak sosial juga merupakan campuran dari explisit dan implisit,
tertulis dan tidak tertulis, kode etik, kewajiban moral dan hukum, sesuatu yang universal maupun
lokal.(Cruess & Sylvia R., 2008),ekslisit meliputi, aturan, hukum kesehatan, sertifikasi, lisensi,
yurispudensi disiplin yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan dan sumpah dokter atau kode etik
dokter. skema dari kontrak sosial dan profesionalisme dapat dilihat di halaman selanjutnya,
9
Kontrak sosial juga terbukti sangat berhubungan dengan perilaku profesional yang teridentifikasi
mencerminkan Professionalisme menurut AAMC maupun ABIM, terlihat dari harapan pasien yang
diidentifikasi oleh cruess pada gambar dibawah ini beberapa diantaranya menjelma menjadi perilaku
profesional yang menjadi rujukan profesionalisme dokter atau mutu, kualitas dan tindak tanduk/perilaku yang
mencerminkan profesi dokter, ada pelayanan yang altruistik, ingegritas, akuntabilitas, respect dan lain-lain.
Gambar. Harapan/ekspektasi pasien terhadap dokter dan sebaliknya dalam kontrak sosial(Cruess & Sylvia R., 2008)
10
Skema 2 Profesionalisme dan Kontrak Sosial (POGI) (Cruess & Sylvia R., 2008)
Harapan
Hak dan kewajiban
Perilaku profesional
Profesionalisme
Kontrak sosial setidaknya dimulai dokter saat menyatakan sumpah dokter, yang menunjukkan
komitmennya agar dalam kesehariannya menjalankan profesiberlaku sesuai sumpahnya, dan
komitmen ini bisa menjadi harapan/obligation masyakarakat pula yang harus dipenuhi oleh dokter
dalam praktiknya.
Saat ini kontrak sosial mulai dinilai penting dalam pembelajaran profesionalisme, karena
kontrak sosial memberikan garis besar hal-hal/perilaku yang harus ada dalam perilaku profesional
seorang dokter. hal ini terjadi karena kontrak sosial mengandung harapan-harapan dari pasien berisi
perilaku-perilaku atau hal yang ingin mereka lihat pada dokter dan terima dari dokter, sehingga dalam
hal ini, dokter ataupun organisasi profesi dapat menyusun perilaku-perilaku ini dalam bentuk
perilaku-perilaku profesional seperti yang AAMC dan ABIM lakukan, dan dilaksanakan oleh dokter
secara konsisten sehingga dokter itu mencerminkan dan membuat image profesionalisme seorang
dokter yang sebenarnya dimata masyarakat dan memenuhi harapan mereka atas profesi dokter.
11
Didalam Kontrak Sosial
Respect (Rasa Hormat)
Respect/rasa hormat memiliki pengertian mengenali dan
mengakui nilai-nilai mutlak pasien sebagai seseorang/seorang
manusia atau dalam berposisi menjadi seseorang, seperti
menghargai otonomi/keputusan yang pasien ambil(Beach,
Patrick, & Christine, 2007).
Sebagian konsep tentang rasa hormat yang ada
menunjukkan bahwa rasa hormat melibatkan menghargai pasien,
atau setidaknya, mengakui nilai mereka. Kemudian, sikap
mengakui nilai ini biasanya akan diperlihatkan dalam perilaku
tertentu, misal, mengungkapkan kepedulian kita terhadap
kesejahteraan mereka, mencoba merasakan perasaan dan
pengalamannya dengan serius.(Beach, Patrick, & Christine,
2007)
Rasa hormat memiliki memiliki dimensi kognitif
(pengetahuan ; yaitu mempercayai bahwa pasien memiliki nilai-
nilai yang diyakininya) dan dimensi perilaku (pasien berlaku
berdasarkan nilai-nilai yang diyakininya). (Beach, Patrick, &
Christine, 2007)
Dari beberapa pendapat diatas dan banalisa kami, kami mengambil kesimpulan, pengertian
darirespect atau rasahormat atau menghargai adalah sebuah sikap yang memperlihatkan penghargaan
atau pengakuan yang baik kepada seseorang terhadap orang itu sebagai individu maupun bagian dari
masyarakat atau kelompok tertentu atas hak, posisi, norma yang dianut yang merupakan nilai dalam
dirinya atau segala jenis tindakan yang dilakukannyaataupun berbagai perbedaan lain yang
dimilikinya, lewat segala bentuk komunikasi termasuk ucapan, bahasa tubuh, tulisan, segala tindakan
dan dalam berbagai waktu dan tempat.
Singkatnya dari pengertian kami dan sedikit konsep diatas, rasa hormat dapat diartikan
sebagai penghargaan atau pengakuan kepada seseorang sebagai individu atau bagian dari suatu
kelompok maupun kepada kelompok tertentu, atas nilai internal, tindakan, atau perbedaan lain yang
12
Skema 1 Rasa Hormat/Menghargai (Yoga)
Respect (rasa hormat/menghargai)
Bagaimana caranya? (How)menunjukkan sikap yang memperlihatkan penghargaan atau pengakuan yang baik, dalam bentuk,UcapanBahasa tubuhTulisan, maupunTindakan
Apa yang kita harga/hormati? (what)Internal & EksternalNorma yang dianutHakPosisi/jabatanPola pikir,-----Tindakan subjek yang ingin kita hormati, berupa :UcapanTulisanTindakannya
Kapan? (When)Segala waktu
Untuk siapa? (Who)IndividuKelompok tertentuMasyarakatMakhluk Hidup secara keseluruhan termasuk hewan dan tumbuhan.
dimiliki atau dilakukannya, yang dapat kita tunjukkan melalui segala tindakan kita, dalam berbagai
waktu dan tempat.
Perilaku respect disebut “menghormati”, hasil dari perilaku tersebut dapat dinyatakan sebagai
“perilaku terhormat” (respectful behavior) dan sebagai dampak yang didapat oleh subjek adalah
“merasa dihormati” (respected). Sehingga dalam ilmu kedokteran, rasa hormat (respect) dapat
diterapkan lewat menghormati (respecting) siapa saja yang terlibat dalam tindakan kedokteran
semisal pasien, dan hasilnya adalah perilaku yang terhormat (respectful) misal respectful treatment
atau pengobatan yang bermartabat/dengan rasa hormat, serta hasil ini akan membuat subject tindakan
kedokteran merasa dihormati (respected), jika sebaliknya maka ada tambahan dis- sebelum kata
respect, misal disrespect (tidak sopan).
Wujud rasa hormat sangat bergantung dengan apa yang kita hormati, dan apa yang kita yakini.
Sangat sulit untuk memberikan gambaran atau contoh yang lengkap dan menyeluruh untuk wujud
dari rasa hormat karena hal ini sangat tergantung dengan persepsi seseorang tentang hormat
berdasarkan nilai-nilai internalnya. Sementara itu beberapa contoh yang dapat kita ambil antara lain,
dalam kondisi “perwujudan ini” tidak sesuai dengan keyakinan kita maka dapat kita wujudkan dalam
bentuk toleransi, sedangkan jika tidak bertentangan dengan keyakinan kita, rasa hormat dapat kita
wujudkan dalam bentuk mengikuti, melaksanakannya, atau mendiamkannya saja. Praktisnya, saat
dokter berada di pulau terpencil, seandainya di pulau itu tradisi untuk beramah tamah dengan orang
lain adalah dengan memakan daging babi hasil buruan tuan rumah/orang yang ingin diramah tamahi,
tentunya jika ini tidak sesuai dengan nilai/norma yang kita anut semisal agama kita, hendaknyakita
tolak atau tidak mengikutinya dengan halus dan baik, serta tidak lupa kita memberikan penjelasan
supaya mereka paham. Hal ini sudah cukup menghormati tuan rumah.
Rasa hormat dalam profesi dokter termasuk dalam berbagai perilaku profesional atau
Professional Behaviors menurut AAMC maupun ABIM. Perilaku ini dapat diterapkan dalam
berbagai hubungan, antara lain dalam hubungan antara dokter dan pasien, dokter dengan tenaga medis
lainnya, dokter dengan teman sejawat, dokter dengan dosennya, dokter dengan pegawai di rumah
sakit, dokter dengan masyarakat luas dan sebagainya, sehingga seorang dokter tidak bisa lepas sikap
respect (rasa hormat).
Bagaimana rasa hormat berhubungan dengan norma?, Secara sederhana kita dapat
mencontohkan rasa hormat seperti berikut : di jepang, orang yang makan dengan lahap dan
13
bersuaradianggap sangat menghargai dan menghormatipemasaknya karena anggapan mereka adalah
hal ini menunjukkan bahwa makanan yang dimakan lezat dan enak, lain hal di Indonesia, makan
dengan lahap dan bersuara dianggap seperti orang yang kelaparan, tidak pernah makan dan tidak
punya adat istiadat/kebiasaan dan sopan santun yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa rasa hormat
juga tergantung dengan norma yang dianut oleh masyarakat tertentu/subjek respect. Menunjukkan
rasa hormat menurut kasus diatas diwujudkan dengan mencoba melaksanakan sesuatu sesuai dengan
norma yang dianut subjek yang merasa dihormati. Ada beberapa contoh lain untuk memahami
respect,
KasusBagaimana
caranya? (How)
Apa yang kita
hargai? (what)
Kapan?
(when)
Untuk siapa?
(who)
Contoh Positif:
Kepala tim dokter
menyampaikan instruksinya
kepada bawahannya dengan
suara yang tidak terlalu
lantang, keras dan
menantang, mengingat seluruh
bawahannya adalah orang asli
jogja. Walaupun dirinya berasal
dari medan yang memiliki
kebiasaan berbicara dengan
suara lantang dan keras.
Ucapan
Dengan tidak
lantang, keras
dan menantang
Norma yang dianut
Norma kesopanan
masyarakat jogja
Kapan saja
Pada waktu
bekerja
Hubungan
antara dokter
dengan teman
sejawat
Kelompok
tertentu
Sekelompok
anggota tim
dokter yang asli
dari jogja.
Contoh lain:
Seorang dokter berterima
kasih, tersenyumkepada
perawat dan mengambil
stetoskop dengan tangannya
dengan halus /tidak kasar dari
perawat, karena perawat itu
telah membantunya
mengambilkan stetoskop dari
Ucapan
Dokter
mengucapkan
terimakasih
Bahasa Tubuh
Senyuman
Tindakan
Tindakan
Dokter menghargai
perawat yang telah
membantu
mengambilkan
stetoskopnya.
Norma yang dianut
Norma kesusilaan
Kapan saja
Saat dokter
berpraktik
Hubungan
antara dokter
dengan
tenaga
kesehatan
Individu
Seorang perawat
14
ruangan lain di rumah sakit yang
cukup jauh dan tidak
memungkinkan diambil oleh
dokter sendiri pada saat
menangani pasien di RS.
Mengambil
stetoskopnya
dengan halus /
tidak kasar
yang bersifat
universal ataupun
Norma Kesopanan.
Sopan dan rasa
hormat dapat
ditunjukkan dengan
ucapat terimakasih,
senyuman.
lain
Apa sebenarnya hubungan antara profesionalisme, perilaku profesional, dan rasa hormat?
Profesionalisme dapat diibaratkan sebagai puncak/atap sebagai ceriminan dari pelaksanaan
perilaku profesional, kemudian profesional behavior berperan sebagai pilar atau yang membuat
seseorang dapat mencerminkan profesionalisme. Rasa hormat merupakan salah satu bentuk perilaku
profesional menurut AAMC (Association of American Medical Colleges) yang dipercaya dapat
mencerminkan sikap profesionalisme seorang dokter/sesuai dengan ciri khas profesi dokter. Seperti
yang pernah dijelaskan sebelumnya, pengertian tingkah laku/perilaku profesional dan profesionalisme
jika dikombinasikan maka dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku profesional (Professional
Behavior) merupakan perilaku yang terlihat yang merefleksikan profesionalisme, ditunjukkan melalui
segala tindakan maupun penampilan, dan bersifat esensial dalam menetapkan dasar kepercayaan
diantara pasien dan profesional (dokter).
Sedangkan Profesionalisme juga dapat diartikan sebagai dasar dari kontrak sosial kedokteran
dengan masyarakat. Profesionalisme dapat dicari dengan mengidentifikasi perilaku profesional yang
mencerminkannya menggunakan analisa, mungkin oleh berbagai partisipan yang terjun langsung di
dunia kedokteran seperti yang AAMC lakukan, hingga melahirkan perilaku profesional yang
umum/generalyang sesuai dengan harapan masyarakat terhadap dokter, yang di wujudkan dalam
beberapa kategori perilaku profesional yang mencerminkan profesionalisme, antara lain, altruisme,
tanggung jawab, rasa hormat dll.
Kenapa sesorang calon dokter harus mempelajari Profesionalisme, Perilaku Profesionalisme, dan Rasa hormat?
Setiap profesi memiliki ciri khas yang menunjukkan bahwa orang yang bekerja memiliki
profesi yang memiliki ciri yang sama. Masyarakat melihat seseorang, semisal seorang dokter tentunya
sangat memperhatikan segala tindak tanduk atau perilaku (behavior) seorang dokter, apakah telah
15
sesuai dengan keinginannya/harapannya (social expectation) dalam kontrak sosialnya. Sehingga
dalam hal untuk mewujudkan dokter dengan perilaku yang baik tentunya profesionalisme seorang
dokter harus diidentifikasi dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga maksimal dan sesuai dengan
harapan masyarakat atau pasien. AAMC mengidentifikasi perilaku-perilaku yang mencerminkan
profesionalisme ini secara umum dalam konferensinya.
Dokter yang berperilaku menunjukkan sikap bertanggung jawab, peduliannya, hormat, rela
berkorban,menguasai kompetensinya, dan berkomitmen tinggi dalam melaksanakan kewajiban
seorang dokter adalah dokter yang memiliki perilaku profesional yang tinggi dan mencerminkan
profesionalisme yang tinggi pula seandainya dilihat dari kacamata AAMC sebagai perancang
kriterianya. Perilaku profesional disusun berdasarkan harapan-harapan masyakarakat terhadap dokter,
sehingga jika harapan ini terpenuhi,hal ini akan berimplikasimeningkatnya kepuasan dan sikap
percaya pasien kepada seorang dokter yang memiliki profesionalisme yang tinggi dan ketika sikap
percaya itu tumbuh yang terjadi apapun yang terjadi pada dirinya pasien akan merasa nyaman dan
kooperatif dalam segala tindakan kedokteran karena mereka telah percaya sepenuhnya pada dokter
yang merupakan dokter yang sesungguhnya (profesionalisme tinggi).
Sikap yang tidak hormat (Disrespect)
Rasa hormat dalam ilmu kedokteran setidaknya menghasilkan kontribusi positif, namun apa
saja hal yang merupakan kebalikannya?. Dalam jurnal “Perspective:A Culture of Respect, Part 1: The
Nature and Causes of Disrespectful Behavior by Physicians”, didapatkan 6 kategori untuk
mengklasifikasikan perilaku yang tidak hormat (disrespectful), kategori itu antara lain: 1.disruptive
behavior (perilaku mengganggu); 2.humiliating (menghina), demeaning treatment of nurses
(merendahkan perawatan perawat), residents, and students (residen dan mahasiswa);4.passive-
aggressive behavior (perilaku pasif-agresif); 5.passive disrespect (rasa tidak hormat pasif);
6.dismissive treatment of patients (meremehkan pengobatan pasien); and 7.systemic disrespect (rasa
tidak hormat yang sistemik).(Lucian L. Leape, et al., 2012)
Ketidakhormatan merupakan ancaman bagi keselamatan pasien karena menghambat
kolegialitas (rasa setia kawan terhadap teman sejawat) dan kerjasama yang penting untuk kerja tim,
memotong komunikasi, merusak moral, dan menghambat kepatuhan dan pelaksanaan praktik baru.
Dan pengobatan yang tidak hormat/tidak terhormat juga berbahaya bagi pasien. Tidak hormat
memberikan ketegangan dan ketidakpuasan yang mengurangi kegembiraan dan pemenuhan dalam
bekerja untuk semua tenaga kesehatan.(Lucian L. Leape, et al., 2012).16
BAB II
HASIL DAN ANALISIS
Jurnal penelitian yang kami analisis memuat tentang komponen-komponen respect/rasa
hormat yang diidentifikasi dari studi kualitatif terhadap sekelompok pasien.Penelitian yang berjudul
“memahami rasa hormat/menghargai: belajar dari pasien” ini, dibuat untuk mencari pengertian dan
penjelasan tentang konsep rasa hormat (respect) dari sudut pandang pasien dan hal apa yang
sebenarnya pasien inginkan dari petugas medis agar mereka merasa dihargai/hormati (respected)
dalam tindakan medis yang ada atau dalam artian mendapatkan pengobatan yang penuh rasa
penghormatan/menghargai (respectful treatment).
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa, “respect” atau menghargai orang lain tidak hanya
dalam konteks menghargai/ “respect” terhadap otonomi pasien, namun secara keseluruhan
dapatmencakup poin/elemen/konteks/komponen dibawah ini,
1. Empati
2. Care/Kepedulian
3. Otonomi
4. Penjelasan informasi
5. Mengenal kepribadian pasien
6. Martabat
7. Perhatian akan Kebutuhannya
Penelitian dilakukan dengan studi kualitatif dari Klinik Kardiolog Akademik menggunakan
wawancara semi-terstruktur dengan 18 pasien yang selamat dari kematian jantung mendadak
(SDC).Dari 37 pasien yang sudah diteliti pada awalnya, 31 dapat dihubungi, 3 dari mereka tidak
dihubungi karena para staf klinik menyepakati bahwa mereka tidak dapat atau tidak ingin untuk
diwawancarai, dan 3 diantara mereka tidak bisa dihubungi sama sekali. 22 dari 31 dapat memenuhi
kriteria interview, 19 orang menunjukkan bahwa: 3 pasien yang berniat untuk mengikuti interview
tidak diinterview karena informasi yang cukup telah didapatkan sebelum pertemuan untuk
wawancara.Dari 19 orang tersebut, 3 orang tidak ditanyakan tentang “respect” karena waktu yang
terbatas dan akhirnya total populasi menjadi 18 orang. Jumlah wanita dan pria dalam penelitian ini
sama, 3 orang pasien dan 2 pasangan yang sudah menikah adalah orang Afrika-Amerika, sisanya
17
adalah orang Kaukasian.Kebanyakan dari mereka sudah berpendidikan dan sudah berumur 60
tahun.Rata rata mereka sudah sembuh dari penyakit jantung sekitar 8 tahun yang lalu.
Pokok bahasan di atas mengandung komponen utama dari “respect” yaitu: perhatian akan
kebutuhan, empati,kepedulian,otonomi,mengenal kepribadian pasien, penjelasan informasi dan
martabat pasien.Perhatian akan kebutuhan merupakan hal yang paling dipedulikan oleh kebanyakan
pasien.Urutan dari komponen di atas tidak berdasarkan frekuensi pendapat dari pasien.Komponen di
atas dikelompokkan oleh persamaan antar pendapat.
1. Perhatian akan kebutuhan pasien
Beberapa pasien menekankan pentingnya dokter untuk mendengarkan mereka dan
memperhatikan mereka dengan serius.Pasien juga menyatakan bahwa perlunya untuk dihargai
dalam percakapan yang membicarakan tentang penyakit mereka.Faktanya beberapa dokter
hanya memeriksa pasien tanpa mempedulikan atau mengikutsertakan pendapat pasien
tersebut.
2. Empati
“Jika seseorang memang peduli,mereka akan ikut merasakan apa yang dipikirkan dan
dirasakan oleh pasien dan mencoba untuk melihat dari perspektif pasien.”
“Saya (pasien) juga ingin diperlakukan sebagai manusia, bukan mesin yang akan diperbaiki.”
Maka dari itu tampak jelas bahwa empati sangat dibutuhkan untuk menghargai
perasaan dan harkat martabat pasien.Dari hasil penelitian,kebanyakan yang berpendapat
tentang hal ini adalah wanita.
3. Kepedulian
Pengertian kepedulian hampir sama dengan empati, pendapat tentang arti kepedulian
dari setiap individu berbeda beda. Pendapat dari dokter dan tenaga medis akan mempengaruhi
tindakan mereka terhadap pasien,ini menyatakan bahwa kepedulian dari dokter dan tenaga
medis berpengaruh besar terhadap emosional dan keadaan pasien.Dokter yang lebih peduli
akan menimbulkan efek positif terhadap pasien.
4. Otonomi
Pasien menyatakan bahwa otonomi pasien sangatlah penting, mereka mempunyai hak
untuk memutuskan yang terbaik untuk mereka.Dokter tetap bertanggungjawab untuk memberi
18
informasi kepada pasien serta resiko dari tindakan yang akan diambil,setelah itu pasien berhak
memutuskan selama alasan dari pengambilan keputusan mereka rasional.
5. Mengenal kepribadian pasien
Setiap pasien mempunyai kepribadian yang berbeda beda dan mempunyai pendapat
sendiri bagaimana mereka mau diperlakukan.Perhatian penuh,berarti memandang pasien
sebagai manusia,bukan kasus yang harus diselesaikan.
6. Penjelasan informasi
Pasien berhak untuk mengetahui penjelasan tentang penyakit mereka.Dokter harus
bertindak jujur dan menerangkan dengan bahasa yang jelas agar tidak terjadi
kesalahpahaman.Pasien seterusnya berhak mengambil keputusan sendiri.
7. Harkat martabat pasien
Pasien butuh penghargaan terhadap diri mereka.Dokter sebaiknya tidak semena mena
kepada pasien.Dokter tidak boleh memandang pasien dibawah mereka walaupun pasien itu
tidak berpendidikan karena setiap manusia mempunyai harkat martabat untuk dijunjung
tinggi.
“Ketika saya (pasien) sedang diperiksa, prosedur saat itu mengharuskan saya untuk
membuka seluruh baju saya.Tapi para tenaga medis tidak mempedulikan tirai yang
terbuka.Saya masih mempunyai rasa malu terhadap orang yang lalu lalang.”
19
BAB III
KESIMPULAN
Sebagai seorang calon dokter yang sudah menyandang gelar sarjana kedokteran (S.Ked) maka
kita harus mempunyai sikap dan perilaku yang baik dan profesional yang menunjukkan
profesionalisme kita sebagai seorang dokter. Misal, Ketika kita sedang melakukan kepaniteraan di RS
maka kita akan berinteraksi dengan berbagai macam orang. Di situ ada pasien, keluarga pasien,
dokter pembimbing, perawat, petugas laboratorium sampai kepada Satpam. Dengan demikian maka
sikap dan perilaku kita haruslah kita atur sedemikian rupa sehingga pantas dan baik, contohnya
dengan rasa hormat yaitu saling menghargai, menghormati, sikap emphati kepada pasien dan
keluarganya yang sedang kesusahan.
Profesionalisme dokter sendiri adalah mutu, kualitas dan perilaku yang diyakini merupakakan
ciri profesi dokter atau dokter yang profesional. Seorang dokter dapat diukur tingkat
profesionalismenya dari usaha yang ia lakukan dan hasil dari apa yang ia lakukan untuk mencapai
ciri-ciri dalam profesi dokter, seperti standar profesi atau standar operasional prosedur, dalam praktik
sehari-hari.Semakin seorang dokter dapat mencapai ciri-ciri profesi yang ada, maka semakin tinggi
tingkat profesionalismenya.
Profesionalisme dokter memiliki 3 komponen, antara lain, mutu, kualitas, dan perilaku.
Perilaku profesionalisme seorang dokter dipelajari dalam istilah perilaku profesional (Professional
Behavior). Perilaku profesional yang mencerminkan profesionalisme seorang dokter, tidak disusun
secara sembarangan. Perilaku-perilaku ini disusun dengan riset yang panjang beberapa diantaranya
disusun oleh ABIM dan AAMC dengan melihat ekspektasi atau harapan masyarakat, pemerintah, dan
teman sejawat terhadap seorang dokter, dalam kontrak sosial yang ada. Beberapa perilaku-perilaku
profesional (Professional Behaviors) antara lain, altruisme, rasa hormat, dan akuntabilitas.
Dokter yang berperilaku menunjukkan perilaku-perilaku profesional antara lainbertanggung
jawab, peduliannya, hormat, rela berkorban, menguasai kompetensinya, dan berkomitmen tinggi
dalam melaksanakan kewajiban seorang dokter adalah dokter yang melaksanakan perilaku
profesional yang baik dan mencerminkan profesionalisme yang tinggi sesuai profesionalisme seorang
20
dokter seandainya dilihat dari kacamata AAMC sebagai organisasi yang menyusunkriteria dan
perilaku-perilaku profesionalnya.
Perilaku-perilaku profesional yang mencerminkan profesionalisme (Professional
Behaviors)karena disusun berdasarkan harapan-harapan masyakarakat terhadap dokter dalam kontrak
sosial, maka harapan masyarakatdapat terpenuhi terpenuhi, sehingga hal ini akan berimplikasi
meningkatnya kepuasan dan sikap percaya pasien kepada seorang dokter yang memiliki
profesionalisme yang tinggi dan ketika sikap percaya itu tumbuh yang terjadi apapun yang terjadi
pada dirinya pasien akan merasa nyaman dan kooperatif dalam segala tindakan kedokteran karena
mereka telah percaya sepenuhnya pada dokter yang merupakan dokter yang sesungguhnya
(profesionalisme tinggi). Hal inilah yang menjadi tujuan utama pembelajaran Professional Behavior
atau perilaku profesional.
Dokter dalam usahanya menerapkan salah satu perilaku profesional yaiturespect atau
menghargai pasien, ternyata tidak hanya sekedar menghargai pasien lewatmengikutsertakan pasien
dalam tindakan medis yang ada lewat persetujuannya maupun penolakkannya (otonomi).Menghargai
pasien selain mengakui otonominya dapat diwujudkan dalam sikap menunjukkanempatinya,
mengenali kepribadian pasien, memberikan perhatian atas kebutuhannya, memberikan penjelasan
yang baik, menunjukkan rasa pedulinya, memberikan pelayanan kesehatan yang bermartabat dan
menghargai.
21
Daftar Pustaka
AAMC. (2002). Embedding Professionalism In Medical Education : Assessment As A Tool for Implementation. Maryland: Association of American Medical Colleges.
ABIM, A. B. (2001). Project Professionalism.
Beach, M. C., P. S., & C. K. (2007). What Does‘Respect’ Mean? Exploring the Moral Obligation. Philadelphia, USA: Society of General Internal Medicine.
Cruess, R. L., & Sylvia R., .. (2008). Expectations and Obligation : professionalism and medicine’s social contract with society.
Lucian L. Leape, M., Miles F. Shore, M., Jules L. Dienstag, M., Robert J. Mayer, M., Susan Edgman-Levitan, P., Gregg S. Meyer, M. M., et al. (2012). Perspective:A Culture of Respect, Part 1: The Nature and Causes of Disrespectful Behavior by Physicians. 1.
Nasional, P. B. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional.
POGI. (2012). PANDUAN PROFESI SPESIALIS OBSTETRI – GINEKOLOGI PERKUMPULAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI INDONESIA. Jakarta: PENGURUS BESAR PERKUMPULAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI INDONESIA.
Sumardi. (2001). Pengaruh Pengalaman Terhadap Profesionalisme Serta Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kinerja dan Kepuasan Kerja. Tesis, Undip.
22