TUGAS AKHIR MPPI

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG Setiap perusahaan menginginkan suatu keadaan yang mampu memberikan suatu keuntungan bagi perusahaan tersebut melalui cara yang ditempuh oleh perusahaan; yang juga disebut sebagai wealth-creating institution. Tidak cukup hanya sebagai wealth-creating institution, perusahaan juga diharapkan mampu menjadi wealth-multiplying institution; pelipatgandaan kekayaan. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, berbagai macam persaingan muncul dan memungkinkan untuk mengganggu kinerja perusahaan ataupun usaha perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Diperlukan langkah-langkah besar dengan pertimbangan strategis untuk menyeimbangkan keadaan perusahaan dalam berbagai macam jenis persaingan yang sedang ataupun yang akan dihadapi oleh perusahaan. Langkah yang memungkinkan bagi perusahaan untuk diambil adalah dengan mengelola kompetensi dan sistem manajerial dan organisasi perusahaan dengan mengedepankan pemenuhan dan pemuasan kebutuhan konsumen dengan kualitas yang sesuai. Demikian pula yang terjadi pada PT Sari Coffee Indonesia (Starbucks Coffee Indonesia). Selaku kedai kopi yang menawarkan suasana dan pilihan minuman dengan tetap menjaga kualitas yang dimiliki, Starbucks merupakan salah satu tempat yang sering dijadikan tempat untuk berkumpul dan menikmati berbagai pilihan minuman dan makanan ringan. Menjadi salah satu perusahaan yang berkonsentrasi pada penyaji berbagai jenis minuman kreasi khususnya kopi, tentunya PT Sari Coffee Indonesia hendak terus menerus menjaga konsumen penikmat kopi pada market share yang telah dimiliki dan terus bertahan dalam persaingan kemunculan kedai kopi lain dan mengembangkan berbagai jenis inovasi serta meningkatkan kualitas dari produk yang mereka tawarkan pada konsumen. Starbucks coffee merupakan sebuah jaringan kedai kopi yang berpusat di Seattle, Washington. Pada Januari 2005, Starbucks memiliki 8.949 gerai di seluruh

dunia dengan rincian 6.376 gerai di Amerika Serikat dan 2.573 gerai di negara lain. Starbucks Corporation saat ini sudah menjadi perusahaan kopi terbesar di dunia dengan jumlah kedai yang bertambah; sebanyak 16.858 toko di 50 negara. Di Indonesia, Starbucks Coffee adalah restoran berjenis siap saji yang berada di bawah asuhan PT. Mitra Adi Perkasa Group. Pengelolaan Starbucks di Indonesia merupakan hasil kerjka sama dengan PT. Sari Coffee Indonesia. Starbucks pertama kali dibuka di Indonesia pada 20 Mei 2002, di Plaza Indonesia; Jakarta. Starbucks Coffee merupakan kedai kopi yang diminati oleh muda-mudi maupun eksekutif muda untuk meluangkan waktu sambil menikmati hidangan yang mereka beli. Namun, pada kenyataannya, Starbucks memiliki cukup banyak pesaing dalam jaringan kedai kopi ini. Starbucks Coffee adalah jaringan kedai kopi yang lebih banyak membutuhkan keberadaan barista sebagai pihak yang langsung berkomunikasi dan melayani konsumen. Tanggung jawab barista untuk berkomunikasi langsung dan melayani pembeli tersebut menyebabkan kinerja barista menjadi salah satu faktor yang penting dalam mempertahankan bahkan meningkatkan kepuasan konsumen terhadap layanan dan minuman ataupun makanan yang dinikmati konsumen. Apabila konsumen dapat merasakan kepuasan dari pelayanan barista, maka kemungkinan bagi perusahaan untuk meningkatkan keuntungan akan semakain besar. Maka dari itu perlu dilakukan pengukuran lebih lanjut terhadap kinerja barista untuk melihat perkembangan setiap bulannya; apakah berkembang kearah yang lebih baik atau tidak. Pengukuran kinerja yang dilakukan oleh Starbucks Indonesia saat ini sudah dilakukan oleh pihak PT. Sari Coffee Indonesia melalui sistem complimentary beverage. Sistem complimentary beverage ini adalah suatu sistem survey yang dilakukan oleh PT. Sari Coffee Indonesia untuk menilai kinerja dan pelayanan barista secara umum dengan memanfaatkan bon pembelian yang diterima konsumen. Dari bon pembelian tersebut nantinya akan ditunjukkan langkah-langkah untuk pengisian survey secara online oleh konsumen yang berhubungan dengan hal-hal yang dilakukan oleh barista dalam melayani konsumen. Hal-hal tersebut misalnya seperti keramahan barista, seperti keramahan barista, pemenuhan pesanan konsumen, dan sebagainya.

Namun, penilaian kinerja barista melalui survey tersebut dirasa belum sungguh-sungguh mewakili penilaian konsumen terhadap kinerja barista; mengingat kemungkinan hasil survey yang merupakan hasil manipulasi semata. Maka dari itu perlu dilakukan perancangan sistem pengukuran kinerja yang lebih reliable dan mampu dilakukan validasi terhadap sistem pengukuran kinerja tersebut. Pengukuran kinerja dengan basis dari empat perspektif yakni Balanced Scorecard. Penilaian kinerja dengan sistem Balanced Scorecard diharapkan mampu membuat kinerja barista menjadi lebih efisien dan produktif. Dengan dibentuknya penetapan standar pengukuran kinerja yang lebih spesifik memungkinkan penilaian kerja yang lebih akurat yang memunkinkan perusahaan untuk meningkatkan kualitas pelayanannya terhadap konsumen dengan mengurangi keluhan konsumen atas produk minuman jadi yang mengurangi keluhan konsumen atas produk minuman jadi yang ditawarkan PT. Sari Coffee Indonesia. Penilaian kinerja yang baru ini diharapkan dapat dengan rinci menunjukkan indikator-indikator penilaian, standar, dan total penilaian yang mampu menunjukkan keseluruhan performansi barista. Selain itu, sistem penilaian ini diharapkan mampu memajukan perusahaan dari segi perolehan laba jangka panjang.

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Dalam usahanya untuk menghadapi berbagai macam persaingan dari berbagai kedai kopi yang muncul di Indonesia, PT. Sari Coffee Indonesia harus berusaha untuk merencanakan, menyusun, dan menetapkan strategi beserta berbagai kebijakan yang efektif dan efisien di berbgaia kondisi. Adapun kinerja dari barista yang ditempatkan pada setiap store sangat mempengaruhi kepuasan konsumen; baik kepuasan konsumen terhadap pelayanan barista maupun kepuasan konsumen terhadap minuman yang mereka nikmati. Maka dari itu, penilaian kinerja yang baik dan sesuai sangat dibutuhkan bagi PT Sari Coffee Indonesia demi tercapainya perolehan laba jangka panjang bagi perusahaan. PT Sari Coffee Indonesia telah memiliki sistem penilaian kinerja tersendiri yang telah dilakukan secara random melalui beberapa konsumen. Namun sistem penilaian tersebut dirasa belum cukup

dan masih mengalami beberapa manipulasi hasil penilaian yang tidak memungkinkan untuk menggamabarkan dan menjelaskana keadaan kinerja barista yang sesungguhnya. Diperlukan sistem penilaian yang lebih spesifik; dengan artian bahwa sistem penilaian serta pengukuran kinerja dilakukan secara lebih spesifik melalui empat perspektif yang dimiliki dalam Balanced Scorecard sehingga memungkinkan untuk penyusunan dan penetapan strategi yang lebih fokus dalam pencapaian visi dan misi dari PT. Sari Coffee Indonesia.

1.3. TUJUAN PENELITIAN Terdapat beberapa tujuan dari diadakannya penelitian ini. Adapun tujuantujuan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:1. Melakukan perancangan dan pengukuran kinerja PT. Sari Coffee Indonesia

dengan metode Balanced Scorecard.2. Membuat strategy map dari empat perspektif yang ada. 3. Menganalisa dan merekomendasikan hasil pengukuran kinerja untuk masin-

masing perspektif Balanced Scorecard dari barista yang bekerja pada PT. Sari Coffee Indonesia.

1.4. BATASAN MASALAH Penulis membatasi penelitian agar tidak terjadi kesalahan dalam proses pembuatan dan pengolahan data yang ada. Pembatasan masalah yang dilakuka penulis dijabarkan sebagai berikut: 1. Masalah yang akan dibahas berkaitan dengan proses penilaian kinerja pada barista yang bekerja di PT. Sari Coffee Indonesia; khususnya pada kedai yang berlokasi di Puri Indah Mall. 2. Data yang digunakan untuk pengolahan data adalah data penjualana yang diambil pada bulan januari hingga Desember 2010 sesuai dengan ketersediaan informasi yang diperoleh.

3. Perspektif yang digunakan diantaranya adalah perspektif keuangan customer, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan.4. Pengukuran kinerja baru menggunakan Balanced Scorecard dilakukan

perhitungan pembobotan dengan metode AHP dan menggunakan kuesioner sebagai metode pengambilan data. 5. Data-data yang tidak dapat dipublikasikan oleh PT. Sari Coffee Indonesia diasumsikan dengan syarat tertentu guna kelengkapan data penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. SISTEM PENGUKURAN KINERJA Sistem pengukuran kinerja merupakan salah satu dari sistem manajemen strategik. Seiring dengan berkembangnya persaingan yang terjadi pada dunia bisnis, maka dibutuhkan pengembangan pengukuran kinerja pada manajemen strategik perusahaan. Dalam manajemen tradisional, pengukuran kinerja dilakukan dengan menetapkan tindakan yang tegas yang diharapkan akan dilakukan oleh personel dan kemudian dilakukan pengukuran kinerja agar memastikan personel melaksanakan tindakan tersebut sesuai yang diharapkan.

2.2 PENGERTIAN BALANCED SCORECARD

Balanced Scorecard merupakan contemporary management tool yang digunakan untuk mendongkrak kemampuan organisasi dalam melipatgandakan kinerja keuangan. (Mulyadi 2001 : 1) Dengan fungsi dasar perusahaan yang berguna sebagai pencipta, bahkan pelipatgandaan kekayaan, maka penggunaan Balanced Scorecard dapat menjanjikan peningkatan signifikan kemampuan organisasi dalam menciptakan kekayaan, khususnya kekayaan jangka panjang bagi perusahaan. Dengan tidak berfokus hanya pada berfokus pada hasil finansial melainkan juga masalah manusia, BSC membantu memberikan pandangan yang lebih menyeluruh pada suatu perusahaan yang pada gilirannya akan membantu organisasi untuk bertindak sesuai tujuan jangka panjangnya. Sistem manajemen strategis membantu manajer untuk berfokus pada ukuran kinerja sambil menyeimbangkan sasaran finansial dengan perspektif pelanggan, proses, dan karyawan. Dari penjabaran di atas dapat dijabarkan pengertian sederhana dari balanced scorecard adalah kartu skor yang digunakan untuk mengukur kinerja dengan memperhatikan keseimbangan antara sisi keuangan dan non keuangan, antara jangka pendek dan jangka panjang serta melibatkan faktor internal dan eksternal.

2.3 SEJARAH BALANCED SCORECARD

Pada awalnya, Balanced Scorecard diciptakan untuk mengatasi masalah tentang sistem pengukuran kinerja eksekutif yang berfokus pada aspek keuangan. Selanjutnya, Balanced Scorecard mengalami perkembangan dalam implementasinya; tidak hanya sebagai alat pengukur kinerja eksekutif, namun mulai berkembang sebagai pendekatan dalam penyusunan rencana strategik manajemen. Telah terjadi perubahan yang signifikan pada konsep dan implementasi dari Balanced Scorecard semenjak pertama kali diperkenalkan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton pada tahun 1992 di Amerika Serikat. Sebelum tahun 1990-an, kinerja eksekutif hanya diukur dari perspektif keuangan. Akibatnya, fokus perhatian dan usaha dari para eksekutif lebih dicurahkan untuk mewujudkan kinerja dalam bidang keuangan; sehingga terdapat kecenderungan bahwa para eksekutif mengabaikan kinerja dari bagian non keuangan. Kinerja non keuangan tersebut misalnya seperti kepuasan konsumen, produktivitas kerja, dan proses costeffectiveness yang digunakan untuk menghasilkan produk maupun jasa yang ada, serta pemberdayaan komitmen karyawan dalam menghasilkan produk dan jasa bagi kepuasan konsumen. Pada tahun 1990, Nolan Norton Institute, yang merupakan bagian riset kantor akuntan publik KPMG di Amerika Serikat yang dipimpin oleh David P. Norton, mensponsori studi tentang Pengukuran Kinerja dalam Organisasi Masa Depan. Studi ini didukung oleh kesadaran bahwa pada saat itu ukuran dari kinerja keuanfan yang digunakan oleh semua perusahaan untuk mengukur kinerja eksekutif tidak lagi dirasa memadai. Pada tahun 1992, Robert S. Kaplan dan David P. Norton mulai mempublikasikan kartu skor berimbang melalui rangkaian artikel-artikel jurnal dan buku The Balanced Scorecard pada tahun 1996. Sejak diperkenalkannya konsep aslinya, Balanced Scorecard telah menjadi lahan subur untuk pengembangan teori dan penelitian, dan banyak praktisi yang telah menyimpang dari artikel asli Kaplan dan Norton. Kaplan dan Norton sendiri melakukan tinjauan ulang terhadap konsep

ini satu dasawarsa kemudian berdasarkan pengalaman penerapan yang mereka lakukan. Dengan memperluas ukuran kinerja eksekutif ke kinerja non keuangan, ukuran kinerja eksekutif menjadi komprehensif. Balanced Scorecard telah memperluas ukuran kinerja eksekutif menjadi penjabaran empat perspektif: keuangan, customers, proses bisnis intern, serta pembelajaran dan pertumbuhan.

2.4 KONSEP BALANCED SCORECARD

Konsep Balanced Scorecard berkembang sejalan dengan perkembangan implementasi konsep dari yang telah ada. Secara harafiah, Balanced Scorecard terdiri dari dua kata: (1) kartu skor (scorecard) dan (2) berimbang (balanced). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor dari hasil kinerja seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh personel di masa depan. Melalui kartu skor, skor yang hendak diwujudkan personel di masa depan dibandingkan dengan hasil kinerja yang sesungguhnya. Hasil perbandingan ini kemudian digunakan untuk melakukan evaluasi atas kinerja personel yang bersangkutan. Sedangkan kata berimbang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja personel diukur secara berimbang dari dua aspek; keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern. Oleh karena itu, jika kartu skor personel tersebut digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan di masa depan, personel tersebut kemudian harus memperhitungkan keseimbangan antara pencapaian kinerja keuangan dan non keuangan, antara kinerja jangka pendek dan kinerja jangka panjang, serta antara kinerja yang bersifat intern dan kinerja yang bersifat ekstern. Balanced Scorecard melengkap seperangkat ukuran finansial kinerja masa lalu dengan ukuran pendorong (drivers) kinerja masa depan. Tujuan dan ukuran scorecard diturunkan dari visi dan strategi. Tujuan dan ukuran memandang kinerja perusahaan dari empat perspektif, yaitu: finansial, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan penumbuhan.

Balanced Scorecard menekankan bahwa semua ukuran finansial dan non finansial harus menjadi bagian sistem informasi untuk para pekerja di semua tingkat perusahaan. Balanced Scorecard seharusnya menterjemahkan misi dan strategi unit bisnis ke dalam berbagai tujan dan ukuran, Balanced Scorecard menyatakan adanya keseimbangan antara berbagai ukuran eksternal para pemegang saham dan pelanggan, dengan berbagai ukuran intemal proses bisnis penting, inovasi serta pembelajaran dan pertumbuhan. Keseimbangan juga dinyatakan antara semua ukuran hasil apa yang dicapai di perusahaan di masa lalu dengan semua ukuran faktor pendorong kinerja masa depan perusahaan. Dan scorecard juga menyatakan keseimbangan antara semua ukuran hasil yang objektif, dan mudah dikuantifikasi dengan faktor penggerak kinerja berbagai ukuran hasil yang subjektil dan berdasarkan pertimbangan sendiri (Kaplan & Norton, 1996). Menurut Kaplan (Kaplan, 1996:15) if can measure it you can manage it, pendapat ini menjadi dasar pemikiran untuk melakukan pengukuran terhadap semua aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan baik aktivitas yang dapat diukur secara kualitatif maupun kuantitatif. Pengukuran terhadap keempat perspektif tersebut adalah : 1. Perspektif Financial Menurut Kaplan (Kaplan, 1996) pada saat perusahaan melakukan pengukuran secara finansial, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah mendeteksi keberadaan industri yang dimilikinya. Kaplan menggolongkan tiga tahap perkembangan industri yaitu; growth, sustain, dan harvest. Dari tahap-tahap perkembangan industri tersebut akan diperlukan

strategistrategi yang berbeda-beda. Dalam perspektif finansial, terdapat tiga aspek dari strategi yang dilakukan suatu perusahaan; (1) pertumbuhan pendapatan dan kombinasi pendapatan yang dimiliki suatu organisasi bisnis, (2) penurunan biaya dan peningkatan produktivitas, (3) penggunaan aset yang optimal dan strategi investasi. 2. Perspektif Customer

Perspektif customer dalam Balanced Scorecard mengidentifikasi bagaimana kondisi customer mereka dan segmen pasar yang telah dipilih oleh perusahaan untuk bersaing dengan kompetitor mereka. Segmen yang telah mereka pilih ini mencerminkan keberadaan customer tersebut sebagai sumber pendapatan mereka. Dalam perspektif ini, pengukuran dilakukan dengan lima aspek utama (Kaplan, 1996:67); yaitu : a. Pengukuran pangsa pasar : Pengukuran terhadap besarnya pangsa pasar perusahaan mencerminkan proporsi bisnis dalam satu area bisnis tertentu yang diungkapkan dalam bentuk uang, jumlah customer, atau unit volume yang terjual atas setiap unit produk yang terjual. b. Customer retention : Pengukuran dapat dilakukan dengan mengetahui besarnya prosentase pertumbuhan bisnis dengan jumlah customeryang saat ini dimiliki oleh perusahaan. c. Customer acquisition: Pengukuran dapat dilakukan melalui

prosentase jumlah penambahan customer baru dan perbandingan total penjualan dengan jumlah customer baru yang ada. d. Customer satisfaction: Pengukuran terhadap tingkat kepuasan

pelanggan ini dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik diantaranya adalah: survei melalui surat (pos), interview melalui telepon, atau personal interview. e. Customer profitability: Pengukuran terhadap customer profitability dapat dilakukan dengan menggunakan teknik Activity Based-Costing (ABC).

Oleh karena aspek tersebut masih bersifat terbatas, maka perlu dilakukan pengukuran-pengukuran yang lain yaitu pengukuran terhadap semua aktivitas yang mencerminkan nilai tambah bagi customer yang berada pada pangsa pasar perusahaan. Pengukuran tersebut dapat berupa: atribut produk atau jasa yang diberikan kepada customer (seperti : kegunaan, kualitas dan harga), hubungan atau kedekatan antar customer (seperti : pengalaman membeli dan hubungan personal), image dan reputasi produk atau jasa di mata customer. 3. Perspektif Proses Bisnis Internal Dalam perspektif ini, perusahaan melakukan pengukuran terhadap semua aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan baik manajer maupun karyawan untuk menciptakan suatu produk yang dapat memberikan kepuasan tertentu bagi customer dan juga para pemegang saham. Dalam hal ini perusahaan berfokus pada tiga proses bisnis utama yaitu: proses inovasi, proses operasi, proses pasca penjualan. a. Proses Inovasi : Dalam proses penciptaan nilai tambah

bagi customer,proses inovasi merupakan salah satu kritikal proses, dimana efisiensi dan efektivitas serta ketepatan waktu dari proses inovasi ini akan mendorong terjadinya efisiensi biaya pada proses penciptaan nilai tambah bagi customer. Secara garis besar proses

inovasi dapat dibagi menjadi dua yaitu: (1) Pengukuran terhadap proses inovasi yang bersifat penelitian dasar dan terapan, (2) Pengukuran terhadap proses pengembangan produk. b. Proses Operasi : Pada proses operasi yang dilakukan oleh masingmasing organisasi bisnis, lebih menitikberatkan pada efisiensi proses, konsistensi dan ketepatan waktu dari barang dan jasa yang diberikan kepada customer. 4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran Perspektif yang terakhir dalam Balanced Scorecard adalah perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Kaplan (Kaplan, 1996) mengungkapkan betapa pentingnya suatu organisasi bisnis untuk terus memperhatikan karyawannya, karyawan perusahaan. memantau kesejahteraan pula karyawan kemampuan dan meningkatkan untuk pengetahuan karyawan karena dengan meningkatnya tingkat pengetahuan akan meningkatkan karyawan berpartisipasi dalam pencapaian hasil ketiga perspektif di atas dan tujuan

2.5 KEUNGGULAN BALANCED SCORECARD

Keunggulan balanced scorecard adalah sebagai berikut: 1. Komprehensif Sebelum konsep Balanced scorecard lahir, perusahaan beranggapan bahwa perspektif keuangan adalah perspektif yang paling tepat untuk mengukur kinerja perusahaan. Setelah balanced scorecard berhasil diterapkan, para eksekutif perusahaan baru menyadari bahwa perspektif keuangan sesungguhnya merupakan hasil dari 3 perspektif lainnya yaitu customer, proses bisnis, dan pembelajaran pertumbuhan. Pengukuran yang lebih holistic, luas dan menyeluruh (komprehensif) ini berdampak bagi perusahaan untuk lebih bijak dalam memilih strategi korporat dan memampukan perusahaan untuk memasuki arena bisnis yang kompleks.

2.

Koheran Di dalam balanced scorecard dikenal dengan istilah hubungan sebab akibat (causal relationship) . Setiap perspektif (Keuangan, costumer, proses bisnis, dan pembelajaran-pertumbuhan) mempunyai suatu sasaran strategik (strategic objective) yang mungkin jumlahnya lebih dari satu. Definisi dari sasaran strategik adalah keadaan atau kondisi yang akan diwujudkan di masa yang akan datang yang merupakan penjabaran dari tujuan perusahaan. Sasaran strategik untuk setiap perspektif harus dapat dijelaskan hubungan sebab akibatnya, sebagai contoh pertumbuhan Return on investmen (ROI) ditentukan oleh meningkatnya kualitas pelayanan kepada customer, pelayanan kepada customer bisa ditingkatkan karena perusahaan menerapkan teknologi informasi yang tepat guna. dan keberhasilan penerapan teknologi informasi didukung oleh kompetensi dan komitmen dari karyawan. Hubungan sebab akibat ini disebut koheren, kalo disimpulkan semua sasaran strategik yang terjadi di perusahaan harus bisa dijelaskan. Sebagai contoh mengapa loyalitas customer menurun, mengapa produk perusahaan menurun, mengapa komitmen karyawan menurun dan sebagainya. Ilustrasi mengenai komprehensif dan koheren dapat dilihat melalui diagram dibawah ini:

3.

Seimbang Keseimbangan sasaran strategik yang dihasilkan dalam 4 perspektif meliputi Jangka pendek dan panjang yang berfokus pada faktor internal dan eksternal. Keseimbangan dalam balanced scorecard juga tercermin dengan selarasnya scorecard personal staff dengan scorecard perusahaan sehingga setiap personal yang ada di dalam perusahaan bertanggungjawab untuk memajukan perusahaan.

4.

Terukur Dasar pemikiran bahwa setiap perspektif dapat diukur adalah adanya kenyakinan bahwa if we can measure it, we can manage it, if we can manage it, we can achieve it. Sasaran strategik yang sulit diukur seperti pada perspektif customer, proses bisnis/intern serta pembelajaran dan pertumbuhan

dengan menggunakan balanced scorecard dapat dikelola sehingga dapat diwujudkan. Menurut Kaplan dan Norton (1999) perusahaan dapat menggunakan Balanced Scorecard untuk: 1. Klarifikasi dan memperoleh konsensus tentang strategi 2. Mengkomunikasikan strategi ke seluruh organisasi 3. Menyelaraskan tujuan-tujuan departemen dan perorangan dengan strategi 4. Mengkaitkan tujuan-tujuan strategi pada target-target jangka partjang dan anggaran tahunan 5. Melaksanakan tinjauan strated secara periodik dan sistematis 6. Memperoleh umpan balik untuk mempelajari dan memperbaiki strategi

Balanced Scorecard menutup lubang yang ada di sebagian besar sistem manajemen, yakni kurangnya proses sistematis untuk melaksanakan dan memperoleh umpan balik sebuah strategi. Proses manajemen yang di bangun di seputar scorecard memungkinkan adanya keselarasan dan pemusatan perhatian kepada pelaksanaan strategi jangka panjang. Bila digunakan secara tepat. Balanced Scorecard merupakan dasar pengelolaan perusahaan di abad informasi.

2.6 IMPLEMENTASI BALANCED SOCRECARD

Perusahaan yang dapat menterjemahkan strategi ke dalam sistem pengukuran akan jauh mampu melaksanakan starategi karena dapat mengkomunikasikan tujuan dan sasarannya. komunikasi ini menfokuskan manajer dan pekerja kepada berbagai faktor pendorong penting yang memungkinkan keselarasan investasi, inisiatif dan tindakan dengan pencapaian tujuan strategis. Berbagai ukuran pada Balanced Scorecard yang dibangun dengan tepat seharusnya berisikan serangkaian tujuan dan

ukuran yang saling berkaitan, konsisten, dan saling mendukung. Keterkaitan yang ada harus merupakan hubungan sebab akibat, serta gabungan berbagai ukuran, hasil dan faktor pendorong kinerja perusahaan (Kaplan & Norton. 1996). Terdapat tiga prinsip yang memungkinkan Balanced Scorecard dikaitkan dengan strategi perusahaan, yaitu 1. Hubungan sebab akibat Sebuah strategi adalah sekumpulan hipotesis tentang sebab akibat. Hubungan sebab akibat dapat dinyatakan dengan suatu urutan pertanyaan jika - maka (if - then). Sebuah Scorecard yang disusun secara semestinya seharusnya mampu menjelaskan strategi unit bisnis melalui urutan hubungan sebab akibat seperti itu. Sistem pengukuran harus antara ukuran hasil dengan faktor suatu rantai hubungan sebab akibat yang mengkomunikasikan arti strategi unit bisnis kepada seluruh perusahaan. (Kaplan & Norton, 1996). 2. Hasil dan faktor pendorong kinerja Pengukuran hasil merupakan lag indikator yang mencerminkan tujuan bersama berbagai strategi dan struktur perusahaan, seperti profitabilitas, pangsa pasar, kepuasan pelanggan, retensi pelanggan dan keahlian pekerja. Faktor pendorong kinerja, lead indicator adalah faktor khusus yang terdapat pada unit bisnis tertentu yang mencerminkan keunikan dari strategi bisnis misalnya. Faktor pendorong finansial dari profitabilitas, segmen pasar yang dipilih unit bisnis, serta tujuan proses internal, pembelajaran dan pertumbuhan tertentu yang akan memberi proposisi kepada pelanggan dan segmen sasaran. Ukuran hasil tanpa faktor pendorong kinerja tidak akan mengkomunikasikan bagaimana hasil tersebut dicapai: Sebuah Balanced Scorecard yang baik seharusnya mcmiliki bauran yang tepat dari hasil (lagging indicator) dan faktor pendorong kinerja (leading indicator) dan faktor pendorong kinerja yang telah disesuaikan dengan strategi unit bisnis (Kaplan & Norton, 1996).3. Keterkaitan dengan masalah keuangan

Berbagai masalah keuangan membutuhkan pengaitan antara peningkatan operasional dengan keberhasilan ekonomis perusahaan. Sebuah Balanced Scorecard harus tetap menitikberatkan pada hasil, terutama yang bersifat finansial seperti return on capital employee atau nilai tambah ekonomis. Banyak manajer yang gagal mengkaitkan program seperti TQM, penurunan waktu siklus. reengineering dan pemberdayaan pekerja, ke dalam hasil yang secara langsung mempengaruhl para pelanggan dan yang menghasilkan kinerja finansial yang handal dimasa yang akan datang. Yang paling penting, hubungan sebab akibat dalam sebuah scorecard harus terkait dengan setiap tujuan finansial perusahaan (Kaplan & Norton. 1996) Banyak perusahaan yang telah mempunyai sistem pengukuran kinerja yang menyertakan berbagai ukuran finansial dan nonfinansial. Ukuran finansial digunakan oleh manajer senior seolah-olah semua ukuran ini mampu menjelaskan hasil operasi yang dilaksanakan oleh para pekerja tingkat rendah dan menengah. Perusahaanperusahaan tersebut menggunakan ukuran kinerja finansial dan nonfinansial hanya untuk umpan balik taktis dan pengendalian berbagai operasi jangka pendek (Kaplan & Norton, 1996). Balanced Scorecard menekankan bahwa semua ukuran finansial dan nonfinansial menjadi bagian sistem informasi untuk para pekerja di semua tingkat perusahaan. Para pekerja lini depan harus memahami konsekuensi finansial berbagai keputusan dan tingkatan mereka. Para eksekutif senior harus memahami berbagai faktor yang mendorong keberhasilan finansial jangka panjang. Tujuan dan ukuran dalam Balanced Scorecard lebih dari sekumpulan ukuran kinerja finansial dan nonfinansial. Dimana semua tujuan dan ukuran ini diturunkan dari suatu proses atas ke bawah (top-down) yang digerakkan oleh misi dan strategi unit bisnis ( Kaplan & Norton, 1996). Balanced Scorecard menterjemahkan misi dan starategi unit bisnis ke dalam berbagai tujuan dan ukuran. Balanced Scorecard menyatakan adanya keseimbangan antara berbagai ukuran eksternal pada pemegang saham dan pelanggan, dengan berbagai ukuran internal proses bisnis penting, inovasi, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Keseimbangan juga dinyatakan antara semua ukuran hasil dengan apa

yang dicapai oleh perusahaan pada waktu yang lalu dan dengan semua ukuran faktor pendorong kinerja masa depan perusahaan. Scorecard juga menyatakan keseimbangan antara semua ukuran hasil yang obyektif dan mudah dikuantifikasi dengan faktor penggerak kinerja berbagai ukuran hasil yang subyektif. (Kaplan & Norton, 1996) Balanced Scorecard lebih dari sekedar sistem pengukuran taktis atau operasional. Perusahaan yang inovatif menggunakan Scorecard sebagai sistem manajemen strategis, untuk mengelola strategi jangka panjang. Perusahaan menggunakan fokus pengukuran Scorecard untuk menghasilkan berbagai proses manajemen penting, yaitu:1. Memperjelas dan menterjemahkan visi dan strategi 2. Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis 3. Merencanakan, menetapkan sasaran, dan menyelenggarakan berbagai inisiatif

strategis 4. Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis (Kaplan & Norton, 1996).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan tahap-tahap yang harus ditetapkan sebelum melakukan pemecahan masalah. Tujuannya adalah agat penelitian dapat dilakukan dengan lebih terarah sehingga tujuan akhir penelitian dapat dicapai. Berikut langkah-langkah yang dilakukan selama penelitian di lapangan:

3.1.

STUDI PENDAHULUAN Melakukan observasi awal untuk mengetahui secara gambaran perusahaan secara

umum dan menyeluruh guna mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan.

Melakukan berbagai macam persiapan yang dibutuhkan dalam penelitian khususnya dalam mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dari perusahaan yang hendak dijadikan objek penelitian. Dalam tahap ini khususnya dilakukan pengurusan izin untuk melakukan penelitian dan pengumpulan data baik dari perusahaan yang bersangkutan maupun dari Jurusan Teknik Industri Unika Atma Jaya. Observasidilakukan dengan wawancara langsung kepada pihak terkait pada perusahaan yaitu bagian HRD dan manajer personalia.

3.2.

STUDI LITERATUR

Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan, membaca, dan mempelajari sumber bahan bacaan baik jurnal, makalah, maupun laporan ilmiah lainnya yang berhubungan dengan prinsip keilmuan dasar yang dipelajari selama masa studi di Jurusan Teknik Industri Unika Atma Jaya. Adapun tujuan dilakukannya studi literatur ini adalah sebagai dasar dalam menganalisis dan menyelesaikan masalah yang akan ditemukan selama dilakukan penelitian pada perusahaan yang bersangkutan.

3.3.

STUDI LAPANGAN

Pada tahap ini, segala proses yang dibutuhkan dalam penelitian dilakukan langsung di perusahaan bersangkutan yang telah melalui proses perizinan sebelumnya. Pada observasi lapangan, dilakukan segala hal yang diperlukan yang berhubungan untuk segala persiapan pengumpulan data; yakni dengan melihat dan memeriksa secara langsung keadaan yang dialami perusahaan.

3.4

IDENTIFIKASI MASALAH Setelah melakukan studi pendahuluan, studi literatur, dan studi lapangan terhadap

PT. Sari Coffee Indonesia, maka dilanjutkan dengan mengidentifikasi masalah yang ada. Latar belakang masalah dari penelitian yang dilakukan adalah terdapat kelemahan pada pengukuran kinerja di departemen personalia saat ini. Kinerja dari divisi personalia sangat mempengaruhi kelancaran transaksi, baik waktu pemenuhan pemesanan konsumen maupun target penjualan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, pengukuran kinerja yang baik sangat diperlukan dari departemen personalia guna pencapaian tujuan yang optimal. PT. Sari Coffee Indonesia merupakan salah satu jaringan kedai kopi terbesar di Indonesia, namun pengukuran kinerja yang dilakukan di departemen personalia saat ini belum secara keseluruhan dan masih bersifat umum; terkadang memungkinkan hasil penilaian yang bias diakibatkan dilakukannya manipulasi dalam proses pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja saat ini kurang baik terlihat dari hanya satu jenis pengukuran, tidak adanya metode yang pasti serta tidak ada indikator yang jelas dalam pengukuran kinerja saat ini memungkinkan tidak adanya perkembangan untuk ke depannya; khususnya akan berimbas pada perencanaan laba jangka panjang bagi perusahaan. Oleh karena itu, perlu diterapkan pengukuran kinerja yang lebih spesifik dalam arti bahwa semua kegiatan harus dilaksanakan dan terintegrasi dari empat perspektif Balanced Scorecard sehingga dapat mengukur keberhasilan strategi yang telah ditetapkan perusahaan terutama dalam mencapai visi dan misinya.

3.5.

TUJUAN PENELITIAN Terdapat beberapa tujuan dari diadakannya penelitian ini. Adapun tujuan-tujuan

tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Melakukan perancangan dan pengukuran kinerja PT. Sari Coffee Indonesia

dengan metode Balanced Scorecard.

2. 3.

Membuat strategy map dari empat perspektif yang ada. Menganalisa dan merekomendasikan hasil pengukuran kinerja untuk

masing-masing perspektif Balanced Scorecard dari barista yang bekerja pada PT. Sari Coffee Indonesia.

3.6.

PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data dilakukan dengan memperhatikan data apa saja yang diperlukan

serta dimana data tersebut diperoleh agar didapat data yang bisa dipergunakan dalam pengambilan keputusan. Data dikumpulkan melalui wawancara dan data historis perusahaan. Data yang dikumpulkan ada dua macam yaitu data untuk perancangan model Balanced Scorecard, meliputi visi dan misi perusahaan, strateegi perusahaan, sasaran strategis, key performance indicator, dan data untuk pengukuran kinerja perusahaan dengan model Balanced Scorecard, yaitu target perusahaan untuk setiap key performance indicator. Pengumpulan data-data untuk menyusun laporan ini antara lain sebagai berikut: a) Gambaran umum perusahaan Sejarah berdirinya perusahaan Lokasi perusahaan Visi dan misi perusahaan

b) Organisasi dan manajemen Struktur organisasi PT. Sari Coffee Indonesia Tugas dan wewenang masing-masing jabatan Jumlah dan kerja para karyawan

c) Data perspektif keuangan d) Data perspektif pelanggan e) Data perspektif proses bisnis internal f) Data perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

3.7.

PERANCANGAN PENGUKURAN KINERJA BARU BERBASIS BALANCED SCORECARD

Dari hasil pengumpulan data di atas, akan dibuat perancangan pengukuran kinerja baru dengan basis model Balanced Scorecard yang dapat dijadikan dasar pengukuran kinerja baru di perusahaan yang meliputi: perumusan strategi, perencanaan strategik, ukuran hasil dan pemicu kinerja, strategy map, hubungan sebab akibat serta keterkaitan antara ROI (Return on Investment) dengan pemilihan alokasi investasi yang tepat. Adapun tahapantahapannya adalah sebagai berikut : a. Penerjemahan visi dan misi perusahaan Pada tahap awal ini dilakukan pemahaman lebih lanjut dengan menjabarkan visi dan misi perusahaan untuk setiap perspektif yang ada dalam model Balanced Scorecard. Kemudian dilakukan identifikasi faktor internal dan eksternal dari kondisi perusahaan sehingga dapat menentukan sasaran strategis untuk setiap perspektif yang akan dicapai. b. Analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats) Dari faktor yang didapat dibuatlah analisa SWOT. Analisa SWOT sangat memungkinkan bagi perusahaan untuk mengidenifikasi berbagai macam kekuatan, kelemahan dari segi internal perusahaan itu sendiri serta memanfaatkan kesempatan serta mengatasi ancaman dari berbagai jenis persaingan yang ditujukan baik secara langsung ataupun tidak langsung dari pihak pesaing kepada perusahaan. Bila berhasil menyusun strategi SWOT dapat dilakukan formulasi untuk jangka pendek dan jangka panjang. Dari formulasi tersebut, maka diharapkan dapat dicapai visi dan misi yang telah ditetapkan perusahaan. c. Identifikasi tolak ukur dan faktor pendorong kinerja masing-masing perspektif Pada tahap ini dilakukan pemilihan tolak ukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis untuk masing-masing perspektif dalam model balanced scorecard. Penentuan tolak ukur keberhasilan dengan memperhatikan keterkaitan visi, misi, dan tujuan strategis yang telah ditentukan oleh perusahaan sebelumnya. d. Pembuatan keterkaitan setiap sasaran strategis dan pendorong kinerja Pada tahap ini dilakukan penyelarasan ukuran dalam model balanced scorecard dengan strategi. Tahap ini menggambarkan hubungan dari berbagai sasaran strategis dan ukuran keberhasilan yang telah ditentukan. Ada 3 prinsip yang harus dipenuhi Balanced Scorecard yaitu: hubungan sebab-akibat, adanya hasil dan pendorong kinerja, serta keterkaitan dengan perspektif finansial.

e. Membuat Strategy Map Pada tahap ini ditunjukkan hubungan sebab akibat visi, misi, dan tujuan strategis perusahaan serta ukuran keberhasilan dalam setiap perspektif dalam model balanced scorecard. Semuanya diterjemahkan ke dalam peta strategi agar mudah dipahami oleh segenap karyawan khususnya bagi barista dari Starbucks store tertentu yang telah ditentukan dalam pembatasan masalah.

3.8.

PERANCANGAN PENGUKURAN KINERJA BARU BERBASIS MODEL BALANCED SCORECARD Pengukuran kinerja baru yang berdasarkan model balanced scorecard melalui

beberapa tahapan, diantaranya : a. Penyebaran kuesioner dan pembobotan sasaran strategis dan tingkat

kepentingan dengan metode AHP Pada tahap ini setelah data diolah dengan diberikan nilai setiap sasaran strategik, dilakukan penyebaran kuesioner pada pihak perusahaan untuk mendapatkan bobot kepentingan. Kemudian dihitung dengan menggunakan metode AHP. Yang dijadikan responden dalam pengisian kuesioner berisi tentang perbandingan berpasangan tujuan strategis masing-masing perspektif adalah manager bagian personalia yang bertanggung jawab atas keseluruhan kondisi ada pada departemen personalia; khususnya untuk barista. b. Perhitungan nilai kinerja perusahaan

Pada tahap ni data pengukuran yang telah diolah kemudian dihitung berdasarkan nilai dan bobot kepentingannya, kemudia diukur untuk menentukan nilai performansi pada keempat perspektif balanced scorecard. Bobot didapat dari hasil kuesioner yang telah dihitung dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).

3.9.

PEMBAHASAN DAN ANALISIS

Setelah dilakukan pengumpulan data yang dibutuhkan dari perusahaan, maka selanjutnya dilakukan analisis dari data yang telah dikumpulkan yang merupakan permasalahan dari keadaan yang dialami perusahaan. Analisa dan evaluasi dari data yang diperoleh dilakukan dengan pengolahan data yang sesuai dengan permasalahan

yang terjadi dalam perusahaan. Data-data yang telah dikumpulkan dan diperolah hasilpengolahan data selanjutnya dianalisa secara keseluruhan berkaitan dengan permasalahan yang ada. Pada tahap ini, dilakukan analisis terhadap strategy map yang terbentuk, perspektif balanced scorecard, dan hasil pengukuran kinerja perusahaan.

3.10.

KESIMPULAN DAN SARAN Dari pengolahan data dan analisa data yang telah dilakukan, kemudian ditarik

kesimpulan serta mengusulkan saran yang mendukung hasil penelitian, memecahkan masalah yang dibahas mengacu pada tujuan penelitian dan meningkatkan kinerja perusahaan yang jauh lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. (2001). Balanced Scorecard: Alat Manajemen Kontemporer untuk Pelipatganda Kinerja Keuangan Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat.

Kaplan, Robert S., Norton, D. P. (1999). The Strategy Focused Organization, How Balanced Scorecard Companies Thrive In The New Business Environment. USA: Harvard Business School Press. Amin, W.T. (2001). Pengukuran Kinerja dengan Balanced Scorecard. Jakarta: Havarindo.