52
Trauma pada kematian: trauma tumpul, tajam, dan senjata api Trauma atau kecelakaan merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus forensik. Hasil dari trauma atau kecelakaan adalah luka, perdarahan dan/atau skar atau hambatan dalam fungsi organ. Agen penyebab trauma diklasifikasikan dalam beberapa cara, antaralain kekuatan mekanik, aksi suhu, agen kimia, agen elektromagnet, asfiksia dan trauma emboli. Dalam prakteknya nanti seringkali terdapat kombinasi trauma yang disebabkan oleh satu jenis penyebab, sehingga klasifikasi trauma ditentukan oleh alat penyebab dan usaha yang menyebabkan trauma. Trauma Tumpul Dua variasi utama dalam trauma tumpul adalah: 1. Benda tumpul yang bergerak pada korban yang diam. 2. Korban yang bergerak pada benda tumpul yang diam. Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika diperhatikan lebih lanjut terdapat perbedaan hasil pada kedua mekanisme itu. Organ atau jaringan pada tubuh mempunyai beberapa cara menahan kerusakan yang disebabkan objek atau alat, daya tahan tersebut menimbulkan berbagai tipe luka yakni: 1. Abrasi 2. Laserasi 3. Kontusi/ruptur 4. Fraktur 5. Kompresi

Trauma pada kematian

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Trauma pada kematian

Trauma pada kematian: trauma tumpul, tajam, dan senjata api

 

Trauma atau kecelakaan merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus forensik. Hasil dari

trauma atau kecelakaan adalah luka, perdarahan dan/atau skar atau hambatan dalam fungsi

organ. Agen penyebab trauma diklasifikasikan dalam beberapa cara, antaralain kekuatan

mekanik, aksi suhu, agen kimia, agen elektromagnet, asfiksia dan trauma emboli. Dalam

prakteknya nanti seringkali terdapat kombinasi trauma yang disebabkan oleh satu jenis

penyebab, sehingga klasifikasi trauma ditentukan oleh alat penyebab dan usaha yang

menyebabkan trauma.

 

Trauma Tumpul

Dua variasi utama dalam trauma tumpul adalah:

1. Benda tumpul yang bergerak pada korban yang diam.

2. Korban yang bergerak pada benda tumpul yang diam.

Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika diperhatikan lebih lanjut terdapat

perbedaan hasil pada kedua mekanisme itu. Organ atau jaringan pada tubuh mempunyai

beberapa cara menahan kerusakan yang disebabkan objek atau alat, daya tahan tersebut

menimbulkan berbagai tipe luka yakni:

1. Abrasi

2. Laserasi

3. Kontusi/ruptur

4. Fraktur

5. Kompresi

6. Perdarahan

 

Abrasi

Abrasi per definisi adalah pengelupasan kulit. Dapat terjadi superfisial jika hanya epidermis

saja yang terkena, lebih dalam ke lapisan bawah kulit (dermis)atau lebih dalam lagi sampai

ke jaringan lunak bawah kulit. Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis

pembuluh darah dapat terkena sehingga terjadi perdarahan. Arah dari pengelupasan dapat

ditentukan dengan pemeriksaan luka. Dua tanda yang dapat digunakan. Tanda yang pertama

adalah arah dimana epidermis bergulung, tanda yang kedua adalah hubungan kedalaman pada

luka yang menandakan ketidakteraturan benda yang mengenainya.

Page 2: Trauma pada kematian

Pola dari abrasi sendiri dapat menentukan bentuk dari benda yang mengenainya.

Waktu terjadinya luka sendiri sulit dinilai dengan mata telanjang. Perkiraan kasar usia luka

dapat ditentukan secara mikroskopik. Kategori yang digunakan untuk menentukan usia luka

adalah saat ini (beberapa jam sebelum), baru terjadi (beberapa jam sebelum sampai beberapa

hari), beberapa hari lau, lebih dari benerapa hari. Efek lanjut dari abrasi sangat jarang terjadi.

Infeksi dapat terjadi pada abrasi yang luas.  

 

Kontusio Superfisial.

Kata lazim yang digunakan adalah memar, terjadi karena tekanan yang besar dalam waktu

yang singkat. Penekanan ini menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil dan dapat

menimbulkan perdarahan pada jaringan bawah kulit atau organ dibawahnya. Pada orang

dengan kulit berwarna memar sulit dilihat sehingga lebih mudah terlihat dari nyeri tekan yang

ditimbulkannya.

Perubahan warna pada memar berhubungan dengan waktu lamanya luka, namun

waktu tersebut bervariasi tergantung jenis luka dan individu yang terkena. Tidak ada standart

pasti untuk menentukan lamanya luka dari warna yang terlihat secara pemeriksaan fisik.

Pada mayat waktu antara terjadinya luka memar, kematian dan pemeriksaan

menentukan juga karekteristik memar yang timbul. Semakin lama waktu antara kematian dan

pemeriksaan luka akan semakin membuat luka memar menjadi gelap.

Pemeriksaan mikroskopik adalah sarana yang dapat digunakan untuk menentukan waktu

terjadinya luka sebelum kematian. Namun sulit menentukan secara pasti karena hal tersebut

pun bergantung pada keahlian pemeriksa.

Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain terjadinya penurunan darah

dalam sirkulasi yang disebabkan memar yang luas dan masif sehingga dapat menyebabkan

syok, penurunan kesadaran, bahkan kematian. Yang kedua adalah terjadinya agregasi darah

di bawah kulit yang akan mengganggu aliran balik vena pada organ yang terkena sehingga

dapat menyebabkan ganggren dan kematian jaringan. Yang ketiga, memar dapat menjadi

tempat media berkembang biak kuman. Kematian jaringan dengan kekurangan atau

ketiadaaan aliran darah sirkulasi menyebabkan saturasi oksigen menjadi rendah sehingga

kuman anaerob dapat hidup, kuman tersering adalah golongan clostridium yang dapat

memproduksi gas gangren.

Efek lanjut lain dapat timbul pada tekanan mendadak dan luas pada jaringan

subkutan. Tekanan yang mendadak menyebabkan pecahnya sel – sel lemak, cairan lemak

kemudian memasuki peredaran darah pada luka dan bergerak beserta aliran darah dapat

Page 3: Trauma pada kematian

menyebabkan emboli lemak pulmoner atau emboli pada organ lain termasuk otak. Pada

mayat dengan kulit yang gelap sehingga memar sulit dinilai sayatan pada kulit untuk

mengetahui resapan darah pada jaringan subkutan dapat dilakukan dan dilegalkan.

 

Kontusio pada organ dan jaringan dalam.

Semua organ dapat terjadi kontusio. Kontusio pada tiap organ memiliki karakteristik yang

berbeda. Pada organ vital seperti jantung dan otak jika terjadi kontusio dapat menyebabkan

kelainan fungsi dan bahkan kematian.

Kontusio pada otak, dengan perdarahan pada otak, dapat menyebabkan terjadi

peradangan dengan akumulasi bertahap produk asam yang dapat menyebabkan reaksi

peradangan bertambah hebat. Peradangan ini dapat menyebabkan penurunan kesadaran,

koma dan kematian. Kontusio dan perangan yang kecil pada otak dapat menyebabkan

gangguan fungsi organ lain yang luas dan kematian jika terkena pada bagian vital yang

mengontrol pernapasan dan peredaran darah.

Jantung juga sangat rentan jika terjadi kontusio. Kontusio ringan dan sempit pada

daeran yang bertanggungjawab pada inisiasi dan hantaran impuls dapat menyebabkan

gannguan pada irama jantung atau henti jantung. Kontusio luas yang mengenai kerja otot

jantung dapat menghambat pengosongan jantung dan menyebabkan gagal jantung.

Kontusio pada organ lain dapat menyebabkan ruptur organ yang menyebabkan perdarahan

pada rongga tubuh. 

 

 

 

 

Laserasi

 

Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat menyebabkan kontusio dari

jaringan subkutan, seperti pinggiran balok kayu, ujung dari pipa, permukaan benda tersebut

cukup lancip untuk menyebabkan sobekan pada kulit yang menyebabkan laserasi. Laserasi

disebabkan oleh benda yang permukaannya runcing tetapi tidak begitu tajam sehingga

merobek kulit dan jaringan bawah kulit dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan

bawah kulit. Tepi dari laserasi ireguler dan kasar, disekitarnya terdapat luka lecet yang

diakibatkan oleh bagian yang lebih rata dari benda tersebut yang mengalami indentasi.

Page 4: Trauma pada kematian

            Pada beberapa kasus, robeknya kulit atau membran mukosa dan jaringan dibawahnya

tidak sempurna dan terdapat jembatan jaringan. Jembatan jaringan, tepi luka yang ireguler,

kasar dan luka lecet membedakan laserasi dengan luka oleh benda tajam seperti pisau. Tepi

dari laserasi dapat menunjukkan arah terjadinya kekerasan. Tepi yang paling rusak dan tepi

laserasi yang landai menunjukkan arah awal kekerasan. Sisi laserasi yang terdapat memar

juga  menunjukkan arah awal kekerasan.

            Bentuk dari laserasi dapat menggambarkan bahan dari benda penyebab kekerasan

tersebut. Karena daya kekenyalan jaringan regangan jaringan yang berlebihan terjadi sebelum

robeknya jaringan terjadi. Sehingga pukulan yang terjadi karena palu tidak harus berbentuk

permukaan palu atau laserasi yang berbentuk semisirkuler. Sering terjadi sobekan dari ujung

laserasi yang sudutnya berbeda dengan laserasi itu sendiri yang disebut dengan “swallow

tails”. Beberapa benda dapat menghasilkan pola laserasi yang mirip.

            Seiring waktu, terjadi perubahan terhadap gambaran laserasi tersebut, perubahan

tersebut tampak pada lecet dan memarnya. Perubahan awal yaitu pembekuan dari darah, yang

berada pada dasar laserasi dan penyebarannya ke sekitar kulit atau membran mukosa. Bekuan

darah yang bercampur dengan bekuan dari cairan jaringan bergabung membentuk eskar atau

krusta. Jaringan parut pertama kali tumbuh pada dasar laserasi, yang secara bertahap mengisi

saluran luka. Kemudian, epitel mulai tumbuh ke bawah di atas jaringan skar dan

penyembuhan selesai. Skar tersebut tidak mengandung apendises meliputi kelenjar keringat,

rambut dan struktur lain.

            Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit ditentukan tidak seperti luka

atau memar. Pembagiannya adalah sangat segera segera, beberapa hari, dan lebih dari

beberapa hari. Laserasi yang terjadi setelah mati dapat dibedakan ddengan yang terjadi saat

korban hidup yaitu tidak adanya perdarahan.

            Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi kecil tanpa adanya

robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila perdarahan terjadi terus menerus.

Laserasi yang multipel yang mengenai jaringan kutis dan sub kutis dapat menyebabkan

perdarahan yang hebat sehingga menyebabkan sampai dengan kematian. Adanya

diskontinuitas kulit atau membran mukosa dapat menyebabkan kuman yang berasal dari

permukaan luka maupun dari sekitar kulit yang luka  masuk ke dalam jaringan. Port d entree

tersebut tetap ada sampai dengan terjadinya penyembuhan luka yang sempurna.  Bila luka

terjadi dekat persendian maka akan terasa nyeri, khususnya pada saat sendi tersebut di

gerakkan ke arah laserasi tersebut sehingga dapat menyebabkan disfungsi dari sendi tersebut.

Benturan yang terjadi pada jaringan bawah kulit yang memiliki jaringan lemak dapat

Page 5: Trauma pada kematian

menyebabkan emboli lemak pada paru atau sirkulasi sistemik. Laserasi juga dapat terjadi

pada organ akibat dari tekanan yang kuat dari suatu pukulan seperi pada organ jantung, aorta,

hati dan limpa.

            Hal yang harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan yang komplit yang dapat

terjadi dalam jangka waktu lama setelah trauma yang dapat menyebabkan perdarahan hebat.

 

Kombinasi dari luka lecet, memar dan laserasi.

Luka leceet, memar dan laserasi dapat terjadi bersamaan. Benda yang sama dapat

menyebabkan memar pada pukulan pertama, laserasi pada pukulan selanjutnya dan lecet pada

pukulan selanjutnya.  Tetapi ketiga jenis luka tersebut dapat terjadi bersamaan pada satu

pukulan.

 

Fraktur

Fraktur adalah suatu diskontinuitas tulang. Istilah fraktur pada bedah hanya memiliki sedikit

makna pada ilmu forensik.  Pada bedah, fraktur dibagi menjadi fraktur sederhana dan komplit

atau terbuka.

            Terjadinya fraktur selain disebabkan suatu trauma juga dipengaruhi beberapa faktor

seperti komposisi tulang tersebut. Anak-anak tulangnya masih lunak, sehingga apabila terjadi

trauma khususnya pada tulang tengkorak dapat menyebabkan kerusakan otak yang hebat

tanpa menyebabkan fraktur tulang tengkorak. Wanita usia tua sering kali telah mengalami

osteoporosis, dimana dapat terjadi fraktur pada trauma yang ringan. 

            Pada kasus dimana tidak terlihat adanya deformitas maka untuk mengetahui ada

tidaknya fraktur dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan sinar X, mulai dari fluoroskopi,

foto polos. Xero radiografi merupakan teknik lain dalam mendiagnosa adanya fraktur.

            Fraktur mempunyai makna pada pemeriksaan forensik. Bentuk dari fraktur dapat

menggambarkan benda penyebabnya (khususnya fraktur tulang tengkorak), arah kekerasan.

Fraktur yang terjadi pada tulang yang sedang mengalami penyembuhan berbeda dengan

fraktur biasanya. Jangka waktu penyembuhan tulang berbeda-beda setiap orang. Dari

penampang makros dapat dibedakan menjadi fraktur yang baru, sedang dalam penyembuhan,

sebagian telah sembuh, dan telah sembuh sempurna. Secara radiologis dapat dibedakan

berdasarkan akumulasi kalsium pada kalus. Mikroskopis dapat dibedakan daerah yang fraktur

dan daerah penyembuhan. Penggabungan dari metode diatas menjadikan akurasi yang cukup

tinggi. Daerah fraktur yang sudah sembuh tidaklah dapat menjadi seperti tulang aslinya. 

Page 6: Trauma pada kematian

            Perdarahan merupakan salah satu komplikasi dari fraktur. Bila perdarahan sub

periosteum terjadi dapat menyebabkan nyeri yang hebat dan disfungsi organ tersebut. Apabila

terjadi robekan pembuluh darah kecil dapat menyebabkan darah terbendung disekitar jaringan

lunak yang menyebabkan pembengkakan dan aliran darah balik dapat berkurang. Apabila

terjadi robekan pada arteri yang besar terjadi kehilangan darah yang banyak dan dapat

menyebabkan pasien shok sampai meninggal. Shok yang terjadi pada pasien fraktur tidaklah

selalu sebanding dengan fraktur yang dialaminya.

            Selain itu juga dapat terjadi emboli lemak pada paru dan jaringan lain. Gejala pada

emboli lemak di sereberal dapat terjadi 2-4 hari setelah terjadinya fraktur dan dapat

menyebabkan kematian. Gejala pada emboli lemak di paru berupa distres pernafasan dapat

terjadi 14-16 jam setelah terjadinya fraktur yang juga dapat menyebabkan kematian. Emboli

sumsum tulan atau lemak merupakan tanda antemortem dari sebuah fraktur.

            Fraktur linier yang terjadi pada tulang tengkorak tanpa adanya fraktur depresi tidaklah

begitu berat kecuali terdapat robekan pembuluh darah yang dapat membuat hematom ekstra

dural, sehingga diperlukan depresi tulang secepatnya. Apabila ujung tulang mengenai otak

dapat merusak otak tersebut, sehingga dapat terjadi penurunan kesadaran, kejang, koma

hingga kematian.

 

Kompresi

Kompresi yang terjadi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan efek lokal maupun

sistemik yaitu asfiksia traumatik sehingga dapat terjadi kematiaan akibat tidak terjadi

pertukaran udara.  

 

Perdarahan

 

Perdarahan dapat muncul setelah terjadi kontusio, laserasi, fraktur, dan kompresi. Kehilangan

1/10 volume darah tidak menyebabkan gangguan yang bermakna. Kehilangan ¼ volume

darah dapat menyebabkan pingsan meskipun dalam kondisi berbaring. Kehilangan ½ volume

darah dan mendadak dapat menyebabkan syok yang berakhir pada kematian. Kecepatan

perdarahan yang terjadi tergantung pada ukuran dari pembuluh darah yang terpotong dan

jenis perlukaan yang mengakibatkan terjadinya perdarahan. Pada arteri besar yang terpotong,

akan terjadi perdarahan banyak yang sulit dikontrol oleh tubuh sendiri.Apabila luka pada

arteri besar berupa sayatan, seperti luka yang disebabkan oleh pisau, perdarahan akan

berlangsung lambat dan mungkin intermiten. Luka pada arteri besar yang disebabkan oleh

Page 7: Trauma pada kematian

tembakan akan mengakibatkan luka yang sulit untuk dihentikan oleh mekanisme penghentian

darah dari dinding pembuluh darah sendiri. Hal ini sesuai dengan prinsip yang telah

diketahui, yaitu perdarahan yang berasal dari arteri lebih berisiko dibandingkan perdarahan

yang berasal dari vena.

Hipertensi dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan cepat apabila terjadi

perlukaan pada arteri. Adanya gangguan pembekuan darah juga dapat menyebabkan

perdarahan yang lama. Kondisi ini terdapat pada orang-orang dengan penyakit hemofili dan

gangguan pembekuan darah, serta orang-orang yang mendapat terapi antikoagulan. Pecandu

alcohol biasanya tidak memiliki mekanisme pembekuan darah yang normal, sehingga

cenderung memiliki perdarahan yang berisiko. Investigasi terhadap kematian yang

diakibatkan oleh perdarahan memerlukan pemeriksaan lengkap seluruh tubuh untuk mencari

penyakit atau kondisi lain yang turut berperan dalam menciptakan atau memperberat situasi

perdarahan.

 

Cedera Kepala

Cedera Kepala pada Penutup Otak

Jaringan otak dilindungi oleh 3 lapisan jaringan. Lapisan paling luar disebut duramater, atau

sering dikenal sebagai dura. Lapisan ini tebal dan lebih dekat berhubungan dengan tengkorak

kepala dibandingakan otak. Antara tengkorak dan dura terdapat ruang yang disebut ruang

epidural atau ekstradural. Ruang ini penting dalam bidang forensik.

            Lapisan yang melekat langsung ke otak disebut piamater. Lapisan ini sangat rapuh,

melekat pada otak dan meluas masuk ke dalam sulkus-sulkus otak. Lapisan ini tidak terlalu

penting dalam bidang forensik.

            Lapisan berikutnya yang terletak antara dura mater dan pia mater disebut arakhnoid.

Ruang yang dibentuk antara lapisan dura mater dan arakhnoid ini disebut ruang subdural.

Kedalaman ruang ini bervariasi di beberapa tempat. Perlu diingat, cairan otak terdapat pada

ruang subarakhnoid, bukan di ruang subdural.

            Perdarahan kepala dapat terjadi pada ketiga ruang yaitu ruang epidural, subdural atau

ruang subarakhnoid, atau pada otak itu sendiri.

 

Perdarahan Epidural (Hematoma)

Perdarahan jenis ini berhubungan erat dengan fraktur pada tulang tengkorak. Apabila fraktur

mengenai jalinan pembuluh darah kecil yang dekat dengan bagian dalam tengkorak,

umumnya arteri meningea media, dapat menyebabkan arteri terkoyak dan terjadi perdarahan

Page 8: Trauma pada kematian

yang cepat. Kumpulan darah akhirnya mendorong lapisan dura menjauh dari tengkorak dan

ruang epidural menjadi lebih luas. Akibat dari lapisan dura yang terdorong ke dalam, otak

mendapatkan kompresi atau tekanan yang akhirnya menimbulkan gejala-gejala seperti nyeri

kepala, penurunan kesadaran bertahap mulai dari letargi, stupor dan akhirnya koma.

Kematian akan terjadi bila tidak dilakukan terapi dekompresi segera. Waktu antara timbulnya

cedera kepala sampai munculnya gejala-gejala yang diakibatkan perdarahan epidural disebut

sebagai “lucid interval”

 

Perdarahan Subdural (Hematoma)

Perdarahan ini timbul apabila terjadi “bridging vein” yang pecah dan darah berkumpul di

ruang subdural. Perdarahan ini juga dapat menyebabkan kompresi pada otak yang terletak di

bawahnya. Karena perdarahan yang timbul berlangsung perlahan, maka “lucid interval” juga

lebih lama dibandingkan perdarahan epidural, berkisar dari beberapa jam sampai beberapa

hari. Jumlah perdarahan pada ruang ini berkisar dibawah 120 cc, sehingga tidak

menyebabkan perdarahan subdural yang fatal.

            Tidak semua perdarahan epidural atau subdural bersifat letal. Pada beberapa kasus,

perdarahan tidak berlanjut mencapai ukuran yang dapat menyebabkan kompresi pada otak,

sehingga hanya menimbulkan gejala-gejala yang ringan. Pada beberapa kasus yang lain,

memerlukan tindakan operatif  segera untuk dekompresi otak.

            Penyembuhan pada perdarahan subdural dimulai dengan terjadinya pembekuan pada

perdarahan. Pembentukan skar dimulai dari sisi dura dan secara bertahap meluas ke seluruh

permukaan bekuan. Pada waktu yang bersamaan, darah mengalami degradasi. Hasil akhir

dari penyembuhan tersebut adalah terbentuknya jaringan skar yang lunak dan tipis yang

menempel pada dura. Sering kali, pembuluh dara besar menetap pada skar, sehingga

membuat skar tersebut rentan terhadap perlukaan berikutnya yang dapat menimbulkan

perdarahan kembali. Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan pada perdarahan subdural

ini bervariasi antar individu, tergantung pada kemampuan reparasi tubuh setiap individu

sendiri.

            Hampir semua kasus perdarahan subdural berhubungan dengan trauma, meskipun

dapat tidak berhubungan dengan trauma. Perdarahan ini dapat terjadi pada orang-orang

dengan gangguan mekanisme pembekuan darah atau pada pecandu alcohol kronik, meskipun

tidak menyebabkan perdarahan yang besar dan berbahaya. Pada kasus-kasus perdarahan

subdural akibat trauma, dapat timbul persarahan kecil yang tidak berisiko apabila terjadi pada

Page 9: Trauma pada kematian

orang normal. Akan tetapi, pada orang-orang yang memiliki gangguan pada mekanisme

pembekuan darah, dapat bersifat fatal.

            Adakalanya juga perdarahan subdural terjadi akibat perluasan dari perdarahan di

tempat lain. Salah satu contohnya adalah perdarahan intraserebral yang keluar dari substansi

otak melewati pia mater, kemudian masuk dan menembus lapisan arakhnoid dan mencapai

ruang subdural.

 

Perdarahan Subarakhnoid

Penyebab perdarahan subarakhnoid yang tersering ada 5, dan terbagi menjadi 2 kelompok

besar, yaitu yang disebabkan trauma dan yang tidak berhubungan dengan trauma.

Penyebabnya antara lain:

1. Nontraumatik:

a. Ruptur aneurisma pada arteri yang memperdarahi otak

b. Perdarahan intraserebral akibat stroke yang memasuki subarakhnoid

2. Traumatik:

a. Trauma langsung pada daerah fokal otak yang akhirnya menyebabkan

perdarahan subarakhnoid

b. Trauma pada wajah atau leher dengan fraktur pada tulang servikal yang

menyebabkan robeknya arteri vertebralis

c. Robeknya salah satu arteri berdinding tipis pada dasar otak yang diakibatkan

gerakan hiperekstensi yang tiba-tiba dari kepala.

Arteri yang lemah dan membengkak seperti pada aneurisma, sangat rapuh dindingnya

dibandingkan arteri yang normal. Akibatnya, trauma yang ringan pun dapat menyebabkan

ruptur pada aneurisma yang mengakibatkan banjirnya ruang subarakhnoid dengan darah dan

akhirnya menimbulkan disfungsi yang serius atau bahkan kematian.

Yang menjadi teka-teki pada bagian forensik adalah, apakah trauma yang menyebabkan

ruptur pada aneurisma yang sudah ada, atau seseorang mengalami nyeri kepala lebih dahulu

akibat mulai pecahnya aneurisma yang menyebabkan gangguan tingkah laku  berupa perilaku

mudah berkelahi yang berujung pada trauma. Contoh yang lain, apakah seseorang yang jatuh

dari ketinggian tertentu menyebabkan ruptur aneurisma, atau seseorang tersebut mengalami

ruptur aneurisma terlebih dahulu yang menyebabkan perdarahan subarakhnoid dan akhirnya

kehilangan kesadaran dan terjatuh. Pada beberapa kasus, investigasi yang teliti disertai

dengan otopsi yang cermat dapat memecahkan teka-teki tersebut.

Page 10: Trauma pada kematian

Perdarahan subarakhnoid ringan yang terlokalisir dihasilkan dari tekanan terhadap kepala

yang disertai goncangan pada otak dan penutupnya yang ada di dalam tengkorak. Tekanan

dan goncangan ini menyebabkan robeknya pembuluh-pembuluh darah kecil pada lapisan

subarakhnoid, dan umumnya bukan merupakan perdarahan yang berat. Apabila tidak

ditemukan faktor pemberat lain seperti kemampuan pembekuan darah yang buruk,

perdarahan ini dapat menceritakan atau mengungkapkan tekanan trauma yang terjadi pada

kepala.

Jarang sekali, tamparan pada pada sisi samping kepala dan leher dapat mengakibatkan fraktur

pada prosesus lateralis salah satu tulang cervical superior. Karena arteri vertebralis melewati

bagian atas prosesus lateralis dari vertebra di daerah leher, maka fraktur pada daerah tersebut

dapat menyebabkan robeknya arteri yang menimbulkan perdarahan masif yang biasanya

menembus sampai lapisan subarakhnoid pada bagian atas tulang belakang dan akhirnya

terjadi penggenangan pada ruang subarakhnoid oleh darah. Aliran darah ke atas meningkat

dan perdarahan meluas sampai ke dasar otak dan sisi lateral hemisfer serebri. Pada beberapa

kasus, kondisi ini sulit dibedakan dengan perdarahan nontraumatikyang mungkin disebabkan

oleh ruptur aneurisma.     

Tipe perdarahan subarakhnoid traumatic yang akan dibicarakan kali ini merupakan tipe

perdarahan yang massif. Perdarahan ini melibatkan dasar otak dan meluas hingga ke sisi

lateral otak sehingga serupa dengan perdarahan yang berhubungan dengan aneurisma pada

arteri besar yang terdapat di dasar otak.Akan tetapi, pada pemeriksaan yang cermat dan teliti,

tidak ditemukan adanya aneurisma, sedangkan arteri vertebralis tetap intak. Penyebab

terjadinya perdarahan diduga akibat pecahnya pembuluh darah berdinding tipis pada bagian

bawah otak, serta tidak terdapat aneurisma. Terdapat 2 bukti, meskipun tidak selalu ada, yang

bisa mendukung dugaan apakah kejadian ini murni dimulai oleh trauma terlebih dahulu.

Bukti pertama yaitu adanya riwayat gerakan hiperekstensi tiba-tiba pada daerah kepala dan

leher, yang nantinya dapat menyebabkan kolaps dan bahkan kematian.

 

Kontusio otak

Hampir seluruh kontusio otak superfisial, hanya mengenai daerah abu-abu. Beberapa dapat

lebih dalam, mengenai daerah putih otak. Kontusio pada bagian superfisial atau daerah abu-

abu sangat penting dalam ilmu forensik. Rupturnya pembuluh darah  dengan terhambatnya

aliran darah menuju otak menyebabkan adanya pembengkakan  dan seperti yang telah

disebutkan sebelumnya, lingkaran kekerasan dapat terbentuk apabila kontusio yang terbentuk

cukup besar, edema otak dapat menghambat sirkulasi darah yang menyebabkan kematian

Page 11: Trauma pada kematian

otak, koma, dan kematian total. Poin kedua terpenting dalam hal medikolegal adalah

penyembuhan kontusio tersebut yang dapat menyebabkan jaringan parut yang akan

menyebabkan adanya fokus epilepsi.

Yang harus dipertimbangan adalah lokasi kontusio tipe superfisial yang berhubungan

dengan arah kekerasan yang terjadi. Hal ini bermakna jika pola luka ditemukan dalam

pemeriksaan kepala dan komponen yang terkena pada trauma sepeti pada kulit kepala,

kranium, dan otak.

Ketika bagian kepala terkena benda yang keras dan berat seperti palu atau botol bir, hasilnya

dapat berupa, kurang lebihnya, yaitu abrasi, kontusio, dan laserasi dari kulit kepala. Kranium

dapat patah atau tidak. Jika jaringan dibawahnya terkena, hal ini disebut coup. Hal ini terjadi

saat kepala relatif tidak bergerak.

Kita juga harus mempertimbangkan situasi lainnya dimana kepala yang bergerak

mengenai benda yang padat dan diam. Pada keadaan ini kerusakan pada kulit kepala dan pada

kranium  dapat serupa dengan apa yang ditemukan pada benda yang bergerak-kepala yang

diam. Namun, kontusio yang terjadi, bukan pada tempat trauma melainkan pada sisi yang

berlawanan. Hal ini disebut kontusio contra-coup.

Pemeriksaan kepala penting untuk mengetahui pola trauma. Karena foto dari semua

komponen trauma kepala dari berbagai tipe kadang tidak tepat sesuai dengan demontrasi

yang ada., diagram dapat menjelaskan hubungan trauma yang terjadi.

Kadang-kadang dapat terjadi hal yang membingungkan, dapat saja kepala yang diam

dan terkena benda yang bergerak pada akhirnya akan jatuh atau mengenai benda keras

lainnya, sehingga gambaran yang ada akan tercampur, membingungkan, yang tidak

memerlukan penjelasan mendetail.

Tipe lain kontusio adalah penetrasi yang lebih dalam, biasanya mengenai daerah putih

atau abu-abu, diliputi oleh lapisan normal otak, dengan perdarahan kecil atau besar.

Perdarahan kecil dinamakan ‘ball hemorrhages’ sesuai dengan bentuknya yang bulat. Hal

tersebut dapat serupa dengan perdarahan fokal yang disebabkan hipertensi. Perdarahan yang

lebih besar dan dalam biasanya berbentuk ireguler dan hampir serupa dengan perdarahan

apopletik atau stroke. Anamnesis yang cukup mengenai keadaan saat kematian, ada atau

tiadanya tanda trauma kepala, serta adanya penyakit penyerta dapat membedakan trauma

dengan kasus lain yang menyebabkan perdarahan.

Perdarahan intraserebral tipe apopletik tidak berhubungan dengan trauma biasanya

melibatkan daerah dengan perdarahan yang dalam. Tempat predileksinya adalah ganglia

Page 12: Trauma pada kematian

basal, pons, dan serebelum.  Perdahan tersebut berhubungan dengan malformasi arteri vena.

Biasanya mengenai orang yang lebih muda dan tidak mempunyai riwayat hipertensi.

Edema paru tipe neurogenik biasanya menyertai trauma kepala. Manifestasi eksternal

yang dapat ditemui adalah ‘foam cone’ busa berwarna putih atau merah muda pada mulut dan

hidung. Hal tersebut dapat ditemui pada kematian akibat tenggelam, overdosis, penyakit

jantung yang didahului dekompensasio kordis. Keberadaan gelembung tidak membuktikan

adanya trauma kepala.

 

Pola trauma

Terdapat beberapa pola trauma akibat kekerasan tumpul yang dapat dikenali, yang mengarah

kepada kepentingan medikolegal. Contohnya :

1. Luka terbuka tepi tidak rata pada kulit akibat terkena kaca spion pada saat  terjadi

kecelakaan, Ketika terjadi benturan, kaca spion tersebut akan menjadi fragmen-

fagmen kecil. Luka yang terjadi dapat berupa abrasi, kontusio, dan laserasi yang

berbentuk segiempat atau sudut.

2. Pejalan kaki yang ditabrak kendaraan bermotor biasanya mendapatkan fraktur tulang

panjang kaki. Hal ini disebut ‘bumper fractures’. Adanya fraktur tersebut yang

disertai luka lainnya pada tubuh yang ditemukan di pinggir jalan, memperlihatkan

bahwa korban adalah pejalan kaki yang ditabrak oleh kendaraan bermotor dan dapat

diketahui tinggi bempernya. Karena hampir seluruh kendaraan bermotor ‘nose dive’

ketika mengerem mendadak, pengukuran ketinggian bemper dan tinggi fraktur dari

telapak kaki, dapat mengindikasikan usaha pengendara kendaraan bermotor untuk

mengerem pada saat kecelakaan terjadi.

3. Penderita serangan jantung yang terjatuh dapat diketahui dengan adanya pola luka

pada dan di bawah area ‘hat band’ dan biasanya terbatas pada satu sisi wajah. Dengan

adanya pola tersebut mengindikasikan jatuh sebagai penyebab, bukan karena dipukul.

4. Pukulan pada daerah mulut dapat lebih terlihat dari dalam. Pukulan yang kepalan

tangan, luka tumpul yang terjadi dapat tidak begitu terlihat dari luar, namun

menimbulkan edem jaringan pada bagian dalam, tepat di depan gigi geligi. Frenum

pada bibir atas kadang rusak, terutama bila korban adalah bayi yang sering mendapat

pukulan pada kepala

Pola trauma banyak macamnya dan dapat bercerita pada pemeriksa medikolegal.

Kadangkala sukar dikenali, bukan karena korban tidak diperiksa, namun karena pemeriksa

cenderung memeriksa area per area , dan gagal mengenali polanya. Foto korban dari depan

Page 13: Trauma pada kematian

maupun belakang cukup berguna untuk menetukan pola trauma.  Persiapan diagram tubuh

yang memperlihatkan grafik lokasi dan penyebab trauma adalah latihan yang yang baik untuk

mengungkapkan pola trauma.

 

Trauma tajam

 

Benda tajam seperti pisau, pemecah es, kapak, pemotong, dan bayonet menyebabkan luka

yang dapa dikenali oleh pemeriksa. Tipe lukanya akan dibahas di bawah ini :

 

Luka insisi

Luka insisi disebabkan gerakan menyayat dengan benda tajam seperti pisau atau silet. Karena

gerakan dari benda tajam tersebut, luka biasanya panjang, bukan dalam. Panjang dan

kedalaman luka dipengaruhi oleh gerakan benda tajam, kekuatannya, ketajaman, dan keadaan

jaringan yang terkena. Karakteristik luka ini yang membedakan dengan laserasi adalah

tepinya yang rata.

 

Luka tusuk

Luka tusuk disebabkan oleh benda tajam dengan posisi menusuk atau korban yang terjatuh di

atas benda tajam. Bila pisau yang digunakan bermata satu, maka salah satu sudut akan tajam,

sedangkan sisi lainnya tumpul atau hancur. Jika pisau bermata dua, maka kedua sudutnya

tajam.

Penampakan luar luka tusuk tidak sepenuhnya tergantung dari bentuk senjata.

Jaringan elastis dermis, bagian kulit yang lebih dalam, mempunyai efek yang sesuai dengan

bentuk senjata. Harus dipahami bahwa jaringan elastis terbentuk dari garis lengkung pada

seluruh area tubuh. Jika tusukan terjadi tegak lurus garis tersebut, maka lukanya akan lebar

dan pendek. Sedangkan bila tusukan terjadi paralel dengan garis tersebut, luka yang terjadi

sempit dan panjang.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah satunya adalah

reaksi korban saat ditusuk atau saat pisau keluar, hal tersebut dapat menyebabkan lukanya

menjadi tidak begitu khas. Atau manipulasi yang dilakukan pada saat penusukan juga akan

mempengaruhi. Beberapa pola luka yang dapat ditemukan :

1.     Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian, dan kemudian ditusukkan

kembali melalui saluran yang berbeda. Pada keadaan tersebut luka tidak sesuai

Page 14: Trauma pada kematian

dengan gambaran biasanya dan lebih dari satu saluran dapat ditemui pada jaringan

yang lebih dalam maupun pada organ.

2.     Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan ke salah satu sudut,

sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan luka pada permukaan

kulit seperti ekor.

3.     Tusukan masuk kemuadian saat masih di dalam ditusukkan ke arah lain, sehingga

saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang terlihat juga lebih luas

dibandingkan dengan lebar senjata yang digunakan.

4.     Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan mengggunakan titik terdalam

sebagai landasan, sehingga saluran luka sempit pada titik terdalam dan terlebar

pada bagian superfisial. Sehingga luka luar lebih besar dibandingkan lebar senjata

yang digunakan.

5.     Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka berbentuk

ireguler dan besar.

Jika senjata digunakan dengan kekuatan tambahan, dapat ditemukan kontusio minimal

pada luka tusuk tersebut. Hal ini dapat diindikasikan adanya pukulan

Panjang saluran luka dapat mengindikasikan panjang minimun dari senjata yang digunakan.

Harus diingat bahwa posisi tubuh korban saat ditusuk berbeda dengan pada saat autopsi.

Posisi membungkuk, berputar, dan mengangkat tangan dapat disebabkan oleh senjata yang

lebih pendek dibandingkan apa yang didapatkan pada saat autopsi. Manipulasi tubuh untuk

memperlihatkan posisi saat ditusuk sulit atau bahkan tidak mungkin mengingat berat dan

adanya kaku mayat. Poin lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya kompresi dari

beberapa anggota tubuh pada saat penusukan. Pemeriksa yang sudah berpengalaman biasanya

ragu-ragu untuk menentukan jenis senjata yang digunakan.

Pisau yang ditusukkan pada dinding dada dengan kekuatan tertentu akan mengenai

tulang rawan dada, tulang iga, dan bahkan sternum. Karakteristik senjata paling baik dilihat

melalui trauma pada tulang. Biasanya senjata yang tidak begitu kuat dapat rusak atau patah

pada ujungnya yang akan tertancap pada tulang. Sehingga dapat dicocokkan, ujung pisau

yang tertancap pada tulang dengan pasangannya.

 

Luka Bacok

 

Luka bacok dihasilkan dari gerakkan merobek atau membacok dengan menggunakan

instrument yang sedikit tajam dan relatif berat seperti kapak, kapak kecil, atau parang.

Page 15: Trauma pada kematian

Terkadang bayonet dan pisau besar juga digunakan untuk tujuan ini. Luka alami yang

disebabkan oleh senjata jenis tersebut bervariasi tergantung pada ketajaman dan berat senjata.

Makin tajam instrument makin tajam pula tepi luka. Sebagaimana luka lecet yang dibuat oleh

instrument tajam yang lebih kecil, penipisan terjadi pada tempat dimana bacokan dibuat.

Abrasi lanjutan dapat ditemukan pada jenis luka tersebut pada sisi diseberang tempat

penipisan, yang disebabkan oleh hapusan bilah yang pipih. Pada instrumen pembacok yang

diarahkan pada kepala, sudut besatan bilah terkadang dapat dinilai dari bentuk patahan tulang

tengkorak. Sisi pipih bilah bisa meninggalkan cekungan pada salah satu sisi patahan,

sementara sisi yang lain dapat tajam atau menipis. Berat senjata penting untuk menilai

kemampuannya memotong hingga tulang di bawah luka yang dibuatnya. Ketebalan tulang

tengkorak dapat dikalahkan dengan menggunakan instrumen yang lebih berat. Pernah

dilaporkan bahwa parang dapat membuat seluruh gigi lepas. Kerusakan tulang yang hebat

tidak pernah disebabkan oleh pisau biasa. Juga perlu dicatat kemungkinan diakukannya

pemelintiran setelah terjadi bacokan dan dalam upaya melepaskan senjata. Gerakan tersebut,

jika dilakukan dengan tekanan, dapat mengakibatkan pergeseran tulang, umumnya didekat

kaki-kaki luka bacok.

Efek utama dari luka tusuk, luka lecet, dan luka bacok adalah perdarahan. Disfungsi

karena kerusakan saraf di ekstremitas juga dapat dicatat. Luka tusuk yang dalam dapat

mengenai organ-organ dalam. intrumen teramat kecil yang menyebabkan luka tipe tusuk

dapat menyebabkan luka kecil yang dengan keelastisan dari jaringan normal dapat kembali

tertutup setelah intrumen dicabut, dan tidak ada darah yang keluar setelahnya. Pemecah es,

awls, dan hatpins diakui dapat menyebabkan luka jenis tersebut. Sebagimana telah

didiskusikan pada pembahasan luka tembak, bentuk alami terpotongnya arteri besar dan

jantung oleh karena luka tusuk menyebabkan perdarahan lebih lambat dibandingkan

kerusakan yang sama yang disebabkan luka tembak.

Pada keadaan tertentu, senjata yang tidak umum digunakan, menyebabkan luka tusuk,

lecet, atau bacok. Anak panah berburu yang setajam silet yang umumnya dipakai jarak jauh,

pernah juga dipakai untuk menusuk korban dengan tangan. Potongan tajam gelas, botol

pecah, dan objek gelas lain yang tajam terkdang dipakai sebagai senjata untuk merobek atau

menusuk. Pisau bedah, jarum jahit, dan tonggak tajam dapat digunakan sebagai senjata yang

mematikan.

Beberapa catatan sebaiknya dibuat mengenai kerusakan yang tertutupi oleh instrumen

tajam yang dipakai sebagai sejata untuk menusuk. Jika pisau bermata dua atau sejata sejenis

digunakan, tepi pemotongan yang tajam menyebabkan sudut tajam atau robekan dengan kaki-

Page 16: Trauma pada kematian

kaki bersudut akut. Senjata bermata satu seringkali menyebabkan salah satu kaki luka

bersudut tajam dan yang satunya tumpul. Pemeriksaan pakaian korban penusukan dapat

memeberi perkiraan ciri-ciri senjata yang digunakan. Pemeriksaan tersebut menjadi sangat

penting nilainya apabila luka tusuk diperlebar oleh dokter bedah untuk tujuan menilai luka

secara lebih akurat untuk kepentingan medikolegal. Pemeriksaan ini juga penting untuk

menilai apakah senjata benar-benar menembus pakaian hingga kelapisan dibawahnya.

Beberapa individu yang menggunakan senjata tajam untuk bunuh diri dapat membuka sedikit

bagian pakaiannya sehingga tidak akan ditemukan robekan tembus pada pakaian. Tidak

adanya kerusakan pada pakaian yang dipakai oleh korban, padahal luka terdapat pada area

yang tertutupi pakaian, dapat menunjukkan bahwa kematian disebabkan masalah internal.

Terdapat 2 tipe luka oleh karena instrumen yang tajam dikenal dengan baik dan

memiliki ciri yang dapat dikenali dari aksi korban. ”tanda percobaan” adalah insisi dangkal,

luka tusuk atau luka bacok yang dibuat sebelum luka yang fatal oleh individu yang berencana

bunuh diri. Luka percobaan tersebut seringkali terletak paralel dan terletak dekat dengan luka

dalam di daerah pergelangan tangan atau leher. Bentuk lainnya antara lain luka tusuk dangkal

didekat luka tusuk dalam dan mematikan. Meskipun jarang sekali dilaporkan, luka bacok

superfisial di kepala dapat terjadi sebelum ayunan yang keras dan menyebabkan kehilangan

kesadaran dan/atau kematian.

Bentuk lain dari luka oleh karena instrumen yang tajam adalah ”luka perlawanan”.

Luka jenis ini dapat ditemukan di jari-jari, tangan, dan lengan bawah (jarang ditempat lain)

dari korban sebagaimana ia berusaha melindungi dirinya dari ayunan senjata, contohnya

dengan menggenggam bilah dari instrumen tajam.

Jelas bahwa ”tanda percobaan” merupakan ciri khas bunuh diri dan ”tanda

perlawanan” menunjukkan pembunuhan. Bagaimanapun juga, boleh saja berpikir bahwa luka

lecet dapat ditemukan, umumnya pada leher atau sekitar leher, disebabkan oleh penyerang

pada kasus pembunuhan. Luka lecet multipel di lengan bawah dapat pula, meskipun jarang,

menjadi tanda perlawanan, namun tampil seperti luka percobaan. Interpretasi dari tanda

perlawanan dan percobaan yang tampak sebaiknya disimpulkan setelah pemeriksaan yang

lengkap dan seksama.

 

Luka Tembak

 

Harus selalu ada di dalam benak kita bahwa saat tembakan terjadi, dilepaskan 3 substansi

berbeda dari laras senjata. Yaitu anak peluru, bubuk mesiu yang tidak terbakar, dan gas. Gas

Page 17: Trauma pada kematian

tersebut dihasilkan dari pembakaran bubuk mesiu yang memberikan tekanan pada anak

peluru untuk terlontar keluar dari senjata. Proses tersebut akan menghasilkan jelaga. Ada

bagian yang berbentuk keras seperti isi pensil untuk menyelimuti bubuk mesiu. Sebenarnya

tidak semua bubuk mesiu akan terbakar; sejumlah kecil tetap tidak terbakar, dan sebagian

besar lainnya diledakkan keluar dari lubang senjta sebagai bubuk, yang masing-masing

memiliki kecepatan inisial sama dengan anak peluru atau misil lain. Massa materi yang

terlontar dari laras pada saat penembakan dapat menjadi patokan jarak yang ditempuhnya.

Gas, yang bersamanya juga terkandung jelaga, sangat jelas dan dapat melalui jarak yang

sangat pendek yang diukur dengan satuan inch. Bubuk mesiu yang tidak terbakar, dengan

massa yang lebih besar, dapat terlontar lebih jauh. Tergantung kepada tipe bubuknya,

kemampuan bubuk mesiu untuk terlontar bervariasi antara 2-6 kaki (0,6-2 m). Makin berat

anak peluru tentu saja membuatnya terlontar lebih jauh menuju target yang ditentukan atau

tidak ditentukan.

 

Jarak Tembakan

Efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat digunakan dalam keilmuan

forensik untuk memperkirakan jarak target dari tembakan dilepaskan. Perkiraan tersebut

memiliki kepentingan sebagai berikut: untuk membuktikan atau menyangkal tuntutan; untuk

menyatakan atau menyingkirkan kemungkinan bunuh diri; membantu menilai ciri alami luka

akibat kecelakaan. Meski kisaran jarak tembak tidak dapat dinilai dengan ketajaman absolut,

luka tembak dapat diklasifikasikan sebagai luka tembak jarak dekat, sedang, dan jauh. Seperti

yang tertera pada tabel 1. Perlu dicatat bahwa ciri-ciri yang terdapat pada tabel tersebut

disebabkan oleh senapan dan pistol, termasuk juga revolver dan pistol otomatis.

 

Tabel 1

  Senapan Pistol

1.Kontak    

a. Keras, dangkal disekitar

tulang

Penampakkan ”eksplosif”

Jelaga pada tepi luka dan

dalam di dalam jaringan, di

atas tulang

Gambaran moncong senjata

Penampakkan ”eksplosif”

Jelaga pada tepi luka dan

dalam di dalam jaringan, di

atas tulang

Gambaran moncong senjata

b. keras, tidak dangkal Defek sirkular Defek sirkular

Page 18: Trauma pada kematian

disekitar tulang Jelaga pada jaringan yang

lebih dalam

Jelaga pada jaringan yang

lebih dalam

c. longgar Korona (ditambah dengan

B)

Sama dengan B

2. Jarak dekat Jelaga (gas mesiu) Jelaga (gas mesiu)

Terbakar (gas mesiu)Bubk mesiu bebas Bubuk mesiu bebas

Tanda gumpalan cabang3. Jarak sedang Kelim tato (bubuk mesiu) Kelim tato (bubuk mesiu)

Tepi luka yang tidak rata

Stippling (isi plastik pada selongsong)

4. Jarak jauh Luka saja Luka tidak rata dengan

defek satelit

Makin jauh jarak tembak: satelit makin banyak, terlihat penggumpalan

 

 

Luka tembak tempel

 

Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa pembakaran bubuk mesiu saat tembakan terjadi

menghasilkan sejumlah besar gas. Gas inilah yang mendorong anak peluru keluar dari

selongsongnya, dan selanjutnya menimbulkan suara yang keras. Gas tersebut sangat panas

dan kemungkinan tampak seperti kilatan cahaya, yang jelas pada malam hari atau ruangan

yang gelap.

Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi bentuk luka yaitu hasil kombinasi antara gas

dan anak peluru: (1) sejumlah gas yang diproduksi oleh pembakaran bubuk mesiu; (2)

efektivitas pelindung antara kulit dan anak peluru; dan (3) ada tidaknya tulang dibawah

jaringan yang terkena tembakan. Faktor pertama, jumlah gas yang  diproduksi oleh bubuk

mesiu yang terbakar memilik hubungan dengan kecepatan melontar senjata. Secara jelas

dapat dikatakan dengan meningkatkan kecepatan melontar berarti juga meningkatkan

kecepatan anak peluru. Meningkatnya jumlah gas yang diproduksi merupakan suatu prinsip

untuk meningkatkan dorongan terhadap anak peluru. Faktor kedua yang berpengaruh

terhadap efektifitas pelindung antara kulit dan anak peluru. Makin efisien pelindung tersebut

makin banyak gas yang gagal ditiupkan di sekitar moncong senjata sehingga makin banyak

Page 19: Trauma pada kematian

gas yang dapat ditemukan di jaringan tubuh. Faktor terakhir adalah keberadaan lapisan tulang

dalam jarak yang dekat di bawah kulit yang dapat dibuktikan menjadi pembatas terhadap

penetrasi yang masif dan ekspansi gas menuju jaringan yang lebih dalam.

 

Luka Tembak Jarak Dekat

 

Tanda luka tembak dengan jarak senjata ke kulit hanya beberapa inch adalah adanya kelim

jelaga disekitar tempat masuk anak peluru. Luasnya kelim jelaga tergantung kepada jumlah

gas yang dihasilkan, luasnya bubuk mesiu yang terbakar, jumlah grafit yang dipakai untuk

menyelimuti bubuk mesiu. Pada luka tembak jarak dekat, bubuk mesiu bebas dapat

ditemukan didalam atau di sekitar tepi luka dan disepanjang saluran luka. ”kelim tato” yang

biasa tampak pada luka jarak sedang, tidak tampak pada luka jarak pendek kemungkina

karena efek penapisan oleh jelaga.

Pada luka tembak jarak dekat, sejumlah gas yang dilepaskan membakar kulit secara

langsung. Area disekitarnya yang ikut terbakar dapat terlihat. Terbakarnya rambut pada area

tersebut dapat saja terjadi, namun jarang diperhatikan karena sifat rambut terbakar yang

rapuh sehingga patah dan mudah diterbangkan sehingga tidak ditemukan kembali saat

dilakukan pemeriksaan. Rambut terbakar dapat ditemukan pada luka yang disebabkan senjata

apapun.

 

 

 

Luka Tembak Jarak Sedang

 

Tanda utama adalah adanya kelim tato yang disebabkan oleh bubuk mesiu yang tidak

terbakar yang terbang kearah kulit korban. Disekitar zona tato terdapat zona kecil berwarna

magenta. Adanya tumbukan berkecepatan tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh

darah kecil dan menghasilkan perdarahan kecil.

Bentuk tato memberikan petunjuk mengenai tipe bubuk mesiu yang digunakan.

Serpihan mesiu menyebabkan tato dengan bentuk yang beraneka ragam, tergantung

bagaimana masing-masing mesiu membentur kulit dengan bentuk pipih pada tepinya.

Gumpalan mesiu, berbentuk bulat atau bulat telur, menyebabkan tato bentuk bintik-bintik

atau titik-titik. Karena bentuk gumpalan lebih kecil dari bentuk serpihan sehingga daerah

berkelim tato pada gumpalan lebih halus.

Page 20: Trauma pada kematian

Luas area tato menunjukkan jarak tembak. Makin besar jarak tersebut, makin besar

area, namun semakin halus. Metode pengukuran luas yang umum dipakai adalah dengan

mengukur 2 koordinat, potongan longitudinal dan transversal. Untuk kemudian dibuat luka

percobaan, dengan menggunakan senjata yang sama, amunisis yang sama, kondisi

lingkungan yang sama dengan hasil luka terlihat yang sama persis dengan korban, dapat di

ukur jarak tembak.

Jarak tempuh bubuk mesiu beraneka ragam. Bubuk mesiu yang terbungkus dapat

dibawa hingga 8-12 kaki. Namun kelim tato tidak akan ditemukan lagi bila jarak tembak

melebihi 4-5 kaki.

 

Luka tembak jarak jauh

 

Tidak ada bubuk mesiu maupun gas yang bisa terbawa hingga jarak jauh. Hanya anak peluru

yang dapat terlontar memebihi beberapa kaki. Sehingga luka yang ada disebabkan oleh anak

peluru saja. Terdapat beberapa karakteristik luka yang dapat dinilai. Umumnya luka

berbentuk sirkular atau mendekati sirkular.Tepi luka compang-camping. Jika anak peluru

berjalan dengan gaya non-perpendikular maka tepi compang-camping tersebut akan melebar

pada salah satu sisi. Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan arah anak peluru.

 

Pada luka tembak masuk jarak jauh memberi arti yang besar terhadap pengusutan

perkara. Hal ini karena luka jenis ini menyingkirkan kemungkinan penembakan terhadap diri

sendiri, baik sengaja tau tidak. Terdapat 4 pengecualian, yaitu (1) Senjata telah di set

sedemikian rupa sehingga dapat di tembakkan sendiri oleh korban dari jarak jauh; (2)

kesalahan hasil pemeriksaan karena bentuk luka tembak tempel yang mirip luka tembak jarak

jauh; (3) Kesulitan interpretasi karena adanya pakaian yang menghalangi jelaga atau bubuk

mesiu mencapai kulit; dan (4) Jelaga atau bubuk mesiu telah tersingkir. Hal tersebut terjadi

bila tidak ada pengetahuan pemeriksa dan dapat berakibat serius terhadap penyelidikan.

 

Luka Tembak Keluar

 

Peluru yang berhasil melewati tubuh akan keluar dan menghasilkan luka tembak keluar.

Biasanya karakteristik luka berbeda dengan luka tembak masuk. Bentuknya tidak sirkular

melainkan bervariasi dari seperti celah (slitlike), seperti bintang, iregular, atau berjarak

Page 21: Trauma pada kematian

(gaping). Bentuk luka tembak keluar tidak dapat di prediksi. Latar belakang variasi

bentuknya adalah sebagai berikut:

1. Anak peluru terpental dari dalam tubuh sehingga keluar dari tempatnya masuk

2. Anak peluru mengalami perubahan bentuk selama melewati tubuh sehingga memberi

bentuk iregular saat keluar.

3. Anak peluru hancur di dalam tubuh, sehingga keluar tidak dalam 1 kesatuan

melainkan dalam potongan-potongan kecil. Jika memiliki jaket, maka jaket dapat

terpisah komplit atau sebagian.

4. Anak peluru yang mengenai tulang atau tulang rawan, dapat membuat fragmen tulang

tersebut ikut terlontar keluar bersama anak peluru.

5. Anak peluru yang melewati kulit yang tidak ditopang oleh struktur anatomi apapun

akan membuat kulit tersebut koyak, hal ini sedikit berhubungan dengan bentuk anak

peluru yang menyebabkannya.

 

Tidak adanya penahan pada kulit akan menyebabkan anak peluru mengoyak kulit pada

saat keluar. Dalam beberapa keadaan dimana kulit memiliki penahan, maka bentuk luka

tembak sirkular atau mendekati mendekati sirkular yang disekelilingnya dibatasi oleh abrasi.

Teka-teki ilmiah forensik klasik membedakan luka tembak masuk dan luka tembak keluar.

Luka tembak masuk dan luka tembak keluar sulit dibedakan apabila pada luka tembak luar

terdapat penahan kulit, pada luka tembak masuk terdapat pakaian yang menghalangi residu

lain, senjata yang digunakan kaliber kecil (kaliber 22), dan tulang tidak langsung berada di

bawah kulit.

Luka tembak luar bentuk shored umumnya ditemukan pada pemakaian pakaian, pada

posisi bagian tubuh tertentu seperti pakaian yang sangat ketat, bagian ikat pinggang dari

celana panjang, celana pendek, atau celana dalam, bra, kerah baju, dan dasi. Luka jenis sama

juga terjadi karena bagian tangan menahan tempat keluar anak peluru kemudian posisi pasien

tiduran, duduk, atau menempel pada objek yang keras.

Tidak semua anak peluru dapat keluar dari tubuh. Terdapat banyak tulang dan jaringan

padat yang dapat menghalangi lewatnya peluru. Peluru jarang dapat dihentikan oleh tulang,

terutama tulang-tulang yang tipis seperti skapula dan ileum atau bagian tipis dari tenglorak.

Kebanyakan anak peluru masuk ke dalam tubuh dan menghabiskan energi kinetiknya di kulit.

Kulit adalah penghalang kedua yang paling menghalangi lewatnya anak peluru.

Page 22: Trauma pada kematian

Anak peluru yang mengenai lokasi yang tidak biasa dapat menyebabkan luka dan

kematian tetapi luka tembak masuk akan sangat sulit untuk ditemukan. Contohnya telinga,

cuping hidung, mulut, ketiak, vagina, dan rektum.

 

Kecepatan anak peluru

 

Jarak tembakan harus ditentukan atau dipikirkan untuk menilai kecepatan tolakan anak

peluru. Perkiraan kecepatan bisa dinilai dengan melakukan pemeriksaan cartridge

manufacturer’s range tables atau untuk lebih tepat dapat menggunakan kronografi, menguji

ulang tembakan dengan menggunakan tipe senjata yang sama dan tipe amunisi yang sama

yang dicoba-coba pada beberapa jarak tertentu.

 

Kecepatan pistol untuk melontar umumnya antara 350 dan 1500 kaki per detik. Terdapat

sebuah rumus untuk menilai energi kinetik yaitu KE = mv2/2g

Keterangan :    KE adalah energi kinetik dalam satuan foot-pounds

                        m adalah massa anak peluru (pounds)

                        v adalah kecepatan (feet)

                        g adalah gaya gravitasi

 

Luka tembak

 

Beberapa penampilan luka yang berbeda disebabkan oleh shotguns dan rifled firearms.

Perbedaan luka tersebut juga disebabkan karena adanya perbedaan peluru saat ditembakkan. 

Perbedaan ini bervariasi dalam hal ukuran dengan diameter rata-rata 22 kaliber. Bentuk dan

karakteristik luka juga sangat tergantung dari jarak tembak. Pada jarak tembak yang dekat,

tembakan berupa satu bentuk peluru silinder yang besar. Pada jarak tembak sedang, bentuk

lukanya tidak beraturan dan punya penampakan moth eaten. Dengan adanya penambahan

diameter, pecahan dari tembakan menjadi lebih besar dan terlihat defek tembakan berupa

satelit yang awalnya menutupi defek utama tetapi kemudian menyebar. Pada tembakan jarak

jauh, tidak terlihat defek yang besar dan tembakan membuat luka kecil tunggal. Deposit

tembakan dan klim tato terjadi akibat luka tembak pada jarak dekat dan sedang.

Ada tiga jenis tembakan yakni Birdshot, buckshot, dan rifled slugs. Birdshot

digunakan untuk membunuh ungsa dan hewan yang sangat kecil. Tembakannya sangat kecil

dengan diameter 0.05 sampai 0.150 inci. Buckshot lebih besar dari Birdshot, dengan diameter

Page 23: Trauma pada kematian

0,24 sampai 0,33 inci. Tipe foster dari Rifled slugs digunakan di AS. Luka akibat Rifled slugs

berupa defek soliter .

Karakteristik dari luka tembak tidak dapat dilihat kecuali pada Birdshot yang kontak

dengan lukanya dekat, buckshot yang lebih besar, dan rifled slugs. Karakteristik luka lain dari

luka tembak adalah wad mark. Wad mark dapat ditemukan pada luka tembak dengan

perbedaan berdasarkan jarak tembak.

 

Beberapa wad dibuat dari gabus atau partikel yang menyerupai gabus, yang akan terbentuk

pada tembakan dekat. Fragmen wad yang kecil akan menghantam kulit dan menyebabkan

luka yang kecil dan tidak beraturan.

 

Pemeriksaan foto roentgen dari luka tembak

 

Pemeriksaan foto rontgen pada luka tembak kurang bermanfaat. Ada beberapa alasan

penggunaan fotot rontgen yakni:

1. Untuk mengetahui lokasi peluru.

2. Untuk mengetahui lokasi pecahan peluru. Meskipun luka tembaknya merupakan luka

tembak terbuka, peluru mungkin pecah dan berada dalam tubuh.

3. Untuk mengetahui saluran peluru.

4. Untuk mengetahui defek pada tulang.

5. Untuk mengetahui adanya emboli udara berkaitan dengan adanya bahaya pada

pembuluh darah yang besar akibat peluru.

6. Sebagai bukti tertulis bahwa tubuh korban telah diperiksa dan adanya luka akibat

peluru.

7. Untuk menyingkirkan adanya peluru dalam tubuh.

Radiografi dapat juga digunakan pada pasien hidup untuk menentukan beberapa

karakteristik adanya peluru dalam tubuh. Terdapat masalah yang tidak diharapkan saat

radiografi digunakan sebagai pemeriksaan rutin untuk memeriksa luka tembak. Foto rontgen

dapat menyatakan ada peluru yang mungkin tidak berhubungan dengan penembakan yang

sedang diselidiki. Yang kedua, kaliber dari peluru tidak dapat ditentukan dengan tepat 

dengan menggunakan foto rontgen. Adanya distorsi dengan menggunakan foto rontgen besar

dan tergantung jarak peluru dari film X ray. Sangat sulit memperkirakan kaliber yang tepat

dari peluru berdasarkan penampilan peluru di foto rontgen. Pemeriksaan radiografi yang lain

Page 24: Trauma pada kematian

kadang-kadang digunakan pada pemeriksaan luka tembak. Ini terdiri dari soft X-rays  yang

terkadang dinamakan grenz rays.

 

 

 

Pemeriksaan baju pada korban luka tembak

 

Pemeriksaan korban luka tembak tidak lengkap tanpa pemeriksaan defek baju yang dibuat

oleh peluru. Beberapa cara pemeriksaannya:

1. Idealnya baju korban harus dilepaskan tanpa merusak baju tersebut.

2. Untuk mengidentifikasi korban, dapat dicari barang-barang yang ada di saku.

3. Baju harus dilepaskan dari korban, tapi jika hal ini dapat merusak maka dilakukan

manipulasi sehingga luka dapat dilihat.

4. Korban yang meninggal, sekarat, dan potensial untuk resusitasi kardiopulmonologi

dirawat oleh petugas medis. Berkaitan dengan hal ini, baju koraban harus dipotong

atau dirobek.

Pemeriksaan baju pada korban dapat dilakukan dengan menggunakan tehnik yang

berbeda. Ini meliputi:

1. Dengan mata telanjang

2. Dengan menggunakan gelas

3. Dengan mikroskop binokular

4. Dengan fotografi inframerah

5. Dengan sinar X ray biasa

6. Dengan sinar X ray halus

7. Dengan sinar X ray yang menggunakan energi  dispersif

 

Area yang tidak terluka pada kasus luka tembak

 

Ada 4 situasi yang akan diterangkan pada bab ini, yaitu mengenai peluru yang berhubungan

dengan efek yang terlihat pada tubuh yang berupa kelainan abnormal. Situasi tersebut adalah:

1. Percikan darah (dan kadang-kadang jaringan) pada kedua tangan. Kondisi ini sering

ditemukan pada korban bunuh diri. Percikan darah atau jaringan pada tangan terjadi

ketika kontak antara senjata api dengan tangan yang memegang pelatuk senjata.

Selian itu juga sering ditemukan percikan jaringan otak. Pada korban penyerangan

Page 25: Trauma pada kematian

atau pembunuhan, pada tangan penyerang sering ditemukan percikan darah/jaringan

korban, namun seringkali penyerang sudah membersihkan percikan tersebut.

2. Darah mungkin bisa turun ke bagian kaki atau bagian bawah yang lain dari korban.

3. Residu (sisa) dari senjata api yang terdapat pada daerah luka bisa menggambarkan

posisi dan waktu korban itu ditembak. Percikan api atau bubuk mesiu yang keluar dari

lubang yang berbentuk silinder senjata bisa menggambarkan posisi tembakan dan

jenis senjata yang digunakan. Percikan bubuk mesiu ini membentuk sebuah tatto pada

luka korban.

4. Terdapat tanda pada telapak tangan yang memegang senjata api berupa jelaga dan

bubuk mesiu korban bunuh diri.

 

Perubahan Luka pada Luka Tembak

Ada beberapa kondisi yang bisa merubah gambaran luka tembak dengan cepat. Perubahan

itu dapat disebabkan antara lain oleh:

1. luka terbuka yang sudah mengering

2. proses pembusukan tubuh

3. penyembuhan dari luka itu sendiri

4. intervensi tenaga medis

5. intervensi bedah

6. intervensi oleh personel atau orang yang tidak profesional

7. pencucian atau pembersihan luka setelah korban mati

 

Residu senjata api

Istilah residu sebenarnya adalah sesuatu yang tersisa. Pada bagian ini akan dibahas

mengenai beberapa hal yang memiliki arti yang sama dengan residu. Tiap inevestigator

akan cenderung tertarik melihat residu senjata api dengan sudut pandang yang berbeda.

Para petugas hukum akan mengartikan residu dengan menghubungkan yang tersisa di

tangan penyerang dengan senjata api penyerang. Sedangkan ahli senjata lebih tertarik

dengan residu yang dihubungkan dengan senjata api yang digunakan. Ahli patologi

forensik menguraikan antara residu yang terdapat pada tubuh korban dan luka tembak

yang ditemukan.

Pokok persoalan mengenai residu senjata api ini cukup kompleks, meliputi

identifikasi, pengumpulan,pemeliharaan, dokumentasi, analisis, dan interpretasi yang

baik. Namun hal ini agak kurang dilakukan.

Page 26: Trauma pada kematian

Secara tradisional, residu berarti bubuk sisa tembakan (bubuk mesiu) yang terjadi

akibat proses pembakaran. Ada beberapa macam bentuk residu yang terdapat setelah

proses penembakan menurut investigasi medikolegal.

Residu juga terdapat pada peluru tetapi jarang sekali berguna untuk kepentingan

forensik. Tetapi bubuk mesiu yang terdapat pada peluru seringkali digunakan oleh

pemeriksa medikolegal untuk menemukan jenis senjata api yang digunakan.

Residu tersebut kadang terlihat dengan mata telanjang dan digambarkan sebagai

sebuah kelim tatto pada bagian tubuh korban. Sebagai tambahan, bubuk mesiu peluru dan

fragmennya bisa terlihat pada bagian atas kulit atau bagian bawah kulit dan bisa juga

tidak teridentifikasi. Studi mengenai residu ini adalah baru awal, tidak pernah ada

pertanyaan yang menganalisa detail mengenai keberadaan residu pada luka tembak dalam

atau luka tembak luar pada bagian tubuh korban yang telah mengalami pembusukan.

 

Residu Senjata Api pada Tangan  Tersangka

Petugas hukum biasanya menginginkan untuk mengecek tangan tersangka pada kasus

pembunuhan dengan luka tembak senjata api. Sedangkan ahli patologi forensik mengecek

tangan korban bunuh diri untuk mendapatkan bukti tambahan bahwa memang kematian

disebabkan oleh korban sendiri. Ahli patologi forensik juga mendemonstrasikan

hubungan residu yang tertinggal dengan korban melalui bahasa tubuh (gesture) korban

yang bertahan atau terdapat perlawanan korban terhadap kontrol senjata api.

Residu Senjata Api

Residu                               Asal                             Terlihat dengan mata telanjang

partikel bubuk                   bubuk                           ya

jelaga                                bubuk                           ya

grafit                               bubuk                           ya, sebagai jelaga

karbonmonoksida              bubuk                           ya, sebagai karboksihemoglobin

                                                                           ya, sebagai karboksimioglobin

fragmen/kepingan              peluru                          ya

minyak pelumas                 peluru                          ya

timah,antimoni,perak         peluru                          tidak

timah,barium,antimoni       primer                         tidak

tembaga,besi                     selongsong peluru        tidak

 

Page 27: Trauma pada kematian

Residu pada tangan mungkin bisa terlihat, pada kasus ini keberadaan residu harus

dideskripsikan dan diobservasi, dan mungkin harus difoto dan didokumentasikan. Pada

kebanyakan kasus, residu tidak dapat terlihat dengan mata telanjang. Ada teknik-teknik

tertentu untuk melihat adanya residu. Teknik pertama yang diperkenalkan sekitar tahun

1930an adalah teknik parafin. Teknik ini mendemonstrasikan nitrat dengan menggunakan

parafin untuk mengumpulkan partikel. Nitrat mampu mengoksidasi substansi dari bubuk

mesiu dengan jumlah yang besar. Adanya partikel tersebut akan menyebabkan efek warna

setelah diberikan parafin. Tetapi teknik nitrat dengan menggunakan parafin ini hanya

bagus pada teori. Teknik ini tidak sensitif dan susah untuk dilakukan (tidak praktis).

Dengan alasan yang tidak jelas, beberapa petugas hukum masih melakukan tes parafin

ini, dan laboratorium kriminal di AS juga masih menggunakan prosedur ini.

Pada tahun 1960an, dikembangkan teknik aktivasi neutron yang lebih digunakan dan

akurat. Bahan yang diambil dari tangan dengan menggunakan parafin atau larutan asam.

Kemudian dilihat dengan sinar radiasi emisi neutron. Radioaktif sekunder akan

memisahkan partikel-partikel residu dengan teliti dan akurat. Teknik ini sangat sensitif

dengan membutuhkan sedikit residu. Meskipun demikian hanya beberapa laboratorium di

AS dapat mengerjakannya karena biaya yang mahal.

Absorbsi percikan nyala api dari senjata api yang berupa partikel atom merupakan

salah satu cara untuk mendeteksi residu primer.  Teknik ini dilakukan menggunakan

temperatur yang sangat tinggi untuk menguapkan partikel metalik dari primer residu

kemudian dinilai dengan spektrofotometri. Teknik ini sangat cepat, sensitif, dan

ekonomis. Teknik yang lain adalah skanning dengan mikroskop elektron sebagai alat

sentral analisis residu primer yang dikembangkan oleh aerospace corporation.

Semua prosedur yang telah diterangkan diatas akan berguna apabila pada tangan

korban atau suspek dijaga dan dilindungi dengan cepat  supaya residu tidak hilang atau

terkontaminasi. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan kertas, bukan plastik untuk

menutupi bagian tangan sebelum mendapat manipulasi atau perubahan posisi. Pada

suspek hidup, tidak dibenarkan bagi mereka untuk mencuci tangan, memasukkan tangan

ke dalam saku, atau menyentuh apapun.

 

Residu senjata api pada korban yang dihubungkan dengan pintu masuk luka

Residu yang terlihat, seperti yang telah diterangkan diatas, dapat berupa jelaga, minyak

pelumas peluru, kelim tatto, bubuk mesiu, atau terkadang berupa jelaga yang berasal dari

celah silinder dari pistol. Residu yang tidak terlihat bisa berupa material primer dan

Page 28: Trauma pada kematian

partikel metal yang telah menguap yang berasal dari peluru, jaket, atau selongsong

peluru.

Pada umumnya, residu yang dapat dilihat akan berdekatan dengan masuknya luka

(pintu masuk luka). Tepi luka yang rusak bisa tertutup oleh residu dari senjata api apabila

tembakan yang dilakukan pada jarak dekat. Pada luka akibat tembakan, residu tidak

terlihat secara eksternal, kecuali tepi luka yang rusak itu berwarna kehitaman, hal itu

terjadi karena deposit residu peluru pada jaringan. Deteksi yang terbaik adalah dengan

mengambil bagian sekeliling kulit yang rusak akibat tembakan, dan termasuk lapisan

subkutan dan mungkin jaringan yang lebih dalam lagi untuk menemukan bubuk mesiu.

Hal ini sangat baik dilakukan dengan mikroskop dan dilakukan pada ruang otopsi.

Prosedur ini juga dilakukan untuk membedakan luka tembak dalam dan luka tembak luar

pada tubuh yang sudah membusuk atau berubah karena dibakar, temabakan yang

dilakukan dalam jarak dekat atau jarak jauh, dan luka oleh kaliber 22.

Residu yang terlihat kadang bisa terlihat dengan pemeriksaan histologis. Teknik ini

digunakan untuk mencari adanya bubuk mesiu. Kemudian setelah itu bisa dilakukan

pemeriksaan nitrat atau nitrit. Menurut pengalaman penulis, sejauh ini teknik ini lebih

bermanfaat dibandingkan pemeriksaan dengan mikroskop saja pada jaringan yang masih

baru (fresh).

Pada saat pencarian residu yang tidak terlihat disekeliling tepi luka tembak,

pengambilan jaringan dan pemeriksaan dengan energi dispersi dari alat-alat X-ray akan

sangat menguntungkan. Dengan teknik ini komponen primer dan jumlah yang sangat

kecil dari deposit metal yang tersisa dari peluru, jaket maupun selongsongnya bisa

dideteksi semikuantitatif.

Residu dari senjata api bisa berupa gas karbonmonoksida. Gas ini diproduksi akibat

proses pembakaran bubuk mesiu. Ketika senjata kontak dengan kulit, karbonmonoksida

akan dideposit dibawah lapisan kulit dan terdifusi pada jaringan. Gas karbonmonoksida

akan bergabung dengan hemoglobin darah dan mioglobin otot dan membentuk

karboksihemoglobin dan karboksimioglobin.

 

Deskripsi luka senjata api

 

Kepentingan medikolegal deskripsi yang adekuat dari luka senjata api bergantung pada

besarnya potensi seorang korban meninggal. Jika korban masih hidup, deskripsi singkat dan

tidak terlalu detail. Dokter mempunyai tenggung jawab yang utama untuk memberikan

Page 29: Trauma pada kematian

penatalaksanaan gawat darurat. Membersihkan luka, membuka dan mengeksplorasi,

debridement  dan menutupnya, kemudian membalut adalah bagian penting dari merawat

pasien bagi dokter. Penggambaran luka secara detail akan dilakukan nanti., setelah semua

kondisi gawat darurat dapat disingkirkan. Oleh karena singkatnya waktu yang dimiliki untuk

mempelajari medikolegal, seringkali dokter merasa tidak mempunyai kewajiban untuk

mendeskripskan luka secara detail. Deskripsi luka yang minimal untuk pasien hidup terdiri

dari:

1. lokasi luka

2. ukuran dan bentuk defek

3. lingkaran abrasi

4. lipatan kulit yang utuh dan robek

5. bubuk hitam sisa tembakan, jika ada

6. tattoo, jika ada

7. bagian yang ditembus/dilewati

8. titik hitam atau tanda penyembuhan akibat bedah pengeluaran benda asing dan

susunannya

9. penatalaksanaan luka, termasuk debridement, penjahitan, pengguntingan rambut,

pembalutan, drainase, dan operasi perluasan luka

Pada korban mati, tidak ada tuntutan dalam mengatasi gawat darurat. Meskipun demikian,

tubuhnya dapat saja sudah mengalami perubahan akibat penanganan gawat darurat atau pihak

lain. Sebagai tambahan, tubuh bisa berubah akibat perlakuan orang-orang yang

mempersiapkan tubuhnya untuk dikirimkan kepada pihak yang bertanggung jawab untuk

menerimanya. Di lain pihak tubuh mungkin sudah dibersihkan, bahkan sudah disiapkan untuk

penguburan, luka sudah ditutup dengan lilin atau material lain. Penting untuk mengetahui

siapa dan apa yang telah dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk mengetahui gambaran

luka sebenarnya.

Hal-hal yang penting dalam deskripsi luka tembak :

1. Lokasi

a. jarak dari puncak kepala atau telapak kaki serta ke kanan dan kiri garis

pertengahan tubuh

b. lokasi secara umum terhadap bagian tubuh

2. Deskripsi luka luar

a. ukuran dan bentuk

b. lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya

Page 30: Trauma pada kematian

c. luka bakar

d. lipatan kulit, utuh atau tidak

e. tekanan ujung senjata

3. Residu tembakan yang terlihat

a.    grains powder

a. deposit bubuk hitam, termasuk korona

b. tattoo

c. metal stippling

4. Perubahan

a. oleh tenaga medis

b. oleh bagian pemakaman

5. Track

a. penetrasi organ

b. arah

-        depan ke belakang (belakang ke depan)

-        kanan ke kiri(kiri ke kanan)

-        atas ke bawah

c. kerusakan sekunder

-        perdarahan

-        daerah sekitar luka

d. kerusakan organ individu

6. Penyembuhan luka tembakan

d. titik penyembuhan

e. tipe misil

f. tanda identifikasi

g. susunan

6. Luka keluar

d. lokasi

e. karakteristik

6. Penyembuhan fragmen luka tembak

7. Pengambilan jaringan untuk menguji residu

 

Deskripsi medikolegal harus lebih detail dan harus mencakup juga perubahan yang terjadi

oleh orang lain maupun karena reaksi penyembuhan.

Page 31: Trauma pada kematian

 

Fasilitas Otopsi untuk korban luka tembak

Fasilitas merupaka bagian penting dalam melakukan pemeriksaan yang adekuat bagi

korban luka tembak. Fasilitas yang perlu dievaluasi adalah tempat, tenaga kerja, dan

peralatan.

 

 

 

Tempat

Tempat untuk otopsi bagi otopsi medikolegal dapat disediakan oleh bagian peradilan, atau

oleh ahli patologi. Lokasi yang paling ideal adalah fasilitas otopsi patologi forensik. Ini

memungkinkan pemeriksaan dapat dilakukan dengan cepat dan tanpa mengeluarkan

banyak tenaga. Masalah lain yang perlu dipikirkan adalah tempat penyimpanan tubuh

yang baik untuk mencegah perubahan yang berkaitan dengan pembusukan. Penyimpanan

yang baik adalah suhu dingin 2-6° C, dan aman dari ‘tangan-tangan jahil’. Juga

diperlukan adanya cahaya yang cukup untuk pemeriksaan dan fotografi.

 

Tenaga kerja

Ahli patologi tidak mungkin bekerja seorang diri.  Asisten yang dapat membantu otopsi

agar mendapatkan hasil yang adekuat adalah orang-orang dari bagian patologi, residen

patologi, teknolog medis, perawat dan orang dari petugas ruang patologi.

 

Peralatan

Pemeriksan X-Ray harus tersedia. Hal ini dapat melancarkan pemeriksaan otopsi.

 

Konsep-konsep yang salah dalam investigasi tembakan senjata

 

1. Luka tembak masuk selalu lebih kecil daripada luka tembak keluar

2. Ketika luka tembak masuk lebih tinggi dibanding luka tembak keluar, arah serangan

dari bawah ke atas

3. Peluru selalu berjalan dalam garis lurus di dalam tubuh, mulai dari tempat masuk

sampai keluar dari tubuh, atau bila tertinggal di dalam tubuh

4. Ketika peluru diketahui dari luka terbuka senjata api, berefek sangat panas sehingga

membakar kulit

Page 32: Trauma pada kematian

5. Peluru tembakan dari senjata yang beralur(spiral), mengalami perputaran dengan

kecepatan yang sangat tinggi, menuntun jalannya pada dan melalui target. Gerakan

berputar atau mengebor menghasilkan lingkaran abrasi pada luka tembak masuk

6. Peluru yang dihasilkan senjata atau revolver dengan setengah jaket atau peluru

berlubang membuat ‘hamburger’ pada organ daerah dada dan abdomen

7. Beberapa individu meninggal karena komplikasi akibat perlakuan saat membersihkan

luka

8. Individu yang dominan tangan kanan membunuh diri dengan memegang senjata

dengan tangan kanan dengan luka terbuka pada kontak dengan atau dekat dengan

pelipis kanan

9. Adalah mungkin untuk memperkirakan berapa lama korban hidup setelah cedera fatal

dari pemeriksaan luka

10. Otopsi pada korban luka tembak merupakan prosedur yang sederhana. Yang penting

adalah menemukan luka masuk dan luka keluar, lokasi peluru, dan jaringan serta

organ yang terluka