Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Universitas Indonesia
1
Tipologi Motif Figuratif pada Gambar Cadas di Situs Sasere Oyomo,
Kaimana, Papua Barat
Tondi Mirzano Siregar1, R. Cecep Eka Permana2
Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia
Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia
Email: [email protected]
Tipologi Motif Figuratif pada Gambar Cadas di Situs Sasere Oyomo, Kaimana, Papua Barat
ABSTRAK
Gambar pada gua prasejarah atau gambar cadas merupakan salah satu data arkeologi. Skripsi ini membahas mengenai bentuk motif figuratif gambar cadas pada Situs Sasere Oyomo, Kaimana, Papua Barat. Jumlah motif figuratif yang diteliti dalam penelitian ini adalah 72 motif. Komponen analisis yang digunakan dalam tipologi bentuk motif ini adalah atribut yang paling menonjol dari setiap motif. Secara keseluruhan, penelitian ini menghasilkan lima tipe dan 28 varian motif figuratif. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa setiap penggambaran motif figuratif memiliki bentuk dan variasi masing-masing yang menjadi ciri khas dari setiap penggambaran motif.
Kata Kunci: Figuratif, prasejarah, gambar cadas, motif, tipologi.
Typology of Figurative Motifs of Rock Art on Sasere Oyomo Site, Kaimana, West Papua
ABSTRACT
Pictures on prehistoric cave or rock art is one of the archaeological data. This research discusses the form of figurative motifs on Sasere Oyomo Site, Kaimana, West Papua. The number of figurative motifs which are used in this research are 72 motifs. The components of analysis which are used in this form typology of this motifs is the depiction of the attribute. Overall, this research produced five types and 28 forms from the basic shape of the figurative motifs. Based on the analysis, it can be seen that each depiction of rock art motif has the variety which are become the characteristic of every depiction motif.
Keyword: Figurative, prehistoric, rock art, motif, typology.
Tipologi motif ..., Siregar, Tondi Mirzano, FIB UI, 2016
Universitas Indonesia
2
Pendahuluan
Gambar cadas berasal dari zaman prasejarah yang sering juga disebut rock art. Gambar
cadas merupakan lukisan atau pahatan yang dibuat pada batuan alami. Gambar cadas dapat
dibuat pada dinding batu, baik di dalam gua maupun di tempat terbuka seperti tebing, dan
dibuat pada bongkahan batu yang terbentuk secara alamiah (Rosenfeld, 1988:1-2). Gambar
cadas merupakan salah satu hasil kebudayaan manusia masa prasejarah yang hidup pada masa
berburu dan mengumpulkan makanan (Paleolitik-Mesolitik). Manusia pada masa itu bertempat
tinggal di gua-gua alami yang dalam (cave) atau gua-gua yang dangkal atau ceruk
(rockshelter), sehingga tidak heran jika gambar cadas banyak terdapat di tempat tersebut
(Permana, 2014:6).
Lukisan atau gambar cadas adalah karya seni rupa paling awal yang diciptakan manusia di
Indonesia. Gambar cadas memiliki pokok-pokok penggambaran yaitu, cap tangan,
antropomorfik, adegan berburu, kuda, perahu, reptil, kehidupan laut, dan komposit (manusia
dan kadal atau manusia dan burung) (Sumartono, dkk, 2007: 5-6). Gambar cadas, baik di dalam
gua atau ceruk maupun pada bongkahan batu di alam terbuka, merupakan salah satu unsur
kebudayaan masa prasejarah yang hidup dari berburu dan mengumpulkan makanan dan
merupakan ekspresi kesenian pertama yang diperlihatkan oleh masyarakat sesederhana ini
(Arifin, 1992:1).
Gambar cadas dibuat dengan menggunakan pigmen yang berasal dari oker, kapur, atau
arang dan pewarna yang diambil dari tumbuh-tumbuhan. Pigmen tersebut biasa dipakai dalam
bentuk bubuk, atau batangan yang digunakan seperti pensil atau dalam bentuk cair. Zat yang
biasa dipakai sebagai perekat adalah air atau lemak binatang maupun getah tumbuh-tumbuhan
(Arifin, 1991:1). Pada umumnya gambar cadas dibentuk dengan menggunakan teknik-teknik
pembuatan seperti, mengukir, memahat, dan melukis. Namun demikian, juga ditemukan
beberapa motif gambar cadas yang menggabungkan ketiga teknik tersebut di dalam
penggambaran (Leroi-Gourhan, 1982:9). Gaya di dalam sebuah penggambaran memiliki
beraneka ragam bentuk. Gaya merupakan suatu bentuk yang memiliki karakter tertentu yang
dituangkan oleh manusia. Menurut Kosasih, gaya penggambaran gambar cadas dibagi menjadi
empat yaitu, lukisan berbentuk garis (stick-lines), garis luar (out-lines), bentuk isi pada bagian
dalam (inner full-filled), dan motif lukisan tembus pandang (x-ray styles) (Kosasih, 1989:34).
Setiap penggambaran gambar cadas memiliki bentuk-bentuk motif maupun ragam hias
yang menjadi sebuah atribut kuat suatu gambar cadas. Ragam hias atau motif pada gambar
Tipologi motif ..., Siregar, Tondi Mirzano, FIB UI, 2016
Universitas Indonesia
3
cadas pada umumnya merupakan hasil karya seni pada masa lalu yang dilukiskan atau
dipahatkan guna mendapatkan sebuah simbol atau lambang yang memiliki nilai-nilai
kehidupan (Nuraini, 2000:85). Secara umum, gambar cadas memiliki lima teknik
penggambaran, yaitu teknik lukis, gores, cap, tabur atau sembur, dan pahat. Objek
penggambaran gambar cadas secara umum berupa flora, fauna, manusia, dan motif-motif yang
digambarkan sesuai dengan imajinasi mereka (Djami, 2008:2). Penggambaran motif gambar
cadas tidak selalu merepresentasikan bentuk manusia atau bentuk hewan, namun berupa
geometris atau motif yang terbentuk dari berbagai jenis motif geometris (Feliks, 1998:117).
Gambar cadas yang berada di Papua pada umumnya memiliki motif lukisan cap tangan,
lukisan perahu, lukisan kadal, buaya, ikan, serta manusia (Poesponegoro & Notosusanto,
2008:197-200). Teluk Serseri, Pulau Arguni, Goras, Namatote, dan Danau Sentani merupakan
wilayah tempat ditemukannya lukisan-lukisan gua di Papua (Kosasih, 1999:22). Selain berada
di Papua, motif gambar cadas seperti motif hewan dan manusia juga masih dapat ditemui pada
rumah-rumah orang Dayak di Kalimantan atau di lumbung-lumbung orang Batak. Motif-motif
manusia masih dapat ditemui di dalam kebudayaan lain, misalnya pada pertemuan antara lingga
dan yoni pada candi-candi Hindu di candi Sukuh yang terdapat penggambaran alat kelamin pria
dan wanita (Kusuma-Atmadja, dkk, 1992: 16).
Penelitian ini mengambil fokus pada salah satu situs yang berada di Kaimana. Kaimana
merupakan situs yang berada di wilayah pesisir di Papua Barat yang paling memiliki temuan
motif gambar cadas dengan variasi yang terbanyak dibandingkan dengan wilayah lain di Papua.
Kaimana memiliki 25 Situs gambar cadas yang berada di Teluk Kaimana. Salah satu situs di
antaranya memiliki keberagaman motif, yaitu Situs Sasere Oyomo. Situs ini menjadi penting
untuk diteliti karena memiliki dinding penggambaran yang lebar dan motif gambar cadas yang
bervariasi dibandingkan dengan situs lainnya yang berada di Kaimana. Motif figuratif
merupakan masalah yang diangkat pada penelitian ini, karena di situs ini memiliki bentuk dan
penggambaran motif figuratif yang bervariasi, di Situs Sasere Oyomo memiliki bentuk yang
hampir berbeda di setiap motifnya. Jika dilihat dari segi bentuk, motif figuratif memiliki bentuk
yang lebih jelas untuk diidentifikasi dibandingkan dengan bentuk non-figuratif. Dari hal itu,
dapat dilihat pentingnya penelitian mengenai motif-motif figuratif yang berada pada Situs
Sasere Oyomo. Hasil pengamatan atas puluhan motif figuratif tersebut, dianggap perlu
dilakukan penelitian yang menekankan pengelompokan motif tersebut. Oleh karena itu,
penelitian ini berkaitan dengan masalah tipologi bentuk gambar cadas. Bentuk motif figuratif di
Situs Sasere Oyomo dapat digunakan untuk mengungkapkan variasi bentuk dari yang paling
Tipologi motif ..., Siregar, Tondi Mirzano, FIB UI, 2016
Universitas Indonesia
4
umum hingga ke bentuk khusus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran
tentang keragaman motif figuratif di Situs Sasere Oyomo.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan tahapan umum dari metode arkeologi, yaitu pengumpulan data,
pengolahan data, dan pengambilan kesimpulan dari hasil analisis. Pada tahap pengumpulan
data digunakan data kepustakaan, yaitu buku teks, laporan penelitian, dan foto yang mewakili
keberadaan data dan kelengkapan data yang memuat tentang gambar cadas di Papua Barat
khususnya gambar cadas yang berada di Situs Sasere Oyomo, Kaimana. Pengumpulan data
kepustakaan dilakukan dengan mencari pada laporan penelitian mengenai Lukisan Batu Karang
di Indonesia (1992) yang ditulis oleh Karina Arifin; Rock Art in West Papua (2004) yang
ditulis oleh Karina Arifin dan Philippe Delanghe; dan laporan penelitian mengenai gambar
cadas yang berada pada Situs prasejarah di Kampung Maimai, Kaimana, Papua Barat yang
ditulis oleh Kantor Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kaimana yang bekerja sama dengan
Balai Pelestarian Cagar Budaya Ternate pada tahun 2013. Penelitian terbaru yang diterbitkan
oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Ternate pada tahun 2014 mengenai nilai penting kawasan
prasejarah Maimai, Kabupaten Kaimana, Papua Barat; dan penelitian yang diterbitkan oleh
Balai Arkeologi Papua pada tahun 2014 mengenai hunian awal sejarah di pesisir Kaimana.
Data lapangan berupa survei langsung pada situs-situs di Situs Kaimana yang dilakukan
pada tanggal 7-15 Mei 2014. Kegiatan yang dilakukan berupa perekaman data, pencatatan, dan
foto yang dibantu oleh tiga orang yang bekerja di Kantor Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Kaimana, Papua Barat. Di sini dilakukan pengamatan dan pencatatan pada masing-
masing situs yang berada pada kelompok Situs Maimai dan kelompok Situs Werfora yang
dimulai dari Situs Esaromi dan berakhir pada Situs Werfora IV dengan melakukan pemotretan.
Perekaman data dilakukan secara verbal dan piktorial mencakup deskripsi mengenai bentuk
motif, keletakan motif dan warna motif dari keseluruhan motif-motif lukisan pada Situs Sasere
Oyomo di Kaimana. Perekaman data secara verbal meliputi lokasi situs, lingkungan situs, dan
objek atau motif lukisan. Perekaman data secara piktorial dilakukan dengan kamera Panasonic
Lumix, yang hasilnya digunakan untuk membantu deskripsi verbal. Untuk mempermudah
pendeskripsian motif gambar cadas dilakukan secara berkelompok. Pengelompokan dilakukan
dengan melihat batas-batas antar dinding seperti garis-garis dinding galeri, ceruk, ataupun batas
galeri. Deskripsi dilakukan dengan melihat atribut-atribut yang terdapat pada setiap
Tipologi motif ..., Siregar, Tondi Mirzano, FIB UI, 2016
Universitas Indonesia
5
penggambaran gambar cadas, khususnya motif figuratif, seperti, bentuk, keletakan, dan warna
pada setiap motif gambar cadas.
Pada tahap pengolahan data digunakan klasifikasi dari Irving Rouse. Secara umum,
klasifikasi adalah proses penggolongan artefak menjadi kelompok yang sederhana yang
didasarkan atas kesamaan atribut yang terdapat pada suatu artefak dan jika memiliki lebih dari
satu tingkat, maka setiap tingkat harus ditetapkan berdasarkan atribut dan diberikan nama atau
nomor setiap tingkat (Rouse, 1960: 313). Pada penelitian ini hanya digunakan klasifikasi
taksonomik untuk menghasilkan tipe. Cara yang paling dasar adalah dengan membagi gambar
cadas menjadi dua bagian atau lebih dari bagian di kumpulan yang lain seperti motif, bentuk,
dan melanjutkan proses sampai semua artefak yang sejenis terpisah menjadi sub-kelas terendah
(Rouse, 1960:316). Pembagian motif figuratif didasarkan oleh faktor motif yang mendasari
pembentukan “tipe”. Namun, pembagian ke tingkat selanjutnya tidak dapat dilakukan dengan
bersamaan, karena perbedaan faktor atribut dan jenis dari setiap tipe tersebut. Acuan dalam
membagi menjadi beberapa atribut penggambaran menggunakan cara yang dilakukan untuk
membagi objek ke dalam beberapa kategori. Kategori ini ditentukan melalui beberapa
komponen seperti gaya dan bentuk (Maynard, 1977:387-388). Tipologi dilakukan hingga
mendapatkan variasi dari semua motif figuratif pada gambar cadas tersebut. Pada penelitian ini,
terdapat lima variasi bentuk motif yaitu, motif antropomorfik, motif cap tangan, motif wajah
manusia (topeng), motif teriantrop, dan motif zoomorfik (hewan). Tahapan terakhir, diberikan
kesimpulan yang berupa penyimpulan dari hasil penelitian dan menjawab permasalahan dari
penelitian, yaitu mengetahui variasi bentuk dari motif figuratif yang berada pada Situs Sasere
Oyomo di Kaimana, Papua Barat.
Pembahasan
Situs dan Motif Gambar Cadas di Situs Sasere Oyomo
Gambar cadas yang dijumpai di situs prasejarah Papua memiliki keunikan tersendiri dari
penggambaran motif dan objek penggambarannya. Secara umum, gambar cadas terdiri atas dua
motif, yaitu figuratif dan non-figuratif. Penggambaran kedua motif gambar cadas ini yang berada
di beberapa daerah di Indonesia memiliki variasi motif yang berbeda termasuk juga yang berada
pada Situs Sasere Oyomo. Situs Sasere Oyomo merupakan situs yang berada pada kelompok
Maimai. Situs ini memiliki jarak sekitar 15 kilometer sebelah tenggara dari Kabupaten Kaimana
dan berjarak 300 meter sebelah utara dari Kampung Maimai (Arifin & Delanghe, 2004:96).
Tipologi motif ..., Siregar, Tondi Mirzano, FIB UI, 2016
Universitas Indonesia
6
Situs Sasere Oyomo merupakan
salah satu situs yang memiliki
penggambaran motif gambar cadas
paling bervariasi di Kawasan Kaimana.
Pada situs ini terdapat motif gambar
cadas yang dilukiskan di sepanjang
galeri Sasere Oyomo yang memiliki
panjang sekitar 93,38 meter dan tinggi
8,48 meter (Kantor Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Kaimana dengan
Balai Pelestarian Cagar Budaya,
2013:37). Situs Sasere Oyomo berada
langsung di atas permukaan laut pada
ketinggian 3,5 meter dpl. Dinding pada
Situs Sasere Oyomo memiliki arah
hadap ke barat. Peta Keletakan Situs Sasere Oyomo (Sumber: Arifin & Delanghe. 2004:96: Dimodifikasi oleh Tondi Mirzano Siregar)
.
Foto Situs Sasere Oyomo, Kaimana, Papua Barat
(Foto: R. Cecep Eka Permana, 2015)
Situs Sasere Oyomo berupa ceruk atau tebing karang yang memiliki keragaman motif
gambar cadas. Namun, menjadi contoh dari dampak negatif akibat tingkah laku manusia zaman
modern yang merusaknya dengan memberi coretan berupa gambar dan tulisan. Kondisi gambar
cadas di Situs Sasere Oyomo, sudah mulai memudar dan dinding mengelupas dikarenakan
coretan berupa gambar dan tulisan yang berwarna merah, hitam, dan putih yang membuat
Tipologi motif ..., Siregar, Tondi Mirzano, FIB UI, 2016
Universitas Indonesia
7
gambar cadas menjadi kotor dan sulit untuk diidentifikasi. Gambar cadas di Kaimana memiliki
banyak variasi motif yang dibentuk dan dilukiskan oleh manusia zaman dahulu di daerah
Kaimana. Gambar cadas yang berada pada Situs Sasere Oyomo mayoritas merupakan motif-
motif antropomorfik, teriantrop, zoomorfik (hewan), geometris, abstrak dan motif-motif yang
tidak dapat diidentifikasi dan didominasi warna merah. Motif yang berada pada situs ini
umumnya adalah motif manusia, motif tangan, motif wajah, motif teriantrop, motif geometris
seperti motif lingkaran, dan motif hewan seperti motif kadal, ikan, dan kura-kura. Motif lukisan
yang berjumlah 1.180 motif lukisan gambar cadas yang berada di Situs Sasere Oyomo, terdapat
72 motif figuratif yang terbagi menjadi lima tipe motif gambar cadas yang dapat dikelompokkan
secara sederhana yaitu, antropomorfik, tangan, wajah atau topeng, teriantrop, dan zoomorfik
(hewan).
Salah Satu Panil / Kelompok Motif pada Situs Sasere Oyomo, Kaimana, Papua Barat
(Foto: R. Cecep Eka Permana, 2015)
Antropomorfik Tangan Wajah / Topeng Teriantrop Zoomorfik
Bentuk-Bentuk Motif Figuratif
Tipologi motif ..., Siregar, Tondi Mirzano, FIB UI, 2016
Universitas Indonesia
8
Hasil Penelitian
Berdasarkan pengelompokan data, hasil dari klasifikasi terdapat lima tipe, yaitu
antropomorfik, tangan, wajah atau topeng, teriantrop, dan zoomorfik (hewan) dan lima tipe
tersebut, kemudian disederhanakan menjadi bagian khusus yaitu, seperti contoh motif zoomorfik
dibagi menjadi empat subtipe, yaitu motif ikan, kadal, kura-kura, dan burung. Namun, pembagian
subtipe kelima tipe yaitu, motif antropomorfik, tangan, wajah, teriantrop, dan zoomorfik
dilakukan secara terpisah, karena perbedaan atribut dan jenis yang sangat jelas. Komponen dari
tiap bentuk khusus motif terdiri atas pembagian atribut yang berbeda dari setiap motif.
Untuk mempermudah penyusunan tipologi, maka dibuat penamaan atau kode untuk setiap
atribut yang telah ditentukan. Tipe dari motif figuratif diberikan kode romawi dari I, II, dan III
untuk setiap bentuk, yakni motif antropomorfik diberi kode I, motif tangan (kode II), motif wajah
atau topeng (kode III), motif teriantrop (kode IV), dan motif zoomorfik (kode V). Pada bagian
subtipe diberikan kode 1, 2, 3, dan seterusnya mengikuti jumlah yang sesuai dengan data yang
dipakai dalam subtipe. Sementara itu, pada setiap bagian varian diberikan kode A, B, dan C.
Dengan demikian, dalam proses penamaan, urutan kode pertama menyatakan tipe, kode kedua
menyatakan subtipe, dan kode ketiga menyatakan varian. Motif terianrop tidak memiliki variasi
dalam penggambarannya, karena motif ini hanya memiliki satu motif, sehingga tipe IV tidak
dilakukan tipologi. Selain itu, pada motif hewan, terdapat pembagian lebih detil disebut
subsubtipe yang diberikan kode (1), (2), (3), dan seterusnya mengikuti jumlah sesuai dengan data.
Bagan 1. Tipologi Umum
FIGURATIF
TERIANTROP (IV)
ANTROPOMORFIK (I)
ZOOMORFIK (V)
TIPE MOTIF
PROSEDUR KATEGORI
TANGAN (II)
WAJAH / TOPENG (III)
1 / 2SUBTIPE 1 / 2 1 / 2 / 3 1 / 2 / 3 / 4
(1) / (2) / (3)SUBSUBTIPE BENTUK KHUSUS
BENTUK / SPESIES
A / B / CA / BA / BA / BVARIAN HIASAN / SISI / ORIENTASI
Tipologi motif ..., Siregar, Tondi Mirzano, FIB UI, 2016
Universitas Indonesia
9
Tipe I (Antropomorfik)
Tipe I merupakan tipe motif figuratif yang memiliki bentuk umum motif antropomorfik
dan berjumlah 11 motif. Tipe ini memiliki dua subtipe berupa motif yang memiliki alat vital
(Subtipe I.1) dan tanpa alat vital (Subtipe 1.2). Subtipe I.1 ini berjumlah tiga motif yang terbagi
atas dua varian, yaitu memiliki alat vital dan memegang perisai (Varian I.1.A) berjumlah satu
motif dan memiliki alat vital dan tidak memegang perisai (Varian I.1.B) berjumlah dua motif.
Subtipe I.2 berjumlah delapan motif yang terbagi atas dua varian, yaitu, tidak memiliki alat vital
dan memegang perisai (Varian I.2.A) berjumlah tiga motif dan varian yang tidak memiliki alat
vital dan tidak memegang perisai (Varian I.2.B) berjumlah lima motif.
Bagan 2. Tipologi Motif Antropomorfik
Tipe II (Tangan)
Tipe II merupakan tipe motif figuratif yang memiliki bentuk umum motif tangan dan
berjumlah sepuluh motif. Tipe ini memiliki tiga subtipe berupa motif yang memiliki telapak
tangan (Subtipe II.1), tangan dengan pergelangan (Subtipe II.2), dan tangan dengan lengan
(Subtipe II.3). Subtipe II.1 ini berjumlah lima motif, terbagi atas dua varian, yaitu bentuk telapak
tangan sisi kanan (Varian II.1.A) berjumlah tiga motif dan bentuk telapak tangan sisi kiri (Varian
II.1.B) berjumlah dua motif. Subtipe II.2 ini berjumlah empat motif yang terbagi atas dua varian,
yaitu memiliki pergelangan tangan sisi kanan (Varian II.2.A) berjumlah dua motif dan memiliki
pergelangan tangan sisi kiri (Varian II.2.B) berjumlah dua motif. Subtipe II.3 ini berjumlah satu
motif yang memiliki satu varian, yaitu memiliki lengan sisi kanan (Varian II.3.A).
ANTROPOMORFIK (I)
MEMILIKI ALAT VITAL (1)
TANPA ALAT VITAL (2)
PERISAI (A)
TANPA PERISAI (B)
PERISAI (A)
TANPA PERISAI (B)
(1) (2) (3) (5)
Tipologi motif ..., Siregar, Tondi Mirzano, FIB UI, 2016
Universitas Indonesia
10
Bagan 3. Tipologi Motif Tangan
Tipe III (Wajah atau Topeng)
Tipe III merupakan tipe motif figuratif yang memiliki bentuk umum motif wajah atau
topeng dan berjumlah sembilan motif. Tipe ini memiliki dua subtipe yang dibagi berdasarkan
bentuk motif yang membulat (Subtipe III.1) dan mengerucut (Subtipe III.2). Subtipe III.1 ini
berjumlah tujuh motif yang terdiri atas dua varian, yaitu bentuk kepala membulat memiliki hiasan
(Varian III.1.A) berjumlah dua motif dan bentuk kepala membulat tidak memiliki hiasan (Varian
III.1.B) berjumlah lima motif. Subtipe III.2 ini berjumlah dua motif yang terdiri atas dua varian,
yaitu bentuk kepala mengerucut memiliki hiasan (Varian III.2.A) dan kepala mengerucut tidak
memiliki hiasan (Varian III.2.B).
Bagan 4. Tipologi Motif Wajah / Topeng
TANGAN (II)
TELAPAK TANGAN (1)
TANGAN DENGAN PERGELANGAN (2)
TANGAN DENGAN LENGAN (3)
KANAN (A)
KIRI (B)
KANAN (A)
KIRI (B)
KANAN (A)
(3) (2) (2) (2) (1)
WAJAH / TOPENG (III)
MEMBULAT (1)
MENGERUCUT (2)
HIASAN (A)
TANPA HIASAN (B)
HIASAN (A)
TANPA HIASAN (B)
(2) (5) (1) (1)
Tipologi motif ..., Siregar, Tondi Mirzano, FIB UI, 2016
Universitas Indonesia
11
Tipe V Subtipe 1 (Ikan)
Tipe V merupakan penggambaran motif hewan yang terdiri atas 41 motif dan terbagi atas
empat tipe yaitu, motif ikan (Tipe V.1), motif kadal (Tipe V.2), motif kura-kura (Tipe V.3), dan
motif burung (Tipe V.4). Tipe V subtipe 1 merupakan tipe motif hewan yang memiliki bentuk
umum motif ikan dan berjumlah 16 motif. Subtipe ini memiliki tiga subsubtipe yang dibagi
berdasarkan bentuk ekor yang melebar (Subsubtipe V.1.(1)), melancip (Subsubtipe V.1.(2)) dan
terbagi dua (Subsubtipe V.1.(3)).
Subsubtipe V.1.(1) ini berjumlah tujuh motif terdiri atas dua varian, yaitu bentuk ekor
melebar dan vertikal (Varian V.1.(1).A) berjumlah enam motif dan bentuk ekor melebar dan
horizontal (Varian V.1.(1).C). Subsubtipe V.1.(2) ini berjumlah lima motif yang terdiri atas tiga
varian, yaitu bentuk ekor melancip dan vertikal (Varian V.1.(2).A) berjumlah dua motif, bentuk
ekor melancip dan miring (Varian V.1.(2).B) berjumlah dua motif, dan bentuk ekor melancip dan
horizontal (V.1.(2).C) berjumlah satu motif. Subsubtipe V.1.(3) ini berjumlah empat motif terdiri
atas dua varian, yaitu bentuk ekor terbagi dua dan vertikal (Varian V.1.(3).A) berjumlah dua motif
dan bentuk ekor terbagi dua dan miring (Varian V.1.(3).B) berjumlah dua motif.
Bagan 5. Tipologi Motif Ikan
TANGANIKAN
(1)
EKOR MELEBAR ((1))
EKOR MELANCIP ((2))
EKOR TERBAGI DUA ((3))
VERTIKAL (A)
HORIZONTAL (C)
VERTIKAL (A)
MIRING (B)
VERTIKAL (A)
HORIZONTAL (C)
MIRING (B)
(6) (1) (2) (2) (1) (2) (2)
Tipologi motif ..., Siregar, Tondi Mirzano, FIB UI, 2016
Universitas Indonesia
12
Tipe V Subtipe 2 (Kadal)
Tipe V subtipe 2 merupakan tipe motif hewan yang memiliki bentuk umum motif kadal
dan berjumlah 21 motif. Tipe ini memiliki dua subsubtipe yang dibagi berdasarkan bentuk motif
yang lengkap (Subsubtipe V.2.(1)) dan tidak lengkap (Subsubtipe V.2.(2)). Subsubtipe V.2.(1) ini
berjumlah 16 motif yang terdiri atas dua varian, yaitu bentuk lengkap dan vertikal (Varian
V.2.(1).A) berjumlah lima motif dan bentuk lengkap dan miring (V.2.(1).B) berjumlah sebelas
motif. Subsubtipe V.2.(2) ini berjumlah lima motif yang terdiri atas dua varian, yaitu bentuk tidak
lengkap dan vertikal (Varian V.2.(2).A) berjumlah empat motif dan bentuk tidak lengkap dan
miring (V.2.(2).B) berjumlah satu motif.
Bagan 6. Tipologi Motif Kadal
Tipe V Subtipe 3 (Kura-Kura)
Tipe V subtipe 3 merupakan tipe motif hewan yang memiliki bentuk umum motif kura-
kura dan berjumlah dua motif. Tipe ini memiliki dua subsubtipe, yaitu motif kura-kura yang
memiliki bentuk yang digambarkan secara lengkap (Subsubtipe V.3.(1)) dan motif kura-kura yang
yang digambarkan tidak secara lengkap (Subsubtipe V.3.(2)). Subsubtipe V.3.(1) ini berjumlah
satu motif, yaitu varian dengan bentuk lengkap dan vertikal (Varian V.3.(1).A). Subsubtipe
V.3.(2) ini berjumlah satu motif, yaitu bentuk tidak lengkap dan vertikal (Varian V.3.(2).A).
KADAL (2)
LENGKAP ((1))
TIDAK LENGKAP ((2))
VERTIKAL (A)
MIRING (B)
VERTIKAL (A)
MIRING (B)
(5) (11) (4) (1)
Tipologi motif ..., Siregar, Tondi Mirzano, FIB UI, 2016
Universitas Indonesia
13
Bagan 7. Tipologi Motif Kura-Kura
Tipe V Subtipe 4 (Burung)
Tipe V merupakan tipe motif hewan yang memiliki bentuk umum motif burung dan
berjumlah dua motif. Tipe ini memiliki dua subsubtipe, yaitu motif burung yang memiliki bentuk
yang digambarkan secara lengkap (Subsubtipe V.4.(1)) dan motif burung yang yang digambarkan
tidak secara lengkap (Subsubtipe V.4.(2)). Subsubtipe V.4.(1) ini berjumlah satu motif, yaitu
bentuk lengkap dan vertikal (Varian V.4.(1).A). Subsubtipe V.4.(2) ini berjumlah satu motif, yaitu
bentuk tidak lengkap dan vertikal (Varian V.4.(2).A).
Bagan 8. Tipologi Motif Burung
KURA-KURA (3)
LENGKAP ((1))
TIDAK LENGKAP ((2))
VERTIKAL (A)
VERTIKAL (A)
(1) (1)
BURUNG (4)
LENGKAP ((1))
TIDAK LENGKAP ((2))
VERTIKAL (A)
VERTIKAL (A)
(1) (1)
Tipologi motif ..., Siregar, Tondi Mirzano, FIB UI, 2016
Universitas Indonesia
14
Berdasarkan uraian di atas, keseluruhan motif figuratif yang berada pada situs Sasere
Oyomo, Papua Barat secara lengkap dari bagian tipe, subtipe, subsubtipe, varian, dan jumlah dari
masing-masing pengelompokkan motif yang disajikan dalam bentuk tabel rekapitulasi motif
figuratif berikut ini,
No. Motif(Figuratif Tipe Subtipe Subsubtipe Varian JumlahA 1B 2A 3B 5A 3B 2A 2B 2
3 ' A 1A 2B 5A 1B 1
4 Motif.Theriantrop IV ' ' ' 1A 6C 1A 2B 2C 1A 2B 2A 5B 11A 4B 1
(1) A 1(2) A 1(1) A 1(2) A 1
72
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
II
III
V
1
2
1
2
1
2
1
2
3
4
'
'
JUMLAH
'
'
'
'
Motif.Zoomorfik./Hewan3
Motif.Antropomorfik
Motif.Tangan
1
2
3 Motif.Wajah./.Topeng
I
Tabel Rekapitulasi Tipe, Subtipe, dan Varian Motif Figuratif di Situs Sasere Oyomo
Berdasarkan hasil analisis, terdapat lima tipe motif figuratif yang berada di Situs Sasere
Oyomo. Motif antropomorfik, motif tangan, dan motif wajah merupakan motif yang tidak
terlalu dominan, karena jika dijumlahkan ketiga motif tersebut hanya terdapat 30 motif. Ketiga
motif tersebut digambarkan dengan berbagai bentuk dan didominasi dengan warna merah.
Hampir seluruh motif pada situs ini selalu digambarkan mengelompok dan berdampingan
dengan motif-motif lainnya. Motif antropomorfik menurut Arifin dan Delanghe, digambarkan
dalam beragam bentuk yang memiliki kesinambungan ilustrasi dengan situs yang berada di
sekitarnya dan mungkin menjadi sebuah representasi dari sebuah simbol atau bentuk tertentu
(Arifin & Delanghe, 2004:116). Motif antropomorfik yang berada pada situs ini, digambarkan
Tipologi motif ..., Siregar, Tondi Mirzano, FIB UI, 2016
Universitas Indonesia
15
dalam posisi berdiri dan terdapat beberapa motif yang memiliki perisai. Beberapa motif
antropomorfik digambarkan secara detil memiliki penis dan seperti menandakan jenis kelamin
dari motif tersebut. Seperti yang ditulis di dalam buku Arifin dan Delanghe (2004:116), Galis
memperkirakan bahwa motif antropomorfik mungkin merupakan representasi dari leluhur atau
roh-roh jahat. Penggambaran motif antropomorfik merupakan suatu bentuk ekpresi dari
seniman penciptanya dan memiliki kaitan dengan aspek religi, seperti dalam upacara kematian
yang menjadi sebuah simbol kehidupan alam arwah (Permana, 1995:20).
Salah satu suku di Papua, yaitu suku Asmat percaya bahwa lambang dari nenek moyang
kadang-kadang diwakilkan cukup dengan bentuk tangan atau dengan gambar manusia yang
kaki dan tangannya terentang (Suhardini, 1983:26). Di Teluk MacCluer terdapat mitos
mengenai cap tangan. Pada zaman dahulu terdapat seorang lelaki dan dua orang perempuan
yang datang dari arah matahari terbit. Seorang laki-laki dan seorang wanita yang bernama
Omimin merupakan kulit putih dan seorang wanita lainnya berkulit hitam. Mereka tidak dapat
melihat dan berjalan dengan meraba-raba dinding ke arah matahari terbenam hingga pada
akhirnya setelah sampai mereka bisa melihat kembali. Pada suatu hari terjadi perselisihan yang
mengakibatkan si kulit putih pergi dan kulit hitam tetap tinggal disana dan menjadi nenek
moyang Papua (Arifin & Delanghe, 2004:57). Merujuk dari cerita tersebut, situs ini didukung
dengan beberapa motif yang dapat menguatkan cerita-cerita tersebut, seperti terdapat beberapa
motif tangan yang berwarna hitam pada situs ini, walaupun hal tersebut tidak menjadi sebuah
kepastian, namun dapat menjadi sebuah keterkaitan dengan salah satu cerita tersebut.
Roder juga mengemukakan bahwa cap tangan dan kaki bersifat sebagai pelindung dan
dipercayai oleh masyarakat setempat bahwa nenek moyang menempatkan tangan dan kaki
pelindung untuk keturunan mereka (Arifin, 1992:109). Motif tangan pada situs ini memiliki
jumlah jari yang selalu berjumlah lima, sehingga mungkin dapat dikatakan bahwa disini tidak
terdapat tradisi pemotongan jari sebagai bentuk berkabung seperti yang terjadi di Lembah
Baliem. Tradisi pemotongan tangan ini dilaporkan oleh Arifin dan Delanghe (2004:68),
merupakan tradisi yang masih berlanjut dan jika melihat dari motif yang berada di sini, maka
tradisi seperti itu mungkin tidak dilakukan.
Motif wajah memiliki jumlah yang relatif sama dengan motif antropomorfik dan tangan
pada situs ini. Di Teluk MacCluer juga terdapat motif wajah manusia atau topeng yang
merupakan masyarakat setempat merupakan instrumen penting dalam acara-acara adat seperti
pesta, inisiasi dan kepercayaan akan leluhur (Arifin & Delanghe, 2004:134). Motif wajah atau
Tipologi motif ..., Siregar, Tondi Mirzano, FIB UI, 2016
Universitas Indonesia
16
topeng juga memiliki keterkaitan dengan cerita tersebut, beberapa dari motif ini memiliki
hiasan, terdapat rambut yang berada di sekitar wajah yang kadang berbentuk garis, bulat
maupun segitiga dan memiliki corak berupa garis pada bagian wajahnya, yang mungkin saja
hiasan maupun corak tersebut mewakili sebuah bentuk yang mereka percaya seperti bentuk dari
nenek moyang. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan dari Arifin dan Delanghe (2004:135),
bahwa motif ini memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat sekitar pada zaman
dahulu, walaupun tidak terdapat ritual yang masih berlanjut di Kaimana yang dapat dijadikan
acuan terhadap motif wajah atau topeng tersebut. Pengertian ini juga didukung oleh laporan
penelitian yang dilakukan oleh R. Cecep Eka Permana (1995:18), bahwa pemahatan motif
wajah didasari oleh kepercayaan masyarakat mengenai kekuatan supranatural yang dapat
berasal dari arwah nenek moyang, orang jahat, hewan, ataupun kekuatan alam.
Namun, dari hasil di atas, dapat dilihat bahwa dari keseluruhan motif figuratif pada situs
ini, yang paling dominan adalah motif zoomorfik. Motif zoomorfik memiliki 41 motif yang
terbagi atas empat subtipe, sembilan subsubtipe, dan 15 varian. Motif zoomorfik di Kaimana,
secara khusus di Situs Sasere Oyomo, dapat diartikan sebagai sumber makanan dan sebagai
kegiatan religi yang sangat dekat dengan kehidupan manusia. Jika meilhat dari lingkungan yang
berada di sekitar situs yang merupakan wilayah pesisir, masyarakat pada zaman dahulu
menggambarkan hewan-hewan tersebut sebagai gambaran dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Salah satu contohnya adalah motif burung ditemukan salah satunya di daerah Teluk Berau dan
motif tersebut dianggap sebagai burung Cikalang Kecil (Fregata Ariel) dan dianggap sebagai
lambang pengayauan, karena merupakan burung pemangsa ikan yang memiliki kecepatan dan
selalu tepat sasaran (Arifin, 1992:133). Hal ini mungkin saja memiliki pengertian yang sama
dengan motif burung yang berada pada situs ini.
Pada umumnya, motif ikan, kura-kura, dan burung digambarkan karena faktor kondisi
lingkungan masyarakatnya, seperti berada pada daerah pesisir yang memungkinkan untuk
bertemu langsung dengan hewan tersebut. Namun, motif ikan merupakan salah satu motif
zoomorfik yang banyak digambarkan dengan jumlah 16 motif. Motif ini memiliki beberapa
cerita yang mengatakan bahwa ikan digambarkan sebagai raja pada zaman dahulu dan harus
menyisihkan sebagian hasil makanan yang telah diburu untuk sang raja ikan. Selain itu, ikan
juga dapat diartikan sebagai salah satu sumber makanan maupun bagian dari kehidupan mereka
sehari-hari, mengingat lokasi yang berada di pantai dan mata pencaharian utama masyarakat
sekitar situs sebagai nelayan. Mengacu pada pernyataan dari Sauvet (2009:330), sangat
memungkinakan bahwa pola-pola tersebut bervariasi berdasarkan pada kejadian yang
Tipologi motif ..., Siregar, Tondi Mirzano, FIB UI, 2016
Universitas Indonesia
17
diekspresikan melalui gambar hewan. Kita tidak dapat mengabaikan fakta bahwa beberapa kasus
etnografi mengekspresikan lebih dari satu tema dalam budaya tradisi gambar cadas. Tema dalam
hal ini menggambarkan banyak hal baik yang berhubungan dengan religi (sakral) ataupun
kehidupan sehari-hari (profan).
Motif lukisan hewan dapat menjelaskan hubungan antara manusia dengan hewan, dalam
berbagai hal. Motif hewan juga dianggap sebagai mahluk suci oleh mereka, dan tidak semua
jenis hewan digambarkan menjadi gambar cadas (Brodrick, 1972:1-3). Motif kadal merupakan
motif figuratif yang paling sering digambarkan di Situs Sasere Oyomo yang berjumlah 21
motif. Motif kadal dapat diartikan sebagai bagian dari kehidupan religi mereka, karena dari
beberapa cerita rakyat di Papua, kadal dianggap sebagai roh atau nenek moyang mereka.
Seperti di Teluk Berau, kadal dianggap atau disamakan dengan sifat bijaksana dan kekuatan.
Hal yang sama terjadi dengan suku-suku Indian yang berada di Barat Daya Amerika yang
percaya bahwa tidak ada yang bisa mendapatkan peran spiritual seperti yang dilakukan oleh
kadal (Arifin & Delanghe, 2004:32). Selain itu di Kepulauan Dobu, Papua Nugini, terdapat
kepercayaan mengenai kadal. Kadal di Kepulauan Dobu yang disebut sebagai Gomakara
dipercaya sebagai mahluk yang memiliki kekuatan mistis yang menurut cerita terdapat lelaki
yang tampan namun kulitnya mengalami luka-luka, pergi mencari kadal untuk mendapatkan
kulitnya yang dianggap dapat menyembuhkannya. Sampai saat ini, masyarakat Dobu yang
masih melakukan ritual Kula menggunakan kulit kadal pada gendering asli mereka. (Fortune,
1932:221). Walaupun terdapat beberapa cerita rakyat yang berbeda-beda mengenai kekuatan
magis dari kadal, secara umum kadal merupakan sosok yang memiliki kekuatan bagi
masyarakat Papua, bagi yang mempercayainya dengan salah satu caranya yaitu,
menggambarkan motif kadal pada dinding-dinding atau tebing di Situs Sasere Oyomo sebagai
contohnya. Namun, seringkali motif kadal terkadang bisa diinterpretasikan sebagai buaya
ataupun biawak jika tidak melihat secara detil, mengingat mungkin mereka tidak
menggambarkan motif hewan dalam bentuk aslinya dan hewan-hewan tersebut memiliki
kemiripan bentuk.
Analisis mengenai motif hewan dilakukan dengan memeriksa pola persebaran di antara
spesies hewan yang digambarkan pada gambar cadas. Hal ini dapat terjadi karena beberapa
kemungkinan, seperti yang ditulis oleh Koentjaraningrat (1975:86), bahwa masyarakat Papua
pada umumnya memiliki kepercayaan tentang alam sekitar tempat tinggal manusia yang
didiami oleh berbagai macam roh baik maupun jahat, di rawa-rawa, rimba belukar, rimba raya,
laut, sungai, dan konsepsi tentang hewan yang menjadi kepercayaan religi mereka.
Tipologi motif ..., Siregar, Tondi Mirzano, FIB UI, 2016
Universitas Indonesia
18
Kesimpulan
Penggambaran gambar cadas di situs Sasere Oyomo memiliki warna spesifik yang
didasarkan dari warna mayoritas di Kaimana yaitu warna merah. Hampir seluruh motif gambar
cadas di Situs Sasere Oyomo digambarkan dengan menggunakan warna merah dan hanya
terdapat beberapa motif yang berwana hitam dan coklat. Situs Sasere Oyomo memiliki 90 motif
figuratif yang dianalisis dan dipilih kembali sesuai dengan ketentuan deskripsi dari masing-
masing motif yang berlaku dari setiap motifnya. Setelah dilakukan pemisahan, tersisa 72 motif
yang dimasukkan ke dalam kategori motif figuratif.
Ke-72 motif figuratif tersebut terdiri atas sebelas motif antropomorfik, sembilan motif
cap tangan, sepuluh motif wajah manusia, satu motif teriantrop, dan 41 motif zoomorfik
(hewan) (16 motif ikan, 21 motif kadal, dua motif kura-kura, dan dua motif burung).
Kemudian, dilakukan tipologi yang mengacu kepada Irving Rouse yang menggunakan
klasifikasi taksonomik. Berdasarkan hasil klasifikasi terhadap gambar cadas motif figuratif
pada Situs Sasere Oyomo di Kaimana, Papua Barat, menghasilkan lima tipe, 11 subtipe,
sembilan subsubtipe dan 28 varian. Dari keseluruhan motif figuratif pada situs ini diketahui
bahwa yang paling dominan adalah tipe V yang berupa motif zoomorfik atau hewan.
Dapat disimpulkan secara keseluruhan, masyarakat pada zaman prasejarah di Kaimana
menggambarkan hal yang mereka lihat dan saksikan sehari-hari di dalam kehidupannya, seperti
contoh digambarkan motif hewan atau motif antropomorfik. Motif-motif tersebut menunjukkan
bahwa gambar cadas memiliki makna penting yang dapat dijadikan suatu lambang atau suatu
perjalanan hidup di dalam kehidupan mereka pada zaman dahulu.
Daftar Pustaka
Arifin, Karina. (1991). “Pahatan dan Lukisan Batu Aborijin Australia”, paper dalam Seminar Hubungan Indonesia-Australia: Masalah Budaya, Sosial, dan Politik. Pusat Kajian Australia FSUI, 23-26 September 1991. 9 hlm.
. (1992). Lukisan Batu Karang Di Indonesia: Suatu Evaluasi Hasil Penelitian. Jakarta: Departmen Pendidikan dan Kebudayaan Lembaga Penelitian Universitas Indonesia.
Arifin, Karina & Delanghe, Philippe. (2004). Rock Art in West Papua. Paris: Unesco.
Brodrick, A. Houghton. (1972). Animals in Archaeology. New York: Praeger Publishers.
Djami, Erlin Novita Idje. (2008). “Seni Cadas di Kabupaten Kaimana”. Berita Penelitian No. 06. Jayapura: Balai Arkeologi Jayapura. Hlm. 1-26.
Tipologi motif ..., Siregar, Tondi Mirzano, FIB UI, 2016
Universitas Indonesia
19
Feliks, John & Bednarik, Robert G (Ed.). (1998). “The Impact of Fossils on the Development of Visual Representation”. Rock Art Research, Volume 15, Number 2, November 1998. Melbourne: Archeological Publications.
Fortune, R. F. (1932). Sorcerers of Dobu: The Social Anthropology of The Dobu Islander of the
Western Pacific. London: George Routledge & Sons, LTD.
Kantor Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kaimana dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya Ternate. (2013). Laporan Studi Teknis Pemanfaatan Situs Prasejarah Mai-Mai di Kabupaten Kaimana, Papua Barat. Ternate: Balai Pelestarian Cagar Budaya Ternate.
Koentjaraningrat. (1975). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Yogyakarta: Djambatan.
Kosasih, E.A. (1989). “Sumbangan Data Seni Lukis Bagi Perkembangan Arkeologi di Kawasan Asia Tenggara (Suatu Studi Analisis Persebaran)”. Pertemuan Ilmiah Arkeologi V. Yogyakarta: Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia. Hlm. 29-55.
Kusuma-Atmadja, Mochtar, dkk. (1992). Perjalanan Seni Rupa Indonesia dari Zaman Prasejarah Hingga Masa Kini. Bandung: Seni Budaya.
Leroi-Gourhan, Andre. (1982). The Dawn of European Art: An Introduction to Palaeolitchic Cave Painting. Cambridge: Cambridge University Press.
Maynard, Lesley & Ucko, Peter J (Ed.). (1977). “Classification and Terminology in Australian Rock Art”. Prehistory and Material Culture Series No. 13. New Jersey: Humanities Press Inc.
Nuraini, Indah Asikin. (2000). “Proses Migrasi Masa Prasejarah: Suatu Hipotesis Berdasarkan Kajian Lukisan Cadas di Indonesia Timur”, dalam Procendings EHPA Bedegul 14-17 Juli. Jakarta: Proyek Peningkatan Penelitian Arkeologi. Hal: 83-106.
Permana, R. Ccecep Eka, (1995). “Hiasan Antropomorfik pada Wadah Kubur Prasejarah: Sebuah Tinjauan Simbolis-Religius”, Laporan Penelitian FIB UI. 23 Hlm.
Permana, R. Cecep Eka. (2014). Gambar Tangan Gua-Gua Prasejarah, Pangkep-Maros-Sulawesi Selatan. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Rosenfeld, Andree. (1988). Rock Art Conservation in Australia, Special Australian Heritage Publication Series Number 2. Canberra: Australian Government Publishing Services.
Rouse, Irving. (1960). The classifications of artifacts in archaeology. American Antiquity, XXV, 30, 313-323.
Sauvet, G.; Layton, R.; Lenssen-Erz, T.; Tacon, P.; and Wlodarczyk A. (2009). “Thinking with Animals in Upper Palaeolithic Rock Art. Cambridge Archaeological Journal, Volume 19, Issue 03, October 2009, The McDonald Institute for Archaeological Research 2009.
Suhardini. (1983). Seni Ukir Orang Asmat. Jakarta: Depdikbud.
Sumartono, dkk. (2007). Sejarah Kebudayaan Indonesia: Seni Rupa. Jakarta: Direktorat Geografi Departemen Budpar.
Tipologi motif ..., Siregar, Tondi Mirzano, FIB UI, 2016