41
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Supervisi 2.1.1. Pengertian Supervisi Supervisi berasal dari kata super (bahasa latin yang berarti diatas) dan videre (bahasa latin yang berarti melihat). Bila dilihat dari asal kata aslinya, supervisi berarti “melihat dari atas”. Pengertian supervisi secara umum adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh “atasan” terhadap pekerjaan yang dilakukan “bawahan” untuk kemudian bila ditemukan masalah, segera diberikan bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya (Suarli dan Bahtiar, 2009). Supervisi merupakan pengamatan langsung terhadap performan kerja seseorang. Supervisi yang dilakukan termasuk melakukan pemeriksaan kegiatan individu secara menyeluruh dan kegiatan yang masih belum diselesaikan Tappen, Weiss, Whitehead, (2004 dalam Wahyudi, 2011).

Tinjauan Pustaka Supervisi, Komitmen dan Kinerja Perawat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Manajemen Keperawatan

Citation preview

11

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1.Konsep Supervisi 2.1.1. Pengertian SupervisiSupervisi berasal dari kata super (bahasa latin yang berarti diatas) dan videre (bahasa latin yang berarti melihat). Bila dilihat dari asal kata aslinya, supervisi berarti melihat dari atas. Pengertian supervisi secara umum adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilakukan bawahan untuk kemudian bila ditemukan masalah, segera diberikan bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya (Suarli dan Bahtiar, 2009).Supervisi merupakan pengamatan langsung terhadap performan kerja seseorang. Supervisi yang dilakukan termasuk melakukan pemeriksaan kegiatan individu secara menyeluruh dan kegiatan yang masih belum diselesaikan Tappen, Weiss, Whitehead, (2004 dalam Wahyudi, 2011). Seorang yang melakukan kegiatan supervisi disebut juga supervisor, harus mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang nyaman. Hal ini tidak hanya meliputi lingkungan fisik yang nyaman, tetapi juga suasana kerja diantara para tenaga keperawatan dengan tenaga kesehatan lainnya. 2.1.2Pentingnya supervisi dalam keperawatan Perawat dalam mengemban peran kepemimpinan dalam lingkungan kerja mereka, profesi mereka, komunitas mereka, meskipun mereka memiliki atau tidak memiliki posisi kepemimpinan yang ditetapkan. Sebagai pemimpin di tempat kerja, mereka dapat membantu dalam perbaikan perawatan pasien. Sebagai pemimpin di profesi perawat tidak hanya dapat membantu perbaikan perawatan klien, tetapi juga perbaikan lingkungan kerja perawat dan professional kesehatan lain. Karena pengetahuan dan keterampilan khusus mereka, perawat dapat juga mengemban peran kepemimpinan di komunitas, membantu perubahan yang meningkatkan kesejahteraan fisik, psikologis dan social dalam masyarakat sebagai suatu kesatuan (Blais dkk, 2007).2.1.3.Tujuan SupervisiTujuan dari supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung sehingga dengan bantuan tersebut bawahan akan memiliki bekal yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik. Pemahaman seperti ini sangat penting, karena tujuan dari supervisi bukan semata-mata untuk mencapai hasil yang baik. Oleh karena itu, atasan jangan sampai mengambil tugas bawahan. Supervisi seharusnya memberikan bekal kepada bawahan, sehingga dengan bekal tersebut, bawahan seterusnya dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik (Suarli dan Bahtiar, 2009).2.1.4.Manfaat supervisiSlainte dan Sosialita (2004) dan Pitman (2011) manfaat supervisi terdiri atas:1. Manfaat bagi perawat pelaksana a. Timbul perasaan dihargai dan dapat meningkatkan rasapercaya dirib. Supervisi mendorong praktek keperawatan yang aman dan mencerminkan pelayanan perawatan pada pasien, hal ini dapat meningkatkan kepuasan kerja perawatc. Meningkatkan pengembangan pribadi dan professional, supervisi yang dilakukan secara keseluruhan dan terus menerus dapat meningkatkan profesionalisme dan pengembangan pribadi serta komitmen untuk belajar secara terus menerusd. Perasaan diberdayakan dan difasilitasi untuk bertanggung jawab ataspekerjaan mereka dan keputusan-keputusan yang diambil (Allen dan Armorel, 2010 dalam Pitman, 2011)2. Manfaat bagi manajerTantangan bagi manajer untuk memfasilitasi staf dalam mengembangkan diri dan meningkatkan profesionalisme, sehingga kualitas pelayanan yang bermutu dapat tercapai (Slainte dan Sosialita, 2004)3. Meningkatkan kualitas dan keamanan pasienTujuan yang paling penting dari supervisi adalah meningkatkan kualitas dari pelayanan. Supervisi memegang peran utama dalam mendukung pelayanan yang bermutu melalui jaminan kualitas, manajemen resiko dan manajemen kinerja. Supervisi juga telah terbukti memiliki dampak positif pada perawatan pasien dan sebaliknya kurangnya supervisi memberikan dampak yang kurang baik bagi pasien. Supervisi dalam praktek profesi kesehatan telah diidentifikasi sebagai faktor penting dalam meningkatkan keselamatan pasien, supervisi yang tidak memadai dijadikan sebagai pemicu kegagalan dan kesalahan yang terjadi dalam layanan kesehatan (Kilminster dan Jolly, 2000)4. Pembelajaran Supervisi memiliki manfaat memberikan efek pada pembelajaran melalui kegiatan sebagai berikut:a. Mendidik perawat pelaksana melalui bimbingan yang diberikan oleh supervisorb. Mebgidentifikasi masalah yang terjadi ketika memberikan asuhan keperawatan pada pasienc. Meningkatkan motivasi perawat pelaksana dalam bekerjad. Menantau kemajuan pembelajaran (Kilminster dan Jolly, 2000)2.1.5.Sasaran SupervisiMenurut Suyanto (2009) Sasaran yang harus dicapai dalam supervisi antara lain sebagai berikut:1. Pelaksanaan tugas keperawatan2. Penggunaan alat yang efektif dan ekonomis3. Sistem dan prosedur yang tidak menyimpang4. Pembagian tugas dan wewenang5. Penyimpangan / penyelewengan kekuasaan, kedudukan dan keuangan2.1.6.Unsur Pokok Dalam SupervisiUnsur-unsur pokok dalam supervisi adalah sebagai berikut (Azwar, 1996):1. PelaksanaPelaksana atau yang bertanggung jawab melaksanakan supervisi adalah atasan,yakni mereka yang memiliki kelebihan dalam organisasi. Kelebihan yang dimaksud sering dikaitkan dengan status yang lebih tinggi (Supervisor) dan karena itu fungsi supervisi memang dimiliki oleh atasan. Namun untuk keberhasilan supervisi, yang lebih diutamakan adalah kelebihan pengetahuan atau keterampilan.

2. SasaranSasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan yang melakukan pekerjaan. Sasaran yang dilakukan oleh bawahan disebut sebagai sasaran langsung.3. FrekuensiSupervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berbeda. Supervisi yang dilakukan hanya sekali, bukan supervisi yang baik. Tidak ada pedoman yang pasti seberapa sering supervisi dilakukan. Pegangan umum yang digunakan tergantung dari derajat kesulitan pekerjaan yang dilakukan serta sifat penyesuaian yang akan dilakukan.4. TujuanTujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung, sehingga bawahan memiliki bekal yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik dan mengorientasi, melatih kerja, memimpin, memberi arahan, dan mengembangkan kemampuan personil.5. TeknikSupervisi adalah merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai, mengevaluasi secara terus menerus pada setiap personil dengan sabar, adil serta bijaksana sehingga setiap personil dapat memberikan asuhan kepersonilan dengan baik, terampil, aman, cepat, dan tepat secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan dari personil (Kron,1981, dalam Zakaria,2003).2.1.7.Karakteristik Pelaksana SupervisiYang bertanggung jawab untuk melaksanakan supervisi adalah atasan yang memiliki kelebihan dalam organisasi. Idealnya, kelebihan tersebut tidak hanya dari aspek status dan kedudukan, tetapi juga pengetahuan dan keterampilan. Berdasarkan hal tersebut serta prinsip-prinsip pokok supervisi, maka untuk melaksanakan supervisi dengan baik, ada beberapa syarat atau karakteristik yang harus dimiliki oleh pelaksana supervisi (supervisor). Karakteristik yang dimaksud adalah sebagai berikut (Suarli dan Bahtiar, 2009) :1. Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang disupervisi. Atau, apabila hal ini tidak mungkin, dapat ditunjuk staf khusus dengan batas-batas wewenang dan tanggung jawab yang jelas.2. Pelaksana supervisi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk jenis pekerjaan yang akan disupervisi.3. Pelaksana supervisi harus mempunyai keterampilan melakukan supervisi, artinya memahami prinsip-prinsip okok serta teknik supervisi.4. Pelaksana supervisi harus memiliki sifat edukatif dan suportif, bukan otoriter.5. Pelaksana supervisi harus mempunyai waktu yang cukup, sabar, dan selalu berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku bawahan yang disupervisi.Karena karakteristik tersebut, terutama karakteristik yang ketiga yaitu memahami prinsip-prinsip serta teknik supervisi, maka untuk dapat menjadi pelaksana supervisi yang baik manajer perlu mengikuti pendidikan dan pelatihan yang bersifat khusus. Pelaksana supervisi yang baik membutuhkan bekal yang banyak, termasuk bekal dalam melakukan komunikasi, motivasi, pengarahan, bimbingan dan juga kepemimpinan (Suarli dan Bahtiar, 2009).2.1.8.Tugas SupervisorMengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang nyaman dan aman, efektif dan efisien (Suyanto,2009). Oleh karena itu tugas supervisi adalah:1. Mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan terutama pegawai baru2. Melatih staf dan pelaksana keperawatan3. Memberikan pengarahan dalam pelaksanaan tugas agar menyadari, mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan4. Memberikan pelayanan bimbingan kepadapelaksana keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan2.1.9.Kompetensi SupervisorArwani dan Supriyatno (2005) untuk menjadi supervisor yang baik harus memiliki beberapa kompetensi yang dikuasai oleh seorang supervisor agar tujuan supervisi tercapai sesuai apa yang diinginkan. Kompetensi tersebut adalah:1. Kemampuan dalam memberikan pengarahan sehingga apa yang disampaikan ketika supervisi dapat dimengerti dan dipahami oleh staf ataupelaksana keperawatan oleh karena itu sebelum melakukan supervisi seorang supervisor diharapkan terlebih dahulu mengidentifikasi pedoman supervisi dengan baik danmemperkirakan kesulitan-kesulitan atau hambatan yang akan dihadapi ketika melakukan supervisi serta mengidentifikasikan alternatif permasalahan yang dapat diberikan.2. Supervisor harus mampu melakukan pendekatan yang asertif pada staf, sehingga hal ini memudahkan supervisor dalam memberikan masukan, saran ataupun nasehat3. Kemampuan dalam memberikan motivasi kepada staf, dalam hal ini supervisor mempelajari cara yang efektif untuk memberikan motivasi, hal-hal apa yang dapat meningkatkan motivasi dan kapan waktu yang tepat untuk memotivasi staf atau perawat pelaksana4. Sesuai dengan tujuan dan manfaat supervisi dalam hal pembelajaran kepada staf, seorang supervisor diharapkan mampu memberikan pelatihan dan bimbingan sehingga seorang supervisor terlebih dahulu membuat suatu standar dan prinsip-prinsip yang akan digunakan sebagai acuan ketika supervisi, serta mengidentifikasi bahwa apa yang dilakukan sesuai standard an prinsip yang ada.5. Kemampuan untuk bersikan obyektif dalam melakukan pengarahan dan penilaian kepada staf, sehingga untuk menghindari subyektifitas pada staf seorang supervisor membuat suatu standar penilaian yang digunakan untuk menilai kinerja perawat pelaksana.2.1.10. Fungsi Supervisor1. Manajemen (Pengelolaan)Fungsi ini bertujuan memastikan bahwa pekerjaan staf yang supervisidapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan standar yang ada, akuntabilitas untuk melakukan pekerjaan dan meningkatkan kualitas layanan. Hal ini termasuk mengelola sumber daya, delegasi dan pengaturan beban kerja, penilaian kinerja, uraian tugas perawat, motivasi danproses manajemen (Rowe, Andrea da Hollywood, 2007)2. Pembelajaran dan PengembanganFungsi ini mendorong dan membantu staf merefleksikan kinerja merekasendiri, mengidentifikasi proses pembelajaran, kebutuhan pengembagan dan mengembangkan rencana atau mengidentifikasi peluang untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Supervisi juga dapat meningkatkan pengembangan staf dan memastikan staf memiliki keterampilan yang relevan, pegetahuan,pemahaman dan kompetensi untuk melakukan pekerjaan serta kemajuan karir, memberikan umpan balik yang konstruktif (Halpem dan McKimm, 2009)3. Memberi DukunganFungsi dukungan dapat membantu staf yang disupervisi untuk meningkatkan peran staf yang disupervisi untuk meningkatkan peran staf dari waktu ke waktu. Hal ini terjadi pada situasi tertentu, kejadian khusus atau masalah pribadi yang dapat berdampak pada pekerjaan dan kinerja. Pemberian dukungan dan kesempatan untuk merefleksikan peran staf terhadap pekerjaan mereka dapat mencegah persepsi negatif yang mempengaruhi mereka dan pekerjaan mereka (Allen dan Amorel, 2010)4. Negosiasi Fungsi ini dapat meningkatkan hubungan antara staf yang disupervisi, tim, organisasi dan lembaga lain dengan siapa mereka bekerja. Hal ini akan dicapai melalui:a. Pengarahan dari supervisor tentang isu-isu yang terjadib. Sensitive terhadap keluhan yang disampaikan stafc. Bimbingan dan pengarahan tentang perubahan dan perkembangan yang mempengaruhi wilayah kerja merekad. Advokasi antara staf atau tim danlembaga lainnya (Rowe, Andrea dan Haywood, 2007)2.1.11. Metode Asuhan Keperawatan Profesional dengan Metode TimMenurut Douglas (1984) metode asuhan keperawatan dengan metode tim adalah sebagai berikut:1. Seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif2. Setiap anggota kelompok memiliki kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggungjawab yang tinggi3. Menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam memberikan askep pada sekelompok pasien4. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup5. Terdiri dari tenaga profesional, tehnikal dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu 2.1.12.Tugas Kepala Ruang Keperawatan yang mendukung pelaksanaan Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan dengan metode TimMenurut Aridiana (2013), ada beberapa tugas kepala ruangan yang mendukung pelaksanaan sistem pemberian asuhan keperawatan, sebagai berikut:1. Membagi staf kedalam beberapa tim sesuai dengan kemampuan dan beban kerja 2. Membuat jadwal dinas pagi, sore, malam setiap shift ada ketua timnya 3. Membagi pasien kepada masing-masing tim sesuai dengan kemampuan dan beban kerja 4. Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas ketua tim dan pelaksana 5. Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf kep. untuk mencapai kinerja yang optimal 6. Melakukan upaya peningkatan mutu asuhan kep. dengan melakukan evaluasi melalui angket setiap pasien pulang 7. Mendelegasikan tugas kepada ketua tim pada jaga malam S/M/HL 8. Berperan sebagai konsultan

2.1.13.Teknik SupervisiKegiatan supervisi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Supervisi secara langsung dilakukan dalam sebuah pelayanan keperawatan melalui pendampingan pada saat perawat memberikan asuhan keperawatan secara mandiri. Supervisor dapat memberikan umpan balik dan masukan dalam rangka perbaikan danperawat pelaksana tidak merasa bahwa kegiatan supevisi tersebut merupakan sebuah pengawasan tetapi lebih kea rah bimbingan. Selain itu selama kegiatan supervisi, supervisor dapat memberikan dukungan dan reinforcementuntuk memperbaiki segala sesuatu yang dianggap masih tidak sesuai dengan standar yang ada (Allen dan Armorel, 2010)Sedangkan supervisi secara tidak langsung dilakukan melalui laporan baik secara tertulis maupun lisan. Kelemahan cara ini adalah memungkinkan adanya perbedaan persepsi antara supervisor dan staf perawat karena supervisor tidak melihat secara langsung kegiatan yang dilakukan (Arwani dan Supriyatno, 2005)2.1.14. Kegiatan SupervisiSupervisi merupakan inspeksi terhadappekerjaanorang lain, evaluasi kinerja danmemastikan hasil pekerjaan sudah dilakukan dengan benar. Pendapat sama dipertegas oleh tappen, Weiss, Whitehead (2004 dalam Wahyudi, 2011) kegiatan supervisi lebih kepada pengawasan secara langsung kinerja orang lain. Kegiatan termasuk memastikan apakah pekerjaan sudah selesai dikerjakan dan apa yang belum diselesaikan. Kegiatan supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang terencana seorang manajer melalui aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari (Arwani, 2006 dalam Wahyudi, 2011).

1. Bimbingan dan PembinaanBimbingan yang dilakukan kepala ruangan sebagai supervisor terkait dengan asuhan keperawatan di ruangan. Gilies (1994) menjelaskan bahwa supervisi bersifat fasilitatif karena memberikan pengetahuan terhadap pekerjaan yang diawasi sehingga pelaksana mampu memperbaiki kekurangan sebelum terjadinya masalah yang lebih serius. Pembinaan dimaksudkan untuk mencarikan solusi penyelesaian untuk perbaikan kinerjanya (Sudarmanto, 2009). Kegiatan bimbingan yang diberikan oleh supervisor keperawatan sangat diperlukan agar terjadi perubahan perilaku yang mencakup perubahan mental (kognitif), emosional dan aktifitas fisik (Kron dan Gray, 1987 dalam Lusianah, 2008)2. PengarahanKekuatan mengarahkan orang lain harus menyesuaikan kondisi dan situasi serta kebutuhan staf. Halini memerlukan kemampuan memimpin seorangmanajer keperawatan, sehingga menghasilkan kenyamanan dalam bekerja (Gillies, 1994).3. MemotivasiMemberikan dorongan kepada staf atau bawahan agar dapat bekerja dengan baik untuk meningkatkan kinerjanya. Mekanisme kerja yang baik akan mendorong dari dalam diri dan diharapkan kepuasan kerja akan muncul pada diri karyawan bahkan lebih jauh menumbuhkan komitmen dari karyawan secara mendalam (Sudarmanto, 2009 dalam Wahyudi, 2011). Memotivasi secara positif dan keadilan yang konsisten adalah tanda-tanda dari kepemimpinan yang baik (Swansburg, 2000). 4. Evaluasi KinerjaEvaluasi kinerja merupakan salah satu tahapan manajemen kinerja. Tahapan ini merupakan rangkaian dari penilaian kerja individu yaitu, mengetahui sejauh mana kontribusi individu terhadap organisasi (Sudarmanto, 2009). Oleh karena itu, hal ini sangat penting bagi perawat manajer untuk mempercayai staf namun tetap melakukan verifikasi, percaya bahwa staf melakukan pekerjaan dengan benar, namun tetap memalukan verifikasi secara periodic bahwa tugas tersebut sudah dilakukan dengan baik (McEachen dan Keogh, 2007 dalam Wahyudi, 2011). Hasilkerja yang dicapai oleh perawat dalammelakukan asuhan keperawatan dan mendokumentasikannya perlu dinilai oleh supervisor. Penilaian dilakukan secara terus menerus untuk melihat aspek positif dan negatif yang ditemui pada pelaksanaan kerja perawat (Lusianah, 2008 dalam Wahyudi, 2011)2.2.Konsep Komitmen Organisasi2.2.1.Pengertian Komitmen OrganisasiKomitmen organisasi adalah keinginan anggota organisasi untuk tetap mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi dan bersedia berusaha keras bagi pencapaian tujuan organisasi (Sopiah, 2008). Komitmen organisasi merupakan penerimaan yang kuat dalam diri individu terhadap tujuan dan nilai-nilai perusahaan, sehingga individu tersebut akan berusaha dan berkarya serta memiliki hasrat yang kuat untuk bertahan di perusahaan tersebut (Wijono, 2010). Luthans (2006 dalam Wahyudi, 2011) menjelaskan bahwa komitmen organisasi merupakan sikap. Sikap yang dimaksud didefinisikan sebagai1. Keinginan yang kuat untuk tetap sebagai organisasi tertentu2. Keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi3. Keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasiDengan kata lain, bahwa sikap ini merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan berkelanjutan (Wahyudi, 2011).Kesimpulannya bahwa komitmen organisasi menjadi lebih penting karena merupakan sikap dari individu dalam organisasi untuk mengikatkan dirinya dengan kuat dan loyal terhadap organisasi dengan menerima nilai dan tujuan yang ada dalam organisasi (Wahyudi,2010).2.2.2.Dimensi Komitmen OrganisasiMeyer & Allen (1991 dalam Umam, 2010) merumuskan tiga dimensi komitmen dalam berorganisasi yaitu affective, continuance dan normative. Ketiga hal ini tepatnya dinyatakan sebagai komponen atau dimensi dari komitmen organisasi daripada jenis-jenis komitmen organisasi.1. Komitmen afektifKomitmen ini berkaitan dengan hubungan emosional anggota terhadap organisasinya, identifikasi dengan organisasi, dan keterlibatan anggota dengan kegiatan organisasi. Anggota organisasi dengan komitmen afektif yang tinggi akan terus menjadi anggota dalam organisasi karena memang memiliki keinginan tersebut. Proses terbentuknya komitmen afektif berdasarkan tiga kategori yaitu karakteristik organisasi meliputi sistem desentralisasi. Adanya kebijakan organisasi yang adil, dan cara menyampaikan kebijakan organisasi kepada individu. Selanjutnya, karakteristik individu meliputi usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, kebutuhan untuk berprestasi, etos kerja, dan persepsi individu mengenai kompetensinya. Faktor pengalaman kerja juga mempengaruhi proses pembentukan komitmen afektif melipiti job scope, tantangan dalam pekerjaan, tingkat otonomi individu dan variasi kemampuan yang digunakan individu 2. Komitmen Berkesinambungan (Continuance)Komitmen ini berkaitan dengan kesadaran anggota organisasi sehingga akan mengalami kerugian jika meninggalkan organisasi. Anggota organisasi dengan komitmen berkesinambungan yang tinggi akan terus menjadi anggota organisasi karena memiliki kebutuhan untuk menjadi anggota.Proses terbentuknya dapat berkembang karena adanya berbagai tindakan atau kejadian yang dapat meningkatkan kerugian jika meninggalkan organisasi. Beberapa tindakan atau kejadian ini dapat dibagi menjadi dua variable yaitu investasi dan alternatif. Investasi ini termasuk hal berharga seperti waktu, usaha dan uang yang harus dilepaskan individu jika meninggalkan organisasi, sedangkan alternatif merupakan kemungkinan untuk masuk ke organisasi lain. Proses pertimbangan adalah saat individu mencapai kesadaran akan investasi dan alternatif, berdampak bagi mereka sendiri 3. Komitmen NormatifKomitmen ini menggambarkan perasaan ketertarikan untuk terus berada dalam organisasi. Anggota organisasi dengan komitmen normative yang tinggi akan terus menjadi anggota dalam organisasi tersebut karena merasa dirinya harus berada dalam organisasi tersebut. Proses pembentukan dari komitmen normatif berkembang dari sejumlah tekanan yang dirasakan individu selama proses sosialisasi (keluarga atau budaya) dan selama sosialisasi saat individu baru masuk ke dalam organisasi. Komitmen normatif juga berkembang karena organisasi memberikan sesuatu yang sangat berharga bagi individu yang tidak dapat dibalas kembali. Faktor lain adanya kontrak psikologis antara anggota dengan organisasinya. Kontrak psikologis merupakan kepercayaan diri masing-masing pihak. Bahwa masing-masing akan timbal balik member.Penelitian Jiu (2010) menjelaskan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara kontrak psikologi dalam bekerja berpeluang lebih berkomitmen pada organisasinya dibandingkan dengan perawat yang kurang memiliki kontrak psikologis.2.2.3 Pedoman Untuk Meningkatkan Komitmen OrganisasiPedoman khusus untuk mengimplementasikan sistem manajemen yang mungkin membantu memecahkan masalah dan meningkatkan komitmen organisasi pada diri karyawan (Luthans, 2006) yaitu:1. Berkomitmen pada nilai utama manusia. Membuat aturan tertulis, mempekerjakan manajer yang baik dan tepat dan mempertahankan komunikasi2. Memperjelas dan mengomunikasikan misi, memperjelas misi dan ideology, berkarisma, menggunakan praktik perekrutan berdasarkan nilai, menekankan orientasi berdasarkan nilai stress dan pelatihan selanjutnya membentuk tradisi.3. Menjamin keadilan organisasi. Memiliki prosedur penyampaian keluhan yang komprehensif, menyediakan komunikasi dua arah yang eksentif.4. Menciptakan rasa komunitas. Membangun homogenitas berdasarkan nilai, keadilan, menekankan kerjasama, saling mendukung dan kerja tim, berkumpul bersama.5. Mendukung perkembangan karyawan. Melakukan aktualisasi, memberikan pekerjaan menantang, memajukan dan memberdayakan, mempromosikan, menyediakan aktifitas perkembangan, menyediakan keamanan kepada karyawan.2.2.4 Dampak dari Komitmen OrganisasiKomitmen individu yang kuat akan memudahkan organisasi untuk menggerakkan sumber daya manusia yang ada dalam mencapai tujuan organisasi. Komitmen individu yang kuat terhadap organisasi dapat menghindarkan tingginya angka turn over karyawan. Hal ini berakibat organisasi tidak akan kehilangan sumber daya yang berharga, baik sumber daya manusia yang potensial maupun anggaran untuk mengadakan rekruitmen. Komitmen individu yang kuat terhadap organisasi juga menjadi indicator adanya kepuasan yang relative tinggi terhadap pekerjaan atau kebijakan organisasi. (Sudarmanto, 2009)2.3 Konsep Kinerja2.3.1.Pengertian KinerjaKinerja adalah hasil yang dicapai oleh seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjan yang bersangkutan dan Kinerja perawat yaitu prilaku kerja yang ditampilkan oleh seseorang yang didasari oleh motivasi dan prilaku seorang perawat ( Asad,1984 ).Menurut Mangkunegara (2000) Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (Prestasi kerja atau prestasi sesunguhnya yang dicapai oleh seseorang) dan kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kwantitas yang di capai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.2.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja PerawatWibowo (2007,dalam Cahyono, 2012) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah sebagai berikut: 1) Faktor Individu, ditunjukkan oleh keterampilan, kompetensi yang dimiliki, motivasi dan komitmen individu. 2) Faktor manajer atau pimpinan, ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan dan dorongan yang diberikan manajer dan kepala tim. 3) Faktor tim, ditunjukkan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan kerja. 4) Faktor sistem, ditunjukkan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh organisasi. 5) Faktor situasi, ditunjukkan oleh tingginya tingkat tekanan danperubahan lingkungan internal dan eksternalMenurut Gibson (2000) ada 3 variabel yang berpengaruh terhadap kinerja Perawat : 1) Faktor individu kemampuan, keterampilan, latar belakang, dan demografi. 2) Faktor psikologis: persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi variable ini menurut Gibson banyak dipengaruhi oleh tingkat social pengalaman kerja sebelumnya dan variable demografi. 3) Faktor organisasi: sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain pekerjaan.2.3.3.Prinsip-Prinsip Penilaian Menurut Gillies (1996 dalam Nursallam, 2011), manajer sebaiknya mengamati prinsip-prinsip untuk mengevaluasi bawahan secara tepat dan adil. Prinsip tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:1. Evaluasi pekerja sebaiknya didasarkan pada standar pelaksanaan kerja orientasi tingkah laku untuk posisi yang ditempati (Rombert, 1986 dikutip Gillies , 1996). Deskripsi dan standar pelaksanaan kerja diberikan ke pegawai selama masa orientasi sebagai tujuan yang harus diusahakan. Pelaksanaan kerja sebaiknya dievaluasi berkenaan dengan sasaran-sasaran yang sama.2. Sampel tingkah laku perawat yang cukup representatiif sebaiknya diamati dalam rangka evaluasi pelaksanaan kerja. Perhatian harus diberikan untuk mengevaluasi tingkah laku umum atau tingkah laku konsistennya serta guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.3. Perawat sebaiknya diberi salinan deskripsi kerjanya, standar pelaksanan kerja, dan bentuk evaluasi untuk peninjauan ulang sebelum pertemuan evaluasi. Dengan demikian, baik perawat maupun supervisor dapat mendiskusikan evaluasi dari kerangka kerja yang sama.4. Penilaian pelaksanaan kerja pegawai manajer sebaiknya menunjukan hal-hal yang sudah memuaskan dan menunjukkan hal yang pegawai. Supervisor sebaiknya merujuk pada contoh-contoh khusus mengenai tingah laku yang memuaskan maupun yang tidak memuaskan supaya dapat menjelaskan dasar-dasar komentar yang bersifat evaluatif.5. Jika diperlukan, manajar sebaiknya menjelaskan area mana yang akan diprioritaskan seiring dengan usaha perawat untuk meningkatkan pelaksanaan kerja.6. Pertemuan evaluasi sebaiknya dilakukan pada waktu yang cocok bagi perwat dan manajer sehingga diskusi evaluasi terjadi dalam waktu yang cukup bagi keduanya.7. Laporan evaluasi maupun pertemuan sebaiknya disusun secara terencana sehingga perawat tidak menyadari bahwa pelaksanaan kerjanya sedang dianalisis (Simpson, 1985). Seorang pegawai dapat bertahan dari kecaman seorang manajer yang menunjukan empati atas perasaanya serta menawarkan bantuan untuk menigkatkan pelaksanaan kerjanya.2.3.4.Manfaat Yang Dapat Dicapai Dalam Penilaian KerjaManfaat penilaian kerja dapat dijabarkan menjadi enam hal (Nursalam,2002), yaitu:1. Meningkatkan prestasi kerja staf baik secara individu atau kelompok dengan memberikan kesempatan pada mereka untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri dalam kerangka pencapaian tujuan pelayanan RS.2. Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan pada gilirannya akan mempengaruhi atau mendorong SDM secara keseluruhannya.3. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan meningkatakan hasil karya dan prestasi dengan cara memberikan umpan balik kepada mereka tentang prestasinya.4. Membantu RS untuk dapat menyusun program pengembangan dan pelatihan staf yang lebih tepat guna. RS akan mempunyai tenaga yang terampil untuk pengembangan pelayanan keperawatan dimasa depan.5. Menyediakan alat dan sarana untuk membandingkan prestasi kerja melalui peningkatan gaji atau sistem imbalan yang baik.6. Memberikan kesempatan kepada pegawai atau staf untuk menyampaikan perasaan tentang pekerjaannya atau hal lain yang ada kaitannya melalui jalur komunikasi dan dialog, sehingga dapat mempererat hubungan antara atasan dan bawahan.Dengan manfaat-manfaat tersebut, siapa saja staf yang mempunyai potensi pengembangan karir dapat diidentifikasi sehingga dapat dicalonkan untuk menduduki jabatan serta tanggung jawab yang lebih besar pada masa yang akan datang atau mendapatkan imbalan yang lebih baik. Bagi karyawan yang terhambat disebabkan karena kemauan, motivasi dan sikap yang kurang baik maka perlu diberikan pembinaan berupa teguran atau konseling oleh atasannya langsung.2.3.5. Proses Kegiatan Penilaian KejaPenilaian prestasi kerja merupakan suatu pemikiran sistematis atas individu karyawan mengenai prestasinya dalam pekerjaannya dan potensinya untuk pengembangan (Beach, 1970 dalam Nursalam, 2011).Proses kegiatan penilaian kerja meliputi:1. Merumuskan tanggung jawab dan tugas apa yang harus dicapai oleh staf keperawatan. Rumusan tersebut telah disepakati oleh atasannya sehingga langkah perumusan tersebut dapat memberikan konstribusi berupa hasil.2. Menyepakati sasaran kerja dalam bentuk hasil yang harus dicapai oleh karyawan untuk kurun waktu tertentu dengan penempatan standar prestasi dan tolak ukur yang telah ditetapkan.3. Melakukan monitoring, koreksi dan memberikan kesempatan serta bantuan yang diperlukan oleh stafnya.4. Menilai prestasi kerja staf melalui perbandingan antara prestasi yang dicapai dengan standar yang telah ditetapkan.5. Memberikan umpan balik kepada staf/karyawan yang dinilai. Dalam proses pemberian umpan balik ini atasan dan bawahan perlu membicarakan cara-cara memperbaiki kelemahan yang telah diketahui untuk meningkatkan prestasi pada periode berikutnya.2.3.6.Pengukuran Kinerja Perawat Cara pengukuran kinerja perawat disasarkan pada beberapa criteria yaitu : 1) kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai. 2) Kualitas, yaitu mutu yang harus dihasilkan (baik atau tidaknya). 3) Ketepatan atau kesesuaian waktu, yaitu sesuai dan tidaknya dengan waktu yang telah direncanakan (Wijayanto, 2012).Menurut Depkes RI (1997), standar pelayanan dan asuhan keperawatan berfungsi sebagai alat ukur untuk mengetahui, memantau, dan menyimpulkan apakah pelayanan/asuhan keperawatan yang diselenggarakan dirumah sakit telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan dalam standar. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penerapan standar pelayanan/asuhan keperawatan, perlu dilakukan penilaian secara obyektif dengan menggunakan metode dan instrument penelitian yang baku. Instrumen ini terdiri dari:1. Instrumen AInstrumen A digunakan untuk mengumpulkan data agar dapat menilai kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan pendokumentasian yang ditemukan dalam rekam medic pasien dengan pendokumentasian yang telah ditentukan dalam standar asuhan keperawatan. Aspek yang dinilai dalam instrument ini adalah pengkajian keperawatan, diagnose keperawatan, perencanaan keperawatan, tindakan keperawatan, evaluasi keperawatan dan catatan asuhan keperawatan. Pengisian instrument ini dilakukan oleh perawat dengan criteria perawat terpilih dari ruangan tempat dilakukan evaluasi, perawat yang telah menguasai/memahami proses keperawatan telah mengikuti pelatihan penerapan standar suhan keperawatan di rumah sakit.2. Instrumen BInstrument B digunakan untuk mengumpulkan data tentang persepsi pasien/keluarga terhadap mutu asuhan keperawatan dirumah sakit. Aspek yang dinilai dari instrument B adalah data umum, data pelayanan keperawatan, saran pasien/keluarga untuk perbaikan pelayanan rumah sakit. Pengumpulan data dilakukan oleh perawat kemudian instrumen yang telah diisi oleh pasien atau keluarga diberikan kepada ketua Tim Penerapan Standar Asuhan Keperawatan.3. Instrumen CInstrumen C digunakan untuk mengumpulkan data dan menilai kegiatan keperawatan yang sedang dilakukan oleh perawat. Penilaian digunakan membandingkan hasil observasi yang ditemukan dengan standar asuhan keperawatan / prosedur (SOP) dari rumah sakit tersebut. Perawat yang melakukan penilaian disebut observer. Aspek yang dinilai dalam instrument ini adalah persiapan dan pelaksanaan tiap kegiatan keperawatan. Jenis kegiatan yang dapat diobservasi antara lain pemeriksaan TTV (Tanda-tanda vital), injeksi obat, pemasangan infuse, pemasangan kateter, pemasangan NGT (Nasogastric Tube), dan rawat luka.Ketiga instrument ini satu sama lain saling terkait. Instrument penilaian ini dapat digunakan di semua rumah sakit, yaitu di RS Khusus dan RSU kelas A,B,C dan D baik RS Pemerintah maupun Swasta.2.4 Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap KinerjaKomitmen organisasi memegang peranan penting bagi peningkatan kinerja yang baik dan pengabaian terhadap komitmen pada organisasi akan menimbulkan suatu kerugian. Menurut Morrison (1994, dalam Yuwalliantin 2006) komitmen dianggap penting bagi organisasi karena : (1) Pengaruhnya pada turnover. (2) Hubungannya dengan kinerja yang mengasumsikan bahwa individu yang memiliki komitmen cenderung mengembangkan upaya yang lebih besar pada pekerjaan.Seorang karyawan yang mempunyai komitmen tinggi maka akan berpengaruh terhadap tingginya tingkat kinerja karyawan. Komitmen organisasi lebih dari sekedar kenggotaan formal, karena meliputi sikap menyukai orang dan kesediaan untuk mengusahakan tingkat kinerja yang tinggi bagi organisasi. Komitmen organisasi dalam beberapa penelitiaan dihubungkan dengan kinerja. Semakin tinggi komitmen organisasi maka semakin tinggi pula kinerja karyawan (Tistiningtiyas, 2007).Karyawan yang memilikikomitmen dalam bekerja, makamereka akan memandang usaha dan kinerja yang mereka berikan terhadap organisasi memiliki makna yang positif bagi kesejahteraan organisasi dan kesejahteraan individu mereka sendiri (Diefendorff, dalam Muba, 2009).2.5Pengaruh Supervisi terhadap Kinerja Peran supervisor adalah sebagai pembimbing, kontrol, sebuah teknik pengawasan dan sebagai koreksi terhadap kinerja (Gillies, 1994). Menurut Suarli dan Bahtiar (2009), ada beberapa manfaat dari supervisi yang berhubungan dengan kinerja yaitu, 1. Supervisi dapat lebih meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan, 2. Supervisi dapat lebih meningkatkan efisiensi kerja. Peningkatan efisiensi kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah.Menurut Agung (2009dalam Anwar, 2012) supervisi yang dilakukan oleh atasan merupakan salah satu faktor penentu dalam sistem manajemen dengan tujuan memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung sehingga bawahan memiliki bekal yang cukup untuk melaksanakan pekerjaan.Ada perbedaan yang bermakna antara kinerja perawat dan kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan keperawatan sebelum dilakukan supervisi terstruktur dan sesudah dilakukan supervisi terstruktur. Semakin efektif supervisi yang dilakukan maka semakin baik kinerja perawat dan semakin meningkat kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan keperawatan (Geno, 2007).