25
TRAUMA OKULI NON PERFORANS A. PENDAHULUAN Bola mata memiliki sistem perlindungan yang cukup baik. Bola mata terletak dalam rongga orbita yang dikelilingi oleh tulang-tulang yang kuat. Kelopak mata yang memiliki refleks memejam dan mengedip untuk mengadakan perlindungan dari benda asing. Jaringan lemak retrobulbar sebagai bantalan mata sehingga mata dapat mentoleransi tabrakan kecil tanpa kerusakan. Struktur hidung juga bertindak sebagai pelindung mata dari trauma. Walaupun demikian, trauma dapat menyebabkan kerusakan pada mata yang berakibat pada gangguan fungsi penglihatan. 1,2 Trauma okular adalah penyebab kebutaan yang cukup signifikan, terutama pada golongan sosioekonomi rendah dan di negara-negara berkembang. Kejadian trauma okular dialami oleh pria 3 sampai 5 kali lebih banyak daripada wanita. 3 Bentuk kelainan pada mata yang terkena trauma (trauma oculi) bisa hanya berupa kelainan ringan saja sampai kebutaan. Trauma oculi dapat dibedakan atas trauma tumpul, trauma akibat benda tajam/trauma tembus, ataukah trauma fisis. Kelainan yang diakibatkan oleh trauma mata sesuai dengan berat ringannya serta jenis trauma itu sendiri yang dapat menyerang semua organ struktural mata sehingga menyebabkan gangguan fisiologis yang reversibel ataupun non- ireversibel. Trauma oculi dapat menyebabkan perdarahan, adanya laserasi, perforasi, masuknya benda asing ke dalam 1 | Page

Trauma Oculus Non Perforans

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Referat, Semoga bermanfaat

Citation preview

Page 1: Trauma Oculus Non Perforans

TRAUMA OKULI NON PERFORANS

A. PENDAHULUAN

Bola mata memiliki sistem perlindungan yang cukup baik. Bola mata terletak dalam

rongga orbita yang dikelilingi oleh tulang-tulang yang kuat. Kelopak mata yang memiliki

refleks memejam dan mengedip untuk mengadakan perlindungan dari benda asing.

Jaringan lemak retrobulbar sebagai bantalan mata sehingga mata dapat mentoleransi

tabrakan kecil tanpa kerusakan. Struktur hidung juga bertindak sebagai pelindung mata

dari trauma. Walaupun demikian, trauma dapat menyebabkan kerusakan pada mata yang

berakibat pada gangguan fungsi penglihatan.1,2

Trauma okular adalah penyebab kebutaan yang cukup signifikan, terutama pada

golongan sosioekonomi rendah dan di negara-negara berkembang. Kejadian trauma

okular dialami oleh pria 3 sampai 5 kali lebih banyak daripada wanita.3

Bentuk kelainan pada mata yang terkena trauma (trauma oculi) bisa hanya berupa

kelainan ringan saja sampai kebutaan. Trauma oculi dapat dibedakan atas trauma tumpul,

trauma akibat benda tajam/trauma tembus, ataukah trauma fisis. Kelainan yang

diakibatkan oleh trauma mata sesuai dengan berat ringannya serta jenis trauma itu sendiri

yang dapat menyerang semua organ struktural mata sehingga menyebabkan gangguan

fisiologis yang reversibel ataupun non-ireversibel. Trauma oculi dapat menyebabkan

perdarahan, adanya laserasi, perforasi, masuknya benda asing ke dalam bola mata,

kelumpuhan saraf, ataukah atrofi dari struktur jaringan bola mata.3

Anamnesis dan pemeriksaan fisis oftamologi yang dilakukan secara teliti untuk

mengetahui penyebab, jenis trauma yang terjadi, serta kelainan yang disebabkan yang

akan menuntun kita ke arah diagnosis dan penentuan langkah selanjutnya. Selain itu dapat

pula dilakukan pemeriksaan penunjang, seperti: slit lamp, oftalmoskopi direk maun

indirek, tes fluoresensi, tonometri, USG, maupun CT-scan. Penatalaksanaan pada trauma

mata bergantung pada berat ringannya trauma ataupun jenis trauma itu sendiri.3

Trauma kelopak mata adalah cedera yang paling sering terjadi. Kurang lebih 75%

dan rata-rata usia diantara 30 tahun hingga 60 tahun. Lebih dari setengah trauma adalah

disebabkan trauma tumpul akibat jatuh, kekerasan , kecelakaan lalu lintas dan cedera

1 | P a g e

Page 2: Trauma Oculus Non Perforans

sewaktu bekerja atau olahraga. Sebagai tambahan, laserasi akibat gigitan, cedera korosif

dan luka bakar juga sering terjadi 4.

B. EPIDEMIOLOGI

Trauma okular, terutama yang berat dan mengakibatkan penurunan penglihatan

bahkan kehilangan penglihatan. Trauma okular adalah penyebab kebutaan yang cukup

signifikan, terutama pada golongan sosioekonomi rendah dan di negara-negara

berkembang. Kejadian trauma okular dialami oleh pria 3 sampai 5 kali lebih banyak

daripada wanita. Dari data WHO tahun 1998 trauma okular berakibat kebutaan unilateral

sebanyak 19 juta orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral, dan 1,6 juta

mengalami kebutaan bilateral akibat cedera mata. Menurut United States Eye Injury

Registry (USEIR), frekuensi di Amerika Serikat mencapai 16 % dan meningkat di lokasi

kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak pada laki-laki (93 %) dengan umur

rata-rata 31 tahun.3

C. ANATOMI

Struktur aksesori dari mata termasuk alis mata, kelopak mata ( palpebra ),

konjungtiva, apparatus lakrimalis dan otot mata ekstrinsik (6).

Gambar 1. Mata dan struktur aksesori dari mata (3)

2 | P a g e

Page 3: Trauma Oculus Non Perforans

Alis mata

Alis mata adalah rambut pendek dan kasar yang terdapat pada margin supraorbita.

Alis mata membantu menghalangi mata dari sinar matahari dan mencegah keringat menetes

dari dahi mencapai mata (6).

Kelopak mata ( Palpebra )

Kelopak mata atau palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk

melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan kekeringan pada permukaan bola

mata (4). Secara anterior, mata diproteksi dengan kelopak mata atau palpebra yang mobile.

Palpebra dipisahkan oleh fissure palpebralis dan bertemu pada sudut medial dan lateral dari

mata yaitu komisura lateral dan medial ( kanti ). Pada kantus medial terdapat karunkula

lakrimalis yang terdiri dari kelenjar sebasea dan kelenjar keringat yang memproduksi sekresi

berminyak keputihan yang sering terkumpul di kantus medial terutama sewaktu tidur (6).

Palpebra terdiri atas tujuh struktur utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapisan

kulit, muskulus protraksi, septum orbital, lemak orbital, muskulus retraksi, tarsus dan

konjungtiva (7).

a) Kulit

Kulit palpebra merupakan yang paling tipis dibandingkan dengan bagian dari tubuh

yang lainnya dan uniknya tidak mempunyai lapisan lemak subkutaneus (7,8). Di kedua

palpebra superior dan inferior, jaringan pretarsal melekat pada jaringan disekitarnya dimana

jaringan preseptal ini lebih longgar dan membentuk ruangan potensial untuk akumulasi

cairan (7).

b) Muskulus protraksi

Muskulus orbikularis okuli adalah protractor utama pada palpebra. Kontraksi

muskulus ini diinervasi oleh nervus fasialis , N VII, menyebabkan penyempitan pada fissure

palpebralis sehingga menutup palpebra. Muskulus orbikularis okuli terbagi atas bagian

pretarsal, preseptal dan orbital. Pretarsal dan preseptal adalah bagian integral terhadap

pergerakan involuntari palpebra ( berkedip ), dimana bagian orbital terlibat pada penutupan

palpebra secara kuat (7,8).

c) Septum orbital

Septum orbital adalah jaringan fibrous yang tipis dan keluar dari periosteum. Pada

palpebra superior, septum orbital bersatu dengan aponeurosis levator 2-5mm diatas

perbatasan tarsus superior. Pada palpebra inferior, septum orbital bersatu dengan fascia

3 | P a g e

Page 4: Trauma Oculus Non Perforans

kapsulopalpebral atau dibawah perbatasan tarsus inferior. Akibat penuaan, kedua septum

orbital di palpebra superior dan palpebra inferior akan melemah. Penipisan septum dan

kelemahan muskulus orbikularis okuli berkontribusi terhadap heniasi anterior lemak orbita

pada palpebra diusia lanjut (7).

d) Lemak orbital

Lemak orbital terdapat pada daerah posterior terhadap septum orbital dan anterior

terhadap aponeurosis levator ( palpebra superior ) atau fascia kapsulopalpebral ( palpebra

inferior) (7).

e) Muskulus retraksi

Muskulus levator palpebra bersama dengan aponeurosisya serta muskulus tarsal

superior ( muskulus Muller’s ) merupakan retraktor untuk palpebra superior dimana fascia

kapsulopalpebral dan muskulus tarsal inferior merupakan retraktor untuk palpebra inferior (7).

Retraktor palpebra berfungsi membuka palpebra yang diinervasi oleh nervus okulomotorius (7,8).

f) Tarsal

Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapisan jaringan fibrosa padat yang

bersama sedikit jaringan elastic disebut tarsus superior dan tarsus inferior. Sudut lateral dan

medial dan juluran tarsus tertambat pada tepian orbita oleh ligamen palpebra lateralis dan

medialis. Tarsus superior dan inferior juga tertambat oleh fascia tipis dan padat pada tepian

atas dan bawah orbita. Fascia tipis ini membentuk septum orbital (8).

g) Konjungtiva

Konjungtiva terdiri dari epitelium tidak berkeratinisasi. Ia membentuk lapisan

posterior dari palpebra dan mengandung sel goblet yang mensekresi musin dan gladula

lakrimalis aksesorius yaitu Wolfring dan Krause (7).

Margin palpebra adalah penyatuan antara permukaan mukosa konjungtiva, ujung dari

orbikularis dan epitelium kutaneus. Batas mukokutan margin palpebra dikenal sebagai garis

kelabu. Panjang margin palpebra adalah 25-30 mm dan lebar 2 mm. Di sepanjang margin ini

terdapat bulu mata dan kelenjar dimana memberikan proteksi pada permukaan okular (6,7,8).

Pasokan darah ke palpebra datang dari arteria lakrimalis dan oftalmika melalui

cabang-cabang palpebra lateral dan medialnya. Anastomosis diantara arteri palpebralis

lateralis dan medialis membentuk arcade tarsal yang terletak didalam jaringan areolar

submuskular (6). Drainase vena dari palpebra mengalir ke dalam vena oftalmika dan vena-

vena yang mengangkut pergi darah dari dahi dan temporal (8).

4 | P a g e

Page 5: Trauma Oculus Non Perforans

Persarafan sensoris ke palpebra datang dari divisi pertama dan kedua dari nervus

trigeminus ( N V ). Nervus lakrimalis, supraorbitalis, supratroklearis, infratroklearis dan

nasalis eksterna kecil adalah cabang-cabang dari divisi oftalmika nervus kelima. Nervus

infraorbitalis, zigomatikofasialis dan zigomatikotemporalis merupakan cabang dari divisi

maksilaris nervus kelima (8).

Gambar 2. Anatomi palpebra superior dan inferior (7)

Gambar 3. Muskulus orbikularis. A-Muskulus frontalis, B-Muskulus supercilii korugator, C-Muskulus procerus, D-Muskulus orbikularis okuli ( orbital ), E-Muskulur orbikularis okuli ( preseptal ), F-Muskulus orbikularis okuli ( pretarsal ), G-Tendon kantus medial, H-Tendon

kantus lateral (7)

5 | P a g e

Page 6: Trauma Oculus Non Perforans

Gambar 4. Anatomi margin palpebra (7)

Apparatus lakrimalis

Kompleks lakrimalis terdiri atas glandula lakrimalis, glandula lakrimalis aksesori,

kanalikuli, sakus lakrimalis dan duktus nasolakrimalis. Air mata mengalir dari lacuna

lakrimalis melalui punktum superior dan inferior dan kanlikuli ke sakus lakrimalis yang

terletak di dalam fosa lakrimalis. Duktus nasolakrimalis berlanjut ke bawah dari sakus dan

bermuara ke datam meatus inferior dan rongga nasal, lateral terhadap turbinatum inferior (8).

Gambar 5. Apparatus lakrimalis (5)

D. PATOFISIOLOGI

6 | P a g e

Page 7: Trauma Oculus Non Perforans

Struktur wajah dan mata sangat sesuai untuk melindungi mata dari cedera. Bola mata

terdapat di dalam sebuah rongga yang dikelilingi oleh bubungan bertulang yang kuat.

Kelopak mata bisa segera menutup untuk membentuk penghalang bagi benda asing dan

mata bisa mengatasi benturan yang ringan tanpa mengalamikerusakan. Meskipun

demikian, mata dan struktur di sekitarnya bisa mengalami kerusakan akibat cedera,

kadang sangat berat sampai terjadi kebutaan atau mata harus diangkat. Cedera mata harus

diperiksa untuk menentukan pengobatan dan menilai fungsi penglihatan. Trauma tumpul,

meskipun dari luar tidak tampak adanya kerusakan yang berat, tetapi transfer energi yang

dihasilkan dapat memberi konsekuensi cedera yang fatal. Kerusakan yang terjadi

bergantung kekuatan dan arah gaya, sehingga memberikan dampak bagi setiap jaringan

sesuai sumbu arah trauma.5

Terdapat empat mekanisme yang menyebabkan terjadi trauma okuli yaitu coup,

countercoup, equatorial, dan global reposititioning. Cuop adalah kekuatan yang

disebabkan langsung oleh trauma. Countercoup merupakan gelombang getaran yang

diberikan oleh cuop, dan diteruskan hingga bola mata dan struktur dalam orbita. Akibat

dari trauma ini, bagian equator dari bola mata cenderung meluas dan merubah arsitektur

dari okuli normal. Pada akhirnya, bola mata akan kembali ke bentuk normalnya, akan

tetapi hal ini tidak selalu seperti yang diharapkan. Perlu diingat bahwa semua hal ini,

terjadi pada jaringan dan struktur mata dengan derajat yang bervariasi, tergantung

elastisitas dan kekuatan tekanan.8

Laserasi atau robekan kornea merupakan suatu manifestasi jika terjadi suatu trauma

langsung pada kornea, yang biasanya disebabkan oleh logam atau benda keras lainnya

dengan kekuatan yang cukup. Laserasi yang di timbulkan bisa sebagian dari lapisan

kornea (parsial thickness) maupun seluruh lapisan kornea (full thickness). Laserasi kornea

yang mengenai seluruh lapisan kornea disebut juga sebagai trauma penetrasi. Pada

laserasi ini, akan ada bagian yang datar, sehingga pada pemeriksaan seidel test didapatkan

hasil positif berupa adanya gelembung pada bagian anterior. Dapat juga dilakukan tes

fluoresense dengan hasil positif berupa adanya cairan humor aquous yang berwarna hijau,

yang mengalir keluar.(9)

E. KLASIFIKASI

Berdasarkan mekanisme traumanya, trauma okular terbagi atas:3

7 | P a g e

Page 8: Trauma Oculus Non Perforans

1. Trauma tumpul akibat objek yang cukup kecil dan tidak menyebabkan impaksi pada

pinggir orbita. Perubahan tekanan mendadak dan distorsi bola mata dapat

menyebabkan kerusakan berat. Berdasarkan letak traumanya dapat menyebabkan:

- Perdarahan palpebra,

- Emfisema palpebra,

- Luka laserasi palpebra,

- Ptosis,

- Hiperemi konjungtiva dan perdarahan subkojungtiva,

- Edema kornea,

- Hifema( perdarahan dalam bilik mata depan),

- Iridoplegia dan iridodialisa,

- Kelainan lensa, berupa : subluksasi, luksasi, maupun katarak traumatik.

- Perdarahan badan kaca,

- Kelainan retina, berupa: edema retina, ruptur retina(dapat menyebabkan ablasio

retina traumatik), maupun perdarahan retina.

- Robekan/laserasi sklera.

- Eksoftalmus maupun enoftalmus,

- Glaukoma sekunder

- Kelainan gerakan bola mata.

2. Trauma tembus(luka akibat benda tajam), dimana struktur okular mangalami

kerusakan akibat benda asing yang menembus lapisan okular(trauma okular

perforans) dan juga dapat tertahan atau menetap dalam mata. Luka akibat benda tajam

dapat menyebabkan:

- Luka pada palpebra(laserasi palpebra).

- Laserasi konjungtiva,

- Abrasi, perforasi, laserasi kornea,

- Laserasi sklera,

- Robeknya pembuluh darah, otot-otot okular, maupun serabut saraf okular.

3. Luka dengan benda asing intraokular, yang menurut sifat benda asingnya terbagi atas:

a. Berdasarkan sifat fisisnya terdiri atas:

- benda logam(logam magnit dan non-magnit), seperti: emas, perak, platina, timah,

seng, tembaga, besi, dll.

8 | P a g e

Page 9: Trauma Oculus Non Perforans

- benda non-logam, seperti: batu, kaca, bahan tumbuh-tumbuhan, bahan pakaian,

dll.

b. Berdasarkan keaktifan(potensi menyebabkan reaksi inflamasi) terdiri atas;

- Benda inert yang merupakan bahan-bahan yang tidak menimbulkan reaksi

jaringan mata, kalaupun terjadi hanya reaksi ringan saja dan tidak mengganggu

fungsi mata, seperti: emas, perak, platina, batu, kaca, porselin, dll.

- Benda reaktif yang merupakan bahan-bahan yang dapat menimbulkan reaksi

jaringan sehingga mengganggu fungsi mata, seperti: seng, timah hitam, nikel,

aluminium, besi, kuningan, tumbuh-tumbuhan, bulu ulat, dll.

4. Trauma fisis, yang dapat disebabkan oleh:

a. Sinar dan tenaga listrik, yang meliputi sinar ultraviolet, sinar infra merah, sinar

rontgen dan radioaktif, dan tenaga listrik.

b. Luka bakar, ataukah

c. Luka akibat bahan kimia. Baik yang bersifat asam maupun basah, dimana luka

akibat bahan kimia asam lebih berbahaya dibanding bahan kimia basa

Berdasarkan Birminghamm Eye Terminology System (BETTS), trauma okuli

dibagi atas 2 yaitu: (2,9)

Trauma bola mata tertutup (closed globe injury), dimana perlukaan pada sklera dan

kornea tidak mengenai seluruh lapisan.

1. Kontusio, yaitu kerusakan disebabkan oleh kontak langsung dengan

benda dari luar terhadap bola mata, tanpa menyebabkab robekan

pada dinding bola mata.5

2. Konkusio, yaitu bila kerusakan terjadi secara tidak langsung.

Trauma terjadi pada jaringan di sekitar mata, kemudian getarannya

sampai ke bola mata.5

Trauma bola mata terbuka (open globe injury), dimana perlukaan pada seluruh

lapisan kornea atau sklera atau keduanya.

Ruptur, merupakan perlukaan pada seluruh lapisan kornea dan sklera yang

disebabkan oleh benda tumpul.

9 | P a g e

Page 10: Trauma Oculus Non Perforans

Laserasi, perlukaan pada seluruh lapisan kornea dan sklera yang disebabkan oleh

benda tajam. Terdiri dari:

- Penetrasi; laserasi tunggal pada dinding mata karena benda tajam.

- Benda asing intraocular; trauma penetrasi yang berhubungan dengan

tertinggalnya benda asing dalan intraokuler.

- Perforasi; terdapat satu jalan masuk dan satu jalan keluar pada kornea atau

sklera yang disebabkan oleh benda tajam atau misil. Kedua luka harus

disebabkan oleh benda yang sama.

-

A B

Gambar 6. Lokasi-lokasi cedera pada mata. 3

A) Tampak dari depan. B) Tampak dari samping

Gambar 7. Perdarahan konjungtiva15 Gambar 8. Trauma okuli non perforans16

10 | P a g e

Page 11: Trauma Oculus Non Perforans

Gambar 9. trauma okuli (Hifema) 16 Gambar 10. Trauma okuli (trauma fisis) 16

Gambar 11. Klasifikasi trauma okuli

Saat melakukan pemeriksaan pada pasien dengan trauma okuli, adalah penting

untuk melakukan klasifikasi dari trauma karena dengan ini penanganan yang cepat dapat

dilakukan.1

F. GAMBARAN KLINIS

Trauma tumpul dapat merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Gaya-gaya

kontusif akan merobek pembuluh darah iris dan merusak sudut kamar okuli anterior.

Tetapi dapat juga terjadi secara spontan atau pada patologi vaskuler okuler. Darah ini

dapat bergerak dalam kamera anterior, mengotori permukaan dalam kornea. Tanda dan

gejalanya dapat sebagai berikut:5

- Pandangan mata kabur

- Penglihatan sangat menurun

- Kadang – kadang terlihat iridoplegia & iridodialisis

- Pasien mengeluh sakit atau nyeri

11 | P a g e

Page 12: Trauma Oculus Non Perforans

- Nyeri disertai dengan efipora & blefarospasme

- Pembengkakan dan perubahan warna pada palpebra

- Retina menjadi edema & terjadi perubahan pigmen

- Otot sfingter pupil mengalami kelumpuhan

- Pupil tetap dilatasi (midriasis)

- Tidak bereaksi terhadap cahaya beberapa minggu setelah trauma.

- Pewarnaan darah (blood staining) pada kornea

- Kenaikan TIO (glukoma sekunder )

- Sukar melihat dekat

- Silau akibat gangguan masuknya sinar pada pupil

- Anisokor pupil

- Penglihatan ganda (iridodialisis)

G. DIAGNOSIS

Laserasi palpebra sering terjadi pada pria dibandingkan perempuan dan lebih sering

terjadi pada anak-anak. Terdapat riwayat trauma muka dan kepala yang menyebabkan

laserasi. Bukan saja benda tajam yang dapat menyebabkan laserasi pada palpebra, namun

trauma tumpul dan gigitan juga fapat menyebabkan laserasi palpebra. Etiologi yang

paling sering adalah kecelakaan lalulintas, jatuh, kekerasan, luka tembak dan lain-lain (10).

Tanda yang sering dilihat pada laserasi palpebra adalah terlihat celah yang linear di

dalam dermis, hifema, laserasi konjungtiva atau kornea, ruptur bola mata, ekimosis,

fraktur orbital dan uveitis (10).

I. Anamnesis

Dari anamnersis perlu ditanyakan tentang bagaimana mekanisme cedera dan

merupakan suatu komponen yang sangat penting karena hal ini dapat menunjukkan

cedera lain yang terkait ( misalnya trauma servikal ), kedalaman cedera adnexa ocular

12 | P a g e

Page 13: Trauma Oculus Non Perforans

dan kemungkinan terdapatnya benda asing. Pada pasien-pasien dengan laserasi

penetrasi kelopak mata yang kecil, perlu dicurigai adanya trauma pada bola mata (3,14).

II. Pemeriksaan fisis

Perlu dipastikan jalan napas, pernapasan, sirkulasi dan servikal pasien aman

sebelum malakukan pemeriksaan ocular adnexa. Lakukan pemeriksaan mata

menyeluruh pada kelopak mata dan bola mata dan singkirkan kemungkinan terjadi

perforasi bola mata. Singkirkan kemungkinan cedera pada muskulus levator, tendon

kantal medial, tendon lateral kantal, kanalikuli dan saraf supraorbital. Pergeseran

sudut kantus menunjukkan cedera pada ligamentum kantus. Jika terdapat dislokasi

punktu atau laserasi pada bagian medial punkta maka perlu diperiksa kanalikuli

dengan baik (3,14).

Pasien dan anggota keluarga perlu diberikan konseling preoperative tentang

kemungkinan untuk kehilangan penglihatan, malposisi kelopak mata, parut pada kulit

kelopak mata dan memerlukan operasi yang lebih lanjut (3).

Gambar 12. Laserasi kelopak mata (11)

III. Pemeriksaan penunjang

i) Laboratorium

Catat riwayat penggunaan obat, narkoba dan tingkat alkohol di dalam darah.

Jika terdapat resiko penularan HIV atau hepatitis, perlu dilakukan pemeriksaan

serologi. Pemeriksaan darah dilakukan terutama sebagai persiapan operasi (1).

ii) Radiologi

13 | P a g e

Page 14: Trauma Oculus Non Perforans

CT-scan bisa mengkonfirmasikan atau mengungkapkan benda asing, suatu

perdarahan retrobulbar, rupture bola mata atau fraktur tulang orbita (1).

H. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma

ataupun jenis trauma itu sendiri. Namun demikian ada empat tujuan utama dalam

mengatasi kasus trauma okular adalah :

- Memperbaiki penglihatan.

- Mencegah terjadinya infeksi.

- Mempertahankan arsitektur mata.

- Mencegah sekuele jangka panjang.

Setiap pasien trauma mata seharusnya medapatkan pengobatan antitetanus toksoid

untuk mencegah terjadinya infeksi tetanus dikemudian hari terutama trauma yang

menyebabkan luka penetrasi. Apabila jelas tampak ruptur bola mata, maka manipulasi

lebih lanjut harus dihindari sampai pasien mendapat anastesi umum. Sebelum

pembedahan jangan diberi obat siklopegik ataupun antibiotic topical karena

kemungkinan toksisitas pada jaringan intraocular yang terpajan. Berikan antibiotik

sistemik spectrum luas dan upayakan memakai pelindung mata(bebat mata). Analgetik

dan antiemetik diberikan sesuai kebutuhan, dengan retriksi makanan dan minum.

Induksi anastesi umum jengan menggunakan obat-obat penghambat depolarisasi neuron

muscular, karena dapat meningkatkan secara transient tekanan di dalam bola mata

sehingga meningkatkan kecendrungan herniasi isi intraocular. Anak juga lebih baik

diperiksa awal dengan bantuan anstetik umum yang bersifat singkat untuk memudahkan

pemeriksaan. Pada trauma yang berat, seorang dokter harus selalu mengingat

kemungkinan timbulnya kerusakan lebih lanjut akibat manipulasi yang tidak perlu

sewaktu berusaha melakukan pemeriksaan bola mata lengkap. Yang tak kalah

pentingnya yaitu kesterilan bahan atau zat seperti anastetik topical, zat warna, dan obat

lain maupun alat pemeriksaan yang diberikan ke mata.3

Benda berbentuk partikel kecil harus dikeluarkan dari abrasi kelopak untuk

mengurangi resiko pembentukan tato kulit (11). Laserasi palpebra yang superfisial hanya

memerlukan jahitan pada kulit saja. Untuk mengelakkan terjadinya jaringan parut yang

14 | P a g e

Page 15: Trauma Oculus Non Perforans

tidak diinginkan, perlu dilakukan debridement konservatif, menggunakan jahitan eversi

yang berkaliber kecil dan membuka jahitan dengan cepat (12).

Laserasi yang melibatkan margin palpebra perlu dilakukan jahitan yang hati-hati

supaya notching pada margin palpebra dapat dikurangkan (12). Penutupan margin

palpebra dapat dilakukan dengan menjahit melalui garis bulu mata, sejajar glandula

meibom dan garis abu-abu (13).

I. KOMPLIKASI(1,2)

Ekimosis, Black eye

o Pada perdarahan yang hebat, palpebra menjadi bengkak, berwarna kebiru-

biruan, Karena jaringan ikat halus. Perdarahan dapat menjalar kebagian yang

lain dimuka juga dapat menyebrang ke mata yang lain menimbulkan

hematoma kacamata (brilhematoma) atau menjalar kebelakang menyebabkan

eksoftalmus. Ekimosis yang segera tampak setelah trauma, menunjukkan

bahwa traumanya kuat.

Endoftalmitis

o Endoftalmitis merupakan komplikasi tersering pada kasus benda asing

inraokular. Terdapat sekitar 7 % sampai 48 % kasus pada mata yang

dilaporkan, dimana endoftalmitis terjadi setelah kasus benda asing intraokular

dialami. Resiko terkena endoftalmitis berhubungan dengan bagaimana

kecelakaan terjadi dan ‘kotornya’ benda asing yang masuk. 3

Hifema

o Perdarahan ini berasal dari iris atau badan siliar (corpus ciliaris). Adanya

darah di dalam bilik mata depan, dapat menghambat aliran humor aqueus

kedalam trabekula, Hifema dapat sedikit, dapat pula banyak. Perdarahan yang

mengisi setengah bilik mata depan, dapat menyebabkan gangguan visus dan

kenaikan tekanan intraocular.

Dislokasi Lensa

o Dislokasi lensa biasanya disebabkan karena rupture dari zonula zinnia. Dapat

sebagian (subluksasi), dapat pula total (luksasi). Lepasnya dapat kedepan,

dapat pula kebelakang.

Katarak traumatic

15 | P a g e

Page 16: Trauma Oculus Non Perforans

o Katarak akibat cedera pada mata dapat akibat trauma perforasi ataupun tumpul

terlihat sesudah beberapa hari ataupun tahun. Pada trauma tumpul akan terlihat

katarak subkabsular anterior ataupun posterior. Kontusio lensa menimbulkan

katarak seperti bintang, dan dapat pula dalam bentuk katarak tercetak

(imprinting) yang disebut cincin Vossius.

Glaukoma sekunder

o Trauma dapat menyebabkan timbulnya hipotoni, yang disusul hipertoni, yang

disebabkan pengaturan cairan mta yang terganggu, ada subluksasi atau luksasi

lensa dan hifema.

Pupil Midriasis

o Biasanya di sebabkan oleh iridoplegia. Akibat parase serabut saraf yang

mengurus otot sfingter pupil. Iridoplegia dapat terjadi temporer 2-3 minggu.

Dapat juga permanen, tergantung adanya parase atau paralise dari ototo

tersebut. Dalam waktu ini terasa silau.

J. PROGNOSIS

Prognosis trauma okuli perforans bergantung pada banyak faktor, seperti:13

- Besarnya luka tembus, makin kecil makin baik

- Tempat luka pada bola mata

- Bentuk trauma apakah dengan atau tanpa benda asing

- Benda asing magnetik atau non magnetik

- Dalamnya luka tembus, apakah tumpul atau luka ganda

- Sudah terdapat penyulit akibat luka tembus

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. 2004. Trauma mata :Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. FKUI; jakarta.

Hal.;3-6, 259-276.

16 | P a g e

Page 17: Trauma Oculus Non Perforans

2. Khurana AK, g. 2007,2003,1996. Ocular Injuries ; Ophthalmology Fourth Edition.

Rohatk;India. Page 403-415.

3. Tandiarrang A. Trauma oculi non perforans. Avilable from

http:// prematuredoctor.blongspot.com Accesed ; 15 maret 2010.

4. Schlote T, Rohrbach J, Grueb M, Mielke J, Pocket Atlas; ophthalmology. Georg Thieme

Verlag;Stuttgart-New York. Hal.;32-33

5. Rahmawan A. Trauma tumpul bola mata (occular contussio). Available from;

http:// oncardio/trauma-tumpul-bola-mata .htm . Accesed; 15 maret 2010.

6. Ilyas, Sidarta. 2004. Anatomi dan Fisiologi Mata: Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga.

FKUI; jakarta. Hal.;1-3,

7. Ilyas, Sidarta. 2004. Trauma mata : Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. FKUI; Jakarta.

Hal.;259-260.

8. Richard A, 2008-2009. Orbit Eyelids and Lacrimal System : American Academy of

Ophthalmology. San Francisco. Chapter; 7

9. John H. Sullivan, MD. Surgical Anatomy of The Lids. Available From;

http://.Vaughan.and.Asbury.edu//cc/General/Ophthalmology.chm. Accesed; 15 maret

2010

10. Ilyas, Sidarta. 2004. : Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa

Kedokteran edisi ke -2. Sagung Seto; Jakarta. Hal.;12-13.

11. Vaughan, daniel, g. 2000. Anatomi dan Embriologi Mata ; Oftalmologi Umum edisi ke-

14. Widya medika; Jakarta, hal;17-29.

12. James, Bruce.. 2006. Trauma : Oftalmologi edisi kesembilan. Erlangga; Jakarta,

Hal.;176-83.

13. Trauma okuli perforans. Available from :

http://www.trauma-okuliperforans/YuyunMedicalDiary/.htm. Accesed; 15 maret 2010.

14. Edsel Ing. Laceration Eyelid. Avilable from

http://.eMedicineSpecialties/Ophthalmology/Lid.htm. Accesed ; 30 maret 2010.

15. Daniel jacome-Roca,MD. Trauma ocular prolapse del iris. Available from :

www.encolombia.com/medicina. accessed : 4 April 2010.

16. James William, Threat with the whole-hearted. Available from

http://doctorcayoo.blogspot.com. Accessed : 4 April 2010.

17 | P a g e