44
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558 2010 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tersendat-sendatnya proses perundingan WTO mendorong negara-negara anggota WTO untuk mencari alternatif perundingan lain yang dapat diselesaikan secara efisien dan optimal. Dengan dipelopori oleh negara-negara maju, berbagai beberapa negara yang memiliki perspektif yang sama terhadap arti penting liberalisasi memulai pembentukan kerja sama ekonomi regional dalam format Free Trade Area (FTA). Sebagai satu komunitas yang dinamis, ASEAN pun tidak ketinggalan dalam derap prakarsa pembentukan kerja sama ekonomi regional. Hal ini disebabkan liberalisasi dipandang sebagai suatu peluang bagi ASEAN untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi kawasan yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan populasi di kawasan. ASEAN pun mulai melirik negara-negara di kawasan Asia Timur seperti China, Jepang dan Korea dalam melakukan FTA. Dinamika kawasan Asia Timur dipengaruhi oleh faktor perdagangan di antara negara di daerah. China, Jepang, dan Korea Selatan sudah memainkan peran berarti di aktivitas 1

Tugas Akhir Regionalisme

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tersendat-sendatnya proses perundingan WTO mendorong

negara-negara anggota WTO untuk mencari alternatif perundingan lain

yang dapat diselesaikan secara efisien dan optimal. Dengan dipelopori

oleh negara-negara maju, berbagai beberapa negara yang memiliki

perspektif yang sama terhadap arti penting liberalisasi memulai

pembentukan kerja sama ekonomi regional dalam format Free Trade

Area (FTA).

Sebagai satu komunitas yang dinamis, ASEAN pun tidak

ketinggalan dalam derap prakarsa pembentukan kerja sama ekonomi

regional. Hal ini disebabkan liberalisasi dipandang sebagai suatu

peluang bagi ASEAN untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi

kawasan yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap peningkatan

kesejahteraan populasi di kawasan. ASEAN pun mulai melirik negara-

negara di kawasan Asia Timur seperti China, Jepang dan Korea dalam

melakukan FTA.

Dinamika kawasan Asia Timur dipengaruhi oleh faktor

perdagangan di antara negara di daerah. China, Jepang, dan Korea

Selatan sudah memainkan peran berarti di aktivitas perdagangan. China

sendiri sudah menjadi pemain yang paling berpengaruh dalam

membentuk dunia ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang sangat besar di

China tak hanya mengandalkan pertumbuhan ekonomi dalam negerinya,

tetapi juga atas aktivitas perdagangannya dengan bangsa lain. Salah

satu daerah yang sudah teramat penting dalam menentukan

pertumbuhan ekonomi China adalah kawasan Asia Tenggara.

1

Page 2: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

Dari sudut pandang ASEAN, China juga sudah muncul sebagai

seorang mitra perdagangan yang penting bagi Association of Southeast

Asian Nations (ASEAN) sejak pertenggahan -1990s.1 Sejak Itu, China

tetap penting dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di negara

Asia Tenggara. Kebanyakan produk ekspor negara ASEAN juga dijual di

China, karena ukuran dan penduduk sangat besarnya, China dipandang

sebagai pasar yang menjanjikan untuk menjual barang-barang setiap

negara di dunia, termasuk negara ASEAN. Untuk China sendiri, Asia

Tenggara juga dipandang sebagai pasar besar dalam menyebarkan

produknya. Oleh karena itu, kerjasama antara China dan ASEAN

sebaiknya menjadi kerjasama yang saling menguntungkan, karena

negara China dan ASEAN memerlukan satu sama lain juga. Kesepakatan

FTA ASEAN-China (ACFTA) juga didasarkan pada kerjasama yang

saling menguntungkan satu sama lain.

Hubungan kerja sama ASEAN-China telah dimulai secara informal

pada tahun 1991. China dikukuhkan menjadi mitra wicara penuh

ASEAN pada ASEAN Ministerial Meeting ke-29 di Jakarta tahun 1996.2

Seiring berjalannya waktu ASEAN dan China mengikatkan kerjasama ke

level yang lebih tinggi lagi melalui Perjanjian perdagangan bebas (Free

Trade Agreement/FTA) ASEAN - China yang mulai diberlakukan per 1

Januari 2010. Dengan diberlakukannya perjanjian perdagangan bebas

ini maka mulai tahun 2010 perjanjian perdagangan bebas antara

Negara-negara di ASEAN dengan China diberlakukan.  FTA ASEAN-

China (Free Trade Agreement) merupakan kesepakatan yang diratifikasi

oleh Negara-negara ASEAN dengan Negara China terkait dengan

perdagangan bebas.

1 Evelyn Devadason, China’s Future: Pitfalls, Prospects and the Implications for ASEAN and the World. http://ics.um.edu.my/umweb/ics/may2009/evelyn.pdf, accessed on November 29, 2009, 04.55 PM.2 Mitra Wacana Penuh Asean, http://www.deplu.go.id/Pages/Asean.aspx?IDP=2&l=id, diakses 9 Januari 2009 Pukul 14.00 WIB

2

Page 3: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

FTA ini merupakan kerja sama ekonomi yang saling

menguntungkan di antara Negara-negara pesertanya. FTA dibentuk

dengan tujuan untuk mengurangi dan menghilangkan hambatan

(barrier) dalam perdagangan internasional. Selain itu FTA juga

bertujuan untuk memberikan kepastian ekonomi yang lebih besar,

transparansi, dan mengurangi biaya yang terkait dengan perdagangan

international. Juga untuk meningkatkan investasi di antara Negara

negara peserta FTA. 

Integrasi yang lebih besar dari China dalam perdagangan

internasional mulai muncul dari penerimaan China World Trade

Organization (WTO) keanggotaan pada tahun 2001. Untuk tingkat

regional, peningkatan dasar intensitas perdagangan China tidak

terlepas dari upaya untuk membentuk ASEAN-China Free Trade Area

(ACFTA) kemudian pada tahun 2010 untuk semua negara anggota

ASEAN. ACFTA kemudian mengakibatkan pola restrukturisasi besar

perdagangan melalui bidang spesialisasi produk-produk

manufaktur. Hal ini tidak terlepas dari pembentukan pola di masa lalu

model yang serupa. China, sebagai negara menguasai sebagian besar

sumber daya, jelas menjadi inti dari kegiatan komersial di daerah ini. Ini

bukan bagian dari upaya China telah membuat lompatan besar dari

pinggiran pertama inti jaringan produksi pada periode 1995-2004. Pada

akhirnya, pada tahun bahwa China telah berhasil menjadi titik akhir dari

kebangkitan ekonomi Asia. 

 Dengan ACFTA, perubahan dinamis dalam pola-pola perdagangan

di antara lima negara pendiri ASEAN, Indonesia, Malaysia, Singapura,

Thailand dan Filipina (ASEAN-5). Keberadaan ACFTA telah berhasil

menata ulang arus perdagangan dan interaksi intra-ASEAN dengan

negara-negara anggota lainnya dan juga dengan China.

3

Page 4: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

B. PERTANYAAN PENELITIAN

Dari latar belakang tersebut munculah rumusan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana fenomena FTA Asean-China jika dilihat dari konsep

regionalisme?

2. Apa sajakah peluang dan tantangan dari kerjasama FTA ASEAN-

China ?

C. KERANGKA KONSEPTUAL

a. Regionalisme

Region atau kawasan diartikan sebagai sekumpulan negara

yang memiliki kedekatan geografis karena berada dalam satu

wilayah tertentu. Meskipun demikian, kedekatan geografis saja

tidak cukup untuk menyatukan negara dalam satu kawasan. 3

Meskipun demikian, kedekatan geografis saja tidak cukup untuk

menyatukan negara dalam satu kawasan. Hettne dan Soderbaun

mengemukakan bahwa kedekatan geografis tersebut perlu

didukung adanya kesamaan budaya, keterikatan sosial dan sejarah

yang sama Dengan demikian, syarat terbentuknya satu kawasan

dapat terpenuhi secara geografis dan struktural. Dengan logika

ini, maka seharusnya semua kawasan di dunia dapat menjadi

sekumpulan negara yang mendeklarasikan diri mereka sebagai

satu kawasan yang sama. Namun pada kenyataannya, tidak semua

kawasan memiliki intensitas interaksi dan kemajuan yang sama

antara satu kawasan dengan yang lainnya. Regionalisasi yang

dimaksudkan adalah regionalisasi yang merujuk kepada proses

3 Edward D. Mansfield and Helen V. Milner, The new wave of regionalism p.590

4

Page 5: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

pembentukan regionalism yang berlangsung secara tidak

langsung melalui interaksi sosial dan ekonomi.

Regionalisme adalah salah satu konsep yang dibahas dalam

kajian Hubungan Internasional. Regionalisme merupakan paham

yang berpandangan bahwa Negara-negara harus memiliki

wawasan yang berorientasi pada kawasan serta pembangunan

ekonomi politik pada level regional. Terdapat argumen bahwa

regionalisme ekonomi dapat menjadi penghambat namun

sebaliknya ada juga pihak yang berpendapat bahwa regionalisme

justru mendorong proses integrasi ekonomi global. Regionalisme

ekonomi adalah suatu kecenderungan yang dianut sekelompok

perekonomian regional secara geografis untuk mencapai integrasi

ekonomi kawasan (regional).

Perdagangan dan investasi internasional terus berkembang

begitu pula dengan integrasi ekonomi dari berbagai kelompok

bangsa juga semakin mendalam. Meskipun jarang bahwa bahwa

hubungan antar negara mengikuti pola yang ditetapkan, integrasi

ekonomi terjadi secara bertahap, mulai dengan menurunkan dan

pemindahan rintangan untuk bertukar dan memuncak di ciptaan

serikat sekerja ekonomi. Berikut tahapan integrasi ekonomi 4 :

1. FTA (Free Trade Agreements)

Derajat pertama integrasi ekonomi adalah pendirian Free

Trade Agreements (FTAs) atau Preferential Trade Agreements

(PTAs). FTAs menghapuskan tarif barang impor serta kuota-

4 Stages of Economic Integration :From Autarky to Economic Union, http://dsp-psd.pwgsc.gc.ca/Collection-R/LoPBdP/inbrief/prb0249-e.htm diakses 10 Januari 2010 Pukul 22.30 WIB

5

Page 6: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

kuota barang impor di antara negara penandatangan.

Persetujuan ini bisa dibatasi sampai sedikit sektor atau bisa

meliputi semua aspek perdagangan internasional.

FTAs juga bisa memasukkan mekanisme resmi untuk

memutuskan perdagangan internasional. Agar FTA dapat

berfungsi sebagaimana semestinya, negara anggota harus

memperlihatkan peraturan yang pasti bagi semua anggota-

anggota dan barang-barang yang memasuki bidang

perdagangan bebas. Barang-barang yang dihasilkan dalam

bidang perdagangan bebas (dan subyek sampai persetujuan)

dari satu negara ke negara lain mungkin tanpa tarif, tetapi

peraturan-peraturan yang ditentukan tetap harus dipatuhi.

2. Custom Union

Custom Union (CU) dibangun berdasarkan free trade area

yang sudah terbentuk terlebih dahulu. Hal ini dilakukan dalam

usaha untuk menambah bidang perdagangan bebas, disamping

menyingkirkan hambatan perdagangan, negara-negara juga

bisa mengunakan untuk mengambil menyerasikan kebijakan

perdagangan eksternal mereka. Usaha ini termasuk

mendirikan a common external tariff (CET) dan mengimpor

kuota-kuota atas produk yang memasuki daerah dari negara

anggota, serta pengulangan kebijakan perdagangan yang

mungkin mendirikan seperti politik anti dumping. Agar

mendapat keuntungan dari Custom Union, negara anggota

harus menurunkan tingkat kebebasan kebijakan publik

terutama pada kemampuan untuk menetapkan kebijakan

6

Page 7: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

perdagangan yang independen mandiri perdagangan

kebijakan.

3. Common Market

Common Market melambangkan langkah utama

terhadap integrasi ekonomi yang signifikan. Disamping berisi

perbekalan dari custom union, Common Market (CM)

menyingkirkan semua rintangan hingga mobilitas individu,

modal dan sumber daya lain sama seperti untuk mengeliminasi

hambatan non tarrif dalam perdagangan, seperti peraturan

standar produk. Keuntungan pokok dalam Common Market

adalah perolehan yang diharapkan di efisiensi ekonomi.

Dengan mobilitas tanpa batas, kerja dan modal bisa lebih

mudah merespon tanda ekonomi dalam common market, dan

pada akhirnya akan menggunakan sumber daya yang lebih

efisien

4. Economic Union

Bentuk tertinggi dalam integrasi ekonomi, adalah

economic union menambah common market kebutuhan untuk

menyerasikan sejumlah bidang kebijakan pokok. Economic

union memerlukan kebijakan keuangan dan fiskal yang

dikoordinasikan secara formal sebaik sebagai angkatan kerja,

perkembangan daerah, transportasi dan kebijakan industri.

Karena semua negara pada hakekatnya akan saling berbagi

area ekonomi sama, hal ini akan menjadi kontra-produktif

untuk menjalankan kebijakan yang berbeda di bidang itu.

Lembaga supranasional akan diharuskan mengatur

7

Page 8: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

perdagangan dalam Economic Union untuk menjamin

penggunaan peraturan yang seragam. Undang-undang ini

masih akan diurus pada level nasional, tetapi negara akan

menunjuk seseorang untuk mengontrol bidang ini.

Dari penjelasan di atas dapat dirangkum dalam tabel di bawah

ini mengenai kekhasan dari masing-masing tahapan integrasi

ekonomi.

b. Konsep Liberalis5

Konsep yang dianut oleh para liberalis adalah adanya pasar

terbuka yang terpusat pada bidang-bidang dimana negara-negara

menunjukkan sikap kooperatif dan damai serta persaingan muncul

secara sehat dan harmonis. Melihat ciri-ciri ini perdagangan

internasional dianggap sebagai hal yang saling menguntungkan

Negara anggotanya, bukan perebutan kekayaan yang saling

menjatuhkan.

Perilaku Negara ini diserupakan dengan perilaku individu

yang sejalan dengan pemikiran Adam Smith yang pada intinya

5 Mohtar Mas’oed (1998), Liberalisme dalam Ekonomi Politik Internasional, Universitas Gajah Mada.

BASIC ELEMENTS OF THE STAGESOF ECONOMIC INTEGRATION

Free Trade Agreement (FTA) Zero tariffs between member countries and reduced non-tariff barriers

Common Market (CM) CU + free movement of capital and labour, some policy harmonization

Customs Union (CU) FTA + common external tariffEconomic Union (EU CM + common economic

policies and institutions

8

Page 9: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

menentang adanya pembatasan bagi perdagangan seperti

dihilangkannya tariff, bea masuk yang dianggap dapat merugikan

salah satu atau kedua belah pihak.

Pandangan serupa juga dicetuskan oleh David Ricardo.

Ricardo menyebutkan bahwa perdagangan harus dilaksanakan

secara bebas dimana tiap Negara penganutnya akan saling

mencurahkan modal dan tenaga kerja mereka. Ricardo juga

menambahkan bahwa penambahan keuntungan tiap Negara

adalah demi kebaikan seluruh anggota atau bersifat universal.

Perangsangan industri, peningkatan kreatifitas, penggunaan SDA

secara efektif dan efisien, dan mendorong distribusi tenaga kerja;

akan meningkatkan produksi dan memperoleh keuntungan, yang

akan mengikat tiap Negara anggota dengan interaksi. Dapat

ditarik kesimpulan bahwa kebebasan individu dalam pasar ini

dalam struktur produksi, keuangan, dan pengetahuan akan

menciptakan ikatan saling menguntungkan antar bangsa; yang

pada akhirnya akan menciptakan suatu masyarakat universal yang

disatukan oleh kepentingan nasional masing-masing.

BAB II PEMBAHASAN

9

Page 10: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

A. AWAL MULA KESEPAKATAN FTA ASEAN-CHINA

ASEAN-Cina Free Trade Area (ACFTA) perjanjian pada dasarnya

berisi peraturan pada tiga aspek ekonomi. Tiga aspek-aspek

perdagangan dan investasi, perdagangan meskipun telah menjadi aspek

yang paling menarik bagi negara-negara ASEAN. On ACFTA

kesepakatan, akan ada pengurangan hambatan tarif dan penghapusan

antara China dan negara-negara ASEAN yang dibagi menjadi Normal

Track dan Sensitive Track. Normal Track selanjutnya dibagi menjadi

dua model yang Normal Track I dan Normal Track II, yang di sisi lain

Sensitive Track juga dibagi menjadi dua model; Sensitive List dan High

Sensitive List. Pada dasarnya, ASEAN 6 (Indonesia, Malaysia, Filipina,

Singapura, Thailand dan Brunei Darussalam) dan Cina akan

menghilangkan semua hambatan tarif menjadi nol pada tahun 2010

sementara anggota baru (Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam) akan

menghilangkan pada tahun 2015. 

Normal Track Aku terdiri dari peraturan pengurangan tarif sesuai

dengan batas berikut. Pertama, setiap pihak akan mengurangi sampai 0-

5% tidak kemudian dari 1 Juli 2005, tarif sekurang-kurangnya 40% dari

garis tarif ditempatkan dalam Normal Track . Kedua, masing-masing

pihak akan mengurangi sampai 0-5% tidak kemudian dari 1 Januari

2007 tarif sekurang-kurangnya 60% dari garis tarif ditempatkan dalam

Normal Track. Dan terakhir, masing-masing pihak harus menghapuskan

seluruh tarif untuk ditempatkan di baris tarif Normal Track tidak

kemudian dari 1 Januari 2010. Di sisi lain, Normal Track II ijin masing-

masing negara anggota untuk merumuskan tarif Normal Track garis

bawah, bukan tarif melebihi garis, dan akan menghilangkan semua baris

10

Page 11: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

tarif tarif tempat dalam Normal Track II selambat-lambatnya 1 Januari

2012. 

Pertemuan perundingan ASEAN-China FTA dimulai sejak

pertemuan ASEAN-China Trade Negotiating Committee (ACTNC) ke-1

pada bulan April 2002. Setelah melewati 25 rangkaian pertemuan

ACTNC, kesepakatan yang diperoleh kemudian ditindaklanjuti dengan

ditandatanganinya “Perjanjian Perdagangan Jasa dalam Persetujuan

Kerangka Kerja Mengenai Kerja Sama Ekonomi Menyeluruh Antara

Negara-Negara Anggota Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara Dan

Republik Rakyat China” pada tanggal 14 Januari 2007 di Cebu, Filipina.

Bersamaan dengan penandatanganan persetujuan tersebut, juga telah

ditandatangani Paket Komitmen Pertama oleh para menteri ekonomi

yang mewakili negara-negara anggota ASEAN dan China. 6

Penandatanganan kerangka perjanjian tersebut merupakan

puncak keberhasilan pencapaian amanat dari “Persetujuan Kerangka

Kerja Mengenai Kerja Sama Ekonomi Menyeluruh Antara Negara-

Negara Anggota Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara Dan Republik

Rakyat China” yang sudah ditandatangani sebelumnya di Phnomp Penh,

Kamboja pada tanggal 4 November 2002. Salah satu pasal dalam

Persetujuan Kerangka Kerja tersebut mengamanatkan penyelesaian

secepat mungkin negosiasi perjanjian perdagangan jasa yang

meliberalisasi secara progresif dan menghapuskan secara substansial

semua diskriminasi dan/atau pelarangan tindakan-tindakan diskriminatif

baru atau yang lebih diskriminatif yang berkaitan dengan perdagangan

jasa antara ASEAN dan China. Di samping itu kedua belah Pihak diminta

untuk memperluas kedalaman dan lingkup perdagangan jasa dengan

cakupan sektor yang substansial melebihi yang dilakukan oleh para

6 Peningkatan Kerjasama Ekonomi Bidang Jasa Melalui AFTA, ,http://www.pksi.depkeu.go.id/pub.asp?id=11, diakses 10 Januari 2010 Pukul,23.30 WIB

11

Page 12: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

negara anggota ASEAN dan Republik Rakyat China berdasarkan

Perjanjian Umum mengenai Perdagangan Jasa (GATS) dari Organisasi

Perdagangan Dunia WTO.

Dengan disahkannya kerangka perjanjian tersebut, maka upaya-

upaya kerjasama di bidang jasa antara kedua belah pihak di masa

datang dalam meningkatkan efisiensi dan daya saing, serta

menganekaragamkan pasokan dan distribusi jasa pemasok jasa masing-

masing pihak akan semakin nyata, terarah, dan terukur melalui

penetapan kerangka waktu yang disetujui bersama. Dalam pelaksanaan

kerja sama bidang jasa ini, kedua pihak akan bersedia

mempertimbangkan masuknya sektor-sektor jasa tertentu sebagai

sektor-sektor sensitif berdasarkan kepentingan dan tujuan nasional

masing-masing pihak. Sebagai tambahan, bagi negara-negara anggota

ASEAN yang baru, yakni Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam akan

diberikan fleksibilitas dan perlakuan khusus yang berbeda dari pihak-

pihak lain.

Meskipun ASEAN dan China sudah diikat dalam suatu kerangka

perjanjian kerjasama di bidang jasa, namun hal ini tidaklah menghapus

hak kedua Pihak untuk mengatur, dan memberlakukan peraturan-

peraturan baru mengenai pasokan jasa dalam wilayah masing-masing

dalam upaya mencapai tujuan kebijakan nasionalnya. Dinamika ini perlu

terus dijaga mengingat adanya perbedaan tingkat perkembangan

peraturan jasa di masing-masing negara.

Dalam putaran pertama perundingan, kedua belah pihak telah

memberikan offer atau komitmen membuka akses antara lain di sektor-

sektor Construction and Related Engineering Services, Tourism and

Travel Related Services, dan Energy Services. Di lain pihak, China telah

memberikan offer kepada Indonesia dalam 5 sektor jasa yakni sektor

12

Page 13: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

Business Services, Construction and Related Engineering Services,

Environmental Services, Recreational, Cultural, and Sporting Services,

dan Transport Services.

Seiring dengan telah disepakatinya komitmen paket pertama

negara-negara ASEAN dan China dalam putaran pertama negosiasi dan

dalam rangka mengupayakan liberalisasi sektor jasa yang lebih

progresif dalam putaran kedua, ASEAN dan China telah menyepakati

dibukanya kembali mekanisme perundingan request dan offer guna

lebih memperdalam dan memperluas cakupan komitmen negara-negara

ASEAN dan China. Baik ASEAN dan China memiliki komitmen yang kuat

untuk berpartisipasi dalam mekanisme perundingan berbasis request-

offer guna penyelesaian paket perundingan putaran kedua yang

ditargetkan dapat diselesaikan pada bulan Juli 2008.

B. ACFTA AGREEMENT (ASEAN CHINA FREE TRADE AREA)

ASEAN-Cina Free Trade Area (ACFTA) perjanjian pada dasarnya

berisi peraturan pada tiga aspek ekonomi. Tiga aspek-aspek

perdagangan dan investasi, perdagangan meskipun telah menjadi aspek

yang paling menarik bagi negara-negara ASEAN. On ACFTA

kesepakatan, akan ada pengurangan hambatan tarif dan penghapusan

antara China dan negara-negara ASEAN yang dibagi menjadi Normal

Track dan Sensitive Track. Normal Track selanjutnya dibagi menjadi

dua model yang Normal Track I dan Normal Track II, yang di sisi lain

Sensitive Track juga dibagi menjadi dua model; Sensitive List dan High

Sensitive List. Pada dasarnya, ASEAN 6 (Indonesia, Malaysia, Filipina,

Singapura, Thailand dan Brunei

13

Page 14: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

Darussalam) dan Cina akan menghilangkan semua hambatan tarif

menjadi nol pada tahun 2010 sementara anggota baru (Kamboja, Laos,

Myanmar dan Vietnam) akan menghilangkan pada tahun 2015. 

ASEAN-6 AND CHINA 7

*The first

date of

implementation shall be 1 July 2005

Normal Track I terdiri dari peraturan pengurangan tarif sesuai

dengan batas berikut. Pertama, setiap pihak akan mengurangi sampai 0-

5% tidak kemudian dari 1 Juli 2005, tarif sekurang-kurangnya 40% dari

garis tarif ditempatkan dalam Normal Track . Kedua, masing-masing

pihak akan mengurangi sampai 0-5% tidak kemudian dari 1 Januari

2007 tarif sekurang-kurangnya 60% dari garis tarif ditempatkan dalam

Normal Track. Dan terakhir, masing-masing pihak harus menghapuskan

seluruh tarif untuk ditempatkan di baris tarif Normal Track tidak

7 ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA). http://www.mtib.gov.my/repository/acfta.pdf, diakses 10 Januari , 2009, 23.45 WIB.

X: Applied MFN

Tariff Rate

ACFTA Preferential Tariff

Rate (Not later than 1

January)

2005* 2005

*

2007 200

9

201

0

X ≥ 20% 20 12 5 0

15% ≤ X < 20% 15 8 5 0

10% ≤ X < 15% 10 8 5 0

5% < X < 10% 5 5 0 0

X ≤ 5% Standstill 0 0

14

Page 15: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

kemudian dari 1 Januari 2010. Di sisi lain, Normal Track II ijin masing-

masing negara anggota untuk merumuskan tarif Normal Track garis

bawah, bukan tarif melebihi garis, dan akan menghilangkan semua baris

tarif tarif tempat dalam Normal Track II selambat-lambatnya 1 Januari

2012.

Sensitive Track di model, ASEAN 6 dan Cina diperbolehkan untuk

menempatkan tarif 400 garis pada HS 6-digit dan 10% dari total nilai

impor pada tahun 2001 berdasarkan statistik perdagangan dalam

Sensitive Track. Track sensitif memaksakan pihak untuk mengurangi

tarif mereka untuk produk yang ditempatkan dalam Sensitive Track list

sampai 20% tidak lebih dari 1 Januari 2012. Tarif ini akan kemudian

dikurangi menjadi 0-5% tidak lebih dari 1 Januari 2018. Sementara di

sisi lain, garis-garis Tarif ditempatkan oleh ASEAN 6 dan China dalam

Highly Sensitive List seharusnya tidak lebih dari 40% dari total jumlah

baris tarif dalam Sensitive Track atau 100 tariff lines pada HS 6-digit,

yang mana lebih rendah. Tarif MFN yang diterapkan tingkat tarif garis

ditempatkan di masing-masing yang sangat sensitif akan dikurangi

Daftar untuk tidak lebih dari 50% tidak lebih dari 1 Januari 2015 untuk

ASEAN 6 dan Cina, dan 1 Januari 2018 untuk negara-negara anggota

baru ASEAN. 18 Selain peraturan resmi terhadap perdagangan antara

pihak-pihak, pada dasarnya ACFTA juga mengatur investasi, namun

belum ada detail resmi dan peraturan yang telah disepakati antara. 

Tujuan Framework Agreement ACFTA adalah :

1. memperkuat dan meningkatkan kerjasama perdagangan kedua

pihak

2. meliberalisasikan perdagangan barang dan jasa melalui

pengurangan atau penghapusan tariff

15

Page 16: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

3. mencari area baru dan mengembangkan kerjasama ekonomi

yang saling menguntungkan kedua pihak

4. memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih efektif dengan

negara anggota baru ASEAN dan menjembatani gap yang ada di

kedua belah pihak.

C. CHINA SEBAGAI PERLUASAN MITRA DAGANG ASEAN

Perdagangan dan investasi internasional terus berkembang begitu

pula dengan integrasi ekonomi. Agar memperluas integrasi ekonomi

ASEAN selain melakukan kerjasama intra regional sesama anggota

ASEAN, juga melakukan kerjasama mitra dagang dengan negara-negara

lain. Kerjasama ini berbentuk Free Trade Area (FTA), FTA sendiri

merupakan langkah awal dalam tahapan integrasi ekonomi yaitu dengan

mekanisme menghapuskan tarif barang impor serta kuota-kuota barang

impor di antara negara penandatangan. Bersama dengan China dan

Jepang, Korea Selatan merupakan salah satu mitra dagang penting

ASEAN yang termasuk dalam kelompok ASEAN+3. Time frame Asean–

FTA dengan mitra dialog adalah : ASEAN- CHINA, ASEAN –INDIA,

ASEAN- JEPANG, ASEAN –KOREA, ASEAN- Australia dan Newzealand.

China menjadi mitra dagang yang penting bagi Asosiasi Bangsa

Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) sejak pertengahan 1990-

an. Perdagangan ASEAN-China telah tumbuh lebih dari lima kali lipat

antara tahun 1997 sampai 2005. Pada tahun 2007, volume perdagangan

antara ASEAN dan China telah melewati target US $ 200

miliar. Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2006, China

peringkat kelima dalam hal negara tujuan ekspor ASEAN dan peringkat

ketiga dalam hal impor dari pasar ASEAN. Bahkan, intensitas ekspor

16

Page 17: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

dari ASEAN ke China telah meningkat, sangat berbeda dari peningkatan

intensitas di antara negara-negara anggota lainnya. 

Perdagangan ASEAN-China berjumlah US $ 39.5 milyar pada

tahun 2000. ASEAN berbagi dalam China perdagangan barang luar

negeri telah terus meningkat, meningkat dari 5,8 per persen pada 1.991-

8,3 persen pada tahun 2000. ASEAN sekarang China kelima mitra

dagang terbesar. Sementara itu, pangsa China dalam perdagangan

ASEAN telah tumbuh dari 2,1 persen pada 1994 menjadi 3,9 persen pada

tahun 2000.8

Integrasi yang lebih besar dari China dalam perdagangan

internasional mulai muncul dari penerimaan China World Trade

Organization (WTO) keanggotaan pada tahun 2001. Untuk tingkat

regional, peningkatan dasar intensitas perdagangan China tidak

terlepas dari upaya untuk membentuk ASEAN-China Free Trade Area

(ACFTA) kemudian pada tahun 2010 untuk semua negara anggota

ASEAN. ACFTA kemudian mengakibatkan pola restrukturisasi besar

perdagangan melalui bidang spesialisasi produk-produk

manufaktur. Hal ini tidak terlepas dari pembentukan pola di masa lalu

model yang serupa. China, sebagai negara menguasai sebagian besar

sumber daya, jelas menjadi inti dari kegiatan komersial di daerah ini. Ini

bukan bagian dari upaya China telah membuat lompatan besar dari

pinggiran pertama inti jaringan produksi pada periode 1995-2004. Pada

akhirnya, pada tahun bahwa China telah berhasil menjadi titik akhir dari

kebangkitan ekonomi Asia.9 Dengan ACFTA, perubahan dinamis dalam

pola-pola perdagangan di antara lima negara pendiri ASEAN, Indonesia,

8 Forging Closer ASEAN-China Economic Relations in The Twenty-First Century, A Report Submitted by The ASEAN-China Expert Group on Economic Cooperation, October 2001, hal 1 9 Evelyn Devadason, China’s Future: Pitfalls, Prospects and the Implications for ASEAN and the World. http://ics.um.edu.my/umweb/ics/may2009/evelyn.pdf, diakses 9 Desember , 2009, 03.25 WIB

17

Page 18: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina (ASEAN-5). Keberadaan

ACFTA telah berhasil menata ulang arus perdagangan dan interaksi

intra-ASEAN dengan negara-negara anggota lainnya dan juga dengan

China. 

China sebagai kekuatan ekonomi daerah dalam kenyataannya

telah berhasil menawarkan stabilitas ekonomi ke seluruh negara-negara

ASEAN di bawah munculnya ide ACFTA. China yang berusaha

memberikan bentuk ini stabilitas melalui perdagangan bebas, dalam

kenyataannya, telah menarik perhatian negara-negara ASEAN dalam

membuat kesepakatan tersebut. Sebagai negara besar dengan

pertumbuhan ekonomi yang besar, dan juga diberi kenyataan bahwa

China sejauh ini yang paling ekonomis negara stabil, China dipandang

sebagai negara yang bisa memberikan stabilitas di kawasan Asia

Tenggara. 

Hubungan kerja sama ASEAN-China telah dimulai secara informal

pada tahun 1991. China dikukuhkan menjadi mitra wicara penuh

ASEAN pada ASEAN Ministerial Meeting ke-29 di Jakarta tahun 1996.10

Kerja sama kemitraan ASEAN dan China semakin meningkat ditandai

dengan diadopsinya berbagai dokumen penting, antara lain: Joint

Declaration of the Heads of State/Government of the Association of the

Southeast Asian Nations and the People’s Republic of China on Strategic

Partnership for Peace and Prosperity pada KTT ke-7 ASEAN-China di

Bali, tahun 2003; Plan of Action of the ASEAN-China Joint Declaration

on Strategic for Partnership for Peace and Prosperity di Vientiane,

tahun 2004 serta Joint Statement of ASEAN-China Commemorative

Summit di Nanning, tahun 2006.

10 Mitra Wacana Penuh Asean, http://www.deplu.go.id/Pages/Asean.aspx?IDP=2&l=id, diakses 9 Januari 2009 Pukul 14.00 WIB

18

Page 19: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

Prioritas bidang kerja sama ASEAN dan China meliputi: pertanian,

energi, informasi dan teknologi komunikasi (ICT), sumber daya manusia,

mutual investment, Mekong development, transportasi, budaya,

pariwisata dan kesehatan publik. Para Pemimpin ASEAN dan China

pada KTT ke-11 ASEAN-China, di Singapura, bulan November 2007,

sepakat untuk menambah isu ‘lingkungan hidup’ sebagai prioritas

bidang kerja sama yang ke-11.

Di bidang ekonomi, kerja sama ASEAN dan China mengalami

peningkatan. Volume perdagangan ASEAN dan China meningkat tiga

kali lipat dari USD 59,6 milyar di tahun 2003 menjadi USD 171,1 milyar

di tahun 2007. Dari tahun 2003 sampai 2007, total perdagangan

ASEAN-China mengalami peningkatan 30% per tahun, pertumbuhan

ekspor mencapai 28% dan impor 32%. Sementara itu, pada periode yang

sama kumulatif aliran Foreign Direct Investment (FDI) dari China ke

ASEAN mencapai USD 3,6 milyar. Tahun 2007, investasi ASEAN dan

China meningkat menjadi USD 48,9 milyar. Pada tahun yang sama juga,

total nilai perdagangan ASEAN dan China mencapai 13,7% dari total

nilai perdagangan global atau hampir setengah dari total nilai

perdagangan Asia.

Pada November 2002, ASEAN dan China menandatangani

Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation untuk

mendirikan ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA). ASEAN dan China

sepakat untuk merealisasaikan ACFTA pada tahun 2010 untuk Brunei

Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan

China, dan tahun 2015 untuk Kamboja, Laos, Myanmar dan Viet Nam.

Negosiasi Agreement on Trade in Goods dan Trade in Service telah

diselesaikan pada tahun 2004 dan 2006, dan mulai diimplementasikan

sejak Juli 2007. Pada tanggal 31 Desember 2008, China telah menunjuk

19

Page 20: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

H.E. Mrs. Xue Hanqin sebagai Duta Besar China untuk ASEAN. Country

Coordinator hubungan ASEAN-China untuk tahun 2009-20012 adalah

Vietnam.11

Pada KTT ASEANke-13 para Pemimpin ASEAN menekankan

pentingnya kerjasama ASEAN-China yang tentunya akan memberikan

manfaat bagi pertumbuhan ekonomi sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraan rakyat di kawasan Asia, khususnya ASEAN dan China.

Bukti nyata pertumbuhan ekonomi termaksud ditandai dengan

meningkatnya volume perdagangan ASEAN-China dari US$ 160 miliar

pada tahun 2006 menjadi US$171.1 miliar pada tahun 2007. 

D. SIMULASI PERDAGANGAN BEBAS FTA ASEAN-CHINA

Framework FTA ASEAN-China merupakan kerjasama yang

manarik. Inisiatif untuk mengembangkan kerjasama ekonomi dengan

ASEAN yang diprakarsai oleh China. Dengan keberhasilan China

menjadi anggota WTO, yang menunjukkan bahwa China telah berubah

menjadi sebuah negara yang cukup diperhitungkan dalam negosiasi

berbagai perjanjian perdagangan. Tentu saja, ASEAN harus dapat

menempatkan posisi agar tidak dirugikan dalam perjanjian perdagangan

ini. 

Pada tahun 2010 pasar ASEAN akan menjadi lebih terbuka

daripada sebelumnya. Enam negara ASEAN utama (Brunei, Indonesia,

Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand) akan menambah 7.881 jenis

tariff yang diturunkan menjadi nol. Dengan demikian total jumlah pos

tarif yang yang masuk dalam tariff preferensi efektif untuk perdagangan

bebas ASEAN menjadi 54.457 atau 99,11 persen dari keseluruhan jenis

tariff perdagangan. 12 Untuk melihat strategi yang paling tepat,

11 Ibid 12 Purbaya Yudhi Sadewa, Sebaiknya Tidak ikut FTA?, Kompas Bisnis dan Keuangan, 4 Januari 2010

20

Page 21: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

Danareksa Research Institute 13 melakukan simulasi perdagangan bebas

dengan dua skenario. Skenario pertama mengasumsikan Indonesia

terlibat dalam AFTA sepenuhnya, sekaligus ikut serta dalam

perdagangan bebas AFTA-China.

Jadi, tarif impor antarnegara ASEAN dijadikan nol. Tarif impor

antara ASEAN dan China juga nol. Dalam Skenario yang kedua,

Indonesia hanya mengimplementasikan perjanjian perdagangan dengan

ASEAN, tetapi tidak ikut perdagangan bebas dengan China, sedangkan

negara-negara ASEAN yang lain tetap melakukan liberalisasi

perdagangan dengan China.

Untuk menghitung simulasi di atas, digunakan program Global

Trade Analysis Project (GTAP). GTAP adalah program yang

memanfaatkan database perdagangan dunia dalam struktur software

dengan kerangka general equilibrium. GTAP dikembangkan di Purdue

University, Amerika Serikat. GTAP sering untuk menghitung dampak

suatu kebijakan perdagangan bilateral ataupun multilateral.

Database yang digunakan dalam simulasi ini adalah database versi

6. Walau bukan data yang terkini ada di perekonomian, penggunaan

data ini tetap dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang

dampak suatu liberalisasi perdagangan terhadap negara-negara yang

terlibat.

TABEL IPERBANDINGAN DAMPAK TERHADAP EKSPOR

13 ibid

21

Page 22: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

Tabel 1 memperlihatkan dampak perdagangan bebas dengan

kedua skenario yang disebutkan di atas. Hasil simulasi menunjukkan

bahwa secara keseluruhan perjanjian perdagangan bebas dengan kedua

skenario di atas memberi dampak positif terhadap volume ekspor

negara-negara ASEAN maupun terhadap seluruh negara yang terlibat

dalam perjanjian perdagangan tersebut.

Untuk skenario pertama terlihat bahwa ekspor Indonesia naik

1.365 juta dollar AS. Peningkatan ini terutama didukung oleh kenaikan

ekspor ke China (naik 3.443 juta dollar AS), Malaysia (naik 462 juta

dollar AS), Thailand (naik 1.213 juta dollar AS), dan Filipina (naik 114

juta dollar AS). Adapun ekspor Indonesia ke Singapura turun 167 juta

dollar AS.

Sebagai contoh penurunan ekspor Indonesia ke Singapura

menggambarkan bahwa dengan AFTA, Indonesia tidak lagi harus

mengekspor ke negara ASEAN melalui Singapura. Hal yang juga perlu

diperhatikan di sini adalah kenaikan ekspor Indonesia ke China masih

jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan ekspor China ke

Indonesia yang hanya 1.776 juta dollar AS. Jadi, dalam skenario pertama

ini Indonesia mengalami tambahan surplus perdagangan dengan China.

TABEL IIPERBANDINGAN DAMPAK TERHADAP

TERHADAP KESEJAHTERAAN

22

Page 23: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

Simulasi menunjukkan, secara keseluruhan perjanjian AFTA dan

FTA ASEAN-China akan meningkatkan kemakmuran bagi negara-negara

ASEAN. Salah satu ukurannya adalah equivalent variation (EV). Dalam

skenario I semua negara ASEAN mengalami perubahan EV positif (tabel

2), sedangkan China mengalami EV negatif. Artinya, FTA ASEAN-China

akan memberikan peningkatan kemakmuran yang lebih besar kepada

negara ASEAN. Jadi, tidaklah mengherankan bila negara-negara

kawasan ini tampak tidak ragu-ragu untuk mengimplementasikan

perjanjian perdagangan bebas dengan China.

Dari simulasi, tampak peningkatan kemakmuran negara-negara

ASEAN yang lebih tinggi pada skenario I, di mana EV naik 732 juta

dollar AS dan utilitas rumah tangga (u) naik 0,55. Sementara pada

skenario II peningkatan EV Indonesia hanya 194 juta dollar AS, dengan

kenaikan utilitas rumah tangga hanya 0,15 persen (tabel 2). Jadi,

simulasi perdagangan bebas dengan GTAP menunjukkan bahwa

Indonesia lebih diuntungkan pada skenario I daripada skenario II.

Dengan kata lain, Indonesia lebih diuntungkan bila turut dengan negara

ASEAN lainnya dalam menerapkan perjanjian perdagangan bebas

dengan China.

23

Page 24: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

E. PELUANG DAN TANTANGAN KERJASAMA EKONOMI DARI FTA

ASEAN-CHINA

Pembentukan kawasan perdagangan bebas (FTA) antara ASEAN

dan China akan menciptakan wilayah ekonomi dengan 1,7 miliar

konsumen, Regional GDP sekitar US $ 2 triliun dan total perdagangan

diperkirakan mencapai US $ 1,23 triliun. Ini akan menjadi FTA terbesar

di dunia dalam hal ukuran populasi. Ini juga akan menjadi FTA terbesar,

terdiri dari negara-negara berkembang, dalam hal populasi, GDP dan

perdagangan. Penghapusan hambatan perdagangan antara ASEAN dan

China akan menurunkan biaya, meningkatkan perdagangan intra-

regional dan meningkatkan efisiensi ekonomi. The FTA akan

menyebabkan lebih spesialisasi produksi berdasarkan

keunggulankomparatif. Perdagangan penciptaan terjadi ketika beberapa

produksi dalam negeri dalam satu anggota FTA digantikan oleh impor

dengan biaya lebih rendah dari yang lain anggota. Hal ini akan

meningkatkan pendapatan riil di kedua wilayah tersebut sebagai

sumber daya mengalir ke sektor-sektor di mana mereka dapat menjadi

lebih efisien dan produktif dimanfaatkan.  14

Simulasi yang dilakukan oleh Sekretariat ASEAN menggunakan

Analisis Perdagangan Global Proyek (GTAP) menunjukkan bahwa

ASEAN-China FTA ASEAN akan meningkatkan ekspor ke China oleh 48

persen dan ekspor China ke ASEAN oleh 55,1 persen. PDB ASEAN

meningkat 0,9 persen atau US $ 5.4 miliar sementara GDP riil China

berekspansi sebesar 0,3 persen atau US $ 2,2 miliar secara menyeluruh.

Dengan pembentukan sebuah FTA dan dengan hambatan perdagangan

di antara anggota dihilangkan, perusahaan di setiap anggota harus

menjadi lebih efisien untuk memenuhi persaingan dari perusahaan lain

14 Forging Closer ASEAN-China Economic Relations in The Twenty-First Century, A Report Submitted by The ASEAN-China Expert Group on Economic Cooperation, October 2001

24

Page 25: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

dalam FTA.  Persaingan akan semakin meningkatkan spesialisasi, dan

akibatnya meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan

ekonomi. Tidak hanya akan mengintensifkan persaingan antara ASEAN

dan perusahaan-perusahaan China, tetapi aliansi strategis antara

mereka juga akan dibuat dalam banyak sektor. Perusahaan yang masih

hidup karena memiliki daya juang kompetitif. 

Keuntungan-keuntungan dari penerapan FTA ASEAN-China

adalah 15 (1) Penurunan dan penghapusan tarif serta hambatan nontarif

di China membuka peluang bagi negara-negara ASEAN untuk

meningkatkan volume dan nilai perdagangan ke negara yang

penduduknya terbesar dan memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi

tertinggi di dunia. (2) Penciptaan rezim investasi yang kompetitif dan

terbuka membuka peluang bagi Indonesia untuk menarik lebih banyak

investasi dari China. (3) Peningkatan kerja sama ekonomi dalam lingkup

yang lebih luas membantu Indonesia melakukan peningkatan capacity

building, technology transfer, dan managerial capability. (4)

Pemberlakuan FTA Asean-China untuk melindungi industri dalam

negeri, demi memperoleh bahan baku impor yang lebih murah agar

mampu mendongkrak volume ekspor.

Pembentukan ASEAN-China FTA juga harus menarik lebih banyak

investasi ke dalam daerah. Tidak hanya akan lebih banyak perusahaan-

perusahaan ASEAN dan China yang bersedia untuk berinvestasi dalam

pasar terpadu, karena risiko pasar dan ketidakpastian diturunkan, tetapi

Amerika Serikat, Eropa dan Jepang perusahaan, yang tertarik membuat

terobosan ke pasar Asia, juga akan tertarik untuk berinvestasi di pasar

terpadu. Integrasi ASEAN dengan China dapat menarik lebih

perusahaan asing, yang masing-masing pasar sendiri tidak dapat

15 FTA ASEAN-China, Sebuah Dilema http://economy.okezone.com/read/2009/12/22/279/287131/fta-asean-china-sebuah-dilema, diakses Minggu, 10 Januari 2010 Pukul. 13.00 WIB

25

Page 26: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

sebaliknya menarik. Dengan dibukanya pasar yang lebih lebar, maka

persaingan semakin ketat, dan juga meningkatkan investasi dan skala

ekonomi. Hal itu akan membuat perusahaan akan berinvestasi lebih

banyak dalam penelitian dan pengembangan, maka meningkatkan

teknologi inovasi. 

Selain peluang di sisi lain terdapat beragam tantangan yang

timbul dari pembentukan FTA antara ASEAN dan China. Terdapat

kompetisi yang meningkat di setiap wilayah domestik pasar diberikan

kesamaan dalam struktur industri. Lingkungan yang lebih diliberalisasi

di bawah kerangka FTA mungkin memerlukan biaya jangka pendek

dalam bentuk perpindahan pekerja dan rasionalisasi dari beberapa

industri dan perusahaan. Oleh karena itu harus dilakukan penyesuaian

oleh pekerja dan perusahaan, khususnya usaha kecil dan menengah. 

Hal yang harus dicatat bahwa akan ada trade diversion, dalam hal

pergeseran dari biaya rendah FTA bagi negara non-anggota ke biaya

lebih tinggi pada negara anggota FTA, dapat terjadi karena

pengurangan tarif preferensial dan penghapusan antara Anggota FTA. 

Pembentukan ASEAN-China FTA akan menciptakan rasa

kebersamaan antara negara anggota ASEAN dan China. Kedekatan

geografis diantara keduanya, ikatan sejarah dan budaya bersama

menjadi dasar yang baik bagi kerjasama lebih lanjut. Rasa solidaritas

yang dilahirkan oleh kerjasama FTA ASEAN-China akan memberikan

kontribusi untuk perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Pasifik.

Belajar dari krisis 1997, membuat kerjasama efektif di kawasan ini

untuk mencegah penularan dan keruntuhan ekonomi. Meskipun krisis

melanda negara-negara ASEAN pada tahap pemulihan, namun lebih

efektif karena mekanisme kerjasama regional diletakkan pada

tempatnya. 

26

Page 27: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

Kerjasama FTA ASEAN-China akan memberikan mekanisme yang

penting untuk menopang stabilitas ekonomi di Asia Timur dan

memberikan dasar untuk menjaga pertumbuhan ekonomi.  Negara

anggota ASEAN dan China adalah semua negara berkembang dengan

kekuatan ekonomi terbatas dan tingginya ketergantungan pada pasar

luar untuk pertumbuhan ekonomi mereka.  Perkembangan ekonomi

global dapat berdampak besar pada ekonomi mereka. Kedua daerah

juga memiliki kepedulian yang sama tentang meningkatnya

proteksionisme di negara-negara maju yang timbul dari pembentukan

pengaturan regional seperti Uni Eropa dan NAFTA, dan pembangunan

masa depan Free Trade Area of the Americas (FTAA). Dengan

terciptanya kerjasama FTA ASEAN-China dan mengembangkan lembaga

yang tepat untuk melaksanakan kerjasama, kedua daerah dapat

memiliki posisi yang lebih kuat dalam urusan perdagangan internasional

tentang isu-isu kepentingan bersama. 

BAB IIIKESIMPULAN

27

Page 28: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

ASEAN dalam perkembangannya selalu mengadakan perubahan

(change) yang merupakan adaptasi dengan lingkungannya. Ada

kecenderungan untuk suatu adjustment atau penyesuaian, tetapi juga ada

yang konsepsinya tetap dipertahankan. Dua contoh di atas, dalam kerangka

membangun konseptualisasi baru ASEAN dalam perspektif regionalisme,

muncul dua perspektif, ASEAN yang semakin meluaskan fungsinya untuk

membaur dengan organisasi yang lebih besar, atau secara eksklusif

membangun kerja sama bilateral dan multilateral dengan negar-negara

lainnya di luar konteks ASEAN dalam hal ini bekerjasama dengan China.

Hal ini merupakan tantangan bagi pengembangan teori organisasi regional,

terutama akan kekhasan ASEAN, yang kita sendiri dewasa ini harus

merasakan “keberadaan”-nya.

Dalam kerjasama FTA ASEAN-China, potensi untuk lebih memperluas

perdagangan dan investasi ini link adalah jelas jika kita mempertimbangkan

bahwa meskipun pertumbuhan cepat perdagangan ASEAN-China, pasar

utama untuk ekspor terus menjadi negara maju. Selain itu, baik ASEAN dan

China yang besar tujuan untuk investasi langsung asing daripada investor

yang signifikan di masing-masing ekonomi. Baik ASEAN dan China juga

mengidentifikasi langkah-langkah yang sudah ada yang menghambat

mereka perdagangan dan investasi. Jika langkah-langkah yang tepat diambil

untuk membuka peluang pasar, yang potensi perdagangan dan investasi

antara ASEAN dan China dapat sepenuhnya dipenuhi. Kerjasama ini

nantinya akan meningkatkan hubungan ekonomi saat ini antara dua

daerah, tetapi juga akan memetakan masa depan arah hubungan

mereka. Mengingat saat ini kelemahan ekonomi global dan meningkatnya

risiko penurunan, adopsi dari kerangka akan membantu menopang

28

Page 29: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

keyakinan, khususnya di Asia Timur, dan berkontribusi untuk menangkal

kekuatan kegelapan.

Keuntungan-keuntungan dari penerapan FTA ASEAN-China adalah

(1) Penurunan dan penghapusan tarif serta hambatan nontarif di China

membuka peluang bagi negara-negara ASEAN untuk meningkatkan volume

dan nilai perdagangan ke negara yang penduduknya terbesar dan memiliki

tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia. (2) Penciptaan rezim

investasi yang kompetitif dan terbuka membuka peluang bagi Indonesia

untuk menarik lebih banyak investasi dari China. (3) Peningkatan kerja

sama ekonomi dalam lingkup yang lebih luas membantu Indonesia

melakukan peningkatan capacity building, technology transfer, dan

managerial capability. (4) Pemberlakuan FTA Asean-China untuk

melindungi industri dalam negeri, demi memperoleh bahan baku impor

yang lebih murah agar mampu mendongkrak volume ekspor.

Penulis merekomendasikan bahwa ASEAN dan China dalam

melaksanakan FTA mengutamakan asas liberalisasi pasar yang adil. Dalam

artian bahwa ada mekanisme tersendiri ketika negara-negara ASEAN belum

siap akan barang-barang yang sensitive untuk diliberalkan. Kerangka

direkomendasikan adalah baik komprehensif dan memandang ke depan.

Pembentukan ASEAN-Cina FTA dalam sepuluh tahun, dengan khusus dan

perbedaan perlakuan dan fleksibilitas yang diberikan kepada anggota baru

ASEAN.

.

DAFTAR PUSTAKA

29

Page 30: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

BUKU The Political Economi Of Regionalism, Edited By Edward D. Manfield And

Helen V. Milner, Columbia Univesity Press, New York, 1997

Edward D. Mansfield and Helen V. Milner, The new wave of regionalism p.590

Mohtar Mas’oed (1998), Liberalisme dalam Ekonomi Politik Internasional, Universitas Gajah Mada.

SURAT KABAR Kompas, Purbaya Yudhi Sadewa, Sebaiknya Tidak ikut FTA? 4 Januari 2010

INTERNET

Evelyn Devadason, China’s Future: Pitfalls, Prospects and the Implications for ASEAN and the World.

<http://ics.um.edu.my/umweb/ics/may2009/evelyn.pdf, diakses November 29, 2009, 04.55 WIB>

Mitra Wacana Penuh Asean<http://www.deplu.go.id/Pages/Asean.aspx?IDP=2&l=id, diakses 9 Januari 2009 Pukul 14.00 WIB>

Stages of Economic Integration :From Autarky to Economic Union<http://dsp-psd.pwgsc.gc.ca/Collection-R/LoPBdP/inbrief/prb0249-e.htm diakses 10 Januari 2010 Pukul 22.30 WIB>

Peningkatan Kerjasama Ekonomi Bidang Jasa Melalui AFTA, <http://www.pksi.depkeu.go.id/pub.asp?id=11, diakses 10 Januari 2010 Pukul,23.30 WIB>

Forging Closer ASEAN-China Economic Relations in The Twenty-First Century, A Report Submitted by The ASEAN-China Expert Group on Economic Cooperation, October 2001

30

Page 31: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

FTA ASEAN-China, Sebuah Dilema <http://economy.okezone.com/read/2009/12/22/279/287131/fta-asean-china-sebuah-dilema, diakses Minggu, 10 Januari 2010 Pukul. 13.00 WIB>

ABSTRAK

Tulisan ini berangkat dari argumen tentang integrasi regional yang

cenderung bertentangan dengan perdagangan bebas tetapi sebaliknya

mendukung perdagangan terbuka global. Regionalisasi, sebagai alternatif

31

Page 32: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

dari globalisasi, dengan demikian dapat dipertimbangkan sebagai langkah

kunci dalam proses multilateral. Melalui integrasi regional ini, kesempatan

untuk meningkatkan kerjasama perdagangan, investasi, pasar serta

akselerasi terhadap perdagangan bebas global, akan semakin terbuka.

Tulisan ini lebih lanjut akan memaparkan mengenai fenomena FTA ASEAN-

China yang resmi diberlakukan mulai 1 Januari 2009.

Penulis ingin melihat bagaimana fenomena kerjasama ASEAN dengan

China sebagai usaha perluasan mitra dagang dilihat dari sudut pandang

regionalisme. Tersendat-sendatnya proses perundingan WTO mendorong

negara-negara anggota WTO untuk mencari alternatif perundingan lain

yang dapat diselesaikan secara efisien dan optimal. Dengan dipelopori oleh

negara-negara maju, berbagai beberapa negara yang memiliki perspektif

yang sama terhadap arti penting liberalisasi memulai pembentukan kerja

sama ekonomi regional dalam format Free Trade Area (FTA).

Sebagai satu komunitas yang dinamis, ASEAN pun tidak ketinggalan

dalam derap prakarsa pembentukan kerja sama ekonomi regional. Hal ini

disebabkan liberalisasi dipandang sebagai suatu peluang bagi ASEAN untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi kawasan yang pada gilirannya akan

berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan populasi di kawasan.

ASEAN pun mulai melirik negara-negara di kawasan Asia Timur seperti

China, Jepang dan Korea dalam melakukan FTA.

FTA ASEAN-CHINA TUGAS AKHIR REGIONALISME

32

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI PERLUASAN

MITRA DAGANG

Page 33: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

Disusun Oleh : ELISABETH KARTIKASARI

08/279735/PSP/3558PROGRAM PASCASARJANA HUBUNGAN INTERNASIONAL

UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

2010

ABSTRAKSI

Keyword : Regionalisme, Liberalisasi, FTA ASEAN-China, Mitra Dagang

Tulisan ini berangkat dari argumen tentang integrasi regional yang

cenderung bertentangan dengan perdagangan bebas tetapi sebaliknya

33

Dosen Pengampu : Hanafi Rais, MPP

Page 34: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

mendukung perdagangan terbuka global. Regionalisasi, sebagai alternatif

dari globalisasi, dengan demikian dapat dipertimbangkan sebagai langkah

kunci dalam proses multilateral. Melalui integrasi regional ini, kesempatan

untuk meningkatkan kerjasama perdagangan, investasi, pasar serta

akselerasi terhadap perdagangan bebas global, akan semakin terbuka.

Tulisan ini lebih lanjut akan memaparkan mengenai fenomena FTA ASEAN-

China yang resmi diberlakukan mulai 1 Januari 2009.

Penulis ingin melihat bagaimana fenomena kerjasama ASEAN dengan

China sebagai usaha perluasan mitra dagang dilihat dari sudut pandang

regionalisme. Tersendat-sendatnya proses perundingan WTO mendorong

negara-negara anggota WTO untuk mencari alternatif perundingan lain

yang dapat diselesaikan secara efisien dan optimal. Dengan dipelopori oleh

negara-negara maju, berbagai beberapa negara yang memiliki perspektif

yang sama terhadap arti penting liberalisasi memulai pembentukan kerja

sama ekonomi regional dalam format Free Trade Area (FTA).

Sebagai satu komunitas yang dinamis, ASEAN pun tidak ketinggalan

dalam derap prakarsa pembentukan kerja sama ekonomi regional. Hal ini

disebabkan liberalisasi dipandang sebagai suatu peluang bagi ASEAN untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi kawasan yang pada gilirannya akan

berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan populasi di kawasan.

ASEAN pun mulai melirik negara-negara di kawasan Asia Timur seperti

China, Jepang dan Korea dalam melakukan FTA.

Dalam tulisan ini juga dipaparkan keuntungan apa saja yang didapat

oleh negara-negara ASEAN dengan bekerjasama dengan China melalui

kerangka FTA. Selain itu FTA ini menuai kontroversi banyak yang

meragukan kesuksesan dari kerjasama ini namun banyak pula yang optimis

dengan adanya kerjasama ini. Dalam tulisan ini penulis juga akan

memberikan fakta-fakta dan skema-skema dari kerjasama FTA ASEAN-

34

Page 35: Tugas Akhir Regionalisme

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558

2010

China dan bagaimana memanfaatkan peluang yang ada dan menanggani

tantangan yang ada dari kerjasama FTA ASEAN-China agar tetap

mendukung perdagangan antar negara.

35