73
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera Hindia (WPP 572) yang memiliki potensi besar terhadap pemanfaatan sumberdaya ikan (SDI) baik ikan pelagis maupun ikan demersal. Luas wilayah daratan Kabupaten Aceh Barat mencapai 2.927,95 km 2 atau seluas 292.795 ha, sedangkan panjang garis pantai diperhitungkan 50,55 km dengan luas laut 12 mil atau 233 km 2 daratan (DKP, 2007 diacu dalam Hafinuddin, 2010). Aktivitas penangkapan ikan di Kabupaten Aceh Barat dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis alat tangkap, di antaranya alat tangkap payang, pukat pantai, pukat cincin, jaring hanyut, jaring klitik, jaring insang tetap, jaring tiga lapis (trammel net), rawai hanyut lain selain rawai tuna, rawai dasar, rawai tetap, pancing tonda, pancing ulur dan pancing lainnya (DKP Provinsi Aceh, 2013). Pancing tonda merupakan salah satu alat tangkap yang dominan untuk jenis alat tangkap pancing yang digunakan nelayan di Kabupaten Aceh Barat dalam melakukan aktivitas penangkapan ikan. Pada tahun 2014 jumlah alat tangkap pancing tonda di Kabupaten Aceh Barat mencapai 82 unit atau 12,56% dari 1

Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan

Samudera Hindia (WPP 572) yang memiliki potensi besar terhadap pemanfaatan

sumberdaya ikan (SDI) baik ikan pelagis maupun ikan demersal. Luas wilayah

daratan Kabupaten Aceh Barat mencapai 2.927,95 km2 atau seluas 292.795 ha,

sedangkan panjang garis pantai diperhitungkan 50,55 km dengan luas laut 12 mil

atau 233 km2 daratan (DKP, 2007 diacu dalam Hafinuddin, 2010).

Aktivitas penangkapan ikan di Kabupaten Aceh Barat dilakukan dengan

menggunakan berbagai jenis alat tangkap, di antaranya alat tangkap payang, pukat

pantai, pukat cincin, jaring hanyut, jaring klitik, jaring insang tetap, jaring tiga

lapis (trammel net), rawai hanyut lain selain rawai tuna, rawai dasar, rawai tetap,

pancing tonda, pancing ulur dan pancing lainnya (DKP Provinsi Aceh, 2013).

Pancing tonda merupakan salah satu alat tangkap yang dominan untuk jenis alat

tangkap pancing yang digunakan nelayan di Kabupaten Aceh Barat dalam

melakukan aktivitas penangkapan ikan. Pada tahun 2014 jumlah alat tangkap

pancing tonda di Kabupaten Aceh Barat mencapai 82 unit atau 12,56% dari total

jenis alat tangkap pancing yaitu 588 unit (DKP Provinsi Aceh, 2013).

Pancing tonda (troll line) merupakan alat tangkap yang dikelompokkan ke

dalam alat tangkap pancing (hook and lines). Secara umum, pancing tonda

diarahkan kepada penangkapan ikan pelagis dengan cara ditarik oleh kapal atau

perahu dan menggunakan mata pancing yang bersatu dalam umpan buatan

(Artificial bait) (Diniah, 2008).

Kegiatan usaha perikanan tangkap di Kabupaten Aceh Barat didukung

dengan adanya pelabuhan perikanan tipe D yaitu PPI Ujong Baroh dan PPI Kuala

Bubon. Berdasarkan hasil pengamatan, alat tangkap pancing tonda cenderung

terkonsentrasi di PPI Ujong Baroh. Hal ini dikarenakan fasilitas-fasilitas di PPI

Ujong Baroh lebih lengkap sehingga mendukung aktivitas UPI pancing tonda di

PPI Ujong Baroh.

1

Page 2: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

Operasional penangkapan ikan suatu unit penangkapan ikan (UPI) terdiri

atas aktivitas di fishing base (pelabuhan perikanan) seperti persiapan pembekalan

melaut (BBM, es, air bersih dan lain-lain), persiapan kapal, alat tangkap dan

nelayan. Setelah aktivitas di pelabuhan perikanan, dilanjutkan dengan aktivitas di

fishing ground (daerah penangkapan ikan) dan terakhir adalah kembali ke

pelabuhan perikanan (pembongkaran hasil tangkapan, penambatan kapal di

pelabuhan perikanan dan perawatan kapal serta perawatan alat tangkap). Hanya

saja, aktivitas operasional UPI pancing tonda di PPI Ujong Baroh belum banyak

diketahui. Oleh karena itu, penelitian tingkat operasional UPI pancing tonda di

PPI Ujong Baroh sangat penting untuk dilakukan. Hasil dari penelitian

operasional UPI pancing tonda ini akan dilanjutkan kepada aspek pengembangan

UPI pancing tonda di PPI Ujong Baroh. Sehingga diharapkan hasil penelitian ini

nantinya dapat menjadi informasi dasar dalam pengambilan keputusan oleh

stakeholder dalam pengembangan UPI pancing tonda di PPI Ujong Baroh.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan permaslahan dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kondisi operasional unit penangkapan ikan (UPI) pancing tonda di

PPI Ujong Baroeh selama 5 tahun terakhir?

2. Bagaimana sistem pengembangan operasional pancing tonda yang tepat di

PPI Ujong Baroeh Kabupaten Aceh Barat?

1.3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui kondisi operasional unit penangkapan ikan (UPI) pancing tonda

di PPI Ujong Baroeh Kabupaten Aceh Barat selama 5 tahun terakhir.

2. Mengetahui alternatif pengembangan operasional unit penangkapan ikan

(UPI) pancing tonda di PPI Ujong Baroeh Kabupaten Aceh Barat

2

Page 3: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan solusi dalam upaya peningkatan produksi operasional unit

penangkapan ikan pancing di PPI Ujong Baroeh Kabupaten Aceh Barat.

2. Memperoleh alternatif terbaik dalam pengembangan operasi unit penangkapan

ikan (UPI) pancing tonda dalam usaha perbaikan penangkapan ikan berbasis

ramah lingkungan.

3

Page 4: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Operasional Unit Penangkapan Ikan Pancing Tonda

Aspek teknis dari suatu usaha penangkapan yang perlu diperhatikan

adalah jenis alat dan ukurannya, jenis perahu/kapal, kualifikasi tenaga kerja yang

diperlukan, metode penangkapan, lama trip, jumlah trip per bulan, jumlah trip

tahun, penanganan hasil tangkapan selama operasi, daerah penangkapan, waktu

penangkapan dan kapasitas tangkap dari unit yang diusahakan. Pancing Tonda

merupakan alat tangkap ikan tradisional yang bertujuan untuk menangkap ikan-

ikan jenis pelagis.Pancing Tonda dikelompokan ke dalam alat tangkap pancing

(Hook and Line) (Monintja,1986).

Menurut Monintja (1986) alat penangkapan pancing mempunyai segi-segi

positif, yaitu:

1. Alat-alat pancing tidak susah dan mudah dalam pengoperasiannya.

2. Organisasi usahanya kecil, dengan modal sedikit usaha pancing, sudah dapat

berjalan.

3. Syarat-syarat fishing groundnya relatif sedikit dan dapat dengan bebas

memilih.

4. Pengaruh cuaca, suasana laut relatif kecil.

5. Ikan-ikan yang ditangkap satu per satu sehingga kesegaran dapat terjamin.

Menurut Monintja(1986) dari segi-segi positif di atas, teknik penangkapan

ikan ini mempunyai beberapa kelemahannya, yaitu :

1. Jumlah ikan yang ditangkap relatif sedikit.

2. Umpan sangat berpengaruh terhadap jumlah kali operasi yang dapat

dilakukan.

3. Keahlian pemancing sangat menonjol walaupun tempat, waktu dan

persyaratan lainnya sama, hasil tangkapnya akan berbeda beda satu sama

lainnya.

4. Pancing terhadap ikan adalah pasif, pancing akan di tarik setelah ikan

memakan umpannya.

4

Page 5: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

2.2 Pelabuhan perikanan

2.2.1Fasilitas dan fungsi pelabuhan

Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.

02/MEN/2006 tentang organisasi dan tata kerja pelabuhan perikanan, fasilitas-

fasilitas pelabuhan perikanan umumnya terdiri atas:

1) Fasilitas pokok ialah fasilitas yang diperlukan kapal ikan untuk berlayar keluar

masuk pelabuhan secara aman dan tempat berlabuh bagi kapal-kapal tersebut.

Fasilitas pokok ini terdiri dari penahan gelombang, dermaga, slipway/shipyard,

alur pelayaran, dan turap penahan.

2) Fasilitas fungsional ialah fasilitas pelengkap dari fasilitas pokok untuk

memperlancar pemberian jasa-jasa pelabuhan. Fasilitas ini mencakup rambu

rambu navigasi menara mercusuar, perbengkelan, tempat memperbaiki dan

menjemur alat-alat perikanan, tempat parkir kendaraan, fasilitas penyediaan air

tawar dan bahan bakar, tempat bongkar muat ikan, tempat pelelangan ikan,

fasilitas pengawet, fasilitas pengolahan, fasilitas komunikasi, klinik, rumah

obat, fasilitas perkantoran, tempat rekreasi, fasilitas olahraga, rumah penjaga

dan lain-lain.

3) Fasilitas tambahan yaitu fasilitas yang secara tidak langsung dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan dan memberikan kemudahan

bagi masyarakat umum serta tidak dapat dimasukkan dalam 2 fasilitas di atas.

Fasilitas tersebut antara lain penginapan nelayan, mess operator, perkantoran

pengusaha perikanan, kantor, poliklinik, dan tempat ibadah.

Fungsi pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan Nomor PER. 02/MEN/2006 adalah sebagai sarana penunjang untuk

meningkatkan produksi yang meliputi berbagai kegiatan, yaitu:

1) Pelaksanaan perencanaan, pengembangan, pemeliharaan, dan pemanfaatan

sarana pelabuhan perikanan.

2) Pelaksanaan pelayanan teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran pelabuhan

Perikanan.

3) Pelaksanaan urusan keamanan, ketertiban, dan kebersihan kawasan pelabuhan

Perikanan.

4) Pelaksanaan pengembangan dan fasilitas pemberdayaan masyarakat perikanan

5

Page 6: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

5) Pelaksanaan fasilitasi dan koordinasi di wilayahnya untuk peningkatan

produksi, distribusi, dan pemasaran hasil perikanan.

6) Pelaksanaan fasilitasi pengawasan, penanganan, pengolahan, serta pemasaran

hasil dan mutu hasil perikanan.

7) Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data dan statistik

Perikanan.

8) Pelaksanaan fasilitasi pengembangan dan pengelolaan sistem informasi dan

publikasi hasil riset, produksi, dan pemasaran hasil perikanan di wilayahnya.

9) Pelaksanaan fasilitasi pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari; dan

10) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

2.2.2 Klasifikasi pelabuhan perikanan

Klasifikasi pelabuhan perikanan menurut SK Menteri Kelautan dan

Perikanan No. 10 tahun 2004 memiliki kriteria sebagai berikut:

1 Kelas A, Pelabuhan Perikanan Samudera dengan kriteria:

Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di

wilayah laut teritorial, ZEEI, dan perairan internasional;

Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang

kurangnya 60 GT;

Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan kedalaman kolam

sekurang-kurangnya minus 3 m;

Mampu menampung sekurang-kurangnya 100 kapal perikanan atau jumlah

keseluruhan sekurang-kurangnya 6000 GT kapal perikanan sekaligus;

Jumlah ikan yang didaratkan rata-rata 60 ton/hari;

Ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor;

Memiliki lahan sekurang-kurangnya seluas 30 ha;

Memiliki laboratorium pengujian mutu hasil perikanan; dan Terdapat

industri perikanan.

2 Kelas B, Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) dengan kriteria:

Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di

wilayah laut teritorial dan ZEEI;

6

Page 7: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran

sekurangkurangnya 30 GT;

Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m dengan kedalaman kolam

sekurang-kurangnya minus 3 m;

Mampu menampung sekurang-kurangnya 75 kapal perikanan atau jumlah

keseluruhan sekurang-kurangnya 2250 GT kapal perikanan sekaligus;

Jumlah ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor;

Memiliki lahan sekurang-kurangnya seluas 15 ha;

Memiliki laboratorium pengujian mutu hasil perikanan; dan Terdapat

industri perikanan.

3 Kelas C, Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) dengan kriteria:

Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di

wilayah perairan pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial, dan

wilayah ZEEI;

Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang

kurangnya 10 GT;

Panjang Dermaga sekurang-kurangnya 100 dengan kedalaman kolam

sekurang-kurangnya minus 2 m;

Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah

keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal perikanan sekaligus; dan

memiliki lahan sekurang-kurangnya seluas 5 ha.

4 Kelas D Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dengan kriteria:

Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di

wilayah perairan pedalaman dan perairan kepulauan;

Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran

sekurangkurangnya 3 GT;

Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m dengan kedalaman kolam

sekurang-kurangnya minus 2 m;

Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah

keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT kapal perikanan sekaligus; dan

Memiliki lahan sekurang-kurangnya 2 ha.

7

Page 8: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

2.2.3 Pangkalan pendaratan ikan Ujong Baroeh

Pangkalan pendaran ikan Ujong Baroeh terletak administratif di Meulaboh

Kabupaten Aceh Barat. Pelabuhan ini cukup berhasil pengelolaannya dilihat dari

besaran angka produksi hasil tangkapan yang didaratkan, dibandingkan dengan

pangkalan pendaratan ikan Kuala Bubon.

Pelabuhan pendaratan ikan Ujong Baroeh mempunyai fasilitas pokok dan

fasilitas penunjang. Fasilitas pokok yang terdapat di PPI Ujong Baroeh terdiri atas

dermaga, kolam pelabuhan, jalan kompleks PPI, drainase dan lahan pelabuhan.

Fasilitas fungsional terdiri atas tempat pelelangan ikan (TPI), perkantoran dan

pabrik es. Fasilitas penunjang yang terdapat di PPI Ujong Baroeh meliputi semua

fasilitas yang menunjang aktivitas / memberi kemudahan bagi pelaku dunia usaha

(nelayan, pedagang, pengolah), misalnya balai pertemuan nelayan, musholla,dan

kios. Transportasi untuk mencapai PPI ini cukup mudah dengan kondisi jalan

yang lebar dan beraspal serta dilengkapi dengan lapangan parkir yang luas

(Hafinuddin,2010).

Pangkalan pendaratan ikan Ujong Baroeh dikelola oleh pemerintah daerah

melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Barat. Dalam pengelolaan

aktivitas, Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh Barat telah mempunyai struktur

organisasi yang tertuang dalam keputusan Bupati Aceh Barat nomor : 205 tahun

2005 tentang uraian tugas dan fungsi dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Aceh Barat (Hafinuddin,2010).

Pelaksana pelelangan di pelabuhan ini dilakukan oleh Toke Bangku. Hal

ini terjadi karena umumnya ikan sudah ada pemiliknya yaitu pemberi modal atau

Toke Bangku. Adapun kegiatan yang ada umumnya hanya penimbangan

ikan(Hafinuddin,2010).

2.3 Unit penangkapan pancing tonda

2.3.1 Kapal pancing tonda

Pancing tonda umumnya dioperasikan dengan perahu kecil. Panjangnya

15-20 m dengan mesin diesel dalam berkekuatan 33 HP yang menggunakan 15

pancing. Secara rinci spesifikasi perahu pancing tonda adalah sebagai berikut :1)

Jenis perahu inboard engine; 2) dimensi 11,5 x 2,8 x 1,2 m. 3) bahan kayu

8

Page 9: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

bungur; 4) mesin utama (yanmar 22 PK) dan mesin cadangan (jiondang 18 PK);

5) bahan bakar solar; 6) tanki BBM sebanyak 2 buah dengan kapasitas tiap tangki

250 liter; 7) palkah sebanyak 3 buah, bagian luar dan penutupnya dari kayu,

bagian dalamnya dari alumunium. Penangkapan pancing tonda dilakukan di siang

hari, kegiatan penangkapan bisa menggunakan perahu layar, atau kapal motor

(Subani dan Barus, 1989).

Gambar 1. Kapal pancing tonda

2.3.2 Alat tangkap ikan pancing tonda

Pancing tonda merupakan pancing yang diberi umpan buatan dan ujung

tali pancingnya dikaitkan pada kapal motor atau perahu. Pancing tonda

dikelompokan ke dalam alat tangkap pancing. Pancing tonda atau pancing tarik

merupakan alat penangkap ikan yang masih tradisonal. Nelayan yang

menggunakan pancing tonda biasanya menangkap ikan agak jauh ke tengah laut.

Pancing tonda biasa digunakan pada siang hari karena biasanya umpan yang

digunakan adalah umpan tiruan untuk mengelabuhi penglihatan ikan. Pancing

tonda dalam pengoperasiannya dibantu dengan menggunakan kapal motor

atau perahu. Kapal berfungsi menarik pancing dan membawa hasil

tangkapan. Hasil penangkapan pancing tonda biasanya yaitu ikan-ikan

pelagis. Pancing tonda terdiri dari beberapa bagian yaitu pelampung, tali utama,

pemberat dan mata pancing. Tali utama yang dipakai para nelayan pada pancing

tonda biasanya terbuat dari tali nilon. Pancing tonda dikenal juga dengan sebutan

troll line (Supardi, 2011). Gambar alat tangkap pancing tonda dapat dilihat pada

gambar 2.

9

Page 10: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

Gambar 2. Alat tangkap pancing tonda

2.3.3 Hasil tangkapan pancing tonda

Menurut subani dan barus (1989), salah satu alat tangkap rawai atau

pancing tonda dapat menangkap beberapa ikan pelagis besar, antara lain : tuna

sirip kuning (Thunnus albacares), cakalang (Katsuwonus pelamis), tuna mata

besar (Thunnus obesus), albacora (Thunnus alalunga). Adapun hasil tangkapan

sampingan (by catch) adalah : ikan layaran (Istophorus orientalis), setuhuk putih

(Makaira mazara), ikan pedang (xiphias gladius), setuhuk hitam (Makaira

indica), setuhuk loreng (Tetrapturus mitsukurii), berbagai jenis cucut (cucut

mako, cucut martil dan sejenisnya).

2.3.4 Nelayan

Nelayan adalah aktor utama dalam melakukan kegiatan usaha

penangkapan ikan di laut. Nelayan menurut aktifitasnya dikelompokkan menjadi:

(1) nelayan penuh, yaitu nelayan yang seluruh waktunya digunakan untuk

menangkap ikan; (2) nelayan sambilan utama, yaitu nelayan yang sebagian besar

waktunya digunakan untuk menangkap ikan; dan (3) nelayan sambilan tambahan,

yaitu nelayan yang hanya sebagian kecil waktunya digunakan untuk menangkap

ikan. Jumlah nelayan yang dibutuhkan untuk pengoperasian setiap unit

penangkapan ikan tergantung dari ukuran kapal/perahu yang digunakan, jenis alat

tangkap, dan tingkat teknologi yang digunakan (Direktorat Jenderal Perikanan

Tangkap, 2010)

10

Page 11: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

2.4 Analisis strength weakness opportunity threat(SWOT)

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunity), namun secara

bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).

Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan

misi, tujuan, strategi, dan kebijakan. Maka, perencana strategis harus menganalisis

faktor-faktor strategis (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam

kondisi saat ini. Hal ini disebut analisis situasi. Model yang paling populer untuk

analisis situasi adalah Analisis SWOT (Rangkuti, 1997).

Data yang sudah didapat kemudian dianalisis untuk memperoleh faktor-

faktor internal dan eksternal. Analisis internal terdiri dari kekuatan dan

kelemahan, sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman.Analisis

SWOT juga disebut sebagai analisa situasi dan juga kondisi yang bersifat

deskriptif (memberi suatu gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan juga

kondisi sebagai sebagai faktor masukan, lalu kemudian dikelompokkan menurut

kontribusinya masing-masing (Rangkuti,1997).

SWOT adalah singkatan dari:S = Strength (kekuatan),W = Weaknesses

(kelemahan),O = Opportunities (Peluang), T = Threats (ancaman). Adapun

penjelasan adalah sebagai berikut (Rangkuti,2004) :

1. Strenght (S) yaitu analisis kekuatan, situasi ataupun kondisi yang merupakan

kekuatan dari suatu organisasi atau perusahaan pada saat ini.  Yang perlu di

lakukan di dalam analisis ini adalah setiap perusahaan atau organisasi perlu

menilai kekuatan-kekuatan dan kelemahan di bandingkan dengan para

pesaingnya. Misalnya jika kekuatan perusahaan tersebut unggul di dalam

teknologinya, maka keunggulan itu dapat di manfaatkan untuk mengisi segmen

pasar yang membutuhkan tingkat teknologi dan juga kualitas yang lebih maju.

2. Weaknesses (W) yaitu analisi kelemahan, situasi ataupun kondisi yang

merupakan kelemahan dari suatu organisasi atau perusahaan pada saat ini.

Merupakan cara menganalisis kelemahan di dalam sebuah perusahaan ataupun

organisasi yang menjadi kendala yang serius dalam kemajuan suatu perusahaan

atau organisasi.

11

Page 12: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

3. Opportunity (O) yaitu analisis peluang, situasi atau kondisi yang merupakan

peluang diluar suatu organisasi atau perusahaan dan memberikan peluang

berkembang bagi organisasi dimasa depan. Cara ini adalah untuk mencari

peluang ataupun terobosan yang memungkinkan suatu perusahaan ataupun

organisasi bisa berkembang di masa yang akan depan atau masa yang akan

datang.

4. Threats (T) yaitu analisis ancaman, cara menganalisis tantangan atau ancaman

yang harus dihadapi oleh suatu perusahaan ataupun organisasi untuk

menghadapi berbagai macam faktor lingkungan yang tidak menguntungkan

pada suatu perusahaan atau organisasi yang menyebabkan kemunduran. Jika

tidak segera di atasi, ancaman tersebut akan menjadi penghalang bagi suatu

usaha yang bersangkutan baik di masa sekarang maupun masa yang akan

datang.

Tabel 1.Diagram matrik SWOT

IFAS EFAS

STRENGTHS (S)

Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal

WEAKNESSES (W)

Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal

OPPORTUNITIES (O)

Tentukan 5-10 faktor-faktor peluang eksternal

STRATEGI SO

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memamfaatan peluang

STRATEGI WO

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memamfaatkan peluang

TREATHS (T)

Tentukan 5-10 faktor-faktor ancaman eksternal

STRATEGI ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

STRATEGI WT

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Sumber : Rangkuti 2004

12

Page 13: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penyusunan matrik SWOT

adalah :

1. Tentukan faktor-faktor strategis peluang eksternal perusahaan

2. Tentuan faktor-faktor strategis ancaman eksternal perusahaan

3. Tentukan faktor-faktor strategis kekuatan internal perusahaan

4. Tentukan faktor-faktor strategis kelemahan internal perusahaan

5. Sesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan

strategi S-O

6. Sesuaikan kelemahan internal dengan dengan peluang eksternal untuk

mendapatkan strategi W-O

7. Sesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan

strategi S-T

8. Sesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan

strategi W-T

13

Page 14: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan tempat penelitian

Pengumpulan data di lapangan telah dilaksanakan pada bulan November

tahun 2015. Tempat penelitian di Pangkalan Pendaratan Ikan Ujong Baroeh

Kabupaten Aceh Barat.

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.

Metode survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan

menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Survei dilakukan dengan

wawancara dan pengisian kuesioner kepada responden (Effendi, 2012). Diagram

alir metode penelitian bisa di lihat pada gambar 3.

Gambar 3. Diagram alir penelitian

14

Operasional UPI Pancing Tonda

Metode Penelitian

Data Primer Data Sekunder

Analisis Data

Analisis Deskriptif Analisis SWOT

Operasional Alternatif

Survei

Kesimpulan

Page 15: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengambilan data yang digunakan pada penelitian ini adalah

purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel

dengan wawancara langsung kepada sumber informasi yang diperlukan bagi

penelitiannya (Arikunto,2002). Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer

dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer akan diperoleh secara langsung dengan melakukan wawancara

kepada nelayan di PPI Ujong Baroh. Berdasarkan panduan dan pertanyaan

(kuisoner). Wawancara dilakukan untuk mendapat informasi tentang operasional

unit penangkapan ikan (UPI) pancing tonda.

Pengumpulan data primer berdasarkan sumber dan informasi yang diperoleh

dapat dilihat pada tabel 2:

Tabel 2: Data primer berdasarkan sumber dan informasi yang diperoleh

No Sumber Data

Informasi Jumlah Responden

1 Nelayan Operasional unit penangkapan ikan (UPI) pancing tonda dan pengembangannya di PPI Ujong Baroeh.

20 orang berdasarkan jumlah armada penangkapan

Adapun jumlah responden nelayan yang diambil dalam penelitian ini

menggunakan rumus Pengambilan sampling dalam (Arikunto, 2002).

n=25% xN

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N= Jumlah Populasi

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari catatan dan laporan dari Pangkalan

Pendaratan Ikan (PPI) Ujong Baroeh dan Dinas Perikanan & Kelautan Aceh

Barat. Adapun data sekunder yang dikumpulkan pada penelitian ini dapat dilihat

pada tabel 3:

15

Page 16: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

Tabel 3: Data sekunder berdasarkan sumber dan informasi yang diperoleh

No Sumber Data

Informasi

1 Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Aceh

a. Jumlah armada penangkapan ikan Kabupaten Aceh Barattahun 2010-2014

b. Jumlah alat tangkap Kabupaten Aceh Barattahun 2010-2014

c. Jumlah nelayan Kabupaten Aceh Barat tahun 2010-2014d. Produksi dan nilai produksi yang didaratkan di

Kabupaten Aceh Barat tahun 2010-20142 Bappeda Peta lokasi penelitian (Peta posisi PPI Ujong Baroeh)3 BPS

Kabupaten Aceh Barat

Letak geografis Kabupaten Aceh Barat

3.4 Tahapan Penelitian

Penelitian ini menggunakan 2 tahap. Tahap pertama penelitian tentang

operasional unit penangkapan ikan (UPI) pancing tonda di PPI Ujong Baroeh.

Hasil dari penelitian tahap pertama dijadikan acuan untuk menyusun kuesioner

pengembangan SWOT. Kemudian data dianalisis menggunakan analisis SWOT.

Barulah didapatkan alternatif pengembangan unit penangkapan ikan (UPI)

pancing tonda. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4

Tahap I

Tahap II

Gambar 4. Tahapan penelitian

16

Analisis operasional UPI pancing tonda di PPI Ujong

Baroeh

Acuan pengembangan SWOT program pengembnagan UPI

pancing tonda

Analisis data SWOT

Alternatif pengembangan UPI Pancing tonda

Page 17: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

3.5 Metode Analisis Data

3.5.1 Analisis operasional unit penangkapan ikan (UPI) pancing tonda

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk menjelaskan

operasional unit panangkapan ikan (UPI) pancing tonda dari persiapan,

penentuan daerah penangkapan ikan, perjalanan, proses penangkapan,

pengangkutan dan pengelolaan hasil tangkapan di atas kapal, dan pendaratan.

Analisis deskriptif adalah bagian dari statistika yang mempelajari alat, teknik, atau

prosedur yang digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan kumpulan

data atau hasil pengamatan yang telah dilakukan. Kegiatan – kegiatan tersebut

antara lain adalah kegiatan pengumpulan data, pengelompokkan data, penentuan

nilai dan fungsi statistik, serta pembuatan grafik, diagram dan gambar

(Erfan,2007).

3.5.2 Analisis pengembangan kegiatan unit penangkapan ikan (UPI)

pancing tonda

Analisis yang di gunakan dalam kegiatan pengembangan unit penangkapn

ikan (UPI) pancing tonda menggunakan analisis SWOT. Menurut Rangkuti

(2004) analisis SWOT merupakan cara sistematis untuk mengidentifikasi faktor-

faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi dan strategi

yang menggambarkan kecocokan yang paling baik di antaranya. Analisis ini

didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan

kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman

(Rangkuti,2004).

3.5.3 Kriteria Penilaian dalam SWOT

1. Bobot : adalah faktor persentasi seberapa pentingnya variabel atau indikator

di dalam perusahaan yang sejenis pada umumnya. Total dari bobot untuk

masing-masing analisa adalah 100.

2. Skala : adalah penilaian yang diberikan untuk kondisi atau keadaan yang

sudah berjalan selama ini di dalam perusahaan.

• Skala 1 : untuk kondisi yang sangat lemah

• Skala 2 : untuk kondisi lemah

• Skala 3 : untuk kondisi sedang atau normal

• Skala 4 : untuk kondisi kuat atau unggul

17

Page 18: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

• Skala 5 : untuk kondisi sangat kuat atau sangat unggul

3. Nilai : adalah perkalian antara bobot dan skala yang akan menjadi ukuran untuk

menentukan posisi perusahaan secara umum.

100 : untuk kondisi yang sangat lemah

101-200 : untuk kondisi lemah

201-300 : untuk kondisi sedang atau normal

301-400 : untuk kondisi kuat atau unggul

401-500 : untuk kondisi sangat kuat atau sangat unggul.

18

Page 19: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

BAB IV

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1. Letak geografis lokasi penelitian

Secara geografis KabupatenAceh Barat terletak antara 04°06'-04°47'

Lintang Utara dan 95°52'- 96°30' Bujur Timur. Wilayah KabupatenAceh Barat

berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya dan Pidie jaya di sebelah utara, dan

sebelah timur Kabupaten Aceh Tengah dan sebelah barat Samudra Indonesia

Kabupaten Nagan Raya di sebelah barat dan selatan (BPS Aceh Barat, 2014).

Kabupaten Aceh Barat terletak dibagian ujung pulau sumatera dipesisir

Barat, luas wilayah Kabupaten Aceh Barat mencapai 2.927,95 Km2 atau seluas

292,795 Ha sedangkan panjang garis pantai diperhitungkan 50.55 Km dengan luas

laut 12 mil atau 233 Km2 daratan (DKP, 2007 diacu dalam Hafinuddin, 2010)

Kabupaten ini memiliki empat kecamatan yang berbatasan lansung dengan

Samudera Indonesia dan empat diantaranya merupakan Kecamatan pesisir yaitu

Kecamatan Johan Pahlawan, Meureubo, Samatiga dan Kecamatan Arongan

Lambalek. Sedangkan kecamatan daratan ada 8 yaitu Kaway XVI, Sungai Mas,

Pantee Ceureumen, Panton Ree, Bubon, Woyla, Woyla Barat dan Woyla Timur.

PPI Meulaboh berlokasi di Desa Ujong Baroh, Kecamatan Johan

Pahlawan. Luas Wilayah Kecamatan Johan Pahlawan adalah 44,91 Km2 atau 1,53

% dari luas kabupaten (BPS Aceh Barat, 2014).

4.2. Keadaan umum Perikanan laut Aceh Barat

Kabupaten Aceh Barat memiliki kekayaan sumberdaya perikanan yang

cukup besar dan memiliki peluang yang cukup menjanjikan untuk pengembangan

sub sektor perikanan khususnya perikanan tangkap. Diperkirakan potensi

perikanan laut di perairan Aceh Barat pada tahun 2013 mencapai 12.556,5 ton,

dengan nilai Rp. 246.794.334 (DKP Provinsi Aceh,2013).

19

Page 20: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

4.2.1 Alat tangkap

Berdasarkan data DKP Provinsi Aceh tahun 2014, di Kabupaten Aceh

Barat jumlah alat tangkap ikan pada tahun 2014mencapai 849 unit, yang

didominasi oleh pancing (Hook and lines )653 unit, pukat kantong (Seine Nets) 20

unit, jaring insang (Gill Nets) 155 unit dan perangkap (Traps) 3 unit. Jenis dan

jumlah alat tangkap dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Jenis dan jumlah alat tangkap tahun 2010 -2014

No Alat tangkap Tahun2010 2011 2012 2013 2014

1 Pukat Udang   0 0 0 0 0

Sub Total 0 0 0 0 0

2Pukat

kantong/sei-ne net

Pukat Payang 15 15 15 15 15Dogol 0 0 0 0 0Pukat pantai 7 5 5 5 5

Sub Total 22 20 20 20 203 Pukat Cincin   21 21 21 21 21

Sub Total 21 21 21 21 21

4 Jaring Insang

Jaring Insang hanyut 27 27 27 27 65

Jaring lingkar 27 27 0 0 0Jaring Klitik 30 30 30 30 30Jaring insang tetap 26 26 26 26 26

Jaring tiga lapis 34 34 34 34 34Sub Total 144 144 117 117 155

    Jaring angkat 70 0 0 0 0

5 Pancing / hook

Rawai tuna 0 65 0 0 0

Rawai hanyut 45 45 45 45 45Rawai tetap 137 127 127 127 127Rawai tetap dasar 0 35 35 35 35

Pancing tonda 82 82 82 82 82Pancing ulur 32 32 32 32 97Pancing lainnya 374 267 267 267 267

Sub Total 740 653 588 588 6536 Perangkap Bubu 3 3 17 3 3    Sub total   3 3 17 3 3

Total Alat Tangkap 930 841 763 749 849

20

Page 21: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

Lanjutan tabel 4. Jenis dan jumlah alat tangkap tahun 2010 – 2014Pertumbuhan alat tangkap per

tahun 0 -9,57 -9,27 -1,83 13,35Rata rata pertumbuhan per tahun -1,47  

Sumber: DKP Provinsi Aceh, 2010 – 2014

Berdasarkan data yang diperoleh, rata-rata pertumbuhan pertahun jumlah

alat tangkap pada tahun 2011 mengalami penurunan sebesar -9.57% per tahun,

pada tahun 2012 jumlah alat tangkap tidak mengalami pertumbuhan dari tahun

sebelumnya -9,27% per tahun dan pada tahun 2013 jumlah alat tangkap

mengalami penurunan sebesar -1,83% per tahun, sedangkan pada tahun 2014

jumlah alat tangkap mengalami kenaikan sebesar 13,35% per tahun. Dan untuk

rata-rata pertumbuhan pertahun jumlah alat tangkap ikan di Kabupaten Aceh

Barat sebesar -1,47% tahun.

Gambar 5. Grafik perkembangan alat tangkap tahun 2010 - 2014

Berdasarkan gambar diatas jumlah alat tangkap, maka dapat diketahui

jumlah alat tangkap pada tahun 2010 merupakan jumlah alat tangkap tertinggi

yang mencapai 930 unit, pada tahun 2011 mencapai 841 unit, sedangkan pada

tahun 2012 merupakan jumlah alat tangkap terendah yang mencapai 763 unit,

pada tahun 2013 mencapai 749 unit dan pada tahun 2014 mencapai 849 unit.

21

2010 2011 2012 2013 20140

100200300400500600700800900

1000 930841

763 749849

Tahun

Alat

Tan

gkap

Uni

t)

Page 22: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

Pukat kantong/sein 2% Pukat cicncin

3%

Panc-ing /hook77%

Jaring insang18%

Perangkap 0%

Gambar 6. Persentase jumlah alat tangkap tahun 2014

Persentase jumlah alat tangkap pada tahun 2014 diantaranya meliputi

pukat kantong 2%, pukat cincin 3%, jaring insang 18% dan pancing mencapai

79%, perangkap 0%.

4.2.2 Armada penangkapan ikan

Berdasarkan dataDKP Provinsi Aceh 2014 jumlah armada penangkapan

ikan di Kabupaten Aceh Barat mencapai 848 unit, yang didominasi oleh armada

perahu kapal motor 559 unit. Rincian data jumlah armada penangkapan dapat

dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah armada penangkapan pada tahun 2010 – 2014

Armada 2010 2011 2012 20132014

Perahu tanpa motor

Jukung 74 74 74 74 74

Kecil 93 93 93 93 93

Sedang 41 41 41 41 41

Besar 7 7 7 7 7

Sub Total 215 215 215 215 215Pertumbuhan per tahun Perahu tanpa motor 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00Rata rata pertumbuhan per tahun perahu tanpa motor  

perahu motorMotor tempel 74 74 74 74 74

  Kapal Motor 565 565 565 559 559

Sub Total 639 639 639 633 633

22

Page 23: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

Lanjutan tabel 5. Jumlah armada penangkapan tahun 2010 - 2014 Pertumbuhan per tahun Perahu Motor 0,00 0,00 0,00 -0,94 0,00

Rata rata pertumbuhan per tahun perahu motor -0,19  

Total 854 854 854 848 848Pertumbuhan per tahun Armada

Penangkapan Ikan 0,00 0,00 0,00 -0,70 0,00Rata rata pertumbuhan per tahun -0,14  

Sumber: DKP Provinsi Aceh, 2010 - 2014; diolah kembali

Adapun rata-rata pertumbuhan per tahun armada perahu tanpa motor tidak

mengalami pertumbuhan per tahunnya selama periode tahun 2010-2014,

sedangkan untuk armada perahu motor rata-rata pertumbuhan per tahunnya

mengalami penurunan sebesar -.0,19% , dan untuk armada penangkapan ikan dari

tahun 2010-2014 rata-rata pertumbuhan pertahun mengalami penurunan yaitu

sekitar -0.14 % per tahun.

2010 2011 2012 2013 2014845846847848849850851852853854855 854 854 854

848 848

Tahun

Arm

ada

(Uni

t)

Gambar 7. Grafik Pertumbuhan armada penangkapan tahun 2010 - 2014

Berdasarkan gambar diatas maka dapat diketahui, jumlah armada

penangkapan tahun 2010-2012 mencapai 854 unit, dan tidak mengalami

penurunan maupun kenaikan dari tahun sebelunya, sedangkan pada tahun 2013-

2014 jumlah armada penangkapan mengalami penurunan yaitu mencapai 848 unit.

23

Page 24: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

Perahu tanpa motor25%

Perahu motor75%

Gambar 8. Persentase jumlah armada tahun 2014

Persentase jumlah armada penangkapan ikan pada tahun 2014 untuk

perahu tanpa motor jumlah persentasenya sekitar 25%, persentase ini lebih rendah

dibandingkan dengan perahu motor mencapai jumlah persentase sekitar 75%.

4.2.3Volume produksi dan nilai produksi perikanan laut

Perkembangan produksi dan nilai produksi perikanan laut selama periode

2010-2014 di PPI Ujong Baroeh mengalami kenaikan yang cukup baik dengan

didukung oleh tingginya nilai jual ikan. Nilai produksi tertinggi dalam lima tahun

terakhir ini terjadi pada tahun 2014 dengan produksi perikanan sebesar 12.767

ton/tahun dengan nilai produksi Rp. 250.988.543. Nilai produksi yang terendah

dalam lima tahun terakhir ini terjadi pada tahun 2010 dengan produksi perikanan

sebesar 11.217 ton/tahun dengan nilai produksi Rp.155.903.166,50.

Perkembangan produksi perikanan laut periode 2010-2014 di PPI Ujong Baroeh

dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Perkembangan produksi perikanan laut Kabupaten Aceh Barat selama

periode tahun 2010 – 2014.

Tahun Volume produksi (Ton) Pertumbuhan per tahun

2010 11.217,00 0,002011 10.715,60 -4,472012 12.400,60 15,722013 12.557 1,2572014 12.767 1,677

Pertumbuhan rata-rata per tahun 2,84Sumber : DKP Provinsi Aceh,2013; diolah kembali

24

Page 25: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

2010 2011 2012 2013 20149,500

10,00010,50011,00011,50012,00012,50013,000

11,21710,716

12,401 12,55712,767

Tahun

Vol

ume

prod

uksi

(ton

)

Gambar 9. Grafik volume produksi tahun 2010 – 2014

Dari data yang diperoleh volume produksi tertinggi terjadi pada tahun

2014 yaitu sebesar 12.767 ton. Sedangkan volume produksi terendah terjadi

pada tahun 2011 yaitu sebesar 10.715.60 ton. Dan rata-rata pertumbuhan

pertahun volume produksi sebesar 2.84%. Nilai produksi dari 2010-2014 dapat

dilihat di tabel 7.

Tabel 7. Nilai produksi Kabupaten Aceh Barat tahun 2010 – 2014

Tahun Nilai produksi (x Rp 1000) Pertumbuhan per tahun

2010 155.903.166,50 0,002011 199.635.418,40 28,052012 249.697.905,80 25,082013 246.794.334 -1,1632014 250.988.543 1,699

Pertumbuhan rata-rata per tahun 10,73Sumber: DKP Provinsi Aceh, 2010 - 2014; diolah kembali

2010 2011 2012 2013 2014000

50,000,000

100,000,000

150,000,000

200,000,000

250,000,000

300,000,000

Tahun

Nila

i pro

duks

i (x

Rp

1000

)

Gambar 10. Grafik nilai produksi tahun 2010 - 2014

25

Page 26: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

Dari data yang diperoleh nilai produksi tertinggi terjadi pada tahun 2014

yaitu Rp.250.988.543 . Sedangkan nilai produksi terendah terjadi pada tahun 2010

sebesar Rp. 155.903.166,50. Dan untuk rata-rata pertumbuhan per tahun berkisar

10,73%.

4.2.4 Nelayan

Nelayan merupakan bagian dari unit penangkapan ikan yang memegang

peranan penting dalam keberhasilan operasi penangkapan ikan. Peranan tersebut

didasarkan pada kemampuan nelayan dalam menggunakan dan mengoperasikan

alat tangkap serta pengalaman dalam menentukan fishing ground (daerah

penangkapan ikan). Nelayan di Kabupaten Aceh Barat di bagi ke dalam tiga

kategori yaitu nelayan penuh, nelayan sambilan utama, dan nelayan sambilan

tambahan. Nelayan penuh yaitu nelayan yang seluruh waktunya untuk menangkap

ikan. Nelayan sambilan utama nelayan yang sebagian besar waktunya untuk

menangkap ikan, dan nelayan sambilan tambahan nelayan yang hanya sebagian

kecil waktunya digunakan untuk menangkap ikan. Nelayan berdasarkan kategori

dapat di lihat pada tabel 8.

Tabel 8. Nelayan berdasarkan kategori tahun 2010 – 2014

Tahun

Kategori NelayanTotal Pertumbuha

n per tahunNelayan Penuh

Nelayan Sambilan Utama

Nelayan Sambilan Tambahan

2010 1.134 582 33 1.749 0,00

2011 1.134 582 33 1.749

0

2012 1.134 582 33 1.749

0

2013 1.987 608 61 2.656 51,86

2014 1.987 608 61 2.656 0,00

Rata-rata pertumbuhan per tahun 10,37Sumber : DKP Provinsi Aceh tahun 2010 - 2014; diolah kembali

26

Page 27: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

2010 2011 2012 2013 20140

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

1,749 1,749 1,749

2,656 2,656

Tahun

Nel

ayan

(Jiw

a)

Gambar 11. Diagram kategori nelayan tahun 2010 - 2014

Berdasarkan data Statistik Perikanan Provinsi Aceh 2010-2014, jumlah

nelayan tertinggi terjadi pada tahun 2013-2014 yaitu mencapai 2.656 jiwa

sedangkan jumlah nelayan terendah terjadi pada tahun 2010-2012. Rata-rata

pertumbuhan per tahun jumlah nelayan Kabupaten Aceh Barat yaitu sebesar

10,37% per tahun.

Nelayan penuh75%

Nelayan sambilan

utama23%

Nelayan sambilan tambahan

2%

Gambar 12. Persentase nelayan berdasarkan kategori tahun 2014

Persentase nelayan berdasarkan kategori pada tahun 2014. Nelayan penuh

sebesar 75%, nelayan sambilan utama sebesar 23% dan nelayan sambilan

tambahan sebesar 2%.

4.2.5 Musim dan daerah penangkapan

Aceh Barat mengenal adanya dua musim yang berpengaruh terhadap

aktivitas penangkapan ikan, yaitu musim barat dan musim timur. Musim timur

biasanya terjadi pada bulan Oktober sampai April, musim ini adalah musim

27

Page 28: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

melaut bagi nelayan dalam menangkap ikan. Sedangkan musim barat adalah

sebaliknya yaitu kondisi di mana nelayan tidak melaut yang ditandai dengan

kondisi cuaca yang buruk, angin bertiup kencang disertai badai musim barat

terjadi sekitar bulan Mei - September

Armada penangkapan ikan yang ada di Kabupaten ini didominasi oleh

armada kapal motor dengan ukuran grosstonase yang besar (5 – 10 GT), yaitu

sebanyak 534 unit (DKP Provinsi Aceh,2013) maka diduga jarak tempuh armada

tersebut jauh dari perairan Aceh Barat atau diprediksikan nelayan Kabupaten ini

melaut dengan radius 150 mil ke arah laut lepas.

28

Page 29: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Unit Penangkapan Ikan (UPI) Pancing Tonda

Pancing tonda merupakan salah satu alat tangkap yang dominan untuk

jenis alat tangkap pancing yang digunakan nelayan di Kabupaten Aceh Barat

dalam melakukan aktivitas penangkapan ikan. Pada tahun 2014 jumlah alat

tangkap pancing tonda di Kabupaten Aceh Barat mencapai 82 unit atau 12,56%

dari total jenis alat tangkap pancing yaitu 588 unit (DKP Provinsi Aceh, 2013).

Unit pancing tonda merupakan satu kesatuan teknis dalam operasi penangkapan

ikan yang terdiri dari kapal, alat tangkap, daerah penangkapan ikan dan nelayan.

Dalam operasional unit penangkapan ikan (UPI) pancing tonda terdiri atas tiga

aktivitas yaitu persiapan pembekalan melaut, kegiatan penangkapan dan kegiatan

paska penangkapan.

5.1.1.1 Kapal pancing tonda

Armada penangkapan Pancing tonda di PPI Ujong Baroeh pada umumnya

berupa kapal motor. Kapal pancing tonda yang ada di PPI Ujong Baroeh memiliki

ukuran GT yang bervariasi, dengan kisaran 5 - 12 GT. Hasil wawancara dengan

nelayan pancing tonda mengatakan bahwa jumlah palkah pada kapal pancing

tonda adalah 3 buah, 2 buah diantaranya terdapat dibagian depan kapal dan 1 buah

terdapat dibagian belakang. Kapasitas palkah pada pancing tonda dapat

menampung hasil tangkapan sebesar 5 ton. Gambar kapal pancing tonda dapat

dilihat pada gambar 13.

29

Page 30: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

Gambar 13. Kapal pancing tonda

Kasko kapal pada kapal pancing tonda yang terdapat di PPI Ujong Baroeh

adalah round flat bottom yaitu tipe kasko kapal dengan bentuk bulat yang rata

bagian bawahnya.

Sumber : Rouf, 2004

5.1.1.2 Alat tangkap pancing tonda

Alat tangkap pancing tonda atau yang lebih dikenal nelayan dengan

sebutan pancing tuna atau pancing tongkol sudah lama digunakan oleh nelayan

Ujong Baroeh. Alat tangkap ikan pelagis ini terdiri dari beberapa bagian yaitu tali

utama, pemberat, mata pancing dan roll pengulung. Komponen alat tangkap

pancing tonda dapat dilihat pada tabel 9 dan gambar 14.

30

Page 31: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

Tabel 9. Komponen alat tangkap pancing tonda

No Komponen alat tangkap Ukuran Jumlah1 Tali utama 120 12 Tali cabang 70 213 Pemberat  12 kg 24 Mata pancing  no 9 215 Roll penggulung _ 5

Gambar 14. Alat tangkap pancing tonda

5.1.1.3 Nelayan

Kegiatan penangkapan unit penangkapan ikan pancing tonda di Ujong

Baroeh menggunakan tenaga kerja sebanyak 3 orang yaitu terdiri dari nahkoda,

pawang dan ABK merangkap juru masak. Pada umumnya nelayan pancing tonda

PPI Ujong Baroeh tinggal di Padang Serahet Kecamatan Johan Pahlawan

Kabupaten Aceh Barat.

5.1.1.4 Volume dan nilai produksi pancing tonda

Berdasarkan tabel 10 volume produksi pancing tonda tertinggi terjadi pada

tahun 2012 mencapai 2449,9 ton dengan nilai produksi Rp. 49.313,29. Pancing

tonda menyumbang sebesar 17,16% dari total produksi Kabupaten Aceh Barat.

31

Page 32: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

Tabel 10. Volume dan nilai produksi pancing tonda

Tahun Volume produksi Nilai produksi (x Rp 1000)2010 560,7 7.793,072011 543,6 10.127,462012 2449,9 49.313,292013 2177,5 42.798.125,462014 2191,5 43.082.719.80

Sumber :DKP Provinsi Aceh 2010-2014; data diolah kembali

5.1.1.5 Penentuan daerah penangkapan

Penentuan daerah penangkapan ikan (fishing ground) merupakan salah satu

faktor yang menentukan keberhasilan operasi penangkapan ikan. Pada umumnya

nelayan Ujong Baroeh melakukan penangkapan ke Pantai Murami (Sabang),

Pantai Kausar (Sinabang) dan garis merah (perbatasan laut Hindia). kegiatan

penentuan daerah penangkapan oleh nelayan pancing tonda dilakukan dengan

memanfaatkan informasi dari nelayan lainnya. Selain itu, nelayan juga

menggunakan teknologi berupa GPS (Global Positioning System) untuk

menyimpan titik koordinat daerah penangkapan sebelumnya yang dinilai

potensial. GPS (Global Positioning System) juga berfungsi untuk menuju lokasi

penangkapan yang dinilai potensial yang diperoleh dari informasi sesama nelayan.

5.1.2 Operasional unit penangkapan ikan (UPI) pancing tonda

5.1.2.1 Kegiatan pembekalan melaut

Pembekalan melaut UPI pancing tonda di PPI Ujong Baroeh terdiri atas

kebutuhan BBM, air bersih, es balok dan kebutuhan logistik. Kebutuhan

pembekalan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan operasi penangkapan ikan,

baik untuk kapal, mesin kapal, maupun nelayan. Nilai total perbekalan dalam satu

trip adalah berkisar antara Rp 8.000.000 - Rp 12.000.000-, tergantung ukuran

kapal, jumlah ABK yang melaut, dan lama operasi.

1. Bahan bakar minyak (BBM)

BBM merupakan kebutuhan pokok dalam unit penangkapan ikan (UPI)

pancing tonda. Dalam satu trip penangkapan ikan, nelayan membawa BBM

32

Page 33: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

sekitar 600 - 1000 liter. Untuk memenuhi kebutuhan BBM, nelayan mendapatkan

BBM ke luar area PPI, dimana nelayan harus memperlihatkan dokumen yang

menujukkan bahwa BBM tersebut digunakan untuk kebutuhan melaut.

Adapun kendala yang dihadapi saat aktivitas persediaan BBM adalah

nelayan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk pengangkutan BBM dari

SPBU terdekat ke area PPI dengan menggunakan becak. Satu trip lama melaut

unit penangkapan ikan (UPI) pancing tonda 7 – 15 hari. Persediaan BBM yang

dibawa kapal pancing tonda dapat dilihat pada tabel 11 dan gambar 15.

Tabel 11. Estimasi kebutuhan BBM UPI pancing tonda

No Lama melaut (hari) Kebutuhan BBM 1 15 1000 liter2 12 800 liter3 7 600 liter

Sumber : Hasil wawancara dengan 10 orang nelayan pancing tonda

Gambar 15. BBM yang disimpan dalam bak penampung

2. Air bersih

Air bersih digunakan untuk mendukung kegiatan sehari-hari para nelayan,

seperti memasak, mencuci, dan berwudhu. Dalam satu trip nelayan membawa air

bersih 9 – 15 jirigen (1 jirigen = 35 liter). Persedian air bersih dapat dilihat pada

tabel 12 dan gambar 16.

Tabel 12. Estimasi kebutuhan air bersih

No Lama melaut (hari) Air bersih (liter)1 15 525 liter2 12 420 liter3 7 245liter

33

Page 34: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

Gambar 16. Persediaan air bersih yang disimpan dalam jirigen

3. Es balok

Es balok memegang peranan penting untuk menjaga kualitas hasil

tangkapan (lihat gambar 16). Harga es balok yang terdapat di area PPI ujong

baroeh Rp.12.000 / batang. Dalam satu trip melaut nelayan membawa es balok

sebanyak 50 - 60 batang. Dengan persediaan es yang cukup, maka kualitas hasil

tangkapan dapat terjaga sehingga dapat dijual dengan harga yang baik. Estimasi

kebutuhan es dapat dilihat pada tabel 13 dan gambar 16.

Tabel 13. Estimasi kebutuhan es

No Lama melaut (hari) Kebutuhan Es (batang)1 15 60 batang2 12 50 batang3 7 50 batang

Gambar 17. Persediaan es balok yang dibawa kapal pancing tonda

34

Page 35: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

4. Kebutuhan logistik

Kebutuhan logistik merupakan faktor yang cukup penting untuk

mendukung kinerja nelayan. Makanan yang cukup akan membuat nelayan dapat

bekerja dengan baik. Bahan makanan yang disiapkan diantaranya beras, telur,

sayur - sayuran, camilan, minyak goreng dan rokok. Untuk menyiapkan

kebutuhan makanan nelayan mengeluarkan biaya Rp 2.000.000 – Rp 6.000.000.

Persediaan bahan makanan dapat diliht pada gambar 17.

Gambar 18. Persedian bahan makanan untuk nelayan

5.1.2.2 Kegiatan penangkapan ikan

Kegiatan operasi penangkapan menggunakan pancing tonda dapat

dikelompokkan menjadi tiga tahap, yaitu tahap persiapan dimana nelayan

memasangkan rumbai – rumbai ke pancing. Tahap penurunan yaitu penurunan

pancing ke dalam air setelah pancing di turunkan baru dilakukan pemasangan tali

utama. Tahap terakhir adalah tahap penarikan pancing menggunakan kapal.

Kecepatan kapal saat kegiatan penangkapan 5 – 6 knot. Operasi penangkapan

umumnya dilakukan pada pagi hari sampai dengan sore hari, sekitar pukul 06.00 -

18.00 atau selama 12 jam. Umumnya kegiatan penurunan pancing hanya

dilakukan satu kali dalam satu hari.

1. Jenis umpan

Pancing tonda atau troll line yang digunakan nelayan Ujong Baroeh dalam

proses penangkapan menggunakan umpan palsu. Yaitu rumbai – rumbai tali rafia

yang terbuat dari tali plastik warna warni, penggunaan rumbai – rumbai

dimaksudkan agar umpan terlihat lebih atraktif oleh ikan (lihat gambar 18).

35

Page 36: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

Gambar 19. Umpan palsu

2. Jenis ikan hasil tangkapan

Jenis - jenis ikan pelagis yang banyak ditangkap oleh nelayan dengan

pancing tonda di PPI Ujong Baroeh adalah cakalang (Katsuwonus pelamis),

madidihang (Thunnus albacares), tongkol (Euthynnus affinis) dan salam (Elagatis

bipinnulata). Jenis ikan hasil tangkapan dapat dilihat pada gambar 20.

Gambar 20. Jenis dan ikan hasil tangkapan

3. Perjalanan

Jarak tempuh kapal pancing tonda ke daerah penangkapan ikan (fishing

ground) rata- rata 300 mil lebih atau sekitar 3 hari perjalanan dengan kecepatan

kapal 8 – 10 knot. Selama perjalanan, para nelayan biasa memanfaatkan waktu

untuk istirahat, makan, ibadah atau menikmati hiburan (menonton vcd atau

televisi) untuk mengisi tenaga, menjaga stamina dan kesegaran.

36

Page 37: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

5.1.2.3 Kegiatan paska penangkapan

1. Cara penanganan diatas kapal

Cara penanganan hasil tangkapan yang dilakukan ikan yang tertangkap

dilepas dari mata pancing dan dilakukan pembuangan insang dan isi perut.

Pembuangan insang dan isi perut hanya dilakukan untuk ikan yang berukuran

dibawah 2 kg di karenakan ikan yang yang berukuran di bawah 2 kg akan cepat

mengalami pembusukan. Ikan yang sudah di buang insang dan isi perut langsung

dimasukkan ke dalam palkah yang sebelumnya sudah berisi es balok. Peranan es

untuk menjaga kesegaran ikan dan merupakan langkah penanganan ikan di atas

kapal. Selain menggunakan es, pengawetan ikan juga dapat diproses dengan

melakukan penggaraman. Untuk lebih menghemat biaya nelayan pancing tonda

tidak menggunakan garam tapi air laut yang langsung dicampurkan dengan es

balok. Kemudian setelah hasil tangkapan ikan dianggap cukup penuh maka kapal

kembali ke Pelabuhan Perikanan PPI Ujong Baroeh (fishing base).

2. Pendaratan hasil tangkapan

Pendaratan hasil tangkapan UPI pancing tonda terdiri atas beberapa

aktivitas yaitu tambat labuh kapal, dimana kapal merapat ke dermaga setelah

sampai di pelabuhan. Pembongkaran hasil tangkapan, Setelah kapal berlabuh

hasil tangkapan dikeluarkan dari dalam palkah. Setelah itu, dilakukan Penyortiran

untuk memisahkan ikan yang berbeda jenis maupun ukuran. Pengangkutan,

setelah penyortiran selesai hasil tangkapan langsung diangkut dengan

menggunakan becak menuju ke tempat pelelangan ikan (TPI). Untuk kegiatan

penimbangan dan pelelangan di lakukan oleh Toke Bangku. Hasil tangkapan yang

didaratkan oleh kapal pancing tonda mencapai 2 – 5 ton per trip. Proses

penyortiran dapat dilihat pada gambar 20.

37

Page 38: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

Gambar 21. Penyortiran ikan menurut jenis dan ukuran

3. Paska pendaratan ikan di PPI

Aktifitas nelayan pancing tonda di pelabuhan perikanan (fishing base)

setelah kegiatan bongkar muat adalah perawatan kapal perikanan dan perawatan

alat tangkap. Perawatan kapal perikanan terdiri atas pencucian kapal oleh buruh

dengan biaya Rp 400.000 – Rp 800.000-. Perawatan kapal dilakukan selama 6

bulan sekali (dua kali setahun) biaya Rp. 6.000.000 /tahun. Pengecatan ulang

pada badan kapal juga biasa dilakukan jika dirasa perlu. Sedangkan perawatan alat

tangkap tidak ada perlakuan khusus yang dilakukan nelayan hanya mengganti

yang rusak seperti pergantian tali pancing, mata pancing dan umpan buatan yang

rusak karna kegiatan penangkapan. Perawatan alat tangkap dilakukan selama 6

bulan sekali (dua kali setahun) dengan total biaya Rp 1.500.000 - Rp 2.000.000

/tahun.

5.1.3 Alternatif pengembangan UPI pancing tonda

Dalam menyusun alternatif pengembangan UPI pancing tonda digunakan

analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman (SWOT= Strengths,

Weaknesses, Opportunities, Threats), yaitu analisis alternatif yang digunakan

untuk mengindentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

memformulasikan suatu kebijakan pengembangan. Analisis SWOT merupakan

penelitian tentang hubungan atau interaksi unsur-unsur internal, yaitu kekuatan

dan kelemahan terhadap unsur-unsur eksternal, yaitu peluang dan ancaman.

38

Page 39: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

5.1.3.1 Matriks faktor strategi internal (IFAS)

Berdasarkan keadaan perikanan tangkap di PPI Ujong Baroeh dan kondisi

daerah, dapat diketahui faktor-faktor pendukung yang dapat dijadikan sebagai

kekuatan dan kelemahan dalam menyusun alternatif pengembangan . Faktor-

faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan sebagai berikut:

Kekuatan:

1. Volume dan nilai produksi hasil tangkapan relatif tinggi

2. Hasil tangkapan ikan bernilai ekonomis tinggi

3. Armada penangkapan cukup tersedia

Kelemahan :

1. Sarana dan prasarana untuk bongkar muat belum memadai

2. SPDN di area PPI belum beroperasi secara efektif

Faktor-faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan yang telah

diidentifikasi, kemudian ditabulasikan ke dalam matriks internal strategic factor

analysissummary (IFAS). Matriks IFAS ini menggambarkan secara kuantitatif

nilai dari kekuatan dan kelemahan yang ada dalam kondisi perikanan tangkap di

PPI Ujong Baroeh. Berdasarkan hasil matriks IFAS didapat skor terbobot sebesar

yang berarti bahwa kondisi internal perikanan Pancing tonda di PPI Ujong Baroeh

didominasi oleh kekuatan yang dapat mendorong perkembangan perikanan

Pancing tonda. Matriks IFAS dapat dilihat pada Tabel 14.

39

Page 40: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

Tabel 14. Matriks Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS) Alternatif pengembangan unit penangkapan ikan (UPI) pancing tonda

Faktor - faktor internal BobotSko

r

Bobot X

skorAlternatif

pengembanganKekuatan        1. Volume dan nilai produksi hasil tangkapan relatif tinggi 40 2 80

1.Sarana dan prasarana yang memadai

2. Hasil tangkapan ikan ekonomis tinggi 30 3 90

2.Penangkapan ikan layak tangkap dengan kontruksi alat tangkap

3. Armada penangkapan cukup tersedia 30 3 90

3.Mendukung peningkatan produksi ikan pelagis

Total 100 8 260  Kelemahan        1. Prasarana untuk kegiatan bongkar muat belum memadai 50 3 150

1.Memperbaiki dan melengkapi sarana dan prasarana

2. SPDN diarea PPI belum beroperasi secara efektif 50 3 150

2.Pengoperasian SPDN secara efektif

Total 100 6 300  Sumber : Data olahan 2016

Berdasarkan tabel 14 penilaian untuk faktor internal kekuatan berada pada

nilai 260 dan kelemahan pada nilai 300 yaitu termasuk ke dalam kondisi sedang

atau normal.

5.1.2.2 Matriks faktor strategi eksternal (EFAS)

Faktor eksternal terdiri dari peluang yang harus dimanfaatkan untuk

mencapai tujuan yang diinginkan, sedangkan ancaman merupakan faktor-faktor

yang harus dihindari dalam alternatif pengembangan . Faktor-faktor yang menjadi

peluang dan ancaman adalah sebagai berikut:

Peluang:

1. Akses jalan, transportasi menuju PPI relatif baik.

2. Sumberdaya ikan pelagis cukup tersedia.

3. Ikan target tangkapan bernilai ekonomis tinggi.

Ancaman:

1 . Kenaikan Harga BBM

2 . Fishing ground relatif jauh

40

Page 41: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

3 . Kegiatan ilegal fishing

Faktor-faktor eksternal berupa peluang dan ancaman yang telah

diidentifikasi, kemudian ditabulasikan ke dalam matriks external strategic factor

analysis summary (EFAS). Matriks EFAS ini menggambarkan secara kuantitatif

nilai dari peluang dan ancaman yang ada kaitannya dengan pengembangan

perikanan Pancing tonda di PPI Ujong Baroeh Matriks EFAS dapat dilihat pada

Tabel 15.

Tabel 15. Matriks External Strategic Factor Analysis Summary (EFAS) Alternatif pengembangan unit penangkapan ikan (UPI) pancing tonda.

Faktor -faktor eksternal Bobot Skor

Bobot X skor Alternatif pengembangan

Ancaman        

1. Kenaikan harga BBM 40 3 1201. Peningkatan hasil

tangkapan

2. Fishing ground relatif jauh 40 3 120

2. Pemanfaatan teknologi dan alat bantu penangkapan

3. Kegiatan ilegal fishing 20 3 60

3. Peningkatan keamanan dilaut

Total 100 9 280  Peluang      1. Akses jalan,

transportasi menuju PPI relatif baik 30 3 90

1. Peningkatan produksi perikanan

2. Sumberdaya ikan pelagis cukup tersedia 30 2 60

2. Pemanfatan sumberdaya perikanan secara rasional

3. Ikan target tangkapan bernilai ekonomis tinggi 40 3 120

3. Peningkatan pemasaran keluar daerah

Total 100 8 270  Sumber : Data olahan 2016

Berdasarkan tabel 15 penilaian untuk faktor eksternal ancaman berada

pada nilai 280 dan peluang pada nilai 270 yaitu termasuk ke dalam kondisi sedang

atau normal.

5.1.2.3 Matriks SWOT

Matriks SWOT digunakan untuk menentukan beberapa alternatif strategi

dalam pengembangan perikanan tangkap. Alternatif strategi diperoleh berdasarkan

kondisi internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap kegiatan operasi kapal

pancing tonda di PPI Ujong Baroeh. Adanya alternatif strategi pengembangan

41

Page 42: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

untuk penangkapan pancing tonda diharapkan dapat meningkatkan potensi

perikanan ujong baroeh dan mampu meningkatkan produksi serta mutu hasil

tangkapan yang lebih baik. Alternatif strategi pengembangan unit penangkapan

pancing tonda bisa dilihat pada tabel 16 diagram matriks SWOT.

Tabel 16.Diagram matrik SWOT

IFAS

EFAS

STRENGTHS (S)

1. Volume dan nilai

produksi hasil tangkapan

relatif tinggi

2. Hasil tangkapan ikan

ekonomis tinggi

3. Armada penangkapan

cukup tersedia

WEAKNESSES (W)

1. Prasarana untuk

kegiatan bongkar muat

belum memadai

2. SPDN di area PPI

belum beroperasi

secara efektif

OPPORTUNITIES (O)

1. Akses jalan,

transportasi menuju

PPI relatif baik

2. Sumberdaya ikan

pelagis masih cukup

tersedia

3. Ikan target

penangkapan bernilai

ekonomis tinggi

STRATEGI SO

1. Peningkatan produksi

perikanan (S2, O1, O3)

2. Memanfaatkan

sumberdaya ikan yang

ada secaraoptimal dan

menjaga kelestariannya

(S1, S2, S3,O3)

3. Modifikasi alat tangkap

pancing tonda (S3, O2,

O3)

STRATEGI WO

1. Meningkatkan sarana

dan prasarana (seperti

trolly) (W1, O1)

TREATHS (T)

1. Kenaikan harga BBM

2. Jarak fishing ground

STRATEGI ST

1. Peningkatan hasil

tangkapan (S1, T1)

2. Pemanfaatan teknologi

STRATEGI WT

1. Keterlibatan stake

holder untuk

mendukung aktifitas

42

Page 43: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

relatif jauh

3.Kegiatan Ilegal fishing

dan alat bantu

penangkapan ikan (S2,

S3, T2)

3. Meningkatkan

keamanan di laut (S1,

S2, S3,T3)

UPI pancing tonda

dalam menyediakan

fasilitas lengkap di

PPI Ujong Baroeh.

(W1, T3)

2. Penggunaan Mesin

yang ramah

lingkungan (W2, T1)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Operasional Unit Penangkapan Ikan (UPI) Pancing Tonda

Menurut monintja (1986) Aspek teknis dari suatu usaha penangkapan yang

perlu diperhatikan adalah jenis alat dan ukurannya, jenis perahu/kapal, kualifikasi

tenaga kerja yang diperlukan, metode penangkapan, lama trip, jumlah trip per

bulan, jumlah trip tahun, penanganan hasil tangkapan selama operasi, daerah

penangkapan, waktu penangkapan dan kapasitas tangkap dari unit yang

diusahakan. Pancing Tonda merupakan alat tangkap ikan tradisional yang

bertujuan untuk menangkap ikan-ikan jenis pelagis. Pancing Tonda dikelompokan

ke dalam alat tangkap pancing (Hook and Line).

5.2.1.1 Kapal pancing tonda

Kapal pancing tonda yang terdapat di PPI Ujong Baroeh memiliki ukuran

GT yang bervariasi dengan kisaran 5-12 GT. Menurut hasil penelitian Wijaya

(2012) menyatakan bahwa nelayan pancing tonda di PPN Pelabuhan Ratu

Sukabumi menggunakan kapal 4-6 GT.

5.2.1.2 Alat tangkap kapal pancing tonda

Alat tangkap pancing tonda yang digunakan nelayan Ujong Baroeh terdiri

dari beberapa bagian yaitu tali utama, pemberat, mata pancing dan roll pengulung.

Alat tangkap pancing tonda di PPI Ujong Baroeh tidak menggunakan kili – kili

akan tetapi langsung di simpulkan ke tali utama. Dalam satu kapal terdapat dua

43

Page 44: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

unit pancing tonda dalam setiap beroperasi dan saat melakukan operasi

penangkapan pancing diletakkan pada belakang (buritan) kapal.

Menurut Sudirman dan Mallawa (2004) diacu dalam Wijaya (2012), tonda

adalah pancing yang diberi tali panjang dan ditarik oleh perahu atau kapal.

Pancing diberi umpan segar atau umpan buatan, karena pengaruh tarikan dalam

air akan merangsang ikan buas untuk menyambarnya. Alat tangkap pancing tonda

ini sangat dikenal oleh nelayan Indonesia karena harganya relatif murah dan

mudah dijangkau oleh nelayan kecil.

Secara garis besar kontruksi pancing tonda yang dimiliki nelayan terdiri

dari tali pancing yang terdiri dari dua jenis yaitu tali utama (main line) dan tali

cabang (branch line), kili – kili (swivel), mata pancing (hook), roll penggulung

tali. Gambaran umum dari bentuk pancing tonda sebagai berikut tali utama

diikatkan pada ujung kili – kili. Kemudian ujung kili – kili yang belum terikat,

diikatkan pada tali cabang. Selanjutnya, tali cabang diikatkan pada mata pancing.

Ditengah – tengah tali cabang diberi pemberat.Umpan yang digunakan adalah dari

jenis umpan buatan. Umpan dipasang di bagian atas mata pancing yaitu dengan

mengikatkan umpan pada lubang mata pancing yang merupakan tempat

mengaitkan tali cabang. Pemasangan umpan dibagian atas mata pancing berfungsi

untuk menutupi mata pancing agar tidak terlihat ikan sehingga dapat mengelabuhi

pandangan ikan (Wijaya, 2012).

Dalam satu kapal terdapat enam unit pancing tonda dalam setiap

beroperasi. Dua pancing berada disamping kapal dan empat buah pancing terdapat

pada belakang (buritan) kapal. Hal ini dimaksudkan untuk memaksimalkan hasil

tangkapan (Wijaya, 2012).

5.2.1.3 Nelayan

Nelayan pancing tonda di PPI Ujong Baroeh dalam satu unit penangkapan

sebanyak 2 - 3 orang ABK. Hal ini sesuai dengan wijaya (2012) yang menyatakan

bahwa dalam satu unit penangkapan pancing tonda di PPN Pelabuhan Ratu

Sukabumi menggunakan 2 orang ABK.

5.2.1.4 Daerah penangkapan

Nelayan pancing tonda di PPI Ujong Baroeh melakukan penangkapan ke

daerah ke Pantai Murami (Sabang), Pantai kausar (Sinabang), dan garis merah

44

Page 45: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

(perbatasan laut Hindia). Titik kordinat daerah penangkapan tentukan dengan

bantuan GPS (Global Positioning System) dan informasi dari sesama nelayan.

Lama perjalanan dari pelabuhan perikanan (Fishing base) ke daerah penangkapan

(Fishing ground) tiga hari tiga malam dengan kecepatan kapal 8 -10 knot.

Putra dan Manan (2014) menyebutkan pada operasi alat tangkap pancing

tonda yang dilakukan nelayan prigi pada umumnya dilakukan di daerah sekitar

rumpon laut dalam. Titik koordinat daerah penangkapan ikan ditentukan dengan

Global Positioning System (GPS). Lama perjalanan untuk menuju letak rumpon

tersebut 12 jam dengan kecepatan 9 knot.

5.2.1.5 Kegiatan penangkapan

Kegiatan operasi penangkapan yang dilakukan nelayan pancing tonda di

PPI Ujong Baroeh yaitu persiapan, penurunan, dan penarikan. Kecepatan kapal

saat melakukan penarikan pancing (trolling) 5 – 6 knot. Penangkapan dilakukan

pada jam 06.00 – 18.00 atau selama 12 jam. Penurunan pancing hanya dilakukan

satu kali dalam sehari. Hal ini sesuai dengan Wijaya (2012) yang menyebutkan

kecepatan kapal pada saat penarikan (trolling) berkisar antara 2 – 6 knot. Selain

itu, Putra dan Manan (2014) juga menyatakan saat setting kapal tetap berjalan

mengelilingi posisi rumpon dengan kecepatan 4-5 knot, sambil mengamati arus

dengan posisi menebar jaring. Dalam operasi penangkapan ini kapal menurunkan

6 set pancing tonda, dan membutuhkan 3 orang dimana 1 ABK nya

mengoperasikan 2 set pancing. Posisi setiap ABK saat mengoperasikan pancing

tersebut yaitu dua orang di bagian belakang samping kapal setelah sebelah kanan

dan kiri, serta satu orang lainnya di bagian belakang kapal.

Putra dan Manan (2014) juga menyebutkan Proses trolling merupakan

proses penarikan alat tangkap pancing tonda oleh kapal pada kecepatan 3-4 knot,

dengan jarak kapal kurang lebih 40 m dari posisi rumpon agar tali pancing tidak

tersangkut dengan bagian – bagian rumpon. Kapal mengitari rumpon ini

berlangsung secara terus menerus ampai kegiatan pengoperasian istirahat, dalam

mengitari rumpon, kapal berjalan dengan posisi berlawanan arus. Karena dalam

posisi ini kapal membelakangi ikan dengan posisi alat tangkap berada di depan

ikan. Ketika posisi kapal berjalan yang dilakukan yaitu menyentakkan pancing

tonda turun naik. Perlakuan ini berfungsi agar posisi pancing dan umpan seolah –

45

Page 46: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

olah dapat bergerak aktif naik turun atau melayang - layang sehingga ikan – ikan

yang bersifat pemangsa akan tertarik atau terangsang oleh gerakan ikan tersebut.

5.2.1.6 Jenis umpan

Umpan yang digunakan nelayan pancing tonda di PPI Ujong Baroeh

berupa rumbai – rumbai tali rafia yang berwarna cerah. Penelitian ini sesuai

dengan penelitian Putra dan Manan (2014) yang menyebutkan bahwa jenis umpan

yang sering digunakan oleh nelayan pancing tonda di daerah prigi biasanya

terbuat dari rumbaian benang yang berwarna emas atau perak dan tali pita

berwarna merah dan biru, tali rafia, kain sutera, bulu ayam serta plastik warna

perak. Proses pembuatan masing – masing umpan buatan dari benang emas /

perak dengan panjang 5-7 cm. Untuk benang pita panjang dengan panjang 4-6 cm,

dimana kesemua bahan tersebut dibuat merumbai.55 Selanjutnya masing – masing

bahan dipasangkan pada mata pancing dan diikat menggunakan benang sampai

menutupi bagian atas mata pancing.

Umpan yang terpasang pada pancing tonda memiliki posisi di atas simpul

mata pancing. Pemasangan ini dilakukan dengan menggunakan bantuan pipa

cotton bud yang sudah digabungkan dengan benang emas/perak atau tali pita yang

terubai sedemikian rupa. Pipa cotton bud dimasuki senar yang digunakan untuk

mengait mata pancing. Untuk memasukkan senar, terlebih dahulu senar tidak

dikaitkan dengan mata pancing. Apabila senar masuk ke dalam pipa cotton bud,

maka mata pancing baru dikaitkan pada senar (Putra dan Manan, 2014).

5.2.1.7 Jenis ikan hasil tangkapan

Jenis ikan pelagis yang sering tertangkap oleh nelayan pancing tonda di

PPI Ujong Baroeh yaitu cakalang (Katsuwonus pelamis), madidihang (Thunnus

albacares), tongkol (Euthynnus affinis) dan salem (Elagatis bipinnulata). Menurut

Subani dan Barus (1989), salah satu alat tangkap rawai atau pancing tonda dapat

menangkap beberapa ikan pelagis besar, antara lain : tuna sirip kuning (Thunnus

albacares), cakalang (Katsuwonus pelamis), tuna mata besar (Thunnus obesus),

albacora (Thunnus alalunga). Adapun hasil tangkapan sampingan (by catch)

adalah : ikan layaran (Istophorus orientalis), setuhuk putih (Makaira mazara),

ikan pedang (xiphias gladius), setuhuk hitam (Makaira indica), setuhuk loreng

46

Page 47: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

(tetrapturus mitsukurii), berbagai jenis cucut (cucut mako, cucut martil dan

sejenisnya).

Selain itu, hasil penelitian Putra dan Manan (2014) menyebutkan bahwa

ikan hasil tangkapan pancing tonda adalah ikan tuna jenis kecil (baby tuna)

(Thunnus albacares), cakalang (Katsuwonus pelamis) dan tongkol (Euthynnus

affinis). Jenis ikan tuna yang sering tertangkap adalah jenis tuna sirip kuning

(yellow fin).

5.1.2.8 Penanganan hasil tangkapan diatas kapal

Kecepatan kapal pada saat pengangkatan hasil tangkapan ke atas kapal 1,5

– 2,5 knot. Putra dan Manan (2014) menyebutkan proses hauling merupakan

proses pengangkatan hasil tangkapan ke atas kapal kecepatan kapal saat hauling

ditambah menjadi 3,5 - 4,5 knot. Proses ini dilakukan dengan cara menarik

pancing secara cepat setelah ikan memakan umpan. Penarikan dilakukan oleh

ABK secara cepat yang bertujuan agar pancing berikutnya bisa diturunkan lagi ke

perairan. Ikan hasil tangkapan tadi dilepaskan dari mata pancing dan langkah

selanjutnya dilakukan penanganan paska tangkap.

Cara penanganan hasil tangkapan yang dilakukan nelayan pancing tonda

di PPI Ujong Baroeh yaitu ikan yang tertangkap dilepas dari mata pancing dan

dilakukan pembuangan insang dan isi perut. Pembuangan insang dan isi perut

hanya dilakukan untuk ikan yang berukuran dibawah 2 kg di karenakan ikan yang

berukuran di bawah 2 kg akan cepat mengalami pembusukan. Ikan yang sudah di

buang insang dan isi perut langsung dimasukkan ke dalam palkah yang

sebelumnya sudah berisi es balok.

Putra dan Manan (2014) menyebutkan Ikan yang tertangkap dilepas dari

kail dan langsung dimasukkan ke dalam cool box yang berisi balok es dan serutan

es (es balok yang dihaluskan) dengan maksud untuk menjaga mutu kesegaran

ikan. Kapal dengan palkah (cool box) terisi penuh menuju pelabuhan untuk segera

melakukan bongkar muatan. Bongkar muatan dilakukan oleh ABK yang dibantu

oleh kuli angkut keranjang yang menunggu di pelabuhan. ABK membuka palkah

dan mengeluarkan ikan hasil tangkapan untuk dimasukkan ke dalam keranjang

dengan melakukan sortir berdasarkan jenis dan ukuran ikan. Hasil penelitian di

PPI Ujong Baroeh nelayan pancing tonda tidak menggunakan serutan serutan es.

47

Page 48: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

Namun hanya menggunakan es balok. Nelayan tidak menggunakan serutan es

diduga untuk menghemat biaya melaut dan palkah belum sesuai dengan standar

palkah, sehingga ditakutkan jika menggunakan es serutan tersebut akan cepat

mencair.

Anonim (2010) menyatakan teknik penanganan pasca penangkapan dan

pemanenan berkolerasi positif dengan kualitas ikan dan hasil perikanan yang

diperoleh. Semakin baik teknik penanganannya maka semakin bagus kualitas

ikan, dan semakin tinggi nilai jual ikan tersebut.

5.2.2 Alternatif pengembangan UPI pancing tonda

1. Strategi Strengths-Opportunity (SO)

Strategi SO adalah strategi menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk

memanfaatkan peluang yang ada. Berdasarkan dari kekuatan dan peluang yang

diperoleh, maka strategi yang sebaiknya dilakukan yaitu para nelayan yang ada di

Kabupaten Aceh Barat memanfaatkan sumber daya ikan yang ada secara optimal

dan menjaga kelestariannya dengan cara mengawasi kegiatan penangkapan ikan.

Sumberdaya ikan yang masih melimpah harus dimanfaatkan secara bijaksana.

Pemerintah dalam hal ini harus mengawasi pemanfaatan yang dilakukan

masyarakat agar pemanfaatannya tidak berlebihan sehingga sumberdaya ikan akan

tetap lestari. Selain itu, pemerintah juga harus membuat kebijakan-kebijakan yang

mendukung aktivitas perikanan tangkap supaya pemanfaatan sumberdaya ikan

yang ada bisa optimal sehingga target peningkatan produksi bisa tercapai.

2. Strategi Weakness-Opportunity (WO)

Strategi WO adalah Strategi yang meminimalkan kelemahan untuk

memanfaatkan peluang. Strategi WO yang dapat digunakan yaitu melengkapi

fasilitas yang belum tersedia seperti trolli. Pengadaan trolli dimaksudkan untuk

menunjang aktifitas nelayan di PPI Ujong Baroeh. Pengadaan trolli harus segera

dilakukan karena ketika musim puncak para pemilik ikan harus mengeluarkan

biaya yang cukup banyak dalam proses pengangkutan hasil tangkapan.

48

Page 49: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

3. Strategi Strengths-Threats (ST)

Strategi ST yaitu strategi memanfaatkan kekuatan untuk menghindari

ancaman. Strategi ST petama yang dapat dilakukan adalah nelayan harus

meningkatkan hasil tangkapan dengan pengeluaran modal yang bertambah besar

diharapkan nelayan juga dapat meningkatkan produksi tangkapan.

Strategi yang kedua dapat dilakukan dengan pemanfaatan teknologi dan

alat bantu penangkapan seperti rumpon hal ini diharapkan dapat meningkatkan

hasil tangkapan nelayan.

Strategi yang ketiga yang dapat dilakukan adalah diharapkan kepada

pemerintah untuk terus meningkatkan keamanan di laut supaya pelaku ilegal

fishing tidak masuk ke daerah penangkapan nelayan PPI Ujong Baroeh.

4. Strategi Weakness-Threats (WT)

Strategi WT merupakan strategi untuk mengurangi kelemahan dan

menghindari ancaman. Strategi yang bisa diambil yaitu Keterlibatan stakeholder

untuk mendukung aktifitas UPI pancing tonda dalam menyediakan fasilitas

lengkap di PPI Ujong Baroeh.

49

Page 50: Teuku Umar Universityrepository.utu.ac.id/1171/1/BAB I_V.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kabupaten Aceh Barat merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Samudera

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Kondisi operasional UPI pancing tonda di PPI Ujong Baroeh terdiri atas

kegiatan pembekalan melaut (BBM, air bersih, es, logistik), kegiatan

penangkapan ikan dan kegiatan paska penangkapan ikan.

2. Alternatif pengembangan operasional UPI terdiri dari peningkatan produksi

perikanan di PPI Ujong Baroeh, pemanfaatan sumberdaya ikan secara optimal

dan menjaga kelestarian sumberdaya ikan, meningkatkan sarana dan

prasarana PPI Ujong Baroeh, pemanfaatan teknologi dan alat bantu

penangkapan ikan dan keterlibatan stakeholder untuk mendukung aktivitas

UPI pancing tonda seperti persediaan fasilitas yang lebih lengkap di PPI

Ujong Baroeh.

6.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan adalaah sebagai berikut :

1. Diharapkan adanya penelitian lanjutan mengenai aspek Biologi, sosial dan

ekonomi UPI pancing tonda yang berada di kawasan PPI Ujong Baroeh. Hal

ini sangat penting untuk dilakukan dalam upaya melihat integrasi tiga aspek

yang dapat mendukung kelestarian SDI, kondisi sosial masyarakat (terutama

komunitas sosial nelayan) dan tingkat ekonomi nelayan pancing tonda.

2. Pemamfaatan rumpon untuk nelayan pancing tonda agar jarak penangkapan

relatif lebih dekat.

50