Click here to load reader
Upload
agung-cahyadi
View
12
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
termodinamika
Citation preview
MAKALAH KESEIMBANGAN FASA DALAM SATU KOMPONEN SISTEM
TERMODINAMIKA MATERIAL 02
PARALEL
KELOMPOK 23
Disusun Oleh :
1. Agung Cahyadi : 1406606650 (45)2. Jhangir Desfrandanta : 1406606663 (46)
TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2015
TERMODINAMIKA MATERIALKESEIMBANGAN FASA DALAM SATU KOMPONEN SISTEM
Perubahan fasa dari padat – cair – gas, ketika suatu zat dipanaskan dalam P
konstan dapat ditinjau dari alur energi bebas Gibbs molar terhadap suhu. Fasa yang
stabil adalah fasa yang mempunyai potensial kimia paling rendah.
Jika sistem satu komponen, maka Energi Bebas Gibss Molar sama dengan Potensial Kimia.
dG=∑I
μI dn i
Jika dua atau tiga fasa suatu zat mempunyai potensial kimia sama, maka fasa-fasa
itu berada di dalam suatu kesetimbangan pada titik lebur (Tm), titik didih(Tb) atau
titik tripel.
1. Kurva Energi Gibss terhadap Suhu
• Dibawah titik lebur Tm
Fasa padat mempunyai energi bebas Gibbs terendah
Fasa padat merupakan fasa yang stabil
• Diantara Tm dan Tb
Fasa cair adalah fasa yang stabil
2. Kebergantungan Energi Bebas Gibss terhadap Suhu pada Tekanan Konstan
Eneri bebasGibss→dG=−SdT+VdP
−S=( ∂G∂T )P
• Sg>S l>Ss slope gas lebih negatif dibandingkan padat dan cair
Pada tekanan lebih rendah diagram G vs T mengalami pergeseran
Karena nilai tekanan sebanding dengan temperatur ( PVT ), sehingga saat
tekanan turun, nilai titik didih dan titik lebur juga turun.
Pada suhu tetap, nilai potensial kimia berkurang jika P turun.
V=( ∂G∂ P )T
V g>V l>V s
Pengaruh tekanan lebih rendah terhadap fasa gas jauh lebih besar daripada
terhadap fasa cair dan padat, karena adanya perbedaan yang besar antara
volume molar fasa gas dan cair. Pada tekanan yang cukup rendah kurva
potensial kimia gas akan memotong kurva padat pada suhu lebih
rendah,dibanding perpotongan kurva padat dan cair, sehingga padatan akan
menyublim
Kesimpulan : Pada P tertentu, kurva fasa padat, cair dan gas berpotongan pada
satu Titik Tripel.
3. Energi Bebas Gibbs sebagai Fungsi Suhu dan Tekanani. Energi Bebas Gibss (G) sebagai Fungsi T pada P konstan
a. Pada Keadaan Suhu (T) = 00 C = 273 K
Tekanan (P) = 1 atm
Suhu (T) = 00 C = 273 K
(H 2O )s→ (H2O )l∆G=GH 2O (l )−GH 2O (s )=0
GH2O ( l)=GH 2O (s )
Kecenderungan H 2O beralih ke fasa cair harus sama dengan
kecenderungan H 2O beralih ke fasa padat, sehingga energi bebas Gibss
dari sistem adalah :
G'=∑iμi ni
( ∂G'
ni )T , P=μ i
Untuk sistem satu komponen : ∆G'=μ i
b. Keadaan Suhu (T) ¿00C
Sistem tidak stabil dan es secara spontan mencair dan proses ini
menurunkan energi bebas Gibss.
Kesetimbangan tercapai saat seluruh es telah mencair.
(H 2O )s→ (H2O )l∆G=GH 2O (l )−GH 2O (s )<0
GH2O ( l)<GH2O ( s )
c. Keadaan Suhu (T) ¿00C
(H 2O )s→ (H2O )l∆G=GH 2O (l )−GH 2O (s )>0
GH2O ( l)>GH2O ( s )
Pada gambar : P = 1 atm, suhu > 0oC
Minimum Energi Bebas Gibbs terjadi ketika semua H2O berada dalam
fasa cair.
Kemiringan garis pada grafik adalah : ( ∂G∂T )P=−S
Perubahan dari solid ke liquid :
(∆G )( s→l )=∆H ( s→l )−T ∆S (s→ l)
Pada keadaan setimbang :(∆G )( s→l )=0
∆ H ( s→l )=T ∆S (s→ l)
∆H ( s→l )=H (l )T−H (s )T
∆ H ( s→l )=∫298
T
Cp ( l) dT−H ( s)T
∆ H ( s→l )=∫298
273
Cp ( l) dT+∫273
T
C p (s ) dT−H (s )T
ii. Energi Bebas Gibss (G) sebagai Fungsi P pada T konstan
dG=Vdp−SdT
( ∂G(l )
∂ P )T=V ( l) ( ∂G(s )
∂ P )T=V (s )
Jika kedua fasa memiliki volume molar berbeda, energi bebas akan
meningkat ketika tekanan berubah pada T tetap. Ketika tekanan sistem
meningkat, keadaan sistem bergeser ke arah yang menyebabkan penurunan
volume. Es pada suhu 0OC mempunyai volum molar yang lebih besar dari
pada air, titik lebur es berubah karena adanya peningkatan tekanan.
Tingkat kenaikan nilai G dengan peningkatan tekanan pada suhu konstan sama dengan volume molar padat temperature T dan tekanan P.
Kesimpulan :
Berdasarkan gambar, nilai (∆G )( s→l )=tetap0dengan menjaga kesetimbangan fasa
padat dan cair, sekaligus memvariasikan nilai T dan P
4. Kesetimbangan di Antara Dua Fasa (Persamaan Clapeyron)
Bila dua fasa dalam sistem satu komponen berada dalam kesetimbangan, kedua
fasa tersebut mempunyai energi Gibbs molar yang sama.
Gα=G β
Energi Gibss merupakan fungsi suhu dan tekanan, sehingga :
( ∂G (α )
∂P )TdP+( ∂G (α )
∂T )PdT=( ∂G( β )
∂ P )TdP+( ∂G (β )
∂T )PdT
Jika fasa solid dan liquid dalam kesetimbangan, maka :
d G(l )=d G(s )
−S( l) dT+V ( l) dP=−S (s ) dT+V ( s )dP
( dPdT )= S ( s)−S (l)
V ( s)−V (l)=
∆S (l→s)
∆V (l→s )
( dPdT )= ∆HT ∆V
Transisi dari liquid ke gas
∆V =V (g)−V (l) ≈V (g)
( dPdT )= P∆H v
RT 2 ( dPP )=∆ H v
RT 2dT
∫P1
P 2 dPP
=∫T1
T2 ∆H v
RT 2 dT
ln (P2P1 )=∆ H v (T2−T 1 )
RT 1T 2
dPP
=∆HRT 2
dT →dln (P )=∆HRT 2
dT
Karena kesetimbangan fasa gas dan liquid dijaga, maka :
∆ HT=∆H298+∆C p (T−298 )
dln (P )=∆ H 298+∆C p (T−298 )
RT 2 dT
Bentuk umum : ln (P )= AT
+Bln (T )+C
5. Representasi Kesetimbangan Fasa dalam Sistem Satu KomponenPada kesetimbangan liquid dan gas :
Tb normal adalah suhu dimana P uap jenuh yang diberikan cairan sebesar 1
atm.
Tb = 373 K ∆ H evap=41090 J
C p (H2O )v=30+10.7×10−3T+0.33×105T−2
C p (H2O )l=75.44
C p (l→v )=C p (H 2O )v−C p (H 2O)l
∆H evap T=∆ H evap 373+∫
373
T
C p (l→v ) dT
Diagram fasa merupakan cara mudah untuk menampilkan wujud zat sebagai
fungsi suhu dan tekanan :
Grs AOA’
Representasi grafis dari integral persamaan : ( dPdT )= ∆HT ∆V
Merupakan variasi P dan T,untuk kesetimbangan fasa padat dan cair Garis BOB’
Garis kesetimbangan fasa cair-uap, yang diberikan oleh persamaan :
ln (P )=−∆HRT
Grs COC’
garis kesetimbangan fasa solid –uap
Titik O
Titik tripel
6. Kaidah Fasa Gibss Untuk menentukan hubungan sederhana antara :
• Jumlah fasa yang seimbang (P)
• Jumlah komponennya (C),yang menyatakan jumlah kelompok zat
• Jumlah besaran intensif yg bebas.(F)
F=C – P+2
Contoh Soal dan Pembahasan :
1. Hitung titik leleh dari es pada tekanan 50 bar (Tm pada 1 bar = 0°C).
Asumsikan bahwa densitas dari es pada kondisi ini adalah 0,92 g/mL dan
densitas dari air (liquid) adalah 1 gr/mL. Entalpi molar gabungan dari air
adalah 6,01 kJ/mol.
Jawab :
Persamaan Clapeyron untuk kesetimbangan fasa solid-liquid yaitu :
dPdT =∆Hfus ,m
Tfus∆Vm
Sisi kiri dapat diaproksimasi sebagai :
dPdT ≈ ∆ P
∆T
Subtitusi, lalu diperoleh :
∆ P∆T =∆Hfus ,m
Tfus∆Vm
Untuk memperoleh titik leleh dari es pada tekanan 50 bar, kita dapat mencari
perubahan temperature dan menggunakan fakta bahwa titik leleh dari es
pada tekanan 1 bar adalah 0˚C (273.15 K). Sehingga diperoleh:
∆T ¿ Tfus∆Vm∆P∆Hfus ,m
T 2−T 1=Tfus ∆Vm∆ P∆Hfus ,m
T2 = T1 +Tfus∆Vm∆P∆Hfus ,m
Volum molar dari fasa solid dan liquid dapat dihitung dari berat molekul dan
densitasnya, untuk es : Vs ,m= MD
( 1 L1000mL
)
¿( 18,016 g/mol0,92 g/mL
)( 1L1000mL
)
Vs,m = 0.01958L/mol
Untuk air fasa cair, Volume molarnya ialah :
Vl ,m= MD
( 1L1000mL
)
¿( 18,016 g/mol1,00 g/mL
)( 1L1000mL
)
Vl,m = 0.01802L/mol.
Subtitusi :
T2 = T 1+Tfus ∆Vm (P2−P1)
∆Hfus ,m
= 273,15 + (273.15K )(0.01802−0.01958 L/mol)¿¿
= 273.15K − 0.00348 K L bar J-1 ¿
= 273.15K − 0.35K
T2 = 272.80 K or − 0.35°C.
2. Jika dibutuhkan tekanan 1,334 megabar untuk mengubah titik leleh dari suatu
zat dari 222°C ke 122°C untuk perubahan molar volum -3,32 cm3/mol,
berapakah enthalpy molar gabungan dari zat tersebut dalam J/mol ?
Jawab :
Persamaan Clapeyron untuk kesetimbangan fasa solid-liquid yaitu :
dPdT =∆Hfus ,m
Tfus∆Vm
dPdT ≈ ∆ P
∆T
Dengan pendekatan pada ruas kiri diperoleh :
∆ P∆T =∆Hfus ,m
Tfus∆Vm
Selanjutnya dengan mengubah persamaan di atas untuk mencari perubahan
entalgpi gabungan diperoleh :
∆ Hfus=(∆P∆T )Tfus ∆V
Dengan mensubtitusi nilai ΔP = 1.334 ×106 bar, ΔT = −100 K , T fus = 495.15
K, and ΔVm = −3.22 ×10−3 L/mol diperoleh :
∆ Hfus = (1.334×106 ¿̄−100K ¿) (495,15 K) ( −3.22 ×10-3
L/mol )
= 21270 L bar/mol 100 J1L ¿̄ ¿
∆ Hfus = 2.127 ×106 J/mol or 2127 kJ/mol.
3. Tekanan uap dari uranium heksaflorida solid, UF6 mengikuti persamaan
berikut ini :
ln P = 29.411 - 5893.5
T
Tekanan dinyatakan dengan satuan Pa dan Temperatur dinyatakan dengan
satuan Kelvin. Kemudian tekanan uap dari Uranium Heksaflorida Liquid
mengikuti persamaan berikut :
ln P = 22.254 - 3479.9
T
Tentukan temperature dan tekanan pada titik tripel !
Jawab :
Titik tripel terjadi pada perpotongan kurva yang berdampingan antara S-V dan
L-V. Dari persamaan diatas :
22.254 - 3479.9T = 29.411 - 5893.5T
7.157 = 2413,6
T
T = 337.24 K
Jadi, 337.24 K merupakan temperature pada titik tripel. Dengan mensubtitusi
nilai dari temperature ini pada salah satu persamaan diatas kita mendapatkan
tekanan pada titik tripel sebagai berikut dengan menggunakan persamaan S-
V :
ln P = 29.411 - 5893.5
T
ln P = 29.411 - 337.24K
T
ln P = 11.935
P = 1.526 ×105 Pa.
REFERENSI
- http://worldwidescience.org/topicpages/c/clausius-clapeyron+equation.html
(Diakses 17 Oktober 2015 Pukul 20:00 WIB)
- http://www.kentchemistry.com/aplinks/chapters/10ChemKin/ClausiusClap.htm
(Diakses 17 Oktober 2015 Pukul 20:20 WIB)
- http://www.chemteam.info/GasLaw/Clasius-Clapeyron-Equation.html
(Diakses 17 Oktober 2015 Pukul 20:40 WIB)
- http://www2.ohlone.edu/people/jklent/labs/101a_labs/clausius-clapeyron.pdf
(Diakses 17 Oktober 2015 Pukul 21 :05 WIB)
- http://www.chemteam.info/GasLaw/Clasius-Clapeyron-Equation.html
(Diakses 17 Oktober 2015 Pukul 21 :25 WIB)
http://chemistry.illinoisstate.edu/standard/che360/homework/
360ps10solns.pdf (Diakses 17 Oktober 2015 Pukul 22 :00 WIB)